PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN BULUKUMBA Ir. Andi Darmawida A., dkk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, kualitas lahan menurun dan tingkat penerapan teknologi masih rendah maka pemerintah melalui Departemen Pertanian melakukan suatu terobosan pendampingan program strategis dalam peningkatan produksi pertanian, baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Pengelolaan tanaman dan sumber daya secara terpadu yang sering diringkas Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan holistic yang semakin populer dewasa ini. Pendekatan ini bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi sehingga bukan merupakan paket teknologi yang harus diterapkan petani disemua lokasi (Departemen Pertanian, 2008). Pengalaman menunjukka bahwa Sekolah Lapang Pengendalian Hama secara Terpadu (SL~PHT) dengan sistem belajar langsung di lahan petani dapat mempercepat alih teknologi dan meredam serangan hama dan penyakit tanaman. Keberhasilan SL~PHT yang ditindaklanjuti oleh pengembangan SL~Iklim (SL~I) memberi inspirasi bagi pengembangan PTT melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL~PTT) dengan mensinergikan dan memperluas cakupan SL~PHT dan SL~I dengan sasaran peningkatan produksi dan efisiensi usahatani. Agar dapat berdaya guna dan berhasil guna, SL~PTT dilaksanakan secara terpadu dengan melibatkan berbagai institusi yang kompoten, baik ditingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota, maupun kecamatan, dan bahkan tingkat desa (Departemen Pertanian, 2008). Berdasarkan hal tersebut di atas, kabupaten Bulukumba sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup besar dengan luas wilayah 115.467 ha dari 10 kecamatan (BPS Bulukumba, 2009) dalam memajukan pembangunan pertanian secara terintegrasi dari semua sektor, berkelanjutan dan ramah lingkungan tanpa meninggalkan faktor-faktor sosial dan budaya setempat. Potensi kabupaten Bulukumba yang terbentang luas mulai dari dataran rendah (garis pantai, sawah irigasi dan tadah hujan) seluas 24.523 ha, dataran medium (lahan perkebunan dan pengembalaan), dan dataran tinggi seluas 91.099 ha sehingga upaya untuk menciptakan daerah yang mandiri berbasis teknologi dapat dicapai dari daerah ini.
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Sampai saat ini, komoditi andalan kabupaten Bulukumba sub sektor tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedelai, ubi kayu/jalar, kacang tanah. Sub sektor hortikultura sayuran meliputi sawi, Lombok, terong dan buah-buahan terdiri dari alpukat, langsat, durian, mangga dan rambutan. Khusus tanaman pangan pada tahun 2000 produksi padi mencapai 223.201,50 ton dari luas panen 41.901 atau produktivitas 5,3 t/ha, produksi jagung mencapai 136.664 ton dari luas panen 27.721 ha atau produktivitas 4,9 t/ha dan produksi kacang tanah mencapai 47.962,60 dari luas panen 5.458 ha atau produktivitas 0,8 t/ha (Bappeda Bulukumba, 2009). Berdasarkan data produktivitas ke tiga komoditas tersebut masih sangat rendah dibanding potensi hasilnya sehingga upaya untuk meningkatkan produktivitasnya masih terbuka luas dengan mengembangkan berbagai inovasi teknologi yang sesuai kondisi setempat. 1.2. Tujuan a. Tahunan Meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu. b. Jangka Panjang: Mempercepat capaian keberhasilan dan keberlanjutan Program SL~PTT Mengoptimalkan peran BPTP dalam mengintervensi dan menginfiltrasi muatan inovasti pertanian pada Program SL~PTT. Mendapatkan umpan balik dari pelaku utama dan pelaku usaha Program SL~PTT, sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Program Strategis Deptan ke depan khususnya Program SL~PTT. 1.3. Keluaran a. Tahunan Produktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu. b. Jangka Panjang Percepatan capaian keberhasilan dan keberlanjutan Program SL~PTT. Digunakannya minimal 90 % inovasi teknologi pertanian hasil Litbang Pertanian dalam implementasi SL~PTT. Umpan balik dari dari pelaku utama dan pelaku usaha Program SL~PTT, khususnya dari setiap BPTP terkait sebagai bahan untuk saran/usulan kebijakan pengembangan Program Strategis Deptan ke depan khususnya Program SL~PTT. 2 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
II. PROSEDUR PELAKSANAAN 2.1. Ruang Lingkup (proses penentuan CP/CL, dll) Ruang lingkup pendampingan SL~PTT meliputi : 1. Pendampingan SL~PTT oleh BPTP dilakukan untuk memberikan dorongan/ motivasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemanfaatan paket teknologi hasil Litbang Pertanian yang terdiri dari: Benih varietas unggul baru Sistem tanam Teknologi pupuk organik (dekomposer) Alat dan mesin pertanian (penyiang, perontok, APPO) 2. Wujud pendampingan dilakukan melalui: Penyiapan Juknis dan SPO (Standar Prosedur Operasional) untuk setiap teknologi tersebut. Penyiapan modul pelatihan SL~PTT untuk PL 1 yang memuat paket teknologi hasil litbang pertanian. Pembuatan demplot atau gelar teknologi di lokasi laboratorium lapang (LL) pada setiap unit SL~PTT. 2.2. Tahapan Pelaksanaan (mulai dari penentuan CP/CL, penetapan organisasi pelaksanaan, kesepakatan jadwal pelatihan, prosedur penetapan demplot dan uji VUB, penyediaan bahan deseminasi (tercetak dan elektronik, dll). Pendampingan
progam strategis Kementerian Pertanian dilaksanakan di kabupaten
Bulukumba dengan luas wilayah 115.467 ha dari 10 kecamatan yang merupakan wilayah potensial dalam pengembangan pertanian. Jumlah unit pendampingan dan demplot SL~PTT Padi (87 dan 6), SL~Jagung (31,5 dan 5). Bahan yang digunakan meliputi, benih padi inbrida/hybrida, jagung hybrida/komposit, kacang tanah, pupuk, pestisida dan alat tulis menulis. Rangkaian pelaksanaan pendampingan terdiri atas berbagai tahapan yaitu: a) Koordinasi dengan dinas terkait dan pemerintah desa untuk menentukan lokasi, b) identifikasi wilayah pendampingan, c) apresiasi
program pendampingan, d) pelaksanaan kegiatan di lapangan
(pelatihan PL III Padi dan PL III Kedelai), e) pengamatan dan pengumpulan data, f) temu lapang (pelatihan pembuatan pupuk organik) dan g) pelaporan. Komponen teknologi yang diimplementasikan pada unit pendampingan khususnya demplot varietas unggul baru padi meliputi: (a) penggunaan varietas unggul adaptif dan benih berkualitas, (b) perlakuan benih, (c) cara tanam (legowo), (d) penggunaan bahan organik (pupuk kandang), (e) 3 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
pemupukan N berdasarkan Bagan Warna Daun, (f) pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah, (g) pengendalian gulma dengan landak/gosrok), dan (i) pengendalian hama secara PHT. Untuk jagung meliputi: (a) penggunaan varietas unggul hybrid, (b) cara tanam system TOT dan olah tanah sempurna, (c) cara tanam (legowo), (d) penggunaan bahan organik (pupuk kandang), (e) pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah, (f) pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT. Pelaksanaan pendampingan padi diawali dengan kegiatan pengolahan tanah yang menggunakan traktor dan hewan (kuda), yaitu bajak satu kali kemudian digaru dan diratakan. Pengolahan tanah diusahakan sampai berlumpur dan rata. Penanaman padi secara tapin dengan system tanam legowo 2:1. Pemupukan Urea (150 kg/ha) berdasarkan pada hasil pengamatan dengan menggunakan Bagan Warna Daun/Leaf Colour Chart (BWD/LCC) skala empat yang pengamatannya dimulai pada umur 14 hst dengan interval 7-10 hari. Pemupukan dilakukan pada keadaan sawah macak-macak dengan memberikan urea dua kali, yaitu pada masing-masing 1 dan 4 minggu setelah tanam. Pupuk Ponska diberikan satu minggu setelah tanam. Pengendalian gulma dilakukan dengan menyemprotkan herbisida yang dikombinasikan dengan penyiangan secara manual. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan konsep pengendelaian hama terpadu. Untuk kegiatan jagung pengolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) dengan menyemprotkan herbisida lalu dialur menggunakan ternak atau tugal. Penanaman jagung dengan system legowo 2 : 1 jarak tanam (90 x 60 x 20 cm). pemupukan Ponska berdasarkan hasil uji tanah diberikan pada 7 dan 40 hst. Pengendalian gulma dilakukan dengan menyemprotkan herbisida, hama dan penyakit berdasarkan konsep PHT. Komponen teknologi yang yang diterapkan terlihat pada Tabel 1.
4 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 1. Komponen teknologi dalam kegiatan pendampingan SL-PT jagung di Kabupaten Bulukumba, 2012 No. Komponen Teknologi VUB LL SL-PTT Non SL-PTT B. Jagung: 1. Varietas Bima 2, Bisi 2 Bisi 2 Bisi 2 Bima 3, Bima 4 2. Jumlah biji/lubang 1 2 2 2 3. Cara tanam Tugal Alur Alur Alur 4. Pemupukan Urea 100 Ponska 100 Ponska 100 kg/ha Ponska 100 kg/ha kg/ha + kg/ha Ponska 100 kg/ha 5. Bahan organik 1 t/ha 6. Pengendalian OPT PHT PHT PHT Cara petani
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Sebaran Lokasi Pendampingan. Lokasi pendampingan SL-PTT Jagung dilaksanakan di kecamatan Ujung Loe di desa Tanru Tedong dan desa Balon, masing-masing 2 demplot seluas 0,25 are. Tabel 2. Lokasi Pendampingan SLPTT No 1
KECAMATAN Ujung Loe
Lokasi SLPTT Tanru Tedong, dan Balon
Sasaran Pendampingan (60%) Jagung 4 demplot
3.2. Hasil Koordinasi di Tingkat Internal Pemda (mapping performance koordinasi dan pemecahan masalahnya). Uraian dapat dilengkapi dengan topik/agenda sinergi, pihak/instansi yang bersinergi, pembagian tugas dan tanggungjawab seluruh pihak yang terlibat serta output lain yang disepakati dalam pelaksanaan sinergi.
5 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Tabel 3. Kinerja Koordinasi Pendampingan Komponen Penilaian Kinerja Koordinasi (skor 1 – 3)*) A**) B**) C**) No
Kabupaten
Nilai
Bulukumba
2
2
2
Faktor Kendala
2
*) skor penilaian 1 = kurang, 2 = baik, 3 = sangat baik **) A = Kelengkapan legalitas keterlibatan institusi. B = Berfungsinya institusi yang terlibat sesuai fungsi yang telah disepakati bersama. C = Sinergi pelaksanaan di lapangan. 3.3. Pelaksanaan Pendampingan Inovasi Teknologi 3.3.1. Efektifitas Demplot (per komoditas) - Untuk jagung yang paling efektif adalah penggunaan varietas, dan pemupukan Tabel 4. Keragaan Pelaksanaan Demplot Inovasi PTT Komoditas Jagung No 1
Nama Lokasi Demplot Jagung: demplot Tanru Tedong, Balon
Jenis Inovasi Teknologi yang dikenakan Varietas baru
Luas Demplot
Jumlah Petani yang berkunjung
1 ha
40
Table 5. Keragaan Efektifitas Demplot Inovasi PTT Komoditas Jagung
No
1 2
Nama Lokasi Display
Jagung Tanru Tedong Balon
Jumlah Petani yang berkunj ung
60 50
Jumlah petani yang menyatakan yang tidak berminat
-
Efektifitas Demplot Jumlah petani Jumlah petani yang yang berminat berminat dan akan tapi belum melaksanakan ada kepastian akan menggunakan
50 50
10 -
Permasalahan
Kurang benih Kurang Benih
6 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
3.3.2. Uji Varietas Unggul Baru (per komoditas) Varietas jagung : Bima 2, Bima 3, Bima 4
Tabel 6. Keragaan Hasil Pelaksanaan Uji VUB pada Pelaksanaan SLPTT Jagung di Kabupaten Bulukumba, 2011 Nama Lokasi Uji VUB
No
Agroekosistem
Varietas Unggul Baru yang Diuji Nama Provitas VUB (Ton/GKP/ha)
Varietas Pembandingan (eksisting) varietas Provitas (Ton/GKP/ha)
1
Jagung : Tanru Tedong
Tadah Hujan
Bima 3 Bima 4
8,8 8,16
Bisi-2
8
2
Balon
Tadah Hujan
Bima 2 Bima 3
7,2 6,4
Bisi-2
6,4
Tingkat adaptabilitas (tinggi,sedang , rendah)
3.3.3. Dukungan perbenihan per komoditas (aspek distribusi, mutu benih, ketersediaan) Pada musim tanam april – Mei 2011 pengadaan benih telah tersedia di penangkar tetapi harganya tidak terjangkau oleh petani sehinga petani menanam benih dari hasil usaha sendiri. Persediaan benih untuk demplot menggunakan varietas Jagung Bima 2, Bima 3, Bima 4. Jagung Kegiatan demplot Jagung dilaksanakan pada dua Desa masing-masing unit dengan luasan 0,25 ha. Inovasi teknologi yang diperkenalkan meliputi pengenalan varietas unggul baru Bima 2, Bima 3, Bima 4 dan pemupukan berimbang,
3.4. Perkembangan Produktifitas Tabel 7. Hasil Evaluasi Produktifitas Rata-Rata per Kabupaten/Kota di LL, SL, dan Non-SL. Jumlah Unit yang No
Kecamatan
Produktifitas (Ton/ha)*)
Disampling
SL
LL
Non-SL
14
4,05
4,1
3,7
Jagung: 1
Ujung Loe Rata-rata
* Jagung = Biji Kering Tabel 8. Rata-Rata Produksi Demplot SLPTT Jagung (ton/ha) 7 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
KECAMATAN
BIMA 2
BIMA 3
BIMA 4
7,2
7,6
8,16
BISI 2 LOKAL
JAGUNG: UJUNG LOE
7,2
IV. PENUTUP Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan SLPTT Jagung di Kabupaten Bulukumba antara lain : a. Benih berlabel masih sulit diperoleh oleh petani dan harganya cukup mahal sehingga tidak terjangkau oleh petani. b. Jumlah benih bantuan dari BPTP terbatas, dan terlambat, sehingga sebagian besar petani sudah menanam baru benihnya datang. V. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2008. Panduan Pelaksanaan. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2008. Panduan Pelaksanaan. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Jagung. BPS, 2009. Biro Pusat Statistik Bulukumba, Bulukumba dalam Angka. Bappeda Bulukumba, 2009. Mencari Format Penelitian Sektor Pertanian di Kabupaten Bulukumba. Makalah disampaikan pada Focus Discussion Group (FGD) Mencari Format Penelitian Sektor Pertanian di Kabupaten Bulukumba.
8 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
Lampiran-1. Target dan Realisasi Keuangan dan Fisik Pelaksanaan Pendampingan SLPTT 2012 Jenis Belanja Bahan
Pagu 4.000.000
Realisasi Keuangan Rp (ribuan) Realisasi (%) 4.000.000
14.700.000
TOTAL
18.700.000
14.700.000
Realisasi
100%
100%
100%
Honor Terkait Output kegiatan Belanja Jasa Profesi Lainnya Perjalanan
Fisik Target
100%
9 www.sulsel.litbang.deptan.go.id
SL-PTT JAGUNG 2012
10 www.sulsel.litbang.deptan.go.id