Seminar Nasional Serealia, 2013
PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA Muhammad Thamrin dan Ruchjaniningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan
ABSTRAK Penerapan model pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu merupakan suatu pendekatan bersifat partisipatif yang mensinergikan berbagai komponen teknologi dengan kondisi spesifik lokasi sehingga dapat meningkatkan hasil dan efisiensi masukan produksi serta menjaga kelestarian ekologi lingkungan. Kajian bertujuan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani jagung serta melestarikan lingkungan produksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim secara terpadu, dan dilaksanakan di kabupaten Bulukumba mulai bulan Maret sampai Juni 2010. Pelaksanaan secara partisipatif dengan melibatkan petani sebagai pelaku utama, poktan, gapoktan dalam menerapkan teknologi. Komponen teknologi yang diimplementasikan pada demplot varietas unggul baru jagung meliputi: (a) penggunaan varietas unggul hybrid, (b) cara tanam system TOT dan olah tanah sempurna, (c) cara tanam (legowo), (d) penggunaan bahan organik (pupuk kandang/jagung), (e) pemupukan berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah, (f) pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT. Hasil yang dicapai adalah 1) sebagian petani belum sepenuhnya melaksanakan PTT sesuai dengan anjuran yang disebabkan petani masih ragu menerima perubahan yang harus dilakukan, terutama dalam cara tanam legowo, pengaturan air dan penggunaan organik (pupuk kandang), 2) implementasi model PTT ditingkat petani yang dilaksanakan sesuai anjuran, selain dapat meningkatkan hasil dan produktivitas jagung, juga dapat meningkatkan efisiensi input produksi seperti penggunaan benih, dan pupuk 20-30%, 3) model PTT jagung dengan komponen teknologi yang diterapkan dapat diterima secara teknis, sosial dan ekonomi oleh pengguna. Kata kunci: pengelolaan tanaman terpadu (PTT), jagung, lahan kering
PENDAHULUAN Untuk
memenuhi
kebutuhan
pangan
yang
terus
meningkat
akibat
bertambahnya jumlah penduduk, kualitas lahan menurun dan tingkat penerapan teknologi masih rendah maka pengelolaan tanaman dan sumber daya secara terpadu yang sering diringkas Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan holistic yang semakin populer dewasa ini. Pendekatan ini bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi sehingga bukan merupakan paket teknologi yang harus diterapkan petani disemua lokasi (Departemen Pertanian 2008). Berdasarkan hal tersebut di atas, kabupaten Bulukumba sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup besar dengan luas wilayah 115.467 ha dari 10 kecamatan (BPS Bulukumba, 2009) dalam memajukan pembangunan pertanian
631
Muhammad Thamrin dan Ruchjaningsih: Penerapan Model Pengelolaan ……
secara terintegrasi dari semua sektor, berkelanjutan dan ramah lingkungan tanpa meninggalkan
faktor-faktor
sosial
dan
budaya
setempat.
Potensi
kabupaten
Bulukumba yang terbentang luas mulai dari dataran rendah (garis pantai, sawah irigasi dan tadah hujan) seluas 24.523 ha, dataran medium (lahan perkebunan dan pengembalaan), dan dataran tinggi seluas 91.099 ha sehingga upaya untuk menciptakan daerah yang mandiri berbasis teknologi dapat dicapai dari daerah ini. Sampai saat ini, komoditi andalan kabupaten Bulukumba sub sektor tanaman pangan meliputi padi, jagung, kedelai, ubi kayu/jalar, kacang tanah. Khusus tanaman jagung produksinya mencapai 136.664 ton dari luas panen 27.721 ha atau produktivitas 4,9 t/ha (Bappeda Bulukumba 2009). Berdasarkan data produktivitas komoditas tersebut masih sangat rendah dibanding potensi hasilnya sehingga upaya untuk meningkatkan produktivitasnya masih terbuka luas dengan mengembangkan berbagai inovasi teknologi yang sesuai kondisi setempat. Selain itu, pemanfaatan teknlogi spesifik yang berbasis pada masalah atau lokasi yang dihadapi oleh masyarakat tidak hanya dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, tetapi juga diharapkan dapat merubah pola perilaku dan berpikir petani dalam berusahatani. Penerapan teknologi spesifik lokasi harus berjalan seiring dengan upaya-upaya
untuk
memberikan
pencerahan
pengetahuna
petani
dalam
menumbuhkan sikap kerjasama dan kompetisi yang berjalan seimbang. Basis teknologi produksi harus didekatkan pada masyarakat tani sebagai pihak yang akan memanfaatkan teknologi sehingga transfer atau adopsi teknologi akan lebih cepat sampai pada sasaran dan berhasil guna. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh model pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu jagung dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. METODOLOGI Pengkajian dilaksanakan di kabupaten Bulukumba mulai bulan Maret sampai Juni 2010. Pelaksanaan secara partisipatif dengan melibatkan petani sebagai pelaku utama, poktan, gapoktan dalam menerapkan teknologi yang akan didampingi. Peneliti dan penyuluh lebih bersifat sebagai superviser dalam penerapan teknologi. Pendampingan ini dilaksanakan dilahan petani dengan petani kooperator yang ditentukan bersama oleh peneliti, penyuluh, PEMDA setempat serta petani. Dalam kegiatan ini, komponen-komponen teknologi yang ada dirakit menjadi paket teknologi yang spesifik.
632
Seminar Nasional Serealia, 2013
Ruang lingkup pendampingan meliputi: 1) Pendampingan dilakukan untuk memberikan dorongan/motivasi kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemanfaatan paket teknologi hasil Litbang Pertanian yang terdiri dari: Benih varietas unggul baru, Sistem tanam, Teknologi pupuk organik (dekomposer) dan Alat dan mesin pertanian. 2) Wujud pendampingan dilakukan melalui: Penyiapan Juknis dan SPO (Standar Prosedur Operasional) untuk setiap teknologi tersebut, penyiapan modul pelatihan yang memuat paket teknologi hasil litbang pertanian dan pembuatan demplot atau gelar teknologi di lokasi laboratorium lapang (LL) pada setiap unit SL~PTT. Metode pelaksanaan dengan luas wilayah 115.467 ha dari 10 kecamatan yang merupakan
wilayah
potensial
dalam
pengembangan
pertanian.
Jumlah
unit
pendampingan dan demplot SL~Jagung (84 dan 16). Bahan yang digunakan meliputi, jagung hybrida/komposit, pupuk dan pestisida. Rangkaian pelaksanaan pendampingan terdiri atas berbagai tahapan yaitu: a) Koordinasi dengan dinas terkait dan pemerintah desa untuk menentukan lokasi, b) identifikasi wilayah pendampingan, c) apresiasi program pendampingan, d) pelaksanaan kegiatan di lapangan, e) pengamatan dan pengumpulan data, f) temu lapang dan g) pelaporan. Komponen teknologi yang diimplementasikan pada unit pendampingan khususnya demplot varietas unggul baru jagung meliputi: (a) penggunaan varietas unggul hybrid, (b) cara tanam system TOT dan olah tanah sempurna, (c) cara tanam (legowo), (d) penggunaan bahan organik (pupuk kandang),
(e) pemupukan
berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah, (f) pengendalian gulma, hama dan penyakit secara PHT (Badan Litbang Pertanian 2007). Tabel 1. Komponen teknologi dalam kegiatan pendampingan jagung di kabupaten Bulukumba, 2010 Komponen Teknologi Varietas Jumlah biji/lubang Cara tanam Pemupukan Bahan organik Pengendalian OPT
VUB
LL
SL-PTT
Non SL-PTT
Bima 3, 4, 5 1 Tugal Urea 100 kg/ha + Ponska 100 kg/ha 1 t/ha PHT
Bisi 2 2 Alur Ponska 100 kg/ha PHT
Bisi 2 2 Alur Ponska 100 kg/ha
Bisi 2 2 Alur Ponska 100 kg/ha
PHT
Cara petani
Pengolahan tanah tanpa olah tanah (TOT) dengan menyemprotkan herbisida lalu dialur menggunakan ternak atau tugal. Penanaman jagung dengan system legowo 2 : 1 jarak tanam (90 x 60 x 20 cm). pemupukan Ponska berdasarkan hasil uji tanah
633
Muhammad Thamrin dan Ruchjaningsih: Penerapan Model Pengelolaan ……
diberikan pada 7 dan 40 hst. Pengendalian gulma dilakukan dengan menyemprotkan herbisida, hama dan penyakit berdasarkan konsep PHT. Komponen teknologi yang yang terpaknan terlihat pada (Tabel 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah dan Agroekosistem Kabupaten Bulukumba dengan luas wilayah 115.467 ha dari 10 kecamatan yang merupakan wilayah yang cukup potensial dalam upaya pengembangan pertanian, peternakan dan perkebunan. Menurut data BPS Kabupaten Bulukumba (2009) Potensi lahan berdasarkan agroekosistemnya terbagi lahan sawah seluas 20.293,80 ha dan lahan kering seluas 2.164,36 ha. Topografi dan fisiografi kurang lebih 95,38% berada pada ketinggian 0–1.000 meter di atas permkaan laut (dpl) dengan tinkat kemiringan tanah 0 – 40o. Keadaan iklim berdasarkan klasifikasi daerah terbagi ke dalam 4 tipe yaitu: iklim A dengan 9 bulan basah meliputi Bulukumpa, Kindang dan Gantarang sebahagian; iklim B dengan 7 bulan basah meliputi Kajang, Ujung Loe, Rilau Ale, Kindang dan Gantarang sebahagian; iklim C dengan 5 bulan basah meliputi Kajang, Herlang dan Bontotiro; iklim D dengan 4 bulan basah meliputi Ujung Bulu, Gantarang sebahagian dan Bontotiro. Sedangkan kondisi curah hujan digolongkan atas < 2.000 mm/tahun meliputi Ujung Bulu, Bontotiro, Kajang, Bontobahari dan Gantarang; 2.000–3.000 mm/tahun meliputi Gantarang, Bulukumba, Rilau ale, Kajang dan Herlang; > 3.000 mm/tahun meliputi Kindang, Rilau Ale, dan Ujung Loe. Potensi Sumberdaya Lahan dan Tanaman Potensi sumberdaya lahan mencakup lahan kering dan lahan sawah sedang tanaman meliputi jagung disajikan pada (Tabel 1). Total luas sumberdaya lahan di sepuluh kecamatan adalah 22.458.16 ha terdiri dari lahan kering 2.164,36 ha, lahan sawah 20.293,80 ha. Kecamatan Kajang, Kindang dan Rilau Ale merupakan 3 kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya lahan terluas (200.000–300.000 ha), sementara Ujung Loe dan Gantarang menempati posisi yang memiliki sumberdaya lahan dengan luas paling rendah (< 50.000 ha).
634
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 1. Luas Areal Tanam, Luas Panen, dan Produksi Tanaman Jagung di Kab. Bulukumpa, 2010
Kecamatan Gantarang Ujung Bulu Ujung Loe Bontobahari Bontotiro Herlang Kajang Bulukumpa Rilau Ale Kindang Jumlah
Luas Lahan (Ha) Luas Luas Lahan Lahan Tanam Panen Kering Sawah ……………………..Ha……………… 6,41 8.004,90 1.399 1.226 27,40 310,60 8 8 182,20 2.771,00 3.976 4.454 53,10 2.945 5.097 144,60 25,00 3.586 5.413 339,00 5.583 5.958 1.056,80 1.191.10 5.155 10.461 49,80 2.625,60 1.449 493 172,00 3.038,40 169 52 183,25 1.775,10 859 962 2.164,36 20.293,80 25.129 34.124
Produksi (t)
Produk tivitas (t/ha)
4.752 24 18.355 15.367 16.504 27.723 34.908 1.348 193 2.852 122.027
3,87 2,97 4,12 2,02 3,05 4,65 3,34 2,74 3,71 2,97 3,58
Kinerja Model PTT Usahatani Jagung di Tingkat Petani Sistem usahatani jagung di lokasi pendampingan baik PTT maupun non PTT pada umumnya di lahan kering dengan teknologi relatif sama, petani pada umumnya menggunakan benih unggul hybrid (Bisi) dan bermutu karena selama ini petani membeli benih jagung langsung dari kios-kios tani, namun sebagian masih ada petani menanam jagung hasil sebelumnya yang sudah beberapa kali di tanam dalam varietas yang sama. Penggunaan benih pada petani non PTT lebih banyak (20-30 kg/ha) dibandingkan dengan petani yang menerapkan PTT, karena menurut petani bibitnya tidak cukup kalau benih yang ditanam hanya 1-2 biji per lubang tetapi menanam 2-3 biji per lubang. Penanaman dengan sistem tanam legowo belum diprkatekkan dan umumnya menanam dengan system alur dari bajak kuda dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm. Dalam penerapan system tanam legowo, petani belum melakukannya karena disamping belum terbiasa juga biaya tenaga kerja lebih mahal yaitu ada penambahan biaya tenaga kerja Rp. 100.000 per hektar. Petani di lokasi pendampingan selama ini belum menggunakan bahan organik (pupuk kandang) untuk lahan kering karena petani belum tahu manfaat dari penggunaan dan sulit mendapatkan pupuk kandang di lokasi PTT maupun non PTT. Penggunaan pupuk anorganik (Urea, SP36 dan KCl ) belum sesuai dosis bahkan sebagian petani tidak menggunakan pupuk SP 36 dan KCl karena harga kedua pupuk tersebut dirasakan petani sangat mahal, selain itu terkadang sulit didapatkan dipasaran.
635
Muhammad Thamrin dan Ruchjaningsih: Penerapan Model Pengelolaan ……
Pengendalian hama dan penyakit belum menerapkan secara PHT, petani sering menggunakan pestisida yang berlebihan tanpa memperhatikan sasaran hama/penyakit dan musuh alami, sehingga mengakibatkan menjadi tidak efektif.
Penerapan Teknologi VUB, LL, SL-PTT Jagung dengan Pendekatan PTT Hasil pendampingan teknologi menunjukkan bahwa melalui pendekatan model PTT ternyata masih mampu meningkatkan produktivitas dari 3,58 menjadi 5,1 – 5,8 ton per hektar. Hasil panen biji kering beberapa varietas jagung di lokasi pendampingan yang telah menerapkan usahatani jagung lahan kering secara intensif (Tabel 2). Tabel 3. Pertumbuhan dan Produksi Biji Kering beberapa varietas jagung di lokasi pendampingan MH 2010 di kabupaten Bulukumba. Uraian Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Tongkol Produksi Biji Kering (t/ha)
Bima 3 233,1 1,0 5,8
VUB Bima 4 221,3 1,0 5,5
Bima 5 234,4 1,0 5,1
LL*) 240,5 1,0 5,4
SL-PTT*) 236,9 1,0 5,7
Non SLPTT**) 243,9 1,0 5,1
*) Bisi **) Bisi/Pioneer
Pertumbuhan awal jagung dari masing-masing varietas menunjukkan keragaan hasil yang cukup baik dan terlihat perbedaan antara pendekatan PTT (VUB, LL, SLPTT) dan non PTT. Pada fase vegetatif intensitas serangan rendah dan dapat dengan mudah dikendalikan oleh petani secara manual dan kimiawi. Pada fase generatif penapilan tanaman jagung varietas Bima dan Bisi (LL) dengan pendekatan PTT memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman lebih baik dibandingkan non PTT. Hasil pendampingan di lokasi VUB, LL, SL-PTT dan non SL-PTT menunjukkan bahwa dengan pendekatan PTT dapat memberikan hasil yang lebih tinggi untuk semua varietas dibandingkan dengan non SL-PTT. Analisa Usaha Tani Implementasi model PTT ditingkat petani selain dapat meningkatkan hasil juga dapat meningkatkan pendapatan petani sekitar 1,8 jut/ha dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan PTT (Tabel 3 dan 4).
636
Seminar Nasional Serealia, 2013
Tabel 3. Analisa Usahatani Jagung per Hektar dengan Penerapan Model PTT di Desa Padang Loang dan Seppang Kecamatan Ujung Loe, Bulukumba, 2010. No. A.
B.
C D E
Uraian Saprodi: Benih (Bima) Pupuk: Urea ZA SP-36 Pestisida Tenaga Kerja Pengolahan Tanah: Bajak ternak Cangkul Tanam (Legowo 2:1) Penyulaman Pemupukan Penyemprotan Panen 1:20 Jumlah Biaya (A+B) Hasil Keuntungan (D-C) B/C
Volume (HOK, KG)
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
10 kg
20.000
200.000
200 kg 50 kg 50 kg 2000 ml Jumlah A
1.400 1.500 1.800
280.000 75.000 90.000 180.000 825.000
1 ha 7 HOK 32 HOK 7 HOK 7 HOK 5 HOK 275 kg Jumlah B
30.000 20.000 20.000 20.000 30.000 2.800
5500 kg
2.800
500.000 210.000 640.000 140.000 140.000 150.000 770.000 2.550.000 3.375.000 15.400.000 12.025.000 3,56
Tabel 4. Analisa usahatani jagung per hektar dengan teknologi petani (Non PTT) di Desa Padang Loang dan Seppang Kecamatan Ujung Loe, Bulukumba, 2010. No. A.
B.
C D E
Uraian Saprodi: Benih (Bisi) Pupuk: Urea ZA Pestisida Tenaga Kerja Pengolahan Tanah: Pembersihan lahan Cangkul Tanam (Alur) Penyulaman Pemupukan Penyemprotan Panen 1:20 Jumlah Biaya (A+B) Hasil Keuntungan (D-C) B/C
Volume (HOK, KG)
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
25 kg
45.000
1.125.000
200 kg 50 kg 2000 ml Jumlah A
1.400 1.500
280.000 75.000 180.000 1.660.000
1 ha 12 HOK 25 HOK 7 HOK 7 HOK 5 HOK 260 kg Jumlah B
30.000 20.000 20.000 20.000 30.000 2.800
5100 kg
2.800
637
350.000 360.000 500.000 140.000 140.000 150.000 728.000 2.368.000 4.028.000 14.280.000 10.252.000 2,55
Muhammad Thamrin dan Ruchjaningsih: Penerapan Model Pengelolaan ……
KESIMPULAN Sebagian petani belum sepenuhnya melaksanakan PTT sesuai dengan anjuran yang disebabkan petani masih ragu menerima perubahan yang harus dilakukan, terutama dalam cara tanam legowo, pengaturan air dan penggunaan organik (kompos jerami). Implementasi model PTT ditingkat petani yang dilaksanakan sesuai anjuran, selain dapat meningkatkan hasil produktivitas jagung, juga dapat meningkatkan efisiensi input produksi seperti penggunaan benih, dan pupuk 20-30 %. Model PTT jagung dengan komponen teknologi yang diterapkan dapat diterima secara teknis, sosial dan ekonomi oleh pengguna.
DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Petunjuk teknis lapang pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bulukumba, 2009. Mencari Format Penelitian Sektor Pertanian di Kabupaten Bulukumba. Makalah disampaikan pada Focus Discussion Group (FGD) Mencari Format Penelitian Sektor Pertanian di Kabupaten Bulukumba. BPS, 2009. Biro Pusat Statistik Bulukumba, Bulukumba dalam Angka. Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2008. Panduan Pelaksanaan. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi.
638