PENERAPAN IPTEKS BENIH JAGUNG SEHAT BERENDOFIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN MAROS Itji Diana Daud Jurusan HPT, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Email :
[email protected] ABSTRAK Kurangnya informasi teknologi pengendalian yang disosialisasikan pada petani di Sulawesi Selatan sehingga adopsi dan penerapan IPTEKS menjadi tantangan tersendiri. Organisme Pengganggu Tanaman menyerang mulai dari benih sampai pasca panen. Benih jagung sehat berendofit diterapkan dengan cara demplot. Penanaman pada lahan seluas 600 m². Kegiatan pada masyarakat ini dilaksanakan dengan metode penyuluhan aktif, demonstrasi melalui sarana demplot. Pertanaman tidak perlu menggunakan insektisida. Serangan penggerek batang (Ostrinia furnacalis) lebih sedikit dari tanaman jagung pada benih biasa secara berturutturut 3 ekor dan 8 ekor. Hal ini menunjukkan potensi kerusakan dan gagal panen pada tanaman dengan benih biasa sangat besar. Jika ditemukan 8 ekor pada tanaman artinya telah melewati Ambang Ekonomi (AE). Hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa inovasi ini akan diterapkan karena menguntungkan. Nilai R/C rasio usaha tani benih jagung berendofit sebesar 3,07 artinya lebih besar 1 (R/C > 1 ) sehingga menguntungkan. Kata Kunci : IPTEKS, Benih Sehat Berendofit, Demplot, Ambang Ekonomi.
APPLICATION OF ENDOFIT HEALTY CORN SEED SCIENCE AND TECHNOLOGY IN DRY FIELD IN MAROS REGENCY Itji Diana Daud Department of HPT (Pest and Disease of Plant) Agriculture Faculty Hasanuddin University Email :
[email protected] ABSTRACT Lack informations about control technology which were socialized to the farmers of Sulawesi Selatan makes the adoption and application of science and technology become a challenge. Plat disturbing organism attacks start from the seed stage to post-harvest. Healthy corn seeds with endofit were applied in model, and cultivated in 600 m2 field. This society activities were conducted with active presentation method, and demonstration with model field. Application of insecticide was not necessary. The attacks of stem borer (Ostrinia furnacalis) were less than the regular corn seed, they were 3 O. firbacalis for seed corn with endofit and 8 for the regular one. This showed that the damage potency of plant with regular seed is high. 8 pests in plant means it exceed the economical gate. Interviews with farmers showed that the innovations will be applied because of their benefit. The value of R/C ratio of farming the corn seed with endofit is 3.07 which is higher than1 (R/C >1) therfore it is benefit. Key words : Science and technology, healthy seed with endofit, experimental field, economical gate
seringkali menjadi ancaman dalam upaya
PENDAHULUAN
pencapaian
1. Latar Belakang
Jagung merupakan komoditas perta-
jagung
yang
secara
otomatis juga mengancam ketahanan pangan nasional dan menciptakan kerawanan pangan.
nian penting setelah padi. Secara keseluruhan bagian tanaman jagung dapat dimanfaat-
surplus
Pemerintah Provinsi Sulsel melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan menegaskan
kan, dan merupakan suatu komoditas pohon
bahwa gerakan pengendalian OPT dalam
industri yang serba guna. Tidak hanya menjadi
pengembangan pertanian ke depan, perlin-
komoditas untuk pakan ternak, kebutuhan
dungan tanaman merupakan bagian terpenting
konsumsi manusia, tetapi juga sebagai bahan
dan tidak terpisahkan di tataran ‘on farm’
baku biodiesel untuk keperluan mesin-mesin
dalam
industri dan transfortasi. Residu tanamannya
kontinuitas hasil produksi pertanian serta
pun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
efisiensi
berkualitas (Anonim, 2008).
tanaman saat ini menjadi sangat kompleks
Kebutuhan domestik untuk bahan baku
menjaga
kualitas,
budidaya
kuantitas,
tanaman.
dan
Perlindungan
karena kedua faktor tersebut di atas.
pabrik pakan ternak, menyusul kebutuhan
Program pemerintah surplus jagung
untuk industri makanan pada tahun 2005
“memaksa”
diperkirakan mencapai 11,8 juta ton dan
pembukaan lahan - lahan marginal guna
diperkirakan pada tahun 2010 akan meningkat
mengejar pencapaian surplus jagung 2009.
menjadi 13,6 juta ton. Ketergantungan pabrik
Lahan-lahan yang kering kadang menjadi
pakan terhadap jagung impor sangat tinggi
faktor
yaitu sekitar 40 %. Hal tersebut disebabkan
produksi jagung begitu pula pada lahan yang
karena para pengusaha industri makanan dan
basah. Oleh sebab itu diperlukan teknologi
pakan ternak lebih senang untuk melakukan
benih jagung yang bisa beradaptasi kondisi
impor
tersebut.
karena
terjaminnya
pasokan
yang
petani
pembatas
untuk
untuk
melakukan
mengoptimalkan
kontinyu serta terjaminnya kualitas dengan
Keberadaan OPT di ekosistem yang
harga yang relatif lebih rendah (Anonim, 2008).
sewaktu – waktu eksplosif, menjadi ancaman
Guna
memenuhi
pasar
serius pada program ini. Penurunan produksi
jagung dalam negeri, di tahun 2008 pemerintah
jagung signifikan terjadi sebab kemampuan
menargetkan sasaran produksi
di
OPT mengkolonisasi wilayah tertentu sangat
Sulawesi Selatan sebesar 1.5 juta ton jagung,
tinggi. Disamping stiap stadia pertumbuhan
meskipun saat ini capaian produksi jagung di
kehadirannya
tahun 2007 (data BPS) masih dalam kisaran
permasalahan tersebut, kepanikan petani terjadi
969.955 ton. Belum tercapainya target ini
ditandai dengan penggunaan pestisida tanpa
karena beberapa faktor yaitu adanya gangguan
pertimbangan ambang ekonomi OPT tersebut,
OPT, kondisi lahan, dan fenomena iklim
dan juga penggunaan pestisida tidak dapat
(kekeringan
dihindarkan
dan
banjir).
kebutuhan
jagung
Khusus
OPT,
selalu
karena
ada.
Mengantisipasi
pemahaman
petani,
pestisida merupakan satu-satunya alat untuk
bentuk-bentuk penerapan IPTEKS yang akan
mengendalikan OPT tersebut. Meskipun dalam
dilakukan di lokasi sasaran.
konsep PHT menegaskan bahwa pengendalian dengan pestisida merupakan suatu pilihan terakhir. Petani umumnya tidak mengindahkan konsep ini karena merasa yakin bahwa pestisida mampu mengendalikan OPT di pertanamannya. Kekeliruan ini mesti harus diluruskan dengan memberikan lisasikan
pemahaman secara
dan
langsung
mensosiapenggunaan
pengendali hayati yang lebih berwawasan lingkungan.
Lahan
yang
digunakan
sebagai
tempat
penelitian terlebih dahulu dibersihkan dengan cara mencangkul kemudian pada lahan tersebut dibuatkan petak-petak perlakuan dengan ukuran 5m x 5m sebanyak 24 petak. Jarak antara petak satu dengan petak yang lainnya adalah 1m. Benih jagung ditanam pada setiap petak dengan cara di tugal sedalam 5cm dan setiap lubang tanam ditanami 1 biji benih dengan jarak tanam
Kegiatan Penelitian ini difokuskan di Kabupaten
3. Persiapan Lahan
Maros
khususnya
Kecamatan
Tompobulu. Daerah ini oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sulsel dijadikan sebagai daerah sasaran pengembangan jagung tahun 2009. Tidak hanya itu, daerah ini umumnya daerah lahan kering juga tergolong daerah
75cm x 20cm.
4. Kegiatan Penanaman Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK), yang
terdiri dari 6 perlakuan,
masing-masing
diulang sebanyak 4
Masing-masing
kali.
ulangan terdiri dari 5 sampel tanaman, jumlah
rawan pangan.
tanaman yang diamati adalah METODE PENERAPAN IPTEKS Kegiatan
pada
masyarakat
120 sampel
tanaman. Adapun perlakuan tersebut adalah : ini
B + aq
S + aq
B + Bb
= Benih direndam pada suspensi B. basiana 106 spora/ml selama 24 jam
Khalayak sasaran partisipatif yang saling berinteraksi. Materi yang akan disampaikan
= Benih Sayang di rendam dengan aquades
penjelasan teori dan Pelaksanaan demonstrasi. 1. Penjelasan teori
direndam dengan
aquades
dilaksanakan menggunakan metode penyuluhan aktif, demonstratif, dan aplikatif meliputi;
= Benih Bisi-2
S + Bb
= Benih Sayang
direndam pada
adalah perbaikan budidaya, pengolahan tanah,
suspensi B. basiana 106 spora/ml
dan Pengendalian hama terpadu (PHT),
selama 24 jam
2. Pelaksanaan demonstrasi
B + Pc
= Benih
Bisi-2
direndam
pada
Tim penerapan IPTEKS membuat percontohan
suspensi B. basiana 106 spora/ml
aplikasi ipteks dengan metode demplot dan
selama 24 jam + pupuk cair
aplikasi langsung secara massal antara tim pengabdi-seluruh khalayak sasaran. Berikut
S + Pc
= Benih Sayang
direndam pada
suspensi B. basiana 106 spora/ml selama 24 jam + pupuk cair
Kecamatan ini terbagi atas beberapa desa,
5. Pengamatan Populasi Pengamatan dilakukan mulai tanam sampai
panen,
dengan
interval
waktu
pengamatan 7 hari. Pengambilan tanaman contoh dilakukan secara acak. Jumlah tanaman contoh yang diamati sebanyak 5 tanaman pada masing-masing
petak
perlakuan
sehingga
Sebelah
Utara
berbatasan
dengan
berbatasan
dengan
berbatasan
dengan
Kecamatan Camba Sebelah
Selatan
Pangamatan populasi larva dan pupa dilakukan pada daun dengan adanya bekas gerekan melintang pada daun, rambut masih
Timur
Kecamatan Tompobulu
a. Pengamatan populasi O. furnacalis.
yang
berikut:
Sebelah
Parameter pengamatan yang diamati yaitu
jagung
Taddeang, dengan batas-batas wilayah sebagai
Kecamatan Tanralili
terdapat 120 tanaman yang diamati.
tongkol
yaitu desa Samanggi, Batu Bassi, Bantimurung,
muda
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar 1.2. Kondisi Iklim dan Geografis
Kecamatan
Simbang
berada
pada
(betrwearna hijau pucat), didalam tongkol.
ketinggian 0 – 5 meter di atas permukaan laut
Serta rambut tongkol jagung yang sudah
dengan kondisi topografi dataran rendah.
tua (berwarna coklat gelap) larva dan pupa
Secara umum Kecamatan Simbang beriklim
yang berada dalam batang diperiksa dengan
sedang, dengan tipe iklim C.
cara memotong dan membelah ruas batang.
1.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Matapencaharian
b. Pengukuran berat bobot biji . Melakukan pengukuran
Mayoritas penduduk di Kecamatan
berat bobot biji
dengan mengambil satu tongkol jagung setiap perlakuan lalu ditimbang
Simbang
memperlihatkan
matapencahariannya
bahwa
adalah
sumber
bertani
dan
berkebun. Kemudian jenis komoditi yang
6. Analisis Data
diusahakan adalah padi, jagung dan palawija.
Analisis sidik ragam dilakukan pada setiap pengamatan,
jika
diantara
perlakuan
menunjukkan perbedaan nyata maka diuji dengan uji Duncan pada taraf 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Identitas Petani Responden Petani
adalah
setiap
orang
yang
melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi
1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan
1.1 Luas dan Letak Geografis
kehutanan. Orang yang disebut petani, atau
Kecamatan Simbang merupakan salah
kedudukannya
sebagai
petani
mempunyai
satu Kecamatan yang berada di Kabupaten
fungsi yang banyak. Petani sebagai orang yang
Maros. Kecamatan ini terletak ± 35 Km dari
berusahatani, juga akan mendapatkan produksi
pusat pemerintahan Kabupaten.
pertanian.
Dalam menjalankan kegiatan usahatani, petani mempunyai peranan sebagai cultivator
membangun pertanian di daerah ini terutama mengembangkan benih jagung berendofit.
dan manajer. Petanilah yang mengatur dan memelihara
pertumbuhan
tanaman
Selain umur, pendidikan merupakan
dalam
salah satu faktor penunjang pengetahuan
usahataninya mulai dari pengolahan tanah
masyarakat. Oleh karena itu tingkat pendidikan
sampai panen. Namun setiap petani mempunyai
responden memengaruhi cara berpikir, sikap
kemampuan yang berbeda terutama apabila
dan
menerima suatu inovasi. Untuk mengem-
berhubungan usahataninya. Tingkat pendidikan
bangkan suatu inovasi dibutuhkan teknologi
responden
dan kesesuaian lahan. Tingkat teknologi yang
penerimaan suatu inovasi baru, selain itu
dimaksud yaitu sosialisasi penggunaan benih
biasanya
jagung Berendofit, yang digunakan pada lahan
mengambil
kering. Rata-rata umur responden adalah 50
keputusan
tahun. Umur merupakan salah satu faktor yang
pendidikan yang dimaksud adalah tingkat
dapat memengaruhi keberhasilan petani dalam
pendidikan formal yang pernah diikuti oleh
berusahatani dan pola pikir petani.
petani responden yang tertinggi SMA (3
Pada umumnya petani yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang berusia
cara
pengambilan
sangat
akan
yang
menentukan
semakin
risiko
keputusan
waspada
sehubungan akan
diambil.
yang
terhadap
dalam dengan Tingkat
orang), SMP (20 orang) dan terendah yaitu SD (7 orang). Lahan merupakan faktor produksi,
relatif tua. Namun responden yang lebih tua
dimana luas lahan sangat
memiliki pengalaman yang banyak terutama
produksi benih jagung berendofit. Besarnya
mengenai
Umur
produksi yang diperoleh dari benih jagung
responden bervariasi antara responden yang
berendofit akan mempengaruhi pendapatan
satu dengan responden lainnya. Umur petani
yang akan diterima petani. Luas lahan yang
responden yang tertua yaitu pada petani
dikelola petani responden sangat berpengaruh
responden Nandrang (67 tahun) dan yang
terhadap kegiatan usahataninya baik terhadap
termuda pada petani responden Tompo dan
jenis komoditi maupun pada pola usahatani itu
Hemriani masing-masing 40 tanun. Menurut
sendiri. Terlihat pada luas lahan yang dimiliki
studi demografi , usia produktif berada pada
petani responden Usman, paling luas yaitu 10
kisaran 15 – 60 tahun dan usia non produktif 0
ha (1000 are) dan petani yang mempunyai luas
–
lahan kecil pada petani responden Agus Salim
kegiatan
usahataninya.
14 tahun. Hal ini berarti bahwa petani
responden yang berada pada tingkat umur
mempengaruhi
yaitu 10 are.
produktif di Kecamatan Simbang yaitu sekitar
Sedangkan pengalaman berusahatani
40 – 55 tahun dan umur non produktif antara 60
yang dimaksud adalah yang diperhitungkan
– 67 tahun.
Dengan tingginya tingkat umur
sejak seorang petani mulai terlibat dalam
produktif petani responden, diharapkan mampu
kegiatan usahataninya. Pengalaman berusahatani merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kemampuan bekerja dan
Untuk lebih jelas teknik budidaya
berpikirnya petani dalam mengelola usaha
benih jagung berendofit di Kecamatan Simbang
taninya. Pada umumnya, semakin lama petani
sebagai berikut:
berusahatani maka petani akan mempunyai
1. Pengolahan Tanah (Pembuatan Demplot)
sikap yang lebih berani dalam menanggung
Pengolahan tanah dimulai dengan kegiatan
risiko penerapan teknologi pertanian, seperti
pembersihan
halnya sosialisasi benih jagung berendofit.
tanam dibersihkan dari gulma, alang dan
Artinya semakin lama berusahatani, petani
tumbuhan
lebih respon dan cepat tanggap terhadap gejala
dilakukan secara
yang mungkin akan terjadi dengan penerapan
pembersihan lahan, penggemburan dan
teknologi
pertanian
pertanaman.
lainnya.
Pengolahan
Areal
tanah
menyeluruh meliputi
apabila
terjadi
pemupukan. Rangkaian kegiatan pengo-
kegagalan dalam penerapannya maka
petani
lahan tanah dilakukan satu miggu sebelum
yang
untuk
kegiatan
bersangkutan
dan
areal
lebih
siap
penanaman
benih
jagung
menanggulanginya. Dari pengalaman berusaha-
Berendofit dilaksanakan. Jarak tanam yang
tani yang lebih mapan petani dapat mengubah
digunakan yaitu 70 x 40 cm.
metodenya menjadi metode yang lebih baik
2. Penanaman
dari sebelumnya dan mengurangi tingkat risiko
Pada proses penanaman, benih jagung
kegagalan dalam pengelolaan usahataninya
berendofit
sehingga lebih produktif dari waktu ke waktu.
ditanam pada lahan yang sudah dilubangi
yang
digunakan
langsung
Berdasarkan pengalaman dalam beru-
dengan pemberian sebanyak dua biji per
sahatani, petani responden Bakri memiliki
lubang. Penanaman ini dilakukan pada pagi
pengalaman berusahatani yang terendah yaitu 5
hari dan dibutuhkan waktu selama seming-
tahun sedangkan pengalaman berusahatani
gu dengan menggunakan tenaga kerja antar
tertinggi yaitu petani responden Nandrang dan
kelompok.
H.Makmur masing-masing 45 tahun. 4. Potensi Benih Jagung Berendofit
3. Pemeliharaan Pada proses pemeliharaan yang dilakukan yaitu dengan pemberian pestisida berupa
Berdasarkan jumlah luas lahan yang dimiliki petani responden, yaitu 1690 are atau 16,90 ha dengan produksi rata-rata antara 4.5 ton/ha.
Ini berarti sangat
potensi untuk
dikembangkan. Adapun budidaya benih jagung berendofit dapat dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan pengolahan tanah , penanaman bibit, pemeliharaan dan pemanenan.
Arripo, Spontan, Halona bahkan kapur ajaib. Oleh karena itu petani responden sangat bergantung pada pestisida yang sering digunakan. Umumnya petani responden menggunakan pestisida sebanyak 2 -3 kali selama penanaman, dengan melalui penyemprotan, menabur dan merendam benih. Benih jagung beredofit tidak terlalu membutuhkan pemeliharaan yang berlebihan dan terkesan sangat mudah, karena B.
bassiana yang ada ada pada butir jagung
sekecil-kecilnya (minimalisasi input) dan atau
sayang setelah dilakukan reisolasi dapat
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
diyakinkan bahwa yang akan digunakan
(maksimalisasi output). Hal ini tentunya be
sebagai benih jagung pada demplot telah
kepastian keuntungan yang akan diperoleh
berendofit.
nantinya.
Kekahwatiran
petani
terhadap
5. Pengetahuan Petani tentang Benih Jagung Berendofit
teknologi yang dianjurkan terutama penggu-
Salah satu alasan mengapa terjadi
tertuju pada satu pertanyaaan, yakni “Seberapa
kesenjangan antara potensi hasil yang diperoleh
besar keuntungan yang dapat diperoleh dengan
dari suatu usahatani dengan kenyataan yang
menggunakan benih jagung berendofit yang
terjadi adalah teknologi yang dianjurkan tidak
dianjurkan?”.
naan benih jagung berendofit, pada hakekatnya
dapat diterapkan sepenuhnya oleh petani. Hal
Petani cenderung tertarik pada penera-
ini mengindikasikan adanya “celah” dalam
pan teknologi yang memberikan kepastian
transfer pengetahuan berupa paket teknologi
keuntungan yang lebih besar dari keuntungan
yang sering dianjurkan oleh penyuluh pertanian
sebelumnya. Jika suatu teknologi memberikan
lapangan. Celah ini yang biasa disebut sebagai
bukti nyata akan meningkatkan pendapatan
faktor yang memengaruhi tingkat penerimaan
petani khususnya yang menggunakan benih
(adopsi) petani terhadap suatu paket teknologi
jagung berendofit, maka sikap petani cenderung
usahatani.
menerima penerapan teknologi tersebut.
Secara singkat faktor-faktor
mem-
Selain pertimbangan untung-rugi, sikap
pengaruhi petani dapat berasal dari faktor
petani terhadap teknologi yang dianjurkan,
internal maupun eksternal. Faktor internal
tentunya ada pertimbangan lain yaitu penilaian-
antara
pengetahuan
penilaian keluarga dan kerabat sesama petani.
(Kognitif) dan keterampilan (Psikomotorik).
Sebelum memutuskan sesuatu yang berkaitan
Sedangkan faktor
eksternal lebih kepada
dengan usahataninya, maka petani tersebut
pengaruh luas atas keputusan petani terhadap
berdiskusi terlebih dahulu dengan keluarga
teknologi dalam usahataninya.
(kerabat) dan kelompok taninya. Dari hasil
lain
sikap
(Afektif),
Untuk mengetahui faktor internal yang
diskusi
ini
akan
memberikan
kepastian
berkaitan dengan kondisi petani responden
terhadap keputusan yang akan mereka ambil,
yang ada di Kecamatan Simbang, adalah
apakah direalisasikan atau tidak.
sebagai berikut:
Menurut pengamatan peneliti secara
1. Sikap (Afektif) Pada
umumnya
visual, sikap petani yang mengikuti sosialisasi petani
adalah
manusia,
benih jagung berendofit sangat antuasias dan
mempunyai sikap seperti kebanyakan orang
bersemangat, terlihat dari respon petani yang
bersikap, melakukan tindakan selalu berhati-
ingin
hati dalam menerima teknologi, menganut
pembentukan kelompok belajar (100%).
prinsip ekonomi dengan pengorbanan yang
diikutkan
dalam
pelatihan
dan
2. Pengetahuan (Kognitif)
Oleh karena itu dengan keterampilan yang
Pengetahuan mempunyai arti yang luas,namun
dimiliki
dibatasi oleh tingkat pendidikan yang pernah
mengelola usahataninya terkadang muncul hal-
diperoleh dibangku sekolah. Pendidikan sangat
hal yang diperoleh di luar pengetahuan mereka
memengaruhi cara berpikir seseorang dalam
sebelumnya
merespon dan menanggapi suatu permasalahan.
contoh yang penulis amati terutama dalam
Dengan
sangat
pembuatan bedengan, mereka tidak melakukan
menentukan dan dapat mengubah pola pikir
ukuran yang disarankan yaitu 70 x 100 cm dan
seseorang. Seorang petani yang mempunyai
pembuatan parit diantara bedengan yaitu 20 x
tingkat pendidikan yang tinggi lebih dinamis
30 cm. Alasannya petani responden tidak
dibandingkan
mempunyai alat larikan manual padahal dengan
kata
lain
pendidikan
petani
yang
punya
tingkat
pendidikan rendah (statis).
oleh
petani
maupun
responden
sebaliknya.
dalam
Sebagai
keterampilan yang dimiliki mereka dapat
Dalam menerima sebuah informasi,
membuat alat larikan dengan bahan baku yang
petani yang berpendidikan tinggi lebih dinamis
mudah didapatkan (memanfaatkan sumberdaya
dalam
bahan baku lokal, misalnya kayu dan paku).
mengambil
keputusan
untuk
usahataninya. Selain itu aktif mencari infor-
Untuk
masi guna untuk perbaikan usahataninya
keterampilan
dibandingkan
berpendidikan
menyarankan agar diberi atau dibagikan buku
rendah, yang hanya menunggu informasi dan
pedoman tentang budidaya dalam menanam
sulit mengambil keputusan jika ada teknologi
benih jagung berendofit.
petani
yang
baru yang dianjurkan.
meningkatkan petani
pengetahuan responden,
dan mereka
6. Sosialisasi Benih Jagung Berendofit
Secara visual petani responden yang ada di Kecamatan Simbang, belum pernah
Tidak
dapat
dipungkiri,
bahwa
mendengar nama varietas jagung yaitu “butir
keberadaan informasi menjadi sangat penting.
jagung “Sayang” yang dicampurkan dengan B.
Menjadi kebutuhan bagi hampir semua orang,
bassiana, dan menghasilkan benih jagung berendofit. B. bassiana merupakan pengendali hayati pengganti pestisida yang mempunyai manfaat yang sangat besar terutama perbaikan lingkungan tanah, air, udara dan manusia.
Petani dalam mengelola usahataninya selalu didasarkan pada keterampilan secara turuntemurun yang diwariskan dari orang tua Berkaitan
dengan
mengelola usahataninya, petani juga memerlukan informasi. Informasi sering dikaitkan dengan adanya teknologi baru, yang tentunya berpengaruh pada peningkatan hasil produksi yang mereka akan peroleh.
3. Keterampilan (Skill)
mereka.
demikian pula halnya dengan petani. Dalam
keterampilan,
biasanya petani yang mempunyai skill yang baik selalu menjadi contoh bagi petani lainnya.
Masalah selanjutnya yaitu pada tahap sosialisasi
yang
mana
berkaitan
dengan
memperkenalkan benih jagung berendofit. Pertama-tama yang dilakukan peneliti adalah memperkenalkan Tim peneliti dan membagikan kuisioner
disertai
dengan
pengisiannya.
Kemudian memperkenalkan B.bassiana sebagai
Selain itu petani mengharapkan bantuan benih
pengendali hayati dan atau pengganti pestisida.
jagung berendofit untuk ditanam di lahannya
Jenis pengendali hayati
masing-masing. Jadwal tanam akan dilakukan
yang diperkenalkan
yaitu Dangke 40 WP, pemakaian dosis 20 gram
pada bulan Oktober – Maret 2013.
per tangki dengan harga Rp 23.000,- per dos
Untuk penyajian jenis OPT, umumnya
dan Penalty 50 SC, pemakaian dosis 20 ml per
petani responden telah mengenal serangga dan
tangkai dengan harga Rp 27.000,- per botol.
gejala penyakit melalui slide atau gambar,
Pengenalan B. bassiana kepada petani
tetapi sulit mengingat nama serangga dan gejala
diperlihatkan wujud fisiknya, bagaimana B.
penyakit tersebut. Untuk mengingat kembali
bassiana diletakkan pada media jagung dengan
jenis serangga dan gejala penyakit tersebut,
mekanisme infeksi terhadap larva O. furnacalis
maka
sehingga ini sangat menarik bagi peserta
menjelaskan dengan menggunakan bahasa yang
sosialisasi, dalam hal ini petani. Selanjutnya
mudah
petani yang antuasias dalam sosialisasi ini
karateristik dan ciri gejala penyakit OPT.
meminta kepada tim peneliti agar dapat
tindakan
yang
dipahami
Jumlah
dilakukan
dan
peserta
adalah
menggambarkan
yang
mengikuti
diajarkan penggunaannya sebelum diberikan
sosialisasi cukup banyak yaitu sebanyak 172
dan dibawa pulang untuk diaplikasikan pada
orang. Peserta sosialisasi berasal dari daerah
tanaman lain (cabe dan tomat).
bagian Utara yaitu Luwu Timur, Luwu Utara,
Sementara
itu,
sebelumnya
petani
Luwu,
Palopo,
Bone,
Pinrang,
Barru,
Soppeng,
penuntun tentang bercocok tanam jagung yang
Pangkep dan Maros. Sedangkan daerah bagian
benar dengan menggunakan benih jagung
Selatan diwakili oleh peserta yang berasal dari
berendofit. Dalam perkembangannya,
Gowa,
responden telah mendapat- kan informasi mengenai cara bercocok tanam benih jagung
Sidrap,
Enrekang,
responden menyarankan agar diberikan buku
petani
Wajo,
Toraja,
Takalar,
Jeneponto,
Bantaeng,
Bulukumba, Sinjai dan Selayar.
berendofit, diantaranya membuat bedengan
7. Biaya dan Pendapatan Usahatani Benih Jagung Berendofit
dengan ukuran 70 x 100 cm dan parit diantara
Biaya Usahatani Benih Jagung berendofit.
bedengan dengan ukuran 20 x 30 cm. Selanjutnya
Tim
peneliti
petani membuat demplot
Biaya bersama
usahatani
dikeluarkan
adalah
selama
biaya
proses
yang
produksi
dan melakukan
berlangsung. Biaya usahatani benih jagung
penanaman benih jagung berendofit. Demplot
berendofit meliputi biaya variabel dan
dibuat sebanyak 4 (empat) petak, dengan luas
biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya
areal penanaman benih jagung berendofit 2.5 x
yang
12
proses
ngaruhi produksi dan habis dalam satu
penanaman,
masa produksi, sedangkan biaya tetap
tanaman
adalah biaya yang penggunaannya tidak
meter
pembuatan pemupukan
per
bedengan.
bedengan, dan
Semua
parit,
pemeliharaan
dilakukan secara bersama-sama dengan petani.
jumlah
penggunaannya
mempe-
mempenga- ruhi besarnya biaya produksi
satu kali panen. Rata-rata biaya yang
benih jagung berendofit. Perhitungan biaya
dikeluarkan pada usahatani benih jagung
dalam analisis ini digunakan perhitungan
berendofit dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Volume, Nilai Produksi, Total Biaya dan Keuntungan Usahatani Benih Jagung pada Petani Responden di Kecamatan Simbang Kabupaten Maros 2013 Harga No. Uraian Volume Nilai (Rp) (Rp) 1. Produksi (kg) 4.500 2.500 11.250.000 2. Biaya Variabel 19 27.000 513.000 - Benih jagung (kg/ha) - Pestisida/Pengendali Hayati: Dangke 40 W P(gram/ha) 20 23.000 460.000 20 27.000 540.000 Penalty 50 SC (ml/ha) 36 40.000 1.140.000 - Upah Tenaga kerja (HOK/ha) Total Biaya Variabel 2.653.000 3. Biaya Tetap 25.000 - Pajak lahan (Rp/ha) 1 25.000 55.000 - Penyusutan alat 1 55.000 80.000 Total Biaya Tetap 4.
Total Biaya (2+3) (Rp)
2.773.000
5.
Gross Output (pendapatan kotor) (Rp)
8.597.000
Gross Margin (pendapatan bersih= penerimaan) (Rp)
8.517.000
6.
Sumber: Data Primer Setelah di Olah, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui
Secara teoritis, jika nilai R/C ratio > 1
bahwa nilai produksi yang diperoleh petani
maka layak untuk dikembangkan, akan tetapi
responden yang menggunakan benih jagung
jika nilai R/C ratio < 1 maka tidak layak
Berendofit sebesar Rp 11.250.000,- dengan
dikembangkan, apabila nilai R/C ratio = 1,
biaya variabel
yang dikeluarkan sebesar Rp
maka tidak untung dan tidak rugi (impas).
2.653.000,- dan biaya tetap sebesar Rp 80.000,-
Adapun perhitungan R/C ratio benih jagung
, sehingga total biaya yang dikeluarkan sebesar
berendofit sebagai berikut:
Rp 2.773.000,-.
yang
R/C ratio = 8.517.000/2.773.000 = 3.07
Berdasarkan perhitungan total biaya
Artinya nilai R/C ratio usahatani benih jagung
dikeluarkan,
Berendofit diperoleh sebesar 3.07. Dengan
maka
Gross
output
(pendapatan kotor) sebesar Rp 8.597.000,- dan
demikian usahatani
Gross margin (pendapatan bersih) sebesar Rp
dikembangkan dan memiliki prospek yang
8.517.000,-.
menguntungkan karena nilai R/C ratio > 1.
Untuk menghitung Revenue – Cost ratio (R/C ratio), dapat dilihat dari perhitungan
tersebut
layak untuk
Kepadatan Populasi Larva dan Pupa furnacalis
O.
untung-rugi dengan kata lain apakah usahatani
Hasil pengamatan kepadatan populasi
benih jagung berendofit yang dikembangkan
O. furnacalis selama 7 kali pengamatan dapat
menguntungkan (layak) atau tidak layak.
dilihat pada table berikut :
Tabel 2. Kepadatan populasi larva dan pupa O. furnacalis pada berbagai umur tanaman (Ekor) pertanaman Perlakuan
Umur Tanaman 35
42
49
0.85ab 1.25b 1.1 B + aq S + aq 1.2b 1.55b 1.35 0.4a 0.75a 0.9 B + Bb S + Bb 0.6a 0.8a 1.05 0.35a 0.5a 0.65 B + pc S + pc 0.45a 0.8a 0.7 Keterangan : Huruf yang sama pada kolom yang Duncan 0,05.
56
63
70
77
1.3bc 1.75c 0.9ab 1.05ab 0.6a 0.9ab
0.8 1 0.6 0.8 0.4 0.45
0.75 0.65 0.5 0.4 0.3 0.35
0.55 0.85 0.35 0.5 0.25 0.3
Total
6.6 8.35 4.4 5.2 3.05 3.95
sama menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada uji
Pada tabel 2 terlihat bahwa pada pengamatan
ekor dan 0,8 ekor.Hasil uji statistik berbeda
umur tanaman 35 hari, kepadatan populasi
tidak nyata diantara perlakuan tersebut,
larva dan pupa O. furnacalis pada perlakuan B
namun berbeda nyata dengan perlakuan B +
+ aq sebesar 0,85 ekor. Hasil uji statistik
aq dan perlskusn S + aq.
perlakuan B +aq berbeda nyata dengan perlakuan lainnya maupun dengan perlakuan S + aq. Pada perlakuan S + aq, kepadatan populasi larva dan pupa O. furnacalis sebesar 1,2 ekor. Hasil uji statistik berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan B +Bb, S +Bb, B +pc, S + pc. kepadatan populasi larva dan pupa O. furnacalisa masing masing sebesar 0,4 ekor, 0,6 ekur, 0,35 ekor, dan 0,45 ekor. Hasil uji statistik berbeda tidak nyata diantara
perlakuan tersebut, namun berbeda
nyata dengan perlakuan B + aq dan sS + aq.
Pada pengamatan umur tanaman 42
Pada
pengamatan umur tanaman 49
hari, kepadatan populasi
larva dan pupa O.
furnacalis pada setiap perlakuan. Hasil uji statistiknya berbeda tidak nyata antara semua perlakuan. Pada pengamatan umur tanaman 56 hari, kepadatan populasi larva dan pupa O. furnacalis pada perlakuan B + aq sebesar 1,3 ekor. Hasil uji statistik perlakuan B + aq berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya
maupun dengan perlakuan S + aq dan perlakuan B + pc. Pada perlakuan B + Bb, S + Bb, dan S + pc. Hasil uji statistik berbeda tidak nyata antara perlakuan ini
hari kepadatan populasi larva dan pupa O.
Pada
pengamatan umur tanaman 63
furnacalis pada perlakuan B + aq dan S +
hari, 70 hari dan 77 hari, kepadatan populasi
aq masing-masing sebesar 1,25 ekor dan
larva dan pupa O. furnacalis pada setiap
1,55 ekor. Hasil uji statistik berbeda tidak
perlakuan. Hasil uji statistiknya berbeda tidak
nyata antara perlakuan tersebut, namun
nyata antara semua
berbeda nyata dengan perlakuan B +Bb, S
dapat
+ Bb, B + pc, dan S + pc. Pada perlakuan
pupa O. furnacalis tertinggi terjadi pada
B + Bb, S + Bb, B + pc dan S + pc masingmasing sebesar 0,75 ekor, 0,8 ekor, 0,5
perlakuan. Pada table 2
disimpulkan bahwa populasi larva dan
perlakuan S + aq sebesar 8,35 ekor dan populasi terendah terjadi pada perlakuan B + pc sebesar 3, 05 ekor.
Pada tabel 2. terlihat bahwa populasi
dalam proses pencarian inang sampai pada
larva dan pupa O. furnacalis sudah terdapat
kesesuaian
pada umur tanaman 35 hari. Hal ini diduga
(Oka, 1995 dalam Fatahuddin, 2007), menya-
disebabkan karena populasi O. furnacalis baru
takan bahwa, ada tiga hal yang mendasari
mendapatkan makanan yang sesuai dengan
ketahanan suatu tanaman terhadap serangan
kebutuhannya. Sebelum terbentuknya larva
hama yaitu 1) prefensi dimana serangga hama
telah ditemukan adanya kelompok telur pada
lebih memilih/menyukai tanaman yang peka
daun dan bunga jantan. Hal ini berarti populasi
dibandingkan dengan tanaman yang tahan, 2)
larva dan pupa O. furnacalis
antibiosis
tahap penerimaan inang.
sampai pada
adalah
zat-zat
beracun
yang
(1993)
merugikan terhadap perkem- bangan hama
mengemukakan bahwa ada 5 tahap serangga
setelah hama memakan tanaman tersebut, 3)
dalam
toleran merupakan kemampuan tanaman untuk
menemukan
Untung,
inang untuk perkembangannya
inangnya,
yaitu
1)
penemuan habitat, 2) penemuan inang, 3)
tumbuh kembali
pengenalan inang, 4) penerimaan inang dan 5)
bagian yang telah rusak oleh serangga hama.
kesesuaian inang.
untuk mengganti bagian-
Pada umur tanaman 63 hari sampai 77
Pada umur tanaman 35-42 hari terlihat
hari terlihat bahwa populasi larva dan pupa O.
bahwa populasi O. furnacalis berbeda nyata
furnacalis tidak berbeda nyata antara semua
antara perlakuan pelarut aquades
dengan
perlakuan. Tidak terjadi perbedaan nyata
B.
bassiana.
tersebut diduga sebabkan karena pada saat
tersebut
mungkin
umur tanaman 62 hari sampai umur 77 hari
disebabkan karena suspensi B. bassiana yang
populasi O. furnacalis menemukan inang yang
diaplikasikan
sesuai dan mendapatkan sumber makanan yang
perlakuan
pelarut
Terjadinya
suspensi
perbedaan
melalui perendaman benih
mengandung senyawa
dapat
cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan,
menyebabkan kematian pada serangga inang.
sehingga populasi meningkat. Makanan meru-
B. bassiana selain menghasilkan
enzim
pakan salah satu faktor yang menentukan
pendegrasi juga menghasilkan mitoksin yakni
pertumbuhan dan perkembangan serangga.
“beauverisin” yang dapat dideteksi pada media
Apabila suplai makanan berlimpah sedangkan
biakkan dan apabila dilakukan pada ordo
populasi serangga rendah, maka populasi
Lepidoptera
serangga
akan
toksin yang
merusak
fungsi
utama
tersebut
akan
tumbuh
dan
haemolinfa dan menyebabkan serangga sakit
berkembang dengan cepat. Mutu makanan
dan mati (Diana Daud, 2003).
menentukan tingkat perkembangan populasi
Pada umur tanaman 56 hari terlihat
serangga, karena gizi makanan berpengaruh
bahwa populasi larva dan pupa O. furnacalis
terhadap
berbeda nyata antara perlakuan benuh yang
keperidian dan mortalitas serangga (Sugiharsu,
direndam dengan aquades dengan benih yang
1982 dalam Fatahuddin, 2007).
direndam dengan suspensu B. bassiana. Hal ini diduga disebabkan karena ketertarikan hama
pertumbuhan,
perkembangan,
Jumlah Larva Terinfeksi B. bassiana pada Berbagai Umur Tanaman Jumlah larva O. furnacalis yang terinfeksi cendawan B. bassiana
dapat dilihat pada
gambar berikut :
kitinase. Enzim-enzim tersebut berguna untuk melunakkan integument serangga yang terdiri dari kitin. Setelah berhasil melakukan penetrasi ke dalam tubuh inang miselium cendawan akan mengikuti aliran darah dan menyebar diseluruh bagian tubuh serangga. Hifa akan memperbanyak
diri
dan
memproduksi
racun
beauverisin. Racun ini dapat merusak struktur membran sel sehingga akan terjadi dehidrasi sel dan
berakibat
(Steinhaus 1963,
matinya
serangga
inang
Burge 1983 dalam Diana
daud, 2002). Gambar 1. Persentase Jumlah larva terinfeksi B. bassiana di Laboratorium pada berbagai umur tanaman (Total larva yang digunakan 3 ekor tiap perlakuan)
Konidia yang masuk melalui mulut serangga pencernaan
langsung serangga.
mengikuti Pada
saluran
semut
api
Solenopsis richteri, 37% dari konidia termakan Pada pengamatan terhadap larva sebanyak 3 ekor
yang dikumpulkan dari tiap perlakuan
setelah
ditumbuhkan
pada
media
PDA
persentase jumlah larva yang terinfeksi oleh cendawan B. bassiana pada tiap perlakuan yaitu, pada perlakuan B + aq dan S + aq tidak ada larva yang terinfeksi oleh cendawan B. bassiana. Pada perlakuan B + Bb, S + Bb, B +pc dan S +pc larva yang terinfeksi masingmasing sebesar 71,4 ekor, 52,4 ekor, 81,0 ekor, dan 47,6 ekor. pada umumnya
melalui integumen, namun dapat juga melalui mulut dan saluran pencernaan serta lubang alami serangga (Tanada dan Kaya, 1993 dalam Diana Daud, 2002).
dan
konidia
ini
kemudian
berkecambah dalam sistem pencernaan selama 72 jam dan hifa memasuki dinding usus setelah 60 sampai 72 jam (Broome et al., 1976). Infeksi pada saluran pencernaan mengakibatkan cairan pencernaan tidak dapat menyebar ke haemocoel dan merubah pH hemolimfa. Pada Heliothis zea, cendawan menyerang sistem pencernaan sehingga serangga ini mengalami kekurangan nutrisi dan berakibat pada kematian larva
2002). Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati yaitu : 1) selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain
Infeksi cendawan B. bassiana dimulai setelah integument serangga terinfeksi oleh spora cendawan. Spora cendawan berkecambah membentuk
larva
(Cheung dan Grula 1982 dalam Diana Daud
Infeksi B. bassiana
dan
oleh
tabung
kecambah
serta
menghasilkan enzim proteinase, lipase, dan
bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyebab, dan serangga berguna lebah madu. 2) Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air. 3) Tidak menyebebkan
keracunan pada tanaman, 4) Mudah diproduksi dengan tehnik sederhana. Pada gambar 2 pengamatan terhadap larva sebanyak 3 ekor yang dikumpulkan dari tiap perlakuan setelah ditumbuhkan pada media PDA persentase jumlah larva yang terinfeksi oleh cendawan B. bassiana pada tiap perlakuan yaitu, pada perlakuan B + aq dan S + aq tidak ada larva yang terinfeksi oleh cendawan B.
Gambar 2. Rata-rata berat bobot biji pada satu tongkol jagung (gram)/tongkol jagung
bassiana. Pada perlakuan B + Bb, S + Bb, B + Dari penimbangan rata-rata berat bobot
pc dan S + pc larva yang terinfeksi masingmasing sebesar 71,4 ekor, 52,4 ekor, 81,0 ekor,
sebesar 81, 9 gram. Hasil uji statistik perlakuan
dan 47,6 ekor. Hasil terhadap
pengamatan
larva
O.
yang
furnacalis
dilakukan yang
mati
menunjukkan bahwa, tubuh larva ditumbuhi miselium yang berwarna putih. Larva yang mati awalnya berwarna coklat kehitaman kemudian
biji yang diperoleh dari perlakuan B + aq
setelah beberapa hari tubuhnya
ditutupi dengan miselium berwarna putih seperti tepung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tanada dan Kaya, 1993 dalam Diana Daud, 2002 bahwa inang yang terserang biasanya berubah warna dan muncul noda-noda hitam pada bagian kutikula sebagai titik infeksi yang pertama, akhirnya serangga terinfeksi dan mengalami kematian dan setelah itu maka seluruh tubuhnya akan tertutupi oleh
B + aq berbeda
nyata dengan perlakuan
lainnya. Pada perlakuan S + aq dan S + Bb berat bobot biji masing-masing sebesar 83,24 gram dan 83,54 gram. Hasil uji statistik perlakuan B + aq dan S + Bb berbeda tidak nyata antara perlakuan tersebut namun berbeda nyata
dengan
perlakuan
lainnya.
perlakuan B + Bb, B + pc, S + pc berat bobo biji masing-masing sebesar 94,05 gram, 84,96 gram dan 84,95 gram. Hasil uji statistik perlakuan B + Bb, B + pc dan S + pc tidak berbeda nyata antara perlakuan teraebut. Pada gambar 3 dari penimbangan ratarata berat bobot biji yang diperoleh dari perlakuan B + aq sebesar 81, 9 gram. Hasil uji statistik perlakuan B + aq berbeda
spora jamur sehingga menyerupai mummi.
Pada
nyata
dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan S +
Berat bobot biji pada tongkol (gram) pada tiap ulangan Pengamatan perlakuan
akhir
menghasilkan
(panen) berat
semua
bobot
biji
tanaman jagung, akan tetapi terdapat perbedaan berat bobot yang dihasilkan dari masingmasing perlakuan yang dapat dilihat pada gambar berikut ini :
aq dan S + Bb berat bobot biji masing-masing sebesar 83,24 gram dan 83,54 gram. Hasil uji statistik perlakuan B + aq dan S + Bb berbeda tidak nyata antara perlakuan tersebut namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan B + Bb, B + pc, S + pc berat bobot biji masing-masing sebesar 94,05 gram, 84,96
gram dan 84,95 gram. Hasil uji statistik
terjadi pada varietas “Sayang “ dengan peren-
perlakuan B + Bb, B + pc dan S + pc tidak
daman aquades
berbeda nyata antara perlakuan teraebut. Hal ini
populasi
disebabkan karena adanya perbedaan potensi
sebanyak 3, 05 ekor. Larva yang menyerang
dalam hal produksi.
tanaman berendofit
Hasil produksi tertinggi terdapat pada
sebanyak
terendah
pada
8,35 ekor varietas
dan “Bisi”
terinfeksi oleh cendawan
B. Bassiana . Berat bobot biji tertinggi terdapat
perlakuan benih Bisi-2 yang direndam dengan
pada
suspense B. bassiana. Hal ini diduga disebab-
dengan suspensi B. basiana 106 spora/ml.
kan karena adanya perbedaan potensi dalam hal produksi.
Suryawati,
dkk
2005
tanaman benih Bisi-2 yang direndam
Saran
dalam
Fatahuddin, 2007 menyatakan bahwa varietas
Penggunaan benih berendofit perlu ditanam
Bisi-2 yang merupakan hasil persilangan
pada 3 zona iklim di Sulawesi Selatan.
tunggal antara F54 dan F59 memiliki potensi
UCAPAN TERIMA KASIH
produksi yang cukup baik dengan rata-rata hasil Ucapan terima kasih kami tujukan
produksi sebesar 8,9 ton/ha pipilan kering. Pupuk sebagai
organik
bahan
dapat
pembenah
berperanan
tanah,
dapat
mencegah erosi, pergerakan tanah dan retakan tanah,
meningkatkan
kemampuan tanah
mengikat kelembaban, memperbaiki struktur tanah
dan
pengatusan
tanah,
tanah
lainnya,
pupuk
banyak
mengandung unsur
Kandungan unsur
nitrogen
dalam
mikro. pupuk
organik akan dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian pupuk organik yang berkelanjutan akan membantu dalam membangun kesuburan tanah dalam jangka panjang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dapat disimpulkan
bahwa
dan Pengabdian Pada Masyarakat ( LP2M) telah membiayai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Using Beauveria bassiana for insect management. 4 pp.
organik
mempunyai kandungan unsur N, P, K rendah, tetapi
yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian
memacu
pertumbuhan dan perkembang bakteri dan mahluk
kepada Badan Penelitian Pembangunan Daerah
popu-
lasi larva dan pupa O. furnacalis tertinggi
Broome, J. R., Sikorowski, P. P. and Norment, B.R., 1976. A mechanism of pathogenicity of Beauveria bassiana on larvae of the imported fire ant. Solenopsis richteri. J. Invertebr. Pathol. 28 : 87-91. Cheung, P. Y. K., and Grula, E. A., 1982. In vivo events associated with entomophatogen of Beauveria bassiana for the corn earworm (Heliothis zea). J. Invertebr. Pathol. 39: 303-313.
Diana Daud, I., 2002. Pengaruh Biji Jagung Mengandung Beauveria bassiana Vuill. Yang Dijadikan Pakan Terhadap Efisiensi Pencernaan Ayam Kampung. Prosiding seminar ilmiah dan pertemuan tahunan XI PEI, PFI,
HPT Sulawesi Selatan. Desember 2002. 7 pp.
Harcourt Brace Jovanovich Publ, San Diego, New York, London 666 pp.
Oka. I.n., 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM-Press, Yogyakarta.
Untung, K. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada Univ.Press, Yogyakarta.
Tanada, Y. and Kaya, H.K., 1993. Insect Pathology. Academic Press.Inc.