Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Yunizar dan Jakoni
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Fax. (0761) 674206; E-mail
[email protected]
Abstrak Peningkatan produksi jagung di lahan kering dapat dilakukan melalui penggunaan galur jagung genjah/super genjah yang berproduksi tinggi. Uji daya adaptasi galur-galur jagung ini perlu dilakukan untuk mendapatkan galur-galur jagung genjah/super genjah yang berproduksi tinggi untuk dijadikan calon varitas jagung genjah/super genjah di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di Kebun Benih Pembantu Sei Rotan Kecamatan Kuantan Tengah Kab. Kuantan Singingi Riau. Materi yang digunakan adalah galur B2MO3, B3MO2, B3MO3, B4MO1, B4MO2, B4MO3, B5MO1, B5MO2, B5MO3, PM1,PM2, dan PM3. Penelitian disusun mengikuti Rancangan Acak Kelompok dengan 3 (tiga) ulangan. Jarak tanam 75 x 40 cm dengan 2 biji/lobang. Data yang dikumpulkan meliputi prosentase tanaman hidup, Tinggi tanaman jagung pada umur 45 hari, Tinggi tanaman jagung pada umur 60 hari, Jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris per tongkol, hasil pipilan kering/ha dan curah hujan selama kegiatan. Hasil penelitian menunujukkan galur B3MO3 dan B4 MO2 mempunyai potensi hasil yang cukup tinggi ( 6,7 t/ha dan 6,5 t/ha) dibandingkan dengan galur galur yang lain. Kata kunci : Keragaan, galur, jagung, lahan kering
Hasil studi Mink et al (1987) menunjukkan bahwa sekitar 79% areal pertanaman jagung di lahan kering, 11% terdapat di lahan sawah irigasi, 10% di sawah tadah hujan. Saat ini data tersebut telah mengalami pergeseran. Berdasarkan estimasi Kasryno (2002), pertanaman jagung di lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan meningkat berturut turut menjadi 10- 15% dan 20 – 30%, terutama didaerah produksi jagung komersial. Sekitar 57% produksi jagung di Indonesia dihasilkan pada pertanaman musim hujan (MH), 24% pada musim kemarau (MKI), dan 19% pada MKII (Kasryno, 2002). Jagung berumur genjah berpeluang terhindar dari kekeringan sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan (Subandi et al. 1988). Jagung dibudidayakan pada lingkungan yang beragam. Penelitian oleh berbagai institusi pemerintah maupun swasta telah meng-hasilkan teknologi budidaya jagung
Pendahuluan Produktivitas jagung di tingkat petani provinsi Riau baru mencapai 2 – 3 t/ha. Peningkatan kebutuhan jagung di provinsi Riau berkaitan erat dengan pesatnya perkembangan industri pangan dan pakan. Dewasa ini, sekitar 50 % pakan ternak menggunakan jagung sebagai bahan baku. Sedangkan produktivitas jagung nasional baru mencapai 3,4 t/ha (Hafsah 2004, Departemen Pertanian 2004). Tidak tersedianya benih bermutu dari varietas unggul pada saat diperlukan termasuk masalah utama yang banyak dialami petani jagung di pedesaan provinsi Riau. Kalaupun tersedia, harga benih relatif mahal. Dengan berbagai keterbatasan, petani adakalanya menanam benih yang tidak jelas asal usulnya sehingga berdampak terhadap rendahnya tingkat hasil.
109
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
dengan produktifitas 4,5 – 10,0 t/ha, bergantung pada potensi lahan dan teknologi produksi yang diterapkan (Subandi et al. 2006). Guna memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, upaya peningkatan produksi jagung perlu mendapat perhatian yang lebih besar. Hasil dari upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan hasil, tetapi dapat pula meningkatkan pendapat petani dan terwujudnya swasembada jagung. Untuk kegiatan yang sangat mendesak salah satunya adalah penggunaan galur/varietas super genjah dalam mengatasi hal ini. Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan galur-galur jagung genjah/super genjah yang berproduksi tinggi untuk dijadikan calon varietas jagung genjah/super genjah di lahan kering di provinsi Riau.
Tabel 1. Galur harapan jagung super genjah yang diuji pada lahan kering dataran rendah beriklim basah di propinsi Riau, MT 2009
Bahan dan Metode Lokasi kegiatan di Kebun Bibit Pembantu Sei. Rotan Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung di Provinsi Riau, pada MH 2009. Kegiatan penelitian ini dirancang dengan Rancangan Acak kelompok, dengan 12 perlakuan, 3 ulangan. Ukuran petak penelitian 8 m x 10 m. Tanaman ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 biji/batang per lubang. Perlakuan meliputi galur galur jagung super genjah dari Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Sereal lainnya yang disajikan pada Tabel 1. Komponen teknologi budidaya yang digunakan adalah pendekatan PTT yang meliputi : 1). Benih bermutu (daya kecambah >95%), diberi perlakuan benih (seed treatment) dengan metalaksil 2 g (bahan produk) untuk setiap kg benih, makin kecil ukuran
No
Nama Galur
1
B2MO3
2
B3MO2
3
B3MO3
4
B4MO1
5
B4MO2
6
B4MO3
7
B5MO1
8
B5MO2
9
B5MO3
10
PM 1
11
PM 2
12
PM 3
benih (bobot 1000 biji <200 g) makin berkurang kebutuhan benih, 2). Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha, dua tanaman per lubang atau 75 x 20 cm dengan satu tanaman per lubang, 3). Pemupukan N, P dan K sesuai kebutuhan berdasarkan status hara tanah dari hasil analisis laboratorium atau penggunaan PUTK, 4). Pengendalian gulma 5). Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) dan 6). Panen tepat waktu Bahan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah : benih jagung super genjah; urea, SP 36, KCl; Pupuk Kandang; fungisida, insektisida; Herbisida, Pestisida. Sedangkan alat yang dibutuhkan untuk kegiatan ini adalah, cangkul, sprayer, plank merek (besar dan kecil); PUTK (Perangkat uji tanah Kering), termometer, hygrometer, altimeter, alat pengukur kelerengan, meteran 50 m; Timbangan 110
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
besar, Timbangan kecil, Tali Rapia, Ajir, Alat Tulis Kantor. Data yang dikumpulkan meliputi persentase tanaman hidup, Tinggi tanaman jagung pada umur 45 hari, Tinggi tanaman jagung pada umur 60 hari, Jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris per tongkol , hasil pipilan kering/ha dan curah hujan selama kegiatan.
air tanaman kelihatannya tidak terpenuhi. Hal ini terlihat 5 hari setelah tanam 3 hari berturut-turut tidak ada hujan, kemudian ada hujan satu hari dan hanya 23 mm, kemudian tidak ada hujan 6 hari. Hal ini pasti akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Begitu juga pada bulan-bulan selanjutnya distribusi hujan yang tidak merata, walaupun dari segi jumlah, curah hujan sudah mencukupi kebutuhan tanaman.
Hasil dan Pembahasan
Persentase tanaman hidup
Curah hujan
Galur galur harapan jagung yang diuji berpengaruh nyata terhadap persentase tanaman yang hidup (Tabel 2). Terlihat bahwa galur B5MO3 memberikan persentase hidup tanaman tertinggi (92%), kemudian diikuti galur B5MO1 (88%). Sedangkan galur yang mempunyai persentase tanaman hidup terendah didapatkan pada galur B4MO2 yaitu 56,3%. Hal ini disebabkan daya tahan galur
Keadaan curah hujan, hari hujan serta distribusinya disajikan pada Tabel Lampiran 1. Pada bulan November jumlah curah hujan mencapai 310 mm dengan hari hujan 11 hari. Kalau dilihat dari jumlah curah hujan saja kebutuhan air seharusnya sudah mencukupi untuk pertanaman jagung. Akan tetapi karena distribusinya yang kurang merata kebutuhan
Tabel 2. Persentase tanaman hidup, Tinggi tanaman jagung pada umur 45 hari dan umur 60 hari di lahan kering dataran rendah beriklim basah di propinsi Riau, MT 2009 Perlakuan B2MO3 B3MO2 B3MO3 B4MO1 B4MO2 B4MO3 B5MO1 B5MO2 B5MO3 PM 1 PM 2 PM 3
Persentase tanaman hidup (%) 59,3 c 61,7 c 62,7 c 81,7 a 56,3 c 78 b 88,0 a 70,3 b 92 a 65,7 bc 58,3 c 60,3 c
Tinggi tanaman jagung Tinggi tanaman jagung pada pada umur 45 hari (cm) umur 60 hari (cm) 79,47 d 120,73 d 73,40 d 119,33 d 126,40 a 173,20 a 95,13 b 146,8 c 101,60 b 168,87 ab 106,33 ab 146,53 c 95,60 172,27 a 73,93 d 110,87 109,06 ab 156,87 b 86,00 c 163,8 b 110,27 ab 165,13 ab 75,07 d 145,60 c
Angka pada lajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
111
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
yang berbeda dari cekaman lingkungan (karena sifat genetik dari galur tersebut), dalam hal ini terhadap kekeringan. Dengan perkataan lain galur B5MO3 merupakan galur yang mempunyai sifat tahan kekeringan dibandingkan dengan galur-galur yang lain.
Begitu juga tinggi tanaman jagung pada 60 hari setelah tanam disajikan pada Tabel 2. Pada tanaman berimur 60 hari terlihat galur B3MO3 memberikan tinggi tanaman tertinggi yaitu 173,20 cm kemudian diikuti oleh galur B5MO1 setinggi 172,27 cm. Sedangkan tinggi galur terendah diperoleh pada galur B5MO2, setinggi 110,87 cm.
Tinggi tanaman Begitu juga tinggi tanaman jagung pada 45 dan 60 hari dipengaruhi oleh galur galur harapan jagung (Tabel 2). Pada tanaman berumur 45 hari terlihat galur B3MO3 memberikan tinggi tanaman tertinggi yaitu 126,40 cm kemudian diikuti oleh galur B5MO3 setinggi 109,06 cm. Sedangkan tinggi galur terendah diperoleh pada galur B3MO2, setinggi 73,40 cm
Jumlah bunga jantan dan betina Hasil pengamatan jumlah bunga jantan dan betina yang keluar sempurna dari setiap petak disajikan pada Tabel 3. Jumlah bunga jantan dan betina di pengaruhi oleh galur galur harapan yang diuji. Petak galur B3MO3 memberikan jumlah jantan terbanyak yaitu 62 buah kemudian diikuti oleh petak galur B4 MO3 dengan jumlah bunga jantan 56,3 buah.
Tabel 3. Jumlah bunga jantan, Jumlah bunga betina jagung di lahan kering dataran rendah beriklim basah di propinsi Riau, MT 2009 Perlakuan
Jumlah bunga jantan
Jumlah bunga betina
B2MO3
31,7 bc
30 cd
B3MO2
24,7 d
23 d
B3MO3
62 a
59,3 a
B4MO1
43,7 b
43,7 b
B4MO2
38,3
36,7 b
B4MO3
56,3 a
52,3 ab
B5MO1
34,7
33,3 bcd
B5MO2
37,0 b
36 b
B5MO3
34,3 bc
33 bcd
PM 1
41,3 b
40,7 b
PM 2
30,3 bc
29 d
PM 3
33,0 bc
32.3 bcd
Angka pada lajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
112
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Sedangkan jumlah bunga jantan terendah diperoleh pada petak galur B3MO2, dengan jumlah bunga jantan 24,7 buah. Petak galur B3MO3 memberikan jumlah betina terbanyak yaitu 59,3 buah kemudian diikuti oleh petak galur B4MO1 dengan jumlah bunga betina 43,7 buah. Sedangkan jumlah bunga betina terendah diperoleh pada petak galur B3MO2, dengan jumlah bunga betina 23 buah.
pengamatan di lapangan diperoleh diameter tongkol tertinggi diperoleh pada galur B4MO2 (4,7 cm), kemudian diikuti oleh PM1 (3,95 cm), B5MO2 n(3,85 cm), sedangkan diameter tongkol terendah diperoleh pada galur B4MO1 dan PM2 (3 cm). Panjang tongkol tertinggi didapatkan pada galur B3MO3 (17 cm) kemudian diikuti oleh B5MO2 (11,3 cm), sedangkan panjang tongkol terendah didapatkan pada galur B5 MO3 (8,5 cm). Galur B3MO3 dan B4MO3 memberikan jumlah baris per tongkol terbanyak yaitu 16 baris kemudian diikuti oleh galur PM1 dengan jumlah baris per tongkol 12 baris. Sedangkan jumlah baris per tongkol terendah diperoleh
Diameter tongkol, panjang tongkol dan jumlah baris/tongkol Diameter tongkol, panjang tongkol dan jumlah baris/tongkol dipengaruhi oleh galur galur harapan yang diuji (Tabel 4). Dari hasil
Tabel 4. Diameter tongkol, Panjang tongkol dan Jumlah baris per tongkol jagung di lahan kering dataran rendah beriklim basah di propinsi Riau, MT 2009 Perlakuan
Diameter tongkol (cm)
Panjang tongkol (cm)
Jumlah baris per tongkol
B2MO3
3,2 b
8,9 cd
10 b
B3MO2
3,15 b
10,4 c
10 b
B3MO3
4,3 a
17 a
16 a
B4MO1
3,0 b
8,6 b cd
10 b
B4MO2
4,7 a
17 a
16 a
B4MO3
3,4 b
12 ab
10 b
B5MO1
3,6 a
12 ab
7c
B5MO2
3,85 a
11,3 bc
7c
B5MO3
2,9 b
8,5 d
10 b
PM 1
3,95 a
10 b
12 b
PM 2
3,0b
11 b
9b
PM 3
4,3 a
11,2 b
10 b
Angka pada lajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
113
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
pada galur B3MO2, dan B5MO3 dengan jumlah baris 10 baris.
Kesimpulan 1. Galur B5MO3 memberikan persentase hidup tanaman tertinggi (92%), kemudian diikuti galur B5MO1 (88%). Sedangkan galur yang mempunyai persentase tanaman hidup terendah didapatkan pada galur B4MO2 yaitu 56,3%. 2. Pada umur 45 hari galur B3MO3 memberikan tinggi tanaman tertinggi yaitu 126,40 cm kemudian diikuti oleh galur B5MO3 setinggi 109,06 cm. Sedangkan tinggi galur terendah diperoleh pada galur B3MO2, setinggi 73,40 cm. 3. Tinggi tanaman jagung tertinggi pada 60 hari setelah tanam diperoleh galur B3MO3 yaitu 173,20 cm kemudian diikuti oleh galur B5MO1 setinggi 172,27 cm. Sedangkan tinggi galur terendah diperoleh pada galur B5MO2, setinggi 110,87 cm. 4. Jumlah bunga jantan terbanyak diperoleh pada galur B3MO3 yaitu 62 buah kemudian diikuti oleh galur B4MO3 dengan jumlah bunga jantan 56,3 buah. Sedangkan jumlah bunga jantan terendah diperoleh pada galur B3MO2, dengan jumlah bunga jantan 24,7 buah. 5. Galur B3MO3 memberikan jumlah bunga betina terbanyak yaitu 59,3 buah kemudian diikuti oleh galur B4MO1 dengan jumlah bunga betina 43,7 buah. Sedangkan jumlah bunga betina terendah diperoleh pada galur B3MO2, dengan jumlah bunga betinan 23 buah. 6. Hasil pipilan kering tertinggi diperoleh pada galur B3MO3 yakni 6782,3 kg/ha, kemudian diikuti oleh galur B4MO2 yakni 6540,1 kg/ha. Galur galur ini akan dijadikan sebagai materi untuk penelitian lebih lanjut, untuk dilepas sebagai varietas baru.
Hasil pipilan kering Hasil pipilan kering disajikan pada Tabel 5. Hasil pipilan kering tertinggi diperoleh pada galur B3MO3 yakni 6782,3 kg/ha, kemudian diikuti oleh galur B4MO2 yakni 6540,1 kg/ha. Sedangkan berat pipilan kering terendah didapatkan pada galur B5MO1 dan B5M03 yakni 1278,2 kg/ha. Dari hasil pipilan kering yang didapatkan galur B4MO2, B3MO3, diharapkan yang akan diuji lebih lanjut pada penelitian berikutnya untuk mendukung pelepasan galur ini sebagai varietas. Tabel 5. Hasil pipilan kering jagung di lahan kering dataran rendah beriklim basah di propinsi Riau, MT 2009 Perlakuan
Hasil pipilan kering/ha (kg)
B2MO3
2261,7 b
B3MO2
2228,8 b
B3MO3
6782,3 a
B4MO1
1761,2 c
B4MO2
6540,1 a
B4MO3
2053,2 b
B5MO1
1278,2 c
B5MO2
1487,5 c
B5MO3
1278,2 c
PM 1
2450,0 b
PM 2
1836,1 c
PM 3
3759,7 b
Angka pada lajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT
114
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Indonesia. Makalah disam-paikan pada Diskusi Nasional Agri-bisnis Jagung, di Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang Pertanian
Daftar Pustaka Departemen Pertanian, 2004. Statistik Pertanian (Agriculture Statistics). Departemen Republik Indonesia. 280 p
Subandi, I. Manwan, and A. Blumenischein, 1988. National Coordinated Research Program : Corn. Central Research Institute for Food Crops. Bogor.p.83
Hafsah, M.J. 2004. Peningkatan produksi dan mutu jagung. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari Mekanisasi Pertanian. Peran Strategis Mekanisasi Pertanian dalam Pengembangan Agroindustri Jagung. Jakarta 20 Desember 2004, 6 p
Subandi, Zubachtirodin, S. Saenong dan I.U Firmansyah. 2006. Ketersediaan teknologi produksi dan program penelitian jagung. Dalam Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 29 – 30 September 2005 di Makasar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor : p. 11 - 40
Mink, S.D., P.A Doros and D.H Pery. 1987. Corn Production System. In Timmer (Eds). The Corn Economy of Indonesia P.6287. Kasryno, F. 2002. Perkembangan produksi dan komsumsi jagung dunia selama empat decade yag lalu dan implikasi-nya bagi
115
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Lampiran 1. Data curah hujan di Kec. Kuantan Tengah, Kabupaten Kuantan Singigi selama kegiatan November
Desember
Januari
Februari
Tgl
Curah hujan
Tgl
Curah hujan
Tgl
Curah hujan
Tgl
Curah hujan
1
41
1
-
1
-
1
-
2
-
2
-
2
-
2
-
3
7
3
-
3
-
3
6
4
-
4
5
4
7
4
-
5
20
5
-
5
-
5
10
6
-
6
-
6
16
6
-
7
-
7
52
7
17
7
15
8
-
8
2
8
2
8
19
9
4
9
30
9
-
9
6
10
-
10
-
10
-
10
-
11
9
11
13
11
-
11
-
12
-
12
-
12
2
12
-
13
6
13
7
13
20
13
25
14
14
-
14
-
14
10
15
15
15
26
15
5
15
15
16
39
16
-
16
14
16
17
17
-
17
6
17
-
17
10
18
-
18
-
18
11
18
-
19
130
19
15
19
3
19
-
20
-
20
-
20
-
20
-
21
-
21
-
21
-
21
-
22
-
22
-
22
-
22
-
23
23
23
30
23
-
23
15
24
-
24
-
24
55
24
-
25
-
25
25
25
20
25
-
26
-
26
50
26
-
26
-21
27
-
27
28
27
3
27
-
28
-
28
-
28
70
28
-
29
-
29
-
29
4
29
5
30
16
30
11
30
-
30
15
31
-
31
31
-
Jumlah
310
HH
11
31 14
116
4
259
193
14
14