KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora1 dan Buang Abdullah2 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur 2. Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi ABSTRAK Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi terus berupaya menghasilkan varietas unggul baru padi (VUB). Peningkatan produksi padi secara nasional dapat dicapai melalui peningkatan produktivitas lahan, yaitu melalui peningkatan indeks pertanaman (IP 400). Untuk mencapai IP Padi 400 bertumpu pada perakitan varietas ultra genjah dengan umur kurang dari 90 hari. Penelitian ini dilakukan di sawah irigasi Dendeng, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT, pada musim kemarau 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari keragaan agronomi dari galur-galur padi sawah berumur sangat genjah dan berpotensi hasil tinggi di NTT. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok 3 ulangan. Galur padi yang diuji sebanyak 10 galur dan 2 varietas pembanding yaitu Dodokan dan Silugonggo. Parameter yang diamati adalah komponen pertumbuhahan, komponen hasil dan rasa nasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 galur yang diuji terdapat 5 nomor yang mencapai umur umur panen 90 hari, masing-masing : (06) B1174-RS*2-3-MR-34-1-1-5; (07) B1174RS*2-3-MR-34-1-2-1; (08) B1174-RS*2-3-MR-34-1-2-3; (09) B1174-RS*2-3-MR-34-14-1 dan (10) B1174-RS*2-3-MR-34-1-4-3. Terdapat 8 nomor galur yang memiliki potensi hasil di atas 6 t/ha dan mendekati varietas pembanding. Hasil uji rasa nasi, secara spesifik terdapat 2 nomor galur yang mendapat respon baik dari responden, masing-masing : galur (02) B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 dan galur (03) B112836C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1. Kata kunci: Padi sawah, umur sangat genjah
PENDAHULUAN Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi terus berupaya menghasilkan varietasvarietas padi unggul baru (VUB). Pada tahun 2008 telah dilepas beberapa varietas padi unggul baru dan galurgalur harapan padi umur sanagt genjah (80-85 hari) dan memiliki potensi produksi tinggi (10t/ha) (BB Padi 2009). Peningkatan produksi padi secara nasional dapat dicapai melalui peningkatan produtivitas lahan yaitu melalui peningkatan indeks pertanaman (IP 400. Menurut Samaullah (2009) bahwa untuk mencapai IP Padi 400 bertumpu pada perakitan padi umur ultra genjah yaitu varietas padi umur kurang dari 90 hari. Proses untuk menghasilkan varietas unggul dilakukan melalui beberapa tahap. Sebelum dilepas 62
sebagai varietas, salah satu tahap yang dilakukan adalah uji multi lokasi (UML). Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat kestabilan fenotipe dan genotipe pada berbagai kondisi lingkungan. Kegiatan UML yang sudah dilakukan menunjukkan variasi dari beberapa VUB dengan berbagai potensi keunggulannya (Abdullah et al. 2008). Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) didominasi oleh lahan kering, namun juga memiliki lahan sawah berigasi teknis dengan luas 16.096 ha, setengah teknis 40.367 ha, irigasi sederhana 61.762 ha dan tadah hujan 52.768 ha (BPS 2007). Rata-rata produktivitas padi adalah 3,5 t/ha dengan IP 200 pada sawah irigasi dan IP 100 pada irigasi setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Produktivitas VUB yang sudah dilepas
Charles Y.Bora dan Buang Abdullah : Keragaan Beberapa Galur Harapan Padi Sawah Umur Sangat Genjah di Nusa Tenggara Timur
dapat mencapai produktivitas sebesar 8 –10 t/ha. Dengan demikian produktivitas tersebut masih memungkinkan untuk ditingkatkan melalui penggunaan VUB dan perbaikan komponen teknologi budidaya lainnya. Meningkatnya produksi dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan dan kesejahteraan petani. Selain aspek produktivitas, saat ini yang mendapat perhatian adalah aspek umur tanaman yang semakinpendek (genjah). Hal ini menginat fenomena perubahan iklim yang menunjukkan semakin tidak berpola. Di samping itu tanaman padi umur sangat genjah diharapkan dapat meningkatkan prduksi padi melalui peningkatan indeks pertanaman dalam setahun. Penggunaan VUB yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian menggantikan varietas lokal dan kontinuitas ketersediaan benih melalui pembangunan sistem perbenihan padi di daerah dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan produksi padi nasional (Nugraha 2004; Wahyuni et al. 2008) Tujuan Mempelajari keragaan agronomi dari galur-galur padi sawah berumur sangat genjah dan berpotensi produksi tinggi pada kondisi agroklimat NTT. METODOLOGI Kegiatan ini merupakan kerjasama BPTP NTT dengan BB Padi Sukamandi. Kegiatan diawali dengan membangun jaringan komunikasi dengan BB Padi Sukamandi. Kegiatan dilakukan di lahan sawah irigasi dengan memakai metode standar UML padi dari BB Padi. Sumber benih varietas/galur padi berasal dari BB Padi Sukamandi. Pengujian dilaksanakan di lahan sawah irigasi Noelbaki, Kabupaten Kupang, NTT mulai bulan Juli sampai November 2009 (MT II). Bahan yang digunakan untuk UML padi adalah 10 galur padi ditambah 2 varietas sebagai pembanding. Galur/ varietas padi yang diuji adalah : 63
Seminar Nasional Serealia 2011
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1 B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-4 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-5 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-3 Dodokan Silugonggo
Persemaian padi dilakukan dengan metode pesemaian kering menggunakan wadah. Media pesemaian abu sekam dicampu pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 kali ulangan. Luas plot masing-masing perlakuan 3 x 5 m, jarak tanam 20 x 20 cm, 2–3 bibit per rumpun. Pemupukan menggunakan dosis 200 kg NPK Ponska + 100 kg Urea/ha. Waktu pemberian 3 kali yaitu sebagai pupuk dasar saat tanam 200 kg NPK/ha bersamaan dengan pemberian insektisida butiran (Furadan 3G) sebanyak 8 kg/ha, umur 3 MST 50 kg Urea/ha dan 6 MST 50 kg Urea/ha. Pengendalian hama dan penyakit selanjutnya disesuaikan dengan keadaan serangan dan menggunakan metode pengendalian hama secara terpadu. Peubah yang diamati meliputi : - Tinggi tanaman saat panen, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi, jumlah sampel 5 rumpun/petak yang ditentukan secara acak pada setiap petak. - Jumlah anakan produktif, dihitung jumlah anakan produktif (yang mengeluarkan malai) per rumpun waktu penghitungan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman, jumlah sampel 5 rumpun/petak. - Umur tanaman berbunga 50%, dihitung dari mulai bibit ditanam sampai tanaman keluar bunga ± 50% dalam plot. - Umur tanaman dapat dipanen, dihitung dari mulai bibit ditanam sampai gabah masak 80% dalam satu plot.
- Jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai, dihitung jumlah gabah isi per malai dan gabah hampa per mlai dari satu malai utama pada sampalsampel rumpun yang diamati (sama dengan rumpun yang diamati pada tinggi tanaman) - Bobot 1000 butir (kadar air 14%), timbang 1000 butir gabah isi dan diukur kadar airnya segera setelah penimbangan. - Hasil gabah kering bersih per plot (kadar air 14%), panen semua malai dalam satu plot dikurangi baris pinggir keliling (tanaman border), setelah gabah dijemur kering dan dibersihkan, ukur kadar airnya (%) kemudian ditimbang (kg). Analisis data dilakukan dengan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji BNT. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik lokasi penelitian di sawah irigasi Dendeng Noelbaki, Kabupaten Kupang yaitu topografi relatif datar dengan ketingggian tempat 10 m dpl. Suplai air irigasi cukup tersedia selama penelitian yang bersumber dari
Bendungan Tilong. Semua data dapat dicatat dan dianalisis sesuai yang direncanakan kecuali data tentang organisme pengganggu tanaman tidak ada gangguan OPT yang signifikan untuk semua galur/varietas selama penelitian. Tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif Tinggi tanaman merupakan salah satu komponen indikator dari aspek agronomis yang berkaitan penampilan fisik tanaman. Jumlah anakan produktif merupakan salah satu indikator tingkat produktivitas tanaman padi. Tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif dapat dilihat pada Tabel 1. Tinggi tanaman galur/varietas yang diuji berkisar antara 91,73 cm - 103,40 cm. Tinggi tanaman terendah adalah galur 01 berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa varietas Dodokan menghasilkan tinggi tanaman tertinggi namun tidak berbeda nyata dengan beberapa galur lainnya yaitu galur 02, 03 05 dan 06.
Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif Galur/varietas
Tinggi tanaman
Jumlah anakan produktif
……. cm ......... B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1 91,73 c 18,47 bc B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 103,27 a 17,60 c B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1 100,40 ab 20,13 abc B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-3 96,00 bc 21,60 abc B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-4 97,27 abc 22,20 abc B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-5 97,13 abc 22,73 ab B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-1 95,93 bc 21,20 abc B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-3 94,13 bc 21,93 abc B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-1 96,73 bc 22,93 ab B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-3 96,27 bc 20,53 abc Dodokan 103,40 a 23,53 a Silugonggo 96.67 bc 23,67 a BNT (5%) 6,8 4,71 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil (BNT 5%)
64
Charles Y.Bora dan Buang Abdullah : Keragaan Beberapa Galur Harapan Padi Sawah Umur Sangat Genjah di Nusa Tenggara Timur
Umur berbunga dan umur panen (matang fisiologis) Umur berbunga dan umur panen tersaji pada Tabel 2. Umur berberbunga yaitu 50% mengeluarkan bunga dalam satu plot/galur berkisar pada umur antara 62–72 hari setelah tanam (hst) sedangkan Dodokan dan Silugonggo sebagai varietas pembanding rata-rata berbunga lebih cepat 2 hari yaitu pada umur 60 hst. Galur yang lebih cepat berbunga adalah galur 01 dan 04 yaitu 62 hst dan yang paling lama adalah galur 02 dan 03 yaitu 72 hst. Umur panen (80% matang fisiologis) untuk galur yang diuji berkisar antara 90–98 hari. Terdapat 5 galur yang mempunyai umur panen 90 hst yaitu galur 06, 07, 08, 09 dan galur nomor 10. Namun demikian masih lebih lambat 2 hari dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yang sudah mencapai umur panen pada 88 hst. Hal ini berarti bahwa galur-galur yang diuji tidak lebih genjah dari varietas Dodokan dan Silugonggo. Walaupun kedua varietas pembanding mempunyai umur panen lebih genjah dari galur-galur yang diuji namun terdapat perbedaan pada lama periode generatif, dimana terdapat 5 galur yang memiliki lama periode generatif (bunga sampai matang) lebih cepat dari varietas
pembanding. Artinya bahwa apabila kelima galur tersebut dipercepat masa berbunganya maka berpeluang mempunyai umur lebih genjah dari varietas pembanding. Jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai Jumlah gabah per malai merupakan salah satu indikator tingkat produktivitas suatu varietas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai bervariasi antar galur dan varietas pembanding. Jumlah gabah isi per malai berkisar antara 69,66–94,83 biji. Galur 03 menghasilkan jumlah gabah isi tertinggi dan berbeda nyata dengan kedua galur pembanding. Namun persentase gabah hampa per malai kedua galur lebih rendah dan sangat berbeda dengan galur-galur yang diuji (Tabel 3). Gabah hampa per malai berkisar antara 13,0– 68,1 biji. Gabah hampa terendah ditunjukkan oleh kedua varietas pembanding. Artinya bahwa walaupun galur-galur yang diuji menghasilkan jumlah gabah tertinggi namun masih menghasilkan gabah hampa terbanyak sehingga apabila jumlah gabah hampa dapat ditekan maka berpeluang produksi lebih tinggi dari varietas pembanding.
Tabel 2. Umur berbunga dan kering panen Galur/varietas B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1 B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-4 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-5 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-3 Dodokan Silugonggo Keterangan : HST (hari setelah tanam)
65
Seminar Nasional Serealia 2011
Umur 50% Umur 80% berbunga matang fisiologis .……………….. HST ………………. 62 96 72 98 72 98 62 96 67 96 65 90 65 90 65 90 65 90 65 90 60 88 60 88
Tabel 3. Jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai Galur/varietas B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1 B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-4 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-5 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-3 Dodokan Silugonggo BNT (5%)
Jumlah gabah isi per malai 69,66 d 94,83 a 86,66 abc 82,75 abcd 72,12 cd 90,62 ab 70,56 cd 80,17 abcd 80,19 abcd 79,47 abcd 77,43 bcd 82,02 abcd 16.19
Jumlah gabah hampa per malai 39,44 c 59,20 ab 58,55 ab 58,90 ab 56,93 b 68,13 a 56,57 b 57,57b 54,07 b 51,26 b 12,96 d 20.38 d 9.79
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil (BNT 5%)
Tabel 4. Berat 1000 biji dan hasil gabah Galur/varietas B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1 B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-4 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-5 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-3 Dodokan Silugonggo BNT (5%)
Berat 1000 biji
Hasil
......... g ......... 29,41 a 26,21 b 26,68 b 23,44 c 23,62 c 23,09 cd 22,67 cd 23,67 c 23,36 c 22,79 cd 22,68 cd 22,12 d 1,10
....... t/ha ....... 5,22 c 6,33 ab 5,56 bc 6,00 abc 6,55 a 6,44 ab 6,00 abc 6,78 a 6,22 ab 6,78 a 6,89 a 6,44 ab 0,95
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji beda nyata terkecil (BNT 5%)
Tabel 5. Respon panelis (petani) terhadap rasa nasi dari nomor galur dan varietas Galur/Varietas
Kurang
Rasa nasi Sedang
Enak
5 5 3 7 5 6 7 6 7 6 8 4
7 4 5 9 11 11 8 11 9 11 7 13
7 10 11 3 3 2 4 2 3 2 4 2
B10970C-MR-4-2-1-1-1-Si-3-2-4-1 B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-1-3-1-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-4 B11741-RS*2-3-MR-34-1-1-5 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-2-3 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-1 B11741-RS*2-3-MR-34-1-4-3 Dodokan Silugonggo Keterangan : jumlah panelis 19 orang petani di lokasi penelitian
66
Charles Y.Bora dan Buang Abdullah : Keragaan Beberapa Galur Harapan Padi Sawah Umur Sangat Genjah di Nusa Tenggara Timur
Berat 1000 biji dan Hasil Rata-rata berat 1000 biji dan hasil gabah pada kadar air 14 % dapat dilihat pada tabel 4. Terdapat variasi antara berat 1000 biji dengan hasil dimana berat 1000 biji tertinggi diperoleh pada galur 01 namun tidak sebanding dengan hasil yaitu paling rendah diantara semua galur yang diuji. Hal ini disebabkan oleh jumlah gabah isi paling rendah jika dibandingkan dengan galur lainnya. Sebaliknya berat 1000 biji terendah diperoleh pada varietas pembanding (Silugonggo) namun menghasilkan produksi yang tinggi diantara semua galur yang diuji disebabkan oleh jumlah gabah hampa paling rendah Tabel 3). Produksi gabah tertinggi masih diperoleh dari varietas pembanding yaitu Dodokan dengan hasil 6,89 t/ha dan tidak berbeda nyata dengan varietas Silugonggo (6,44 t/ha) dan galur 02; 04; 05; 06; 07; 08; 09 dan galur nomor 10. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat nomor galur yang memiliki potensi berproduksi tinggi mendekati varietas pembanding. Namun demikian dari semua galur dan varietas pembanding yang diuji belum mencapai produksi di atas 10 t/ha. Uji rasa nasi Dalam penelitian ini juga dilakukan uji organoleptik terutama rasa nasi. Panelis yang terlibat sebanyak 19 orang panelis dimana panelis adalah petani anggota kelompok tani disekitar lokasi penelitian. Terdapat 3 kategori rasa yang direspon oleh panelis yaitu kurang enak, sedang dan enak. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat 2 nomor galur yang memberikan rasa enak yaitu galur (02) B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-1-2-1-1 dan galur (03) B11283-6C-PN-5-MR-2-3-Si-13-1-1. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji dari 19 orang panelis 10–11 panelis (>50%) mengatakan kedua galur tersebut memiliki rasa enak (Tabel 5). Galur lain dan varietas pembanding umumnya masuk dalam kategori rasa sedang.
67
Seminar Nasional Serealia 2011
KESIMPULAN - Dari 10 galur yang diuji terdapat 5 nomor galur yang mencapai umur umur panen 90 hari masing-masing : (06) B1174-RS*2-3-MR-34-1-1-5; (07) B1174-RS*2-3-MR-34-1-2-1; (08) B1174-RS*2-3-MR-34-1-2-3; (09) B1174-RS*2-3-MR-34-1-4-1 dan (10) B1174-RS*2-3-MR-34-1-4-3. Kelima nomor mempunyai potensi umur super genjah walaupun masih di atas umur varietas Dodokan dan Silugonggo sebagai pembanding. - Untuk produktivitas, dari 10 nomor galur terdapat 8 nomor galur yang memiliki potensi hasil di atas 6 t/ha dan mendekati varietas pembanding. - Berdasarkan hasil uji rasa nasi, secara spesifik terdapat 2 nomor galur yang mendapat respon enak masing-masing : galur (02) B11283-6C-P-5-MR-2-3-Si-12-1-1 dan galur (03) B11283-6C-PN-5MR-2-3-Si-1-3-1-1. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, B., H. Safitri dan Sularjo. 2008. Penampilan Galur Harapan Padi Tipe Baru di Jawa dan Bali. Dalam Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN, Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. BB Padi. 2009.Open House BB Padi. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/ . Diakses tanggal 12 Pebruari 2009. BPS. 2007. NTT Dalam Angka Tahun 2007. Biro Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur Tahun 2007. BPTP NTT. 2004. Rencana Strategis 2004-2009. Nugraha, S.U.2004. Legislasi, Kebijakan, dan Kelembagaan Pembangunan Perbenihan. Perkembangan Teknologi TRO VOL. XVI. No. 1, 2004. Samaullah Yamin. 2009. IP Padi 400. Pers Release. Wahyuni, S., A. Ruskandar dan W. Mulsanti. 2008. Peran Produsen Benih dalam Diseminasi Varietas Unggul Padi di Jawa Barat. Dalam Prosiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN, Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
68
Charles Y.Bora dan Buang Abdullah : Keragaan Beberapa Galur Harapan Padi Sawah Umur Sangat Genjah di Nusa Tenggara Timur