Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
Kajian Paket Teknologi Budidaya Jagung pada Lahan Kering di Provinsi Jambi Syafri Edi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Abstrak Budidaya tanaman jagung di Provinsi Jambi dilaksanakan pada lahan kering sebagai monokultur dan tanaman sela pada tanaman perkebunan karet dan sawit yang masih muda serta pada lahan pasang surut sebagai penyela antara tanaman padi dan palawija. Tahun 2008 luas panen jagung 9.520 ha dengan total produksi 34.616 ton atau produktivitas 3,64 t/ha. Rendahnya hasil disebabkan teknologi yang digunakan belum optimal, seperti penggunaan benih dan pemeliharaan tanaman. Kegiatan dilaksanakan pada lahan kelompok tani Usaha Mandiri, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru Kota Jambi, dengan jenis tanah Ultisol, bulan November 2009 sampai dengan Maret 2010. Tujuan kegiatan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil dan analisis usahatani jagung paket introduksi dan paket petani pada lahan kering. Jagung yang ditanam adalah varietas Sukmaraga, paket introduksi jarak tanam 75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, pupuk Urea 200 kg, SP-36 100, KCl 100 kg dan pupuk organik 1000 kg/ha, paket petani jarak tanam 75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam, pupuk Urea 100 kg, SP-36 100 kg dan KCl 75 kg/ha. Paket introduksi memberikan hasil 5,48 t/ha dan paket petani 4,16 t/ha, terdapat peningkatan hasil 1,32 t/ha atau 31,73 % lebih tinggi, dan peningkatan keuntungan sebesar Rp. 1.857.000,- atau 38,29 %. Kedua paket ini layak untuk dikembangkan pada lokasi kegiatan dan agroekosistem yang sama karena memiliki B/C ratio dan R/C ratio kedua paket tersebut > 1 Kata Kunci: Jagung, paket teknolog budidaya, lahan kering, Jambi
horizon argilik dapat merupakan lapisan kedap air sehingga proses infiltrasi lambat dan aliran permukaan lebih cepat terjadi (Hardjowigono, 2003). Arsyad, (1989) menyatakan bahwa usaha untuk memperbaiki sifat fisika tanah dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik, hal yang sama dikemukakan oleh Hakim et al. (1986) bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun biologi. Selanjutnya ditambahkan bahwa pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Sebagai tindak lanjut Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (RPPK) Kementerian Pertanian telah menetapkan pro-
Pendahuluan Secara nasional, jagung merupakan tanaman pangan terpenting setelah padi dan perannya semakin meningkat setiap tahun sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan usaha peternakan, dan berkembangnya industri pangan berbahan baku jagung. Kesadaran umum mengenai pentingnya pengembangan jagung sebagai komoditi masa depan semakin meningkat dimana kegunaan jagung tidak hanya untuk industri pangan tapi juga sebagai energi (Mawardi et al., 2007). Lahan kering di Provinsi Jambi didominasi oleh jenis tanah Ultisol yang dicirikan dengan rendahnya kandungan bahan organik, tingginya kandungan liat, dimana air terikat pada pori-pori mikro sulit digunakan tanaman sehingga air tidak tersedia bagi tanaman dan
301
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
gram swasembada nasional dan menuju daya saing ekspor. Upaya pencapaian swasembada jagung ditempuh melalui program: (a) pengembangan sistem distribusi faktor produksi, (b) peningkatan produktivitas tanaman, (c) optimalisasi lahan, (d) peningkatan pola tanam, (e) peningkatan peran penelitian, (f) pendampingan dan kemitraan, dan (g) progam khusus yang dibutuhkan. Luas panen jagung di Provinsi Jambi tahun 2008 adalah 9.520 ha dengan total produksi 34.616 ton atau produktivitas 3.64 t/ha (Badan Pusat Statistik, 2009). Rendahnya produksi tersebut diantaranya disebabkan mutu benih jagung yang kurang baik. Secara umum petani jagung di Provinsi Jambi melakukan budidaya tanaman jagung pada lahan kering baik monokultur maupun sebagai tanaman sela pada tanaman perkebunan karet dan sawit yang masih muda serta pada lahan pasang surut sebagai penyela antara tanaman padi dan palawija. Benih yang digunakan merupakan turunan dari tanaman sebelumnya yang dibudidayakan tidak sesuai dengan anjuran seperti pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan, panen dan pasca panen. Varietas unggul merupakan salah satu teknologi inovatif yang handal untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung, baik melalui peningkatan potensi daya hasil tanaman, maupun melalui peningkatan toleransi dan ketahanannya terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik. Selain itu, pembentukan varietas unggul juga bertujuan untuk meningkatkan mutu dan nilai tambah produk dan upaya meningkatkan nilai ekonomi. Penerapan paket teknologi budidaya jagung mengutamakan pemanfaatan sumberdaya lokal, penerapan teknologi budidaya berdasarkan karakteristik lahan, dan mempertim-
bangkan kearifan lokal petani (Puslitbangtan, 1992). Berdasarkan uraian di atas dilakukan kegiatan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, hasil dan analisis usahatani jagung paket introduksi dan paket petani pada lahan kering di Kota Jambi. Hasil kajian ini diharapkan dapat sebagai masukan atau bahan pertimbangan terutama bagi Pemerintah Daerah Kota Jambi dan Provinsi Jambi dalam rangka meningkatkan produksi dan pendapatan petani.
Bahan dan Metode Lokasi dan Waktu Kegiatan kajian paket teknologi budidaya jagung dilaksanakan pada lahan kering kelompok tani Usaha Mandiri, Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru Kota Jambi, dengan jenis tanah Ultisol, berlangsung November 2009 sampai dengan Maret 2010. Penentuan lahan dan petani koperator didasarkan pada : (1) petani koperator telah berpengalaman berusahatani jagung, mau bekerjasama dan menerima inovasi teknologi yang akan diintroduksikan, dan (2) petani koperator tergabung dalam kelompok tani dan kelompok tani tersebut merupakan anggota gapoktan. Teknologi yang diintroduksikan meliputi : (1) cara pengolahan tanah, (2) penggunaan varietas unggul, (3) pemupukan dan ameliorasi lahan, (4) pemeliharaan tanaman, dan (5) Cara panen. Lahan yang digunakan bekas tanaman kacang panjang, sehingga tidak diperlukan pengolahan tanah, dan hanya dilakukan penyemprotan gulma dengan herbisida. Luas lahan penanaman 0,50 ha untuk masing-masing paket. Kedua paket teknologi budidaya jagung yang menjadi bahan kajian ditampilkan pada 302
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
Tabel 1. Benih jagung yang digunakan untuk kedua paket varietas unggul Sukmaraga berasal dari Balai Benih Induk (BBI) Palawija Sebapo. Pada paket introduksi, seluruh takaran pupuk SP-36 dan KCl serta sepertiga takaran Urea diberikan pada saat tanam. Dua pertiga takaran pupuk Urea tersisa diberikan setelah tanaman berumur 25 hari setelah tanam (hst), setelah penyiangan pertama dan pembumbunan. Pada paket petani, pemberian pupuk dilakukan sekaligus pada 15 hst yakni setelah penyiangan pertama dan pembumbunan,
pemberian pupuk secara tugal 5-7 cm dari lubang tanam. Pupuk organik paket introduksi diberikan pada saat tanam sekaligus sebagai penutup lubang tanam. Pengendalian hama lalat bibit paket introduksi dilakukan dengan pemberian Curater 3-G pada saat tanam dengan takaran 17 kg/ha. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cangkul pada 25 hst dan dengan herbisida pada 45 hst. Panen dilakukan pada saat biji masak fisiologis yang ditandai adanya lapisan hitam (black layer) pada bagian plasenta biji.
Tabel 1. Paket teknologi budidaya jagung yang dikaji pada lahan kering. Jambi, 2010 Paket yang diuji Komponen Teknologi
Paket Introduksi
Paket Petani
Tanpa olah tanah
Tanpa olah tanah
Sukmaraga
Sukmaraga
Sumber benih
BBI Palawija Sebapo
BBI Palawija Sebapo
Jarak tanam
75 cm x 25 cm 1 biji/lobang tanam
75 cm x 40 cm 2 biji/ 76 lobang tanam
200 100 100 1000
100 100 75 -
Semua pupuk SP-36, KCl, pupuk organik dan 1/3 Urea diberikan saat tanam. 2/3 Urea diberikan pada umur 25 hst
Semua pupuk diberikan pada umur 15 hst
Seed treatmen Herbisida pengendali gulma Curater 3-G
Seed treatmen Herbisida pengendali gulma
25 hst
15 hst
45 hst dengan herbisida
45 hst dengan herbisida
Petik tongkol, kadar air biji 17-18%
Petik tongkol, kadar air biji 17-18%
Persiapan areal penanaman Varietas
Jenis dan takaran pupuk Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha) Pupuk organik (kg/ha) Waktu pemberian
Pemeliharaan tanaman
Penyiangan pertama dan pembumbunan secara manual Penyiangan kedua Cara panen hst = hari setelah tanam
303
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
Pengumpulan Data dan Analisis
Hal lain yang menyebabkan banyaknya tanaman jagung manis di daerah ini didukung oleh tingginya permintaan dari kota Jambi, untuk jagung bakar dan jagung rebus. Menurut petani, tanaman jagung mudah dalam pemeliharaannya dan rendah bahkan tidak ada serangan hama dan penyakit. Pemanfaatan limbah tanaman jagung sebagai salah satu sumber pakan ternak sapi merupakan hasil sampingan bagi petani. Teknologi yang dilakukan petani sudah cukup baik dengan bimbingan Petugas Lapang dan adanya dampak dari laboratorium lapang Primatani serta penerima dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) secara teknis didampingi oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.
Penentuan sampel pengamatan secara sengaja sejak awal pertumbuhan tanaman dengan luas 3 m x 5 m. Selanjutnya ditentukan 10 sampel secara acak untuk pengamatan tinggi tanaman, tinggi tongkol dan komponen hasil yang mencakup lingkaran tongkol, bobot 100 biji, jumlah baris per tongkol dan jumlah biji per tongkol. Untuk data panen diambil dari ubinan 3 m x 5 m tersebut di atas, kemudian dikonversikan ke t/ha pada kadar air 14 %. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif ditujukan untuk memperoleh gambaran secara holistik, sedangkan analisis kualitatif ditujukan untuk mengukur peubah kuantitatif menggunakan parameter statistik sederhana seperti persentase, nilai maksimum, minimum dan nilai rataan. Untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis terhadap input dan output dari usahatani (B/C ratio).
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Teknologi yang diintroduksikan terdiri dari beberapa komponen, yaitu (1) pengolahan tanah, (2) varietas unggul, (3) populasi dan sistem tanam, (4) pengelolaan agrohara melalui penetapan jenis, takaran, dan cara pemupukan, (5) pemeliharaan tanaman, dan (6) cara panen. Dengan mengembangkan varietas unggul komposit maka ketergantungan petani terhadap hibrida swasta dapat dihindari dan petani tidak lagi menggunakan bibit komposit secara turun temurun. Pupuk organik yang digunakan pada paket introduksi berasal dari kotoran sapi yang telah diinkubasi dengan trichoderma, disamping mengefisienkan penggunaan pupuk kimia juga berfungsi untuk meningkatkan atau mempertahankan kesuburan tanah. Kotoran sapi cukup tersedia di lokasi kegiatan, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal oleh petani.
Hasil dan Pembahasan Karakteristik Lokasi Kelurahan Bagan Pete, Kecamatan Kotabaru Kota Jambi merupakan kawasan sentra produksi pertanian terutama tanaman sayuran dan tanaman pangan. Tanaman sayuran didominasi oleh sayuran penghasil buah seperti, kacang panjang, terong, gambas, dan mentimun. Tanaman pangan didominasi oleh jagung terutama jagung manis dan sebagian kecil jagung komposit, bibit yang digunakan untuk jagung manis dibeli di kios-kios saprotan, sedangkan untuk jagung komposit diambil dari tanaman sebelumnya secara turun-temurun. Hal tersebut dilakukan petani karena sulitnya mendapatkan benih komposit dan tidak tersedia pada kios-kios saprotan.
304
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
Keragaan pertumbuhan tanaman memperlihatkan bahwa paket introduksi lebih baik dibandingkan paket petani. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa keunggulan paket introduksi terletak pada homogenitas pertumbuhan tanaman sedangkan paket petani pertumbuhan tanaman tidak homogen. Dari semua parameter pengamatan yang dilakukan memperlihatkan perbedaan, mulai dari pertumbuhan tinggi tanaman dan tinggi letak tongkol, demikian juga hasil serta komponen hasil paket introduksi memperlihatkan pertumbuhan dan produksi yang lebih baik dari paket petani. Hasil tertinggi diperoleh pada paket introduksi 5,48 t/ha sedangkan paket petani hanya 4,16 t/ha terjadi peningkatan 1,32 t/ha atau 31,73 % bila menggunakan paket introduksi (Tabel 2). Kedua paket yang diuji lebih tinggi dari laporan Badan Pusat Sertifikasi (2009) 3,64 t/ ha dan hasil paket introduksi juga lebih tinggi dari hasil penelitian Mawardi dan Edi (2007) menggunakan varietas yang sama 5,3 t/ha.
Terjadinya perbedaan pertumbuhan, hasil dan komponen hasil pada kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan kering di Kota Jambi diduga disebabkan oleh (a) berbedanya populasi tanaman, (b) berbedanya jumlah, waktu dan sumber pupuk yang digunakan. Paket introduksi menggunakan jarak tanam 75 cm x 25 cm satu biji per lubang tanam, sedangkan paket petani menggunakan jarak tanam 75 cm x 40 cm dua biji per lubang tanam. Dengan berbedanya jarak tanam akan membedakan jumlah populasi dan diduga berpengaruh terhadap fotosintesa yang akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman. Demikian juga halnya pemupukan pada paket introduksi pupuk yang digunakan Urea 200 kg, SP-36 100 kg, KCl 100 kg dan 1000 kg pupuk kandang per hektar, sedangkan pada paket petani Urea 100 kg, SP-36 100 dan 75 kg KCl per hektar. Pemberian pupuk pada paket introduksi sesuai dengan anjuran, sedangkan pada paket petani sekaligus pada
Tabel 2. Pertumbuhan dan hasil tanaman kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan kering. Jambi, 2010 Parameter pengamatan
Paket yang diuji Paket Introduksi
Paket Petani
Tinggi tanaman (cm)
258,91
187,45
Tinggi letak tongkol (cm)
149,74
143,24
Lingkaran tongkol (cm)
15,02
13,88
Jumlah baris/tongkol
14,76
14,19
Jumlah biji/baris
37,63
32,77
Berat 100 biji (g)
28,47
27,82
Hasil (t/ha)
5,48
4,16
305
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
umur 15 hst sesuai dengan kebiasaan petani setempat. Pemberian pupuk organik pada paket introduksi juga diduga memberikan pertumbuhan dan produksi tanaman yang lebih baik hal yang sama dikemukakan oleh Suwandi et al. (1985) bahwa penggunaan pupuk kandang dalam budidaya tanaman merupakan kebutuhan pokok disamping penggunaan pupuk kimia untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selanjutnya Amril et al. (2001) menambahkan penggunaan pupuk kandang yang diinkubasi dengan trichoderma pada tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sampai 25%.
Tabel 3. Produktivitas dan pendapatan usahatani, kajian paket teknologi budidaya jagung pada lahan kering. Jambi 2009
Analisis Usahatani Harga jual jagung Rp 1.750,- per kg pipilan kering panen Alokasi biaya tertinggi diperoleh pada paket introduksi Rp 2.743.000, - dengan penerimaan Rp 9.450.000,- dan keuntungan Rp 6.707.000,- sedangkan paket petani biaya produksi Rp. 2.430.000,- dengan penerimaan Rp 7.280.000,- dan keuntungan Rp 4.850.000,-. Terjadi peningkatan keuntungan usahatani jagung pada paket introduksi sebesar Rp 1.857.000,- atau 38,29 % dari paket petani. Kedua paket ini layak untuk dikembangkan pada lokasi kegiatan dan agroekosistem yang sama karena dari B/C ratio dan R/C ratio kedua paket tersebut > 1 (Tabel 3). Indikator kelayakan teknologi mencakup tiga aspek yaitu; secara teknis mudah diterapkan, secara sosial dapat diterima dan secara ekonomi menguntungkan. Bermacam upaya dapat dilakukan guna mendatangkan keuntungan usahatani, salah satunya adalah dengan menerapkan paket introduksi yang memberikan keuntungan usahatani lebih baik dari paket petani.
Uraian
Paket Introduksi
Paket Petani
Biaya produksi (Rp/ ha)*)
2.743.000,-
2.430.000,-
Produktifitas (t/ha)
5,48
4,16
Penerimaan (Rp./ha)
9.450.000,-
7.280.000,-
Keuntungan (Rp/ha)
6.707.000,-
4.850.000,-
2,45 3,45
2,00 3,00
B/C Ratio R/C Ratio
Keterangan : *) Biaya produksi meliputi sarana produksi (benih, pupuk, herbisida, dan pestisida) dan tenaga kerja mulai persiapan tanam sampai panen
Kesimpulan 1. Paket introduksi menggunakan varietas jagung Sukmaraga, dengan jarak tanam 75 x 25 cm satu biji per lobang tanam, pemupukan 200 kg Urea, 100 kg SP-36, 100 kg KCl dan 1.000 kg/ha pupuk organik mampu memberikan pertumbuhan tanaman dan hasil yang lebih baik dari paket petani. 2. Paket introduksi memberikan hasil 5,48 t/ ha dan paket petani 4,16 t/ha, yaitu terdapat peningkatan hasil 1,32 t/ha atau 31,73 % lebih baik paket introduksi. Tingginya hasil paket introduksi didukung oleh komponen hasil yang relatif lebih baik dari paket petani.
306
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISSN : 978-979-8940-29-3
3. Terjadi peningkatan keuntungan sebesar Rp 1.857.000,- atau 38,29 % lebih baik paket introduksi. Kedua paket ini layak untuk dikembangkan pada lokasi kegiatan dan agroekosistem yang sama karena dari B/C ratio dan R/C ratio kedua paket tersebut > 1
Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Hardjowigeni. 2003. Ilmu Tanah dan Pedogenesis. Mediyatama Sarana Prakarsa. Jakarta. Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT Jagung Pada Lahan Sawah Tadah Hujan. Prosiding Lokakarya Percepatan Penerapan IPTEK dan Inovasi Teknologi Mendukung Ketahanan Pangan Dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian. Jambi.
Daftar Pustaka Amril, B., F. Nurdin, Yulimasni, Syafril, M. Arsyad, dan A. Warman, dan Sri Gumala Dewi. 2001. Pengkajian Teknologi Menunjang Agribisnis Sayuran di Sumatera Barat. Laporan hasil Pengkajian BPTP Sukarami.
Mawardi, E., T. Sudaryono, M. Ali, dan Imran. 2007. Penelitian Pengembangan Agribisnis Jagung dan Kedelai di Pasaman Barat. Laporan Hasil Penelitian, Kerjasama BPTP Sumbar dan Bappeda Pasaman Barat.
Arsyad, S. 1989. Pengawetan Tanah dan Air. Departemen Ilmu Tanah. Bogor. Badan Pusat Statistik, 2009. Provinsi Jambi Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi Kerjasama Sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi.
Puslitbangtan. 1992. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor Suwandi, N. Sumantri, S. Kusumo, dan Z. Abidin. 1985. Bercocok Tanam Kentang. dalam. Kentang oleh Balitsa Lembang.
Hakim N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha. G. B. Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-dasar
307