KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING Margaretha SL dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK Penelitian keragaan usahatani jagung komposit pada berbagai jarak tanam di lahan kering dilaksanakan di KP Bajeng, Kabupaten Gowa pada MK I dan MK II 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang dicapai pada pertanaman MK I berkisar antara 8,45–10,05 t/ha untuk varietas Lamuru dan 8,16–10,32 t/ha untuk varietas Bisma. Penerimaan usahatani berkisar antara Rp 14.365.000–17.085.000/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 13.872.000–17.544.000/ha untuk varietas Bisma. Biaya yang diperlukan antara Rp 3.975.750–4.263.750/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 4.113.000–4.263.700/ha untuk varietas Bisma. Usahatani jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm lebih efisien menggunakan tenaga kerja karena paling sedikit menggunakan tenaga kerja (48 HOK/ha) sehingga dapat menekan penggunaan tenaga kerja sebesar 1‐16 HOK/ha, ditunjang dengan NPTK yang tinggi (11,96) dan keuntungan usahatani sebesar Rp 13.109.250. Keuntungan usahatani tertinggi diperoleh pada usahatani jagung Bisma, juga pada jarak tanam (100‐40) x 20 cm yakni Rp 13.409.000/ha, memiliki NPSP tertinggi (5,24). Hal ini menunjukkan varietas Bisma lebih efisien dalam menggunakan sarana produksi, namun varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm lebih efisien dalam menggunakan biaya usahatani (biaya tenaga kerja + biaya sarana produksi) karena memiliki rasio biaya/kg biji yang lebih rendah yakni Rp 356/kg biji. Pada MK II, hasil berkisar antara 8,720 –9,930 t/ha untuk varietas Lamuru dan 8,490–10,020 t/ha untuk varietas Bisma. Penerimaan usahatani berkisar antara Rp 14.943.000–16.881.000 untuk varietas Lamuru dan Rp 14.433.000–17.043.000/ha untuk varietas Bisma. Biaya yang dikeluarkan Rp 4.059.500–4.301.250/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 5.074.000– 5.443.000/ha untuk varietas Bisma. Usahatani jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm efisien dalam menggunakan tenaga kerja dan sarana produksi karena memiliki NPTK 10,64 dan NPSP 5,60 dan rasio biji Rp 4,13/kg biji pipilan. Dengan demikian usahatani jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam legowo (100‐40) x 20 cm lebih efisien dan menguntungkan. Kata kunci: Jagung, varietas komposit, tanam legowo, dan keuntungan.
PENDAHULUAN Perluasan areal tanam dengan menggunakan benih hibrida dan komposit unggul telah meningkatkan produk jagung 6,255 juta ton pada tahun 1991 menjadi 12,522 juta ton pada tahun 2005 (Deptan 2005, 2007), namun belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri sehingga impor masih diperlukan. Produksi jagung nasional yang diproyeksi tumbuh 4,63% per tahun pada tahun 2009 menjadi 13,98 juta ton, pada tahun 2015 produksi jagung diharapkan telah mencapai 13,93 juta ton (Deptan 2005). Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih
terbuka baik melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,43 t/ha) maupun pemanfaatan lahan yang masih luas, utamanya di luar Jawa. Hasil Penelitian Ex‐ante (Subandi et al, 2005; Margaretha SL dan Zubachtiroddin 2006), menunjukkan bahwa 87,5% lahan petani dibiarkan bero setelah padi panen, sisanya ditanami ubi jalar dan kacang panjang secara spot‐spot disesuaikan kemampuan tenaga kerja untuk penyiraman. Salah satu alternatif perluasan tanam untuk meningkatkan produktivitas dan produksi per satuan
220 Margaretha Sl, dan Zubachtirodin : Keragaan Usahatani Jagung Varietas Komposit pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kering
waktu dapat ditempuh melalui peningakatan indeks pertanaman dari IP200 menjadi IP400. Penerapan IP400 jagung pada lahan kering yang ditanam secara sisipan, menuntut kemudahan cara menanam pada pertanaman kedua dan seterusnya. Untuk dapatkan hasil optimum diperlukan pengaturan populasi tanaman. Secara umum, kepadatan anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Ini dapat dicapai dengan jarak tanam antar baris 75 cm dan 20 cm dalam baris dengan satu pertanaman per rumpun, atau jarak antar baris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Apabila penanaman jagung bertujuan untuk produksi biji dan sekaligus untuk bimas hijauan, kepadatan yang dianjurkan adalah 200.000 – 300.000 tanaman/ha dengan penanaman 3‐4 benih perumpun (Akil dan Hadijah 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang layak pada jagung komposit/bersari bebas dengan sistem legowo dalam mendukung penerapan IP400 pada lahan kering. METODOLOGI Penelitian ini akan dilaksanakan di KP. Bajeng Kabupaten Gowa, Provinsi Sulsel dengan 2 kali pertanaman dengan menggunakan varietas komposit. Pertanaman I (MK I) bulan Maret 2011 dan pertanaman II (MK II) bulan Juni 2011. pertanaman II (MK II) ditanam 2 minggu sebelum pertanaman I (MK I) dipanen. Benih jagung yang digunakan adalah jenis komposit Varietas Lamuru dan Varietas Bisma. Benih ditanam 2 biji/lubang, pada umur 6 hst diperjarang menjadi 1 tanaman/rumpun. Semua petak perlakuan diberi pupuk urea 400 kg/ha dan pupuk Phonska 300 kg/ha, diberikan 2 kali. Setiap anak petak terdiri dari 8 baris tanaman sepanjang 6 m. Perlakuan jarak tanam, terdiri atas : 1. 75 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 66.666) 2. 100‐50 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 66.666) 221 Seminar Nasional Serealia 2011
3. 70 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 71.428) 4. 100‐40 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun, populasi 71.428) Data yang dikumpulkan meliputi : jumlah dan harga input (benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) yang digunakan, jumlah serta harga output yang dihasilkan per waktu tanam. Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis Input‐ Output, NPTK dan NPSP serta rasio biaya/kg biji (Anonim 1987; Heriyanto dan Fahrur 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Pertanaman MK I Penggunaan tenaga kerja Pertanaman dengan menggunakan jarak tanam sistem legowo seperti (100‐ 50) x 20 cm, dan (100‐40) x 20 cm, tidak mengurangi populasi (66.667 tanaman dan 71,428 tanaman) dan dapat meningkatkan hasil, dan diharapkan ada jarak yang cukup lebar sehingga dapat memberi kenyaman bagi petani. Distribusi tenaga kerja pada berbagai jarak tanam, dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1, terlihat bahwa waktu yang digunakan untuk menanam jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm yakni 13,23 HOK/ha, paling sedikit diantara jarak tanam lainnya. Hal ini sejalan dengan M. Akil dan Hadijah AD (2007) bahwa penanaman jagung yang dilakukan secara manual dengan memasukkan benih ke dalam lubang tugal maupun alur tanam yang menggunakan bajak yang ditarik ternak membutuhkan tenaga kerja 10 – 16 HOK/ha. Secara keseluruhan usahatani (tanam – panen) hanya memerlukan 48 HOK/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan varietas Lamuru yang ditanam dengan jarak tanam legowo (100‐40) x 20 cm dapat menekan penggunaan tenaga kerja sebesar 1 – 16 HOK/ha. Besar atau kecilnya distribusi tenaga kerja pada kegiatan usahatani, tergantung pada banyaknya anggota keluarga baik dari
dalam keluarga (keluarga inti) maupun dari luar keluarga (sepupu, ipar, keponakan atau tetangga), dimana kegiatan menanam dan panen dikerjakan secara gotong royong dalam kekeluargaan. Penggunaan tenaga kerja ini mempengaruhi biaya usahatani karena I HOK/ha dinilai Rp 25.000/orang. Penggunaan sarana produksi
Seberapa besar pengeluaran/modal usahatani pada berbagai jarak tanam, dapat dilihat pada Tabel. 2. Dari Tabel 2, terlihat bahwa jumlah dan jenis sarana produksi yang digunakan sama karena luas yang dipakai sama dan merupakan bantuan dari pemerintah (Balitsereal), harga pembelian berlaku sesuai harga setempat. Dari ke 6 jenis sarana produksi, biaya pembelian pupuk menyerap biaya sebesar Rp 1.600.000/ha atau 57%. Biaya terendah pada pembelian saromil yang digunakan untuk menekan serangan penyakit Bulai yang sering menghambat pertanaman jagung. Seberapa besar penggunaan tenaga kerja dan biaya sarana produksi mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, dapat dilihat pada Tabel 3.
Selain penggunaan tenaga kerja, penggunaan sarana produksi juga mempengaruhi besar kecilnya biaya/modal usahatani. Pengeluaran yang terbesar pada pembelian pupuk, khususnya pupuk phonska. Mahalnya harga pupuk phonska sering mengakibatkan petani tidak memupuk pertanaman jagung sesuai anjuran (400 kg/ha urea + 300 kg/ha phonska. Tabel 1. Penggunaan tenaga kerja pada berbagai jarak tanam MK I, di Bajeng. Gowa, 2010 Kegiatan Usahatani
75 x 20 cm 14,43
Penanaman Pemupukan I Penyiangan/ Pembumbunan Pemupukan II Penyiangan II Pemanenan Jumlah
5,93 16,92 6,79 0,66 14,62 59
Varietas Lamuru (100‐50) 70 x x 20 cm 20 cm 13,37 18,94
(100‐40) x 20 cm 13,23
75 x 20 cm 18,12
Varietas Bisma (100‐50) 70 x x 20 cm 20 cm 17,87 19,14
(100‐40) x 20 cm 18,39
5,87 10,66
5,46 12,51
5,62 11,44
4,89 16,92
6,14 10,66
5,76 12,51
5,69 11,44
5,79 0,34 12,54 49
5,55 0,73 13,54 57
5,3 0,36 11,88 48
5,97 0,75 17,1 64
6,78 0,38 11,49 53
6,49 0,78 14,35 59
5,77 0,46 12,45 54
Sumber: data primer, 2010 1 HOK = 8 jam @ Rp 25.000/orang
Tabel 2. Penggunaan biaya sarana produksi pada berbagai jarak tanam MK I, di Bajeng. Gowa. 2010
Kegiatan Usahatani Pengolahan tanah Benih (FS) Pupuk Urea Pupuk Phonska Gramoxone Saromil Jumlah
Varietas Lamuru 75 x 20 (100‐50 )x 70 x 20 (100‐40) x cm 20 cm cm 20 cm 750.000 750.000 750.000 750.000 300.000 300.000 520.000 520.000 1.080.000 1.080.000 110.000 110.000 20.000 20.000 2.780.000 2.780.000
75 x 20 cm 750.000
Varietas Bisma (100‐50)x 70 x 20 cm (100‐40) x 20 cm 20 cm 750.000 750.000 750.000
300.000 300.000 300.000 300.000 520.000 520.000 520.000 520.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 110.000 110.000 110.000 110.000 20.000 20.000 20.000 20.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000
300.000 300.000 520.000 520.000 1.080.000 1.080.000 110.000 110.000 20.000 20.000 2.780.000 2.780.000
Sumber: data primer, 2010. Keterangan: Harga benih komposit (Varietas Lamuru dan Bisma) : Rp 15.000/kg Harga urea : Rp 1.300/kg Harga pupuk Phonska : Rp 3.600/kg Harga gramoxone : Rp 55.000/l Harga saromil : Rp 1.000/gr
222 Margaretha Sl, dan Zubachtirodin : Keragaan Usahatani Jagung Varietas Komposit pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kering
Tabel 3. Analisis usahatani jagung pada berbagai jarak tanam MK I di KP. Bajeng. Gowa. 2010. Varietas Lamuru Varietas Bisma Analisis Usahatani 75 x 20 cm (100‐50)x 70 x 20 cm (100‐40) x 75 x 20 cm (100‐50)x 70 x 20 cm (100‐40) x 20 cm 20 cm 20 cm 20 cm Biaya Sarana 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 Produksi Biaya Tenaga Kerja 1.483.750 1.214.250 1.418.000 1.195.750 1.596.250 1.333.000 1.475.750 1.355.000 Jumlah Biaya 4.263.750 3.994.250 4.198.000 3.975.750 4.376.250 4.113.000 4.255.750 4.135.000 (Rp/ha) Produksi (t/ha) 8.450 8.930 9.570 10.050 8.160 8.390 9.360 10.320 Penerimaan 14.365.000 15.181.000 16.269.000 17.085.000 13.872.000 14.263.000 15.912.000 17.544.000 (Rp/ha) Keuntungan 10.101.250 11.186.750 12.071.000 13.109.250 9.495.750 10.150.000 11.656.250 13.409.000 (Rp/ha) NPTK 7,81 10,21 9,51 11,96 6,95 8,61 8,90 10,90 NPSP 4,63 5,02 5,42 5,72 4,41 4,65 5,19 5,82 Rasio Biaya/kg biji 505 447 439 396 536 490 507 401 Sumber: data primer, 2010
Pada Tabel 3, terlihat bahwa produksi yang dicapai pada pertanaman MK I pada berbagai jarak tanam, berkisar antara 8,45 t/ha – 10,05 t/ha untuk varietas Lamuru dan 8,16 t/ha – 10,32 t/ha untuk varietas Bisma. Penerimaan usahatani berkisar antara Rp 14.365.000/ha – Rp 17.085.000/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 13.872.000/ha – Rp 17.544.000/ha untuk varietas Bisma. Biaya yang diperlukan antara Rp 3.975.750/ha – Rp 4.263.750/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 4.113.000/ha – Rp 4.263.700/ha untuk varietas Bisma. Biaya terendah digunakan pada kegiatan usahatani jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐50) x 20 cm, sebesar Rp 3.994.250/ha, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm, sebesar Rp 13.109.250. Hal ini disebabkan karena varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm lebih efisien dalam memanfaatkan biaya usahatani, hal ini ditunjang dari nilai rasio biaya/kg biji pipil sebesar Rp 396/kg biji lebih rendah dari jarak tanam lainnya, bahkan dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm yang menggunakan varietas Bisma. Di Indonesia, biaya produksi jagung intensif berkisar antara
223 Seminar Nasional Serealia 2011
Rp 300 – Rp 800/kg biji kering bervariasi tergantung pada kondisi lahan/kesuburan tanah, tingkat penerapan teknologi dan kondisi sosial/upah tenaga kerja. (Wahid et al, 2003; Subandi et al, 2004 dan 2005; BPTP Sulsel dan Syngenta Indonesia, 2004). Efisiensi biaya usahatani jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm ternyata sangat dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja. Hal ini terlihat dari nilai NPTK yang tertinggi yaitu 11,96, sedang dari penggunaan jenis dan jumlah sarana produksi yang diberikan sama, memberi nilai NPSP lebih besar pada varietas Bisma dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm, yaitu sebesar 5,82 menunjukkan varietas Bisma lebih efisien dalam menggunakan sarana produksi. Pertanaman MK II Penggunaan tenaga kerja Pada pertanaman MK II, ternyata penggunaan tenaga kerja terbanyak pada kegiatan panen untuk varietas Lamuru dengan jarak tanam 75 x 20 cm, sedang untuk varietas Bisma dengan jarak tanam (100‐50) x 20 cm. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penggunaan tenaga kerja pada berbagai jarak tanam MK II, di Bajeng. Gowa, 2010 Kegiatan Usahatani Penanaman Pemupukan I Penyiangan + Pembumbunan Pemupukan II Penyiangan II Pemanenan Jumlah
75 x 20 cm 9,19
Varietas Lamuru (100‐50) 70 x 20 x 20 cm cm 9,53 9,64
(100‐40) 75 x 20 x 20 cm cm 9,75 9,71
Varietas Bisma (100‐50) 70 x 20 (100‐40) x 20 cm cm x 20 cm 9,72 9,41 9,33
9,45 16,92
8,45 10,66
10,91 12,51
10,73 11,44
14,31 12,76
14,00 16,03
12,86 11,15
14,37 12,85
4,21 0,66 20,42 60,85
4,86 0,34 17,34 51,18
3,86 0,73 17,22 54,77
4,15 0,36 16,57 53,01
7,79 0,75 11,37 56,69
8,61 0,38 12,92 61,66
6,32 0,78 15,39 55,91
6,81 0,46 15,44 59,26
Sumber: data primer, 2010 1 HOK = 8 jam @ Rp 25.000/orang
Pada Tabel 4, terlihat bahwa pada pertanaman ke 2 ini, kegiatan penanaman varietas Lamuru dengan jarak tanam 75 x 20 cm menggunakan tenaga kerja paling sedikit yakni 9,19 HOK/ha lebih kecil dari yang dikemukakan oleh M. Akil dan Hadijah AD (2007) bahwa di Indonesia, penanaman jagung yang dilakukan secara manual dengan memasukkan benih ke dalam lubang tugal maupun alur tanam yang menggunakan bajak yang ditarik ternak membutuhkan tenaga kerja 10 – 16 HOK/ha. Secara keseluruhan usahatani (tanam – panen) penggunaan tenaga kerja terendah pada varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐50) x 20 cm, 51,18 HOK/ha. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan varietas Lamuru telah efisien dalam menggunakan tenaga kerja tapi masih memerlukan penelitian jarak tanam yang lebih lanjut karena belum konsisten, namun demikian penggunaan jarak tanam dengan sistem legowo dapat menekan penggunaan tenaga kerja sebesar 9,67 HOK/ha dari jartam 75 x 20 cm dengan (100‐50) x 20 cm dan 1,76 HOK/ha dari jartam 70 x 20 cm dengan (100‐40) x 20 cm. Biaya sarana produksi Biaya sarana produksi untuk pertanaman MK II, sama pertanaman MK I yaitu sebesar Rp 2.780.000/ha untuk semua jarak tanam dan varietas. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Dari Tabel 5, terlihat bahwa biaya pembelian pupuk menyerap biaya pada semua jarak tanam dan varietas, sebesar Rp 1.600.000/ha atau 57%. Biaya terendah pada pembelian saromil yang digunakan untuk menekan serangan penyakit Bulai yang sering menghambat bahkan pertanaman jagung. Seberapa besar penggunaan tenaga kerja dan biaya sarana produksi mempengaruhi pendapatan usahatani jagung, dapat dilihat pada Tabel 6. Pada Tabel 6, terlihat bahwa pada pertanaman MK II ini, produksi yang dicapai berkisar antara 8,720 t/ha – 9,930 t/ha untuk varietas Lamuru dan 8,490 t/ha – 10,020 t/ha untuk varietas Bisma. Penerimaan usahatani berkisar antara Rp 14.943.000/ha – Rp 16.881.000 untuk varietas Lamuru dan Rp 14.433.000/ha – Rp 17.043.000/ha untuk varietas Bisma. Biaya usahatani sebesar Rp 4.059.500/ha – Rp 4.301.250/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 5.074.000/ha – Rp 5.443.000/ha untuk varietas Bisma. Penggunaan biaya usahatani terrendah pada usahatani jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐50) x 20 cm, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm yakni Rp 12.775.750/ha. Hal ini disebabkan karena varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm lebih efisien dalam menggunakan tenaga kerja dan sarana produksi, terlihat dari NPTK
224 Margaretha Sl, dan Zubachtirodin : Keragaan Usahatani Jagung Varietas Komposit pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kering
lebih efisien dan menguntungkan dari (10,64) dan NPSP (5,60) merupakan nilai jarak tanam lainnya. tertinggi dari jarak tanam lainnya, serta nilai rasio biaya/kg biji pipilan yang lebih rendah yaitu Rp 413/kg biji pipilan, menunjukkan bahwa varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm Tabel 5. Penggunaan biaya sarana produksi pada berbagai jarak tanam MK II, di Bajeng. Gowa. 2010 Kegiatan Usahatani Pengolahan tanah Benih (FS) Pupuk Urea Pupuk Phonska Gramoxone Saromil Jumlaj
Varietas Lamuru 75 x 20 (100‐50) 70 x 20 (100‐40) cm x 20 cm cm x 20 cm 750.000 750.000 750.000 750.000
Varietas Bisma 75 x 20 (100‐50) 70 x 20 (100‐40) cm x 20 cm cm x 20 cm 750.000 750.000 750.000 750.000
300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 520.000 520.000 520.000 520.000 520.000 520.000 520.000 520.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 110.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000
Sumber: data primer, 2010. Keterangan: Harga benih komposit (Varietas Lamuru dan Bisma) : Rp 15.000/kg Harga urea : Rp 1.300/kg Harga pupuk Phonska : Rp 3.600/kg Harga gramoxone : Rp 55.000/l Harga saromil : Rp 1.000/gr
Tabel 6. Analisis usahatani jagung pada berbagai jarak tanam MK II, di KP. Bajeng. Gowa. 2010. Analisis Usahatani
Varietas Lamuru Varietas Bisma 75 x 20 (100‐50) 70 x 20 (100‐40) 75 x 20 (100‐50) 70 x 20 (100‐40) cm x 20 cm cm x 20 cm cm x 20 cm cm x 20 cm 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000 2.780.000
Biaya Sarana Produksi Biaya Tenaga 1.521.250 1.279.500 1.369.250 1.325.250 2.479.500 2.663.000 2.294.000 2.432.000 Kerja Jumlah Biaya 4.301.250 4.059.500 4.149.250 4.105.250 5.259.500 5.443.000 5.074.000 5.212.000 (Rp/ha) Produksi (t/ha) 8.790 8.820 9.720 9.930 8.490 9.190 9.550 10.020 Penerimaan 14.943.000 14.994.000 16.524.000 16.881.000 14.433.000 15.623.000 16.235.000 17.034.000 (Rp/ha) Keuntungan 10.641.750 10.934.500 12.374.750 12.775.750 9.173.500 10.180.000 11.161.000 11.822.000 (Rp/ha) NPTK 7,99 9,55 10,03 10,64 4,70 4,82 5,86 5,86 NPSP 4,83 4,93 5,45 5,60 4,30 4,66 5,04 5,25 Rasio biaya/kg 489 460 427 413 619 592 531 520 biji Sumber: data primer, 2010
225 Seminar Nasional Serealia 2011
HOK/ha dari jarak tanam 70 x 20 cm dengan (100‐40) x 20 cm.
KESIMPULAN Pertanaman MK I 1. Waktu yang digunakan untuk menanam jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐ 40) x 20 cm yakni 13,23 HOK/ha paling sedikit diantara jarak tanam lainnya. 2. Penggunaan varietas Lamuru yang ditanam dengan jarak tanam legowo (100‐40) x 20 cm dapat menekan penggunaan tenaga kerja 1 – 16 HOK/ha. 3. Hasil jagung pada pertanaman MK I dengan berbagai jarak tanam, berkisar antara 8,45–10,05 t/ha untuk varietas Lamuru dan 8,16– 10,32 t/ha untuk varietas Bisma. 4. Penerimaan usahatani berkisar antara Rp 14.365.000–17.085.000/ha untuk varietas Lamuru dan Rp 13.872.000– 17.544.000/ha untuk varietas Bisma. 5. Biaya yang diperlukan dalam berusahatani jagung berkisar antara Rp 3.975.750–4.376.250/ha 6. Biaya terrendah digunakan pada jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐50) x 20 cm, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada jarak tanam (100‐40) x 20 cm dengan rasio biaya/kg biji Rp 396/kg biji. 7. Penggunaan biaya yang efisien dan keuntungan yang tinggi diperoleh dari jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm karena penggunaan tenaga kerja efisien (NPTK = 11,96) sedang nilai NPSP lebih tinggi dari varietas Bisma, Pertanaman MK II 1. Waktu yang diperlukan untuk menanam varietas Lamuru dengan jarak tanam 75 x 20 cm menggunakan tenaga kerja paling sedikit yakni 9,19 HOK/ha. 2. Penggunaan jarak tanam dengan sistem legowo dapat menekan penggunaan tenaga kerja 9,67 HOK/ha dari jarak tanam 75 x 20 cm dengan (100‐50) x 20 cm dan 1,76
3. Hasil jagung berkisar antara 8,720– 9,930 t/ha untuk varietas Lamuru dan 8,490–10,020 t/ha untuk varietas Bisma. 4. Penerimaan usahatani berkisar antara Rp. 14.943.000–16.881.000 untuk varietas Lamuru dan Rp 14.433.000– 17.043.000/ha untuk varietas Bisma. 5. Biaya yang diperlukan dalam berusahatani jagung berkisar antara Rp 4.059.000 – Rp 5.443.000/ha 6. Biaya terendah digunakan pada jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐50) x 20 cm, namun keuntungan tertinggi diperoleh pada jarak tanam (100‐40) x 20 cm dengan rasio biaya/kg biji Rp 413/kg biji. 7. Penggunaan biaya yang efisien terdapat pada jagung varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm karena penggunaan tenaga kerja efisien (NPTK = 10,64) dan penggunaan sarana produksi (NPSP = 5,60), maka penggunaan varietas Lamuru dengan jarak tanam (100‐40) x 20 cm layak direkomendasikan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1987. Latihan Penelitian Sosial Ekonomi dan Pola Usahatani. Nusa Tenggara Agicultural Support Project. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian bekerjasama dengan Agricultural Economics Departement International Rice Research Institute. BPTP Sulawesi Selatan dan PT. Sygenta Indonesia. 2004. Laporan Hasil Penelitian Pengujian Lapangan Crop Program Syngenta dalam Rangka Peningkatan Hasil dan Kualitas Jagung serta Peningkatan Pendapatan Petani Jagung di Sulawesi Selatan.
226 Margaretha Sl, dan Zubachtirodin : Keragaan Usahatani Jagung Varietas Komposit pada Berbagai Jarak Tanam di Lahan Kering
Departemen Pertanian, 2005. Prospek dan Arah Pembangunan Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 2007. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Tanaman Pangan. www.deptan.go.id.2007 Margaretha SL dan Zubachtiroddin. 2006 .Analisis Ex‐ante Produksi Jagung melalui PTT pada Lahan Sub Optimal Sawah Tadah Hujan. Laporan Akhir Balai Penelitian Tanaman Serealia. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian M. Akil dan Hadijah AD, 2007. Budidaya Jagung dan Desiminasi Teknologi. JAGUNG. Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanaman Pangan Subandi, S. Saenong, Bahtiar dan Zubachtiroddin. 2004. Peran
227 Seminar Nasional Serealia 2011
Inovasi dalam Produksi Jagung Nasional, p. 67‐94. Dalam A.K. Makarim, Harmanto, Sunihardi (ed). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Zubachtiroddin, Margaretha SL, Sumarni Panikkai, Agustina Buntan, Roslina Amir, Nanny Riani, Rosmalasari, Yamin Sanuseng dan Ilyas. 2008. Teknologi Produksi Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal melalui Pengelolaan Sumberdaya dan Tanaman Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Wahid, A.S; Muslimin, Zainuddin, S. Saenong, dan D. Baco. 2003. Kajian Efisiensi dan Diversifikasi Kelembagaan Corporate Farming pada Lahan Sawah Tadah Hujan (Belum dipublikasikan).