KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT Helena da Silva* dan Bambang Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT *
[email protected]
ABSTRAK Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) didominasi oleh agroekosistem lahan kering. Kacang hijau merupakan komoditas penting bagi petani NTT, ditanam secara tumpangsari dengan jagung atau direlay setelah jagung untuk mengantisipasi perubahan iklim. Petani biasa mengusahakan varietas lokal, dengan potensi hasil yang rendah, sehingga perlu diintrodusikan varietas unggul baru yang mempunyai hasil tinggi dari Badan Litbang Pertanian. Kegiatan ini merupakan kegiatan display varietas kacang hijau, untuk menunjukkan kepada petani delapan varietas kacang hijau (Vima-1, Perkutut, Murai, Seriti, Betet, Walet, Kutilang dan Kenari). Petani diharapkan dapat memilih varietas yang disukai untuk menggantikan varietas lokal. Kegiatan display ini dilakukan di Kebun Percobaan BPTP NTT pada bulan Juli – September 2012. Hasil wawancara dengan petani menunjukkan: (a) dari aspek penampilan tanaman seperti tinggi tanaman, jumlah polong dan potensi hasil, Murai dan Vima-1 merupakan varietas yang penampilannya paling baik, (b) dari aspek preferensi terhadap bubur kacang hijau Murai, Vima-1, dan Perkutut merupakan pilihan varietas utama. Kata kunci: display, varietas baru, kacang hijau, Nusa Tenggara Timur.
ABSTRACT Performance of new mungbean varieties after rice field at dry land in ENT. East Nusa Tenggara (ENT) Province is dominated by dry land agro ecosystem. Mungbean is an important commodity for ENT farmers, which this commodity is planted as mix cropping with maize or relay after maize for anticipated climate change. Farmers have cultivated a local variety, but usually local variety has low potential yield, so it need introduced of the new highly yield varieties from mungbean research institute. The new varieties will be adopted by farmer if the new varieties compatible with local agro ecosystem and social need. This research is a display of the new mungbean varieties, which it aims to show to the farmers of eight the new varieties such as Vima-1, Perkutut, Murai, Seriti, Betet, Walet, Kutilang and Kenari. It’s expected the farmers could be choice some new varieties to instead of their local variety. This display activity was done at ENT AIAT on July – September 2012. The result of interview with some farmers showed: (a) from performance aspect such as high plant, amount of mungbean pod and potential yield, Murai and Vima-1 are the best varieties, (b) from farmer preference aspect of the porridge of mungbean that Murai, Vima 1 and Perkutut are the major choice. Keywords: display, new varieties, mungbean, East Nusa Tenggara
PENDAHULUAN Kacang hijau memiliki kelebihan dibandingkan tanaman pangan lainnya, yaitu (1) berumur genjah (55–65 hari), (2) lebih toleran kekeringan dengan kebutuhan air pertumbuhan relatif kecil, yakni 700–900 mm/tahun. Pada curah hujan yang lebih rendah dari itu kacang hijau masih dapat tumbuh karena memiliki akar dalam, (3) dapat ditanam pada lahan yang kurang subur dan penyubur tanah karena bersimbiose dengan rhizobium dan menghasilkan biomasa banyak (11–12 t/ha), (4) cara budidayanya mudah, cukup olah tanah minimal dan biji disebar, (5) hama yang menyerang relatif sedikit, dan (6) harga jual tinggi dan stabil, (Kasno 2007).
478
da Silva dan Murdolelono: Varietas kacang hijau setelah padi sawah pada lahan kering di NTT
Kacang hijau umumnya ditanam di lahan sawah pada musim kemarau setelah padi atau tanaman palawija yang lain. Di tingkat petani, rata-rata produktivitas kacang hijau baru mencapai 0,9 t/ha, sedangkan di tingkat percobaan dapat mencapai 1,60 t/ha. Rendahnya hasil kacang hijau di tingkat petani antara lain disebabkan oleh praktek budidaya yang kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan teknik budidaya yang tepat untuk meningkatkan produksi tanaman. Kementerian Pertanian telah menghasilkan banyak varietas unggul baru kacang hijau. Namun, dari tahun ke tahun penggunaan varietas unggul ini selalu terjadi pergeseran, sehingga pemulia harus selalu mempersiapkan varietas unggul yang diharapkan mampu menjawab kebutuhan ini. Pada saat ini sudah banyak varietas unggul yang sudah dihasilkan, tetapi perlu diperkenalkan dahulu kepada petani sebagai pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengenalkan varietas unggul baru kacang hijau kepada petani. Agar petani sebagai pengguna mampu memilih VUB yang disukai dan sesuai dengan agroekologinya, dan (2) mengetahui preferensi konsumen terhadap bentuk biji, warna, rasa, aroma dan testur masing-masing varietas kacang hijau
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di KP Naibonat, pada Juli–September 2012, menggunakan delapan varietas unggul kacang hijau (Vima 1, Murai, Perkutut, Seriti, Betet, Walet, Kutilang dan Kenari), yang ditanam sebagai display pada lahan sawah setelah panen padi. Penelitian preferensi konsumen terhadap bubur kacang hijau dilakukan pada lokasi display kacang hijau dengan melibatkan 20 responden. Uji preferensi dilakukan untuk produk olahan bubur kacang hijau dengan bahan dasar delapan varietas kacang hijau yang diuji. Analisis data menggunakan analisis statistik sederhana dan analisis dekriptif, untuk mengetahui keuntungan/pendapatan yang diterima produsen digunakan analisis keuntungan. Indikator yang dilihat adalah hasil biji, total penerimaan, total pengeluaran dan keuntungan usaha. Selain itu juga dilihat rasio dari total revenue dan total cost (R/C ratio) Keuntungan menurut Rangkuti (2002) adalah Total Revenue (TR) yang diperoleh dari perkalian antara produksi (Q) dengan harga rata-rata/kg (P), sedangkan Total Cost (TC) diperoleh dari penjumlahan seluruh biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha. Keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut: μ = TR −TC Keterangan: μ = Keuntungan (pendapatan) TR = Total Revenue (penerimaan total) TC = Total Cost (biaya total)
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa varietas Murai lebih tinggi (ratarata tinggi tanaman 53 cm) dibandingkan dengan varietas lainnya (Gambar 1). Kondisi iklim kering menyebabkan varietas ini lebih pendek dibandingkan dengan deskripsi varietas Murai dengan tinggi tanaman 70 cm. Varietas Betet adalah yang paling pendek,
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
479
hanya 32 cm, karena kondisi iklim yang kering menyebabkan varietas ini lebih rendah dari deskripsi dengan tinggi tanaman 45 cm.
Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman masing-masing varietas unggul kacang hijau
Jumlah Polong per Tanaman Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan jumlah polong terbanyak terdapat pada varietas Vima 1, Seriti, dan Kenari, rata-rata 10 polong/tanaman. Varietas Walet memiliki jumlah polong yang paling sedikit, rata-rata 6 polong/tanaman.
Gambar 2. Rata-rata jumlah polong/tanaman varietas ungul kacang hijau
Hasil Biji Hasil tertinggi diperoleh varietas Murai, hal ini didukung oleh kondisi tanaman di lapangan dimana varietas ini berbeda penampilan tanamannya dengan varietas lain. Ratarata hasil biji varietas Murai adalah 1.709 kg/ha, lebih tinggi dari hasil varietas Murai
480
da Silva dan Murdolelono: Varietas kacang hijau setelah padi sawah pada lahan kering di NTT
berdasarkan deskripsi 1.500 kg/ha. Meskipun ditanam pada musim kering dan hanya mengandalkan air siraman, varietas ini masih dapat berproduksi dengan baik. Varietas Kutilang dan Seriti juga mempunyai prospek yang baik dari segi hasilnya, masing-masing mampu berproduksi 1.634 kg dan 1.539 kg/ha, lebih tinggi dari potensi hasil pada deskripsinya. Hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi petani untuk mengembangkan varietas tersebut.
Gambar 3. Rata-rata hasil biji varietas unggul kacang hijau
Preferensi Konsumen Hasil analisis preferensi menunjukkan secara umum konsumen sangat menyukai varietas Perkutut, yang ditandai oleh tingkat kesukaan konsumen terhadap warna biji, rasa, aroma dan tekstur yang memiliki ranking satu dan dua. Untuk bentuk biji dan aroma, varietas Seriti menempati ranking satu. Analisis preferensi konsumen menunjukkan bahwa dari delapan varietas yang dikaji, bentuk biji yang paling diminati konsumen adalah varietas Seriti karena lebih bulat dan lebih besar dibandingkan dengan varietas lainnya. Selain Seriti, varietas Kutilang juga memiliki bentuk biji yang diminati konsumen. Bentuk biji varietas Vima 1 menempati urutan terakhir karena bijinya banyak yang pecah. Warna biji kacang hijau yang paling diminati adalah varietas Perkutut, karena mengkilap dan hijau terang dibandingkan dengan varietas yang lain. Selain Perkutut, varietas Kutilang juga menarik perhatian konsumen dari segi warna biji, karena berwarna hijau mengkilap. Rasa varietas Perkutut menempati urutan pertama, setelah itu diikuti varietas Kenari, Vima 1, Betet, , Walet, Kutilang, Seriti dan Murai. Dari aroma kacang hijau yang menjadi pilihan konsumen adalah varietas Seriti diikuti oleh Perkutut, Kutilang, Vima 1, Kenari, Walet, Betet dan Murai, sedangkan dari segi tekstur kacang hijau maka preferensi konsumen jatuh pada varietas Perkutut, kemudian diikuti oleh Kenari, Kutilang, Vima 1, walet, Murai, Betet dan Seriti (Tabel 1).
Analisis Ekonomi Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa secara ekonomi budidaya varietas unggul kacang hijau menguntungkan di mana R/C ratio mencapai 6,54. Ini berarti jika terjadi penambahan hasil satu satuan input dalam usahatani tersebut akan meningkatkan Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
481
tambahan pendapatan sebesar 6,54 kali. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa pendapatan usahatani mencapai Rp9.280.000/ha dengan biaya produksi Rp1.675.000/ha. Tabel 1. Analisis preferensi konsumen varietas unggul kacang hijau di lokasi display. varietas Vima 1 Murai Perkutut Seriti Betet Walet Kutilang Kenari
ranking bentuk biji
warna biji
rasa
aroma
tekstur
8 3 5 1 7 6 2 4
8 6 1 5 7 3 2 4
3 8 1 7 4 5 6 2
4 8 2 1 7 6 3 5
4 6 1 8 7 5 3 2
Tabel 2. Analisis ekonomi budidaya kacang hijau varietas unggul. Uraian
Satuan
Volume
Harga satuan
Harga total
Benih Herbisida Obat-obatan Tenaga kerja Pengairan Total biaya produksi Hasil Keuntungan R/C rasio B/C Rasio
kg liter paket OH kali
15 6 1 25 6
20.000 80.000 150.000 25.000 20.000
kg Rp
1369,38
8.000
300.000 480.000 150.000 625.000 120.000 1.675.000 10.955.000 9.280.000 6,54 5,54
KESIMPULAN Secara umum konsumen menyukai varietas Perkutut, yang ditandai oleh tingkat kesukaan yang dominan terhadap warna biji, rasa, aroma dan tekstur dengan ranking satu dan dua. Keuntungan budidaya varietas unggul kacang hijau di lahan sawah setelah padi mencapai Rp9,28 juta/ha.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus.2009.http://sulsel.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view& id=207&Itemid=217 Astanto Kasno. 2007. Kacang Hijau Alternatif yang Menguntungkan Ditanam di Lahan Kering. Tabloid Sinar Tani, 23 Mei 2007. Jakarta. Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang I Made MS. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar. Bali. Sururi, 1999. Rekayasa Keunggulan Bersaing di Era Paradigma Baru Preferensi Konsumen. J. Ekon, Manaj dan Akuntansi. 2(1):9–17.
482
da Silva dan Murdolelono: Varietas kacang hijau setelah padi sawah pada lahan kering di NTT