J. Agrivigor 11(2): 178-184, September – Desember 2011; ISSN 1412-2286
ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI MOROKAI Adaptation some of upland rice superior variety at morokai Sheny Sandra Kaihatu dan Marietje Pesireron E-mail:
[email protected] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku Jln. Chr. Soplanit, Rumah Tiga Ambon 97233 Diterima: 14 Februari 2011
Disetujui: 2 April 2011
ABSTRAK Adaptasi 5 varietas unggul padi sawah dilakukan pada lahan sawah di Maluku. Kajian menggunakan rancangan acak kelompok dan tiap perlakuan diulang 3 kali. Sistem jajar legowo 4:1 (20 cm x 10 cm)x 40 cm dengan cara tanam pindah (1-3 batang rumpun-1). Pemupukan diberikan berdasarkan rekomendasi pupuk penggunaan Urea 200 kg ha-1, SP-36 50 kg ha-1 dan KCl 100 kg ha-1 + kompos jerami 5 ton ha-1 namun di lapangan pupuk tunggal sangat sulit didapatkan, maka digunakan pupuk Majemuk Phonska 15:15:15 sebanyak 120 kg ha-1, Urea 22,5 kg ha-1 + kompos jerami 5 ton ha-1. Pupuk phonska diberikan sekaligus pada saat tanam sedangkan Urea di berikan pada saat umur tanaman 35 hst dan pada saat masa primordia berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas unggul baru Conde lebih tinggi hasilnya (9,7 ton ha-1 GKP) diikuti varietas Cigelis (9,5 ton ha-1 GKP).
Kata Kunci : Adaptasi,Varietas Unggul, Padi Sawah
ABSTRACT Study of five high yielding varieties of rice adaptation performed on wetland rice fields in the Moluccas. Studies using randomized block design and each treatment was repeated 3 times. Parallelogram system legowo 4:1(20 cm x 10 cm) x 40 cm by transplanting (1-3 stems clump-1). Fertilization is given based on the recommendation of fertilizer the use of urea rekomondasi 200 kg ha-1, SP-36 50 kg ha-1 and 100 kg KCl ha-1 of straw compost + 5 tons ha-1 but in the field of fertilizers single very difficult to get it to use as much fertilizer Compound Phonska 15:15:15 120 kg ha-1, 22.5 kg urea ha-1 of straw compost + 5 tons ha-1. Ponska fertilizer at planting time is given at the same time while the urea is given at the age of the plant 35 HST and at the time of leaf primordia by Color Chart (BWD). The results showed that new varieties Conde higher result (9.7 ton ha-1 GKP) followed varieties Cigelis (9.5 ton ha-1 GKP).
Keywords: Adaptation, superior variety, Paddy
PENDAHULUAN Peran teknologi, terutama varietas dan teknologi pemupukan sangat nyata dalam peningkatan produktivitas maupun produksi nasional. Menurut Las (2003), varietas merupakan 178
salah satu inovasi teknologi yang memberikan kontribusi yang cukup nyata terhadap peningkatan produksi padi. Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, berperan penting terhadap pencapaian
Adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah ketahanan pangan, dan memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto nasional. Maluku meskipun tidak termasuk sentra produksi padi nasional saat ini telah menunjukan pe-ranannya dalam pengembangan padi. Di Maluku, luas panen padi sawah tahun 2009 seluas 18.545 ha dengan total produksi sebesar 83.764 ton dan rata-rata produktivitas masih rendah yaitu 4,25 ton ha-1 (BPS Provinsi Maluku, 2009). Sentra produksi padi di Maluku terdapat pada empat kabupaten masing-masing Buru seluas 10.968 ha, total produksi 45.620 ton (produktivitas 4,16 ton ha-1); Maluku Tengah seluas 4.800 ha, total produksi 20.160 ton (produktivitas 4,2 ton ha-1); Seram Bagian Barat seluas 2.196 ha, total produksi 9.942 ton (produktivitas 4,5 ton ha-1) dan Seram Bagian Timur seluas 1.964 ha, total produksi 9.774 ton (produktivitas 4,0 ton ha-1). dengan total luas areal panen sekitar 19.928 ha dan produksi 85.496 ton dengan rata-rata produktivitas 4,29 ton ha-1 (Dinas Pertanian Provinsi Maluku, 2008). Sementara itu, dengan penerapan inovasi Teknologi Potensi hasil padi sawah varietas unggul baru atau hibrida dapat mencapai 10 ton ha-1, padi gogo 7 ton ha-1 (Balitpa, 2004; Badan Litbang Pertanian, 2007; Balitsereal, 2006). Penyebab utama rendahnya produktivitas padi di Maluku adalah tidak tersedianya varietas unggul spesifik lokasi, sehingga petani masih menggunakan varietas lokal bermutu rendah. Selain itu teknik budidaya yang diterapkan oleh petani setempat selalu mengikuti kebiasaan mereka dari tahun ke tahun tanpa menerapkan teknologi inovatif, sehingga produksi yang dicapai tetap rendah. Di
sisi lain, adanya peningkatan kebutuhan pangan dan permintaan bahan baku industry dimasa depan yang menuntut perlunya inovasi teknologi. Komponen teknologi budidaya yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan adalah bahan tanam. Benih bermutu atau berkualitas yang digunakan sebagai bahan tanam dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan hasil. Sirappa et al, (2007) menyatakan bahwa peran penggunaan varietas unggul yang diikuti teknik pemupukan dan pengairan yang tepat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas padi. Menurut Hasanuddin, (2005), bahwa sumbangan peningkatan produktivitas Varietas Unggul Baru (VUB) terhadap produksi nasional cukup besar yaitu sekitar 56 %. Penggunaan varietas-varietas unggul padi yang telah dilepas memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Keunggulan suatu varietas bila ditanam secara meluas dan terus menerus secara intensif cenderung semakin berkurang, karena itu penggantian suatu varietas yang telah lama dikenal petani dengan varietas baru diperlukan keunggulan yang sepadan dengan varietas yang lama. Pemilihan suatu varietas oleh petani seringkali didasarkan pada : 1) potensi hasil, 2) tingkat ketahanan terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), 3) umur panen, 4) rasa nasi dan 5) harga jual. Potensi hasil dari setiap galur/varietas tersebut diharapkan dapat mencerminkan daya hasil dan daya adaptasi dari galur/varietas di setiap lokasi untuk menunjang pelepasan varietas secara regional.
179
Sheny Sandra Kaihatu dan Marietje Pesireron Varietas yang umumnya di tanam oleh petani di lokasi penelitian adalah varietas Ciherang yang ditanam secara terus menerus. Hal ini disebabkan terbatasnya pilihan varietas baru bagi petani dan akses untuk mendapatkanVUB masih terbatas meskipun Badan Litbang Pertanian sejak Tahun 1943 hingga tahun 2008 telah banyak merilis varietas unggul baru padi sebanyak 206 varietas dengan potensi hasil tinggi (Balitpa, 2008). Harahap dan Silitonga (1985) melaporkan bahwa pemakaian varietas yang sama sepanjang tahun tanpa diikuti pola pergiliran varietas dapat menurunkan produktivitas tanaman akibat munculnya hama dan penyakit yang sebelumnya tidak merupakan permasalahan utama. Selain itu akan menimbulkan kepenatan tanah serta ketidakseimbangan unsur hara. Potensi hasil dari suatu varietas hanya dapat dicapai jika ditanam pada kondisi pertumbuhan yang sesuai dengan varietas tersebut. Perbedaan cuaca, keadaan tata air dan jenis tanah mengakibatkan hasil yang beragam. Penggunaan varietas unggul dalam upaya peningkatan produksi, memegang peranan penting. Pada masa mendatang diharapkan penyebaran varietas padi unggul baru akan lebih beragam sehingga kerapuhan genetik tidak segera muncul. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mendapatkan 2-3 varietas yang adaptif spesifik lokasi dan potensi hasil tinggi. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa varietas unggul baru Inpari 1 menunjukkan tingkat hasil yang lebih tinggi (8,5 ton ha-1 GKP) jika dibandingkan dengan VUB yang lain namun, tidak berbeda nyata sedangkan terhadap
180
varietas local Ciherang (4 ton ha-1 GKP) berbeda nyata dan beradaptasi dengan agroekosistem lahan sawah
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di desa Morokai Kecamatan Seram Utara Kabupaten Maluku Tengah. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Lima varietas yang di uji yaitu varietas Inpari 1, varietas Inpari 6, varietas Conde, varietas Cigeulis dan varietas Ciherang sebagai pembanding. Semua varietas yang diuji berasal dari Balai Besar Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat. Penanaman dilakukan Sistem jajar legowo 4:1 (20 cm x 10 cm) x 40 cm, pada luasan 0,25 ha dengan cara tanam pindah (1-3 batang/rumpun) pada umur padi 15 hari. Pemupukan diberikan berdasarkan rekomendasi pupuk dari hasil uji tanah menggunakan PUTS. Di mana tanah di Kobisonta ketersediaan unsur hara Nitrogen sangat tinggi, Phospor tinggi dan Kalium rendah sehingga berdasarkan rekomondasi penggunaan Urea 200 kg ha-1, SP-36 50 kg ha-1 dan KCl 100 kg ha-1 + kompos jerami 5 ton ha-1 namun di lapangan pupuk tunggal sangat sulit untuk diperoleh, maka menggunakan pupuk Majemuk Ponska 15:15:15 sebanyak 120 kg ha-1, Urea 22,5 kg ha-1 + kompos jerami 5 ton ha-1. Pupuk ponska diberikan sekaligus pada saat tanam sedangkan Urea diberikan pada saat umur tanaman 35 hst dan pada saat masa primordial berdasarkan Bagan Warna Daun (BWD). Pemeliharaan tanaman seperti penyiangan, penyulaman dan pengaturan air disesuaikan dengan kondisi lapangan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan
Adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah sesuai dengan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) padi. Parameter yang diamati adalah komponen pertumbuhan tanaman dan komponen hasil. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Analysis of Variance (Anova) dan untuk melihat perbedaan masing-masing varietas dilakukan uji DMRT pada taraf 5% berdasarkan Gomez and Gomez (1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen Pertumbuhan Untuk kegiatan uji multilokasi di Kecamatan Seram Utara Timur Seti, pertumbuhan vegetatif maupun generatif bagus. Hasil analisis statistik pada pengamatan terhadap tinggi tanaman saat panen padi menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tertinggi tampak pada varietas unggul baru Conde (108,0 cm) yang tidak berbeda nyata dengan Inpari 6 dan Ciherang, namun berbeda nyata dengan varietas Cigeulis dan berbeda sangat nyata dengan Inpari 1 (Tabel 1). Perbedaan tinggi tanaman
antar varietas tersebut sangat dipengaruhi oleh perbedaan faktor genetis masing-masing varietas. Keragaman genetis antara populasi menghasilkan ekspresi genetik yang beragam pula (Sunarti et al., 2006). Taryat et al. (2000) menyatakan bahwa perbedaan masa pertumbuhan total pada fase vegetatif, lebih dipengaruhi oleh sifat genetik atau tergantung pada sensitifitas dari varietas yang dibudidayakan terhadap lingkungan. Sebagai salah satu indikator pertumbuhan pada tanaman padi, parameter tinggi tanaman sangat terkait dengan ketersediaan unsur hara dalam tanah namun belum menjamin tingkat produksinya. Dengan pemupukan yang tepat terutama dosis dan waktu aplikasi yang tepat, maka unsur N, P dan K yang dibutuhkan tanaman akan ditranslokasikan ke organ vegetative tanaman seperti batang yang tumbuh secara horizontal (Salisbury dan Ross, 1995 dalam Saeri et al., 2008).
Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman (cm) VUB pada lahan Sawah desa Morokai, Kabupaten Maluku Tengah T.A.2010.
Rerata KK(%) BNT
Varietas
Tinggi Tanaman Saat Panen
Inpari 1 Inpari 6 Cigeulis Conde Ciherang
98,0 c 106,6 ab 100,0 b 108,0 a 104,67 abc 103,47 3,57 6,35
Keterangan : Huruf yang sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
181
Sheny Sandra Kaihatu dan Marietje Pesireron A. Komponen Hasil Parameter pengamatan komponen hasil dan hasil tanaman padi meliputi: jumlah anakan produktif, panjang malai (cm), jumlah gabah isi/malai, jumlah gabah hampa/malai (Tabel 2), bobot 1000 butir(g) dan produksi padi (ton ha-1 GKP) (Tabel 3). Jumlah anakan produktif per rumpun sangat berkaitan dengan karakteristik dari masing-masing varietas dan jumlah bibit yang ditanam. Dari 5 varietas yang dikaji, ada 3 varietas yang memberikan jumlah anakan tertinggi yaitu varietas conde yang berbeda nyata dengan Inpari 1 , Inpari 6 , Cigeulis dan berbeda sangat nyata dengan. Cepat atau lambatnya tanaman memasuki fase generatif antara lain dipengaruhi oleh keseimbangan unsur hara yang terkandung dalam jaringan tanaman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gradner, Pearce dan
Mitchel (1991) dalam M Saeri, dkk (2008) bahwa induksi pembungaan dan pembuahan sangat dipengaruhi oleh faktor pasokan unsur hara dan translokasi hasil fotosintesis. Selain itu juga adanya pengaruh lingkungan, dan suhu serta faktor genetik tanaman. Jumlah gabah isi terbanyak diperoleh pada varietas Ciherang (118,3 butir) dan paling sedikit pada varietas Cigelis (102,6 butir). Jumlah gabah isi antar varietas yang diuji berbeda nyata, dengan varietas pembanding Ciherang. Jumlah gabah hampa per malai dari ke 5 varietas, berkisar antara 10,3 – 15,0 butir. Gabah hampa terbanyak, terdapat pada varietas Ciherang (15 butir) dan paling sedikit adalah varietas Cigeulis (10,3 butir). Jumlah gabah hampa varietas Ciherang berbeda nyata dengan Conde, Inpari 1 dan Inpari 6 sedangkan berbeda sangat nyata dengan Cigeulis (Tabel 2)
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif , Jumlah Gabah isi dan Jumlah Gabah hampa/malai VUB pada lahan Sawah desa Jumlah Anakan Jumlah Gabah Jumlah Gabah Varietas Produktif Isi/Malai Hampa/Malai Inpari 1 15,0 b 104,6 ab 11,0 a Inpari 6 14,3 b 113,3 ab 11,0 a Cigeulis 12,3 b 102,6 b 10,3 b Conde 21,6 a 109,3 ab 11,3 ab Ciherang 11,0 c 118,3 a 15,0 a Rerata 14,87 109,67 11,73 KK(%) 14,79 7,63 17,36 BNT 3,78 14,38 3,50 Keterangan : Huruf yang sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti berbeda nyata pada taraf 0,05
.
182
tidak
Adaptasi beberapa varietas unggul baru padi sawah
Tabel 3. Rata-rata Bobot 1000 butir dan Hasil GKP VUB pada lahan Sawah Bobot 1000 butir Hasil GKP Varietas (gram) (ton ha-1) Inpari 1 24,9 a 8,3 b Inpari 6 24,8 a 8,0 b Cigeulis 23,6 a 9,5 a Conde 24,7 a 9,7 a Ciherang 25,8 a 8,8 b Rerata 109,67 0,06 KK(%) 7,63 1,88 BNT 14,38 0,29 Keterangan : Huruf yang sama pada kolom dan kelompok perlakuan yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 0,05
Pada Tabel 3, Bobot 1000 butir dari ke 5 varietas yang diuji berkisar dari 23,6 gram sampai dengan 25,8 gram, dimana bobot tertinggi diperoleh oleh varietas Ciherang dan terendah oleh varietas Cigeulis, namun tidak ada perbedaan nyata diantara ke empat VUB tersebut dengan Varietas lokal Ciherang. Hasil analisis bobot 1000 butir dan jumlah anakan menunjukkan korelasi negatif terhadap hasil. Hal ini disebabkan karena adanya faktor kompetisi pada tanaman padi, dimana pada padi yang memiliki jumlah anakan banyak akan berkompetisi dalam hal mendapatkan hara dan karbohidrat yang menyebabkan ukuran biji menjadi kecil sehingga bobot butirannya rendah. Hal ini dikemukakan oleh Swasti et al (2008) bahwa bobot 1000 butir bergantung pada ukuran gabah, bentuk gabah dan waktu pemanenan. Tetapi dengan jumlah anakan yang banyak pula maka total jumlah gabah yang dihasilkan lebih banyak sehingga akan berpengaruh pada total produksi padi yang dihasilkan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil gabah kering panen (GKP) dari 5 varietas yang diuji menunjukan Hasil tertinggi adalah varietas Conde (9,7 ton ha-1), kemudian diikuti masingmasing Cigeulis (9,5 ton ha-1), Ciherang (8,8 ton ha-1), Inpari 1 (8,3 ton ha-1) dan terendah adalah varietas Inpari 6 (8,0 ton ha-1). Dari hasil uji tersebut, ternyata bahwa varietas Conde dan Cigeulis berbeda nyata dengan Ciherang, Inpari 1 dan Inpari 6. Hasil yang diperoleh ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil petani (3,3 – 4 ton ha-1) bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan di tingkat Propinsi ( 4 – 4,5 ton ha-1).
KESIMPULAN Varietas Conde memiliki daya hasil lebih tinggi kemudian varietas Cigeulis dan Varietas lokal Ciherang dan terendah adalah varietas Inpari 1 dan Inpari 6, tetapi semua varietas beradaptasi
183
Sheny Sandra Kaihatu dan Marietje Pesireron
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2009. Maluku Dalam Angka 2008. BPS Maluku Badan Litbang Pertanian, 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 37 Hal Balitpa, 2008. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani. Balitpa, Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 23 Hal Gardner, P.G., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Phisiology of crop plants. Iowa State University, USA. 201p Gomez, KA,, A.A.Gomez. 1995. Statisticcal Procedures for Agricultural Research. terjemahan dari : Penerjemah : Sjamsuddin E, Barharsjah JS. Prosedur Statistik untuk Pertanian (edisi ke-2) Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 698 hlm Harahap dan Silitonga, 1989. Perbaikan Varietas Padi. dalam : Padi. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor : 335 – 361 Hasanudin, A. 2002. Inovasi Teknologi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan di Indonesia. Bahan Pelatihan bagi Tenaga Pendamping P3T di Bogor dan Sukamandi, 7-12 Maret 2002
184
Las, I. 2003. Peta perkembangan dan Pemanfaatan Varietas Unggul Padi. Dokumen, Okt. 2003 Sirappa, M.P., A.J. Riewpassa dan Edwin D. Waas., 2007. Kajian Pemberian Pupuk NPK pada Beberapa Varietas Unggul Padi Sawah di Seram Utara. J. Pengkajian dan Pengembangan Pertanian 10(1): 48 -56 Sunarti, S., A. S. Nuning, M.D. Marsum. 2006. Keragaan Hasil 24 Jagung Bersari Bebas Pada Lahan Masam Pasang Surut di Kabupaten Kapuas Kalimatan Tengah. Widyariset (9(3): 203-208 Swasti,E.,A.B. Syarief, Irfan Suliansyah, Nurwanita Ekasari Putri. 2008. Potensi Varietas Lokal Sumatera Barat sebagai Sumber Genetik dalam Pemuliaan Tanaman Padi. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan V.Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor, 28 – 29Agustus 2007 : 409 - 413 Saeri, M., Suwono dan Amik Krismawati. 2008. Kajian Efektifitas Pupuk NPK (15-15-6-4) Pada Padi di Lahan Sawah Irigasi Kabupaten Malang. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 11(3): 205-217