HAKIM: GALUR MUTAN KACANG HIJAU
Analisis Korelasi dan Regresi pada Populasi Galur Mutan Kacang Hijau dan Implikasinya dalam Seleksi Lukman Hakim
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Merdeka 147, Bogor 16111
ABSTRACT. Correlation and Regression Analysis in Mutated Populations of Mungbean (Vigna radiata) and their Implications in Selection. Information on correlation between agronomic characters with yield on segregating mutated mungbean lines is needed for supporting selection program. A total of 26 mutant lines (M4 generation) derived from Betet variety were evaluated at Muara Experimental Station during dry season of 2005. Mutants were induced from the above cultivar through seed treatment with dose of 40 krad of gamma rays. Twelve selected mutant lines (M5 generation) with desirable agronomic characters were observed. Seed yields showed a positive significant association with plant height, number of pods per plant, number of seeds per pod and seed size. The association of yield with number of pods per cluster, number of branches and pod length was low in magnitude, although the trend was in the positive direction. Number of branches and days to maturity showed negative significant correlation with uniformly maturing pods. Regression analysis showed that number of pods per plant, number of seeds per pod, seed size and plant height were the most important yield components accounting for 93% of variability in yield. Therefore, these characters should be considered in selecting genotypes for higher yield. Keywords: Mungbean, mutated population, correlation and regression analysis, implication on selection ABSTRAK. Informasi tentang korelasi antara sifat-sifat agronomi dengan hasil pada galur mutan kacang hijau yang bersegregasi diperlukan dalam program seleksi. Sebanyak 26 galur mutant generasi M4 asal radiasi dari varietas Betet (tetua) dievaluasi di Kebun Percobaan Muara pada MK 2005. Galur-galur mutan yang berasal dari varietas Betet tersebut diperoleh dari radiasi dengan sinar gamma (seed treatment) dosis 40 krad. Diperoleh 12 galur mutan (generasi M5) yang mempunyai saft-sifat agronomi yang baik seperti hasil tinggi, umur genjah, dan polong masak serempak. Terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara hasil biji dengan tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, dan ukuran biji. Korelasi antara hasil biji dengan jumlah polong per tangkai, jumlah cabang dan panjang polong tidak nyata, tetapi cenderung ke arah positif. Jumlah cabang dan umur polong masak berkorelasi negatif terhadap keserempakan masak polong. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, ukuran biji, dan tinggi tanaman merupakan komponen hasil yang sangat penting, karena 93% dari keragaman hasil kacang hijau ditentukan oleh kontribusi keempat karakter tersebut. Oleh karena itu jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, ukuran biji, dan tinggi tanaman dapat digunakan sebagai kriteria seleksi dalam mendapatkan genotipe kacang hijau yang berdaya hasil tinggi. Kata kunci: Kacang hijau, galur mutan, analisis korelasi, regresi, implikasi seleksi
114
S
alah satu varietas unggul kacang hijau (Vigna radiata) yang sudah dilepas dan banyak ditanam oleh petani adalah Betet. Varietas ini mempunyai daya hasil sedang (1,3 t/ha), umur genjah (63 hari), ukuran biji sedang (56 g/1000 biji), mutu biji baik dengan kandungan protein cukup tinggi (23%), dan tidak terdapat kandungan biji keras. Varietas Betet ini sangat disenangi dan cocok untuk dibuat tauge (Hakim dan Jumanta 1996). Kelemahan varietas Betet dibandingkan dengan varietas unggul lainnya seperti Merak atau Walet adalah polong masak tidak serempak, sehingga memerlukan beberapa kali pemanenan. Hal ini tentu tidak efisien karena memerlukan biaya panen yang lebih tinggi. Calcins (1978) melaporkan bahwa varietas kacang hijau yang masak polongnya tidak serempak memerlukan 34 kali pemanenan dengan biaya panen 15-30% dari total biaya produksi. Oleh karena itu perlu upaya perbaikan varietas Betet melalui program pemuliaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki daya hasil dan keserempakan polong masak varietas Betet adalah melalui induksi mutasi. Teknik pemuliaan ini telah banyak menghasilkan varietas unggul kacang tanah, kedelai, kacang tunggak, dan buncis (Micke 1992). Pemuliaan melalui induksi mutasi menurut Dahiya (1973) dapat meningkatkan keragaman hasil, kandungan protein, tinggi tanaman, umur panen, jumlah cabang, dan sifat-sifat lainnya. Konzak dan Mikaelsen (1977) melaporkan bahwa seleksi pada populasi galur mutan generasi M1 dapat dilakukan dengan cara memilih tanaman yang secara visual memperlihatkan perubahan genetik yang berbeda dengan varietas induknya, seperti perubahan sifat-sifat morfologis, umur tanaman atau sifat lainnya. Pada generasi selanjutnya (M2-M5), metode seleksi yang digunakan sama seperti pada seleksi galur hasil persilangan, yaitu single plant selection (pedigree) atau bulk method, dengan cara memilih tanaman yang mempunyai karakteristik sesuai dengan tujuan mutasi (Aastveit 1977, Broertjes 1968). Dalam upaya memperoleh galur atau varietas yang berdaya hasil tinggi, seleksi pada suatu populasi galur
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
segregasi berdasarkan komponen hasil merupakan salah satu cara yang paling efisien (Tomar 1973). Maholtra dan Singh (1974) menyarankan bahwa untuk memilih genotipe kacang hijau berdaya hasil tinggi dapat menggunakan kriteria seleksi berdasarkan komponen hasil yang terdiri atas jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, tinggi tanaman, jumlah polong per tangkai, dan ukuran biji. Ali dan Shaik (1987) melaporkan, komponen hasil yang memberikan kontribusi paling tinggi terhadap hasil kacang hijau adalah bobot biji dan diikuti oleh jumlah polong per tanaman. Ahmed et al. (1981) melaporkan pula bahwa di samping bobot biji dan jumlah polong per tanaman, komponen hasil lainnya yang turut menentukan hasil kacang hijau adalah tinggi tanaman dan jumlah cabang. Namun menurut Majid et al. (1982), tinggi tanaman dan jumlah cabang tidak konsisten korelasinya terhadap hasil. Studi korelasi pada populasi galur mutan generasi M3 yang dilakukan oleh Malik et al. (1982) menunjukkan adanya hubungan yang sangat nyata antara umur polong masak, jumlah cabang, jumlah polong per tanaman, dan jumlah biji per polong dengan hasil kacang hijau. Menurut Poehlman (1991) dan Satyan et al. (1986), komponen hasil yang dapat dijadikan dasar dalam seleksi adalah tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, ukuran biji, dan jumlah polong per tangkai. Kelima karakter tersebut secara langsung sangat menentukan hasil kacang hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakter yang berperan dalam menentukan hasil kacang hijau dan mempelajari hubungan antar-karakter sehingga dapat dijadikan dasar dalam seleksi untuk mendapatkan genotipe kacang hijau yang berdaya hasil tinggi dan masak polong serempak.
BAHAN DAN METODE
Sebanyak 26 galur mutan kacang hijau generasi M4 asal varietas Betet yang diradiasi dengan sinar gamma dosis 40 krad dievaluasi di Kebun Percobaan Muara pada MK 2005. Radiasi biji varietas Betet dilakukan pada tahun 2004 di Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Jakarta. Tujuan radiasi adalah untuk memperoleh galur-galur mutan kacang hijau yang berdaya hasil tinggi dengan masak polong serempak. Pada generasi M1, seleksi dilakukan dengan memilih tanaman yang secara visual menampilkan perubahan genetik dari varietas induknya (Betet), seperti sifat morfologis, umur tanaman, dan sifat-
sifat lainnya. Hasil seleksi pada tanaman M1 terpilih 127 galur M2. Pada generasi M2 dan M3, pemilihan tanaman menggunakan metode pedigree, yaitu memilih tanaman yang berpolong banyak, umur genjah/sedang, dan polong masak serempak. Hasil seleksi pada tanaman M2 dan M3 terpilih 73 galur M3 dan 26 galur M4. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Setiap galur mutan (generasi M4) ditanam sebanyak tiga baris, sepanjang 4 m, dengan jarak tanam 40 cm x 20 cm. Varietas Betet (tetua) ditanam sebagai pembanding. Pemupukan NPK diberikan pada saat tanam, dengan takaran 100 kg urea + 150 kg SP36 + 100 kg KCl/ha. Pada umur 30 hari tanaman diberi pupuk susulan dengan urea sebanyak 50 kg/ha. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, setiap minggu tanaman disemprot dengan insektisida Decis 2 cc/liter air, dan fungisida Benlate 2 g/liter air. Pada saat panen, setiap galur mutan diambil 10 tanaman sampel untuk diamati komponen hasilnya. Data yang diamati meliputi umur berbunga, umur polong masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong per tanaman, jumlah polong per tangkai, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot 1.000 biji, bobot biji per tanaman, dan keserempakan polong masak. Keserempakan polong (KP) masak dihitung berdasarkan rumus menurut Fernandez (1987): KP =
Hasil panen ke 1 Total hasil
x 100%
Untuk mengetahui peran karakter-karakter yang berpengaruh terhadap hasil, dan hubungan antarkarakter yang diamati dari galur-galur mutan yang dievaluasi, data dianalisis dengan metode korelasi (Steel and Torrie 1980) dan regresi berganda berdasarkan Fisher’s least square method (Goulden 1970).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai rata-rata dan kisaran keragaman dari 11 karakter yang diamati pada galur mutan kacang hijau generasi M4 dan varietas Betet (tetua) tercantum pada Tabel 1. Keragaman sifat-sifat agronomi pada galur mutan M4 cukup menonjol bila dibandingkan dengan varietas induknya (Betet), terutama pada jumlah cabang per tanaman (3-11 cabang, dengan rata-rata 7 cabang), umur polong masak (56-83 hari, rata-rata 71 hari), tinggi tanaman (21-95 cm, rata-rata 58 cm), panjang polong (5,3-13,8 cm, rata-rata 9,5 cm), keserempakan polong masak (57,5-93,6%, rata-rata 75,5%). Pada varietas Betet (tetua), jumlah cabang berkisar antara 4-6 cabang (rata115
HAKIM: GALUR MUTAN KACANG HIJAU
rata 5 cabang), umur polong masak 61-65 hari (ratarata 63 hari), tinggi tanaman 60-75 cm (rata-rata 67,5 cm), panjang polong 7,2-10,1 cm (rata-rata 8,6 cm), keserempakan polong masak 43,0-61,5% (rata-rata 52,2%). Koefisien korelasi fenotipik antarkarakter agronomi tercantum pada Tabel 2. Terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara hasil biji per tanaman dengan tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, dan bobot 1.000 biji (ukuran biji), dengan koefisien korelasi (r) masing-masing 0,571; 0,773; 0,401; dan 0,597. Korelasi antara hasil biji per tanaman dengan karakter-karakter yang lain tidak nyata atau negatif. Zubair (2004) melaporkan bahwa kontribusi jumlah polong, tinggi tanaman, jumlah cabang, dan ukuran biji terhadap hasil kacang hijau sangat besar. Menurut Khalid et al. (1984), Singh dan Bhatnagar (1985) dan Majid et al. (1982), karakter yang berpengaruh langsung terhadap hasil kacang hijau adalah tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan jumlah biji per polong. Mereka menyarankan ketiga karakter tersebut dapat digunakan dalam seleksi.
Mansoor et al. (2002) melaporkan bahwa pada populasi galur mutan kacang hijau generasi M5 terdapat korelasi yang nyata antara hasil biji per tanaman dengan jumlah cabang dan panjang polong. Namun pada penelitian ini korelasi kedua karakter tersebut tidak nyata, tetapi cenderung ke arah positif (r = 0,082 dan 0,097). Penelitian Singh et al. (1973) pada populasi galur kacang hijau menunjukkan terdapat korelasi yang sangat nyata antara hasil biji per tanaman dengan tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan ukuran biji. Hasil penelitian tersebut sama dengan hasil tanaman penelitian ini. Umur berbunga dan umur polong masak menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan tinggi tanaman, tetapi berkorelasi negatif dengan ukuran biji dan keserempakan polong masak. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila umur berbunga dan umur polong masak dari suatu genotipe kacang hijau makin dalam, maka genotipe tersebut akan mempunyai tanaman yang lebih tinggi, tetapi ukuran bijinya lebih kecil dan masak polong tidak serempak.
Tabel 1. Kisaran keragaman dan nilai rata-rata dari 11 karakter galur mutan kacang hijau generasi M4, dibandingkan dengan varietas induknya (Betet). Galur mutan
Varietas induk (Betet)
Karakter
Umur berbunga (hr) Umur polong masak (hr) Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang Jumlah polong/tangkai Jumlah polong/tanaman Panjang polong (cm) Jumlah biji per polong Bobot 1.000 biji (ukuran biji) (g) Hasil biji/tanaman (g) Keserempakan polong masak (%)
Kisaran
Rata-rata
Kisaran
Rata-rata
35-47 57-85 21-95 3-11 5-13 12-29 5,3-13,8 6-13 53,3-65,7 11,3-27,7 57,5-93,6
41 71 58 7 9 20 9,5 9 49,5 19,2 75,5
38-42 61-65 60-75 4-6 5-7 11-21 7,2-10,1 8-12 51,8-63,0 13,4-21,3 43,0-61,5
40 63 67,5 5 6 16 8,6 10 57,4 17,3 52,2
Tabel 2. Korelasi fenotipik dari 11 karakter galur mutan kacang hijau generasi M4. Karakter
X1
X2
Umur Berbunga (hr) Umur polong masak (hr) Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang Jumlah polong/tangkai Jumlah polong/tanaman Panjang polong (cm) Jumlah biji/polong Bobot 1.000 biji/ ukuran biji (g) Keserempakan polong masak (%)
-
0.619** -
X3
X4
0.433* - 0.136 0.639** - 0.365* 0.530** -
X5
X6
X7
0.037 - 0.127 - 0.047 -0.036 - 0.683**- 0,058 0.436** 0.520** -0.089 0.706** 0.726** 0.027 0.837** - 0.191* 0.062 -
X8 -0.055 -0.263* -0.181 0.157 - 0.059* 0.067 0.809** -
X9 -
0.337** 0.164 0.613** 0.128* 0.230* 0.02 0.301* 0.033 -
X10 - 0.352* - 0.593** - 0.121 - 0.501** -0.011 -0.066 0.032 0.013 0.093 -
*) Berbeda nyata pada taraf 5%, **) Berbeda nyata pada taraf 1%. X1 = umur berbunga, X2 = umur polong masak, X3 = tinggi tanaman, X4 = jumlah cabang, X5 = jumlah polong/tangkai, X6 = jumlah polong/tanaman, X7 = panjang polong, X8 = jumlah biji/polong, X9 = bobot 1000 biji (ukuran biji), X10 = keserempakan polong masak, Y = hasil biji per tanaman
116
Y 0.074 0.082 0.571** 0.097 0.117 0.675** 0.089 0.664** 0.597** 0.067
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007
Majid et al. (1982), Luthra dan Singh (1978) melaporkan bahwa genotipe-genotipe kacang hijau yang berumur dalam cenderung mempunyai tanaman yang lebih tinggi, polong masak tidak serempak, namun dapat memberi hasil yang tinggi. Tinggi tanaman menunjukkan korelasi positif yang sangat nyata dengan jumlah cabang, jumlah polong per tangkai, dan jumlah polong per tanaman (r = 0,530, 0,436 dan 0,520), tetapi dengan ukuran biji berkorelasi negatif (r = - 0,613). Hal ini mengindikasikan bahwa genotipegenotipe yang tanamannya tinggi akan mempunyai jumlah cabang dan jumlah polong lebih banyak, tetapi ukuran bijinya lebih kecil. Hal yang sama juga diperoleh oleh Ahmed et al.(1981) dan Amanullah dan Hatam (2000). Mereka melaporkan bahwa genotipe-genotipe kacang hijau yang tanamannya tinggi cenderung mempunyai jumlah cabang yang banyak, hasil tinggi, namum berbiji kecil dan berumur lebih dalam. Singh et al. (1973) melaporkan, korelasi antara tinggi tanaman dan jumlah cabang dengan hasil biji tidak konsisten. Genotipe-genotipe yang tanamannya tinggi dan bercabang banyak tidak selalu memberikan hasil yang tinggi. Jumlah cabang per tanaman berkorelasi positif dengan jumlah polong per tangkai dan jumlah polong per tanaman (r = 0,706 dan 0,726), namun dengan ukuran biji dan keserempakan polong masak berkorelasi negatif (r = - 0,128 dan - 0,501). Dengan demikian, dalam program seleksi untuk memperoleh genotipe-genotipe kacang hijau yang mempunyai sifat polong masak serempak tampaknya perlu memilih tanaman-tanaman yang mempunyai jumlah cabang lebih sedikit. Jumlah polong per tangkai menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan jumlah polong per tanaman (r = 0,837), tetapi dengan panjang polong dan ukuran biji berkorelasi negatif (r = - 0,191 dan – 0,230). Hal ini mengindikasikan bahwa genotipe yang mempunyai jumlah polong per tangkai yang banyak akan mempunyai jumlah polong per tanaman lebih banyak pula, tetapi ukuran polong cenderung lebih pendek dan berbiji kecil. Jumlah polong per tanaman berkorelasi positif sangat nyata dengan hasil biji per tanaman (r = 0,675), tetapi dengan umur berbunga dan umur polong masak berkorelasi negatif (r = - 0,127 dan – 0,683). Hal ini mengindikasikan bahwa genotipe yang mempunyai jumlah polong per tanaman yang banyak akan mempunyai umur berbunga dan umur polong masak lebih dalam. Hal yang sama ditunjukkan oleh penelitian Yohe dan Poehlman (1975). Mereka melaporkan, bahwa salah satu komponen utama yang berpengaruh terhadap hasil kacang hijau adalah jumlah polong per tanaman.
Genotipe kacang hijau yang mempunyai jumlah polong banyak pada umumnya mempunyai jumlah cabang banyak, tanaman tinggi, dan berumur lebih dalam. Panjang polong berkorelasi positif sangat nyata dengan jumlah biji per polong dan ukuran biji (r = 0,809 dan 0,301), namun dengan jumlah polong per tangkai berkorelasi negatif (r = - 0,191). Dengan demikian genotipe kacang hijau yang berpolong panjang akan mempunyai jumlah biji per polong lebih banyak dengan ukuran biji lebih besar, tetapi jumlah polong per tangkai lebih sedikit. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Mansoor et al. (2002). Mereka melaporkan bahwa genotipe kacang hijau yang mempunyai ukuran polong panjang umumnya memiliki polong per tangkai lebih sedikit. Dari 11 karakter yang diamati, umur berbunga, umur polong masak dan jumlah cabang per tanaman berkorelasi negatif sangat nyata dengan keserempakan polong masak ( r = - 0,337, - 0,593 dan - 0,501). Hal ini mengindikasikan bahwa galur mutan yang berumur dalam dan bercabang lebih banyak cenderung mempunyai polong masak tidak serempak. Fernandez (1987) menyarankan bahwa untuk mendapatkan genotipe yang mempunyai polong masak serempak perlu mempertimbangkan umur tanaman dan tipe percabangan. Genotipe kacang hijau yang berumur genjah dan bercabang sedikit pada umumnya mempunyai polong masak lebih serempak daripada genotipe yang berumur dalam dan bercabang banyak. Untuk mengetahui karakter-karakter yang paling berpengaruh terhadap hasil biji dilakukan analisis regresi. Dari 11 karakter yang diamati terdapat empat karakter yang berpengaruh nyata terhadap hasil biji per tanaman (Y), yaitu tinggi tanaman (X3), jumlah polong per tanaman (X6), jumlah biji per polong (X8) dan bobot 1000 biji / ukuran biji (X9). Keempat karakter tersebut digunakan untuk analisis regresi, sedangkan untuk karakter-karakter lain yang tidak berpengaruh terhadap hasil biji tidak diikutsertakan dalam analisis tersebut. Hubungan antara hasil biji (Y) dengan empat karakter tersebut di atas, secara fenotipik dapat dijelaskan dengan persamaan regresi linier sebagai berikut: Ye = 3,5790 – 0,0378 X3 + 0,7740 X6 + 0,1605X8 + 0,8230X9 (R = 0,93)
Hasil uji secara serempak (overall test) ternyata persamaan regresi tersebut andal pada taraf uji F (0,01) dengan derajad bebas (db) 6,03 dan koefisien determinasi cukup tinggi yaitu 93%. Dari hasil analisis regresi tersebut dapat diketahui bahwa hasil biji per tanaman sangat bergantung pada jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, ukuran biji, dan tinggi tanaman. Oleh karena itu disarankan karakter-karakter tersebut 117
HAKIM: GALUR MUTAN KACANG HIJAU
Tabel 3. Sifat-sifat agronomi galur mutan kacang hijau generasi M5 yang terpilih pada penelitian di Muara, 2005.
No. galur
M3-3-6-11-1 M5-1-1-15-10 M5-3-3-10-2 M11-9-3-5-3 M12-21-1-7 M17-3-3-9-5 M18-11-20-1-1 M20-1-7-5-7 M21-7-16-8-6 M21-11-7-22-1 M26-10-2-6-2 M26-3-8-8-7 Betet (tetua)
Umur polong masak (hari)
Keserempakan polong masak (%)
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah polong/ tanaman
Jumlah cabang
Bobot 1000 biji (g)
Hasil biji/ tanaman (g)
63 68 60 67 66 68 55 53 65 67 60 60 72
93 84 91 82 85 82 95 96 83 83 91 93 63
70,3 66,8 75,3 68,0 68,7 73,5 70,7 67,7 71,8 65,0 77,9 73,6 58,6
23 31 30 27 22 29 23 25 27 29 23 31 19
3 5 4 5 5 4 3 6 5 5 4 4 7
73 68 71 70 70 67 72 65 67 73 71 70 56
23,7 27,7 26,8 27,5 24,2 25,0 23,9 25,1 25,7 25,8 21,6 27,7 18,6
dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe kacang hijau yang berdaya hasil tinggi. Pada penelitian ini, dari 26 populasi galur mutan generasi M4 yang dievaluasi, setelah diseleksi terpilih sebanyak 12 galur mutan M5 (Tabel 3). Seleksi dilakukan dengan memilih tanaman yang berpolong banyak (> 20 polong/tanaman), berumur genjah (58-73 hari), masak polong serempak (> 90%), dan ukuran biji besar.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Galur mutan generasi M4 yang dievaluasi terdapat perubahan sifat-sifat morfologi yang cukup berbeda dibandingkan dengan varietas induknya (Betet), terutama tipe percabangan, umur panen, tinggi tanaman, dan keserempakan masak polong. 2. Terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara hasil biji per tanaman dengan tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, dan ukuran biji.
3. Jumlah polong per tanaman, jumlah biji per polong, ukuran biji, dan tinggi tanaman dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk mendapatkan genotipe kacang hijau yang berdaya hasil tinggi.
4. Untuk mendapatkan genotipe kacang hijau yang mempunyai polong masak serempak, dalam seleksi perlu dipilih tanaman-tanaman yang berumur lebih genjah dan bercabang sedikit.
118
DAFTAR PUSTAKA Aastveit, K. 1977. Yielding ability. Plant characters to be improved by mutation breeding Technical Report Series No. 119. IAEA, Vienna. p. 169-192. Ahmed, Z.U, M.A. Sheikh, and Begum S. 1981. Correlation studies in agronomic characters of mungbean (Vigna radiata). Bangladesh J. Sci. Agric. 8:31-35. Ali, M.S. and M.A.Q. Shaikh. 1987. Variability and correlation studies in summer mungbean (Vigana radiata). Bangladesh Journal Agriculture 12:63-71.
Amanullah and Hatam, M. 2000. Correlation between grain yield and agronomic parameters in mungbean Vigna radiata (L.) Wilczek. Pakistan. J. Biol. Sci. 3:242-244. Broertjes. 1968. Breeding methods and selection. Mutation Breeding Technical Report No. 119. Second Edition. IAEA, Vienna. p. 159-168.
Dahiya, B.S. 1973. Improvement of mungbean through induced mutations. Indian Journal Genetic Plant Breeding. 33:240245. Fernandez, C.J. 1987. The AVRDC mungbean improvement program. Proc. of the Second International Mungbean Symp. AVRDC, Taiwan. p. 58-70. Goulden, C.H. 1970. Method of statistical analysis. Wiley, New York. 176 p.
Hakim, L. dan Jumanta. 1996. Evaluasi sifat kualitatif dan kuantitative plasma nutfah kacang hijau (Vigana radiata). Bull. Plasma Nutfah Vol. 1(1):38-43. Khalid, M.G., M.A. Rajput, and K.H. Tahir. 1984. Genetic variability and path coefficient analysis in green gram (Vigna radiata). Pakistan. J. Sci. Int. Res. 27:24-33.
Konzak, C.F. and K. Mikaelsen. 1977. Selecting parents and handling The M1–M3 generations for the selection of mutants. Manual on mutation breeding. Technical Report Series. No. 119. IAEA Vienna, Austria. p. 125-137. Luthra, J.P. and K.B. Singh. 1978. Genetic variability and correlation in the F3 population of green gram (Vigna radiata). Indian J. Agric. Sci. 46:723-729.
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 2007 Majid, M.A., S. Khanum, and A.D. Butya. 1982. Genetic variability and correlation studies in green gram (Phaseoulus aureus Roxb.). Bangladesh J. Agric. Sci. 7:93-98.
Singh, T.P. and K.B. Singh. 1973. Association of grain yield and its componens in segregation population of soybean and mungbean. Indian J. Genet. Plant Breed. 33:113-119.
Malik, B.P.S., V.P. Singh, D.B. Choundhary. 1982. Path ccoefficients and selection indices in green grain (Vigna radiata). Indian journal of Agric. Sci. 52:288-291.
Steel, R.G.D. and J.M. Torrie. 1980. Principles and prosedures of statistic. Second edition. Mc. Graw Hill Co. Inc. New York, USA. 481 p.
Malhotra, V.V. and K.B. Singh. 1974. Yield components in green gram (Phaseolus aureus Roxb.). Indian J. Agric. Sci. 44:136143.
Mansoor, H., M. Ubeda, and A .R. Rao. 2002. Evaluation of mungbean germplasm from Baluchistan. Asian Network for Scientific Information. J. Biol. Sci. 2 (1):21-24. Micke, A. 1992. Mutation breeding on grain legumes. A case study. Dept. of Research and Isotops. IAEA, Vienna. 15 p.
Poehlman, J.M. 1991. Association of Agronomic characters in mungbean. The Mungbean Westview Press. Boulder, Colorado. 375 p. Satyan, B.A., K.S. Prakash, and A.R.G. Ranganatha. 1986. Yield structure analysis in mungbean. Indian Journal of Genetics and Plant Breeding 46:558-562.
Singh, B. and P.S. Bhatnagar. 1985. Correlation studies in mungbean (Phaseolus aureus). Indian J. Genet Plant Breed. 25:105109.
Tomar, G.S., L. Singh, and P.K. Mishra. 1973. Correlation and path coefficient analysis of yield charasteristic in mungbean. SABRAO Newsl.5:125-129.
Yohe, J.M. and J.M. Poelhman. 1975. Regression, Correlations and Combining ability in mungbean (Vigna radiata). Tripical Agric. 52:343-352. Zubair, M. 2004. Genetic diversity and gene action in mungbean. Pakistan Research Repository. Thesis. Univ. Arid Agric, Plant Breeding and Gen. 196 p.
119