LAPORAN AKHIR PRA – SAGA : PEMBERDAYAAN WANITA TANI DI DESA POOR FARMER KABUPATEN DONGGALA
Oleh : Muh. Rusdi Zaenaty S Muljadi Syamsul B Asni A Saidah Abdi N Lintje H Syamsiah G I Ketut Suwitra
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN JAKARTA
DEPARTEMEN PERTANIAN 2005
1
PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL – SOCIO ECONOMIC AND GENDER ANALYSIS ( PRA – SAGA ) : PEMBERDAYAAN WANITA TANI DI DESA POOR FARMER KABUPATEN DONGGALA Muh. Rusdi, Zaenaty S., Syamsul B.,Muljadi, Asni A., Saidah, Abdi N., Lintje H., dan Syamsiah G. ABSTRAK Participatory Rural Appraial (PRA) dikembangkan untuk pembangunan masyarakat (Community Empowerment) yang akan mendukung pembangunan manusia berkelanjutan (Human Sustainable Development). Paradigma pembangunan yang berfokus pada manusia ataupun masyarakat sebagai subyek pembangunan dan mereka harus aktif di dalam pembangunan itu. Dengan demikian dalam PRA, masyarakat didorong untuk mengembangkan pilihan atau alternatif didalam pemecahan masalah dan bukan sebagai pengguna ataupun konsumen pemecahan masalah yang ditawarkan oleh fihak luar. Pendekatan Gender (SAGA) dalam pembangunan pertanian adalah pendekatan yang mengintegrasikan kebijakan dan strategi program peningkatan peran wanita ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan di berbagai bidang dalam sektor pertanian. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang didasarkan pada pendekatan gender diarahka pada upaya mencegah terjadinya kesenjangan hak, kedudukan, kemampuan dan kesempatan berperan antara pria dan wanita serta menghindari adanya upaya yang dapat merugikan pihak pria atau wanita. Berdasarkan data dari BPS (2002) bahwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi meningkat dari 444.000 jiwa pada tahun 2000 menjadi 472.300 jiwa pada tahun 2001, atau terjadi kenaikan sebesar 1,11 %. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Donggala menduduki urutan teratas diantara Kabupaten lainnya yang ada di wilayah Sulawesi Tengah. Menurut Data BPS Bappenas (2000), bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Donggala sebesar 227.900 jiwa atau kurang lebih setengahnya dari total penduduk miskin di Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah dari 5 (lima) Kabupaten di Indonesia yang terpilih untuk melaksanakan program Poor Farmer. Hasil penelitian yang dilakukan dengan pendekatan wanita tidak selalu merubah kedudukan sosial-politik-ekonomi-budaya wanita di masyarakat. Pendekatan gender, fokusnya pada hubungan yang timpang antara wanita dan pria. Dengan demikian, melalui pendekatan gender ada upaya untuk meningkatkan posisi sosial-polotik-ekonomi-budaya wanita yang timpang tersebut sehingga tercapai kesetaraan dan keadilan gender. Tujuan yang hendak dicapai dalam pengkajian/survai ini adalah mengidentifikasi aspek sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani sejauhmana peranannya, faktor-faktor yang mempengaruhi dan masalah yang diahadapi wanita tani dalam kegiatan usahatani pada setiap cluster/grouping wilayah poor farmer. Metode yang akan digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan PRA berperspektif gender (PRA-SAGA). Data yang diperoleh dari hasil survai di tabulasi dan analisis kemudian di interpretasi dalam bentuk diskriptif. Untuk menghitung tingkat pendapatan rumah tangga (RT) petani digunakan analisa B/C ratio. Kata Kunci : PRA-SAGA, Wanita tani, Poor Farmer.
2
1. LATAR BELAKANG Participatory Rural Appraial (PRA) dikembangkan untuk pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment) yang akan mendukung pembangunan manusia berkelanjutan (Human Sustainable Development). Paradigma pembangunan yang berfokus pada manusia ataupun masyarakat sebagai subyek pembangunan dan mereka harus aktif di dalam pembangunan itu, dan sebagai peneliti seharusnya mengungkapkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan dari masyarakat. Sebagai perencana seharusnya akan membuat program-program untuk memecahkan masalah, apabila sebagai pelaksana pembangunan maka sayogianya melakukan monitoring dan evaluasi dari program yang dikembangkan untuk masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dalam PRA, seharusnya masyarakat didorong untuk mengembangkan pilihan ataupun alternatif didalam pemecahan masalah dan bukan sebagai pengguna ataupun konsumen pemecahan masalah yang ditawarkan oleh fihak luar. Penelitian yang berperspektif Gender (SAGA) di bidang pertanian belum banyak dilakukan para peneliti di Indonesia. Beberapa penelitian dan kajian wanita, kebanyakan masih menggunakan pendekatan wanita, belum menggunakan pendekatan gender. Pendekatan wanita menitik beratkan pada masalah yang dihadapi wanita, seperti misalnya; peningkatan pendapatan, kesehatan wanita dan lain sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan dengan pendekatan wanita tidak selalu merubah kedudukan sosial-politikekonomi wanita di masyarakat. Pendekatan gender, fokusnya pada hubungan yang timpangan antara wanita dan pria. Dengan demikian, melalui pendekatan gender ada upaya untuk meningkatkan posisi sosial-polotik-ekonomi-budaya wanita yang timpang tersebut sehingga tercapai kesetaraan dan keadilan gender. Pendekatan Gender dalam pembangunan pertanian adalah pendekatan yang mengintegrasikan kebijakan dan strategi program peningkatan peran wanita ke dalam kebijakan dan strategi pembangunan di berbagai bidang dalam sektor pertanian. Dengan demikian, pembangunan pertanian yang didasarkan pada pendekatan gender diarahka pada upaya mencegah terjadinya kesenjangan hak, kedudukan, kemampuan dan kesempatan berperan antara pria dan wanita serta menghindari adanya upaya yang dapat merugikan pihak pria atau wanita. Strategi nasional pembangunan pertanian jangka panjang yang telah dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia, menyediakan suatu titik tolak untuk mengembangkan strategi yang bermakna. Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan peran dan status wanita dalam sektor pertanian.
3
Wanita tani mencakup setengah dari total populasi masyarakat desa. Mereka memainkan peran penting, baik dalam produksi pertanian subsisten maupun komersial dan berkontribusi pada ketahanan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kontribusi mereka akan sia-sia jika bantuan teknis pertanian secara tuntas tidak dapat disediakan untuk memungkinkan mereka (wanita) berpartisipasi penuh dan diuntungkan oleh proses pembangunan pertanian. Menurut Repelita VI, kegunaan mempertimbangkan peningkatan dan lebih memperdayakan peran wanita dalam keseluruhan pembangunan dalam sektor pertanian. Karena itu, tujuan utama dari kebijakan dan strategi pembangunan nasional, termasuk kebijakan penelitian dan pengembangan pertanian, seharusnya mengoptimalisasikan dan memperluas peran wanita. Strategi peningkatan ini seharusnya mencakup produk pertanian berskala usaha besar dan kecil (pengolahan dan pemasaran) untuk memastikan kesinambungan pertumbuhan dari sumberdaya pertanian, proses sosial, dan peningkatan kesejahteraan keluarga tani. Upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan terus digalakkan dari tahun ke tahun. Menyadari akan hal tersebut maka pendekatan partisipatif dalam pembangunan pertanian terus dikembangkan. Salah satu metoda atau pendekatan yang lebih praktis digunakan adalah dengan teknik-teknik PRA. Melalui cara ini akan mendorong masyarakat mengambil bagian atau bersama-sama turut serta meningkatkan dan menganalisis kondisi kehidupan mereka sendiri agar dapat membuat rencana dan tindakan yang dibutuhkan. Dengan kata lain, masyarakat didorong untuk mengembangkan pilihan (opsi) didalam pemecahan masalah dan bukan sebagai pengguna masalah yang ditawarkan dari fihak luar. Tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat sehingga mampu mendukung pembangunan manusia secara berkelanjutan (Community Sustainable Development). Berdasarkan data dari BPS (2002) bahwa jumlah penduduk miskin di Propinsi Sulawesi meningkat dari 444.000 jiwa pada tahun 2000 menjadi 472.300 jiwa pada tahun 2001, atau terjadi kenaikan sebesar 1,11 %. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Donggala menduduki urutan teratas diantara Kabupaten lainnya yang ada di wilayah Sulawesi Tengah. Menurut Data BPS Bappenas (2000), bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Donggala sebesar 227.900 jiwa atau kurang lebih setengahnya dari total penduduk miskin di Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah dari 5 (lima) Kabupaten di Indonesia yang terpilih untuk melaksanakan program Poor Farmer. Kabupaten Donggala adalah salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah, memiliki 239 desa dalam kategori miskin berdasarkan survei dengan pendekatan 4
PRA yang telah dilakukan pada beberapa desa Poor Farmer. Potensi dan masalah telah didapatkan sebagai dasar dalam menentukan penerapan inovasi teknologi pada setiap cluster/grouping wilayah Poor Farmer. Aspek sosial ekonomi dan budaya masyarakat termasuk gender (pria dan wanita) tani di wilayah ini sangat menentukan di dalam pengembangan pembangunan pertanian. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kegiatan pengkajian dan pemahaman gender (khusus wanita) tani secara detail dan mendalam. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka kegiatan pengkajian pemberdayaan wanita tani perlu melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pengguna (user) teknologi pertanian. Sedangkan area pengkajian tersebut diantaranya, adalah: (1) mempertahankan pertumbuhan produksi pangan, (2) intensifikasi lahan yang masih kurang termanfaatkan, (3) meningkatkan nilai tambah teknologi melalui diversifikasi produk dengan nilai lebih tinggi, (4) meningkatkan akses, kontrol dan partisipasi kelurga petani (terutama wanita) tani didalam pengelolaan usahatani dan pemasaran produk pertanian, dan (5) teknologi pertanian tepat guna yang dapat memberdayakan kelurga petani yang tergolong miskin.
2. DASAR PERTIMBANGAN Aspek gender dalam masyarakat tani merupakan dasar utama dalam perencanaan dan penyebaran suatu teknologi pertanian. Karena kurangnya informasi tentang kegiatan gender mengarah pada kurangnya informasi tentang kerumitan faktor-faktor sosial budaya dan karakteristik lingkungan yang mempengaruhi peran wanita dalam pertanian sebagai populasi sasaran dalam sektor pertanian. Apalagi, semua karakteristik berpengaruh belum diberi pertimbangan serius atau bahkan masih dilupakan oleh kebanyakan rencana kerja penelitian dan pengembangan pertanian yang disusun. Adanya pengabaian kegiatan spesifik wanita dalam proses pengembangan pertanian, karena sudah di mainstream pada pembangunan pertanian secara umum, sehingga di asumsikan telah menghapus semua kesempatan wanita berpartisipasi dalam proses pembangunan pertanian. Pengembangan Social Economic and Gender Analysis (SAGA) dilakukan setelah ketiga lembaga dunia (FAO, UNDP dan Bank Dunia, 1993) dan telah melakukan pelatihan-pelatihan gender dan melakukan evaluasi terhadap pendekatan pembangunan yang menggunakan Women in Development (WID) dan Gender and Development (GAD). SAGA dilandasi oleh suatu kebutuhan untuk mengetahui bagaimana kebijakan pembangunan dan program-programnya akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dan hubungan sosial diantara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. Peran Gender merupakan kunci dalam proses pembangunan apabila proses tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan ataupun prioritas pada wanita dan pria. 5
Hasil-hasil studi yang pernah dilakukan menujukkan bahwa wanita mengalami ketidakuntungan pada pembangunan yang lebih besar dibandingkan dengan pria. Pengalaman
pembangunan
menunjukkan
bahwa
wanita
merupakan
kelompok
marginalisasi baik di bidang ekonomi, sosial, politik maupun pengetahuan. Oleh karena itu, kelompok-kelompok yang kurang beruntung terutama kelompok wanita mestinya merupakan prioritas sasaran untuk mengemilinir kemiskinan yang sangat penting untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development). Faktor sosial ekonomi akan mempengaruhi diskriminasi, partisipasi/kontribusi dan juga akan memperburuk situasi kelompok yang kurang beruntung. Pada kelompok yang kurang beruntung tersebut akan mengalami kekurangan sumberdaya yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti: makanan, air, kesehatan maupun perumahan. Fokus analisis adalah wanita dan pria, bukan hanya pada wanita. Oleh karena itu, analisis gender digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas yakni; mengklarifikasi relevansi gender yang berkaitan dengan umur, kesejahteraan, etnis, strata sosial, agama dan lain sebagainya.
3. TUJUAN a. Mengidentifikasi aspek sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani sejauhmana partisipasinya dalam kegiatan usahatani di Desa Poor Farmer. b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peran wanita tani dalam kegiatan pertanian dan sosial kemasyarakatan. c. Menidentifikasi masalah dan kendala dialami wanita tani dalam berpartisipasi pada kegiatan pembangunan pertanian.
4. KELUARAN a. Data/informasi aspek sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani berpatisipasi dalam kegiatan usahatani di Desa Poor Farmer. b. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi peranan wanita tani dalam kegiatan pertanian dan sosial kemasyarakatan. c. Teridentifikasinya masalah dan kendala yang dialami wanita tani dalam kegiatan pembangunan pertanian.
6
5. MANFAAT Dengan teridentifikasinya aspek soial ekonomi dan budaya gender khususnya wanita tani pada setiap cluster/gruping wilayah Poor Farmer, diharapkan pengkajian ini memberikan manfaat sebagai berikut : a. Teknologi introduksi akan lebih mudah di adopsi oleh petani, sehingga percepatan terjadinya transfer teknologi pertanian karena sesuai dengan kondisi sosial eknomi dan budaya gender (wanita dan pria), serta lingkungan setempat. b. Mengoptimalisasikan peran/partispasi wanita dan pria pada kegiatan usahatani yang diharapakan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. c. Aktivitas wanita tani dapat lebih ditingkatkan baik pada kegiatan produktif maupun komersial guna membantu memberi nilai tambah pendapatan keluarganya.
6. METODOLOGI Didalam pelaksanaan kegiatan pengkajian ini, metode yang digunakan untuk menjaring dan mengumpulkan data dari suatu masalah yang akan diteliti tentu saja berdasarkan metode yang berperspektif gender. Metode ini dikembangkan sejalan dengan perkembangan pembangunan wanita yang dilakukan dengan melalui pendekatan Gender And Devolepment (GAD). Untuk menggali informasi/data ataupun pemecahan permasalahan yang terkait dengan isu gender, maka akan digunakan metode atau analisis gender. Dengan demikian, akan diketahui sejauhmana ketimpangan gender terjadi, sejauhmana partisipasi wanita dan pria, sejauhmana akses dan kontrol wanita dan pria terhadap sumberdaya pembangunan maupun manfaat pembangunan, sejauhmana program atau proyek memberikan keuntungan bagi wanita dan pria dan lain sebagainya. Metode yang akan digunakan berdasarkan beberapa pendekatan atau instrumen dan analisis yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
6.1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian ini adalah pendekatan didasarkan atas paradigma positivis yang melalui pendekatan secara kuantitatif melalui survei ataupun wawancara terstruktur, dan juga didasarkan atas paradigma fenomenologis yang melakukan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam (in-depth interview). Pendekatan kuantitatif (paradigma positivis) melihat realita sosial sebagai entitas obyektif, sedangkan pendekatan kualitatif (paradigma fenomenologis) melihat realita sosial sebagai fenomena subyektif. Melalui kedua pendekatan ini, diharapkan mendapatkan gambaran 7
umum tentang kondisi sosial eknomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani dan lingkungan pada setiap cluster/grouping wilayah Poor Farmer.
6.2. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan dalam pengkajian ini merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang terencana dan terprogram terdiri dari : a. Rencana Kegiatan 1. Persiapan Pada tahapan ini dilakukan pembuatan Proposal, Seminar, Juknis (Petunjuk Teknis) /ROPP dan pengumpulan data pendukung. 2. Perancangan Kuesioner Pada tahapan ini dilakukan pembuatan kuesioner, selanjutnya di diskusikan dengan seluruh anggota tim survei. 3. Perancangan Model PRA-SAGA Pada tahapan ini dilakukan pembuatan instrumen teknik-teknik PRA berprespektif gender (PRA-SAGA) dan implementasinya. 4. Pemilihan Lokasi Pengkajian Pada tahapan ini dilakukan penetapan lokasi yang representatif bagi wilayah poor farmer pada setiap cluster/grouping. 5. Pelaksanaan Survei Pada tahapan ini merupakan aplikasi pengisian kuesioner dan pelaksanaan metode PRA-SAGA secara partisipatif yang telah disusun. 6. Tabulasi dan Analisa Data Data yang diperoleh dari hasil survei, selanjutnya di olah, di tabulasi kemudian dianalisis berdasarkan metode analisa gender yang telah dipersiapkan. 7. Pelaporan Pembuatan laporan merupakan interpretasi data/informasi yang telah peroleh kemudian disusun dalam bentuk diskriptif. 8. Seminar Hasil Laporan hasil kegiatan yang sudah disusun kemudian di seminarkan untuk memperbaiki sekaligus melengkapi lapaoran akhir kegiatan pengkajian/survai. b. Lingkup Kegiatan 1. Penetapan lokasi pengkajian 2. Pemilihan responden
8
3. Pelaksanaan survei dengan menggunakan teknik PRA-SAGA, pengisian kuesioner dan wawancara mendalam (In-depth interview) kepada responden. c. Parameter Survei 1. Identifikasi sosial ekonomi dan budaya gender (utamanya wanita) tani 2. Identifikasi peranan wanita tani dalam kegiatan usahatani 3. Identifikasi permasalahan yang dialami gender (pria dan wanita) tani 4. Identifikasi kesetaraan dan keadilan gender antara pria dan wanita tani 5. Mengetahui strata sosial petani dan interaksi dengan lembaga pedesaan 6. Analisa pendapatan rumah tangga (RT) petani di desa poor farmer.
6.3. Metode a. Lokasi Survai Lokasi survai ditetapkan pada wilayah poor farmer di Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Donggala mempunyai 239 desa miskin yang dibagi dalam 8 (delapan) cluster/grouping. Masing-masing cluster/grouping dipilih 1 (satu) kecamatan yang mewakili 2 (dua) desa, jadi jumlah keseluruhan 16 desa. Dari setiap desa ditentukan 10 (sepuluh) responden sehingga jumlah responden keseluruhan 160 orang wanita dan gender (pria dan wanita) 5 KK/desa. Penentuan responden dipilih secara sengaja (purposive sampling) agar tujuan dan sasaran kegiatan survai dapat tercapai.
b. Metode Pengumpulan Data Dalam kegiatan survai ini akan dikumpulkan data/informasi primer dan sekunder dengan menggunakan model PRA berspektif gender (PRA-SAGA). Data primer di peroleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) semi struktur, dan melakukan wawancara mendalam (In-depth interview) kepada informan key yakni; tokoh masyarakat, PPL, lembaga dan aparat desa masing-masing 1 orang, dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan terlebih dahulu tentang pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji/disurvai. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yakni: Kantor Kecamatan, Kantor Desa, BPP setempat dan lembaga-lembaga desa yang ada serta data-data dari hasilhasil kajian maslaha gender. Untuk mengetahui secara mendalam tentanag kondisi sosial ekonomi dan budaya gender (pria dan wanita) tani serta keadaan lingkungan dan permasalahannya 9
maka digunakan metode teknik-teknik PRA-SAGA dengan melibatkan kelompok tani secara partisipatif. Melalui metode ini kelompok tani secara aktif dan terlibat langsung merumuskan; perencanaan, panggalian masalah, pemecahan masalah, menyusun kebijaksanaan dan melaksanakan monitoring serta evaluasi terhadap perkembangan pembangunan pertanian di wilayahnya. Dengan demikian, alternatif pemecahan permasalahan (solusi) lebih mudah diatasi, disamping itu transfer dan adopsi inovasi teknologi pertanian lebih mudah diterima oleh petani karena introduksi teknologi akan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya gender dan lingkungannya/agroekosistem.
c. Analisa Data Data/informasi yang telah diperoleh digunakan analisa gender kemudian di interpretasi dalam bentuk diskriptif yang akan memberikan gambaran secara umum kondisi sosial ekonomi dan budaya gender (pria dan wanita) tani pada wilayah poor farmer. Untuk mengetahui tingkat pendapatan rumah tangga (RT) petani digunakan analisa B/C ratio.
7. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan survei dipilih secara sengaja di wilayah Poor Farmer dalam rangka mengidentifikasi pemberdayaan wanita, sejauhmana partisipasi dan peran serta mereka baik dalam kegiatan usahatani Padi sawah dan Kakao maupun pada kegiatan sosial kemasyarakatan. Survei tersebut bertujuan untuk menggali data/informasi tentang aktivitas wanita tani dan pria serta tokoh masyarakat dan aparat desa serta mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat tani dapat diketahui, sehingga diharapkan kedepan alternatif pemecahannya akan dilaksanakan.
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Wanita tani (Responden) di Desa Poor Farmer memiliki pola hidup, sikap dan prilaku yang cukup bervariasi pada masing-masing wilayah. Dari hasil survei di 8 Kecamatan terdiri 16 Desa dengan memilih 160 Wanita tani dan 5 KK serta 2 tokoh masyarakat, 1 orang Kepala Desa dan 1 orang PPL per-desa. Adapun karateristik responden adalah sebagai berikut :
10
a. Identitas Wanita Tani Tabel 1. Identitas Responden (Wanita Tani) Di Wilayah Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005. No. 1.
Kecamatan/Desa PALOLO 1. Patimbe
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Umur (Thn)
Rata-Rata Identitas Wanita Tani Agama Suku Pend. (%) (%) Akhir (%)
Pengal. (Thn)
Kakao
30,7
Islam 100
Kaili 100
Padi
28,6
Islam 40 Kristen 50 Protestan 10
Kaili 50 Da’a 20
KULAWI SELATAN 1. Salutome
Kakao
42,1
Kristen 100
Rampi 100
2. Lempelero
Kakao
33,9
Kristen 90 Islam 10
Uma 100
BALAESANG 1. M e l i
Padi
32,4
Islam 100
Kaili 70 Bugis 30
2. Labean
Padi
32,6
Islam 100
Kaili 90 Bugis 10
MARAWOLA 1. Porame
Padi
42,0
Islam 100
Padi
34,5
Islam 40 Kristen 60
SD 50 SMP 50 SD 30 SMP 50 SMA 20
20,0
2. Uwemanje
Kaili 60 Da’a 40 Kaili 40 Da’a 60
SIRENJA 1. Tondo
Kakao
31,3
Islam 90 Kristen 10
Kaili 80 Bugis 20
8,3
2. Lompio
Kakao
40,2
Islam 100
Kaili 100
SD 50 SMP 40 SMA 10 SD 70 SMP 10 SMA 20
SINDUE 1. L e r o
Kakao
32,6
Islam 100
Kaili 90 Bugis 10
2. Dalaka
Padi
42,3
Islam 100
Kaili 100
BANAWA 1. Lalombi
Kakao
32,3
Islam 100
Kaili 90 Bugis 10
2. Limboro
Padi
45,8
Islam 100
Kaili 100
RIOPAKAVA 1. Pantolobete
Kakao
30,0
Kaili 100
2. Panca Mukti
Kakao
34,0
Islam 50 Kristen 50 Islam 50 Kristen 30 Hindu 20
2. Uenuni
2.
Usaha Tani Utama
Sumber : Data primer setelah diolah, 2005.
11
Bali 50 Jawa 50
SD 10 SMP 60 SMA 30 SD 60 SMP 30 D-3 10
6,8
14,2
SD 60 SMP 20 SMA 20 SD 100
17,9
SD 50 SMP 20 SMA 30 SD 70 SMP 10 SMA 20
9,8
SD 50 SMP 10 SMA 40 SD 80 SMP 10 SMA 10 SD 70 SMP 20 SMA 10 SD 40 SMP 20 SMA 40 SD 90 SMP 10 SD 70 SMP 20 SMA 10
12,0
11,0
16,3
14,1
9,2
21,4
9,7 17,5
8,9 7,7
Identitas Wanita tani dari masing-masing desa mempunyai ciri khas tertentu. Identitas dapat berpengaruh terhadap pengambilan sikap dan keputusan terhadap aktivitas produktif, reproduktif (domestik) dan aktivitas sosial kemasyarakatan. b. Jenis Pekerjaan dan Susunan Anggota Rumah Tangga Pada umumnya jenis pekejaan para responden adalah bertani merupakan perekjaan pokok dan pekerjaam samping sebahagian besar berdagang dan sebahagian kecil mencari rotan dan mebuat kasur atau buruh tani. Susunan dan jumlah anggota rumah tangga responden rata-rata sekitar 2-4 orang dengan perbandingan jenis kelamin antara pria dan wanita, yakni; rata-rata sekitar 2-3 orang kaum pria dan 2-3 orang kaum wanita/KK. Tabel 2. Jenis Pekerjaan dan Susunan Anggota RT Wanita Tani di Wilayah Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005. No.
Kecamatan/Desa
Jenis Pekerjaan Pokok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PALOLO 1. Patimbe 2. Uenuni KULAWI SELATAN 1. Salutome 2. Lempelero BALAESANG 1. M e l i 2. Labean MARAWOLA 1. Porame 2. Uwemanje SIRENJA 1. Tondo 2. Lompio SINDUE 1. L e r o 2. Dalaka BANAWA 1. Lalombi 2. Limboro RIOPAKAVA 1. Pantolobete 2. Panca Mukti
%
Sampingan
%
Susunan Anggota RT. (Org) Laki Wanita
Tani Tani
90 Dagang 100 Dagang
10 0
2 2
2 3
Tani Tani
100 Dagang 80 Dagang
0 20
3 2
2 2
Tani Tani
80 Dagang 50 Dagang
20 50
2 3
2 2
Tani Tani
60 Dagang 50 Dagang
40 50
3 3
2 2
Tani Tani
50 Dagang 70 Dagang
50 30
2 3
3 3
Tani Tani
70 Dagang 90 Buat Kasur
30 10
3 3
3 3
Tani Tani
100 Dagang 70 Dagang
0 30
2 3
3 3
Tani Tani
70 Dagang 90 Dagang
30 10
4 2
2 2
Sumber : Data primer setelah diolah, 2005.
12
II. ASPEK SOSIAL EKONOMI RESPONDEN 1. Keadaan Rumah Tempat Tinggal a. Luas Pekarangan dan Rumah Luas pekarangan yang dimiliki responden rata-rata sekitar 50 m2 – 400 m2, sehingga disekitar rumah mereka ditanami bermacam-macam tanaman, seperti; tanaman kakao, mangga, pisang, nangka dan lain sebagainya. Sedangkan luas bangunan rumah rata-rata sekitar 20 m2 – 50 m2 yang dihuni anggota rumah tangga rata-rata sekitar 3 – 5 orang/KK. b. Jenis Dinding, Lantai dan Atap Rumah Pada umumnya jenis dinding rumah mereka rata-rata terbuat dari papan bambu 40%, papan kayu 35%, dan dinding tembok 25%. Lantai rumah rata-rata terdiri tanah 45%, papan 35% dan semen 20%. Atap rumah mereka rata-rata terbuat dari rumbia 40%, seng 35% dan genteng 25% dari seluruh jumlah responden sebanyak 160 orang. c. Sanitasi dan Penerangan Rumah Sanitasi rumah mereka miliki belum memenuhi syarat kesehatan, karena pada umumnya rumah mereka masih sedikit yang memiliki WC, kamar mandi dan sumur. Hasil survei menunjukkan bahwa rata-rata hanya sekitar 3-4% memiliki WC, Sumur 4-5% dan kamar mandi 2-3% dari jumlah responden (160 orang). Pada umumnya penerangan rumah mereka relatif terbatas, penerangan yang digunakan adalah lampu lantera rata-rata sekitar 55-60%, petromak 35-40% dan listrik PLN sekitar 10-20% responden.
2. Kepemilikan Janis dan Nilai Asset Rumah Tangga Jenis dan jumlah asset rumah tangga/RT yang dimiliki responden sperti; radio, TV, meja kursi tamu, meja kursi makan, lemari, tempat tidur dan lain sebagainya relatif masih sangat terbatas. Dan juga nilai asset tersebut relatif cukup rendah, karena umumnya asset-asset tersebut terbuat dari bahan kayu daerah dan usianya sudah lama. Kepemilikan jenis dan nilai asset rumaha tangga/RT pada Tabel 3.
3. Kepemilikan Jenis Lahan, Alat Pertanian dan Nilai a. Penguasaan Asset Lahan Usahatani •
Lahan Sawah Irigasi Hasil survei menunjukkan bahwa penguasaan asset lahan sawah irigasi masyarakat pada 16 desa di 8 kecamatan memiliki luas lahan rata-rata sekitar 13
0,25 ha – 1,5 ha dengan jumlah antara 1-2 persil/KK. Umumnya ditanami padi 12 kali setahun (tergantung musim hujan) dengan varietas lokal bersumber dari sesama petani (tanpa label). Produksi yang diperoleh petani rata-rata 2-3 ton/ha GKG/MT. Harga beras ditingkat petani rata-rata sekitar Rp.2.500 – Rp.2.900/kg (tergantung dari jenis varietas dan mutu hasil beras serta fluktusi harga) •
Lahan Kebun Kakao Penguasaan asset lahan kebun oleh petani rata-rata sekitar 1,0 ha –2,0 ha dan umumnya diusahakan tanaman kakao. Jenis varietas masih tergolong lokal karena sumber dan nama varietas tidak diketahui oleh petani, hanya diperoleh dengan cara membeli dari pedagang atau pihak swasta. Produksi biji kakao yang diperoleh petani rata-rata sekitar 200 kg – 500 kg/ha/tahun, dengan harga ditingkat petani rata-rata sekitar Rp. 6.000 – Rp.11.000/kg biji kering kakao (tergantung dari mutu dan fluktuasi harga dipasaran).
b. Kepemilikan Jenis Alat Pertanian dan Nilai Pada umumnya jenis dan jumlah alat-alat pertanian yang dimiliki petani relatif belum memadai karena keterbatasan modal petani untuk membeli. Umur dari pada alat-alat pertanian tersebut sudah lama rata-rata sekitar 2-5 tahun sehingga nilainya relatif cukup rendah. Kepemilikan jenis dan nilai asset alat-alat pertanian disajikan pada Tabel 3.
4. Kepemilikan Jenis Ternak dan Nilai Jenis ternak yang banyak dipelihara oleh responden, adalah; kambing, Babi, Ayam Kampung, Itik/bebek dan lain sebagainya, merupakan pekerjaan sampingan bagi mereka. Sistem pemeliharaan masih sederhana yakni dilepas secara bebas tanpa pemberian pakan ternak tambahan (makanan alami). Ternak tersebut dipelihara untuk kebutuhan konsumsi dan juga sebagian dijual guna membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Kepemilikan asset ternak dan nilai dilihat pada Tabel 3.
5. Kepemilikan Jenis Transportasi dan Nilai Jenis transportasi yang sering ditemukan di lokasi, seperti; mobil, sepeda motor, sepeda, dan gerobak. Transportasi tersebut merupakan alat pengangkutan yang digunakan oleh masyarakat untuk pengangkutan barang dan jasa penduduk. Hasil survei menunjukkan bahwa kepemilikan jenis transpotasi oleh responden semua menyatakan mereka belum memiliki mobil. Sedangkan kepemilikan sepeda 14
motor hanya rata-rata sekitar 1%, dan kepemilikan sepeda dan gerobak rata-rata sekitar 1-2% saja dari jumlah responden 160 orang. Nilai harga sepeda motor yang dimiliki responden rata-rata bernilai sekitar Rp.1.000.000 – Rp.2.500.000/unit, sepeda sekitar Rp.150.000 – Rp.200.000/unit, dan nilai harga gerobak sekitar Rp.250.000 – Rp.300.000/unit diluar harga sapi. Sedangkan nilai harga sapi dewasa sekitar Rp.3.000.000 – Rp.4.000.000/ekor. Kepemilikan jenis transportasi dan nilai disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-Rata Kepemilikan Jenis Asset dan Nilai Asset Responden (Wanita Tani) di Wilayah Poor Farmer Kabupaten Donggala, 2005. No.
Kecamatan/Desa
Parabot RT.
Rata-rata Jenis Asset dan Nilai Asset (Rp) Ternak Alat Alat-Alat Jumlah Transp. Pertan. (Rp)
1.
Palolo 1.815.500 576.670 1. Patimbe 2.048.000 993.000 2. Uenuni 2. Kulawi Selatan 850.000 980.000 1. Salutome 700.770 735.000 2. Lempelero 3. Balaesang 1.152.500 1.286.000 1. M e l i 1.566.700 370.000 2. Labean 4. Marawola 1.374.000 5.708.000 1. Porame 1.685.000 6.250.000 2. Uwemanje 5. Sirenja 1.026.500 1.386.000 1. Tondo 3.256.400 6.604.000 2. Lompio 6. Sindue 2.981.570 1.613750 1. L e r o 2.048.000 1.821.970 2. Dalaka 7. Banawa 2.850.450 975.000 1. Lalombi 1.780.000 1.286.000 2. Limboro 8. Riopakava 786.500 503.300 1. Pantolobete 1.352.800 603.000 2. Panca Mukti Sumber : Data primer setelah diolah, 2005.
7.500.000 6.893.750
665.000 173.300
10.557.170 10.108.050
5.420.000 2.100.000
520.000 310.500
7.770.000 3.846.270
2.500.000 4.015.000
665.000 168.100
5.603.500 6.119.800
7.000.000 7.500.000
145.500 215.250
14.227.500 15.650.250
2.620.000 6.665.000
425.000 336.500
5.457.500 16.861.900
5.358.300 10.650.000
272.200 652.820
10.225.820 15.172.790
6.768.750 7.500.000
173.000 665.000
10.767.200 11.231.000
6.211.000 1.689.445
230.000 272.250
7.730.800 3.917.495
III. ASPEK SOSIAL BUDAYA RESPONDEN Keadaan sosial budaya responden (Wanita tani) berbeda antar etnis yang satu dengan etnis lainnya dalam suatu komunitas masyarakat pada setiap wilayah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh antara lain adat istiadat setempat, suku, agama dan lingkungan alam sekitarnya. Sosial budaya merupakan fenomena masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap sikap, prilaku, tindakan dan keyakinan seseorang untuk mengambil suatu keputusan dalam melakukan sesuatu kegiatan/aktivitas baik pada kegiatan usahatani maupun pada kegiatan sosial kemasyarakatan. 15
Dalam kegiatan usahatani sangat erat kaitannya dengan kedaan sosial budaya responden, sehingga dapat mempengaruhi responden ikut berperan serta (berpartispasi) mereka berbuat atau bertindak untuk melakukan suatu aktivitas sehari-sehari. Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi mereka ikut berperan serta (berpartisipasi) khususnya pada kegiatan usahatani padi sawah dan kakao, adalah sebagai berikut.
a. Motivasi Responden Berpartisipasi Pada Kegiatan Usahatani Dari jumlah 160 orang responden (Wanita tani) mengemukakan bahwa dorongan (motivasi) atau yang mempengaruhi mereka ikut berpartisipasi (terlibat) dalam kegiatan usahatani dengan alasan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Untuk menambah pendapatan rumah tangga/RT, ada sekitar 60% responden Rasa tanggung jawab terhadap keluarga. Ada sekitar 10% responden Membantu suami di sawah atau di kebun, ada sekitar 20% responden Waktu luang banyak, ada sekitar 5% responden Tenaga masih kuat, ada sekitar 3% responden Kewajiban bagi isteri, ada sekitar 2% responden.
b. Upacara Ritual Dalam Kegiatan Usahatani Pada umumnya responden melakukan upacara ritual hubungannya dengan kegiatan usahatani baik di sawah (Padi) maupun di kebun (Kakao). Responden mengemukakan bahwa uapacara ritual sering dilakukan pada saat sebelum tanam dan sesudah panen di sawah atau di kebun. Prosesi upacara ritual tersebut, yaitu sebelum menanam tanaman padi ataupun kakao, pihak kelurga memotong ayam kemudian mengndang tokoh agama, ketua adat atau kepala desa melakukan acara doa bersama dilanjutkan makan bersama di lahan pertanian atau di rumah responden. Maksud dan makna dari pada upacara tersebut, mereka menyatakan bahwa bermohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar tanaman terhindar dari gangguan hama atau penyakit dan diharapkan dapat tumbuh dan berhasil atau tanaman berproduksi dengan baik/meningkat. Sesudah panen, mereka juga melakukan acara doa bersama dan makan bersama dengan maksud mengucapakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Kuasa atas hasil yang diperoleh semoga musim panen berikutnya bisa lebih meningkat lagi. Maksud lain dari acara tersebut adalah wadah pertemuan atau silaturahmi antar anggota masyarakat untuk lebih mempererat hubungan persaudaraan. Upacara ritual/adat tersebut diatas dilakukan oleh umat Islam, umat Hindu dan umat Kristen yang ada di lokasi survei.
16
Menurut responden (Wanita tani) bahwa waktu sangat sibuk melakukan aktivitas di sawah atau di kebun pada saat musim tanam dan musim panen. Alokasi waktu pada aktivitas tanam dan panen digunakan rata-rata antara 4 – 5 jam/hari, bila dibanding dengan aktivitas lain hanya waktunya rata-rata antara 2–3 jam/hari saja.
c. Peraturan/Norma Agama dan Adat serta Sangsi Peraturan/norma agama dan adat yang umum ditetapkan dalam masyarakat belum ada secara terulis (hanya lisan), namun demikian anggota masyarakat sangat mematuhi aturan/norma tersebut dan berusaha untuk tidak melanggarnya. Menurut tokoh agama dan ketua adat setempat bahwa peraturan agama yang berlaku sejalan dengan peraturan adat dan tidak terdapat pertentangan berarti satu dengan yang lain. Adapun beberapa aturan/norma diberlakukan, kaitannya dengan aktivitas usahatani, adalah sebagai berikut : 1. Larangan mengambil hasil di sawah atau di kebun, sangsinya denda berupa uang sebesar nilai yang dicuri ditambah denda berupa barang, seperti sarung atau ternak kemudian diberi nasehat kepada yang bersangkutan. 2. Dilarang memasuki lahan pertanian tanpa seizin yang punya lahan, sangsinya, yaitu; denda berupa barang seperti sarung dan lain sebagainya. IV. PARTISIPASI RESPONDEN PADA KEGIATAN USAHATANI Partisipasi responden (Wanita tani) pada kegiatan usahatani padi dan usahatani kakao dari hasil wawancara sebanyak 160 orang mengemukakan bahwa jenis kegiatan yang mereka turut terlibat (berpartisipasi) didalamnya adalah sebagai berikut :
a. Jenis Kegiatan Usahatani 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mencabut bibit padi, rata-rata 20% responden Menanam padi, rata-rata 10% responden Menyiang/paras di kebun kakao, rata-rata 10% responden Memanen di sawah atau di kebun, rata-rata 15% responden Mengangkut hasil padi atau kakao, rata-rata 10% responden Menjemur gabah atau biji kakao, rata-rata 15% responden Memasukkan hasil di karung/mengepak, rata-rata 5% responden Memasarkan beras atau biji kakao, rata-rata 15% responden Adapun jenis kegiatan usahatani yang belum ikut berpartisipasi (terlibat) oleh
kaum wanita tani adalah membuat pesemaian, mencangkul, memupuk, memangkas dan menyemprot. Alasan mereka belum bisa berpatisipasi (terlibat) dalam kegiatan tersebut disebabkan karena umumnya mereka mengaku belum mengetahui/belum ahli melakukan hal itu dan juga mereka takut keracunan dari bahan kimia pestisida.
17
b. Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan Partisipasi/keterlibatan responden (Wanita tani) pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang dilaksanakan oleh Petugas Pertanian relatif masih sangat rendah, hanya rata-rata sekitar 1-2% dari jumlah responden 160 orang. Dan ada sekitar 98% responden belum pernah dilibatkan pada kegiatan tersebut. Menurut responden bahwa mereka tidak terlibat/berpartisipasi pada kegiatan penyuluhan dan pelatihan di bidang pertanian karena mereka tidak di undang oleh petugas pertanian ataupun aparat desa. Namun demikian sebahagian besar responden berminat mengikuti kegiatan tersebut.
c. Alokasi Waktu dan Upah Harian Alokasi waktu yang dipakai kaum wanita dari masing-masing kegiatan usahatani relatif masih kurang, rata-rata sekitar 2-3 jam/hari, kecuali pada saat tanam dan panen, rata-rata sekitar 4-5 jam/hari. Upah harian yang umum diterima kaum wanita tani rata-rata sebesar Rp. 15.000/hari (6-7 jam/hari), sedangkan upah harian yang diterima kaum laki-laki rata-rata sebesar Rp.20.000/hari (7-8 jam/hari), baik aktivitas di sawah maupun di kebun.
V. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI PARTISIPASI RESPONDEN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi responden turut berpartisipasi pada kegiatan usahatani ataupun kegiatan sosial kemasyarakat sebagai berikut :
a. Kegiatan Usahatani Dari jumlah 60 orang responden (Wanita tani) menyatakan bahwa adapun yang mempengaruhi mereka ikut terlibat pada kegiatan usahatani adalah : 1. 2. 3. 4.
Ingin menambah pendapatan rumah tangga, rata-rata 45% responden Ingin memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, rata-rata 40% responden Ingin membiayai pendidikan anak-anak, rata-rata 10% responden Ingin membiayai kesehatan anak-anak, rata-rata 5% responden
b. Kegiatan Sosial Masyarakat Faktor-faktor yang mempengaruhi responden (Wanita tani) sehingga ikut terlibat/berpartisipasi pada kegiatan sosial kemasyarakatan adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Ingin menambah ilmu pengetahuan, rata-rata 5% responden Menjalin hubungan sosial yang lebih akrab, rata-rata 45% responden Membagi pengalaman sesama anggota masyarakat, rata-rata 40% responden Kewajiban bagi setiap anggota masyarakat, rata-rata 10% responden
18
VI. MASALAH/KENDALA RESPONDEN Hasil wawancara kepada 160 responden mengemukakan bahwa ada beberapa masalah/kendala yang dialami kaum wanita dalam turut berpartisipasi pada kegiatan usahatani adalah sebagai berikut: a. Masalah/Kendala Sosial 1. Pengalaman dan pengetahuan relatif masih rendah, rata-rata 21,4% responden 2. Belum dilibatkan dala kegiatan peyuluhan pertanian, rata-rata 28,2% responden 3. Belum pernah ikut pada kegiatan pelatihan pertanian, rata-rata 28,2% responden 4. Kurangnya mendapat informasi teknologi pertanian, rata-rata 22,2% responden b. Masalah/Kendala Ekonomi 1. Terbatasnya modal usahatani yang mereka miliki, rata-rata 24,0% responden 2. Harga hasil pertanian masih rendah, rata-rata 15,2% responden 3. Harga sarana produksi (saprodi) cukup tinggi, rata-rata 24,0% responden 4. Fluktuasi harga hasil pertanian cukup tinggi, rata-rata 17,8% responden 5. Belum ada jaminan harga hasil produksi yang pasti, rata-rata 19,0% responden. c. Masalah/Kendala Budaya Menurut responden (Wanita tani) bahwa masalah/kendala budaya kaitannya dengan usahatani padi dan kakao menyatakan bahwa belum pernah ada masalah (100%). d. Masalah/Kendala Teknis 1. Belum mengetahui teknologi budidaya secara lengkap, rata-rata 24,5% responden 2. Belum pernah ikut sekolah lapang/SL, rata-rata 25,2% responden 3. Belum pernah ikut kegiatan demplot, rata-rata 25,8% responden 4. Benih unggul belum tersedia, rata-rata 24,5% responden. e. Masalah/Kendala Kelembagaan 1. Belum ada kios saprodi, rata-rata 16,8% responden 2. Kios belum menyiapkan saprodi dengan lengkap, rata-rata 15,1% responden 3. Belum ada penangkar benih, rata-rata 17,7% responden 4. Penyuluhan dan pembinaan belum intensif, rata-rata 15,9% responden 5. Lembaga keuangan belum berfungsi, rata-rata 16,8% responden 6. Kelompok wanita tani belum ada, rata-rata 17,7% responden VII. ASPEK GENDER Aktivitas sehari-hari gender (Pria dan Wanita) di Desa Poor Farmer berbedabeda tingkatannya menurut jenis kegiatan yang mereka lakukan. Aktivitas antara pria dan wanita di analisa dengan menggunakan metode PRA-SAGA (Paticipatory Rural Appraisal dan Socio Economic and Gender Analysis). Metode ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana besarnya perbandingan aktivitas antara pria dan wanita, baik pada aktivitas produkif (usaha pertanian), aktivitas reproduktif/domestik (non pertanian) maupun aktivitas sosial kemasyarakatan. Analisa perbandingan tingkat aktivitas antara laki-laki dan wanita akan di bahas pada uraian berikut ini. 19
1. Aktivitas Produktif (Usaha Pertanian) Aktivitas produksi antara pria dan wanita (Gender) pada usahatani padi dan kakao dibagi dalam 3 tingkat pembahasan pokok, yakni; partisipasi, akses dan kontrol. Adapun aktivitas produksi gender disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 4. Rata-Rata Aktivitas Produksi Gender di Desa Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005. Partispasi Akses Konrol Aktivitas Selisih (%) (%) Selisih (%) Selisih Produksi (%) (%) (%) Pd. Wd. Pd. Wd. Pd. Wd. Pesemaian
100
0
100
100
0
100
100
0
100
Hambur Benih
75
25
50
80
20
60
100
0
100
Cabut Bibit
30
70
-40
25
75
-50
60
40
20
Membajak
100
0
100
100
0
100
100
0
100
Menanam
20
80
-60
30
70
-40
90
10
80
Menyiang
60
40
20
70
30
40
80
20
60
Memupuk
80
20
60
90
10
80
100
0
100
100
0
100
100
0
100
100
0
100
Menyulam
60
40
20
55
45
10
65
35
25
Memangkas
65
35
30
90
10
80
100
0
100
Memanen
45
55
-10
40
60
-20
60
40
20
Merontok
40
60
-20
35
65
-30
80
20
60
Membelah Biji
30
70
-40
55
45
-10
90
10
80
Mengangkut
80
20
60
75
25
50
100
0
100
Menjemur
25
75
-50
20
80
-60
70
30
40
Menggiling
15
85
-70
25
75
-50
20
80
-60
Memasarkan
30
70
-40
20
80
-60
25
75
-50
Rata-rata
56
44
12
59
41
18
79
21
58
Menyemprot
Sumber : Data primer setelah di olah, 2005. Ket : - Angka dalam kolom telah ditabulasi dan dianalisa dari 16 desa - Partispasi = keterlibatan - Pd = pria dewasa - Akses = peluang/kesempatan - Wd = wanita dewasa - Kontrol = pengambil keputusan
Pada aktivitas produksi pada usahatani Padi dan Kakao, dimana tingkat perbandingan partisipasi (keterlibatan) antara pria dan wanita (gender), masih didominasi oleh kaum pria. Partisipasi kaum pria masih lebih besar bila dibanding kaum wanita dengan selisih rata-rata 12%. Akses (peluang) dengan selisih rata-rata 18%, dan kontrol (pengambil keputusan) selisih rata-rata 58% antara pria dan wanita. Artinya 20
tingkat partispasi, akses dan kontrol pihak pria masih lebih besar pada aktivitas produktif (usaha pertanian). 2. Aktivitas Reproduktif (Domestik/Non Pertanian) Aktivitas reproduktif (domestik) gender disajikan pada tabel dibawah ini. Tabel 5. Rata-Rata Aktivitas Reproduksi/Domestik Gender di Desa Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005. Partispasi Akses Konrol Aktivitas (%) Selisih (%) Selisih (%) Selisih Reproduksi (%) (%) (%) Pd. Wd. Pd. Wd. Pd. Wd. Memasak
0
100
-100
0
100
-100
0
100
-100
10
90
-80
0
100
-100
0
100
-100
0
100
-100
0
100
-100
0
100
-100
Menyapu Rumah
30
70
-40
10
90
-80
0
100
-100
M. Pekarangan
40
60
-20
15
85
-70
0
100
-100
Mengambil Air
50
50
0
35
65
-30
0
100
-100
Ambil K. Bakar
70
30
40
90
10
80
0
100
-100
Perbaiki Rumah
100
0
100
100
0
100
75
25
50
Beri Mkn Ternak
50
50
0
65
35
30
100
0
100
Mengasuh Anak
20
80
-60
10
90
80
15
85
-70
Beli Parabot Rmh
25
75
-50
25
75
-50
0
100
-100
Membeli Pakaian
40
60
-20
25
75
-50
25
75
-50
Beli Makanan
30
70
-40
20
80
-60
20
80
-60
Urus Pendidikan
35
65
-30
50
50
0
50
50
0
Urusan Listrik
50
50
0
50
50
0
50
50
0
Rata-rata
37
63
-26
33
67
-34
22
78
-56
Mencuci pakaian Mencuci Piring
Sumber : Data primer setelah di olah, 2005. Ket : - Angka dalam kolom telah ditabulasi dan dianalisa dari 16 desa - Partispasi = keterlibatan - Pd = pria dewasa - Akses = peluang/kesempatan - Wd = wanita dewasa - Kontrol = pengambil keputusan Dalam aktivitas reproduktif (domestik), dimana tingkat perbandingan partisipasi (keterlibatan) dan akses (peluang) serta kontrol (pengambil keputusan) antara pria dan wanita (gender) didominasi oleh kaum wanita. Peran serta wanita pada aktivitas reproduktif (domestik) masih lebih besar bila dibanding kaum pria dengan selisih rata-rata (-26%) partisipasi dan (– 34%) akses serta (- 56%) 21
kontrol. Artinya tingkat aktivitas reproduktif (domestik) masih lebih besar kaum wanita bila dibanding kaum pria.
3. Aktivitas Sosial Kemasyarakatan Perbandingan aktivitas sosial kemasyarakatan antara kaum pria dan kaum wanita (gender), disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Rata-Rata Aktivitas Sosial Kemasyarakatan Gender di Desa Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005. Partispasi Akses Konrol Aktivitas Sosial (%) Selisih (%) Selisih (%) Selisih Kemasyarakatan (%) (%) (%) Pd. Wd. Pd. Wd. Pd. Wd. Perkawinan
50
50
0
40
60
-20
50
50
0
Pemakaman
50
50
0
75
25
50
65
35
30
Penyuluhan
95
5
90
80
20
60
75
25
50
Siskamling
100
0
100
100
0
100
100
0
100
Kerja Bakti Sosial
75
25
50
75
25
50
65
35
30
Rapat Desa
70
30
40
80
20
60
100
0
100
Arisan
10
90
-80
40
60
-20
45
55
-10
Keg. Keagamaan
50
50
0
50
50
0
50
50
0
62,5
37,5
25,0
67,5
32,5
35,0
68,5
31,0
37,5
Rata-rata
Sumber : Data primer setelah di olah, 2005. Ket : - Angka dalam kolom telah ditabulasi dan dianalisa dari 16 desa - Partispasi = keterlibatan - Pd = pria dewasa - Akses = peluang/kesempatan - Wd = wanita dewasa - Kontrol = pengambil keputusan Dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, tingkat perbandingan partisipasi (keterlibatan) dan akses (peluang) serta kontrol (pengambil keputusan) antara kaum pria dan kaum wanita (gender), tetap didominasi oleh kaum pria. Peran serta kaum pria masih lebih besar bila dibanding kaum wanita dengan selisih rata-rata 25% partisipasi, 35% akses dan 37,5% kontrol. Artinya tingkat partispasi dan akses serta kontrol masih didominasi oleh kaum pria.
VIII. PERANAN TOKOH MASYARAKAT DAN APARAT Peranan Tokoh masyarakat (Tokoh Agama dan Adat), aparat desa dan petugas pertanian terhadap kegiatan usahatani Padi dan Kakao, penanggulangan kemiskinan, dan pembinaan SDM umumnya dilakukan melalui cermah/khotbah, pertemuan desa dan kegiatan penyuluhan atau pelatihan pertanian, namun demikian mereka belum 22
3.
melaksanakan secara rutin dan intensif. Kegiatan tersebut hanya dilakukan apabila ada program Pemda atau Dinas Pertanian. Oleh karena itu, peranan dan fungsi tokoh masyarakat dan aparat terhadap kegiatan penyuluha dan pembinaan kepada masyarakat masih relatif rendah. Adapun peranan tokoh masyarakat dan aparat desa akan dibahas dibawah ini: 1. Peranan Tokoh Agama a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan motivasi dan semangat kepada petani melalui doa bersama 2. Menghimbau kepada para petani untuk kerja yang baik dan berdoa 3. Melalui ceramah/khotbah menyampaikan informasi pertanian. b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan 1. Membagikan zakat kepada kelurga yang betul-betul miskin 2. Menghimbau kepada anggota masyarakat untuk kerja keras dan jangan tergantung kepada pemberian orang lain 3. Menghimbau menanam berbagai jenis tanaman untuk menambah pengahasilan pertanian sekaligus meningkatkan pendapatan rumah tangga.
4. c. Peranan Pada Pembinaan SDM 1. Menghimbau kepada ketua kelompok tani untuk membina anggota dengan baik 2. Menghimbau kepada para petani mengikuti penyuluhan dan pelatihan 3. Mengajak kepada masyarakat memperbaiki moralitas dan berusaha yang benar 4. Memberikan arahan dan dorongan agar taat beragama. d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani Pada umumnya para Tokoh Agama memberi penilaian dengan baik dan mendukung keterlibatan wanita pada kegiatan usahatani, dengan alasan : 1. Agar isteri menyadari bahwa pekerjaan suami cukup berat 2. Agar isteri dapat membantu suami meningkatkan pendapatan rumah tangga 3. Isteri dapat mendorong semangat kerja kepada suaminya. 2. Peranan Tokoh Adat a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan motivasi kepad para petani turut serta melakukan kegiatan gotong royong secara bergilir membersihkan lahan pertanian 2. Memberi informasi tentang hal-hal baru untuk perbaikan usahatani 3. Menganjurkan kepada masyarakat memanfaatkan lahan yang masih kosong 4. Menhimbau kepada masyarakat bekeja sesuai porsinya dan mengikuti cara-cara bertani yang benar yang diberikan oleh PPL. b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan 1. Menganjurkan agar supaya rajin bekerja di sawah atau di kebun 2. Jangan selalu bergantung atau mengharap bantuan dari pemerintah dan harus mencari modal sendiri 3. Menganjurkan tanam komoditas yang mempunyai peluang pasar tinggi 4. Menghimbau kepada petani agar bekerja keras untuk meningkatkan taraf hidupnya.
23
c. Peranan Pada Pembinaan SDM 1. Memberi dukungan dan berpatisipasi dalam kegiatan penyuluhan, pelatihan/SL dan pembinaan kepada petani yang dilakukan oleh petugas pertanian 2. Turut mendukung aparat desa memberikan motivasi kepada masyarakat agar belajar dan bekerja serta menjalin kerukunan antar umat beragama. d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani Memberikan penilaian denga baik dan mendukung, dengan alasan : 1. Isteri jangan selalu bergantung kepada suami 2. Agar isteri menambah luas wawasan tentang pertanian 3. Isteri memberi dukungan kepada suami agar lebih giat kerja 4. Agar isteri dapat membantu menambah pendapatan RT. 3. Peranan Kepala Desa a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan informasi pertanian tentang teknologi baru kepada para petani 2. Memberikan motivasi kepada petani agar kegiatan gotong royong digalakkan dan dilakukan secara bergilir antar anggota kelompok tani untuk perbaikan lahan pertanian dan irigasi 3. Mendukung program pembangunan pertanian dan siap membantu PPL untuk menyebarluaskan informasi pertanian kepada masyarakat petani 4. Memotivator proyek Poor Farmer untuk membuka jalan usahatani 5. Menghimbau kepada para petani agar memelihara tanaman dengan baik untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan 1. Menghimbau kepada petani untuk membentuk kelompok tani dan lebih giat bekerja agar hasil pertanian lebih meningkat sekaligus dapat memperbaiki taraf hidup keluarganya 2. Mengintruksikan kepada anggota Jamaat Gereja untuk memberikan bantuan ternak Babi dan Ayam buras kepada keluarga betul-betul miskin 3. Mengintruksikan kepada masyarakat membuka lahan baru untuk diusahakan tanaman kakao dan tanaman lainnya 4. Menghimbau kepada masyarakat untuk mencari kerja di perusahaan sebagai tenaga kerja upah harian agar bisa memenuhi belanja kebutuhan sehari-hari anggota keluarganya. c. Peranan Pada Pembinaan SDM dan Permasalahannya 1. Memberikan fasilitas terhadap kegiatan pelatihan atau sekolah lapang 2. Memberikan dukungan moral dan fasilitas kepada petani untuk ikut pada setiap kegiatan penyuluhan, pelatihan atau SL pertanian untuk menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan di bidang pertanian 3. Menyebarkan luaskan informsi pertanian kepada para petani melalui kepala dusun/ketua RT tentang bertani yang baik dan benar. Masalah/kendala yan dihadapi kepala Desa dalam kegaiatan pembinaan kepada masyarakat adalah sebagai berikut : 1. Umumnya tingkat pendidikan mereka relatif masih rendah (rata-rata SD tamat) 2. Tingkat pengetahuan tentang teknologi budidaya tanaman masih sangat rendah 3. Respon masyarakat terhadap informasi yang diberikan relatif rendah 4. Belum ada kelompok wanita tani pada masing-masing desa 5. Pembinaan tidak ditindaklanjuti oleh masyarakat. 24
d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani Memberikan penilaian dengan baik dan mendukung, dengan alasan : 1. Isteri dapat membantu menambah pendapatan rumah tangga/RT 2. Dapat mengurangi sedikit demi sedikit ketergantungan isteri terhadap suami 3. Isteri dapat memberikan motivasi kepada suami untuk lebih giat bekerja 4. Dapat mengurangi beban kerja suami di sawah atau di kebun. 4. Peranan Petugas Penyuluh Lapang (PPL) a. Peranan Pada Kegiatan Usahatani 1. Memberikan informasi teknologi budidaya tanaman kepada kelompok tani melalui kegiatan penyuluhan 2. Memberi motivasi kepada petani melalui kegiatan demplot 3. Membina dan membimbing petani tentang cara-cara bertani yang baik. b. Peranan Pada Masalah Kemiskinan 1. Ikut berpatisipasi pada Program Pemberdayaan Masyarakat Keluarga Miskin (PPMKM) dan memberikan bantuan ternak Babi dan benih jagung secara bergulir kepada kelompok tani untuk dikembangkan 2. Membimbing anggota masyarakat untuk meningkatkan etos kerja agar hasil pertanian meningkat agar supaya pendapatan juga meningkat 3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk membangun sarana dan prasarana jalan usahatani dan irigasi agar pembangunan pertanian dapat dikembangkan untuk kepentingan petani khususnya. c. Peranan Pada Pembinaan SDM dan Permasalahannya 1. Memberikan penyuluhan dan pelatihan atau SL untuk menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan masyarakat petani 2. Menganjurkan kepada masyarakat agar selalu ikut serta pada setiap kegiatan pertanian dan pembangunan desa Masalah/kendala dalam pembinaan kepada masyarakat adalah : 1. Tingkat pendidikan masyarakat relatif rendah, sehingga tingkat adopsi tekonologi pertanian masih sangat rendah 2. Terbatasnya modal yang dimiliki petani 3. Kepemilikan lahan pertanian relatif sempit. d. Penilaian Terhadap Keterlibatan Wanita Dalam Usahatani Memberikan penilaian dengan baik dan mendukung, dengan alasan : 1. Isteri dapat mengangkat semangat dan efektivitas kerja suami lebih besar 2. Isteri dapat membantu suami menambah penghasilan keluarga 3. Dapat meringankan beban kerja suami 4. Dapat menambah pengalaman wanita pada usahatani.
25
IX. ANALISA USAHATANI 1. Analisa Usahatani Padi Sawah dan Kakao Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Petani Pada Masing-Masing Desa Di Wilayah Poor Farmer Kabupaten Donggala, Tahun 2005. Usaha Rata-rata Rata-Rata Rata-Rata RataKecamatan/Desa tani Penerimaan Biaya Pendapatan Rata (Rp/Ha/Th) (Rp/Ha/Th) (Rp/Ha/Th) B/C ratio PALOLO 1. Patimbe 2. Uenuni
Kakao Padi
10.800.000 2.500.000
7.676.000 1.675.000
3.124.000 835.000
1.41 1.59
KULAWI SELATAN 1. Salutome 2. Lempelero
Kakao Kakao
7.128.000 6.120.000
1.880.000 1.950.000
5.248.000 4.170.000
3.75 3,14
BALAESANG 1. M e l i 2. Labean
Padi Padi
4.436.700 3.142.300
1.922.670 1.567.200
2.514.000 1.575.100
2,31 2,01
MARAWOLA 1. Porame 2. Uwemanje
Padi Padi
2.315.250 2.754.910
979.800 1.130.320
1.335.450 1.624.590
2,36 2,44
SIRENJA 1. Tondo 2. Lompio
Kakao Kakao
2.427.340 2.618.750
1.264.600 1.345.500
1.162.740 1.273.250
1.92 1,95
SINDUE 1. L e r o 2. Dalaka
Kakao Padi
3.536.260 3.850.000
1.587.900 1.243.000
1.948.360 2.607.000
2,23 3.10
BANAWA 1. Lalombi 2. Limboro
Kakao Padi
2.800.000 6.960.000
1.108.000 2.850.000
1.692.000 4.110.000
2.53 2.44
RIOPAKAVA 1. Pantolobete 2. Panca Mukti
Kakao Kakao
575.000 610.000
625.000 890.000
2,09 2,46
1.200.000 1.500.000 Sumber : Data primer setelah di analisa, 2005.
X. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik responden (wanita tani) masing-masing desa cukup bervariasi, baik agama, suku, pendidikan maupun pengalaman berusahatani berbeda satu sama lain. 2. Aspek sosial ekonomi responden (wanita tani), yakni keadaan rumah tempat tinggal, kepemilikan asset RT dan nilai, kepemilikan lahan, alat-alat pertanian dan nilai, kepemilikan jenis ternak dan nilai, serta kepemilikan jenis kendaraan dan nilainya relatif masih sangat terbatas baik jumlah maupun nilai harganya. 3. Aspek sosial budaya responden (wanita tani), yakni motivasi, dan partisipasi pada kegiatan usahatani umumnya masih berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-harri (konsumtif) belum berorientasi komersial (bisnis). Upacara 26
adat/agama masih dilaksanakan secara turun-temurun terutama pada saat tanam dan setelah panen. 4. Partisipasi responden (wanita tani) pada jenis-jenis aktivitas usahatani dan alokasi waktu yang digunakan relatif masih cukup rendah. Dan umumnya responden belum pernah mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian, karena mereka tidak di undang. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau mendorong responden ikut mengambil peranan dalam kegiatan usahatani, pada umumnya bertujuan untuk membantu suami menambah pendapatan RT dan biaya pendidikan anak-anak. Peranan pada kegiatan sosial kemasyarakatan, pada umumnya bertujuan untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dan untuk membagi pengalaman sesama anggota masyarakat. 6. Masalah dan kendala yang dihadapi responden ikut berpatisipasi pada kegiatan usahatani, yaitu pengetahuan dan pengalaman dibidang pertanian relatif masih rendah, modal usaha dimiliki relatif terbatas, informasi teknologi pertanian masih kurang, dan peran dan fungsi lembaga pedesaan masih rendah.
B. Saran 1. Perlunya pembentukan kelompok wanita tani di masing-masing desa agar pembinaan lebih intensif mudah dilakukan, karena setiap desa (lokasi survei) belum ada kelompok wanita tani 2. Kegiatan penyuluhan, sekolah lapang dan pelatihan sebaiknya ditingkatkan dan dilakukan secara rutin diharapkan ilmu pengetahuan dan teknologi petani lebih meningkat sehingga mereka dapat mengelola usahataninya secara profesional. 3. Wanita tani sebaiknya di undang atau diikusertakan pada semua kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian, agar mereka termotivasi berpartispasi secara penuh dalam kegiatan usahatan. 4. Peran dan fungsi lembaga pedesaan lebih ditingkatkan, agar sarana dan prasarana pertanian yang dibutuhkan oleh petani dapat terpenuhi. 5. Peranan dan partisipasi tokoh masyarakat, aparat desa dan petugas pertanian perlu lebih ditingkatkan lagi untuk memotivasi dan dukungan kepada petani sehingga mereka lebih giat bekerja dan dapat mengelola usahataninya lebih baik. 6. Perlunya kerjasama antar lembaga atau instansi terkait untuk melakukan suatu program kerja secara terpadu untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat khususnya petani untuk memperbaiki taraf hidup mereka sekaligus diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan di pedesaan. 27
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Suryana, 1998. Percepatan Transfer Teknologi Pertanian Kepada Petani. Extensia, Volume 7, Tahun V, Pebruari 1998. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Tim Ahli BPTP-PAATP), 1998. Panduan Lokakarya Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif (Participatory Rural Appraisal). Makalah Disampaikan Pada Lokakarya Pemahaman Pedesaan Secara Partisipatif di BPTP Biromaru, 28 Pebruari-28 April 2000. BPS., 2001. Sulawesi Tengah Dalam Angka. Palu, Propinsi Sulawsi Tengah. Chambers, R., 1996. PRA, Memahami Desa Secara Partisipatif. Penerbit Konisius, Yoyakarta. Driyamedia, 1996. Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal, Berbuat Bersama Berperan Setara. Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara. Emmy Susanti Hendrarso, 1998. Pendekatan Analisis Gender Dalam Studi Sosiologi. Makalah Disampaikan pada Lokakarya Kajian Wanita di Perguruan Tinggi Solo. Endang S. Thohari, 1999. Kebijaksanaan Program Pembangunan Pertanian Berperspektif Gender. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Dessember1999. H. Rusidi, 2000. Sosiologi Pedesaan Dalam Pemahaman Aspek Sosial Budaya Masyarakat Bagi Perencanaan dan Penerapan Teknologi. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Pemahaman Aspek Sosial Budaya Masyarakat Bagi Perencanaan dan Penerapan Teknologi. Universitas Padjajaran, Jatinangor, Bandung, 28 Pebruari-28 April 2000. Magniesyah, Sugiah, M., 1999. Pemberdayaan Sumberdaya Wanita dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Makalah Seminar Pembangunan yang Berwawasan Kemitrsetaraan antara Wanita dan Pria dengan Analisis Gender, Jakarta. Mary Astuti, 1999. Filosofi dan Perinsip Participatory Rural Apraisal (PRA). Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Desember1999. Mary Astuti, 1999. Konsep SAGA. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Des. 1999.
28
Mary Astuti, 1999. Metodologi Penelitian Berperspektif Gender. Makalah Disampaikan Pada Pelatihan Metodologi Penelitian Berprespektif Gender Dalam Bidang Pertanian Untuk Staf Badan Litbang yang Sedang Mengikuti S-2 di UGM. Kerjasama Antara ARMP-II Badan Litbang dengan Pusat Studi Wanita (PSW) UGM, Yogyakarta, 29 Nopember-7 Desember 1999. Nasikun, 1996. Perspektif Gender Dalam Metoda Penelitian Kualitatif. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian Kajian Wanita, Yoyakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 1995. Metode Penelitian Survai. Edisi Kedua, LP3ES, Jakarta. Sri Suharni Siwi, Sunihardi, Ani Musaddad dan Herman Supriadi, 1994. Peranan Wanita Dalam Usahatani. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
29