LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun
JUDUL: IbM KELOMPOK TANI LONTAR DI DESA TIANYAR KECAMATAN KUBU
Oleh:
I Made Suarsana, S.Pd. M.Si., 0017028301 Ketua I Nyoman Sukarta, S.Pd. M.Si., 0006027609 Anggota I Nyoman Rediasa, S.Sn.,M.Si., 0027047907 Anggota
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA/FMIPA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Nopember, 2014
i
ii
RINGKASAN Kecamatan Kubu merupakan sentra lontar di Kabupaten Karangasem, bahkan di Bali. Lebih dari 90% kebun lontar Bali ada di Kecamatan Kubu. Produk lontar yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah nira, daun dan buahnya. Per hektar idealnya lahan ditanami 277 pohon. Produktivitas nira lontar per pohon dengan 5 mayang bisa mencapai 6,7 liter perhari. Pemanenan daun tidak akan mempengaruhi produksi nira bila dipanen tidak lebih dari 1 pelepah per bulan. Demikian besar potensi pertanian lontar tetapi belum dikelola petani dengan optimal. Hasil analisis situasi menunjukkan 1) produktivitas pertanian lontar masih sangat rendah yang disebabkan minimnya lontar yang tumbuh di lahan mereka, lontar tumbuh secara alami tanpa ada upaya budidaya, 2) keterampilan pengolahan produk lontar masih kurang beragam, produk olahan petani yang bernilai ekonomi tinggi hanya berupa gula padat (gule ental) atau gula cair (juruh), 3) pemasaran produk lontar dan olahannya masih dilakukan kepada tengkulak dikarenakan para petani sudah terikat hutang. Beberapa terobosan yang dibutuhkan petani lontar di Desa Tianyar guna mengoptimalkan potensi lontar pada lahannya adalah 1) revitalisasi lontar melalui pembenihan, pembibitan dan penanaman lontar serta pemanenan efektif. Petani diberikan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya lontar sehingga mampu mengelola lahan secara efektif dan berkelanjutan. 2) diversifikasi produk olahan lontar. Petani dilatih dan disiapkan untuk mampu memproduksi minuman probiotik berbahan nira serta membuat anyaman lidi (inka) yang diminati pasar. Untuk realisasi terobosan tersebut, a) revitalisasi dilakukan dengan pembibitan seribu kitrik lontar, penanaman bibit lontar, petani langsung dilatih dan didampingi dalam pembenihan, pembibitan penanaman dan pemeliharaan lontar. b) diversifikasi dilakukan dengan pemberian alat dan sampel bahan untuk produksi minuman probiotik serta anyaman inka seperti panci pastereusasi, inkubator, kompor dan stater bakteri. Para petani dilatih dan didampingi langsung memproduksi minuman probiotik dan inka. Hasil pelaksanaan P2M 1) telah mampu membekali petani dengan pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya lontar mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta pemanenan yang efektif, 2) Telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks terapan dalam mengolah nira menjadi minuman probiotik, 3) telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan keterampilan membuat anyaman lidi lontar berupa inka serta 4) telah memiliki pengetahuan tentang prosedur pendirian koperasi sebagai langkah inisiasi pembentukan koperasi tani lontar.
iii
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNyalah laporan akhir program pengabdian kepada masyarakat dengan judul “IbM Kelompok Tani Lontar di Desa Tianyar Kecamatan Kubu” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan yang berbahagian ini izinkan kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mempercayai program ini untuk dibiayai, Kelompok Tani Lontar dan Kelompok Wanita yang telah menjadi mitra yang sangat baik bagi terlaksananya program ini, Bapak Kelian Banjar Dinas Darma Winangun, Pihak Kedesaan Tianyar, yang telah memberikan izin dan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan ini. Dan semua pihak yang telah membatu pelaksanaan program ini. Adapun laporan ini sangatlah jauh dari kesempurnaaan secara tata penulisan yang kemungkinan besar belum dapat mewakili apa yang telah kami lakukan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat di Kelompok Tani Lontar, besar harapan kami adanya saran dan masukan membangun bagi kesempurnaan laporan ini demi perbaikan di kegiatankegiatan sejenis lebih lanjut. Terima kasih.
Tim IbM
iv
DAFTAR ISI
Hal. HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………
i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..
ii
RINGKASAN………………………………………………………………
iii
PRAKATA ………………………………………………………………...
iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………
v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
Vi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
Vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi………………………………………………….
1- 5
1.2. Permasalahan Mitra………………………………………….......
5-6
BAB II TARGET LUARAN………………………………………………
7
BAB III METODE PELAKSANAAN…………………………………….
8-9
BAB IV KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 4.1.
Kinerja LPM Undiksha Satu Tahun Terakhir………………
10
4.2.
Jenis Kepakaran dalam Pemecahan Masalah Mitra beserta
11
Pakarnya Masing-masing…………………………………… BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1
Hasil Pelaksanaan Kegiatan ………………………………….
12 - 21
5.2
Pembahasan ..…....................................................................
22 - 23
BAB VI PENUTUP 6. 1. Simpulan ……………………………. ……………………..
24
6. 2. Saran ………………….. ………. ……………………………
24
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Hal. Tabel 1. Potensi Lontar pada Kelompok Mitra …………………………
2
Tabel 2. Rekapitulasi Banyak serta Pembiayaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat LPM Undiksha Tahun 2012 ………………
10
Tabel 3. Jenis Kepakaran yang Dibutuhkan beserta Pakarnya MasingMasing …………………………………………………………..
11
vi
DAFTAR GAMBAR Hal. Gambar 5.1. Bakal Benih serta Bibit Lontar Siap Tanam ………………...
13
Gambar 5.2. Penyerahan Bibit Siap Tanam dan Simulasi Penanaman Lontar ………………………………………………………..
14
Gambar 5.3. Bahan, Alat dan Contoh Desain untuk Produksi Anyaman Lidi Lontar …………………………………………………..
15
Gambar 5.4. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Anyaman Hari I ………..
16
Gambar 5.5. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Anyaman Hari II ……..
18
Gambar 5.6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik …..
21
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01. Budidaya tanaman Lontar Lampiran 02. Pembuatan Minuman Probiotik Berbahan Nira Lampiran 03. Hasil Anyaman Lidi Lontar
viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Analisis Situasi Bali kini memiliki kebun pohon lontar seluas 2.043 hektar dan sekitar
1.861 hektar berada pada daerah kritis Kabupaten Karangasem. Di Kabupaten Karangasem, pohon lontar sebagian besar ( sekitar 1.665 hektar) tumbuh di wilayah Kecamatan Kubu ( Kompas, 2009). Kecamatan Kubu terdiri dari 9 buah desa dengan kondisi topografis yang hampir sama yaitu lahan kering, berpasir dan berbatu akibat tertutupi muntahan material vulkanik Gunung Agung tahun 1963 silam. Salah satu desa di Kecamatan ini dengan potensi tanaman lontarnya adalah Desa Tianyar. Di Desa Tianyar, keberadaan tanaman lontar hampir dapat ditemui pada setiap lahan yang dimiliki petani. Luas areal perkebunan lontar di Desa Tianyar adalah 219 hektar dengan produktivitas 253 kg/ha/tahun (Nuroniah dkk, 2010). Penduduk Desa Tianyar sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Hasil utama pertaniannya adalah jagung, palawija, singkong, mangga dan lontar. Lontar merupakan vegetasi alami yang telah ada seiring dengan eksistensi masyarakat Tianyar. Dengan kondisi lahan pertanian yang kering, lontar benarbenar menjadi tumpuan hidup mereka. Pada musim penghujan, memang petani bisa bercocok tanam palawija dan ketela pohon namun di musim kemarau itu tidak mungkin dilakukan. Hasil panen dari bercocok tanam ini tentunya tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan sepanjang tahun. Satu-satunya harapan para petani untuk menggantungkan hidupnya adalah hasil panen dari pohon lontar. Nira sering disebut sebagai pohon kehidupan sebab hamper semua bagian dari lontar memiliki nilai ekonomi tinggi baik nira, daun dan lidinya buah dan juga batangnya. Meskipun lontar memiliki beragam potensi yang sedemikian besar, hal tersebut
tidak
serta
merta
membuat
masyarakat
tertarik
untuk
membudidayakannya. Khusus di Desa Tianyar Kecamatan Kubu, keberadaan 1
tanaman ini perlu mendapat perhatian khusus. Terjadi konversi lahan lontar yang cukup luas akibat dialihfungsikan sebagai lahan tambang batu dan pasir (Galian Golongan C). Di samping itu terjadi pula pergeseran nilai-nilai sosial terutama di kalangan anak-anak muda. Generasi muda di Tianyar mulai enggan memanjat pohon lontar karena pekerjaan tersebut harus berkotor-kotor sehingga dianggap tidak memiliki gengsi. Para pemuda lebih memilih merantau ke kota. Pekerjaan menyadap nira saat ini hanya dilakukan oleh generasi tua yang berusia di atas 40 tahun, padahal dahulu hampir seluruh penduduk Tianyar mampu dan mau memanjat karena kebanyakan hidup mereka ditopang oleh hasil pohon lontar. Akibatnya banyak pohon lontar produktif yang ditebangi, sedangkan tanaman mudanya tidak terpelihara dan bahkan cenderung dimatikan oleh masyarakat setempat. Keadaan ini mengakibatkan jumlah populasinya turun drastis. Berdasarkan penelurusan yang dilakukan Madya (2008) di Kantor Kecamatan Kubu, diperoleh data luas wilayah Kecamatan Kubu sebesar 23.477 hektar. Namun berdasarkan data Statistik TanamanPerkebunan Rakyat
UPP-PPITP
Kecamatan Kubu 2009 total luas areal perkebunan lontar di Kecamatan Kubu berkurang menjadi 1.494 hektar. Bila hal ini dibiarkan niscaya dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi pelangkaan lontar. Kelompok tani yang hingga saat ini masih aktif menghasilkan produk pertanian lontar adalah Kelompok Tani Amerta Sari Winangun dan Kelompok Tani Ternak Kelapa Udhyana Santana. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok masing-masing diperoleh data berikut. Tabel 1.
Potensi Lontar pada Kelompok Tani Amerta Sari Winangun & Kelompok Tani Ternak Kelapa Udhyana Santana
No
Kelompok Tani
1 2
Luas Lahan (Hektar) 5 6,5
Banyak Pohon 85 110
Pohon Jantan 55 75
Pohon Betina 30 35
Amerta Sari Winangun Kelapa Udhyana Santana Pohon lontar terdiri dari dua jenis kelamin yaitu kelamin jantan dan kelamin betina. Perbedaanya adalah kalau yang betina dapat menghasilkan buah untuk dikembangbiakan sebagai regenerasi, sedangkan yang jantan tidak dapat menghasilkan buah.
2
Ditinjau dari aspek produksi dan manajemen hasil pertanian lontar pada kedua kelompok didapat fakta sebagai berikut. 1. Hasil utama pertanian lontar adalah nira. Nira umumnya disadap dari pohon lontar jantan. Nira yang dihasilkan mereka olah menjadi gula padat (gule ental) atau gula cair (juruh). Penyadapan nira dilakukan oleh kaum pria dengan kemampuan 20 sampai dengan 25 pohon sehari dengan pemanenan per pohon sehari dilakukan dua kali pagi dan sore. Rata-rata produksi per pohon perhari sekitar 1,5 – 3 liter. Penyadapan dilakukan pada musim kemarau mulai dari bulan April dan puncaknya pada bulan SeptemberOktober. Pengolahannya menjadi gule ental atau juruh dilakukan oleh kaum ibu-ibu. Proses pengolahan cukup lama bisa mencapai 3 jam dan menghabiskan kayu bakar yang tidak sedikit. Rata-rata 10 liter nira akan menghasilkan 1,5 liter juruh atau 1,5 kg gule padat.
Menurut Fox (1996) sebatang pohon lontar dengan 5 mayang dapat
menghasilkan nira 6,7 liter per hari sedangkan pohon dengan 1 mayang dapat menghasilkan nira 2,25 liter per hari. Dengan asumsi seorang petani mampu menyadap 20 pohon perhari dan pohon lontar memiliki 5 mayang maka produksi nira perhari mencapai 134 liter atau setara 20 liter juruh (20 kg gule ental). Potensi yang sungguh besar. Namun pada kedua kelompok tani yang ada masing-masing kepala keluarga belum mampu berproduksi secara optimal karena kepemilikan pohon lontar jantan di areal mereka masih kurang dari 20 pohon. Padahal menurut Nuroniah dkk (2010) per hektarnya jumlah pohon yang dapat ditanam adalah sejumlah 277 pohon. Dan berdasarkan data luas lahan total yang dimiliki kedua kelompok adalah 11,5 hektar ( ada 195 pohon di atasnya) maka produktivitas nira akan dapat dioptimalkan dengan menambah jumlah pohon seluruhnya menjadi 3.185 pohon. Namun permasalahannya mereka tidak memiliki pengetahuan tentang pembibitan dan penanaman pohon lontar. Pohon yang ada di lahan tumbuh secara alami dan merupakan warisan dari generasi sebelumnya. Beberapa petani terkadang mencoba menanam lontar dengan memindahkan biji yang telah tumbuh ke lokasi yang diinginkan, tetapi kelanjutan hidup tanaman tersebut sangatlah sulit. Menurut Budiharta (2006) bibit lontar memang amat sensitif karena
3
memindahkan pada saat telah menjadi semai (tanaman muda) sangatlah sulit dan rawan mati. 2. Selain nira, produk pohon lontar lainnya yang telah dimanfaatkan petani adalah daun. Permintaan akan daun lontar saat ini cukup tinggi. Daun lontar banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan berbagai alat upacara dan benda-benda seni seperti tas, topi, tikar, sandal dan berbagai cindera mata lainnya. Pada kedua kelompok tani ini, terutama pada pohon jantan yang memproduksi nira, pemanenan daun jarang dilakukan. Mereka khawatir pemanenan daun akan mempengaruhi produksi nira. Padahal kekhawatiran mereka tidak sepenuhnya benar bila pemanenan dilakukan dengan cara dan waktu yang tepat. Agar tetap produktif pemanenan daun dapat dilakukan 1 pelepah per pohon per bulan. Dengan kepemilikan pohon yang hanya 195 pohon, pada kedua kelompok ini seandainya dipanen perbulannya mereka menghasilkan 195 pelepah sedangkan lahan yang ada ditanami 277 pohon per hektarnya maka produksi daun bisa mencapai 3.185 pelepah. Bila satu pelepah dihargai Rp 10.000 – Rp 15.000 maka pendapatan perbulan dari daun bisa mencapai Rp 31.850.000 – Rp 47.775.000. Potensi yang sangat besar namun belum tersentuh. 3. Produk pohon lontar lain yang bernilai ekonomis adalah buah lontar. Buah lontar muda dapat langsung dimakan, teksturnya seperti jeli dengan rasa cairan seperti air kelapa. Buah hanya dihasilkan oleh pohon betina. Karena rasanya yang manis dan kenyal, permintaan akan buah ini cukup tinggi. Namun pada kedua kelompok tani ini, nilai ekonomis buah lontar tidak dimanfaatkan. Selama ini buah lontar hanya digunakan sebagai pakan sapi. Umumnya satu buah lontar berisi 3 biji. Di pasar perbijinya buah lontar harganya bisa mencapai Rp 500. 4. Pemasaran produk gula aren oleh para petani biasanya dijual ke para pengepul. Para petani biasanya bon barang kebutuhan sehari-hari di pengepul dengan syarat para petani harus menjual gula yang dihasilkan pada mereka. Sedangkan daun lontar biasanya dijual di pohon kepada tengkulak dengan harga 5-7 ribu rupiah. Padahal harga di pasaran adalah 10 – 15 ribu rupiah.
4
Daun biasanya dikirim ke daerah sentra kerajinan yaitu ke Klungkung dan Gianyar. Demikian besar potensi yang dimiliki pohon lontar namun belum sepenuhnya diketahui dan dikelola petani secara optimal. Permasalahan utama yang dihadapi petani saat ini adalah rendahnya produktivitas yang disebabkan oleh masih kurangnya jumlah pohon di lahan yang mereka miliki. Para petani belum menyadari potensi besar yang dimiliki pertanian lontar karena selama ini mereka mengelola lontar apa adanya sebagaimana yang dilakukan oleh generasi sebelumnya. Hal yang sangat disayangkan pula adalah mulai bergesernya nilainilai sosial terutama di kalangan anak-anak muda. Generasi muda di sana mulai enggan memanjat pohon lontar karena pekerjaan tersebut harus berkotor-kotor sehingga dianggap tidak memiliki gengsi. Para pemuda lebih memilih merantau ke kota meskipun pekerjaan yang dijalani umumnya adalah buruh kasar. Pekerjaan menyadap nira saat ini hanya dilakukan oleh generasi tua yang berusia di atas 40 tahun, padahal dahulu hampir seluruh penduduk Tianyar mampu dan mau memanjat karena kebanyakan hidup mereka ditopang oleh hasil pohon lontar. 1.2.
Permasalahan Mitra Berdasarkan analisis situasi yang penulis lakukan maka dapat dirumuskan
permasalahan utama yang dihadapi oleh mitra adalah sebagai berikut. 1. Rendahnya kuantitas produk tanaman lontar yang disebabkan jumlah tanaman lontar belum memadai. Pohon lontar yang ada sebagian besar merupakan warisan dari generasi sebelumnya atau pohon yang tumbuh secara liar. Belum ada usaha sadar dari petani untuk menambah jumlah pohon baru. Hal ini disebabkan oleh belum dimilikinya pengetahuan tentang pembibitan dan pola efektif penanaman lontar. 2. Pengetahuan dan Keterampilan pengolahan hasil pertanian lontar masih sangat minim. Ada 4 keterampilan yang merupakan kearifan lokal yang telah dimiliki oleh petani lontar di Desa Tianyar yaitu keterampilan membuat nira, keterampilan mengolah nira menjadi gula, tuak dan arak, keterampilan menganyam daun lontar menjadi tikar, tamas, dan perlengkapan upacara lainnya, serta keterampilan membuat anyaman lidi lontar menjadi inka. Besarnya biaya produksi pembuatan gula aren seringkali membuat para petani
5
memilih untuk mengolah nira menjadi tuak dan arak. Oleh karenanya para petani perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan pengolahan nira selain gula aren, tuak dan arak, misalnya salah satunya adalah pembuatan minuman probiotik. Lidi lontar juga sangat potensial untuk diolah menjadi anyaman yang bernilai ekonomi tinggi namun tentunya anyaman dengan sentuhan inovasi dan kreasi pada bentuk dan desainnya. 3. Manajemen/pengelolaan lontar yang belum optimal. Dengan lahan yang beserta pohon lontar yang dimiliki serta sumber tenaga yang ada seharusnya seharusnya pertanian lontar memiliki prospek yang cerah. Lahan per hektarnya bisa ditanami sekitar 277 lontar, dengan kemampuan panjat perorang per hari adalah 20 pohon maka pertaniaan ini dapat mempekerjakan sekitar 13 orang perhektarnya. Sungguh industri yang padat karya bila bisa dikelola ke arah tersebut. Berkaitan dengan aspek pemasaran produk pertanian juga masih tradisional dan cenderung melemahkan posisi petani. Hasil produksi gula dan daun lontar dijual kepada para pengepul dengan harga yang ditentukan oleh pengepul. Permainan harga yang dilakukan pengepul seringkali merugikan petani, dan petani juga tidak berdaya dibuatnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil diskusi pengusul dengan kedua kelompok mitra maka disepakati prioritas persoalan yang diselesaikan beserta solusinya sebagai berikut. 1. Peningkatan jumlah tanaman lontar per hektarnya menjadi 277 pohon. Untuk itu diperlukan pengadaan jumlah minimal sejumlah 3 ribu kitri. Dengan asumsi harga bibit Rp 15.000 per kitri (sudah termasuk ongkos kirim) maka dengan keterbatasan yang ada maka solusi yang disepakati adalah dari kebutuhan bibit hanya 500 kitri yang dibeli sisanya diproduksi sendiri oleh petani melalui pelatihan dan pendampingan. Para petani juga akan dilatih dan didampingi dalam penanaman, pemeliharaan dan pola pemanenan efektif. 2. Peningkatan keterampilan pengolahan hasil pertanian lontar misalnya mengolah nira menjadi minuman probiotik dan dan lidi lontar menjadi anyaman yang bernilai ekonomi.
6
BAB 2 TARGET LUARAN
Luaran yang ingin dicapai melalui program IBM ini adalah sebagai berikut. 1. Kedua kelompok mitra memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya tanaman lontar. Sebagai kriterianya adalah 85 % dari anggota kelompok petani lontar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam pembibitan, cara penanaman, pemeliharaan serta pemanenan pohon lontar. 2. Adanya kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks terapan dalam mengolah nira menjadi minuman Probiotik (yogurt) dengan target produksi 10 liter perorang perhari. 3. Adanya kelompok industri rumah tangga dengan keterampilan membuat kerajinan anyaman lidi lontar dengan kemampuan produksi minimal 5 anyaman perorang per hari. 4. Terbentuknya koperasi petani lontar yang mampu memfasilitasi para petani dalam pemasaran produk dan peminjaman modal usaha.
7
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan program IbM ini dilaksanakan sebagai upaya pemberdayaan kelompok petani secara ekonomis. Solusi yang ditawarkan adalah revitalisasi pertanian lontar dan pengembangan usaha produk olahan lontar. Adapun metode pelaksanaan program yang akan dilakukan adalah : 1. Penyuluhan tentang budidaya lontar dan manajemen pertanian lontar Para petani lontar diberikan wawasan berikut. a. Pengenalan Jenis Lontar yang meliputi jenis-jenis tanaman lontar, deskripsi botani serta sebaran dan potensi alami. b. Pengetahuan tentang budidaya lontar yang meliputi persyaratan tumbuh, pembenihan dan pembibitan, dan penanaman dan pemeliharaan. c. Pengetahuan tentang pemanenan efektif baik pemanenan nira maupun pemanenan daun. d. Pengetahuan tentang manajemen pertanian lontar berupa optimalisasi potensi lahan, sumber tenaga dan peningkatan nilai ekonomis produk olahan lontar. Wawasan ini penting bagi petani sehingga mereka bisa memperlakukan lahan dan tanaman
lontarnya
secara
efektif dalam
rangka meningkatkan
produktivitas pertanian. 2. Pelatihan dan pendampingan pembenihan dan pembibitan tanaman lontar Setelah para petani diberi wawasan tentang teknik pembibitan lontar, selanjutnya para petani dilatih langsung untuk praktek pembenihan dan pembibitan lontar. Para petani dilatih dan didampingi dalam kegiatan berikut. 1. Penyeleksian buah sebagai benih yang unggul 2. Pembibitan dengan menggunakan kantung plastik dan tanpa kantong plastik. Uraian tentang teknik pembibitan lontar secara rinci dapat dibaca pada lampiran 01
8
3. Pelatihan Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Lontar Penanaman efektif di sini adalah penanaman lontar setelah factor teknis dan agroklimat tanaman diperhatikan dengan tepat dan sesuai. Ditinjau dari factor teknis, penanaman yang efektif harus memperhatikan lahannya (lahan kering, gambut, berbatu, atau lahan miring), agar hasil yang diharapkan bisa optimal. Pemeliharaan tanaman lontar pasca tanam juga sangat penting untuk diperhatikan sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Penjelasan teknik penanaman dan pemeliharaan lontar dapat dibaca pada lampiran 01. 4. Pelatihan Produksi Minuman Probiotik Berbahan Baku Nira Nira lontar untuk minuman fermentasi belum dimanfaatkan sama sekali, padahal
minuman fermentasi sangat baik untuk kesehatan.
Pengubahan nira menjadi minuman probiotik yang bermutu, melibatkan peran teknologi. Teknologi di sini adalah teknologi fermentasi dan teknologi mikrobiologi. Sebagaimana yang telah dikembangkan dari penelitian Natsir dkk, 2006. Lampiran 2. 5. Pelatihan Produksi Kerajinan Anyaman Lidi Lontar Kerajinan lidi merupakan salah satu dari beribu hasil karya seni olah tangan manusia. Dengan satu bahan dasar berupa lidi yang telah diolah terlebih dahulu dengan kreatifitas sehingga terciptalah barang kerajinan lidi yang bermanfaat. Hasil-hasil kerajinan akan dilatihkan berupa perabot rumah tangga dan hiasan-hiasan rumah lainnya yaitu piring, mangkuk, keranjangbuah, tempat lampu hias, dan lain-lain. Beberapa bentuk dan desain anyaman yang akan dilatihkan dapat dilihat pada lampiran 03. 6. Pembentukan koperasi tani lontar Sebagai tujuan awal dibentuknya koperasi adalah untuk memfasilitasi petani dalam pemasaran produk pertanin maupun produk olahan yang dihasilkan serta permasalahan modal usaha. Oleh karenanya setelah koperasi terbentuk, bersama pengurus akan mengadakan survey pasar ke pabrik kecap, toko penjual makanan dan minuman, sentra penjualan kerajinan tangan.
9
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
4.1.
Kinerja Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Satu Tahun Terakhir. Kinerja Undiksha dalam mensinergikan potensi masyarakat baik dalam
dunia pendidikan maupun bidang-bidang lainnya di bawah koordinasi LPM Undiksha dan Lembaga Penelitian Undiksha cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pusat-pusat layanan yang ada di LPM yang secara intensif melayani kebutuhan stakeholder dan masyarakat terhadap penerapan ipteks, baik itu (1) pusat layanan pendidikan masyarakat, (2) pusat layanan pengembangan SDM/SDA, (3) pusat layanan KKN/KKL, (4) pusat layanan penerapan ipteks, maupun (5) pusat layanan kewirausahaan dan konsultasi bisnis. Pada tahun 2012, LPM Undiksha telah melaksanakan pengabdian sebanyak 51 kegiatan baik pada skim PM-PMP, KKN-PPM, IbW, IbM, IbIKK, Hi-Link, maupun DIPA dengan sumber dana utama dari DP2M Dikti dan DIPA Undiksha serta dana pendamping dari Pemkab. Total dana pelaksanaan untuk kegitan pengabdian tahun 2012 adalah sebesar Rp 2.744.600.000,-. Adapun rincian kegiatan pengabdian masyarakat tahun 2012 pada masing-masing skim dapat diuraikan sebagai berikut. Tabel 2. Rekapitulasi Banyak serta Pembiayaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat LPM Undiksha Tahun 2012 No
Skim Pengabdian
Banyak Kegiatan
Total Dana (Rp)
1
PM-PMP
5
420 juta
2
KKN-PPM
1
65 juta
3
IbW
4
900 juta
4
IbM
12
510 juta
5
IbIKK
4
584,6 juta
6
Hi-Link
1
140 juta
7
DIPA
24
120 juta
51
2.744,6 juta
Jumlah
10
4.2.
Jenis Kepakaran yang Dibutuhkan dalam Pemecahan Masalah Mitra Beserta Pakarnya Masing-Masing Kebutuhan jenis kepakaran serta pakarnya masing-masing diuraikan
sebagai berikut. Tabel 3. Jenis Kepakaran yang Dibutuhkan beserta Pakarnya Masing-Masing N
Jenis
o
Kepakaran
1.
Budidaya lontar
Pakar
Tim pengabdian
Keterangan
Tim pengabdian akan dipersiapkan untuk mahir dalam budidaya lontar dengan mengikuti pelatihan dari petugas penyuluh pertanian yang berkompeten
2.
Pembuatan
I Nyoman
Memiliki keahlian dalam bidang
Minuman
Sukarta, S.Pd.
analisis kimia. Selain menguasai
Probiotik
M.Si.
cara
pembuatan
minuman
Probiotik berbahan nira dan juga memiliki
keahlian
dengan
pengawetan
berkaitan produk
anyaman agar tahan lama. 3.
Desain Anyaman
I Nyoman Rediasa, S.Sn. M.Si.
Ahli dalam membuat desain dan motif anyaman yang diminati pasar.
11
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “IbM Kelompok
Tani Lontar” pada Kelompok Tani Amerta sari Winangun dan Kelompok Tani ternak Kelapa Udhyana Santana menyasar para 22 orang petani yang terdiri dari 12 petani laki-laki dan 10 orang petani perempuan. Petani laki-laki dilibatkan dalam revitalisasi lontar melalui penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam budidaya tanaman lontar serta pemanenan yang efektif sedangkan ibu-ibu dilibatkan dalam diversifikasi produk olahan lontar berupa produksi anyaman Inka dan minuman probiotik berbahan nira. Program telah terlaksana yaitu berupa 1) Pengadaan Bibit lontar siap tanam , 2) Penyuluhan, pelatihan dan Pendampingan Budidaya dan Pemanenan Lontar, 3) Pelatihan produksi kerajinan anyaman lidi lontar (Inka), 4) pemberian bahan dan alat produksi anyaman serta 5) pelatihan pembuatan minuman probiotik berbahan nira. Hasil pelaksanaan masing-masing sub kegiatan dapat dipaparkan sebagai berikut. 5.1.1. Penyuluhan, Pelatihan dan Pendampingan Budidaya Lontar dan Pemanenan Efektif (5 & 6 Juli 2014) Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok mitra yaitu belum dimilikinya pengetahuan tentang pembibitan dan pola efektif penanaman dan pemanenan lontar maka program P2M ini dilaksanakan dalam bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa penyuluhan, pelatihan dan pendampingan budidaya dan pemanenan Lontar. Harapannya kelompok mitra memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup dalam pembibitan, cara
penanaman, pemeliharaan serta pemanenan pohon lontar. Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 5 dan 6 Juli 2014. Pada hari I dilakukan penyuluhan tentang budidaya dan manajemen pertanian lontar oleh tim pengabdian melalui ceramah, simulasi dan pemberian pamflet kepada para petani. Kemudian dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan pembenihan dan pembibitan lontar. Setelahnya petani diharapkan melakukan pembibitan sendiri
sesuai dengan kebutuhan bibit pada lahannya
12
dengan terlebih dahulu memberikan alat dan bahan pembibitan berupa polybag, biji lontar, ember, bambu, centong dan sebagainya serta pamflet berupa panduan pembenihan dan pembibitan tanaman lontar.
Gambar 5.1. Bakal Benih serta Bibit Lontar Siap Tanam Pada hari II, para petani dilatih dan didampingi dalam penanaman dan pemeliharaan lontar. Pada lahan sampel, para petani didampingi dalam melakukan penanaman bibit lontar yang diberikan oleh tim pengabdian. Kegiatan penanaman hanya berupa simulasi mengingat pada bulan Juli ini, di Desa Tianyar sedang menghadapi musim kemarau. Secara jelas pada kegiatan penyuluhan telah dipaparkan kepada mereka terkait penanaman dan pemeliharaan tanaman lontar. Di samping juga kepada para petani telah diberikan pamflet yang berisikan panduan penanaman dan pemeliharaan lontar.
13
Gambar 5.2. Penyerahan Bibit Siap Tanam dan Simulasi Penanaman Lontar
5.1.2. Pelatihan Produksi Kerajinan Anyaman Lidi Lontar (9 & 10 Juli 2014) Sebagian kaum ibu pada kelompok mitra sebenarnya telah memiliki keterampilan membuat anyaman lidi lontar yang dikenal sebagai inka namun anyaman yang dibuat selama ini hanya dibuat untuk kebutuhan sendiri dengan desain yang sederhana. Lidi lontar memang
sangat potensial untuk diolah
menjadi anyaman yang bernilai ekonomi tinggi namun tentunya anyaman dengan sentuhan inovasi dan kreasi pada bentuk dan desainnya. Oleh karenanya kegiatan P2M dilakukan dalam bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa pelatihan produksi anyaman inka dengan desain inovatif yang diminati pasar. Harapannya kaum ibu di kelompok mitra bisa memproduksi anyaman lidi lontar yang berkualitas dengan desain yang menarik dan laku di pasaran.
14
Gambar 5.3. Bahan, Alat dan Contoh Desain untuk Produksi Anyaman Lidi Lontar
Pelatihan dilakukan selama dua hari yaitu pada tanggal 9 dan 10 Juli 2014. Pada hari pertama, kepada para peserta dilatihkan keterampilan dasar menganyam yaitu mulai dari 1)ngerot, menghaluskan lidi dengan cara meraut hingga mudah dianyam, 2) ngetogang, memilah lidi berdasarkan panjangnya dengan cara dipegang ujungnya kemudian dalam posisi tegak dihentakkan ke alas/lantai, 3) Nyaak, membentuk pola bintang pada alas inka dan diikat dengan melingkatkan lidi pada pola bintang yang terbentuk, 3)ngulat, menganyam untuk membentuk pinggiran inka biasanya dengan pola biasa (1-3-2), oval (4-4-4) atau bokor (3-22), 4) ngeret, merapatkan anyaman sehingga teratur dan rapi, 5) ngejitin, membuat bibir pada alas inka.6) ngetep, memotong lidi untuk merapikan inka yang telah terbentuk. Kemampuan awal peserta sangat bervariasi, dan di akhir pelatihan hari pertama 8 dari 10 peserta telah mampu menghasilkan inka perdananya.
15
Pada hari kedua, kepada para peserta diberikan pemantapan keterampilan dasar, kemudian kepada mereka dikenalkan beberapa desain baru yang bisa mereka tiru nantinya. Selanjutnya kepada peserta dipaparkan peluang dan manajemen produksi inka. Tim P2M juga menggali kendala kesulitan yang akan
16
dihadapi kelompok mitra ketika mereka membuat usaha anyaman lidi lontar. Dari pertemuan di hari kedua ini terungkap beberapa permasalahan yang mungkin akan mereka hadapi ketika mereka akan mulai berproduksi nantinya terutama dalam hal pemasaran. Menurut Ni Nyoman Atini, salah satu peserta yang selama ini telah berproduksi anyaman inka, terkait pemasaran bukan menjadi permasalahan, karena pesanan inka yang beliau terima saat ini hampir tak pernah sepi. Beliau sering mensuplai untuk daerah Gianyar dan Klungkung. Beliau juga menyanggupi siap membantu memasarkan produk inka yang akan dihasilkan oleh peserta, tentunya anyaman yang telah disortir sesuai dengan standar mutunya selama ini. Menanggapi hal tersebut, akhirnya diputuskan dibentuk kelompok pengerajin inka yang beranggotakan 10 orang peserta tersebut. Pogram terdekat, untuk mampu menghasilkan anyaman dengan kalitas baik mereka akan lanjut berlatih dengan dikomandani Ni Nyoman Atini. Kelompok yang terbentuk juga menyepakati untuk terus mengadakan pertemuan rutin setiap bulannya yang saat itu disepakati setiap tanggal 25. Kegiatan diakhiri dengan pemberian alat dan bahan produksi anyaman lidi lontar dengan harapan program ini berlanjut sampai pada terbentuknya kelompok pengerajin anyaman lidi lontar.
17
5.1.3. Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik Berbahan Nira Hasil utama pertanian lontar adalah nira. Petani biasanya mengolah nira menjadi gula merah, juruh
(gula cair) atau tuak (sejenis minuman keras).
Pengolahan nira menjadi gula memakan waktu yang lama dengan konsumsi kayu bakar yang tidak sedikit. Pengolahan 10 liter nira paling banyak mampu menghasilkan 1,5 kg gula merah. Oleh karenanya kegiatan P2M dilakukan dalam bentuk transfer iptek yang dilakukan berupa pelatihan minuman probiotik berbahan nira. Harapannya kaum ibu di kelompok mitra bisa menjadi kelompok industri rumah tangga yang mampu memproduksi minuman probiotik berbahan nira. Pelatihan pembuatan minuman probiotik dilakukan pada tanggal 26 juli 2014. Pembuatan Minuman fermentasi nira Lontar ini menggunakan metode yang dikembangkan dari penelitian Natsir dkk, 2006, yaitu volume nira lontar dan susu skim dengan perbandingan 4:1
yang telah dipasteurisasi kemudian
ditambahkan biakan dengan perbandingan campuran nira dan susu skim ditambahkan 2,5% biakan bakteri dalam medium stater, setelah campuran nira lontar dan susu skim didinginkan hingga suhu 40˚C, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 jam hingga menjedal.
18
Nira & susu dicampur 4:1 Pasteurisasi 80oC, 30 menit Pendinginan Inokulasi : tambahkan 2,5% biakan bakteri dalam medium stater Inkubasi 37oC, 18 menit Setelah dipanen kemudian dilakukan pengemasan pada kondisi steril. Adapun dokumentasi kegiatan adalah sebagai berikut.
a) Ketua Tim IbM mengantarkan kegiatan pelatihan kepada kelompok mitra
b) Kelompok mitra antusias menyimak pengarahan Ketua IbM
c) Anggota Tim IbM sekaligus sebagai
d) Narasumber memotivasi para peserta
19
narasumber pelatihan pembuatan minuman probiotik berbahan nira
tentang keunggulan minuman probiotik berbahan nira dan keuntungan ekonomisnya.
e) Persiapan bahan berupa nira, susu, dan stater bakteri.
f)
Proses pencampuran nira dan susu dengan perbandingan 4 : 1
g) Proses pasteurisasi dengan mendidihkan sambil di aduk-aduk secara merata selama 30 menit.
h) Menghentikan pemanasan. Selanjutnya campuran didinginkan hingga mencapai suhu kamar .
20
i)
Proses inokulasi: penambahan 2,5% biakan bakteri ke campuran yang telah dingin.
j)
Campuran yang telah diinokulasi selanjutnya diinkubasi. Sambil menunggu proses, ditampilkan tayangan bagaimana kelanjutan dari proses tersebut. Gambar 5.6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Minuman Probiotik
5.1.4. Pembentukan Koperasi Tani Lontar Ide pembentukan koperasi tani lontar didasari permasalahan yang dihadapi petani dalam pemasaran produk lontar dan kesulitan modal. Pemasaran gula merah dan lontar selama ini dilakukan ke para pengepul dengan harga yang ditentukan oleh pengepul. Tentu saja kondisi ini kurang menguntungkan bagi petani karena seringkali para pengepul mempermainkan harga produk. Oleh karenanya tim pengabdian mengadakan sosialisasi kepada kelompok mitra terkait kemungkinan dibentuknya koperasi yang diharapkan mampu memfasilitasi mereka dalam modal dan pemasaran hasil pertanian maupun produk olahan lontar. Namun ide ini belum dapat terealisasi karena belum terkumpulnya modal awal yang cukup untuk mendukung kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh koperasi yang akan terbentuk serta belum dimiliknya tenaga terampil yang nantinya mampu untuk mengelola koperasi.
21
5.2
. PEMBAHASAN Kegiatan IbM Kelompok Tani Lontar di Desa Tianyar Kecamaatan Kubu
telah berlangsung dengan baik. Hal ini nampak dari telah tercapainya target luaran yang diharapkan dari kegiatan ini. Pertama, para petani telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam pembibitan, cara penanaman, pemeliharaan serta pemanenan pohon lontar. Umpan balik dari petani diperoleh bahwa banyak pengetahuan baru yang telah mereka peroleh terkait pertanian lontar. Mereka juga telah mampu membibit lontar sendiri, serta tahu bagaimana cara menanamnya agar hasil pertanian lontar lebih optimal. Hasil kegiatan ini juga telah mampu menyadarkan petani tentang pola pemanenan (terutama daun) yang keliru yang berdampak pada penurunan produktivitas lontar.
Kendala kegiatan ini muncul pada saat pembibitan dan
penanaman. Hal ini dikarenakan pada saat pelaksanaan, daerah sasaran sedang menhadapi musim kemarau. Benih-benih hasil pemilahan yang telah disemai sedikit yang dapat tumbuh. Tindak lanjut permasalahan ini adalah berbekal pengetahuan dan keterampilan serta alat dan bahan yang telah diberikan kepada para petani, kelak pada musim yang tepat, mereka menerapkan teknik budidaya lontar ini sehingga mampu menghasilkan bibit lontar unggul minimal untuk ditanam pada lahan sendiri. Kedua, telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks terapan dalam mengolah nira menjadi minuman Probiotik (yogurt) serta membuat kerajinan anyaman lidi lontar dengan desain yang inovatif yang diminati pasar. Kaum perempuan dari petani lontar dikumpulkan untuk dilatih dan didampingi dalam membuat anyaman lidi lontar dan minuman probiotik berbahan nira. Kepada mereka juga diberikan alat dan bahan untuk berproduksi. Berkaiatan dengan pembuuatan anyaman lidi lontar, sebenarnya beberapa dari peserta telah memiliki keterampilan dasar menganyam sehingga fokus kegiatan ini lebih diarahkan pada pengenalan desain anyaman baru yang menarik dan diminati pasar. Untuk pembuatan minuman probiotik berbahan nira merupakan pengetahuan baru bagi mereka. Mereka sangat penasaran dengan cara pembuatan dan hasilnya. Karena proses pembuatannya sederhana, para peserta
22
tidak mengalami kesulitan berarti. Dengan demikian telah terjadi transfer ipteks kepada kelompok mitra. Ketiga, telah dilakukan inisiasi pembentukan koperasi tani lontar namun belum sampai terealisasi pada terbentuknya koperasi. Dua kendala utama yang dihadapi yaitu belum terkumpulnya modal awal yang cukup untuk mendukung usaha yang dilaksanakan oleh koperasi serta belum tersedianya tenaga terampil yang nantinya mampu untuk mengelola koperasi. Walaupun demikian, kami optimis ke depan koperasi tani lontar akan terbentuk karena posisinya yang vital dalam mendukung eksistensi pertanian lontar di Kubu, terlebih lagi perhatian pemerintah terhadap perkoperasian di tanah air cukup tinggi. Terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini, ada hal menarik yang kami dapatkan yaitu, kelompok mitra sangat antusias dan respek dengan setiap kegiatan yang diselenggarakan. Mereka sangat kooperatif dalam memfasilitasi setiap kegiatan yang dilakukan. Kehadiran dan partisipasi mereka sangat tinggi. Hal ini menandakan bahwa kelompok mitra menyamput positif kegiatan yang telah dilakukan.
23
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6. 1.
Simpulan Simpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan program “IbM Kelompok
Tani Lontar di Desa Tianyar Kecamatan Kubu” adalah sebagai berikut. 1. Kelompok mitra telah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam budidaya lontar mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta pemanenan yang efektif. 2. Telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan kemampuan ipteks terapan dalam mengolah nira menjadi minuman probiotik 3. Telah terbentuk kelompok industri rumah tangga dengan keterampilan membuat anyaman lidi lontar berupa inka. Kelompok inijuga telah dibekali manajemen usaha dan pemasaran. 4. Kelompok mitra telah memiliki pengetahuan tentang prosedur pendirian koperasi sebagai langkah inisiasi terbentuknya koperasi tani lontar.
6. 2.
Saran Potensi besar yang dimiliki pertanian lontar di Desa Tianyar agar terus
digali dan dioptimalkan sehingga lontar menjadi komoditi unggulan di desa ini yang bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Kepada kelompok mitra diharapkan menindaklanjuti program rintisan ini yaitu program revitalisasi lontar melalui pelatihan dan pendampingan budidaya lontar serta diversifikasi produk olahan lontar sehingga ke depan pohon lontar di Desa Tianyar tetap lestari dan lontar bisa menjadi penyokong perekonomian masyarakat. Bagi pihak terkait, yang dalam hal ini Dinas Pertanian Kecamatan Kubu diharapkan mulai menaruh perhatian besar terhadap eksistensi pertanian lontar mengingat dari waktu ke waktu jumlah pohon lontar terus berkurang baik karena penebangan maupun konversi lahan. Begitu pula Dinas Koperasi dan UKM agar lebih proaktif merangsang kelompok-kelompok usaha untuk membentuk koperasi mengingat keterujian koperasi yang telah mampu mensejahterakan anggotanya.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiharta,
S.
2006.
Menyadap
Nira,
Menenggak
rupiah.
http://www.krpurwodadi.lipi.go.id. Diakses pada tanggal 15 April 2013. 2. Fox, J.J. 1996. Panen Lontar : Perubahan Ekologi dalam Kehidupan Masyarakat Pulau Rote dan Sawu. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta 3. Natsir, W.E. dkk. 2003. Susu fermentasi Lactobacillus casei subsp.casei R.35: Pengaruhnya terhadap kadar kolesterol kelinci, Prosiding. Volume I. Pertemuan Ilmiah Tahunan. 2003. 4. Madya, I W. 2003. Pemberdayaanmasyarakat Miskin Didaerahkering Berbasis Kearifan Lokal Lontar. 5. Nuroniah, H.S dkk. 2010. Lontar sebagai Sumber Energi Bioetanol. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. 6. http://nasional.kompas.com/read/2009/04/19/10223023/ diakses pada tanggal 18 Pebruasi 2013.
25
LAMPIRAN 01 :
BUDIDAYA TANAMAN LONTAR I.
PEMBENIHAN & PEMBIBITAN TANAMAN LONTAR Pengelolaan perbenihan yang baik untuk mendapatkan benih yang bermutu, diawali dengan mempertimbangkan sumber benih dimana benih bermutu dikumpulkan untuk bahan pengembangbiakan dan perbanyakan tanaman. a. Sumber Benih Benih diambil dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai secara fisik (fenotipe) batang pohon besar dengan pelepah daun tegak, rimbun dan memiliki jumlah malai pertandan yang banyak. b. Pengumpulan Buah Buah yang digunakan sebagai bahan pertanaman (benih) harus matang dan sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna ungu kecoklatan. Selain warna, buah tua dicirikan dengan adanya retak pada kulit buahnya. c. Ekstrasi Buah Buah lontar hasil pengumpulan tidak langsung diekstraksi tapi dibiarkan hingga mengering dan membentuk serabut yang lama kelamaan akan melapuk. Proses keringnya buah dan pelapukan membuthkan waktu yang cukup lama yaitu antara 3 -4 bulan atau lebih.
Buah lontar matang untuk benih
Buah lontar yang sudah mulai mengering
d. Perkecambahan Benih disemaikan di bedeng persemaian dengan media campuran pasir dan tanah (1:1) dengan cara membenamkan benih pada kedalaman 10cm. Benih akan berkecambah 45-60 hari setelah tanam. Setelah muncul apokol, kecambah disapih dan dipindahkan ke polybag ukuran diameter 25 cm yang
26
telah diisi ¾ bagiannya dengan tanah yang dicampur dengan pupuk kandang (1:2). Polybag diletakan di atas rak bamboo yang renggang dengan ketinggian > 1 meter dari atas permukaan tanah untuk memberi ruang terhadap pertumbuhan apokol dan akar primer. Kelembaban udara bedeng perlu dijaga tetap tinggi karena pertumbuhan apokol dan perakaran di lapang memerlukan kadar air tanah yang tinggi yaitu sekitar 30,6 -44,5%. Persentase kecambah yang muncul dari benih dengan proses seperti ini yaitu sekitar 27,6% (Taulu & Kaunang, 1992). e. Pembibitan Setelah kecambah tumbuh dalam polybag di bedeng semai, yang ditandai dengan pemunculan akar primer yang panjang (bisa mencapai 1 meter), maka daun payung pertama akan muncul yaitu kurang lebih setelah 9-12 bulan. Setelah tanaman berumur 12 - 16 bulan dalam polybag,maka tanaman siap untuk dipindah ke lapang. Media pembibitan yang digunakan adalah campuran tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1 (v/v).
II.
PENANAMAN & PEMELIHARAAN Bibit dari polybag ditanam dengan jarak 3 x 6 m. Lubang tanam dibuat dengan
ukuran 40 x 40 cm dan kedalaman >1 m, setelah sebelumnya diberi pupuk kandang. Pada umur 4-6 tahun setelah penanaman biasanya tumbuh roset. Pertumbuhan batang sekitar 30 cm per tahun. Apabila lahan untuk pertanaman sudah tersedia dan tanah sudah diolah, maka penanaman lontar dapat langsung dilakukan di lapang tanpa melalui proses pembibitan. Benih yang sudah berkecambah (tumbuh apokol) ditanam langsung ke dalam lubang tanam dengan kedalaman 10-20 cm, kemudian permukaan tanah ditutup dan diberi ajir penanda. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan, karena pertumbuhan awal apokol memerlukan kelembaban tanah yang cukup tinggi (Rh±44%). Tanaman hasil penanaman perlu dipelihara dengan memberi pupuk secara teratur setiap 6 bulan sekali pada tahun pertama. Penyiangan dilakukan untuk mengurangi kompetisi hara dengan tanaman gulma, terutama ketika tanaman lontar masih kecil. Pengendalian terhadap serangan penyakit perlu dilakukan dengan menyemprotkan larutan fungisida untuk menekan serangan jamur. Sedangkan pengendalian terhadap serangan hama terutama kumbang dapat dikurangi dengan menaburkan bubuk nematisida.
27
III.
PEMANENAN
a. Pemanenan daun Pemangkasan pelepah secara berlebihan dapat memperpendek usia prouktif lontar. Pemangkasan pelepah tidak akan mengganggu produksi nira lontar apabila dilakukan secara bertahap. Produksi nira akan tetap baik apabila pada setiap pohon lontar terdapat 40 pelepah daun segar. Pemangkasan pelepah tidak boleh lebih dari 12-14 batang per tahun, atau hanya sekitar1batang pelepah per bulan. b. Penyadapan Nira
Pohon lontar dapat disadap niranya sejak umur 10 tahun. Musim sadap berlangsung dua kali dalam setahun yaitu musim timur (Maret sampai Juni) dan musim fanduk (Agustus sampai November). Dalam memilih pohon yang akan disadap, penyadap memilih pohon jantan yang mayangnya sudah berkembang sepenuhnya, semua tunas-tunasnya yang bercabang sudah tumbuh, dan bungabunga kecil mulai tumbuh satu per satu. Untuk pohon betina, harus dipilih sebelum tumbuh buah pada mayangnya.
28
Lampiran 02:
PEMBUATAN MINUMAN PROBIOTIK BERBAHAN NIRA
Probiotik seperti lactobacillus sp.sangat baik tumbuh pada media yang mengandung gula sederhana dam sedikit unsur nitrogen dan mengandung protein. dan diketahui bahwa media nira aren cocok untuk dijadikan minuman probiotik dengan total Bakteri Probiotik Optimum Tertinggi yaitu pada Nira Aren dimana dihasilkan 45,35 x 10 13 cfu/ml. Pembuatan Minuman fermentasi nira Lontar menggunakan metode yang dikembangkan dari penelitian Natsir dkk, 2006, yaitu volume nira lontar dan susu skim dengan perbandingan 4:1 yang telah dipasteurisasi
kemudian ditambahkan biakan dengan
campuran nira dan susu skim
perbandingan
ditambahkan 2,5% biakan bakteri dalam
medium stater, setelah campuran nira lontar dan susu skim didinginkan hingga suhu 40˚C, kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 18 jam hingga menjedal.
Nira & susu dicampur 4:1 Pasteurisasi 80oC, 30 menit Pendinginan Inokulasi : tambahkan 2,5% biakan bakteri dalam medium stater Inkubasi 37oC, 18 menit Setelah dipanen kemudian dilakukan pengemasan pada kondisi steril. Pengemasan menggunakan botol-botol yang menarik. Alat pasteurisasi dan inkubator yang akan digunakan dirancang sendiri. Prinsip kerja alat pasteurisasi ini adalah mengaduk bahan secara merata disertai dengan pemanasan dengan suhu terkontrol untuk mensterilkan produk dari bakteri penyebab penyakit pada suhu yang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak merusak produk dan produk aman untuk dikonsumsi.
29
Sedangkan inkubator prinsif kerjanya adalah menjamin ruang dengan suhu konstan sesuai kebutuhan. Pada inkubator proses fermentasi akan berlangsung. Semakin tinggi suhu semakin aktif bakteri bekerja dan semakin cepat proses fermentasi. Inkubator dibuat dengan kotak stryrofoam dipasangi lampu 5 watt sesuai kebutuhan.
30
LAMPIRAN 03
CONTOH BEBERAPA PRODUK ANYAMN YANG TELAH DIHASILKAN
31