LAPORAN PENELITIAN
PRILAKU PEMILIH, REFLEKSI PEMILU 2014 DI KABUPATEN DONGGALA
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA
DONGGALA JULI 2015
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini bertujuan memberi gambaran mengenai prilaku pemilih pada pemilihan umum 2014 di Kabupaten Donggala. Pemilu yang dimaksud adalah pemilu calon
legislatif
(caleg)
dan
pemilu
calon
presiden/calon
wakil
presiden
(capres/cawapres). Dengan selesainya penelitian ini, atas nama KPU Donggala
sangat menaruh
perhatian dan penghargaan yang tulus kepada: 1. Masyarakat dan pemerintah setempat
yang ada di Kabupaten Donggala,
terkhusus Kecamatan Banawa; Banawa Selatan; Sindue, dan Tanantovea. Terimakasih atas penerimaan dan pelayanan yang diberikan selama penelitian. 2. Tim ahli, dan utamanya enumerator
yang telah meluangkan waktunya
mengedarkan kuisioner dan meneliti di lokasi yang ditunjuk. Kami berharap semoga hasil peneltian ini dapat memperkaya referensi maupun informasi tentang pandangan masyarakat tentang kepemiluan di Kabupaten Donggala khususnya terkait dengan prilaku pemilih. Diharapkan juga bisa menginspirasi para pengambil kebijakan untuk berupaya semaksimalkan dalam kerja-kerja demokrasi di masa mendatang agar tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu bisa lebih meningkat.
Donggala,
Juli 2015
Ketua KPU Donggala
Moh. Saleh, S.Sos., M.Si.
ii
DAFTAR ISI Ucapan Terima Kasih
i
Daftar Isi
ii
Daftar Tabel
iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian 1.3 Kegunaan Penelitian 1.4 Lingkup Studi
1 5 5 5
BAB 2. KONSEP PENELITIAN 2.1 Pemilihan Umu 2.2 Prilaku Pemilih
7 12
BAB 3. HASIL PENELITIAN 3.1 Diskripsi Wilayah Penelitian 3.2 Diskripsi Responden
22 25
BAB 4. PEMBAHASAN 4.1 Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum 2014 di Kabupaten Donggala 4.2 Tingkat Rasionalitas dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Donggala
31 39
BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran
73 74
DAFTAR PUSTAKA
75
iii
DAFTAR TABEL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Jumlah Pemilih Legislatif 2014 Partai Politik Peserta Pemilu 2014 Nama Calon Presiden/Wakil Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Donggala Jumlah Penduduk di Kabupaten Donggala Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Donggala Distribusi Responden menurut Sebaran Wilayah Distribusi Responden menurut Kelompok Umur Pekerjaan Responden Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Asal Responden Status Responden Agama Responden Partisipasi Responden dalam Pemilu Caleg Pemilih Terdaftar dan Pengguna Hak Pilih Perolehan Sura dan Kursi DPRD Kabupaten Donggala Partisipasi Responden dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Perolehan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pilihan dan Faktor Visi Misi Partai Politik Pilihan dan Faktor Jejak Rekam Caleg Pilihan dan Faktor Sumbangan Caleg ke Masyarakat Pilihan dan Faktor diberi uang/Barang Pilihan dan Kecocokan dengan Ideologi Partai Pilihan dan Seorganisasi dengan Partai Pilihan dan Saran Orang tua/Saudara Pilihan dan Saran Guru/Dosen, Teman dan Tokoh Masyarakat Pilihan dan Caleg Sekampung Pilihan dan Foto, Nomor dan Iklan Caleg Pilihan Responden atas Caleg DPRD Provinsi Pilihan Responden atas Caleg DPRD Pusat Pilihan Responden atas Caleg pada Pemilu 2009 Faktor yang Berpengaruh terhadap Pilihan DPD 2014 Pilihan dan Faktor Visi Misi Kandidat Pilihan dan Faktor Sumbangan Kandidat ke Masyarakat Pilihan dan Faktor Sumbangan ke Warga Pilihan dan Faktor Pengusung Partai Pilihan dan Faktor Lingkungan keluarga Pilihan dan Faktor Lingkungan Luar Pilihan dan Faktor Sekampung Pilihan dan Faktor Nomor, Foto dan Iklan Apakah Pemilu 2014 Penting dan Berguna? Pengetahuan Responden terhadap Waktu dan Tempat Pengetahuan Responden terhadap Calon Pengetahuan Responden terhadap Tata Cara Memilih Intensitas Informasi Media Cetak Intensitas Informasi Media Elektronik
hal 3 11 11 23 24 25 26 26 27 28 28 29 29 32 33 34 36 37 38 39 40 41 41 42 43 44 44 45 45 47 47 48 49 50 52 53 53 54 54 55 56 56 59 59 60 61 61 iv
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
Intensitas Informasi Media Pendukung Sosialisasi KPU melaui Media Cetak Sosialisasi KPU melaui Media Elektronik Sosialisasi KPU melaui Media Pendukung Sosialisasi KPU melaui Pertemuan/penyuluhan Tanggapan terhadap Tekanan/Ancaman Tanggapan terhadap Informasi Waktu Pemilu Tanggapan terhadap Keberadaan Politik Uang Tanggapan terhadap Pengaruh Politik Uang Tanggapan terhadap Kinerja DPRD 2009-2014 Tanggapan terhadap Kinerja KPU
62 62 63 64 64 65 66 67 67 68 69
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pemilu merupakan bagian penting dalam demokrasi. Dalam Pemilu itu
sendiri warga negara melakukan aktivitas politik memilih berupa pemimpin secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Antara pemilih dan yang dipilih merupakan subjek yang menentukan wajah demokrasi. Itulah sebabnya, pemilih merupakan tujuan utama para kontestan untuk dipengaruhi dan diyakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya.
Budiarjo (2009) mendefinisikan prilaku pemilih sebagai kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Perilaku memilih yang ditunjukkan dalam memberikan suara secara langsung dalam pemilu menentukan siapa yang nantinya akan duduk di eksekutif maupun legislatif. Pemberian suara atau voting secara umum dapat diartikan sebagai sebuah proses dimana seorang anggota dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsensus diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil (Gosnell, dkk, 2011). Jumlah pemilih dalam memberikan suara dalam Pemilu secara
kuantitaif
memberikan gambaran tingkat partisipasi. Partisipasi pemilih pada pemilu setelah
reformasi pada faktanya terus mengalami penurunan. Pasca orde baru, pemilu tahun 1999 misalnya, mencatatkan angka partisipasi 92,74 persen. Tahun selanjutnya 2004 tingkat partisipasi warga 84,07 persen. Tahun 2009 menurutn menjadi 79 persen. Pemilu tahun 2014, Pemerintah memasang target partisipasi pemilih sebesar 75 persen. Namun survei yang digelar Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan memetakan partisipasi pemilih pada level 73 persen (kompas.com, 2014). Tingginya angka partisiapsi pada tahun 1999 karena pada waktu itu terjadi perubahan kepemimpinan orde baru menjadi orde reformasi. Warga sangat berharap dengan kepeminpinan yang baru membawa pada perubahan yang lebih baik. Namun pemimpin yang terpilih baik legislatif maupun eksekutif pada tiap jenjang hasil pemilu tersebut dalam perjalanannya juga tidak membawa perubahan sehingga pemilu 2004 dan pemilu pada tahun-tahun selanjutnya angka partisipan menjadi lebih menurun. Menurut Surbakti (1992) perilaku memilih adalah akivitas pemberian suara oleh individu yang berkaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk memilih atau tidak memilih di dalam suatu pemilihan umum. Perilaku memilih juga sarat dengan ideologi antara pemilih dengan partai politik peserta pemilu. Pemilih adalah rakyat yang mempunyai hak untuk memilih, dalam persyaratan umumnya adalah warga telah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah (UU 8/2012 tentang Pemilu pasal 19 ayat 1). Jumlah penduduk Sulawesi Tengah sebanyak 2.785.488 (Sulawesi Tengah dalam Angka, 2014). Dari jumlah
2
tersebut jumlah pemilih di Sulawesi Tengah tahun 2014 sebanyak 1.914.456, rinciannya pada tiap kabupaten/kota sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Pemilih Legislatif 2014 Kabupaten/Kota Jumlah TPS Pemilih 1. Banggai 754 250.419 2. Banggai Kepulauan 397 119.074 3. Buol 299 93.496 4. Donggala 642 192.149 5. Kota Palu 676 243.107 6. Morowali 487 151.730 7. Parigi Mautong 796 296.408 8. Poso 586 145.186 9. Sigi 514 173.055 10. Tojo Una-una 345 97.180 11. Tolitoli 469 152.652 Total 5.965 1.914.456 Sumber: KPU Sulteng, 2014 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persentase pemilih di Kabupaten Donggala relatif di atas rata-rata (10%), sementara penduduk Kabupaten Donggala akhir tahun 2013 berjumlah 287.921 jiwa (Kabupaten Donggala dalam Angka, 2014). Jumlah penduduk suatu wilayah akan menentukan alokasi anggota DPRD Donggala yang akan duduk di kursi dewan. Jumlah kursi DPRD kabupaten/kota (UU 8/2012 tentang Pemilu pasal 26 ayat 2 point c), disebutkan bahwa kabupaten/kota dengan jumlah Penduduk lebih dari 200.000 (dua ratus ribu) sampai dengan 300.000 (tiga ratus ribu) orang memperoleh alokasi 30 (tiga puluh) kursi. Disisi lain kandidat peserta pemilu (caleg) yang memperebutkan kursi 30 tersebut sebanyak 359 caleg atau sekitar 8 persen saja yang akan diterima. Fakta ini membuat caleg juga mempelajari prilaku pemilih dan berusaha melakukan aktivitas agar pemilih menjatuhkan pilihan kepadanya. Perilaku memilih adalah terkait dengan keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu. Kenapa seorang pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat atau peserta pemilu tertentu? Tentu beragam alasan yang dapat dikemukakan oleh
3
setiap pemilih. Dalam suatu pemilihan partisipasi itu bisa saja digerakkan oleh orang lain bedasarkan paksaan atau karena rangsangan materi yang diterima dan bisa jadi berdasarkan kesadaran sendiri. Untuk melihat bagaimana prilaku pemilih dalam pemilu 2014, pendekatan yang digunakan dalam penelitian
untuk menjelaskan prilaku pemilih dalam
pemilihan umum legisatif dan pemilu capres/cawapres
2014. Pertama,
pendekatan sosiologis. Pendekatan sosiologis memandang masyarakat sebagai sesuatu yang bersifat hirarkis terutama berdasarkan status, karena masyarakat secara keseluruhan merupakan kelompok orang yang mempunyai kesadaran status yang kuat. Mereka percaya bahwa masyarakat sudah tertata sedemikian rupa sesuai dengan latar belakang dan karakteristik sosialnya, maka memahami karakteristik sosial tersebut merupakan sesuatu yang penting dalam memahami perilaku politik individu (Gaffar, 1992 : 4-5). Searah dengan itu Seymour M. Lipset (dalam Alwis, 1997) karakteristik sosiologis pemilih dipengaruhi oleh beberapa kategori, yakni : pendapatan, pendidikan, pekerjaan, ras, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, situasi, status dan organisasi. Kedua teori psikologis, teori ini menekankan perilaku memilih seseorang atau sekelompok orang dipengaruhi oleh relasi tiga aspek psikologis antara manusia dengan aspek-aspek pemilu antara lain : 1) Keterkaitan seseorang dengan partai politik, 2) Orientasi seseorang terhadap isue-isue, dan 3) Orientasi seseorang terhadap kandidat. Dengan demikian, partai politik, isu dan kandidat merupakan variabel independen dalam menjelaskan perilaku pemilih dalam suatu pemilu. (Erowati, 2004) . Hal ini berarti bahwa keputusan seseorang untuk ikut memilih atau tidak ditentukan oleh kedekatan dengan partai atau kandidat yang maju dalam pemilihan calon legislatif. Makin dekat seseorang dengan partai atau kandidat tertentu makin besar kemungkinan seseorang terlibat dalam pemilihan. Ketiga, pendekatan rasional. Pendekatan ini menyatakan keputusan untuk memilih atau tidak dilandasi oleh pertimbangan rasional baik yang bersifat materi ataupun ide. Prilaku pemilih yang bersifat materi mempertimbangkan
pada
perhitungan biaya dan manfaat. Yang memerptimbangkan dengan ide lebih
4
mengutamakan apakah calon legislatif dapat dipercaya bisa menyelesaikan masalah atau menciptakan keadaan yang lebih baik. Adalah penting bagi pemerintah dan pemerhati demokrasi untuk secara berkelanjutan mencari akar masalah utamanya dari asepek prilaku pemilih agar demokrasi bangsa ini bisa berjalan lebih baik. Hasil survei terbaru dari Lembaga survei Polling Center menunjukkan, sebanyak 42,8 persen responden mengaku menerima uang yang diberikan kandidat (Kompas.com, 2013). Hal ini memberi gambaran bagaimana wajah demokrasi yang senantiasa mengubah prilaku pemilih dalam sekejap dengan materi.
1.2.
Tujuan Penelitian Tujun Riset secara umum pemilihan umum 2014
adalah memetakan prilaku pemilih pada
(legislatif dan eksekutif) di Kabupaten Donggala
Propinsi Sulawesi Tengah. Secara rinci tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Mendapatkan gambaran tingkat
partisipasi pemilih dalam Pemilihan
Umum 2014 di Kabupaten Donggala; 2) Untuk mengetahui tingat rasionalitas pemilih dalam pemilu 2014 di Kabupaten Donggala.
1.3.
Kegunaan Penelitian 1) Penelitian ini berharap dapat berguna sebagai bahan perumusan kebijakan dalam peningkatan dan memperkuat partisipasi warga daam pemilu; 2) Diharap juga penelitian ini berguna bagi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan manajemen pemilu.
1.4.
Lingkup Studi 1) Bentuk Kegiatan Studi ini melalui beberapa rangkaian kegaitan, yakni: a. Penelitian Data Skunder: dilakukan untuk mendapatkan gambaran baik secara statistik maupun secara teoritis terkait dengan permasalahan studi;
5
b. Penelitian Lapangan: Merupakan studi pendalaman terhadap masalah yang dikaji; 2) Metode Studi a. Sasaran studi Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Dari 16 kecamatan yang ada, dipilih sebanyak 4 kecamatan sebagai sampel penelitian. Jumlah responden sebanyak 65 orang dengan rincian sebagai berikut:
Kecamatan Banawa
20 orang
Kecamatan Banawa Selatan
15 orang
Kecamatan Sindue
15 orang
Kecamatan Tanantovea
15 orang
b. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Kuisioner/Wawancara. Pengambilan data lapangan dilakukan oleh enumerator sebanyak 4 orang. Penggunaan mertode wawancara bertujuan untuk menjaring semua jenis informasi yang dilakukan dengan cara membacakan pertanyaan yang ada dalam kuisioner yang kemudian jawaban dari partisipan diisi dalam kuisioner. b) Studi Dokumen. Teknik ini bertujuan untuk melihat partisipasi dan prilaku pemilih. Dokumen
berasal dari data pemerintah (BPS
Kabupaten Donggala Dalam Angka, laporan KPU Donggala) termasuk hasil penelitian yang berkaitan dengan prilaku pemilih; 3) Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder akan dianalisis secara Kuantitatif. Oleh sebab itu, untuk memperjelas fakta tentang objek yang diteliti, maka digunakan pula alat analisis dengan memberikan gambaran sedetail mungkin tentang fakta yang terjadi di lokasi penelitian, mengargumentasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan
6
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat digambaran dan dijelaskan secara akurat mengenai berbagai hal yang erat hubungannya dengan pokok permasalahan dan objek yang diteliti berdasarkan fakta dan data yang terjaring dari lokasi penelitian (Moleong : 1993 : 248). Seluruh data yang diperoleh dari lokasi penelitian dianalisis dengan menggunakan alat tabulasi dan persentase berasal dari data hasil isian kuisioner.
4) Waktu Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan atau kurang lebih 60 (enam puluh) hari.
7
BAB 2 KONSEP PENELITIAN
2.1. Pemilhan Umum Pemilihan Umum atau yang akrab dengan penyebutan Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU 8/2012 tentang Pemilu pasal 1). Pemilihan umum di Indonesia sampai tahun 2014 telah diadakan sebanyak 11 kali, yakni
tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, 2009
dan 2014. Pelaksanaan Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil (Pasal 2 UU no.8 tahun 2012 tentang Pemilu). Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, Umum berarti pemilihan umum dapat diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara, Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Rahasia berarti suara yang diberikan oleh pemilih bersifat
rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri. Pemilu tahun 1955 merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Pemilihan Umum yang diadakan sebanyak dua kali yaitu pertama pada tanggal 29 September 1955 untuk
8
memilih anggota DPR dan kedua pada tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante. Pemilu pertama itu tidak berlanjut dengan pemilu kedua lima tahun berikutnya, meskipun tahun 1958 Pejabat Presiden Sukarno sudah melantik Panitia Pemilihan Indonesia II. Yang terjadi kemudian adalah berubahnya format politik dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebuah keputusan presiden untuk membubarkan Konstituante dan pernyataan kembali ke UUD 1945 Pemilihan Umum 1971, dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 1971, pertama di jaman Orde Baru dibawah pemerintahan Presiden Kedua Indonesia, (alm) Soeharto. 9 partai politik dan 1 organisasi masyarakat yang berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Pemilu tahun berikutnya yakni tahun: 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997 hanya dikuti 3 peserta yaitu Golongan Karya (GolKar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Pembangunan Persatuan (PPP). Kondisi ini direkayasa oleh Pemerintah
bersama-sama dengan DPR yang berusaha
menyederhanakan jumlah partai dengan membuat UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golkar. Dalam setiap kali digelar pemilu, partai golkar selalu menduduki peringkat pertama perolehan kursi di DPR. Pemilu Tahun 1999. setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri 21 Mei 1998. digantikan oleh Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie. Atas desakan publik, Pemilu dipercepat dan dilaksanakan pada 7 Juni 1999. Pemilu tahun 1999 merupakan pemilu pertama sejak zaman orde baru runtuh dan dimulailah era reformasi di Indonesia yang diikuti oleh 48 partai politik. Setelah
9
tahun 1999, Indonesia kembali melakukan pemilu setiap lima tahun sekali secara langsung. Pemilu 2004 merupakan pemilu pertama kali di Indonesia dimana setiap warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, dapat memilih langsung presiden dan wakilnya selain pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Tingkat I, dan DPRD tingkat II. Selain itu, sejak pemilu 2004, juga dilakukan pemilihan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Di daerah pemimpin daerah (Bupati dan Gubernur) juga dipilih langsung. Pada pemilu tahun 2004 dan 2009, ditetapkan parliamentary threshold sebesar 2.5%, apabila partai politik yang memperoleh suara dengan persentase kurang dari 2,5 % partai tidak berhak memperoleh kursi di DPR. Pemilu 2004, diikuti 24 partai politk dan Pemilu 2009 diikuti oleh 44 partai politik. Tahun 2014, seluruh rakyat Indonesia kembali melakukan pesta demokrasi terbesar yaitu pemilihan umum untuk menentukan anggota DPR, DPRD Tingkat 1, DPRD Tingkat 2, dan DPD, dan memilih presiden dan wakil presiden. Pemilu legislatif dilaksanakan pada tanggal 09 April 2014 dan pemilu presiden/wakil presiden dilaksanakan pada tanggal 09 Juli 2014. Dalam pelaksanaan pemilu legislatif, terdapat 12 partai politik skala nasional dan 3 partai lokal (khusus untuk Provinsi Nangroe Aceh Darrusalam). Berikut ini merupakan nama-nama peserta pemilu 2014.
10
Tabel 2 Partai Politik Peserta Pemilu 2014 No Partai Nama Partai 1 Partai Nasional Demokrat 2 Partai Kebangkitan Bangsa 3 Partai Keadilan Sejahtera 4 PDI Perjuangan 5 Patai Golongan Karya 6 Partai Gerindra 7 Partai Demokrat 8 Partai Amanah Nasional 9 Partai Persatuan Pembangunan 10 Partai Hati Nurani Rakyat 11 Partai Damai Aceh (partai lokal) 12 Partai Nasional Aceh (partai lokal) 13 Partai Aceh (partai lokal) 14 Partai Bulan Bintang 15 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Sumber: http://www.kpu.go.id Pemilu presiden dan wakil presiden 2014 adalah periode ketiga kalinya yang dilaksanakan secara langsung. Partai politik atau koalisi partai politik yang memenangkan 25 persen suara sah atau memperoleh paling sedikit 20 persen kursi DPR dapat mengajukan calon untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Ada 2 kandidat calon presiden yang telah mendeklarasikan diri untuk maju dalam pemilu presiden 2014. Tabel 3 Nama Calon Presiden/Wakil No Nama Calon Presiden/Wakil 1 H. Prabowo Subianto – Ir. H.M. Hatta Rajasa 2 Ir. H. Joko Widodo – Drs. H.M. Jusuf Kalla Sumber: http://kpu.go.id (1 juni 2014) Pasangan Presiden Nomor urut 1 didukung oleh partai, Partai Keadilan Sejahtera,
Partai
Keadilan
dan
Persatuan
Indonesia,
Partai
Persatuan
Pembangunan, Partai Gerindra, Partai Amanah Nasional, Patai Golongan Karya.
11
Sementara pasangan urut 2 didukung oleh Partai Kebangkitan Bangsa, PDI Perjuangan, Partai Hati Nurani Rakyat dan Partai Nasional Demokrat.
2.2 Prilaku Pemilih Pendekatan yang kerap digunakan dalam melihat prilaku pemilih yakni pendekatan sosiologis, psikologis dan rasional. yang dikenal dengan
Pendekatan Sosiologis atau
mazhab Columbia pada intinya
menjelaskan bahwa
karakteristik sosial dan pengelompokan sosial – usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, latar belakang keluarga, kegiatan-kegiatan dalam kelompok formal dan informal dan lainnya – memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan pilihan-pilihan politik (Nursal, 2004). Dengan demikian model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok yang bersifat vertikal. Selain itu pendekatan ini meyakini bahwa masyarakat itu terstruktur oleh norma-norma dasar sosial yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas (status sosial), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Dalam kehidupan sosial manusia berada dalam berbagai lingkaran sosial seperti lingkaran keluarga, lingkungan kerja, lingkungan pertemanan dan lainnya. Lingkungan inilah yang kemudian paling tidak mempengaruhi pemilih dalam mengambil keputusan. Setiap lingkungan tentu saja memiliki normanya sendiri, kepatuhan terhadap norma-norma tersebut dibuat agar kehidupan menjadi harmoni dan terintegrasi.
12
Norma pada setiap lingkungan ini yang kemudia
mengkontrol prilaku
individu dengan cara memberikan tekanan agar sang individu menyesuaikan diri, sebab pada dasarnya setiap orang ingin hidup dengan tentram, tanpa bersitegang dengan lingkungan sosialnya (Roth, 2008). Pendekatan sosiologis menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang berkaitan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, kelas, kedudukan, ideologi dan sejenisnya dianggap mempunyai peranan dalam menentukan perilaku pemilih. Hal ini misalnya oleh
Mujani, dkk (2012),
bahwa faktor agama menjadi hal
yang dipercaya sangat berpengaruh dalam konteks pendekatan sosiologi. Namun demikian menurut Eep Saifullah Fatah (Efriza, 2012), prilaku pemilih yang menjatukan pilihannya karena alasan agama, suku, ataupun keturunan, tergolong pemilih primordial. Pemilih yang termasuk kedalam tipe ini biasanya sangat menganggungkan simbol-simbol yang mereka anggap luhur. Pendekatan Psikologis atau yang dikenal dengan Mazhab Michigan menekankan melihat bahwa penentuan pemilihan masyarakat banyak dipengaruhi oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya yang merupakan akibat dari proses sosialisasi politik. Roth (2012) menjelaskan bahwa pendekatan sosial psikologis
berusaha
untuk
menerangkan
faktor-faktor
apa
saja
yang
mempengaruhi keputusan pemilu jangka pendek atau keputusan yang diambil dalam waktu yang singkat. Hal ini berusaha dijelaskan melalui trias determinan, yakni identifikasi partai, orientasi kandidat dan orientasi isu/utama.
13
Hal senada yang diungkap Mujani, dkk (2012) bahwa seorang warga berpartisipasi dalam Pemilu atau Pilpres bukan saja karena kondisinya lebih baik secara sosial ekonomi, atau karena berada dalam jaringan sosial, akan tetapi karena ia tertarik dengan politik, punya perasaan dekat dengna partai tertentu (identitas partai), punya cukup informasi untuk menentukan pilihan, merasa suaranya berarti, serta percaya bahwa pilihannya dapat ikut memperbaiki keadaan (political efficacy). Beberapa indikator yang biasa dipakai oleh para pemilih untuk menilai seorang kandidat diantaranya kualitas, kompetensi, dan integrasi kandidat. Sikap pemilih yang paling menentukan dan hal itu berawal dari informasi-informasi yang diterima seseorang. Menurut Asfar (dalam Nursal, 2004), sikap tidaklah terjadi secara begitu saja, melainkan melalui proses yang panjang, yang dimulai dari kanak-kanak saat seseorang pertama kali mendapat pengaruh politik dari orang tua atau kerabat dekat. Dengan demmikian, proses sosialisasi yang panjang, akan membuat seseorang untuk membentuk ikatan yang kuat dengan kelompok sosial ataupun organisasi kemasyarakatan. Hal ini yang kemudian akan menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh terhadap pilihan-pilihan politiknya kelak. Menurut Eep Saifullah Fatah (Efriza, 2012),
Pemilih emosional
cenderung
memutuskan pilihan politiknya karena alasan perasaan. Pilihan politik yang didasari rasa iba, selain perasaan kategorisasi pilihan emosional karena alasan romantisme, dan kekaguman. Pendekatan pilihan rasional (rational choice) atau lazim disebut sebagai pendekatan ekonomik. Pusat perhatian pendekatan ini mengenai perilaku pemilih
14
yang rasional terletak pada perhitungan biaya dan manfaat. Pada tingkat ini ada pemilih yang memperhitungkan biaya dan manfaat secara pragmatis. Eep Saifullah Fatah (Efriza, 2012), mengaktegorikan pemilih tipe ini biasanya lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan untung dan rugi. Suara mereka akan diberikan kepada kandidat yang bisa mendatangkan keuntungan sesaat secara pribadi kepada mereka. Biasanya mereka juga tidak begitu peduli dan sama sekali tidak kritis dengan integritas dan visi misi yang dibawa kandidat. Jika pemilih rasional pada perhitungan biaya dan manfaat unsur penilaiannya pada kinerja partai atau kandidat yang menjalankan pemerintahan pada periode lalu legislatif terakhir
orientasi yang menjadi daya tarik pemilih
pada isu dan sikap kandidat. Kategori pemilih jenis ini oleh Eep Saifullah Fatah (Efriza, 2012), disebut sebgai Pemilih Rasional Kalkulatif, pemilih tipe ini adalah pemilih yang memutuskan pilihan pilitiknya berdasarkan perhitungan rasional dan logika. Biasanya pemilih ini berasal dari golongan masyarakat yang terdidik atau relatif tercerahkan dengan informasi yang cukup sebelum menjatuhkan pilihannya. Friedmen dan Hechter mengemukakan dua gagasan lain yang menjadi dasar teori pilihan rasional; pertama, adalah kumpulan mekanisme atau proses yang menggabungkan tindakan aktor individual yang terpisah untuk menghasilkan akibat sosial, yang kedua adalah bertambahnya pengertian tentang pentingnya informasi dalam membuat pilihan rasional George Ritzer & Douglas
2003).
Informasi yang dimiliki oleh individu akan dikaitkan dengan kualitas dan kuantitas dari informasi tersebut dan hal ini nantinya akan mempengaruhi pilihan rasionalnya.
15
Mencari informasi politik itu mahal dan perlu usaha besar. Karena itu pemilih cenderung tidak melakukannya. Ini adalah apa yang disebut oleh Gordon Tullock (Public Choice Theory) sebagai rational ignorance (Abbet & Caplan ; 2005). Pemilih sebenarnya tidak selalu rasional dalam menyalurkan suaranya. Mereka tidak mempunyai pemahaman yang benar terhadap berbagai topik (terutama ekonomi) yang sering diusung oleh kandidat. Usaha untuk menambah pemahaman tentang kandidat memerlukan waktu dan juga pemikiran, bahkan terkadang biaya. Sementara keputusan yang berdasarkan emosi bisa dibilang gratis. Jika demikian, maka
hasil Pemilu tidak
selalu mewakili kepentingan rasional pemilih. Karena manusia ini makhluk rasional, maka ketidakpedulian-nya-pun biasanya dirasionalisasi. Jadi pemilih tidak akan mengakui bahwa mereka tidak tahu banyak tentang kandidat, tapi cenderung mengaku sudah lebih tahu. Bahkan mereka merasa ketidakpedulian itu suatu kebaikan, misalnya pemilih yang golongan putih
menganggap bahwa
politik itu kotor. Dalam konsepsi Umar (Media Indonesia, 2014) disebut sebagai Pemilih skeptis atau pemilih yang tidak memiliki orientasi baik kepada ideologi atau sistem nilai dan program kerja yang ditawarkan. Mereka ialah kelompok masyarakat yang skeptis terhadap pemilu. Di mata mereka, parpol atau capres yang menang pemilu tidak
akan mengubah keadaan. Mereka itu potensial
menjadi golput politis dalam pemilu. 2.3 Partisipasi Pemilu Prilaku pemilih paling tidak memberi gambaran
yang menjelaskan
mengenai spektrum partisipasi politik tersebut. Menurut Huntington dan Nelson
16
(1990), ada dua jenis partisipasi politik yang bergerak pada satu garis spektrum yaitu : 1) Partisipasi Otonom (Otonomous) Partisipasi otonom adalah jenis partisipasi yang diharapkan oleh setiap masyarakat. Pada jenis ini, keterlibatan masyarakat dalam memberikan masukan mengenai ide dan konsep tentang suatu hal pada pemerinah, mendirikan partai politik, menjadi kelompok penekan bagi pemerintah, memberikan haknya pada pemilihan umum, dan sebagainya. 2) Partisipasi Mobilisasi. Partisipasi yang dimobilisasi lebih mengedepankan dukungan masyarakat terhadap pelaksanakan atau program, baik politik, ekonomi, maupun sosial. Artinya, dalam partisipasi yang dimobilisasi manipulasi dan tekanan dari pihak lain sangat signifikan terhadap partisipasi individu atau kelompok. Konsep partisipasi juga terkait dengan konsep demokrasi, sebagaimana dikemukakan
Hadjon ( 1997),
sekitar tahun 1960-an muncul suatu konsep
demokrasi yang disebut demokrasi partisipasi.
Dalam konsep ini rakyat
mempunyai hak untuk ikut memutuskan dalam proses pengambilan keputusan pemerintahan. Konsep demokrasi di dalamnya tercakup asas keterbukaan atau partisipasi merupakan salah satu syarat minimum, sebagaimana dikemukakan oleh Burkens (dalam Hadjon, 1997), bahwa: 1). Pada dasarnya setiap orang mempunyai hak yang sama dalam pemilihan yang bebas dan rahasia; 2). Pada dasarnya setiap orang mempunyai hak untuk dipilih; 3). Setiap orang mempunyai hak-hak politik berupa hak atas kebebasan berpendapat dan berkumpul; 4). Badan
17
perwakilan rakyat mempengaruhi pengambilan keputusan melalui sarana “(mede) beslissing-recht” (hak untuk ikut memutuskan dan atau melalui wewenang pengawas; 5). Asas keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan sifat keputusan yang terbuka; 6). Dihormatinya hak-hak kaum minoritas. Asngari (2001) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena di antara orang-orang itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Partisipasi masyarakat berarti adanya pengakuan akan eksistensi manusia seutuhnya. Tuntutan partisipasi masyarakat semakin menggejala seiring kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Kegagalan pembangunan berperspektif modernisasi yang mengabaikan partisipasi negara miskin (pemerintah dan masyarakat) menjadi momentum yang berharga dalam tuntutan peningkatan partisipasi negara miskin, tentu saja termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Partisipasi menurut Rahman (2002) adalah penentuan sikap dan ketertiban hak setiap individu dalam situasi dan kondisi dalam rangka mengwujudkan kepentingan dan kebutuhan, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama. Dalam ilmu politik partisipasi diartikan sebagai upaya warga masyarakat baik secara individual maupun kelompok, untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembentukan kebijakan publik dalam sebuah Negara (Gaffar, 1990). Setidaknya ada lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik, seperti yang disampaikan Myron Weiner (dalam Gaffar
18
1990), yaitu
a. Modernisasi; komersialisasi pertanian, industrialisasi, uibamsasi yang meningkat, menyebarkan kepandaian baca-tulis, pengembangan media komunikasi masa.
b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial.; ketika terbentuk suatu kelas baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses industrialisasi, masalah yang tentang siapa yang berhak berpartisipasi pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik
c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi masa modem; kaum intelektual seperti sabana, wartawan, dan penulis senng menggelaikan gagasan dan ide kepada masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan akan partisipasi masa yang luas dalam pembuatan keputusan politik Dan sistem transportasi dan komunikasi modem memudahkan dan mempercepat penyebaran ide dan gagasan tersebut
d. Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik: jika timbul kompetisi perebutan kekuasaan, salah satu strategi yang digunakan adalah mencan dukungan rakyat untuk melegitimasi mereka melalui gerakan- gerakan partisipasi rakyat
e. Campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam masalah sosial; ekonomi dan budaya, jika pemenntah terlalu menkooptasi masalahmasalah sosial masyarakat maka lambat laun akan merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi untuk berpartisipasi
19
Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung Secara langsung, partisipasi politik di lakukan melalui kontakkontak langsung dengan pejabat Negara yang ikut dalam penentuan kebijakan Negara Sedangkan secara tidak langsung adalah dengan cara melalui media masa yang ada dengan menulis pendapat atau aspirasi terhadap persoalan yang sedang terjadi di ranah publik. Peran serta atau partisipasi politik masyarakat secara umiun dapat kita kategorikan dalam bentuk-bentuk benkut: Electoral acthity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan Termasuk dalam kategon ini adalah ikut serta dalam membenkan sumbangan untuk kampanye, menjadi sukarelawan dalam kegiatan kampanye atau rally politik sebuah partai, mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau calon pemimpin, membenkan suara dalam pemilihan, mengawasi pembenan dan penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya. Lobbying, yaitu tindak an dan seseorang atau kelompok orang untuk menghubungi pejabat pemenntah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut masalah tertentu. Organizahonal activiiy. yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan secara langsung pejabat pemenntah atau tokoh politik, baik dilakukan secara
20
individu maupun kelompok orang yang kecil jumlahnya Biasanya, dengan bentuk partisipasi seperti im akan mendatangkan manfaat bagi orang yang melakukannya Violence, yaitu dengan cara-cara kekerasan atau mempengaruhi pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan (terhadap barang atau individu.
21
BAB 3 HASIL PENELITIAN
3.1. Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Donggala memiliki luas wilayah sebesar 5,275.69 kilometer persegi dan secara geografis terletak pada batas wilayah administrasi sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tolitoli;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sigi, Kota Palu dan wilayah Mamuju Utara Propinsi Sulawesi Barat;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, dan Kabupaten Sigi;
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Wilyah Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Donggala sampai tahun 2014 memiliki 16 kecamatan. Ibukota
Kabupaten terletak di Kecamatan Banawa, namun kecamatan yang terluas terletak di Kecamatan Rio Pakava (872,16 km2) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 km2. Jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Donggala sebanyak 167 terdiri atas 158 desa dan keurahan 9. Secara rinci jumlah desa/kelurahan pada masing-masing kecamatan sebagai berikut:
22
Tabel 4. Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Donggala No
Kecamatan
Jumlah Kelurahan
Desa
Luas (km²)
1
Rio Pakava
14
-
872,16
2
Pinembani
9
-
402,61
3
Banawa
5
9
99,04
4
Banawa Selatan
19
-
430,67
5
Banawa Tengah
8
-
74,64
6
Labuan
7
-
126,01
7
Tanantovea
10
-
302,64
8
Sindue
13
-
177,19
9
Sindue Tombusabura
6
-
211,55
10
Sindue Tobata
6
-
211,92
11
Sirenja
13
-
286,94
12
Balaesang
13
-
314,23
13
Balaesang Tanjung
8
-
188,85
14
Damsol
13
-
732,76
15
Sojol
9
-
705,41
16
Sojol Utara
5
-
139,07
158
9
5.275,69
Jumlah
Sumber: Kabupaten Donggala Dalam Angka, 2014. Gambaran tabel di atas memberi penjelasan bahwa perbandingan antara jumlah desa dengan luas kecamatan yang terluas adalah kecamatan Sojol (nilai ratarata 78,38 Km2)
sementara luas kecamatan yang terendah adalah Kecamatan
Banawa (nilai rata-rata 7,07 Km2). Hal ini dimungkinkan karena sebagai ibukota kabupaten dan sebagai pusat pemerintahan maka wajar jika kosenterasi penduduk di wilayah ini lebih besar dibanding dengan kecamatan lainnya. Terkosentrasinya penduduk di wilayah ini karena daya dukung baik sarana maupun prasarana publik relatif lebih tersedia dibanding wilayah lainnya.
23
Keadaan Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Donggala mencapai 287 921 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki – laki 147 288 jiwa dan penduduk perempuan 140 633 jiwa (BPS Kabupaten Donggala dalam angka, 2014). Gambarannya sebagai berikut: Tabel 5. Jumlah Penduduk di Kabupaten Donggala Jumlah No Kecamatan Total LK PR 1 RioPakava 12.132 10.956 23.088 2 Pinembani 3.148 3.416 6.564 3 Banawa 16.809 16.154 32.963 4 Banawa Selatan 12.603 11.784 24.387 5 Banawa Tengah 5.365 4.992 10.357 6 Labuan 7.139 6.757 13.896 7 Tanantovea 7.982 7.706 15.688 8 Sindue 9.596 9.398 18.994 9 SindueTombusabora 6.076 5.781 11.857 10 Sindue Tobata 4.721 4.428 9.149 11 Sirenja 10.552 10.210 20.762 12 Balaesang 11.922 11.616 23.538 13 BalaesangTanjung 5.534 5.254 10.788 14 Damsol 15.251 14.553 29.804 15 Sojol 13.504 12.865 26.369 16 Sojol Utara 4.954 4.763 9.717 Jumlah 147.288 140.633 287.921 Sumber: Kabupaten Donggala dalam Angka 2014
% 8,02 2,28 11,45 8,47 3,60 4,83 5,45 6,60 4,12 3,18 7,21 8,18 3,75 10,35 9,16 3,37 100
Atas jumlah penduduk pada tabel di atas tergambar bahwa jumlah penduduk yang terbanyak berada di kecamatan yang merupakan pusat pemerintahan. Dari jumlah penduduk tersebut, untuk penduduk menurut penggolongan umur
sebagai
berikut:
24
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Donggala Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (tahun) 0-4 17.419 16.675 34.094 5-9 19.065 18.024 37.089 10 - 14 16.341 15.514 31.855 15 - 19 12.652 11.990 24.642 20 - 24 10.741 10.498 21.239 25 - 29 11.492 11.923 23.415 30 - 34 11.743 11.437 23.180 35 - 39 11.296 10.923 22.219 40 - 44 9.833 8.896 18.729 45 - 49 7.451 7.078 14.529 50 - 54 6.160 5.680 11.840 55 - 59 4.425 3.694 8.119 60 - 64 3.402 3.113 6.515 65 - 69 2.330 2.107 4.437 70 - 74 1.490 1.485 2.975 75 + 1.450 1.596 3.046 Jumlah 147.290 140.633 287.923 Sumber: Kabupaten Donggala dalam Angka 2014 Gambaran penggolongan umur di atas memberi penjelasan bahwa umur 20 sampai 75 tahun ke atas atau usia pemilih jumlahnya sekitar 160.243 jiwa, jumlah tersebut juga menunjukkan usia pemilih lebih besar dibanding usia yang belum tergolong pemilih. 3.2. Diskripsi Responden Responden yang menjadi sampel penelitian berjumlah 65 jiwa. Keadaan responden yang dilihat dari aspek sebaran wilayah, umur, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin.
25
1) Sebaran Wilayah Kuisioner yang disebar di empat kecamatan, hasilnya tergambar pada tabel berikut ini: Tabel 7 Distribusi Responden menurut Sebaran Wilayah No Kecamatan Jumlah Persentase 1 Banawa 20 31 2 Banawa Selatan 15 23 3 Sindue 15 23 4 Tana ntovea 15 23 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Distribusi rsponden yang terbesar adalah Kecamatan Banawa, hal ini didasari karena pada kecamatan tersebut jumlah penduduknya lebih besar dibanding kecamatan lainnya. 2) Umur responden Keadaan umur responden memberi gambaran seberapa banyak ikut dalam pemilhan umum. Terkait dengan permasalahan penelitian, interval umur responden dibuat sebesar 5 angka yang dimaksudkan agar didapat gambaran mengenai pengalaman responden dalam mengkikuti pemilihan umum. Distribusi responden menurut kelompok umur, sebagai berikut: Tabel 8 Distribusi Responden menurut Kelompok Umur No Kelompok Umur (tahun) Jumlah Persentase 1 17 – 22 7 11 2 23 - 28 18 28 3 29 - 34 16 25 4 35 – 40 9 14 5 41 - 46 6 9 6 47 - 52 5 8 7 53 + 4 6 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015
26
Gmbaran pada tabel di atas bahwa dari aspek pemilih pemula yang menjadi reseponden sebesar 11 persen, yang terbesar dari kategori responden menurut kelompok umur adalah pemilih yang relatif sudah mengikuti pemilu sebanyak 2 kali (23-28 tahun). Gambaran tabel di atas secara umum menunjukkan bahwa responden relatif punya pengalaman yang cukup dalam pemilu. 3) Pekerjaan Responden Jenis
pekerjaan responden bervariasi namun kebanyakan adalah petani.
Gambaran pekerjaan responden sebagai berikut: Tabel 9 Pekerjaan Responden No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Pegawai Honor 6 2 Petani 19 3 Pegawai 7 4 Jasa/Buruh 6 5 Ibu Rumah Tangga 7 6 Belum Kerja 6 7 Pelajar/Mahasiswa 6 8 Nelayan 5 9 Pengusaha 3 Jumlah 65 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase 9 29 11 9 11 9 9 8 5 100
Pekerjaan responden terbanyak adalah pada sektor pertanian – hal ini dimungkinkan karena potensi wilayah menunjang. Selain petani, ibu rumah tangga dan pegawai relatif persentase tertinggi kedua, hal ini memberi harapan bagaimana tingkat partisipasi perempuan dalam politik kedepan memberi gambaran akan semakin tinggi.
27
4) Jenis Kelamin. Disribusi responden menurut jenis kelamin, tergambar pada tabel berikut ini: Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelami Jumlah Persentase 1 Laki-laki 39 60 2 Perempuan 26 40 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Gambaran tabel di atas memberi penjelasan bahwa jumlah responden laki-laki relatif lebih tinggi dibanding perempuan. Tingginya angka laki-laki karena kondisi sosial yang masih menunjukkan kebudayaan memprioritaskan laki-laki di banding perempuan. Pengisian kuisioner berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Fakta lapangan misalnya saat kuisioner diserahkan kepada perempuan, umumnya menolak, penyebabnya karena kesibukan rumah tangga, dan merasa tidak percaya diri. 5) Asal Responden Keberadaan responden mayoritas dari Suku Kaili, gambarannya sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5
Suku Kaili Bugis Manado Mandar Jawa Jumlah Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 11 Asal Responden Jumlah 32 17 3 5 8 65
Persentase 49 26 5 8 12 100
28
Suku kaili dari responden yang ada umumnya berada di ialayah kecamatan Sindue dan Banawa, sementara responden yang adal sukunya dari Bugis umumnya bertempat tinggal di Tanantovea dan Banawa Selatan. 6) Status Responden Status responden dimkasudkan untuk menunjukkan keberadaa responden mengenai status pernikahannya. Gambaran status responden sebagai berikut: Tabel 12 Status Responden No Status Responden Jumlah 1 Belum Menikah 27 2 Menikah 33 3 Janda 5 Jumlah 65 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase 42 51 8 100
Tabel di atas memberi gambaran bahwa lebih dari setengah responden sudah menikah. Ada 27 responden yang mengaku belum menikah, padahal dari aspek umur responden yang belum menikah ini relatif tergolong dewasa. Umur responden yang belum menikah berada pada range 18 – 39 tahun. 7) Agama Agama atau keyakinan yang dianut responden gambarannya sebagai berikut: Tabel 13 Agama Responden No Agama Responden Jumlah 1 Islam 62 2 Kristen 3 Jumlah 65 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase 95 5 100
29
Gambaran pada tabel di atas mayoritas responden beragama Islam. Hal ini sejalan dengan jumlah
penduduk berdasarkan agama di Kabupaten Donggala, yang
memeluk Agama Islam sebesar 88, 39 %, Protestan 7,47 %, Katolik 0,55 %, Hindu 3,55 % dan Budha sebesa 0,004 persen (BPS Kabupaten Donggala dalam angka, 2014).
30
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum 2014 di Kabupaten Donggala; Perkembangan kehidupan bernegara pada era reformasi membawa perubahan terhadap penyelenggaraan pemilu. Para kontestan pemilu tentu saja dengan berbagai cara dilakukan agar pemilih menjadikannya sebagai pemenang. Pemilu yang bertujuan pada pemilihan pemimpin dalam prosesnya mestilah dialalui dengan asas pemilu yang langusng, umum, bebas, jujur, adil dan rahasia. Asas tersebut sangat penting untuk mewujudkan keinginan warga untuk memilih tanpa ada tekanan. Namun dalam realitasnya tidak jarang kita menyaksikan partisipasi politik tersebut digerakkan atau bahkan dipaksa oleh kelompok lain. Partisipasi dalam pemilu yang mengarah pada pengambilan keputusan untuk memilih wakil baik di dewan maupun pemerintahan ini – pasca pemilu warga menerima dampak dari pengambilan keputusan tersebut. Saat kepemimpinan yang dipilih dalam pemilu tidak seusai dengan harapan, maka pada pemilu selanjutnya sebagain warga bersikap apatis. Hal lain teknis kepemiluan juga berkonstibusi terhdap tingkat partisipasi warga. 1) Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Caleg 2014 Interaksi yang intens antara warga/pemilih dengan peserta pemilu, pemerintah, penyelenggara, lembaga pengawas pemilu, dan juga pemantau tenu saja berdampak pada partisipasi warga. Peserta pemilu membutuhkan dukungan pemilih, begitu juga dengan penyelenggara pemilu yang berusaha agar partisipasi masyarakat
31
dalam pemilu meningkat. Dan warga/pemilih berharap agar kesejahteraan dapat terbangun atas pemimpin yang terpilih Gambaran mengenai tingkat partispasi responden terhadap Pemilu Legislatif 2014 di Kabupaten Donggala sebesar 83 persen, secara rinci gambaranya sebagai berikut: Tabel 14 Partisipasi Responden dalam Pemilu Caleg No Partisipasi dalam Pemilu Jumlah Persentase Caleg 1 Tidak 11 17 2 Berpartisipasi 54 83 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Mengapa warga (17 %) tidak ikut berpartisipasi dalam Pemilu Caleg? Bila dikategorikan alasannya ada dua hal, pertama ada pemilih yang tidak berpatisipasi karena alasan administrasi dimana warga tersebut tidak terdaftar alam daftar pemilih tetap. Mennurut penjelasan responden hal ini disebabkan karena ketiadaan KTP, ataupun KTP belum keluar (dalam proses pengajuan) dan kedua terdaftar tapi tidak hadir pada hari pemilihan. Alasan dari responden tidak ke TPS saat pemilu diantaranya karena sementara kuliah, yang lain alasan kerja (melaut, dalam perjalanan kerja), bahkan ada yang karena alasan malas memiih. Secara umum,
tingkat partisipasi dalam pemilu legiaslatif di kabupaten
Donggala sebesar 75,42 persen. Sekaitan dengan tingkat partisipasi pemilu di Kabupaten ini, secara nasional pemerintah memasang target partisipasi pemilih pada Pemilu 2014 sebesar 75 %.
Dengan demikian secara umum tingkat partisipasi
pemilu legisllatif di Kabupaten Donggala
relatif mencapai target nasional.
32
Warga yang terdaftar sebagai pemilih pemilu legislatif sebanyak 197.344. Dari jumlah warga yang terdaftar tersebut hanya 148.838 warga yang menggunakan hak pilihnya
dalam pemilu caleg yang terselenggara pada tanggal 9 April 2014.
Persentase partisipasi pada masing-masing kecamatan sebagai berikut:
No
Tabel 15 Pemilih Terdaftar dan Pengguna Hak Pilih Pemilih Pengguna Partisipasi Kecamatan tedaftar Hak Pilih (%)
Banawa Banawa Tengah Banawa Selatan Rio Pakava Pinembani Tanantovea Labuan Sindue Sindue Tombusabura Sindue Tobata Sirenja Balaesang Balaesang Tanjung Damsol Sojol Sojol Utara Jumlah Sumber: KPU Donggala 2014. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
23.067 7.229 16.669 15.496 4.058 11.483 9.159 14.354 8.563 5.902 14.923 15.670 7.137 20.833 16.247 6.554 197.344
17.169 6.010 12.583 10.529 3.360 8.893 6.972 10.933 5.656 4.585 10.526 11.566 5.625 15.887 13.177 5.367 148.838
74,43 83,14 75,49 67,95 82,80 77,44 76,12 76,17 66,05 77,69 70,54 73,81 78,81 76,26 81,10 81,89 75,42
Pengguna hak pilih yang dimaksud merupakan gabungan dari penguna hak pilih dalam DPT ditambah dengan pengguna hak pilih dari TPS lain; daftar pemilih khusus dan pengguna KTP. Dari pengguna hak pilih yang ada, suara sah tersebut terdistribusi ke 12 partai peserta pemilu sebagai berikut:
33
Tabel 16 Perolehan Sura dan Kursi DPRD Kabupaten Donggala No Partai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 15
Nama Partai
Partai Nasional Demokrat Partai Kebangkitan Bangsa Partai Keadilan Sejahtera PDI Perjuangan Patai Golongan Karya Partai Gerindra Partai Demokrat Partai Amanah Nasional Partai Persatuan Pembangunan Partai Hati Nurani Rakyat Partai Bulan Bintang Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Jumlah Sumber: KPU Donggala, 2014
∑ Suara sah 2.219 4.484 4.774 3.867 5.618 5.033 2.971 1.182 2.449 2.743 825 36.165
∑ Kursi 2 3 4 3 4 4 3 1 2 3 1 30
12 kontestan partai politik yang ikut dalam pemilu legislatif DPRD Kabupaten Donggala, 11 partai diantaranya yang diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk duduk sebagai legislator di Kabupaten Donggala. Adapun nama-nama legislator tersebut sebagai berikut: 1. Takwin; 2. I Wayan Putra Sadiyasa 3. Bahtiar 4. Asgaf, SPd 5. Muhammad Nasir, S.Sos 6. Drs. Hambali 7. Syafruddin K 8. Abd. Rasyid, Amd 9. Abubaka Al-Jufri, SE 34
10. Namrud Mado, S.Sos 11. Mesra Kalalo, SH. 12. Moh. Taufik 13. Zulham M.Nur Lahama, SPd 14. Ir. A. Sofyan Yotolembah, M.Si 15. Moh. Yasin, S.Sos 16. Nurjanah 17. Ikbal A. Kono 18. Isman Mamile 19. Sahlan L. Tandamusu, AP 20. Alex 21. Saiful Mansur Lamboka 22. Maspuang, SH 23. Sofyan, S.T. 24. Asnudin 25. Kaharuddin 26. H.M.Tahir H.Siri, S.E 27. Machmud P. Tahawi 28. Moh. Aswan M. Da‟ali, S.H 29. Asis Rauf 30. Aripudin Hatba Daematandu, S.E Dari ke-30 anggota DPRD Donggala tersebut 2 orang diantaranya berjenis kelamin perempuan. Mengenai latar belakang agamanya Mayoritas beragma Islam 35
(29 orang) dan 1 orang beragama Hindu. Berdasarkan status perkawinannya 3 diantaranya belum kawin. Untuk domisili anggota dewan 1 orang tinggal di Sigi, 3 orang di Palu dan sisanya berasal dari Donggala.
2) Partisipasi Pemilu Capres/Cawapres 2014 di Kabupaten Donggala Partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan wakil presiden, oleh responden rata-rata 80 persen. Secara rinci gambarannya sebagai berikut: Tabel 17 Partisipasi Responden dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden No Partisipasi dalam Pemilu Jumlah Persentase Caleg 1 Tidak berpartsipasi 13 20 2 Berpartisipasi 52 80 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Pemilu Caleg relatif lebih tinggi tingkat partisipasinya dibanding pemilu presien dan Wapres. Dari keseluruhan responden hanya 80 persen saja yang berpartisipasi. 20 persen lainnya tidak berpartisipasi dengan alasan belum terdaftar dalam DPT. Alasan lain yang terdaftar tapi tidak ke tempat pemungutan suara selain karena
kesibukan
kuliah
dan
kerja
ada
responden
yang
menjelaskan
ketidakhadirannya sekalipun terdaftar dalam DPT karena caon presiden dan wapres tidak ada yang disuka. Gambaran mengenai partsipasi warga dalam pemilu capres/cawares umum di kabupaten Donggala relatif lebih rendah jika dibandingkan Pemilu legislatif. Bahkan Pemilu Calon presiden dan Cawapres ini tidak mencapai target nasional Secara ratarata pemilu presiden/wakil presiden di Kabupaten Donggala tingkat partisipasinya
36
hanya sebesar 70,58 %. Gambaran tingkat partisipasi pada masing-masing wilayah kecamatan sebagai berikut: Tabel 18 Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Pemilih Pengguna Tingkat No Kecamatan tedaftar Hak Pilih Partisipasi Rio Pakava 1 15.322 9.927 64,79 2 Damsol 21.095 14.943 70,84 3 Banawa 23.015 16.875 73,32 4 Labuan 9.295 7.020 75,52 5 Sindue 14.373 10.390 72,29 6 Sirenja 14.834 9.929 66,93 7 Balaesang 15.712 10.694 68,06 8 Sojol 16.571 11.374 68,64 Banawa Selatan 9 16.699 11.452 68,58 Tanantovea 10 11.520 8.602 74,67 11 Sindue Tombusabura 4.075 3.644 89,42 12 Pinembani 8.334 5.252 63,02 13 Sindue Tobata 6.136 4.331 70,58 14 Banawa Tengah 7.316 5.501 75,19 15 Sojol Utara 6.642 4.560 68,65 16 Balaesang Tanjung 7.142 5.319 74,47 jumlah 198.081 139.813 70,58 Sumber: KPU Kabupaten Donggala, 2014 Dari 139.813 pengguna hak pilih, suara sah keuda kandidat secara kuantitatif sebanyak 138.750 atuu ada sekitar 1.063 suara yang tidak sah. Dari jumlah surat suara sah tersebut, pemilu capres/cawapres yyang terseenggara tanggal 9 Juli 2014 terdistribusi pada calon presiden yang ikut kontestan sebagai berikut:
37
Tabel 19 Perolehan Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Jokowi & No
Kecamatan
& Hatta
Jusuf Kalla
1 Rio Pakava
3.096
6.738
2 Damsol
5.332
9.500
3 Banawa
8.770
7.968
4 Labuan
3.625
3.340
5 Sindue
6.339
3.985
6 Sirenja
3.594
6.270
7 Balaesang
4.402
6.222
8 Sojol
2.447
8.855
9 Banawa Selatan
4.895
6.430
10 Tanantovea
4.413
4.116
11 Sindue Tombusabura
1.966
1.644
12 Pinembani
2.319
2.904
13 Sindue Tobata
1.468
2.834
14 Banawa Tengah
3.514
1.943
892
3.644
2.057
3.228
jumlah
59.129
79.621
Persentase
42,62
57,38
15 Sojol Utara 16 Balaesang Tanjung
Sumber: KPU Kabupaten Donggala, 2014 Pemilu Presiden dan wakil presiden yang calonnya hanya dua. Calon presiden/Wakil yang dua ini juga berimplikasi saat proses pemilu Indonesia juga kecenerungannya menjadi dua kubu di setiap strata sosial masyarakat, namun kondisi bernagsur-angsur menyatu. Kondisi ini juga menjadi pembelajaran dalam berpolitikan di Indonesia.
38
4.2 Tingkat Rasionalitas dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Donggala 1) Faktor yang mempengaruhi Warga dalam Pemilu Caleg 2014 Responden yang berpartisipasi dalam pemilu caleg DPRD Donggala dari 65 responden hanya 54. Ada beberapa variabel yang disajikan ke responden. Dari variabel tersebut, gambaran yang mempengaruhi responden sebagai berikut: a. Faktor Visi misi dan program partai politik Sebagai seorang caleon legislatif yang akan menempati kursi di DPRD Donggala, tentu saja dari aspek umur minimal 21 tahun dan terdaftar sebagai salah satu anggota partai yang memnuhi syarat. Visi dan misi partai politik banyak disebar atau disosialisasi melalui media baik cetak maupun elektronik. Bagaimana tanggapan responden terhadap variabel ini?, gambarannya sebagai berikut: Tabel 20 Pilihan dan Faktor Visi Misi Partai Politik No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 38 70 2 Berpengaruh 12 22 3 Kurang Berpengaruh 4 Tidak Berpengaruh 1 2 5 Sangat Tidak Berpengaruh 3 6 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Intensitas partai politik dan strateginya ternyata efektif mempengaruhi warga dalam menentukan pilihannya. Visi dan misi partai politik secara intens mewarnai media (cetak maupun elektronik dan media lainnya), iklan layanan, maupun berita yang mengarah agar masyarakat menjatuhkan pilihan pada partai politik pada tahun 2014 boleh dibilang marak dimediakan.
39
b. Faktor jejak rekam Caleg Terkait dengan pemilu caleg DPRD Donggala yang tentu saja calonnya lebih dekat dibanding dengan caleg propinsi ataupun pusat, namun dibanding dengan faktor visi/misi partai politik ternyata faktor jejak rekam relatif kurang berpengaruh. Gambarannya sebagai berikut: Tabel 21 Pilihan dan Faktor Jejak Rekam Caleg No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 5 2 Berpengaruh 12 3 Kurang Berpengaruh 21 4 Tidak Berpengaruh 12 5 Sangat Tidak Berpengaruh 4 Jumlah 54 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase () 9 22 39 22 7 100
Jejak rekam seorang caleg terkait dengan prilaku kandidat. Jejak rekam memberi gambaran mengenai apa saja yang pernah dilakukan buat masyarakat baik langsung ataupun kebijakan saat dia menduduki suatu jabatan publik. Realitas faktor ini kurang mendukung kemungkinannya karena jarak antara caleg dan pemilih baik dari aspek tempat tinggal ataupun wadah komunikasi relatif agak jauh. c. Faktor Sumbangan dari Caleg ke Masyarakat Agar suara pemilih dapat direbut oleh caleg, berbagai cara dilakukan, salah satu caranya adalah dengan memberi sumbangan ke msyarakat seperti bantuan karpet untuk mesjid, peralatan olah raga untuk pemuda dan lainnya. Namun apakah itu mempengaruhi warga dalam menentukan pilihannya? Gambaran pilihan jawaan responden sebagai berikut: 40
Tabel 22 Pilihan dan Faktor Sumbangan Caleg ke Masyarakat No Pilihan Jumlah Persentase () 1 Sangat Mempengaruhi 2 4 2 Berpengaruh 6 11 3 Kurang Berpengaruh 8 15 4 Tidak Berpengaruh 17 31 5 Sangat Tidak Berpengaruh 21 39 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Sekalipun mayoritas responden yang menyatakan sangat/tidak berpengaruh (38), namun masyarkat juga mengakui bahwa sumbangan juga sangat/ berpengaruh terhadap apa yang akan dipilih oleh warga. d. Faktor diberi uang/barang Jika pemberian oleh masyarakat rekatuf kurang berpengaruh terhadap pilihan warga, bagaimana jika pemberian tersebut ke individu? Menurut responden sebagai berikut: Tabel 23 Pilihan dan Faktor diberi uang/Barang No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 0 2 Berpengaruh 5 3 Kurang Berpengaruh 6 4 Tidak Berpengaruh 20 5 Sangat Tidak Berpengaruh 23 Jumlah 54 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase () 9 11 37 43 100
Hampir sama dengan faktor sumbangan ke masyarakat.Gambaran pilihan responden di atas memperlihatkan bahwa faktor uang/barang ke warga sangat/tidak berpengaruh terhadap pilihan warga. Namun dari penjelasan warga, sebagian memang berprinsip ambil saja uangnya – namun sosal pilihan adalah
41
soal hak. Namun responden lain yang memilih tidak berpengaruh karena waktu pemilihan tidak ada yang menawari uang/barang. Namun demikian sebagian menganggap berpengaruh, mereka menganggap menerima pemberian sebagai suatu amanah yang harus dijaga. e. Faktor kecocokan dengan Ideologi Partai Kecocokan dengan ideologi partai dimaksudkan pemiih seide dengan apa saja yang diperjuangkan oleh partai tersebut. Ideolgi partai merupakan salah satu kecirian dari partai tersebut, misalnya Partai Keadilan Sejahtera yang mengidentifikasi partai tersebut sebagai partai Islam, atau Partai Demokrasi Idonesia Perjuangan yang mengidentifikasi sebagai partainya wong cilik. Gambaran faktor kecocokan dengan ideologi partai sebagai berikut Tabel 24 Pilihan dan Kecocokan dengan Ideologi Partai No Pilihan Jumlah Persentase () 1 Sangat Mempengaruhi 3 6 2 Berpengaruh 10 19 3 Kurang Berpengaruh 10 19 4 Tidak Berpengaruh 17 31 5 Sangat Tidak Berpengaruh 14 26 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Tabel di atas memberi gambaran bahwa ideologi partai tidak berpengaruh terhadap pilihan pemilih dalam memeutuskan pilihan. Hanya sebagian kecil pilihan warga dalam menentukan pilihan karena faktor ideologi partai – namun prsentasenya relatif signifikan menaikkan angka bagi kandidat caleg.
42
f. Faktor Seorganisasi dengan Partai Selain kecirian ideoligi, sebuah partai politik ada yang terbentuk dari organisasi
masyarakat,
misalnya
ormas
Muhammdiyah,
tokoh-tokohnya
membentuk Partai Amana Nasional, atau tokoh-tokoh Nahdiyin yang membentuk partai Kebangkitan Bangsa. Gambaran mengenai pengaruh faktor ini sebagai berikut: Tabel 25 Pilihan dan Seorganisasi dengan Partai No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 1 2 Berpengaruh 4 3 Kurang Berpengaruh 10 4 Tidak Berpengaruh 13 5 Sangat Tidak Berpengaruh 26 Jumlah 54 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase () 2 7 19 24 48 100
Relatif kecil pengaruh ini terhadap pilihan warga kepada caleg DPRD Donggala. Umumnya warga tidak berpengaruh, sebab latar belakang organisasi dari responden kemungkinan besar tidak menjadi anggota atau simpatisan dari organisasi yang searah dengan partai. g. Faktor disarankan Orang Tua/Saudara Dalam lingkungan keluarga, bilamana orang tua/ saudara banyak terlibat dengan kegiatan kemasyrakatan paling tidak menjadikan pemilih khususnya pemilih pemula atau anak menjadi ajang intervensi dalam menentukan pilihan. Gambaran mengenai sejaumana responden dipengaruhi dalam lingkungan keluarga ini, gambarannya sebagai berikut:
43
Tabel 26 Pilihan dan Saran Orang tua/Saudara No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 3 2 Berpengaruh 9 3 Kurang Berpengaruh 9 4 Tidak Berpengaruh 12 5 Sangat Tidak Berpengaruh 21 Jumlah 54 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase () 6 17 17 22 39 100
Sekalipun kecil persentasi pengaruh dari lingkungan keluarga ini namun persentase yang ditunjukan relatif signifikan menambah peroleh suara calon legislatif. h. Faktor Saran Guru/Dosen, teman dan Tokoh masyarakat Faktor lainnya adalah lingkungan luar seperti saran guru/dosen, teman dan tokoh masyarakat. Realitas yang ditunjukkan oleh responden oleh faktor ini sebagai berikut: Tabel 27 Pilihan dan Saran Guru/Dosen, Teman dan Tokoh Masyarakat No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 2 Berpengaruh 6 11 3 Kurang Berpengaruh 9 17 4 Tidak Berpengaruh 15 28 5 Sangat Tidak Berpengaruh 24 44 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Faktor lingkungan eksternal kerap adalah bagian yang turut mempengaruhi prilaku pemilih. Secara simbolik misalnya, sorang guru atau dosen menggunakan pin partai tertentu sebagai simbol kesukaannya dengan partai tersebut. Memang tidak ada larangan menggunakan pin, namun jika digunakan saat mengajar paling
44
tidak memberi tanda kepada mhasiswa/siswa juga memilih partai yang disukai oleh guru/dosen. i. Faktor Caleg Sekampung Identifikasi caleg karena faktor bahwa caleg yang dipilih karena latarbelakang caleg asalanya sekampung sebagai berikut: Tabel 28 Pilihan dan Caleg Sekampung No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 11 2 Berpengaruh 9 3 Kurang Berpengaruh 2 4 Tidak Berpengaruh 19 5 Sangat Tidak Berpengaruh 13 Jumlah 54 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 20 17 4 35 24 100
Faktor sekampung atau sedaerah walau persentasenya kecil, namun relatif signifikan mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya pada caleg DPRD Donggala. j. Faktor Foto, Nomor dan Iklan Caleg Faktor yang mempengaruhi prilaku pemilih salah satunya adalah performance kandidat baik karena pajangan foto yang ditunjukkan, nomor peserta maupun dari iklan yang ditayangkan. Sejauhmana pengaruh ini, gambarannya sebagai berikut: Tabel 29 Pilihan dan Foto, Nomor dan Iklan Caleg No 1 2 3 4 5
Pilihan Sangat Mempengaruhi Berpengaruh Kurang Berpengaruh Tidak Berpengaruh Sangat Tidak Berpengaruh Jumlah
Jumlah 5 12 6 18 13 54
Persentase (%) 9 22 11 33 24 100
Sumber : Data Primer, 2015 45
Foto, nomor dan iklan caleg persentasenya relatif tidak berpengarh terhadap pilihan caleg. Namun demikian sekalipun persentasenya kecil relatif dapat menambah suara caleg yang bersangkutan. Itulah sebabnya dalam partai politik, pertarungan untuk mendapatkan nomor yang teratas menjadi dinamika tersendiri dalam parpol – karena selain kesukan pemilih mecontreng nomor yang teratas, secara sistem pilihan warga yang hanya memilih atau mencontreng partai dengan sendirinya suara jatuh pada calaeg yang nomor satu. k. Faktor Lainnya Faktor lain selain yang telah diungkap di atas, faktor lain yang mempengaruhi warga dalam menentukan pilihannya terhadap caleg DPRD Donggala yakni Latar belakang pendidikan caleg. Oleh responden menganggap orang yang berpendidikan tinggi relatif bisa memimpin. Untuk identifikasi caleg dlihat dari titel yang dipasang oleh caleg yang bersangkutan. Faktor lain adalah sepak terjang caleg dalam rutinitas sosial. Caleg DPRD Donggala dibanding dengan caleg lainnya (Propinsi dan Pusat) dalam proses sosial lebih dekat dengan pemilih – inilah yang menjadi dasar pemilih untuk menentukan pilihannya.
2) Faktor yang mempengaruhi Pemilih Pemilu Caleg DPRD, DPR dan DPD Pemilu Caleg tidak saja celeg tingkat kabupaten, namun warga juga memilih caleg DPRD Provinsi, DPR Pusat dan DPD. Terkait dengan pilihan warga caleg DPRD Provinsi apakah sama pilihan
46
Tabel 30 Pilihan Responden atas Caleg DPRD Provinsi No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 sama partai dengan caleg yang dipilih di DPRD Donggala 18 33 2 Tidak sama Partainya 36 67 3 Tidak Tahu 0 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Alasan responden mengapa memilih caleg provinsi sama dengan partai yang dipilih di DPRD Kaupaten sebagian menyakan kebetulan sama. Lainnya hanya memilh caleg dengan partai yang sama muai dari tk 2, 1 dan pusat. Sekalipun demikian ada responden yang memilih karena kesukaan dari caleg. Responden yang memilih tidak sama partai antara calaeg Kabupaten dengan Provinsi beralasan karena caleg provinsi punya hubungan saudara demikian pula dikabupten. Responden lain memilih sesuai dengan pilihan yag disukai. Selain itu alasan lainnya karena melihat figur dari caleg itu sendiri. Pilihan warga terhadap caleg Pusat apakah sama dengan latar belakang partai caleg kabuapten? Gambaran pilihan responden sebagai berikut: Tabel 31 Pilihan Responden atas Caleg DPRD Pusat No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 sama partai dengan caleg yang dipilih di DPRD Donggala 8 15 2 Tidak sama Partainya 41 76 3 Tidak Tahu 5 9 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Kecenderungan memilih partai yang sejenis anatara caleg pusat dan caleg kabupaten relatif tidak sama. Sebagian responden melihat dari figur orang bukan dari 47
partai, yang lainnya beranggapan bahwa dalam memilih caleg provinsi bersarkan potensinya. Mereka berangapan bahwa partai tidak menjamin memilih kandidat. Responden lain memilih caleg berdarkan latar belakang pendidikannya. Namun ada juga sebagain responden yang memilih caleg provinsi karena hubungan saudara. Bagi responden yang memilih celeg provinsi sama latar partainya dengan caleg kabupten beralasan karena hanya memilih caleg yang separtai, Responden lain beralasan karena figur orangnya – hanya kebetulaln saja caleg tersebut partaianya sama. Alasan yang memilih jawaban tidak tahu selain karena sudah lupa, ada juga yang punya alasan tidak milih caleg pusat. Selain itu apakah responde sama pilihan partainya dengan pemilu pada tahun 2009? Jawaban responden beragam, sebagai berikut: Tabel 32 Pilihan Responden atas Caleg pada Pemilu 2009 No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 sama partainya 7 13 2 Tidak sama Partainya 34 63 3 Tidak Tahu/tidak ikut 13 24 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Umumnya responden pilihan calegnya tidak sama dengan partai pada pemilu 2009, hal ini dikarenakan partai yang kemarin kelakuannya banyak yang korupsi, alasan lain menganggap bahwa dalam meihat pemimpin yang baik bukan dari partai. Rsponden lain menganggap partai bukan titik utama dalam perubahan. Yang memilih sama dengan partai sebelumnya karena alasan seideologi. Yang memilih tidak tahu dan tidak ikut beralasan karena memang responden belum
48
mengikuti pemilu 2009, yang lainnya berlasan sudah lupa dan ada yang dalam keadaan sakit waktu pemilu caleg 2009. Selain memilih caleg, pada Pemilu 2014 warga juga memilih anggota DPD wakil Sulawesi Tengah. Faktor yang mempengaruhi warga dalam memilih caleg DPD sebagai berikut: Tabel 33 Faktor yang Berpengaruh terhadap Pilihan DPD 2014 No Faktor Jumlah Persentase (%) 1 Foto Calon 17 31 2 Nomor Calon 14 26 3 Iklan 13 24 4 Lainnya 10 19 Jumlah 54 100 Sumber : Data Primer, 2015 Faktor yang berpengaruh dalam pemilihan anggota DPD oleh responden cenderung memilih karena alasan
foto calon. Selain itu, alasan lain yang
mempengaruhi warga dalam meilih calon disebabkan karena sekampung ada juga yang karena faktor ideologi. Alasan lain memilih anggota DPD, selain karena alasan mengenal calon, ada juga karena alasan sekampung. 3. Faktor yang mempengaruhi Pemilih Pemilu Capres/Cawapres 2014 Hampir sama variabel yang dilihat dalam memotret prilaku pemilih dalam menentukan pilihannya. Variabel tersebut terdiri atas visi/misi, sumbangan, partai pengusung dan lainnya. a. Visi misi presiden dan wapres Visi dan misi capres/cawapres merupakan suatu hal yang dicitakan termasuk langkah untuk pendapaiannya. Gambaran mengenai apakah visi misi mempengaruhi
49
prilaku pemilih dalam menentukan piihanya, sebagai berikut: Tabel 34 Pilihan dan Faktor Visi Misi Kandidat No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 40 77 2 Berpengaruh 9 17 3 Kurang Berpengaruh 1 2 4 Tidak Berpengaruh 2 4 Jumlah 52 100 Sumber : Data Primer, 2015 Jawaban responden atas faktor visi/misi relatif mempengaruhi resonden dalam memilih kandidat. Visi misi capres pada setiap kesempatan baik di mesia cetak maupun elektronik dan pada pertemuan selalu di sosialisasikan ke warga. Sosialisasi mengenai visi misi juga difasilitasi oleh KPU dalam tayangan debat kandidat. Kandidat Prabowo-Hatta, mengusung Visi: “Membangun Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur serta bermartabat”, dengan Misi a) Mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang aman dan stabil, sejahtera, demokratis, dan berdaulat, serta berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia, serta konsisten melaksanakan Pancasila dan UUD 1945; b) Mewujudkan Indonesia yang maju, adil, makmur, berkerakyatan, dan mandiri; c) Mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial, dengan sumber daya manusia yang berakhlak mulia, berbudi luhur, berkualitas tinggi: sehat, cerdas, kreatif, trampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelaksanaan MISI Pasangan Prabowo-Hatta akan dengan sungguh-sungguh dilaksanakan dengan KERJA NYATA sebagai berikut: 1. Membangun Perekonomian Yang Kuat, Berdaulat, Adil dan Makmur; 2. Melaksanakan Ekonomi Kerakyatan; 3. Membangun kembali Kedaulatan Pangan,
50
Energi dan Sumberdaya Alam; 4. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Dengan
Melaksanakan
Reformasi
Pendidikan;
5.
Meningkatkan
Kualitas
Pembangunan Sosial Melalui Program Kesehatan, Sosial, Agama, Budaya dan Olahraga; 6. Mempercepat Pembangunan Infrastruktur; 7. Menjaga Kelestarian Alam dan Lingkungan Hidup; 8. Membangun Pemerintahan Yang Melindungi Rakyat, Bebas Korupsi, dan Efektif Melayani. Pasangan Jokowi-Jusuf Kalla, mengusung Visi Terwujudnya Indonseia yang beraulat, Manidir dan Berkpribadian berlandaskan gotong royong. Sedangkan Misi; 1). Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2). Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan Negara hokum; 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara maritime; 4). Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5). Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 6). Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritime yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 7). Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Untuk menunjukan prioritas dirumuskan sembilan agenda aksi dalam pemerintahan ke depan. Kesembilan agenda prioritas itu disebut NAWA CITA, yakni: 1. Kami akan menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, 2. Kami akan membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. 3. Kami akan membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat 51
daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Kami akan memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya 5. Kami akan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia 6. Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Kami akan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Kami akan melakukan revolusi karakter bangsa, 9. Kami akan memperteguh ke-bhinneka-an dan memperkuat restorasi social Indonesia b. Faktor sumbangan dari Tim sukses Proses meyakinkan warga atas pilihan pemimpin tidak saja dilakukan secara naratif. Bentuk lain dari kampanye kandidat berupa pemberian bantuan yang sifatnya untuk fasilitas umum. Sejauhmana mana pengaruh sumbangan ke masyarakat, gambarannya sebagai erikut: Tabel 35 Pilihan dan Faktor Sumbangan Kandidat ke Masyarakat No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 0 2 Berpengaruh 7 13 3 Kurang Berpengaruh 16 31 4 Tidak Berpengaruh 29 56 Jumlah 52 100 Sumber : Data Primer, 2015 Persentase faktor sumbangan relatif tidak mempengaruhi warga dalam menentukan pilihannya. Bagaimana halnya kalau sumbangan tersebut bersifat individu? Gambarannya sebagai berikut:
52
Tabel 36 Pilihan dan Faktor Sumbangan ke Warga No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 0 2 Berpengaruh 1 2 3 Kurang Berpengaruh 16 31 4 Tidak Berpengaruh 35 67 Jumlah 52 100 Sumber : Data Primer, 2015 Sama dengan sumbangan ke masyarakat, ternyata faktor sumbangan ke warga secara indivdu relatif tidak mempengaruhi warga dalam menentukan pilihannya. c. Faktor partai Pengusung Capres/cawapres Kandidat capres/cawapres pada pemilu 2014 terdiri atas 2 (dua) pasangan. Hal ini yang membuat „Indonesia‟ terbelah. Pengusung pasangan No 1 Parbowo-Hatta diusung oleh 7 partai (Gerindra; Golkar; PAN; PKS; PPP; PBB; dan Demokrat), sedang pasangan urut 2 disusung oleh 5 partai (PDIP; PKB; Nasdem; Hanura dan PKPI). Gambaran terhadap faktor ini sebagai berikut Tabel 37 Pilihan dan Faktor Pengusung Partai No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 2 2 Berpengaruh 7 3 Kurang Berpengaruh 21 4 Tidak Berpengaruh 22 Jumlah 52 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 4 13 40 42 100
Tabel di atas memberi gambaran bahwa faktor partai pengusng relatif tidak mempengaruhi warga dalam menentukan pilihannya. d. Faktor Saran dari Lingkungan Dalam kehidupan warga tidak terlepas dari interkasi khususnya pada tingkat
53
rumah tangga utamanya pada aspek politik. Apakah dalam lingkungan keluarga, utmanya Orang tua dan atau saudara menjadi faktor yang berpengaruh terhdap pilihan politik warga?, gambarannya sebagai berikut: Tabel 38 Pilihan dan Faktor Lingkungan keluarga No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 3 6 2 Berpengaruh 10 19 3 Kurang Berpengaruh 11 21 4 Tidak Berpengaruh 28 54 Jumlah 52 100 Sumber : Data Primer, 2015 Sekalipun secara kuntitif atas jawaan responden umumnya faktor keluarga ini tida atau kurang berpengaruh terhadap pilihan warga, namun sebagain beranggapan saran dari keluarga relatif mempengaharui. Bagaimana jika saran dari lingkungan di luar (yang disarankan oleh Guru/dosen, teman dan atau tokoh masyarakat) gambarannya sebagai berikut: Tabel 39 Pilihan dan Faktor Lingkungan Luar No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 0 2 Berpengaruh 5 3 Kurang Berpengaruh 12 4 Tidak Berpengaruh 35 Jumlah 52 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 10 23 67 100
Berbeda dengan lingkungan luar, kenyatannnya lingkungan keluarga relatif lebih tinggi persentasenya dalam mempengaruhi prilaku pemilih. e. Faktor Sekampung Secara sosiologis, faktor sekampung (kedaerahan) dalam banyak hal relatif
54
mempengaruhi piihan seseirang. Gambaran mengenai faktor ini sebagai berikut: Tabel 40 Pilihan dan Faktor Sekampung No Pilihan Jumlah 1 Sangat Mempengaruhi 0 2 Berpengaruh 3 3 Kurang Berpengaruh 13 4 Tidak Berpengaruh 36 Jumlah 52 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 6 25 69 100
Hanya sebagaian kecil saja dari responden yang menyatakan bahwa karena sekampunglah yang menentukan dalam memilih kandidat capres/cawa[res. f. Faktor Foto, nomor dan atau iklan Tampilan foto, nomor menjadi iklan tersendiri bagi kedua kandidat capres dan cawapres. Pasangan Prabowo-Hatta dicirikan dengan kemeja putih, sementara pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dicirikan dengan jas Hitam. Nomor urut
Calon Presiden
Calon Wakil Presiden
1
Prabowo Subianto
Hatta Rajasa
2
Joko Widodo
Muhammad Jusuf Kalla
55
Apakah kemudian Foto dan Nomor urut ini serta iklan mempengaruhi prilaku pemilih?, gambarannya sebagai berikut: Tabel 41 Pilihan dan Faktor Nomor, Foto dan Iklan No Pilihan Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Mempengaruhi 7 13 2 Berpengaruh 10 21 3 Kurang Berpengaruh 11 21 4 Tidak Berpengaruh 24 46 Jumlah 52 100 Sumber : Data Primer, 2015 Sekalipunpun kecil pengaruhnya, namun signifikan faktor ini menentukan dan mempengaruhi warga dalam menentukan pilihanya. Selain alasan tersebut, alasan lain menurut responden faktor
yang
mempengaruhinya yakni kesukaannya cara memipin; ada juga responden yang merasa kenal dengan kandidat; melalui bantuan media ada responden menganggap kandidat tertentu aktif bekerja pada lingkungan masyarakat. 4. Pengetahuan dan Persepsi Responden terhadap Pemilu 2014 Pengetahuan dan persepsi responden terhadap penyelenggaran pemilu paling tidak cuku signifikan dalam meliat piilaku pemilih itu sendir. Apakah pemilu enting dan berguna bagi warga? Jawaban atas pertanyaan tersebut sebagai berikut:
Tabel 42 Apakah Pemilu 2014 Penting dan Berguna? No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Ya 60 92 2 Tidak 5 8 Jumlah 52 100 Sumber : Data Primer, 2015
56
Ternyata 8 persen dari respoden menganggap pemilu 2014 tidak penting. Alasan mengapa pemilu itu tidak penting menueurt responden karena mereka menganggap Terlalu banyak topeng yang digunakan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya yang selalu mengumbar janji. Responden lainnya menyetakan bahwa pemilu hanya dirasakan enak bagi yang mendapatkan suara saya dalam bahasa lain karena hanya memanfaatkan suara masyarakat, lalu lupa janji-janjinya. Alasan responden yang menyatakan pemilu itu penting karena pemilu baginya adalah hak warga dalam menentukan pemimpin agar terjadi perubahan yang lebih baik (lihat box 1).
Box1: Alasan Pemilu itu Penting dan Berguna Dengan adanya pemilu hak suara rakyat tidak mati supaya hak suara tidak rugi karena menentukan nasib bangsa keinginan agar negara menjadi lebih baik dengan mendukung dan memilih pemimpin yang baik untuk menentukan pemimpin bangsa yang lahir dari pilihan rakyat karena tanpa adanya pemilu, tidak ada pemimpin rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat pemilu sebagai wadah penyampaian hak pilih yang sepenuhnya dari nuranirakyat karena pemilu merupakan hak dari setiap warga negara untuk menentukan pilihannya sebagai warga negara yang baik kita harus menggunakan hak pilih kita sebagai warga negara yang baik kita harus menggunakan hak pilih kita untuk mendapatkan pemimpin yang baik dan kreatif dari suara rakyat ingin menjadi warga negara yang baik untuk menunjuk seorang pemimpin dan membawa negara menjadi lebih baik karena mereka yang nantinya memimpin kehidupan masyarakat yang lebih baik nantinya karena jadi penentu kedepannya untuk kita juga karena suara kita juga merupakan penentu memilih sesuai keinginan untuk perubahan dalam masyarakat penentu kehidupan kita selanjutnya karena mereka menentukan kehidupan kita kedepannya memilih sesuai keinginan untuk perubahan dalam masyarakat memilih sesuai keinginan untuk perubahan dalam masyarakat
57
suara saya penentu pemimpi saya ingin dengan suara saya, bisa menghasilkan pemimpin yang baik karena kelak suara kita akan mempengaruhi kehidupan kita karena mereka sebagai penentu masyarakat selanjutnya dengan lebih baik lagi jika tidak memilih pemimpin siapa yang dapat memimpin jutaan masyarakat indonesia karena suara kita mempengaruhi kehidupan atau kelangsungan bangsa ini kedepannya karena kelak akan jadi penentu bagi kelangsungan bangsa dan kedepannya juga untuk kita untuk menentukan pemimpin kedepannya yang betul-betul memperhatikan masyrakat karena dengan adanya pemilu bisa melahirkan pemimpin yang kreatif agar bisa melihat calon pemimpin dan lebih mudah memilih untuk meliha suara rakyat yang memilih pemmpin karena suara rakyat itu sangat penting karena saya ingin menjadi warga negara yang baik agar bisa menggunakan hak suara saya karena suara kami menentukan nasib bangsa karena sumbangan suara saya itu sangat berpengaruh suara satu orang bisa menciptakan pemimpin saya bangga menyumbagkan suara saya saya ingin perubahan karena saya mengharapkan pemimpin yang baik saya ingin suara saya bisa menjadi penentu pemimpin untuk meliha suara rakyat yang memilih pemmpin karena suara rakyat itu sangat penting karena saya ingin menjadi warga negara yang baik agar bisa menggunakan hak suara saya keinginan agar negara menjadi lebih baik dengan mendukung dan memilih pemimpin yang baik untuk menentukan pemimpin bangsa yang lahir dari pilihan rakyat karena tanpa adanya pemilu, tidak ada pemimpin rakyat yang dipilih langsung oleh rakyat pemilu sebagai wadah penyampaian hak pilih yang sepenuhnya dari nuranirakyat karena mereka sebagai penentu masyarakat selanjutnya dengan lebih baik lagi jika tidak memilih pemimpin siapa yang dapat memimpin jutaan masyarakat indonesia karena suara kita mempengaruhi kehidupan atau kelangsungan bangsa ini kedepannya
58
5. Informasi Pemilu 2014 Inforasi mengenai pemilu dirasa sangat penting karena dengan bertambahnya atau diketahuinya informasi ini maka partisipasi pemilih relatif akan meningkat. Terkiat dengan informasi kepemiluan, apakah responden mengetahuai waktu dan tempat pelaksanaan pemilu 2014 (baik pemilu caleg maupun pemilu capres/cawapres). Gambarannya sebagai berikut: Tabel 43 Pengetahuan Responden terhadap Waktu dan Tempat No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tahu 32 48 2 Mengetaui 23 35 3 Kurang tahu 10 15 4 Tidak Tahu 1 2 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Informasi mengenai waktu pemilu dan tempat (TPS) relatif diet oleh pemilih. Pemilu Caleg sendiri terselenggara 09 April 2014 sementara pemilu capres/cawapres tanggal 09 Juli 2014. Calon-Calon yang akan dipilih baik pemilu caleg atauapun pemilu capres dan cawapres, gambarannya sebagai berikut: Tabel 44 Pengetahuan Responden terhadap Calon No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tahu 24 37 2 Mengetaui 30 46 3 Kurang tahu 11 17 4 Tidak Tahu 0 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Gambaran jawaban responden relatif mengenal caleg/kandidiat yang akan dipilihnya. Hal ini tidak terlepas strategi dari calon yang akan dipilih sebelum hari
59
pemilihan, umumnya mengiklankan dirinya
sendiri baik melalaui media cetak
maupun media elektronik atau melalui pemasangan spanduk. Cara lainnya adalah membagikan kartu nama atau stiker seruan agar pemilih bisa tergerak memilihnya. Tata cara menggunakan hak pilih menentukan kesahian suara warga. Dari data KPU Donggala dalam Pemilu Capres/cawapres sekitar 0,76 % yang oleh penyelenggara pemilu dianggap tidak sah. Sekalipun suara tidak sah ini kemungkinannya juga dissebkan disengaja oleh pemlih namun ada juga karena ketidaktahuan warga dalam hal tata cara dalam memilih. Gambaran mengenai pengetahuan responden mengenai tata cara menggunakan hak pilih sebgai berikut: Tabel 45 Pengetahuan Responden terhadap Tata Cara Memilih No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Sangat Tahu 30 46 2 Mengetaui 25 38 3 Kurang tahu 8 12 4 Tidak Tahu 2 3 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Jawaban res[onden sekalipun sedikit, namun pengetahuan terhaap tata cara menggunakan hak pilih relatif mempengauhi partisipasi warga dalam pemilu. Tata cara yang dimaksud adalah ketika warga tidak terdaftar dalam DPT, cara memilih (contreng atau coblos), membuka dan meipat kertas, dan lainnya. Intensias mengenai informasi pemilu di Media baik dilakukan pemerintah, KPU, maupun peserta pemilu sangat intens dilakukan baik melalui media cetak, elektroni maupun media pendukung lainnya. Gambaran mengenai intensitas informasi kepemiluan melalui media ceta (surat kabar, majalah), sebagai berikut:
60
Tabel 46 Intensitas Informasi Media Cetak No Jawaban Jumlah 1 Sangat intens 13 2 Intens 10 3 Kurang intens 29 4 Tidak intens 13 Jumlah 65 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 20 15 45 20 100
Tabel di aas memberi gambaran bahwa intensitas informasi di media cetak rlatif kurnang intens. Memasang iklan di media cetak tentu saja tidak gratis, sekalipun iklan layanan masyarakat. Informasi mengenai caleg/kandidat di media cetak umumna dilakukan oleh yang punya uang lebih. Bagaimana halnya dengan media
elektronik (TV, radio, internet),
gambarannya sebagai berikut: Tabel 47 Intensitas Informasi Media Elektronik No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Sangat intens 20 31 2 Intens 24 37 3 Kurang intens 19 29 4 Tidak intens 2 3 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Relatif jawaban responden intens mengikuti informasi melalui media elktronik. Terkait denganpemilu capres/cawapres, kita menyaksikan bagaimana keperihakan media terlihat. TV One misalnya pro pada capres/cawapres nomor urut 1, sementara Metro TV pro pada pasangan nomor 2. Media pendukung (Stiker/poster, brosur, kalender, spanduk, banner, baliho) lainnya, gambaran intensitasnya sebagai berikut:
61
Tabel 48 Intensitas Informasi Media Pendukung No Jumlah Persentase (%) Jawaban 1 Sangat intens 28 43 2 Intens 31 48 3 Kurang intens 6 9 4 Tidak intens 0 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Informasi melalui media pendukung lainnya relatif intens dilakukan oleh celg/kandididat. Pengamatan lapangan juga menunjukkan di rumah warga tidak hanya satu tertempel stiker atupaun kalender. Di rumah-rumah warga ada yang terdapat sampai 3 caleg kalender yang terpasang diruang tamunya. 6. Sosialisasi Pemilu dari KPU Selain peserta pemilu, KPU juga melakukan serangkaian sosialisasi pemilu ke warga dengan tujuan agar tingkat partisipasi warga dalam pemilu bisa meningkat jumlahnya. Selain itu sosialisasi diarhakan agar pemilih dalam menentukan pilihannya seapat mungkin bisa bersifat rasional. Sosialisasi KPU melalui media cetak (surat kabar, majalah, selebaran) sebagai berikut: Tabel 49 Sosialisasi KPU melaui Media Cetak No Jawaban Jumlah 1 Sangat intens 6 2 Intens 3 3 Kurang intens 35 4 Tidak intens 21 Jumlah 65 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 9 5 54 32 100
Pernyataan responden dari tabel diatas memberi gambaran bahwa sosialisasi
62
KPU melalui media cetak relatif kurang intens dilakukan. Salah satu responden menyatakan bahwa seingat dia pernah membaca koran mengenai waktu pelaksaan pemliu caleg dan ada logo KPU. KPU Donggala sendiri dalam mensosilisaikan terkait pemilu dengan cara menundang media cetak dan atau membuat press release sehingga terberitakan. Media cetak yang biasa digunakan adalah media lokal seperti; Media Alkhairat; Nuansa Pos dan Palu Ekspress. Terkait sosilissasi KPU mengenai pemilu di media elktonik, intenitasnya menurut responden sebagai berikut: Tabel 50 Sosialisasi KPU melaui Media Elektronik No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Sangat intens 13 20 2 Intens 21 32 3 Kurang intens 22 34 4 Tidak intens 9 14 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Berbeda dengan media cetak, menurut responden intensitas melalui media elektonik lebih intens. Iklan layanan masyarakat mengenai penyelenggaran Pemilu yang biasa digunakan adalah Radio Republik Indoensia atau radio lokal yang ada di Gonggala yakni Radio Suara Donggal. Untuk sosialisasi pemlu capres/cawapres, secara nasional KPU yang relatif intens dan disenangi masyarakat swngan progran televisi acara debat kandidat capres/cawapres. Media lainnya seperti Stiker, poster, brosur, spanduk, banner, baliho, intensitasnya menurut responden sebagai berikut:
63
Tabel 51 Sosialisasi KPU melaui Media Pendukung No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Sangat intens 21 32 2 Intens 25 38 3 Kurang intens 11 17 4 Tidak intens 8 12 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Hampir sama dengan media elktronik, media pengukung khususnya spanduk kerap dikenali masyarakat akan pesannya. Pesan baik menge waktu penyelenggaraan pemilu maupun hak pemilih dalam pemilu terpajnag di tempat umu dan keramian. Selain sosialisasi melalui media, KPU juga melakukan Sosialisasi melalui pertemuan/penyuluhan. Dalam program kerja KPU Donggala sendiri, untuk tujuan sosialisasi mengenai pemilu membentuk relawan demokrasi. Relawan Demokrasi diagi atas lima segemen yakni 1) segmen pemilih pemula; 2) segmwn pemilih keagamaan; 3) segmen pemilih disabilitas; 4) segmen pemilih perempuan dan 5) segmen pemilih marginal. Dalam prgoram kerjanya relawan demokrasi intens melakukan sosialisasi pada kelompok segmen yang bersangkutan mengenai persoalan teknis kepemiluan. Gambaran mengenai intensitas sosialisasi dalam bentuk penyuluhan/ pertemuan warga sebgai berikut: Tabel 52 Sosialisasi KPU melaui Pertemuan/penyuluhan No 1 2 3 4
Jawaban Sangat intens Intens Kurang intens Tidak intens Jumlah
Jumlah 5 4 17 39 65
Persentase (%) 8 6 26 60 100
Sumber : Data Primer, 2015 64
Responen umumnya beranggapan bahwa sosialisasi dalam bentuk penyuluhan ataupun pertemuan relatif kurang intens dilakukan oleh KPU. Sosialisasi dalam bentuk relawan demokrasi yang dibentuk KPU pada tiap segmennya hanya terdiri dari 5 orang – itupun ditujukan pada kelompom masyarakat yang dianggap sangat membutuhkan informasi mengenai kepemiluan. a.
Tanggapan/pengamatan anda terhadap pelaksanaan Pemilu Tanggapan responden mengenai pelaksanaan pemilu dalam aspek
mengakses saat ke TPS hanya 92 persen atau 60 responden engatakan mudah diakses dan dekat dengan tempat tinggalnya. Saat di TPS apakah pelaksnaan pemilu apakah adawarga yang mendapat tekanan atau ancaman? Gambarannya sebagai berikut. Tabel 53 Tanggapan terhadap Tekanan/Ancaman No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Tidak ada tekanan 56 86 2 Ada tekanan/ancaman 6 9 3 Tidak tahu 3 5 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Saat hari pelaksanaan pemilu umumnya responden menyatakan relatif tidak ada tekanan atau ancaman, namun demikian sekalipun kecil persentasenya ada wara yang menyatakan tertekan/terancam saat pemilu. Kondisi ini terjadi misalnya adanya suara besar dari warga yang mendukung calon tertentu agar warga memilihnya cara mengatakan secara simbolik atau dengan tatapan mata. Informasi hari pelaksanaan pemilu baik pemilu caleg maupun pemilu capres/cawapres tidak saja diingitkan melalui media cetak dan elektronik. Panitia 65
pemmilu pada tingkat desa juga mengingatkan warga melalui pembesar suara dengan memanfaatkan pembesar suara dari rrumah ibadah. Gambarannya sebagai berikut: Tabel 54 Tanggapan terhadap Informasi Waktu Pemilu No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Diinformasikan 35 54 2 Tidak 27 43 3 Tidak tahu 3 5 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Lebih dari setengah res[onde mengatakan bahwa ada informasi yang ia terima sbelum pelkasanaan eaktu pemilu. Menurut responden tidak hanya sekali panitia mengingatkan. Waktu mengingatkan malam dan pagi hari. Saat warga mendatangi tempat pemungutan suara (TPS), apakah petugas pemilu menginformasikan tata cara atau prosedur memilih? Responden yang menjawab itu dilakukan sebanyak 89 persen, lainnya 3 % mengatakan tidak, sisanya 8 persen mengatakan tidak tahu. Setelah melakukan pemilihan, waktu perhitungan suara panitia juga relatif terbuka, sebanyak 91 % mengatakan itu dan 9 % mengatakan tidak tahu. Tanggapan lain terhadap pelaksana pemilu menurut responden, sebaiknya panitia dari setiap jenjang lebih ramah lagii dalam pelayanan. b. Tanggapan atas Politk Uang Dalam pelaksanaan pemilu, berbagai cara dilakukan caleg/kandidat agar terpilih. Melalui tim suksesnya cara praktis yang dilakukan adalah „membujuk‟ warga dengan pemberian materi atau politk uang. Gambaran mengenai hal ini oleh responden sebagai berikut: 66
Tabel 55 Tanggapan terhadap Keberadaan Politik Uang No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Ada Politk Uang 11 17 2 Tidak ada 26 40 3 Tidak tahu 28 43 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Sekalipun kecil persentasenya, paling tidak menggambarkan bahwa dalam Pemilu 2014 caleg/kandidat oleh tim suksesnya masih menggunakan politik uang agar terpilih. Dalam penjelasan oleh responden dinyatakan bahwa kandidat menggunakan uang saat terakhir menuju TPS (serangan fajar), bahkan ada responden yang menyaksikan politik uang dilakukan di TPS. Jawaban responden yang mengatakan tidak ada dan tidak tahu karena menganggap pemilihan di daerahnya pengamanannya saat pemilu sangat ketat, alasan lainnya selain tidak pernah terjadi dalam pribadi warga juga tidak pernah lihat, lainnya hanya pernah dengar saja dari tetangganya. Namun jika warga sendiri diberi ang apakah akan mempengaruhi pilihannya dalam pemilu? Jawaban atas ertanyaan ini oleh responden sebagai berikut Tabel 56 Tanggapan terhadap Pengaruh Politik Uang No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Terpengaruh 2 3 2 Tidak 58 89 3 Tidak tahu 5 8 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Pemilih relatif tidak terpengaruh sekalipun caleg/kandidat memberi uang dalam pelaksanaan pemilu. Bahkan dalam realitasnya menurut salah satu responden
67
mendapat dari dua caleg berbeda partai. Terima duitnya dan yang dicontrng sesuai kata hati relatif menjadi pegangan pemilih. Namun implikasi dari sikap ini berdampak pada caleg yang tidak ada suara sekalipun sudah mengeluarkan banyak uang menjadi marah. Diberbaai tempat sumbangan ditarik kembali atau caleg melampiaskan kemarahan dengan merusak bangunan pemerintah. c.
Tanggapan atas Kinerja DPRD Hasil pemilu caleg tentu saja membawa caleg-calaeg yang mendapat suara
terbanyak duduk mewakli rakyat sebagai anggota dewan di DPRD Dongggala. Apakah kepemimpinan Dewan terebut kinerjanya sesuai dengan harapan masyarakat? Tanggapan warga mengenai Kinerja DPRD Donggala 2009-2014 sebagai berikut: Tabel 57 Tanggapan terhadap Kinerja DPRD 2009-2014 No Jawaban Jumlah Persentase (%) 1 Baik 13 20 2 Cukup 14 22 3 Tidak Baik 38 58 Jumlah 65 100 Sumber : Data Primer, 2015 Lebih separuh dari responden yang mengatakan bahwa kinerja anggota DPRD periode 2009-2014 tidak baik, beberapa alasan dari responden terhadap buruknya kinerja anggota dewan adalah bahwa anggota dewan tidak pernah lagi ke kampung seperti dulu, ada juga yang berasalan bahwa anggota dewan tidak membawa perubahan/kemajuan. Umunya Dewan hanya sibuk dengan pengusaha. Selain itu menurut responden dewan tidak tuntas mengawwal masalah konflik tata batas desa. d.
Tanggapan atas Kinerja KPU Donggala Terhadap penyelenggaraan pmilu 2014, KPU Donggala telah melakukan 68
sesuai tahapan yang diamanatkan Undang-undang. Kinerja anggota KPU Donggala atas kerj-kerja tersebut oleh responden sebagai berikut: Tabel 58 Tanggapan terhadap Kinerja KPU No Jawaban Jumlah 1 Baik 35 2 Cukup 28 3 Tidak Baik 2 Jumlah 65 Sumber : Data Primer, 2015
Persentase (%) 54 43 3 100
Relatif knerja kPU Donggala atas penyelengaaran Pemilu 2014 oleh sebagian responden dikatakan sudah baik. Sekalipun persentasenya kecil ada juaga responden yang mengatakan knerja KPU buruk. Atas kinerja tersebut warga menyarankan (ihat box) agar KPU memperbaiki kinerjanya dengan pendataan warga diperbaiki dan memperbanyak sosialisasi agar atisipasi dalam pemilu lebih banyak lagi. Selain itu saran buat pemerintah yakni lebih membantu KPU dalam pendataan warga yang berhak memilih dan memperketat pengawwasan pelaksanaan pemilu (lihat box)
Box 2: Saran Buat KPU agar pendataan calon pemilih lebih ditingkatkan supaya tidak ada lagi masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih lebih memperbanyak sosialisasi pemilu sampai kepelosok daerah yang terpencil hilangkan politik uang sebaiknya KPU donggala lebih sering melakukan sosialisasi dengan masyarakat demi melaksanakan pemilu yang lebih baik, jujur, dan mengurangi masyarakat yang golput, akibat kurangnya sosialisasi tentang pemilu. agar bekerja lebih baik kinerja KPU lebih ditingkatkan disegala aspek juga bukan hanya pemilu yang bebas dengan politik uang tapi KPU juga harus bebas dengan politik uang. 69
lebih mensosialisasikan lagi pemilu agar semua masyarakat dapat ikut serta memilih tingkatkan kinerja dan sosialisasi pemilu melalui media cetak dan elektronik rekruitment anggota KPU lebih terbuka Perekrutmen anggota KPU harus terbuka, Sosialisasi harus sering dilakukan, pendataan calon pemilih harus ditingkatkan supaya masyarakat semua bisa ikut memilih pendataan harus dimaksimalkan, terutama kebijakan bagi yang tidak ada KTP untuk bisa dicarikan alternatif lain untuk menggunakan hak pilihnya. untuk lebih memperketat pengawasan terutama di TPS harus lebih ketat dan jeli melihat permasalahan pemilu sepertipolitik uang harus lebih rapi lagi persiapannya menuju pemilu, lebih diawasi lagi agar tidak kehilangan kotak suara, ataupun ada hal yang tidak diinginkan terjadi saat pemilu lebih tingkatkan lagi dalam beberpa hal tentang pelaksanaan pemilu lebih memperketat pengawasan sosialisasi diperbanyak KPU harus lebih ketat lagi KPU Donggala jangan terpengaruh dengan politik uang dalam TPS harus menjaga kenyamanaan masyarakat, pelayanaannya harus ramah, dan juga harus dijelaskan kembali masalah pencoblosan KPU harusnya lebih memperketat penjagaan pemilu agar bebas dari politik uang. lebih siaga dalam pelaksanaan pemilu agar tidak terjadi lagi pembocoran kotak suara harap DPT yang sudah diperbaiki tidak usah diacak lagi karena itu berpengaruh dengan data-data pemilih seluruh saksi-saksi perhitungan suara diperketat jangan sampai ada kecurangan lebih ketat penjagaan atau pengawasannya lebih ketat lagi, lebih transparan jangan sampai ada suara yang hilang lebih diperketat Kpu harus lebih banyak melakukan penyuluhan tentang pemilu harus lebih mendata warga dari rumah ke rumah KPU lebih sigap, lebih aktif lebih aktif lagi agar pelaksanaan pemilu lebih aktif KPU harus sering turun sosialisasi Pelaksanaan pemilu harus dimulai dengan kejujuran agar bisa mendapatkan pemimpin yang baik KPU harus mengatasi politik uang agar hasil pemilu lebih murni seluruh saksi-saksi perhitungan suara diperketat jangan sampai ada kecurangan 70
lebih ketat penjagaan atau pengawasannya lebih transparan jangan sampai ada suara yang hilang kinerja KPU lebih ditingkatkan disegala aspek juga bukan hanya pemilu yang bebas dengan politik uang tapi KPU juga harus bebas dengan politik uang. lebih mensosialisasikan lagi pemilu agar semua masyarakat dapat ikut serta memilih tingkatkan kinerja dan sosialisasi pemilu melalui media cetak dan elektronik rekruitment anggota KPU lebih terbuka Perekrutmen anggota KPU harus terbuka, Sosialisasi harus sering dilakukan, pendataan calon pemilih harus ditingkatkan supaya masyarakat semua bisa ikut memilih Tingkatkan kinerja KPU sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan
Box 3: Saran Buat Pemerintah Daerah
memperhatikan calon pemilih yang sedang sakit agar dapat ikut memilih menegakkan pemilu jujur dan mengutamakan kepuasan pemilih adanya setiap perwakilan pemerintah kabupaten ditiap kecamatan untuk melancarkan pelaksanaan pemilu, harus dilakukan dengan melakukan pemantauan langsung. lebih memperkuat lagi keamanan dalam melaksanakan pemilu supaya pemilu diperiode berikutnya diperketat lagi keamanan kotak suara disemua PPS dan KPPS yang ada agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. keamanan dan ketertiban pemilu berjalan dengan lancar pemerintah juga turun langsung untuk mengawal jalannya pemilu pengamana kotak suara harus ditingkatkan, pengawasan pada KPU juga harus ditingkatkan agar tidak terjadi kecurangan harus lebih aktif untuk mensosialisasikan tentang pemilu pemerintah kabupaten harus lebih intensif lebih mensosialisasikan tentang pemilu tingkatkan pengawasan lebih, agar berjalan dengan baik, benar dan jujur. tingkatkan lagi pengawasannya harus turun langsung dalam pemilu dan juga harus sering mensosialisasikan pemilu dimasyarakat. memperketat pengawasan tingkatkan pengawasannya sosialisasinya harus sering harus lebih ktif turun dimasyarakat lebih ditingkatkan pengawasnnya 71
harus mengadakan penyuluhan tiap minggu untuk kelancaran pemilu lebih tngkatkan lagi pengawasaannya tingkatkan pengawasan sat-saat pemilu berlangsung tingkatkan lagi pengawasannya saran saya agar betul-betul aspirasi masyarakt diperjuangkan jangan sampai bertujuan lain lebih transparan lagi lebih ketat harus sering mensosialisasikan pemilu dalam masyarakat lebih ketat penawasannya lebih kreatif dan lebih ketat pengawasannya pendataan lebih dimaksimalkan lebih ketat lagi pengawasannya pendataan lebih dimaximalkan agar pelaksanaan pemilu lebih efektif pengawasannya harus di perketat dan dirapikan lagi saran saya agar betul-betul aspirasi masyarakt diperjuangkan jangan sampai bertujuan lain lebih transparan lagi supaya pemilu diperiode berikutnya diperketat lagi keamanan kotak suara disemua PPS dan KPPS yang ada agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. keamanan dan ketertiban pemilu berjalan dengan lancar pemerintah juga turun langsung untuk mengawal jalannya pemilu Tingkatkan kinerja KPU sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan
72
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Uraian pada bab hasil dan pembahasan dalam penlitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) partispasi pemilih dalam Pemilu 2014, dari 65 responden memberi gambaran bahwa dalam pemilu caleg sebesar 83 % sementara pemilu capres/cawapres sebesar, sementara pemilu capres/cawapres sebesar 80 %. Menurunya tingkat partisipasi pemilu caleg dan capres/cawapres disebabkan karena faktor kandidat yang hanya 2 pasangan tidak disenangi oleh warga. Secara umum di Kabupaten Donggala pemilu caleg sebesar 75,42 % dan pemilu capres/cawapres sebesar 70,58 %. Ketidakikutan warga dalam pemilu 2014 disebabkan karena persoalan teknis, budaya dan 2) Gambaran tingkat rasionalitas Pemilu 2014 di Kabupaten Donggala, a. Faktor yang mempengaruhi pilihan pemilih dalam pemilu caleg DPRD Donggala lebih banyak dipengaruhi oleh visi/misi partai dan juga karena satu kampung dengan caleg; Untuk pemilu
caleg DPRD
Propinsi umumnya pilihan pemilih tidak sama dengan latar partai caleg yang dikabupaten demikian halnya dengan caleg DPR Pusat. Faktor yang mempengaruhi adalah latar pendidikan dan profil caleg. Calon dari DPD pemilih lebih condong memilih karena faktor fotonya. b. Faktor
yang
mempengaruhi
pilihan
pemilih
dalam
pemilu
Capres/Cawapres adalah visi/misi dari capres dan cawapres terutama saat digelar debat capres/cawapres di media TV. c. 92 persen dari responden masih menganggap pemilu itu penting, namun pengetahuan terhadap kepemiluan masih kurang utamanya terkait informasi waktu pelaksanaan; informasi terkait kandidat; tata cara memilih; d. Sosilisasi pemilu yang dilakukan oleh KPU oleh responden dinilai kurang intens (utamanya media cetak dan media elektronik. Namun demikian responden menilai kinerja KPU Donggala atas pelaksanaan pemilu 2014 dinilai baik
73
e. Sekalipun kecil persentasenya (17%), responden menilai masih terjadi politik uang dalam pemilu 2014; 5.2. Saran 1) Sosialisasi terkait dengan pengetahuan kepemiluan dan penyelenggaran Pemilu perlu ditingkatkan. Dengan peningkatan pengetahuan masyarakat melalui sosialisasi secara tidak langsung akan meningkatkan kesadaran masyarakat yang berimplikasi pada akan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum.
Program debat pada pemilu
capres/cawapres yang dilakukan oleh KPU dipertahankan dan program yang lain sejenis untuk caleg seharusnya ada; 2) Pemerintah daerah dan KPU lebih meningkatkan pengawasan dan daya dukungnya dalam penyelenggaraan pemilu;
74
DAFTAR PUSTAKA Abbey, A., Abramis D.J., & Caplan R.D. (2005). Effect of differents sources of social support and social conflict on subjective well-being. Basic and Applied Social Psychology, 6, 2, 111-129. Alwis, 1997, Jurnal Laboratorium Ilmu Pemerintahan No. 1 Tahun 1 Januari – Juni 1997, Jurusan Ilmu Pemerint ahan Fisipol Universitas Riau, Pekanbaru. Anonim, survei: 42,8 Persen Pemilih Terima Suap, tetapi Pilih Calon Sesuai Nurani, diunduh Kompas.com 20 Desember 2013 Anonim, Survei Pemerintah, Partisipasi Pemilu Capai 73 Persen. 28 Februari 2014, Kompas.com, diunduh 30 April 2014. Asngari, P.S. 2001. Peranan Agen Pembaruan/Penyuluh Dalam Usaha Memberdayakan (Empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Budiarjo, Miriam., 2009, Dasar-Dasar Ilmu Politik. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Efriza, 2012, Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik, Bandung: Alfabeta. Erowati, Dewi. 2004, Jurnal Demokrasi dan Otonomi Daerah, Volume 2/Nomor 2/Desember 2004 Gaffar, Afan, 1990. Merangsang Partisipasi Politik Rakyat, dalam Syahrifin Arbab (editor), denutologi politik Indonesia: Mengusung Elitisisme dalam Orde Baru, Jakarta: Pustaka Cesindo, 1990). ---------, 1992. Javanese Voters : A Casa Study Of Election Under A Hegemonic Party System, Gajahmada University Press, Yogyakarta. Gosnell, Harol. F, Edwin R. A Salignan dan Alvin Johnson.2011. Encyclopedia of Social Science, Vol. 15. New York: The Macmillan Co. Hadjon, Philipus, M. 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, PT Bina Ilmu. Surabaya. Hadjon , Philipus M. 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia. Sebuah Studi Tentang Prinsip-prinsipnya. Penanganannya oleh Pengadilan dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, PTBina Ilmu, Surabaya. Huntington Samuel P. Dan Joan Nelson. 1990. Partisipasi Politik Di Negara Berkembang. Jakarta. Rineka Cipta. 75
Kabupaten Donggala dalam Angka, 2014, Penerbit: Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala KPU Donggala, Laporan Penyelenggaraan Pemilu 2014. KPU Sulteng, Data Pemilih tetap per TPS 2014, data.kpu.go.id kpu.go.id, KPU, Peserta Pemilu 2014, http://www.kpu.go.id/ -----------, 1 juni 2014, KPU Tetapkan Nomor Urut Pasangan Capres-Cawapres Pemilu 2014 http://www.kpu.go.id/ Mujani Saiful, R. William Liddle, Kuskridho Ambardi. 2012. Kuasa Rakyat: Analisis tentang Prilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru. Mizan. Jakarta Selatan Moleong, J. Lexy., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1993. Nursal, Adman. 2004. Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT Gramedia. Rahman. Arifin , 2002, Sistem Politik Indonesia dalam Perspektif Fungsional. SIC, Surabaya Ritzer, George – Douglas J. GoodmN, 2003 (cet.3) Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6, Jakarta. Prenada Media Roth, Dieter. Studi Pemilu Empiris: Sumber, Toeri-teori, Instrumen dan Metode, Friedrich-Naumann-Stiftung für die Freiheit, Jakarta, 2008 Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta. PT Grasindo. Sulawesi Tengah dalam Angka, 2014. Diterbitkan oleh, BPS Provinsi Sulawesi Tengah Umar S. Bakry, 2014, Perilaku Pemilih Dalam Pemilu 2014, Media Indonesia, 4 Pebruari 2014 UU No. 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
76
KUISIONER PENELITIAN
No. Resp Umur Jenis Kelamin Agama
Pekerjaan Suku Status Perkawinan Desa/Kel
KUISIONER PRILAKU PEMILIH DALAM PEMILU 2014 KABUPATEN DONGGALA A. PEMILU CALON LEGISLATIF (CALEG) 1. Apakah Anda ikut memilih dalam Pemilu Caleg? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Tidak, mengapa? a. Karena tidak terdaftar dalam DPT b. Terdaftar, tapi tidak ke TPS karena: ............................................................................................................ ......................................................................................................................... 2. Jika Ya. Apa yang mempengaruhi anda dalam memilih CALEG DPRD Donggala 2014 Jawaban Keterangan 4 3 2 1 a) Karena mempelajari Visi Misi dan program Partai Politik ` b) Mengenal Jejak rekam caleg c) Adanya sumbangan dari caleg ke masyarakat d) Karena diberi uang/barang e) kecocokan dengan ideologi partai f) karena partai se organisasi dengan saya g) disarankan oleh orang tua/saudara h) disarankan oleh Guru/dosen, temandan tokoh masyarakat i) Karena sekampung (sama suku) j) Fotonnya, nomor dan atau iklan caleg
0
Keterangan jawaban: 4 sgt berpengaruh; 3 berpengaruh; 2 krg berpengaruh; 1 tdk berpengaruh; 0 sgt tdk berpengaruh
k) Selain alasan di atas jika ada alasan lain (sebutkan) .................................................................................................................................................... 3. Apakah sama partai dari caleg yang anda pilih di DPRD Donggala dengan caleg Provinsi? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak tahu Alasan: ....................................................................................................................................... 4. Apakah sama partai dari caleg yang anda pilih di DPRD Donggala dengan caleg Pusat? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak tahu Alasan: ....................................................................................................................................... 5. Apakah sama partai dari Caleg yang anda pilih pada tahun 2014 dengan caleg pemilu 2009? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak tahu/tidak ikut Alasan: ....................................................................................................................................... 6. Apa yang mempengaruhi anda memilih caleg DPD 2014 [ ] Fotonya [ ] Nomor [ ] Iklannya [ ] Lainnya (sebutkan): ..........................................................................................................
B. PEMILU CALON PRESIDEN DAN WAKIL (CAPRES/CAWAPRES) 7. Apakah Anda ikut memilih dalam Pemilu Capres/Cawapres 2014 ? [ ] Ya [ ] Tidak Jika Tidak, mengapa? [ ] Karena tidak terdaftar dalam DPT [ ] Terdaftar, tapi tidak ke TPS Penjelasan: ................................................................................................................................. ................................................................................................................................. 8. Jika Ya, Apa yang mempengaruhi anda dalam memilih Capres/cawapres 2014 Jawaban Keterangan 4 3 2 1 a) Karena saya pelajari Visi Misi dan program serta jejak rekam Capres/cawapres b) Adanya sumbangan dari Tim sukses Capres/cawapres ke masyarakat c) Karena diberi uang/barang oleh Tim sukses Capres/cawapres d) Faktor partai yang mengusung Capres/cawapres e) disarankan oleh orang tua/saudara f) disarankan oleh Guru/dosen, teman dan atau tokoh masyarakat g) Karena sekampung (sama suku) h) Fotonya, nomor dan atau iklan Capres/cawapres Keterangan: jawaban 4 sangat berpengaruh; 3 berpengaruh; 2 kurang berpengaruh dan 1 tidak berpengaruh
i) Selain alasan di atas jika ada alasan lain (sebutkan) .....................................................................................................................................................
C. PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PEMILU 2014 9. Apakah Pemilu penting dan berguna bagi anda [ ] Ya [ ] Tidak Mengapa? : .................................................................................................................................. .................................................................................................................................. No Pertanyaan 10 Informasi apa Anda ketahui terkait Pemilu 20I4 ? a. Waktu dan tempat Pelaksanaan b. Calon-Calon yang akan dipilih c. Tata Cara Menggunakan Hak Pilih d. Lainnya (sebutkan) ............................................................................ 11 Intensitas Informasi tentang Pemilu di Media a. Media cetak (surat kabar, majalah) b. Media elektronik (TV, radio, internet) c. Media pendukung (Stiker/poster, brosur, spanduk, banner, baliho) 12 Sosialisasi Pemilu dari KPU Donggala yang pernah anda dapatkan a. Melalui media cetak (surat kabar, majalah) b. Media elektronik (TV, radio, internet) c. Media pendukung (Stiker/poster, brosur, spanduk, banner, baliho) d. Sosialisasi melalui pertemuan/penyuluhan
Jawaban 4 3 2
Keterangan: jawaban 4 sangat tahu/intens; 3 tahu/intens; 2 kurang tahu/intens dan 1 tidak tahu/intens
1
13. Tanggapan/pengamatan anda terhadap pelaksanaan Pemilu a. Saat Ke TPS mudah diakses dan tidak pakai biaya [ ] Ya [ ] Tidak b. Saat pelaksanaan pemilu tidak ada tekanan atau ancaman [ ] Ya [ ] Tidak aman
[
] Tidak tahu
[
] Tidak tahu
c. Petugas (PPS) mengingatkan pemilih melalui pembesar suara untuk ke TPS [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak tahu d. Petugas (PPS) menginformasikan prosedur memilih [ ] Ya [ ] Tidak
[
] Tidak tahu
e. Perhitungan suara terbuka [ ] Ya
[
] Tidak tahu
[
] Tidak terbuka
f. Tanggapan Lainnya, .............................................................................................................. 14. Apakah ada Tim sukses dari Caleg atau kandidat Capres/cawapres yang menggunakan Politik Uang dalam Pemilu di lingkungan tempat saudara tinggal? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak tahu Penjelasan: ................................................................................................................................. 15. Jika anda diberi sesuatu dari caleg atau kandidat, apakah anda terpengaruh dengan pemberian tersebut dalam Pemilu? [ ] Ya [ ] Tidak [ ] Tidak tahu Penjelasan: ................................................................................................................................. 16. Bagaimana Tanggapan anda dengan Kinerja DPRD Donggala 2009-2014? [ ] Baik [ ] Cukup [ ] Tidak Baik Penjelasan: ................................................................................................................................. 17. Bagaimana Tanggapan anda dengan Kinerja KPU Donggala (termasuk PPS dan PPK) dalam Penyelenggaraan Pemilu? [ ] Baik [ ] Cukup [ ] Tidak Baik
18. Saran anda buat KPU Donggala agar pelaksanaan Pemilu menjadi lebih baik
19. Saran anda buat Pemerintah Kabupaten Donggala dalam mendukung kelancaran Pelaksanaan Pemilu
Terimakasih
Foto-foto Penelitian
LAPORAN PENELITIAN
KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN DONGGALA
1
2004
2009
2014 2
Penduduk Kabupaten Donggala akhir tahun 2013 berjumlah 287.921 jiwa Alokasi Kursi = 30 Diperebutkan 359 caleg di Donggala
3
Mendapatkan gambaran tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum 2014 di Kabupaten Donggala; Untuk mengetahui tingat rasionalitas pemilih dalam pemilu 2014 di Kabupaten Donggala
4
Lokasi & Jumlah Responden ◦ ◦ ◦ ◦
Kecamatan Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Banawa Banawa Selatan Sindue Tanantovea
20 15 15 15
orang orang orang orang
Teknik Pengumpulan Data ◦ Kuisioner/Wawancara ◦ Studi Dokumen
Teknik Analisis Data: Kualitatif
5
1.
Tingkat partisipasi pemilih dalam Pemilihan Umum 2014 di Kabupaten Donggala
6
7
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRILAKU PEMILIH CALEG
Foto
31%
Sekampung 23%
Saran Ortu
23%
Seorganisasi Ideologi Partai
10% 25%
25% 9% 2%
Sumbangan ke Masyarakat
15%
Visi Misi Partai Kandidat
6%
7% -
Faktor diberi uang/Barang
jejak rekam Caleg
34%
37%
Saran Org Lain
Capres/Cawapres
17%
13% 31%
-
92%
94% 8
Tanggapan Responden Intensitas Sosialisasi
penyuluhan
14%
70%
Media Pendukung
52%
Media Elektronik
Media Cetak
14%
9
Ada Tekanan/Ancaman
Informasi Waktu Pemilu
Ada Politk Uang
21%
11%
68%
10
TERIMA KASIH
11