Laporan Pra-sosialisasi Desa Baru 20-21 Juni 2011
Koordinasi Pra Sosialisasi Koordinasi prasosialisasi dimaksudkan sebagai proses awal sebelum implementasi program RCL di desa baru. Tahap pertama adalah membangun komunikasi dengan aparat terkait/kepala desa tentang perencanaan program, dan pemaparan umum mengenai tujuan program RCL yang akan berjalan di desa setempat. Sosialisasi Program RCL di tingkat kabupaten pada tanggal 10 Oktober 2010 menjadi acuan untuk pelaksanaan sosialisasi di tingkat desa.
Kabupaten Barru Desa Madello, Koordinasi dilakukan tanggal 20 Juni 2011. Terkait belum adanya kepala desa defenitif (desa ini sedang mengalami suksesi kepala desa) maka koordinasi dilakukan dengan camat Kecamatan Balusu, kecamatan di mana desa Madello berada. Dari koordinasi yang dilakukan dihasilkan kesepakatan tentang waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi. Tanggal 21 Juni 2011, dilakukan koordinasi dengan sekretaris desa. Selanjutnya Staf desa menjadi penanggung jawab penyebaran informasi dan undangan sosialisasi (disiapkan oleh Team RCL Lemsa) ke masing-masing stakeholder yang telah didaftar. Tim bertanggung jawab atas teknis dan logistik kegiatan dan aparat desa bertanggung jawab menyebarkan undangan. Desa Cillelang, Tanggal 20 Juni 2011 koordinasi dilakukan bersama kepala desa. Kepala Desa menyatakan menerima baik Program RCL. Waktu pelaksanaan juga disepakati berdasarkan jadwal yang ditawarkan oleh tim. Kepala desa bersama aparat desa akan bekerjasama dalam mempersiapkan teknis pelaksanaan. Tanggal 21 Juni 2010, persiapan undangan dan informasi kegiatan sosialisasi kepada stakeholder melalui kepala desa. Kabupaten Pangkep Desa Tamangapa, Koordinasi dilakukan tanggal 22 Juni 2011. Kepala desa sebelumnya dihubungi oleh Kepala Desa Pitusunggu yang berinisiatif menyampaikan rencana kedatangan tim ke Tamangapa. Tim diterima oleh kepala desa yang didampingi oleh salah seorang stafnya sekitar pukul 10.00 di kantor desa. Dari pertemuan (berlangsung sekitar 40 menit) dihasilkan kesepakatan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi. Disepakati pula bahwa untuk konsumsi kegiatan, untuk sementara, disiapkan oleh staf desa dan untuk perlengkapan adminsitrasi disiapkan oleh tim sosialiasi.
Kepala desa menyambut baik kedatangan tim dan menyatakan gembira atas rencana akan dilaksanakannya program RCL di desanya. Desa Boddie, Koordinasi dilakukan tanggal 22 Juni 2011 pada pukul 15.00 di kantor desa. Kepala desa juga sebelumnya telah dihubungi oleh Kepala Desa Pitusunggu yang berinisiatif menyampaikan rencana kedatangan tim. Tim diterima oleh kepala desa dengan didampingi oleh salah seorang stafnya. Koordinasi berlangsung sekitar 40 menit dan dihasilkan kesepakatan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi serta pembagian tugas penyiapan kebutuhan logisitik sosialisasi. Untuk konsumsi kegiatan akan disiapkan oleh aparat desa dan untuk perlengkapan administrasi disiapkan oleh tim sosialisasi. Timeline sosialisasi Dari hasil koordinasi waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi dijadwalkan: Desa Madello Cilellang Tamangapa Boddie
Waktu Senin, 27 Juni 2011 pukul 10.00 Rabu, 29 Juni 2011 pukul 10.00 Senin, 27 Juni 2011 pukul 15.00 Kamis, 30 Juni 2011 pukul 10.00
Tempat Kantor Desa Kantor Desa Rumah Kepala Desa Kantor Desa
Kebutuhan Pelaksanaan Sosialisasi Perlengkapan yang disiapkan untuk pelaksanaan sosialisasi: Item Handout/leaflet perkenalan program RCL Notulensi Alat Dokumentasi ATK; kertas plano dan spidol Meeting package
Keterangan Dibagikan kepada masing-masing undangan sosialisasi Pencatatan proses kegiatan sosialisasi Pendukung proses diskusi Konsumsi untuk 25-30 orang
PJ Tim sosialisasi Tim sosialisasi Tim sosialisasi Tim Sosialisasi Untuk sementara oleh staf desa
Makassar, 5 Juli 2011 Penanggung jawab:
........................................ ....................................... Hera Febrina Subhan Usman (SM Barru) (SM Pangkep)
| ........................................ ....................................... Ilham Halid Syahwal Hamdi (CF Barru) (CF Pangkep)
Laporan
Sosialisasi Program Restoring Coastal Livelihood (RCL) di Empat Desa Baru di Kabupaten Barru dan Pangkep 27 & 29 Juni 2011
PENDAHULUAN Restorasi Penghidupan Pesisir adalah sebuah program berjangka waktu 5 tahun untuk meningkatkan penghidupan komunitas rentan kawasan pesisir di pantai barat Sulawesi Selatan. Program ini akan menggunakan pendekatan multipihak yang kolaboratif untuk meningkatkan kemampuan manajemen kawasan intertidal yang menjadi daerah implementasi Program. Termasuk dalam Program ini adalah restorasi ekologis hutan bakau dan pemanfaatan sumber alam berkelanjutan. Perhatian khusus akan ditempatkan pada penguatan peran dan hak-hak perempuan. Oxfam melalui mitra dukungan Canadian International Development Agency (CIDA) dalam perencanaannya menginisiasi program Restorasi Penghidupan Pesisir dengan sasaran untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di Sulawesi Selatan dalam bentuk kemitraan multi pemangku kepentingan (stakeholder). Melalui kegiatan Restoring Coastal Livelihoods ini dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan restorasi ekologi ekosistem mangrove (Ecological Mangrove Restoration/EMR), dengan fokus pada penguatan peran serta perempuan pesisir dan peningkatan pendapatan masyarakat pesisir di Sulawesi Selatan. Oxfam dalam pelaksanaan proyek bersama dengan mitra (MAP, YKL dan LEMSA) melaksanakan Program Restorasi Penghidupan Pesisir di 4 (empat) kabupaten yang berada di Propinsi Sulawesi Selatan, yakni; Kabupaten Takalar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkejene Kepulauan (Pangkep) dan Kabupaten Barru. Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA) dalam hal ini sebagai salah satu mitra Oxfam dalam tahap implementasi program, melaksanakan Program Restorasi Penghidupan Pesisir di 2 (dua) kabupaten yang berbeda yakni; Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru. Memasuki tahun kedua program, sesuai target program, Oxfam melalui mitra Lemsa melakukan perluasan areal program di empat desa, yaitu meliputi masing-masing 2 desa baru di kedua kabuaten lokasi program, Barru dan Pangkep. Keempat desa tersebut adalah desa Boddie dan Tamangapa di Kabupaten Pangkep, dan desa Madello dan desa Cillelang di Kabupaten Barru. Sebagai langkah awal untuk memuluskan proses impelementasi program di keempat desa baru tersebut, sebagaimana halnya yang dilakukan pada tahun pertama program di dua desa lama, maka dilakukan sosialisasi program ke masyarakat.
Laporan ini memuat proses pelaksanaan sosialisasi di keempat desa baru di dua kabupaten tersebut.
TUJUAN KEGIATAN 1. Menjelaskan tentang
program RCL (Restoring Coastal Livelihood) yang akan berjalan
kepada masyarakat di desa Madello dan Desa Cillelang Kabupaten Barru, dan desa Tamangapa dan Boddie Kabupaten Pangkep. 2. Memaparkan jenis-jenis kegiatan yang akan di lakukan dalam program RCL.
PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan sosialisasi program di desa Madello dilaksanakan hari Senin, 27 Juni 2011, bertempat di kantor desa Madello. Di mulai pada pukul 10.00, selesai pada pukul 12.00 (WITA). Kegiatan sosialisasi menghadirkan Camat Balusu, aparat Desa Madello, Kepala Dusun Desa Madello, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Perempuan, Pemuda Karang Taruna dan beberapa pemangku kepentingan terkait lainnya. Sedangkan kegiatan sosialisasi program Restorasi Penghidupan Pesisir desa Cillelang dilaksanakan hari Rabu, 29 Juni 2011 bertempat di kantor kepala desa Cillelang. Di mulai pada pukul 10.30 dan berakhir pada pukul 12.30 (WITA). Kegiatan sosialisasi di Cillelang menghadirkan pemangku kepentingan desa yaitu aparat/staf desa, kepala dusun desa Cillelang, tokoh masyarakat, tokoh dan kelompok perempuan, perwakilan dari masyarakat nelayan serta pemangku kepentingan terkait lainnya. Sosialisasi di desa Tamangapa, Pangkep, dilaksanakan pada hari Senin, 27 Juni 2011, di rumah Kepala Desa Tamangapa. Dimulai pada pukul 16.00 dan berakhir pada pukul 18.00 (WITA). Di antara peserta yang hadir, Kepala Desa Tamangapa, Ketua Kelompok Petani Rumput Laut Dusun Kalukue (dusun pesisir di desa Tamangapa), sejumlah aparat Desa, tokoh pemuda, pemilik dan penggarap tambak, tokoh perempuan, sejumlah ibu-ibu pelaku usaha pembuat telur asin dan ibu-ibu pengikat rumput laut. Di desa Boddie, Pangkep, kegiatan sosialisasi dilaksanakan hari Kamis 30 Juni 2011 di kantor desa Boddie. Di mulai pada pukul 10.00 dan berakhir pada pukul 11.30 (WITA). Para peserta, di antaranya adalah Kepala Desa Boddie, Kepala Dusun Lamasa (salah satu dusun desa Boddie), sejumlah aparat desa dan sejumlah ibu-ibu kepala rumah tangga dari keluarga-berkepala keluarga-perempuan (Woman Household). Di antara ibu-ibu adalah para pelaku usaha pembuatan telur asin.
Sosialisasi di kedua desa di kabupaten Pangkep tersebut melibatkan pula dua orang staf program RCL dari lembaga Mangrove Action Project (MAP) yang bertugas di wilayah Kabupaten Pangkep; Sonykusnito dan Yoso Thok. Rangkaian proses sosialisasi di keempat desa dilakukan secara semiformal dengan menyajikan materi yang memuat tentang gambaran umum Program Restorasi Penghidupan Pesisir sekaligus pengenalan profil singkat Lembaga Maritim Nusantara (Lemsa) sebagai lembaga mitra pelaksana Program RCL. Proses ini dilaksanakan dengan memakai alat bantu berupa media cetak sederhana, leaflet dari kertas berukuran A4 yang berisikan informasi-informasi pokok tentang Program RCL. Media ini ditujukan untuk lebih memastikan sampainya informasi sosialisasi kepada peserta. Tim pelaksana dan penanggungjawab kegiatan sosialisasi diselenggarakan oleh staf RCL Lemsa. Di Kabupaten Barru, kegiatan sosialisasi dilakukan oleh tim yang terdiri atas Community Facilitator RCL-Lemsa untuk Barru Ilham Halid, Site ManagerRCL-Lemsa untuk Barru Hera Febrina, Gender & Livelihood Officer RCL-Lemsa Yanti Hamid dan Penanggung Jawab Program RCL-Lemsa Hasbi Hasyim. Tim bekerjasama dengan sekretaris kepala desa, sekretaris desa dan staf di masing-masing desa. Di Kabupaten Pangkep, tim sosialisasi terdiri atas Community Facilitator RCL-Lemsa untuk Pangkep Syahwal Hamdi, Site Manager RCL-Lemsa untuk Pangkep Subhan Usman, Media Officer RCL-Lemsa Nini Eryani, dan Program Manager RCL-Lemsa Abdul Muiz. Juga bergabung dalam tim dua orang staf program RCL dari lembaga mitra MAP, Sonykusnito dan Yoso Thok. Pelaksanaan sosialisasi di Pangkep juga dilakukan dengan bekerjasama dengan Kepala Desa setempat beserta para stafnya.
ANALISIS PELAKSANAAN KEGIATAN Kabupaten Barru Desa Madello Kegiatan sosialisasi desa Madello dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan pada proses prasosialisasi yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2011. Melalui kerjasama dengan aparat desa, informasi tentang pelaksanaan sosialisasi terlebih dahulu telah disampaikan melalui undangan ke masing-masing pemangku kepentingan yang
diharapkan dapat hadir dalam kegiatan sosialisasi ini. Hingga pelaksanaan sosialisasi tanggal 27 Juni 2011, hal berkaitan teknis dan pelaksanaan kegiatan sosialisasi berjalan dengan baik. Rangkaian proses pelaksanaan sosialisasi terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah pembukaan dan sesi kedua adalah pemaparan program. Sesi pertama dilakukan oleh Sekretaris Desa Madello dan Camat Balusu, dan sesi kedua dilakukan oleh dua orang dari tim sosialisasi, Hasbi Hasyim dan Hera Febrina. Pembukaan acara dilakukan secara formal oleh sekretaris desa Madello. Pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dari Camat Balusu sebagai penanggung jawab sementara (PJS) kepala desa Madello (untuk sementara, terkait suksesi kepala desa yang sedang berlangusng di desa ini, jabatan kepala Madello dilaksanakan oleh Camat Balusu). Pada sambutannya, camat Balusu menjelaskan secara singkat tentang maksud serta tujuan kegiatan sosialiasi program RCL. Setelah membuka proses kegiatan sosialisasi, Camat menyerahkan proses sosialisasi kepada sekretaris desa. Kegiatan sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan program RCL oleh Hasbi Hasyim (Hasbi) selaku penanggungjawab Program RCL Lemsa. Dipaparkan gambaran Program Restorasi Penghidupan Pesisir dan tentang Lemsa sebagai lembaga mitra pelaksana program Restorasi Penghidupan Pesisir. Pemaparan ini juga menjelaskan hal mendasar yang menjadi sasaran utama dalam program RCL yaitu perbaikan lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat, dan advokasi regulasi dan advokasi gender. Pemaparan program dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Hera Febrina (Hera). Dari pelaksanaan diskusi terlihat bahwa pemaparan program yang dilakukan sebelumnya belum berhasil memberikan pemahaman yang baik mengenai apa yang akan dijalankan dalam program. Masyarakat yang hadir mempertanyakan detil kegiatan yang akan dijalankan, berikut perbedaan antara program RCL dengan program lain yang pernah berjalan di desa, tentang kegiatan apa saja yang tekah dilakukan dalam program RCL di desa lainnya, serta bagaimana keterkaitan antara lembaga pelaksana program RCL dengan lembaga-lembaga pemerintah. Masing-masing pertanyaan direspon secara bertahap dan dijelaskan kembali secara sistematis. Diskusi berlangsung selama 1 jam. Seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi berjalan selama 2 jam. Dimulai pada pukul 10.00 dan berakhir pada pukul 12.00 (WITA). Proses sosialisasi, berjalan cukup baik. Meski, karena keterbatasan waktu, rencana untuk melakukan diskusi kelompok tidak dapat dilaksanakan. Jumlah peserta yang menghadiri cukup representatif, yakni sebanyak 38 orang yang terdiri dari
19 orang perempuan dan 19 orang laki-laki. Untuk mempermudah proses sosialisasi tim sosialisasi membagikan handout berupa leaflet yang berisi penjelasan singkat tentang program RCL. Secara keseluruhan, pelaksanaan kegiatan “Sosialisasi Program Restorasi Penghidupan Pesisir” di desa Madello cukup baik. Proses sosialisi dilanjutkan dengan melakukan koordinasi di tingkat dusun, membangun komunikasi dengan kepala dusun serta kelompok-kelompok masyarakat guna memberikan pemahaman program RCL yang lebih terarah dan dilakukan pertemuan dengan sejumlah kelompok usaha perempuan di desa untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi kegiatan usaha perempuan di desa.
Desa Cilellang Kegiatan sosialisasi desa Cillelang juga terlaksana sesuai jadwal yang disepakati dengan staf desa pada saat dilakukan pra-sosialisasi pada tanggal 21 Juni 2011. Hal terkait teknis dan kebutuhan logistik sosialisasi telah dipersiapkan oleh tim sosialisasi Lemsa yang bekerjasama dengan aparat desa. Informasi tentang pelaksanaan sosialisasi terlebih dahulu telah disampaikan melalui surat undangan resmi oleh Pemerintah Desa ke masing-masing pemangku kepentingan desa terkait program. Bertempat di Kantor desa Cillelang, kegiatan sosialisasi dimulai pada pukul 10.00 (WITA). Sesi awal dari proses kegiatan sosialisasi adalah pembukaan oleh Kepala desa Cillelang Hasnah Dahlan A.Bi, yang
sekaligus memberikan pemaparan tentang tujuan dari pelaksanaan
sosialisasi program RCL. Setelah pembukaan oleh Kepala Desa, dilakukan pemaparan mengenai program RCL oleh Hasbi Hasyim dan Ilham Halid (Ilham). Keduanya memberikan penjelasan secara sederhana mengenai program restorasi penghidupan pesisir yang berkaitan dengan tujuan, sasaran, dan isu–isu pokok dalam program RCL. Untuk mempermudah pemahaman akan program ini, tim sosialisasi Lemsa juga membagikan handout berisi penjelasan singkat tentang pelaksanaan program dan gambaran kegiatan di desa dimana program Restorasi Penghidupan Pesisir telah dan masih berjalan. Setelah pemaparan program, dilakukan diskusi kelompok. Metode ini digunakan untuk menghimpun informasi dasar kondisi desa Cillelang, yang sekaligus menjadi acuan dalam pemaparan pelaksanaan program ke depan. Peserta dibagi dalam 4 kelompok yang masingmasing bertugas memberikan gambaran umum tentang kondisi desa, yang meliputi kondisi penghidupan, peraturan/regulasi, kelembagaan desa, peran perempuan, serta persoalan lingkungan dan potensi sumberdaya alam desa. Tim sosialisasi Lemsa masing-masing memandu
kelompok untuk berdiskusi sekaligus memberikan penjelasan keterkaitan program dengan isuisu yang terkait. Informasi yang terkumpul dari diskusi, oleh tim sosialisasi kemudian dijelakan kembali kepada peserta dengan cara dihubungkan, dijalin dengan agenda-agenda program. Proses ini berlangsung selama 1 jam dan relatif berhasil memberikan pemahaman mengenai arahan program RCL (terutama yang terkait dengan kerentanan penghidupan masyarakat pesisir) secara lebih mudah kepada peserta. Sesi diskusi kemudian dilanjutkan oleh Yanti Hamid (Yanti) dengan merespon pertanyaan dari setiap peserta secara sistematis. Proses ini berlangsung selama 30 menit. Keseluruhan Rangkaian kegiatan sosialisasi di desa Cillelang berlangsung lebih dari 2 jam. Dimulai pada pukul 10.30 dan berakhir pada pukul 12.30 (WITA). Peserta yang hadir berjumlah 23 orang, yang terdiri atas 14 orang perempuan dan 9 orang laki-laki. Pelaksanaan sosialisasi di desa Cillelang terlaksana cukup baik. Tim Lemsa selanjutnya melakukan koordinasi dan sosialisasi di tingkat dusu, guna membangun komunikasi yang lebih dekat bersama kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, termasuk menjalin kerjasama sama dengan pihak terkait dan masyarakat.
Kabupaten Pangkep Desa Tamangapa Dikarenakan kendala cuaca, hujan, pelaksanaan kegiatan sosialisasi dimulai 1 jam lebih lambat dari waktu yang direncanakan. Dari pukul 15.00 (WITA) waktu yang disepakati dengan Kepala Desa saat dilakukannya pra-sosialisasi pada tanggal 22 Juni, kegiatan baru dapat dimulai pada pukul 16.00 (WITA). Beberapa menit sebelumnya, di sekitar rumah Kepala Desa beberapa orang peserta telah menunggu acara dimulai. Namun undangan yang lain belum hadir. Kepala Desa Tamangapa sempat mengundang kembali warganya yang lain secara lisan untuk hadir dalam kegiatan melalui pengeras suara di Mesjid. Kegiatan mengambil tempat rumah Kepala Desa Tamangapa, Hasan Assegaf. Secara umum, selain kendala cuaca tersebut, tidak ada kendala lain yang menghambat proses pelaksanaan kegiatan sosialisi. Segala hal teknis dan logistik kegiatan telah dipersiapkan oleh staf desa maupun oleh tim sosialisasi. Sebelumnya, undangan kegiatan disebar oleh staf desa sesuai koordinasi yang dilakukan oleh tim pada saat pra-sosialisasi dilakukan.
Kegiatan ini terbagi dalam 3 sesi; Pembukaan, Pemaparan tentang program, dan Diskusi. Peserta yang hadir berjumlah 38 orang. Terdiri atas 27 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Pembukaan dilakukan secara formal oleh Kepala Desa yang dilanjutkan dengan penjelasan pengantar mengenai program. Beberapa informasi mengenai program yang diberikan oleh Kepala Desa dalam pengantarnya tidak persis dengan pengertian program RCL. Kepala Desa Tamangapa memang belum memahami arahan program dengan baik. Sekitar 10 menit memberikan sambutan dan pengantar, Kepala Desa lalu mempersilakan tim sosialisasi untuk menerangkan maksud dan tujuan program secara lebih rinci. Pemaparan tentang Program RCL dilakukan oleh Abdul Muiz (Muiz),Program Manager RCLLemsa yang dalam pelaksanaan kegiatan ini tergabung bersama tim Pangkep. Pemaparan tentang program dilakukan secara runut dan sederhana. Mencakup isu-isu arahan program, waktu (dan durasi) pelaksanaan program, pihak-pihak yang terlibat dalam program, dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan di dua desa lama di Pangkep; desa Pitusunggu dan Bontomanai. Dalam sesi ini pula seluruh anggota tim sosialisasi yang hadir diperkenalkan kepada para peserta—termasuk di antaranya 2 orang staf dari MAP, Sonykusnito (Sony) dan Yoso Thok (Yoso) yang turut serta dalam kegiatan. Secara keseluruhan sesi ini berlangsung sekitar 50 menit. Dalam tanya jawab, pertanyaan yang banyak muncul dari peserta terutama mengenai kegiatan yang sudah dilakukan di desa lama; Pitusunggu dan Bontomanai. Menanggapi hal tersebut, Sony, staf dari MAP, turut menjawab, terutama seputar program Sekolah Lapangan yang telah diaksanakan oleh MAP di dua desa lama tersebut. Dalam proses tanya jawab yang berlangsung dalam suasana tidak formal ini, peserta terlihat cukup aktif. Beberapa peserta perempuan juga ikut bertanya. Dan seperti diduga sebelumnya, dalam tanya jawab tersebut beberapa di antara peserta mengira program RCL sebagai program “bantuan”; bertujuan memberi insentif modal kepada masyarakat di desa. Hal ini kemudian diluruskan oleh Muiz, Subhan Usman (Subhan), dan Nini Eryani (Nini)—yang bertindak sebagai notulen, dan juga oleh Sony. “Program ini lebih bertujuan untuk melakukan penguatan SDM, mendampingi masyarakat untuk memasarkan produknya, menemani masyarakat mengurus keperluannya ke pemerintah, misalnya kalau ada masyarakat yang butuh modal usaha, butuh izin usaha, bertujuan memperbaiki lingkungan, dan lain-lain. Soal bantuan, kita tidak punya,” demikian kurang lebih keterangan yang diberikan untuk meluruskan anggapan tersebut.
Kegiatan sosialisasi dilanjut dengan sesi diskusi setelah jeda beberapa saat yang diisi dengan bincang-bincang lepas dengan peserta. Sesi ini dipandu oleh Site Manager Pangkep Subhan Usman. Dilaksanakan dengan model FGD, sesi ini berupa penggalian informasi umum seputar kondisi penghidupan (livelihood) dan lingkungan (environment) di desa. Dimana, informasi yang terkumpul kemudian dijalin dengan isu-isu arahan program sebagai feedback kepada peserta. Selain untuk mendapatkan umum tentang desa, sesi ini juga dimaksudkan untuk lebih memastikan bahwa target sosialisasi sampai ke peserta. Diharapkan, dengan beranjak dari masalah-masalah yang berkembang dari lingkungan peserta sendiri, arah dan tujuan program dapat lebih mudah dipahami oleh peserta. Informasi yang dikumpulkan dari sesi ini cukup banyak. Dalam sesi tersebut, staf dari MAP, Sony, juga turut memberikan penjelasan kepada peserta tentang keterkaitan antara isu-isu yang berkembang di desa dengan program yang akan dijalankan. Berlangsung sekitar 40 menit, dari sesi ini diperoleh informasi dasar tentang sebaran sumberdaya alam desa, jumlah kelompok usaha perempuan, dan riwayat singkat tentang kegiatan mata pencaharian masyarakat desa, khususnya kegiatan mata pencaharian pesisir. Di luar waktu pelaksanaan kegiatan yang mundur 1 jam dari yang dijadwalkan, pelaksanaan kegiatan sosialisasi di desa ini berjalan sesuai yang diharapkan. Hampir semua target undangan hadir, dan tidak ditemui kendala berarti dalam pelaksanaan kegiatan. Di akhir diksusi, selebaran (leaflet) yang berisi gambaran umum tentang program dibagikan kepada peserta. “Seluruh yang disampaikan oleh Pak Muiz, Pak Sony, dan apa yang kita diskusikan tadi, bapak -ibu sekalian, ada dalam selebaran ini. Jadi selebaran ini semacam oleholeh juga buat bapak-ibu sekalian dari perkenalan kita ini. Juga supaya bapak-ibu juga bisa lebih jelas maksud program-nya,” kata Subhan membagikan selebaran. Setelah kegiatan ditutup oleh Kepala Desa, sebelum tim meninggalkan lokasi kegiatan, tim sosialisasi masih sempat bincang-bincang lepas dengan Kepala Desa dan sejumlah ketua kelompok usaha desa yang hadir mengenai kegiatan mata pencaharian di desa dan juga tentang rencana agenda kegiatan selanjutnya. Dari 2 jam durasi pelaksanaan sosialisasi tersebut, antara tim dan sejumlah tokoh masyarakat yang hadir telah relatif terbangun hubungan komunikasi yang baik. Tim meninggalkan lokasi tepat pada pukul 18.00.
Desa Boddie
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2011 atau 2 hari setelah pelaksanaan sosialisasi di desa Tamangapa dengan bertempat di kantor desa Boddie. Kegiatan dapat dimulai sesuai jadwal, pukul 10.00 WITA. Segala hal teknis dan kebutuhan logistik kegiatan juga telah disiapkan oleh aparat desa dan tim sosialisasi. Anggota tim yang turut serta dalam sosialisasi di desa ini adalah Sonykusnito (Sony) dan Yoso Thok (Yoso), dua orang staf program RCL dari MAP yang sudah bergabung dengan tim pada sosialisasi di desa Tamangapa, Site Manager RCL-Lemsa untuk Pangkep Subhan Usman (Subhan), Community Facilitator RCL-Lemsa untuk Pangkep Syahwal Hamdi (Syahwal), dan Media Officer RCL-Lemsa Nini Eryani (Nini). Bertindak sebagai pemapar program, Subhan dan Sony. Nini sebagai notulen, dan Syahwal sebagai dokumentator. Hadir sebagai peserta Kepala Desa Boddie Syaharuddin Makmur, sejumlah aparat desa, Kepala Dusun Lamasa dan para undangan. Total peserta yang hadir 30 orang. Kegiatan dilaksanakan dengan urutan acara sebagaimana urutan di desa Tamangapa; juga terbagi ke dalam tiga sesi; Pembukaan, Pemaparan tentang program, dan Diskusi. Pembukaan dilakukan oleh Kepala Desa yang sekaligus memberikan kata-kata sambutan dan pengantar sosialisasi. Tidak seperti kata pengantar yang diberikan oleh Kepala Desa Tamangapa, yang beberapa informasi di dalamnya tidak begitu relevan—atau lebih tepatnya “menciutkan”—pengertian program (misalnya dikatakan oleh Kepala Desa Tamangapa bahwa Program RCL bertujuan untuk “memberikan pengetahuan kepada para petani tambak mengenai cara budidaya udang yang lebih baik,” atau bahwa Program RCL bertujuan untuk “memberikan penyuluhan kepada para petani rumput laut tentang cara pembudidayaan rumput laut yang lebih baik,”) kata pengantar tentang program yang diberikan oleh kepala desa Boddie dapat dikatakan lebih relevan dengan pokok-pokok program. Hal tersebut agaknya dikarenakan Kepala Desa Boddie telah beberapa kali berinteraksi dengan beberapa kegiatan RCL sehingga memiliki penahaman yang relatif baik tentang program. Kepala Desa Boddie misalnya, sudah berinteraksi dengan program pada saat dilakukannya kegiatan riset Baseline-RCL di awal pelaksanaan program. Demikian pula pada saat dilakukannya kegiatan Monitoring-Evalusai program oleh tim konsultan Oxfam di akhir tahun pertama program. Kepala Desa Boddie misalnya, dalam sambutannya, mengatakan bahwa maksud kedatangan “Tim dari Makassar” ini (tim sosialisasi) adalah untuk “membantu masyarakat,
terutama ibu-ibu, yang janda-janda, mengembangkan usahanya,”—meski ia keliru menyebut Lemsa sebagai lembaga Survey. Namun, pemahaman Kepala Desa tentang program ini juga agaknya yang menjadi sumber kekurangan pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini. Dengan pemahaman bahwa program ini bertujuan untuk “membantu masyarakat, terutama ibu-ibu, yang janda-janda” tersebut, Kepala Desa hanya mengundang ibu-ibu kepala keluarga (perwakilan rumah tangga-berkepala keluarga perempuan) dan tidak menghadirkan unsur pemangku kepentingan yang lain. Praktis undangan yang hadir dalam kegiatan ini didominasi oleh unsur perempuan dari keluarga rentan; para ibu dari tangga-berkepala keluarga perempuan yang hampir seluruhnya janda. Dari 30 peserta yang jadir, 25 orang di antaranya adalah perempuan dari woman household. Hal tersebut terjadi meski saat dilakukan pra-sosialisasi, tim telah menyampaikan untuk menghadirkan pula unsur tokoh masyarakat dan unsur pelaku usaha desa. Dari komposisi peserta yang demikian ini agaknya dapat dikatakan pula bahwa pelaksanaan pra-sosilisasi di desa ini tidak berjalan sebaik pelaksanaan pra-sosialisasi di desa Tamangapa. Selanjutnya, pembukaan oleh Kepala Desa dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai program oleh Subhan dan Sony. Subhan menjelaskan tentang tujuan-tujuan program dan memperkenalkan anggota tim, Sony menjelaskan tentang organisasi-organisasi yang terlibat dalam program beserta tugas atau wilayah kerjanya masing-masing. Sesi ini berlangsung sekitar 30 menit. Sesi perkenalan tim dan pemaparan program dilanjutkan dengan penggalian informasi tentang kegiatan-kegiatan mata pencaharian di desa. Dari penggalian informasi ini, sebagaimana halnya yang dilakukan di desa Tamangapa, peserta juga diberi feedback berupa penjelasan mengenai keterkaitan antara kegiatan mata pencaharian warga/peserta dengan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam program nantinya. Dalam penjelasan ini diambil contoh kegiatankegiatan pendampingan usaha masyarakat yang sudah dirintis di desa Pitusunggu dan Bontomanai. Dalam sesi ini tampak pula bahwa, serupa dengan para peserta di desa Tamangapa, hampir seluruh peserta sosialisasi juga mengira bahwa program ini bertujuan memberikan “bantuan modal” ke masyarakat. Untuk ini, pemberi materi berusaha meluruskan dengan memberikan penjelasan bahwa, sebagaimana halnya penjelasan yang diberikan pula di desa Tamangapa, program ini lebih bertujuan memberikan “pendampingan” atau “pengembangan SDM” kepada
masyarakat. Sesi ini berlangsung sekitar 40 menit. Menjelang berakhirnya sesi ini selebaran sosialisasi dibagikan kepada peserta. Seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi berlangsung sekitar 100 menit. Untuk mengatasi tidak representatifnya komposisi peserta yang hadir, tim—kecuali Sony dan Yoso yang harus berangkat pulang ke Makassar lebih dulu—, seusai kegiatan (ditutup oleh Kepala Desa) berinisatif melakukan kunjungan ke rumah Kepala Dusun Lamasa dan Lempangeng, dua dusun pesisir di desa Boddie. Kepala dusun Lempangeng tidak berhasil ditemui, namun tim berhasil menemui seorang ibu pembuat telur asin yang juga bendahara pada salah satu kelompok pembuat telur asin di dusun tersebut dan melakukan bincangbincang selama sekitar 1 jam. Seusai bincang-bincang dengan ibu tersebut (ibu Hj. Masrurah), tim menuju kepala dusun Lamasa. Tim meninggalkan desa Boddie setelah pukul 15.00 WITA. Dari pelaksanaan sosialisasi dapat dikatakan bahwa telah terbangun hubungan komunikasi yang baik antara tim dengan para aparat desa serta para peserta. Peserta, relatif—meski seperti dikatakan, banyak di antaranya yang salah paham—antusias dengan pemaparan yang diberikan. Bagi tim hal ini cukup sebagai sebuah awal yang baik bagi rencana pelaksanaan kegiatan ke depan meski dibutuhkan langkah-langkah lanjutan untuk memastikan bahwa target sosialiasi benar-benar tercapai.
KESIMPULAN Kesimpulan 1. Kegiatan Sosialisasi Program RCL di empat desa baru di Kabupaten Barru dan Pangkep berlangsung antara tanggal 27 hingga 30 Juni 2011. Masing-masing di desa Madello pada hari Senin, 27 Juni 2011 dan desa Cillelang pada hari Rabu. 29 Juni 2011. Di Pangkep, masing-masing di desa Tamangapa pada hari Senin 27 Juni 2011 dan di desa Boddie pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2011. 2. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sosialisasi adalah, desa Madello berjumlah 38 orang terdiri dari 19 perempuan dan 19 laki-laki; desa Cillelang 23 Orang terdiri dari 14 perempuan dan 9 laki-laki; desa Tamangapa berjumlah 38 orang yang tersiri dari 11 orang
perempuan dan 27 orang laki-laki, dan desa Boddie berjumlah 30 orang, yang terdiri atas 25 orang perempuan dan 5 orang laki-laki. 3. Peserta sosialisasi tersiri atas para pemangku kepentingan desa terkait seperti kepala desa, aparat desa, lembaga pemerintahan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, kelompok perempuan dan masyarakat umum. 4. Dengan adanya sesi diskusi, proses sosialisasi berlangsung lebih efektif.
Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut; 1. Sosialisasi program diharapkan lebih menyentuh langsung kepada sasaran yang menjadi target program, secara merata di masing-masing dusun di desa program. 2. Perlu untuk membangun koordinasi yang lebih intens dengan pihak terkait serta menjalin kerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat di masing-masing desa. 3. Perlu adanya pemetaan secara utuh tentang kondisi desa sebagai acuan yang melandasi implementasi program agar dampak implementasi program dapat mendatangkan dampak yang benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat desa.
TANTANGAN 1. Di kalangan masyarakat di keempat desa pada umumnya berkembang anggapan bahwa setiap program yang masuk identik dengan “pemberian bantuan modal usaha”atau “pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana fisik”. Hal ini tidak lepas dari banyaknya program serupa yang telah terlaksana di desa. Berkembang(luas)nya pandangan ini menuntut Lemsa sebagai mitra pelaksana program untuk lebih mampu memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan dan pendekatan program. 2. Dengan konsep program yang terbilang abstrak, terlebih mungkin
untuk ukuran
masyarakat desa, maka diperlukan komunikasi yang lebih intens dengan metode yang benar-benar seuai dengan konteks pemahaman masyarakat. Mau tidak mau hal ini membutuhkan kerja keras dan proses yang panjang di lapangan.
Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan I. Kabupaten Barru I.1. Desa Madello
(1)
(2)
(3)
I.2. Desa Cilellang
(1)
(2)
(3)
II. Kabupaten Pangkep II. 1. Desa Tamangapa
(1)
(2)
(3)
II.2. Desa Boddie
(1)
(2)
(3)
1
Perkenalan Program RCL
program
RCL?
2 Nama dan Tujuan Kegiatan Kegiatan ini bernama “Program RCL” RCL “Restoring Coastal Livelihood” atau: Restorasi Penghidupan Masyarakat Pesisir... Restorasi = “memulihkan”, “memperbarui”, “mengembalikan, atau “memperbaiki” Kegiatan ini bertujuan memulihkan, memperbarui, memperbaiki, kehidupan (dan lingkungan) masyarakat pesisir
Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan/program ini di laksanakan di 4 (empat) kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu kabupaten Maros, Takalar, Barru dan Pangkep. Di Barru: dilaksanakan di desa Lawallu, Lampoko, Madello dan Cilellang. Di Pangkep: dilaksanakan di desa Bontomanai, Pitusunggu, Tamangapa dan Boddie.
3
Pelaksana Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan oleh 3 organisasi, yaitu Oxfam, MAP dan Lemsa. Tugas dan fungsi masingmasing organisasi tersebut adalah:
Oxfam
Bertanggung jawab Mengkoordinasi/ mengatur pelaksanaan program dan memastikan terlaksananya program
MAP
Bertanggung jawab melakukan perbaikan lingkungan/ekosistem pesisir
Lemsa
Bertanggung jawab melakukan peningkatan ekonomi masyarakat
Lama Kegiatan Kegiatan ini direncakan untuk berlangsung selama 5 (lima) tahun, yaitu antara tahun 2010 hingga tahun 2015... Kegiatan ini sudah terlaksana di desa Lampoko dan Lawallu (Barru), dan di desa Bontomanai dan Pitusunggu (Pangkep) sejak tahun lalu (2010)... Apa saja yang sudah dilakukan program ini dalam 1 tahun ini?...
4 Kegiatan yang Sudah Dilakukan dalam 1 tahun ini
oleh MAP,
oleh Lemsa,
Kegiatan Sekolah Lapang Padi Air Asin (cara budidaya padi di sawah yang sudah rusak karena terkena air tambak/asin)
Kegiatan pendampingan kelompok ekonomi yang sudah ada di desa
Kegiatan Sekolah Lapang Pertanian tanpa menggunakan pupuk kimia (pertanian organik)
Kegiatan pendampingan terhadap alumni Sekolah Lapang
Kegiatan pelatihan keterampilan usaha bagi ibu-ibu/perempuan
Kegiatan pelatihan pemanfaatan bakau yang ramah lingkungan
Kegiatan ini bertujuan memulihkan, memperbarui, memperbaiki, kehidupan (dan lingkungan) masyarakat pesisir dan mendorong terciptanya kesetaraan gender....
Lemsa