MENUJU ERA BARU
LAPORAN TAHUNAN 2013
DAFTAR ISI 2 4
Ikhtisar Data Keuangan Komposisi Pemegang Saham
46
Tingkat Suku Bunga Penghimpunan dan Penyediaan Dana
LAPORAN MANAJEMEN
ANALISIS KEUANGAN
6 8
48 49 53 56 56 57
Sambutan Dewan Komisaris Sambutan Direktur Utama
PROFIL PERUSAHAAN 12 14 15 18 19 20 21 22 24 25 26 27 28
Sekilas Bank Yudha Bhakti Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan Jaringan Usaha Dewan Komisaris Direksi Profil Dewan Komisaris Profil Direksi Pejabat Eksekutif Pemimpin Kantor Cabang Struktur Organisasi Produk dan Layanan Bank Penghargaan Peristiwa Penting
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 60
35 37 42 43
Tinjauan Perekonomian dan Perbankan Indonesia Strategi dan Kebijakan Manajemen Kinerja Perkreditan Teknologi Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
PENGUNGKAPAN PERMODALAN SERTA PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO 84 87
TINJAUAN & KINERJA BISNIS 2013 32
Analisis Kinerja Keuangan Laporan Posisi Keuangan Laporan Laba Rugi Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Arus Kas Rasio-Rasio Keuangan Bank
Pengungkapan Permodalan Pengungkapan Eksposur Risiko dan Penerapan Manajemen Risiko
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 120
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN AUDITED 124
Laporan Keuangan Tahunan Audited
IKHTISAR DATA KEUANGAN
Data Keuangan (dalam jutaan Rupiah) 2013
2012
2011
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Total Aset
2.304.508
2.578.274
2.304.355
521.770
278.130
536.094
Kredit Yang Diberikan
1.517.507
1.980.963
1.509.670
Aset Produktif
2.040.114
2.260.224
2.046.111
Dana Pihak Ketiga
1.954.807
2.185.402
1.895.758
91.768
172.207
198.441
101.398
92.390
92.765
1.761.641
1.920.805
1.604.552
257.536
253.778
215.589
Pendapatan Bunga
264.226
307.666
298.439
Beban Bunga
139.774
177.010
175.576
Pendapatan Bunga Bersih
124.452
130.656
122.863
6.480
7.107
15.192
105.110
103.929
97.110
Beban CKPN
9.926
4.205
10.814
Pendapatan (Beban) Non Operasional
2.099
(446)
129
Laba Sebelum Pajak
17.995
29.184
30.261
Laba Setelah Pajak
11.055
21.019
22.682
15.34%
12.89%
12.76%
NPL-Gross
3.91%
3.56%
4.52%
NPL-Nett
2.93%
2.85%
4.17%
ROA
0.78%
1.11%
1.30%
ROE
4.66%
9.75%
10.74%
NIM
5.74%
5.12%
5.33%
BOPO
94.13%
90.59%
90.39%
LDR
76.58%
90.65%
79.63%
638
637
610
32
32
31
Treasury Aset
-
Giro
-
Tabungan
-
Deposito
Modal/Ekuitas Laporan Laba Rugi
Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya
Rasio Keuangan (%) Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Jumlah Karyawan Jumlah Kantor
2
Bank Yudha Bhakti
2011
2012
2013
Laporan Tahunan 2013
3
KOMPOSISI PEMEGANG SAHAM
Para pemegang saham Bank Yudha Bhakti menyadari bahwa struktur permodalan yang kuat dan sehat akan mampu mendorong Bank untuk dapat tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan, maka dari itu para pemegang saham Bank Yudha Bhakti melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada tanggal 20 Mei 2013 sebagaimana dituangkan dalam Akta Nomor 09, tanggal 20 Mei 2013 yang dibuat dihadapan Agung Iriantoro, SH., MH Notaris di Jakarta, bersepakat dan bermufakat untuk menambah permodalan Bank yang berasal dari fresh money, sehingga struktur permodalan Bank Yudha Bhakti, menjadi: Modal Dasar Bank Yudha Bhakti berjumlah Rp600.000.000.000,- (enam ratus miliar rupiah) yang terdiri atas 600.000 lembar saham dengan nilai Rp1.000.000 per saham. Modal Disetor berdasarkan akta Nomor: 21, tanggal 28 Juni 2013 berjumlah Rp206.516.000.000,- (dua ratus enam miliar lima ratus enam belas juta rupiah) yang terdiri dari 206.516 lembar saham @ Rp1.000.000.
Komposisi kepemilikan saham Bank Yudha Bhakti adalah sebagai berikut:
4
Bank Yudha Bhakti
LAPORAN MANAJEMEN 6
SAMBUTAN DEWAN KOMISARIS
8
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA
Laporan Tahunan 2013
5
SAMBUTAN DEWAN KOMISARIS
Stakeholders yang kami hormati Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugrah serta rahmat-Nya, ditengah perekonomian global sepanjang tahun 2013 yang cenderung melambat, lemahnya permintaan global dan penurunan harga komoditas menyebabkan pertumbuhan ekspor Indonesia menjadi terbatas, permintaan domestik juga belum mampu menopang pertumbuhan ekonomi karena melemahnya daya beli konsumen akibat kenaikan inflasi pasca kenaikan harga bahan bakar bersubsidi, Bank Yudha Bhakti sepanjang tahun 2013 masih menunjukkan kinerja yang baik. Hingga akhir tahun 2013, kinerja perbankan nasional menghadapi tekanan baik dalam hal ekspansi bisnis maupun dalam hal profitabilitas. Seiring perlambatan ekonomi, penyaluran kredit perbankan secara tahunan tumbuh di kisaran 22% melambat dibandingkan periode sebelumnya. Likuiditas perbankan juga terlihat cukup ketat seiring tingginya Loan to Deposit Ratio (LDR) hingga 90% sementara dana masyarakat hanya tumbuh sebesar 13,8% Year on Year (YoY). Meskipun volatilitas kurs dan laju inflasi meningkat, namun kualitas kredit perbankan nasional masih terjaga baik dengan Non Perfoming Loan (NPL) pada kisaran 2% dengan rasio permodalan dikisaran 18%. Resiliensi kinerja perbankan nasional juga didukung kebijakan antisipatif BI untuk menurunkan risiko peningkatan Non Perfoming Loan (NPL), seperti kebijakan Loan to Value (LTV) untuk KPR serta kebijakan pembatasan kepemilikan kartu kredit. Ditengah ketidakpastian global tersebut, Manajemen secara disiplin telah mengelola likuiditas dengan baik dan selektif mengembangkan bisnis dengan fokus di sektor yang tahan krisis. Manajemen juga berupaya meningkatkan fasilitas layanan bagi nasabah dengan memperbaiki strategi usaha dan pengembangan organisasi. Bagi Bank Yudha Bhakti tahun 2013 merupakan awal era transformasi bisnis Bank dengan fokus pada bisnis Pensiun, dan bisnis Ritel yang saat ini telah memperlihatkan hasil yang mengembirakan. Secara umum selama tahun 2013 kinerja perseroan menunjukkan kinerja yang baik, likuiditas masih dapat terjaga dengan baik, dengan realisasi Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 76,58% atau 9,75% dibawah anggaran sebesar 86,33% hal ini disebabkan sikap kehati-
6
Bank Yudha Bhakti
hatian Bank paska kenaikan harga BBM dan kurs USD yang berdampak pada turunnya daya beli masyarakat. Rasio Kecukupan Penyediaan Modal Minimum (CAR) dengan memperhitungkan risiko kredit, operasional dan pasar mencapai 15,34% atau berada diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Selama tahun 2013, Dewan Komisaris juga mencatat adanya perbaikan dalam bidang pelaksanaan Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) seperti semakin tertatanya sistem dan prosedur operasional, termasuk efektifnya pelaksanaan fungsi pengendalian internal dan pengelolaan risiko walaupun masih harus terus ditingkatkan ke depannya. Perbaikan hasil tersebut merupakan komitmen semua pihak untuk menjadikan kerangka pengawasan (check and balance) yang dimiliki Bank Yudha Bhakti. Perbaikan penerapan tata kelola perusahaan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan Bank Yudha Bhakti dan memberikan citra reputasi yang baik. Dalam melakukan fungsi pengawasan, Dewan Komisaris dibantu oleh 3 (tiga) Komite, yakni Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Komite-komite di jajaran Dewan Komisaris tersebut telah memiliki Pedoman Kerja dan telah berfungsi dengan baik. Dalam rangka implementasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Bank Yudha Bhakti tetap berkomitmen untuk melaksanakannya dalam operasional perusahaan sehari-hari dan bertekad untuk meningkatkan sehingga diharapkan nilai-nilai tata kelola perusahaan dapat menjadi budaya dan membangun kesadaran seluruh karyawan dari Direksi hingga staf.
Didalam intern di Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Dewan Komisaris, Direksi, dan RUPS sepakat mengedepankan prinsip Transparansi, Akuntabilitas, Pertanggungjawaban, Independensi dan Kewajaran serta profesionalisme untuk mewujudkan visi dan misi. Oleh karenanya, Dewan Komisaris senantiasa akan memastikan pelaksanaan Rencana Bisnis Bank dilakukan dengan cermat dan penuh kehati-hatian. Atas rencana korporasi yang disusun oleh Direksi, Dewan Komisaris menilai bahwa ke depan Bank Yudha Bhakti dapat lebih meningkatkan upaya penyaluran kredit dengan fokus kepada kredit segmen Pensiun, dan UKM (Small and Medium Enterprises). Bank Yudha Bhakti berkomitmen untuk meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 92%-95%. Untuk itu, Bank Yudha Bhakti perlu meningkatkan permodalannya melalui pemupukan laba usaha, dan pelaksanaan Go Public.
Akhirnya, atas nama Dewan Komisaris, saya menyampaikan apresiasi kepada Direksi, Manajemen dan seluruh karyawan atas pencapaian kinerja yang baik sepanjang tahun 2013. Kami harapkan semangat, dedikasi, dan kerjasama tim yang baik sepanjang tahun ini dapat lebih ditingkatkan untuk mengatasi tantangan yang lebih besar lagi pada tahun 2014. Tidak lupa kami juga berterimakasih kepada seluruh stakeholders dan nasabah Bank Yudha Bhakti atas dukungan dan kepercayaannya yang telah diberikan selama ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 9 April 2014
Suprihadi, SIP. Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen
Laporan Tahunan 2013
7
SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA
Pemegang Saham, Pemangku Kepentingan, Nasabah & Karyawan Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan karunia dan rahmatNya, sehingga walaupun selama tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Nasional mengalami perlambatan, laju inflasi mengalami kenaikan cukup signifikan dan melemahnya nilai tukar Rupiah, namun secara keseluruhan Bank Yudha Bhakti masih dapat melalui tahun 2013 dengan hasil yang baik. Hal ini tidak terlepas dari komitmen, loyalitas, semangat dan kerja keras dari seluruh jajaran Bank Yudha Bhakti. Dalam upaya mencapai tujuan usahanya, Bank Yudha Bhakti senantiasa berpedoman kepada visi dan misi yang telah disepakati oleh seluruh jajaran manajemen dan karyawan. Ditengah persaingan industri perbankan yang ketat di Indonesia, Bank Yudha Bhakti telah memilih untuk melakukan pendekatan yang unik dan bersahabat kepada seluruh nasabahnya. Bank Yudha Bhakti akan menjadi relationship bank yang mempunyai hubungan yang lebih baik, lebih dalam, lebih lama & lebih banyak (deeper, longer & multiple relationship) dengan para nasabah baik dari sisi kebutuhan produk penghimpunan dana, penyediaan dana ataupun layanan perbankan lainnya. Visi, Misi dan Budaya Perusahaan Sejalan dengan Visi dan Misi Bank Yudha Bhakti yaitu menjadi Bank Ritel yang solid, tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan serta mampu mengkreasi suatu nilai yang optimal bagi pemegang saham serta Stakeholders pada umumnya, Bank Yudha Bhakti telah mampu mempertahankan kinerja Perusahaan dengan dukungan dari semua Stakeholders, dengan melakukan perbaikan pada aspek organisasi, Sumber Daya Manusia dan Teknologi Informasi. Perbaikan budaya perusahaan juga difokuskan pada peningkatan Implementasi Tata Kelola, Kepatuhan dan Manajemen Risiko di semua lini, sehingga diharapkan Bank Yudha Bhakti dapat menjadi Bank yang dapat dipercaya oleh para nasabah, karyawan, regulator, kalangan perbankan nasional, para rekan bisnis dan stakeholder lainnya serta dapat memiliki struktur modal yang kuat, kondisi keuangan yang sehat dan didukung oleh operasional perbankan yang efisien.
8
Bank Yudha Bhakti
Arah Kebijakan dan Kinerja Bank Tahun 2013
Prospek Usaha
Bank Yudha Bhakti telah menyusun kebijakan dan strategi manajemen tahun 2013 - 2015 sejalan dengan penetapan Visi Bank, yaitu “Menjadi Bank Ritel yang solid, tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan”, maka seluruh kebijakan manajemen akan difokuskan dan diarahkan untuk mewujudkan visi tersebut. Manajemen telah sepakat dan menetapkan arah kebijakan Bank Yudha Bhakti adalah dengan : Mengelola likuiditas secara optimal melalui kebijakan pendanaan yang efisien; Menyusun kebijakan target market Bank Yudha Bhakti tahun 2013-2017 dengan fokus pada bisnis pensiun, UKM (Low End) dan Ritel; Persiapan penggunaan Automatic Teller Machine (ATM) dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada seluruh nasabah Bank Yudha Bhakti; Meningkatkan struktur permodalan; Meningkatkan dan memperkuat infrastruktur Teknologi Informasi (TI) dan Sumber Daya Manusia (SDM), dan Meningkatkan implementasi Tata Kelola, Kepatuhan dan Manajemen Risiko.
Kedepan, persaingan industri perbankan akan semakin ketat. Di tingkat domestik, area persaingan bisnis antara lain dalam penghimpunan dana, penyaluran kredit dan pelayanan transaksi nasabah seiring dengan meningkatnya kapasitas dan kapabilitas Bank. Menjawab tantangan tersebut Bank Yudha Bhakti tetap optimis akan mampu bersaing dan tetap eksis sejalan dengan Visi dan Misi yang telah ditetapkan. Strategi manajemen dengan rencana reposisi perkreditan dengan fokus pada Kredit Pensiun dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga mendapatkan respon yang positif dari Jajaran Dewan Komisaris dan Pemegang Saham. Dalam menetapkan arah dan kebijakan di tahun 2014, tentu tidak terlepas dari kondisi internal yang dihadapi Bank Yudha Bhakti selama tahun 2013, prospek ekonomi makro kedepan, prinsip kehati-hatian, penerapan manajemen risiko, serta azas-azas perbankan yang sehat.
Seiring dengan penerapan strategi dan kebijakan Bank yang fokus pada kredit-kredit yang bersifat installment based dan penghimpunan dana pada nasabah ritel, maka kinerja perkreditan Bank Yudha Bhakti selama tahun 2013 menggambarkan hasil yang cukup baik dibanding tahun sebelumnya. Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (CAR) dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional dan risiko pasar mencapai 15,34% di atas ketentuan Bank Indonesia dan diharapkan mampu mengcover risiko yang mungkin terjadi. Rasio aset likuid terhadap total aset per 31 Desember 2013 mencapai 23,37% atau 5,36% di atas target sebesar 2,37%; hal ini sejalan dengan strategi utama Bank Yudha Bhakti untuk tetap menjaga likuiditas dengan baik. Sebagai konsekuensi dari strategi bisnis Bank untuk fokus menjaga likuiditas dari tekanan perekonomian, maka laba tahun berjalan (sebelum pajak) mencapai Rp17,95 miliar atau Rp14 miliar di bawah target yang ditetapkan sebesar Rp31,23 miliar.
Di tengah kondisi perekonomian domestik yang belum kondusif dan arah kebijakan manajemen yaitu melakukan reposisi kredit kepada segmen usaha yang Low Risk dan High Return, Bank Yudha Bhakti tetap optimis akan dapat terus tumbuh dengan lebih baik lagi. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan atau GCG pada Bank Yudha Bhakti berpedoman kepada prinsip transparansi (Transparency), a k u n t a b i l i t a s (Accountability), pertanggungjawaban (Responsibility), independensi (Independence), dan kewajaran (Fairness). Terkait implementasi GCG, Bank mengacu pada peraturan sebagai berikut : Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum; Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006; Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
Laporan Tahunan 2013
9
Salah satu faktor penting dalam penerapan GCG di Bank adalah kelengkapan susunan pengurus Bank, dalam hal ini anggota Direksi dan Dewan Komisaris. Mengingat pentingnya penerapan GCG bagi seluruh pemangku kepentingan, maka setiap kebijakan Bank dibuat berdasarkan prinsip GCG. Selain itu, Bank juga telah membentuk Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Nominasi & Remunerasi yang bertujuan untuk memberikan kontribusi maksimal bagi tercapainya rencana bisnis Bank. Komitmen untuk Karyawan Sepanjang tahun 2013, Bank selalu berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusianya. Hal ini dilakukan karena Bank menyadari bahwa untuk mencapai target finansial maupun non finansial, Bank juga harus selalu meningkatkan kemampuan karyawannya melalui pendidikan yang berkesinambungan.
pengangkatan Direktur Utama Perseroan, disusul dengan Direktur Kepatuhan pada November 2013 dan Direktur Komersial pada Desember 2013. Sehingga diharapkan kedepan Bank Yudha Bhakti dapat terus meningkatkan kinerjanya. Sebagai penutup, Direksi menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dewan Komisaris atas semua saran dan masukan demi perbaikan kinerja operasional Bank. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh karyawan, mitra usaha, pelanggan setia, serta seluruh pemangku kepentingan atas dukungan dan kepercayaannya kepada Bank Yudha Bhakti. Semoga pencapaian Bank di tahun 2013 dapat lebih meningkat di tahun-tahun mendatang.
Perubahan Komposisi Anggota Direksi Selama tahun 2013 Bank juga telah dapat memenuhi aspek Governance Structure yaitu melengkapi susunan 4 (empat) orang anggota Direksi Perseroan. Pada bulan September 2013 melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tepatnya pada tanggal 18 September 2013 telah dilakukan
Atas Nama Direksi,
Michael Hoetabarat. Direktur Utama
10
Bank Yudha Bhakti
PROFIL PERUSAHAAN 12
SEKILAS BANK YUDHA BHAKTI
22
PEJABAT EKSEKUTIF
14
VISI, MISI DAN TATA NILAI PERUSAHAAN
24
PEMIMPIN KANTOR CABANG
15
JARINGAN USAHA
25
STRUKTUR ORGANISASI
18
DEWAN KOMISARIS
26
PRODUK DAN LAYANAN BANK
19
DIREKSI
27
PENGHARGAAN
20
PROFIL DEWAN KOMISARIS
28
PERISTIWA PENTING
21
PROFIL DIREKSI
Laporan Tahunan 2013
11
SEKILAS BANK YUDHA BHAKTI
Dengan terbitnya PAKTO 27/1988, maka terdapat kemudahan dan terbuka peluang yang besar untuk mendirikan Bank baru, hal ini disikapi dengan diadakannya “Temu Koordinasi” pada tanggal 1 Desember 1988 antara Dephankam, Perum ASABRI, Pepabri dan para developer rekanan Dephankam. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengoptimalkan dana yang dimiliki Dephankam, khususnya dana proyek KPR yang pada saat itu cukup potensial, dilain pihak jumlah rekanan dalam lingkungan Dephankam/ABRI diperkirakan potensial membantu dapat diwujudkan pendirian suatu Bank baru.
Menindaklanjuti pertemuan tersebut, maka pada tanggal 9 Januari 1989 diajukan proposal pembentukan Bank kepada Menhankam, yang pada prinsipnya disetujui oleh Menhankam, untuk dikembangkan dan diadakan penjajakan lebih lanjut, dilanjutkan dengan pertemuan dan pembicaraan dengan Menpera, Dirut Bank Umum Pemerintah dan Dirut Bank Umum Swasta Nasional. Dari hasil pertemuan tersebut terbit Surat Perintah Menhankam Nomor: Sprin/146/I/1989 tanggal 28 Januari 1989 yang memerintahkan kepada Dirut Perum ASABRI - Mayjen. TNI Tjok P. Swastika dan Ketua Dewan Pembina Proyek KPR Dephankam - Letjen. TNI (Purn) Sarwono Widyo Hoetomo, untuk menyusun Studi Kelayakan pendirian Bank, dengan tujuan pokok untuk meningkatkan kesejahteran Prajurit ABRI dan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Dephankam/ABRI. Dalam rangka persiapan rencana pendirian Bank Umum, pada bulan Februari 1989 telah diadakan beberapa pertemuan dengan Konsultan Manajemen LPPI, Dirut Perum ASABRI cq. Direktur Teknik dan Dirjen Moneter Dalam Negeri dan diputuskan bahwa dalam rangka persiapan pendirian Bank
12
Bank Yudha Bhakti
tersebut, akan digunakan jasa Konsultan Manajemen LPPI untuk membuat Studi Kelayakan dan bekerjasama dengan Bank Niaga. Proses pendirian Bank Yudha Bhakti dilalui dalam beberapa tahap persiapan, diawali dengan permohonan persetujuan prinsip pendirian Bank, pengurusan perizinan, pendanaan, pengadaan personil dan semua penunjang lainnya, sampai dengan tahap persiapan operasional. Rapat Umum Pemegang Saham yang pertama diselenggarakan pada tanggal 26 Juli 1989, dan kemudian pada tanggal 14 Agustus 1989 telah mendapat Persetujuan Prinsip Pendirian Bank Umum dari Menteri Keuangan dengan Nomor: S-982/MK.13/1989 tanggal 14 Agustus 1989. Tanggal 1 September 1989, telah mendapat surat rekomendasi dari Bank Indonesia dengan Nomor: 22/530/UUPS/PSbD Perihal Persiapan Pendirian Bank Umum PT Bank Yudha Bhakti yang mengacu kepada Surat Menteri Keuangan Nomor: S-982/MK.13/1989 tanggal 14 Agustus 1989 perihal Persetujuan Prinsip pendirian Bank Umum PT Bank Yudha Bhakti di Jakarta.
Pada tanggal 14 September 1989 diadakan Rapat Umum Pemegang Saham Kedua, yang menghasilkan keputusan penting antara lain: Penambahan 1 (satu) Pusat Koperasi lagi sebagai Pendiri/Pemegang Saham yaitu PUSKOP DEPHANKAM serta pengesahan “Logo” PT Bank Yudha Bhakti. Tanggal 23 Oktober 1989 telah mendapatkan Surat Rekomendasi dari Menteri Koperasi dengan Nomor: 266/M/X/1989, yang memberikan izin kepada INKOPAD, INKOPAL, INKOPAU, INKOPPOL, INKOPPABRI, PUSKOP MABES TNI, dan PUSKOP DEPHANKAM untuk mendirikan PT Bank Yudha Bhakti.
diperlukan upaya penyelamatan dengan Obligasi Rekap dari Pemerintah Republik Indonesia. Dimulai sejak tahun 2001 Bank Yudha Bhakti mampu melakukan ekspansi secara berkelanjutan dengan pembukaan beberapa Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu di wilayah Jawa dan Sumatera. Dari waktu ke waktu Bank Yudha Bhakti juga senantiasa berusaha untuk dapat memenuhi ketentuan permodalan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Yudha Bhakti selama ini mampu memenuhi kebutuhan modal dengan menggenerate laba menjadi stock devident yang dialokasikan secara proporsional kepada Para Pemegang Saham sehingga meningkatkan Modal Disetor Perseroan. Pada tahun 2011 Bank Yudha Bhakti meningkatkan Modal Dasar Perseroan dari semula sebesar Rp150.000.000.000,(seratus lima puluh miliar rupiah) menjadi sebesar Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah) dan pada tahun 2013 dari Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah) menjadi Rp600.000.000.000,- (enam ratus miliar rupiah).
Tanggal 9 Januari 1990 Bank Yudha Bhakti mulai beroperasi, yang secara perlahan namun pasti dapat berkembang menjadi Bank yang solid, dan handal terutama dalam melayani masyarakat/nasabah khususnya di segmen usaha kecil dan ritel. Krisis moneter di tahun 1998, sangat memukul sektor usaha dan dampaknya sangat besar pada sektor perbankan nasional. Hal ini ditandai dengan dilikuidasinya beberapa Bank Umum Swasta Nasional. Namun krisis moneter tersebut tidak membawa pengaruh yang merugikan bagi Bank Yudha Bhakti, bahkan Bank Yudha Bhakti dapat menangkap peluang yang positif dari terjadinya krisis yang melanda perekonomian Indonesia tersebut.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Bank Yudha Bhakti senantiasa melakukan penyempurnaan Teknologi Sistem Informasi dan Organisasi untuk mengantisipasi kebutuhan dan perkembangan lingkungan bisnis yang terus berkembang. Hal lain yang dilakukan manajemen adalah selalu meningkatkan budaya kerja (corporate culture) yang didasarkan pada kemampuan dan kebutuhan sehingga dapat memberikan dampak positif pada kinerja perusahaan secara optimal.
Bank Yudha Bhakti pada periode krisis tersebut mampu meraih klasifikasi sebagai Bank kategori “A”, sehingga tidak
20 Kantor Cabang Pembantu
KANTOR DATA CENTER
BANK YUDHA BHAKTI
6 KANTOR CABANG
5 KANTOR KAS
Laporan Tahunan 2013
13
Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan
Visi Menjadi Bank ritel yang solid, tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.
Misi Mampu mengkreasi suatu nilai yang optimal bagi pemegang saham dan Stakeholder pada umumnya.
Tata Nilai Perusahaan Sebagai bentuk komitmen Bank Yudha Bhakti dalam internalisasi Good Corporate Governance (GCG), manajemen mencanangkan bagi seluruh jajaran karyawan pada semua tingkatan organisasi agar senantiasa bertindak, bersikap dan berperilaku sesuai dengan tata nilai perusahaan sebagai dasar penyusunan budaya perusahaan (corporate culture) yang dapat menjadi acuan utama bagi seluruh karyawan Bank tanpa terkecuali sebagai berikut:
14
Kehati-hatian (prudential) Bertanggungjawab (responsibility) Kesetaraan (fairness) Keterbukaan (transparancy) Kebersamaan (team work)
Bank Yudha Bhakti
Jaringan Usaha
DATA CENTER
KANTOR PUSAT Gedung Primagraha Persada Jl. Gedung Kesenian No. 3-7, Jakarta Pusat-10710 Telp. (021) 351 7523 & 351 7533 Fax. (021) 351 7530 & 351 7535 E-mail
[email protected] Website: www.yudhabhakti.co.id
Ruko Permata Pancoran Blok D No. 16-17 Jl. Raya Pasar Minggu Kav.32 Jakarta Selatan-12910 Telp. (021) 7918 3969 & 7918 3169 Fax. (021) 7918 0987
KANTOR CABANG
BANDUNG Jl. Lombok No.32, Bandung -40114 Telp. (022) 422 0111, 426 1618, (022) 422 0222 Fax. (022) 426 1619, 426 1599 E-mail:
[email protected] SEMARANG Ruko Peterongan Plaza No. A9 Jl. MT Haryono No.719 Semarang-50242 Telp. (024) 841 3624, 841 7033 Fax. (024) 841 7034
SURABAYA Gedung Darmo Square Jl. Raya Darmo No.54-56 Surabaya-60241 Telp. (031) 561 3588, 563 5065 Fax. (031) 563 6141 E-mail:
[email protected] MEDAN Jl. Ir. H. Juanda No.14 Medan Sumatera Utara-20157 Telp. (061) 455 0028, 456 6285 Fax. (061) 455 0273
PALEMBANG Jl. Jendral Sudirman, No. 2933 B.20 Ilir III Palembang, Sumatera Selatan Telp. (0711) 321980, 321981, 321 982 Fax. (0711) 320 788 PEKANBARU Jl. Jendral Sudirman No. 135 Pekanbaru, Riau-28282 Telp. (0761) 40777, 40772 Fax. (0761) 40773
KANTOR CABANG PEMBANTU
JAKARTA PUSAT CAPEM. CEMPAKA MAS Graha Cempaka Mas Blok.C-29 Jl. Letjen. Suprapto No.1 Jakarta Pusat-14340 Telp. (021) 420 4717, 420 4802 Fax. (021) 4287 9629 E-mail:
[email protected]
CAPEM. KWITANG Gedung YKPP Jl. Kwitang Raya No. 21 Senen Jakarta Pusat -10240 Telp. (021) 316 1545, 3192 4226, (021) 311 5455 Fax. (021) 361 5455 E-mail:
[email protected]
CAPEM. CIDENG Jl. Biak Ujung No. 3D Jakarta Pusat-10150 Telp. (021) 351 0949, 351 0658, (021) 380 0424 Fax. (021) 350 9448 E-mail:
[email protected]
Laporan Tahunan 2013
15
JARINGAN USAHA
JAKARTA SELATAN
JAKARTA TIMUR
JAKARTA UTARA
CAPEM. ASABRI Gedung ASABRI Jl. Mayjen. Soetoyo No.11 Cililitan Jakarta Timur-13630 Telp. (021) 809 6036, 809 5455, (021) 808 81581 Fax. (021) 800 9345 E-mail:
[email protected]
CAPEM. KLENDER Pertokoan Mal Citra Klender Blok B – I No.4 Jl. I Gusti Ngurah Rai, Jakarta Timur-13470 Telp. (021) 863 1773, 862 1225, (021) 862 1145 Fax. (021) 861 1564 E-mail:
[email protected]
CAPEM. KELAPA GADING Ruko Bukit Gading Mediterania Blok A No. 11 Jl. Boulevard Bukit Gading Raya Kelapa Gading, Jakarta Utara -14241 Telp. (021) 4585 8342, 4585 8343 Fax. (021) 4585 8345 E-mail:kelapagading@yudhabhakti. co.id
CAPEM. DUTA MAS Pertokoan Duta Mas Blok.A1/25 Jl. RS Fatmawati No.36 Jakarta Selatan-12420 Telp. (021) 722 0555, 722 0562, (021) 723 7332 Fax. (021) 722 0568 E-mail:
[email protected]
CAPEM. CIPINANG Pasar Induk Beras Cipinang Blok K6 Jl. Cipinang, Pisangan Jakarta Timur-13230 Telp. (021) 4786 8731, 4786 8732 Fax. (021) 4786 5734 E-mail:
[email protected]
JAKARTA BARAT CAPEM. PANCORAN Ruko Permata Pancoran Blok. A-16 Jl. Raya Pasar Minggu No.32 Jakarta Selatan-12910 Telp. (021) 799 0449, 799 2213 Fax. (021) 799 1602 E-mail:
[email protected] CAPEM. KUNINGAN Gedung PPHUI (Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail) Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-22 Jakarta Selatan-12950 Telp. (021) 527 8816, 527 8817 Fax. (021) 527 8818 E-mail
[email protected]
16
Bank Yudha Bhakti
CAPEM. TANJUNG DUREN Ruko Sentra Bisnis Tanjung Duren Blok B No.1 Jl. Tanjung Duren Utara I No. 38 Jakarta Barat-11470 Telp. (021) 565 3519, 563 0970, (021) 563 0972 Fax. (021) 565 3284 E-mail:
[email protected] CAPEM. KEBON JERUK Perkantoran ARIES NIAGA Blok A-1 No. 1 K Jl. Taman Aries, Meruya Utara Kembangan Jakarta Barat-11620 Telp. (021) 585 7860, 585 8863 Fax. (021) 589 06931 E-mail:
[email protected]
CAPEM. TANJUNG PRIOK Perkantoran Enggano Megah Blok B No 9-M Jl. Raya Enggano No.5, Tanjung Priok Jakarta Utara-14310 Telp. (021) 4392 5341, 4392 5342 Fax. (021) 4392 5339 E-mail:tanjungpriuk@yudhabhakti. co.id
BANTEN CAPEM. CIPUTAT Jl. Ir.H. Juanda No. 65 Ciputat, Tangerang Selatan - Banten Telp. (021) 749 7367, 749 7368, (021) 740 3952 Fax. (021) 749 1870 E-mail:
[email protected] CAPEM. SERPONG (BSD) WTC Matahari Serpong Jl. Raya Serpong No.5861 Tangerang Selatan - Banten Telp. (021) 5315 5552, 5315 5553 Fax. (021) 5315 5554 E-mail:
[email protected]
JAWA BARAT
KANTOR KAS
SUMATERA UTARA
CAPEM. BEKASI Sun City Square Jl. M. Hasibuan Blok A No. 44 Kalimalang, Bekasi-17141 Telp. (021) 8886 3695, 8886 3697 Fax. (021) 8886 3694 E-mail:
[email protected]
JAKARTA PUSAT
KANTOR KAS MEDAN Jl. Setiabudi No. 232 Blok A/5 Medan, Sumatera Utara Telp. (061) 822 6267 Fax. (061) 822 6268
CAPEM. DEPOK Jl. Raya Citayam (Kartini) No. 87 A Rt. 01/02 Pancoran Mas-Depok Telp. (021) 7721 6910 Fax. (021) 7721 0834 E-mail:
[email protected] CAPEM. CIMAHI Jl. H. Amir Machmud No. 818 Cimahi-Bandung Telp. (022) 664 8872, 662 6695 Fax. (022) 664 8801
JAWA TIMUR CAPEM. NGAGEL Jl. Ngagel Jaya Selatan No. 111 Surabaya-60284 Telp. (031) 5044 0342, 5044 888 Fax. (031) 504 0341 CAPEM. SIER-SURABAYA Wisma SIER Jl. Rungkut Industri Raya No.10 Surabaya-60293 Telp. (031) 843 8580, 843 9981 Fax. (031) 843 9204 E-mail:
[email protected]
KANTOR KAS KEMENHAN Kompleks Kementrian Pertahanan Jl. Medan Merdeka Barat No.13-14 Jakarta Pusat-10110 Telp. (021) 382 8936, 386 1765 Fax. (021) 352 1263
JAKARTA SELATAN KANTOR KAS UPN Kampus UPN Veteran Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu Jakarta Selatan-12450 Telp. (021) 7590 1743, 7590 1760 Fax. (021) 7590 1744 KANTOR KAS ALDIRON DIRGANTARA Wisma Aldiron Dirgantara Semi Basement No. 36 A Jl. Gatot Subroto Kav. 72 Jakarta Selatan-12910 Telp. (021) 7919 0313 Fax. (021) 7919 0319
JAKARTA TIMUR KANTOR KAS STIENI Gedung STIENI Jl. Matraman No.7 Jakarta Timur-13150 Telp. (021) 859 08314 Fax. (021) 859 08321
Laporan Tahunan 2013
17
DEWAN KOMISARIS
Dari Kiri ke Kanan : Marsekal Madya TNI ( Purn.) Suprihadi, S.IP, Letjen TNI (Purn.) I Putu S. Soeranta, Tjandra Mindharta Gozali, Mayjend TNI (Purn.) Rianzi Julidar, S.IP., SH., MSc.
18
Bank Yudha Bhakti
DIREKSI
Dari Kiri ke Kanan : Syahril Yoserizal (Direktur Operasi), Dian Savitry (Direktur Komersial), Michael Hoetabarat (Direktur Utama), Iim Wardiman (Direktur Kepatuhan)
Laporan Tahunan 2013
19
PROFIL DEWAN KOMISARIS
Marsekal Madya TNI ( Purn.) Suprihadi, S.IP Lahir pada tanggal 22 Maret 1949 di Magelang. Menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Yudha Bhakti sejak tahun 2003 dan sebagai Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen I sejak tahun 2007. Mengawali karir militer di Angkatan Udara sejak tahun 1972 dan memperoleh pangkat Marsekal Madya TNI AU pada tahun 2002. Pernah menjabat sebagai Komisaris Utama pada beberapa Badan Usaha Milik Negara termasuk PT ASABRI (Persero), sebelum bergabung sebagai salah satu jajaran Dewan Komisaris Bank Yudha Bhakti.
Letjen TNI (Purn.) I Putu S. Soeranta Lahir pada tanggal 11 April 1938 di Klungkung. Menjabat sebagai Komisaris Utusan Bank Yudha Bhakti sejak tahun 1994, sebagai Komisaris sejak tahun 1997 dan sebagai Komisaris Independen II sejak tahun 2007. Mengawali karir militer di Angkatan Darat sejak tahun 1962 dan memperoleh pangkat Letjen TNI AD pada kurun waktu tahun 19931998. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Kesra merangkap Anggota pada Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (DPARI), sebelum bergabung sebagai salah satu jajaran Dewan Komisaris Bank Yudha Bhakti.
Mayjend TNI (Purn.) Rianzi Julidar, S.IP., SH., MSc. Lahir pada tanggal 29 Juli 1951 di Jakarta. Menjabat sebagai Komisaris Bank Yudha Bhakti sejak tahun 2007. Mengawali karir militer di Angkatan Darat sejak tahun 1974. Pernah menjabat sebagai Staf Ahli Kasad Bidang Manajemen dan pada tahun 2005 menjabat sebagai Ketua INKOPAD, saat ini selain bergabung sebagai salah satu jajaran Dewan Komisaris Bank Yudha Bhakti beliau juga menjabat sebagai Ketua Umum INKOVERI.
Tjandra Mindharta Gozali Lahir pada tanggal 25 Oktober 1952 di Jember. Menjabat sebagai Komisaris Bank Yudha Bhakti. Merintis karir didunia usaha sejak tahun 1967 dan saat ini memiliki saham di beberapa perusahaan nasional serta memimpin beberapa perusahaan diantaranya GOZCO Group dan beberapa perusahaan lainnya, sampai dengan bergabung sebagai salah satu jajaran Dewan Komisaris Bank Yudha Bhakti.
20
Bank Yudha Bhakti
PROFIL DIREKSI
Michael Hoetabarat Lahir pada tanggal 18 Agustus 1953 di Tarutung. Menjabat sebagai Direktur Utama Bank Yudha Bhakti sejak September tahun 2013. Mengawali karir perbankan sejak tahun 1977 di Bank Niaga. Pernah menjabat sebagai Direktur Utama dan salah satu jajaran Direksi beberapa Bank Swasta Nasional diantaranya Bank Prima Ekspress, Bank Fama Internasional, serta BTPN, sebelum bergabung sebagai salah satu jajaran Direksi Bank Yudha Bhakti.
Dr. Syahril Yoserizal Lahir pada tanggal 10 April 1953 di Palembang. Menjabat sebagai Direktur Operasi Bank Yudha Bhakti sejak tahun 2009. Mengawali karir perbankan sejak tahun 1979 di Bank Niaga. Bergabung dengan Bank Yudha Bhakti sejak tahun 1989 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Divisi Audit Intern, sebelum bergabung sebagai salah satu jajaran Direksi Bank Yudha Bhakti dan meraih gelar Doktor pada tahun 2013.
Dr. Dian Savitry Lahir pada tanggal 20 November 1961 di Bandung. Menjabat sebagai Direktur Komersial Bank Yudha Bhakti sejak Desember tahun 2013. Mengawali karir perbankan sejak tahun 1985 di Bank Duta. Bergabung dengan Bank Yudha Bhakti sejak tahun 2001 dengan jabatan terakhir sebagai Pemimpin Bank Yudha Bhakti Kantor Cabang Bandung, sebelum bergabung sebagai salah satu jajaran Direksi Bank Yudha Bhakti dan meraih gelar Doktor pada tahun 2010.
Iim Wardiman Lahir pada tanggal 8 Juni 1963 di Ciamis. Menjabat sebagai Direktur Kepatuhan Bank Yudha Bhakti sejak November tahun 2013. Mengawali karir perbankan sejak tahun 1989 di Bank Yudha Bhakti dan beberapa Bank Swasta Nasional diantaranya di Bank Royal Indonesia dan Bank Of India Indonesia (d/h Bank Swadesi) diantaranya sebagai Kepala Divisi Kepatuhan Penelitian dan Pengembangan (KPP), Direktur Operasional dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Kepatuhan, sebelum bergabung sebagai salah satu jajaran Direksi Bank Yudha Bhakti.
Laporan Tahunan 2013
21
PEJABAT EKSEKUTIF
Dari Kiri ke Kanan : Rr. A.C. DWI R. PUTRI (Pjs. Ka. Divisi Kepatuhan), HERIE SUPRIANTO (Pjs. Ka Divisi Perencanaan & Akuntansi), TOTO SUGIANTO (Area Manajer Jakarta, 1), EKO DHARMA SETIAWAN (Ka. Divisi Teknologi Sistem Informasi), HULDA S. TIRTOHARTONO (Ka. Divisi Treasury & Pendanaan), MUHAMAD SUGITO (Ka. Divisi Kredit Pensiun)
22
Bank Yudha Bhakti
Dari Kiri ke Kanan : JONKER SIMATUPANG (Area Manajer Jakarta 2), SITI BAROROH (Ka. Divisi Audit Intern), I GUSTI PUTU GUNAWAN (Ka. Divisi Operasi ), INDRA SAKTI (Pjs. Ka. Divisi SDM dan Biro Direksi), IG. AGUNG SUMERTHARSE (Ka. Divisi Kredit Komersial), JANUAR ARIFIN (Pjs. Ka. Divisi Manajemen Risiko), SASONO PALGUNADI (Ka. Divisi Special Asset Management) .
Laporan Tahunan 2013
23
PEMIMPIN KANTOR CABANG
Dari Kiri ke Kanan : SYAMSUL ASMARA SIREGAR (Pimcab. Medan), M. YANI (Pimcab. Palembang), IWAN TILAAR (Pimcab. Pekanbaru), ACHMAD SYAFARDI (Pjs. Pimcab. Bandung), ARDI CAHYANA (Pimcab. Semarang), JUDI AGUS SETIAWAN (Pimcab. Surabaya).
24
Bank Yudha Bhakti
STRUKTUR ORGANISASI
Laporan Tahunan 2013
25
PRODUK DAN LAYANAN BANK
Visi Bank Yudha Bhakti adalah menjadi Bank ritel yang solid, tumbuh berkembang secara berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi tersebut Bank Yudha Bhakti telah melakukan pengembangan dan pengemasan fitur produk dan layanan perbankan untuk dapat diterima oleh seluruh lapisan nasabah dengan berlandaskan prinsip kehati-hatian. Produk dan layanan yang dikembangkan Bank Yudha Bhakti meliputi produk simpanan (funding), produk pembiayaan (financing), maupun layanan Nasabah. Hingga saat ini produk-produk yang ditawarkan tersebut masih mampu bersaing dalam industri perbankan nasional. Hal ini terbukti dengan hasil kinerja Bank Yudha Bhakti yang meningkat secara berkesinambungan. Selanjutnya, dalam beberapa tahun kedepan diharapkan Bank mampu mengkreasi poduk dan layanan baru sesuai perkembangan dunia usaha dan tuntutan pasar yang mengarah kepada kegiatan operasional sebagai “universal banking”.
Kredit Multi Guna (KMG) Suatu bentuk kredit paket yang penyalurannya melalui koperasi karyawan di lingkungan TNI/Polri/Kemenhan, koperasi di lingkungan instansi pemerintah, BUMN, BUMD serta perusahan swasta terseleksi yang ditujukan kepada para anggota koperasi yang merupakan karyawan instansi tersebut atau karyawan instansi itu sendiri untuk membiayai kebutuhan yang bersifat konsumtif.
Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor Fasilitas kredit ini adalah kredit perorangan yang bertujuan untuk membiayai pembelian mobil/motor dimana sumber pembayaran kreditnya berasal dari pendapatan pemohon.
Kredit Kepemilikan Rumah Kredit yang diberikan untuk membiayai pembelian/ renovasi/pembiayaan kembali rumah untuk dihuni dimana sumber pembayaran kreditnya berasal dari pendapatan pemohon.
Kredit Personal Kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan pemohon yang bersifat konsumtif dimana sumber pembayaran kreditnya berasal dari pendapatan pemohon.
Kredit Modal Kerja Fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan operasional perusahaan atau pembiayaan atas aset lancar perusahaan dalam rangka memperbesar atau menambah volume usahanya.
Kredit Investasi Fasilitas kredit yang dipergunakan untuk pembelian barang modal, beserta yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi proyek dan/atau pendirian proyek baru, seperti pembelian alat-alat berat, ruko, gudang, apartemen dan truk.
Produk Dana
Tabungan Rekening Giro Deposito Berjangka (Time Deposit) Sertifikat Deposito (Negotiable Certificate Deposit) Deposito Harian (Deposit on Call)
Produk Pembiayaan
26
Kredit Pensiun Fasilitas Kredit yang diberikan kepada pensiunan anggota TNI/Polri, PNS dan BUMN untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang bersifat individual (personal) yang pembayaran pensiunnya disalurkan melalui Bank Yudha Bhakti. Kredit Channeling Suatu bentuk kredit paket yang diberikan kepada pemohon perorangan yang bertindak sebagai pihak ketiga yang menyalurkan dananya dilakukan Bank melalui perusahaan Multifinance yang bertindak sebagai agent atau penyalur dana ke perorangan.
Bank Yudha Bhakti
Bank Yudha Bhakti juga memberikan beberapa produk dan layanan perbankan lainnya, antara lain Transfer Dalam Negeri, Collection, Jaminan Bank, Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), Surat Referensi Bank dan lain-lain.
PENGHARGAAN
Infobank Infobank Awards 2006 Bank yang berpredikat “Sangat Bagus” atas Kinerja Keuangan Tahun 2005 Infobank Infobank Awards 2011 Bank yang berpredikat “Sangat Bagus” atas Kinerja Keuangan Tahun 2010 Infobank Infobank Awards 2013 Bank yang berpredikat “Sangat Bagus” atas Kinerja Keuangan Tahun 2012
Laporan Tahunan 2013
27
PERISTIWA PENTING
Direksi yaitu Ibu Hulda S. Tirtohartono dan Bapak Iim Wardiman untuk diajukan ke Bank Indonesia guna mengikuti proses Fit and Proper Test. Langkah tersebut diambil oleh Manajemen sehubungan dengan pemenuhan Governance Structure sesuai ketentuan.
Jakarta, 20 Mei 2013 RUPST PT Bank Yudha Bhakti Digelar pada tanggal 20 Mei 2013 di Hotel Borobudur Jakarta, dalam Rapat tersebut diputuskan penambahan Modal Dasar Perseroan dari semula sebesar Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah) menjadi sebesar Rp600.000.000.000,(enam ratus miliar rupiah). Penambahan Modal Dasar Perseroan ini diharapkan dapat memberi ruang gerak yang cukup luas bagi Manajemen untuk terus melakukan pemupukan Modal Disetor Perseroan baik yang berasal dari Stock Deviden maupun Fresh Money. Dalam rapat tersebut juga disetujui penambahan Modal Disetor Perseroan sebesar Rp15.500.000.000,- (lima belas miliar lima ratus juta rupiah) kedalam Kas Perseroan yang berasal dari setoran Fresh Money.
Jakarta, 1 Juli 2013 RUPSLB PT Bank Yudha Bhakti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Yudha Bhakti yang pertama ditahun 2013 digelar pada tanggal 1 Juli 2013 bertempat di Kantor Pusat Bank Yudha Bhakti. Dalam rapat ini diputuskan pengajuan 2 (dua) calon anggota
28
Bank Yudha Bhakti
Jakarta, 30 Agustus 2013 Launching Kredit Pensiun Dalam rangka reposisi kredit kepada segmen usaha yang Low Risk dan High Return yaitu pada Kredit Pensiun, Manajemen menggelar acara Launching Kredit Pensiun pada tanggal 30 Agustus 2013 yang bertempat di Hotel Red Top Jakarta. Pada moment tersebut ditandatangani pula Komitmen pencapaian target Kredit Pensiun yang telah ditetapkan sampai dengan Desember 2013 oleh Manajemen dan Unit Bisnis Kredit Pensiun di bawah Area Manajer Jakarta I dan II yaitu sebesar Rp143.000.000.000,hal tersebut membawa angin segar bagi optimisme Bank Yudha Bhakti untuk lebih meningkatkan volume Kredit Pensiun di tahun-tahun mendatang.
Jakarta, 18 September 2013 RUPSLB PT Bank Yudha Bhakti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Yudha Bhakti yang ke-dua ditahun 2013 kembali digelar pada tanggal 18 September 2013 di Hotel Borobudur Jakarta. Rapat tersebut menyetujui pengangkatan Direktur Utama Bank Yudha Bhakti Bapak Michael Hoetabarat menggantikan Pejabat Sementara Direktur Utama Bapak Yosi Mas M. Yusuf sekaligus menyetujui pengunduran diri Direktur Komersial Perseroan. Selain itu rapat tersebut juga menyetujui pengajuan satu lagi calon anggota Direksi Ibu Dian Savitry untuk mengikuti proses Fit and Proper Test di Bank Indonesia.
Pensiun Prajurit TNI, Anggota Polri dan PNS Kemhan/Polri melalui Bank Yudha Bhakti serta Perjanjian Kerjasama Pembayaran Manfaat Asuransi Pensiun ASABRI antara PT ASABRI (Persero) yang diwakili langsung oleh Bapak Adam R. Damiri selaku Direktur Utama dengan Bank Yudha Bhakti yang diwakili oleh Bapak Michael Hoetabarat selaku Direktur Utama. Penandatanganan tersebut adalah merupakan perpanjangan dari Perjanjian Kerjasama yang telah ada sebelumnya. Bank Yudha Bhakti berkomitmen untuk terus meningkatkan mutu dan pelayanan dan dengan penandatanganan Perjanjian Kerjasama tersebut diharapkan Bank Yudha Bhakti dapat menjadi Mitra terpercaya PT ASABRI (Persero) dan para pensiunan khususnya.
Jakarta, 20 November 2013 RUPSLB PT Bank Yudha Bhakti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Yudha Bhakti yang ke-tiga ditahun 2013 digelar pada tanggal 20 November 2013 bertempat di Kantor Pusat Bank Yudha Bhakti. Dalam rapat ini disetujui perpanjangan masa jabatan Dewan Komisaris Perseroan, dan pengangkatan efektif Direktur Kepatuhan Perseroan Bapak Iim Wardiman. Jakarta, 25 Oktober 2013 Kerjasama dengan PT ASABRI Sebagai pendukung strategi Manajemen dalam hal reposisi kredit segmen usaha yang Low Risk dan High Return yaitu pada Kredit Pensiun, maka pendekatan kepada Institusi Pengelola Dana Pensiun yang salah satunya adalah PT ASABRI (Persero) terus ditingkatkan. Pada tanggal 25 Oktober 2013 bertempat di Novotel Bogor, diadakan silaturahmi sekaligus penandatangan Perjanjian Kerjasama Pembayaran
Laporan Tahunan 2013
29
Jakarta, JJa ak ka art rta a,, 2 25 5N No November ove vemb mber ber er 2 2013 013 01
Jakarta, 25 November 2013 Malam Motivasi Karyawan bersama James Gwee Malam Motivasi Karyawan bersama James Gwee dengan tema “change to succeed” diselenggarakan sebagai salah satu komitmen dari Manajemen terhadap Karyawan untuk dapat terus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ditengah persaingan ketat bisnis perbankan. Dengan adanya acara tersebut diharapkan seluruh karyawan Bank Yudha Bhakti dapat termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
30
Bank Yudha Bhakti
Jakarta, 11 Desember 2013 RUPSLB PT Bank Yudha Bhakti Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Yudha Bhakti yang ke-empat ditahun 2013 digelar pada tanggal 11 Desember 2013 bertempat di Kantor Pusat Bank Yudha Bhakti. Dalam rapat ini disetujui pengangkatan efektif Direktur Komersial Perseroan Ibu Dian Savitry. Dengan diangkatnya Direktur Komersial Perseroan, maka Governance Structure Perseroan telah terpenuhi dengan susunan dan komposisi 4 (empat) orang Dewan Komisaris dan 4 (empat) orang Direksi. Sehingga Tata Kelola Perusahaan diharapkan dapat lebih ditingkatkan dan dioptimalkan menjelang tahun 2014.
TINJAUAN & KINERJA BISNIS 2013 32
TINJAUAN PEREKONOMIAN
42
TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
DAN PERBANKAN INDONESIA
43
SUMBER DAYA MANUSIA
35
STRATEGI DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN
46
37
KINERJA PERKREDITAN
TINGKAT SUKU BUNGA PENGHIMPUNAN DAN PENYEDIAAN DANA
Laporan Tahunan 2013
31
TINJAUAN PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN INDONESIA
Pertumbuhan Ekonomi Nasional Tahun 2013 bukanlah tahun yang mudah bagi perekonomian Indonesia. Berbagai tantangan datang silih berganti menguji ketahanan ekonomi kita. Kondisi ekonomi global yang tidak sesuai dengan harapan memberikan tekanan kepada ekonomi Indonesia baik melalui jalur perdagangan maupun jalur finansial. Pengaruh ekonomi global terhadap ekonomi domestik semakin besar karena pada saat yang bersamaan topangan struktur ekonomi Indonesia belum cukup kuat dalam meredam gejolak global. Hal ini tidak terlepas dari sejumlah permasalahan struktural di domestik antara lain komposisi ekspor yang banyak berbasis sumber daya alam, kemandirian dalam aspek pangan, energi, dan teknologi yang belum kuat, serta struktur pasar keuangan yang belum dalam. Kombinasi kondisi global dan domestik tersebut pada gilirannya memberikan tekanan kepada ekonomi Indonesia hingga triwulan III 2013 yang ditandai meningkatnya inflasi,
32
Bank Yudha Bhakti
melebarnya defisit transaksi berjalan, melemahnya nilai tukar rupiah dan menurunnya kinerja pasar keuangan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 tidak sebaik tahun 2012. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2% dengan inflasi terkendali sebesar 4,3%. Kinerja perekonomian pada tahun 2012 didukung oleh pertumbuhan permintaan domestik yang cukup kuat sebesar 5,3%, investasi yang tumbuh cukup tinggi sebesar 9,8% dan nilai tukar Rupiah yang stabil dikisaran IDR8.900 s/d IDR 9.700 per USD. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 tercatat mengalami perlambatan sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2013 tumbuh 5,7% (YoY) lebih lambat dari 2012. Perlambatan ekonomi terutama tercatat pada sisi investasi dengan menurunnya investasi bangunan dan rendahnya pertumbuhan investasi non-bangunan. Bank Indonesia
menilai bahwa perlambatan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebijakan stabilisasi yang dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Berdasarkan sektoral, pertumbuhan melambat terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian karena pertumbuhan produksi minyak lebih rendah akibat adanya gangguan produksi di beberapa lapangan migas. Sementara itu, sektor pengolahan dan bangunan juga melambat sebagai akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Dari sisi eksternal, Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia pada triwulan 4-2013 akan membaik. Perbaikan NPI ini didukung oleh menyempitnya defisit transaksi berjalan seiring dengan perbaikan neraca perdagangan yang sempat mencatat surplus pada Oktober dan November 2013 masing-masing sebesar USD24 juta dan USD776 juta. Selain itu, aliran masuk modal asing baik investasi langsung maupun portfolio diperkirakan masih mencatat surplus. Cadangan devisa akhir Desember 2013 mengalami kenaikan sebesar USD2,4 Miliar menjadi USD99,4 Miliar. Pada level tersebut cadangan devisa dapat membiayai 5,6 bulan impor atau 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Laju inflasi selama tahun 2013 mengalami kenaikan cukup signifikan disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan Juni 2013 dan melemahnya nilai tukar Rupiah. Puncak tekanan inflasi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2013 dengan catatan inflasi mencapai 8,6% dan 8,8% (YoY). Dan setelah itu laju inflasi mulai mereda hingga mencapai 8,4%, pada akhir tahun 2013 (YoY). Hal ini menunjukkan tekanan inflasi terbesar sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi telah mereda. Melambatnya laju inflasi disebabkan oleh terjadinya deflasi pada kelompok pangan dan sandang. Sementara itu, pada periode yang sama laju inflasi inti (core inflation) relatif stabil pada level 4,73%. Inflasi pada tahun 2013 tidak sebaik pencapaian pada tahun 2012. Pada tahun 2012 inflasi tercatat cukup stabil sebesar 4,3%, lebih rendah dibandingkan dengan target asumsi makro dalam APBN 2012 yang sebesar 6,8%. Relatif stabilnya inflasi
pada 2012 turut didukung oleh kondisi ekonomi yang cukup baik, stabilnya nilai tukar, dan tidak adanya penyesuaian harga BBM bersubsidi. Tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong BI untuk mengetatkan kebijakan moneter. Bank Indonesia sejak bulan Juni 2013 sampai dengan November 2013 telah menaikkan bunga acuan sebanyak 150 bps menjadi 7,5%. Selain untuk meredam Rupiah kenaikan bunga acuan tersebut dilakukan untuk mengatasi defisit neraca berjalan dan untuk mengerem laju pertumbuhan kredit untuk mencegah overheating perekonomian. Kenaikan BI rate mendorong perbankan menaikkan suku bunga deposito. Sejak bulan Mei sampai dengan Oktober 2013 rata-rata suku bunga deposito Rupiah satu bulan naik 160 bps dari 5,5% menjadi 7,1%. Pada periode yang sama disisi pembiayaan, suku bunga kredit investasi, modal kerja, dan konsumsi sedikit meningkat, masing-masing dari 11,3%, dan 11,5% menjadi 11,7% dan 11,9%. Sementara itu suku bunga kredit konsumsi justru mengalami penurunan dari 13,4% menjadi 13,1%. Sementara itu imbal hasil (yield) surat utang pemerintah selama tahun 2013 mengalami tren kenaikan sebagai dampak dari lonjakan inflasi dan juga arus modal asing keluar di pasar modal. Yield obligasi pemerintah bertenor 10 tahun pada tahun 2013 ditutup pada posisi 8,48%, atau naik 328,7 bps dibandingkan penutupan tahun 2012 yang berada pada posisi 5,19%. Imbal hasil tersebut sempat menyentuh posisi tertingginya pada level 8,79% di awal Desember. Pasar obligasi mengalami tekanan akibat adanya aliran modal asing keluar pada bulan Juni yang mencapai Rp20 Triliun. Namun tidak seperti pasar saham yang sampai saat ini terus mengalami aksi jual asing, pasar obligasi pemerintah telah mencatatkan net foreign inflow sejak bulan September hingga Desember 2013 yang jumlahnya mencapai Rp40 Triliun.
Kondisi Perbankan Indonesia Ditengah melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, perbankan Indonesia masih mampu mempertahankan kinerja yang positif. Sampai dengan Desember 2013 total aset perbankan tumbuh 16% YtY dari Rp4.263 Triliun pada Desember 2012 menjadi Rp4.954 Triliun pada Desember 2013. Meningkatnya kinerja perbankan nasional terlihat
Laporan Tahunan 2013
33
dari perkembangan kredit perbankan nasional yang hingga akhir Desember 2013 tumbuh sebesar 21,79% YoY menjadi Rp3.320 Triliun. Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut terjadi didorong masih tingginya permintaan kredit di dalam negeri. Rasio LDR pada akhir Desember 2013 mencapai 89,70%, lebih tinggi dibandingkan akhir tahun 2012 yang sebesar 83,58%. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh kredit investasi, sedangkan kredit konsumsi dan modal kerja cenderung melambat. Sampai dengan akhir Desember 2013, kredit investasi tumbuh 34,95% (YoY) menjadi Rp798 Triliun, atau meningkat dibandingkan pertumbuhan kredit investasi tahun 2012 yang sebesar 27,39% (YoY). Kredit modal kerja pada periode yang sama tumbuh 20,42% (YoY) menjadi Rp1.586 Triliun, atau melambat dari pertumbuhan sepanjang tahun 2012 yang sebesar 23,20%. Sedangkan kredit konsumsi tumbuh 13,66% menjadi Rp909 Triliun, melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 yang sebesar 19,87%. Kualitas kredit perbankan nasional relatif stabil ditengah tingginya pertumbuhan kredit. Rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan pada akhir Desember 2013 tercatat sebesar 1,76%, lebih rendah dibandingkan NPL periode yang sama di tahun 2012 yang sebesar 1,86%. Dari sisi pendanaan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional tidak setinggi pertumbuhan kredit. Hingga akhir Desember 2013 total DPK mencapai Rp3.664 Triliun atau tumbuh 13,6% (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan kredit yang sebesar 22%. Pertumbuhan DPK tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
34
Bank Yudha Bhakti
DPK periode yang sama di tahun 2012 yang sebesar 15,8% YoY. Pertumbuhan tabungan dan giro industri perbankan sampai dengan bulan Desember 2013 melambat dibandingkan pertumbuhan sepanjang tahun 2012 sedangkan pertumbuhan deposito berjangka meningkat. Giro pada bulan Desember 2013 tumbuh 10,39% menjadi Rp847 Triliun, menurun 17.5% dari tahun 2012. Pada periode yang sama tabungan tumbuh 12,61% menjadi Rp1.212 Triliun, melambat 19,9% dari tahun 2012. Sementara itu deposito berjangka tumbuh 16,15% menjadi Rp1.604,5 Triliun, meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun 2012 yang sebesar 11,9%. Kondisi permodalan perbankan nasional cukup stabil, terlihat dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) industri perbankan yang mencapai 18,13% pada Desember 2013, jauh melampaui ketentuan batas minimum permodalan sebesar 8% dan lebih baik dibandingkan dengan 2012 yang sebesar 17,43%. Pada tahun 2014 perbankan nasional akan dihadapkan pada penerapan Basel III yang mengatur aturan baru mengenai modal minimum perbankan. Aturan akan mulai diberlakukan pada Januari 2014. Berdasarkan aturan baru tersebut bank harus memenuhi minimum modal total tertentu berdasarkan profil risiko, yaitu 8% dari aset-aset tertimbang berdasarkan risiko untuk bank-bank yang memiliki profil risiko 1, 9-10% untuk bankbank yang memiliki profil risiko 2, 10-11% untuk bank-bank yang memiliki profil risiko 3, dan 11-14% untuk bank-bank yang memiliki profil risiko 4 dan 5. Bank Indonesia (BI) saat ini menargetkan perbankan nasional memiliki CAR minimal 10,5% pada tahun 2019.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN MANAJEMEN
Menyikapi perekonomian global selama tahun 2013 yang cenderung melambat dan meningkatnya volatilitas di pasar modal dan pasar uang, yang berimbas pada perlambatan ekonomi domestik dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,78%, melambat dibandingkan tahun 2012 yang tumbuh 6,23% YoY. Inflasi meningkat 408 bps menjadi 8,38% akibat pengurangan BBM bersubsidi, kenaikan UMP serta TDL Listrik. Nilai Rupiah juga terdepresiasi dengan sangat tajam hingga 24,3% ke posisi Rp12.171/USD. Tekanan inflasi dan pelemahan Rupiah mendorong peningkatan BI Rate hingga 175 bps sepanjang tahun 2013 menuju level 7,5% dan kenaikan suku bunga rata-rata perbankan hingga 150 bps untuk deposit menjadi 7,25% dan kredit menjadi 12%. Ditengah tantangan perekonomian Indonesia tahun 2013 yang tidak ringan sebagaimana diuraikan di atas, Bank Yudha Bhakti menetapkan dan melaksanakan strategi dan kebijakan manajemen tahun 2013 sebagai berikut:
Mengelola Likuiditas Secara Optimal Untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan global terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada tahun 2013, serta berdampak pada menurunnya
laju pertumbuhan ekonomi domestik, khususnya kinerja sektor perbankan, maka ketersediaan sumber-sumber likuiditas untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dan membiayai ekspansi kredit menjadi tantangan tersendiri bagi BYB. Menghadapi peta persaingan yang semakin ketat dan tantangan kondisi ekonomi pada tahun 2013, strategi utama BYB fokus pada menjaga likuiditas pada tingkat yang aman, antar lain melalui pengelolaan penghimpunan dana yang lebih intensif. Strategi utama lainnya dalam menjaga likuiditas dilakukan dengan tetap berupaya optimal meningkatkan pengelolaan cadangan likuiditas, baik dari sisi: • Aset Bank atau endogenous liquidity yakni dengan menjaga likuiditas yang melekat atau inherent pada aset keuangan Bank melalui pengelolaan posisi aset likuid berkualitas tinggi pada level yang cukup aman, antara lain terdiri dari kas, Fasilitas Simpanan Bank Indonesia/Deposit Facility dan surat-surat berharga lainnya untuk mengantisipasi berbagai risiko bisnis ; dan • Dari sisi pendanaan atau exogeneous liquidity, yaitu optimalisasi pengelolaan sumber-sumber dana melalui peningkatan customer based, dengan fokus
Laporan Tahunan 2013
35
pada deposan-deposan yang dapat diandalkan/ loyal dan penghimpunan dana yang didukung sumber dana jangka panjang dalam jumlah signifikan, serta meningkatkan pelayanan.
36
Menyusun Kebijakan Target Market 2013 – 2017, Fokus Pengembangan Kredit Pensiun, Channeling/ Multifinance Dan UKM (Low End) Dalam upaya mencapai tujuan bisnis BYB, maka perlu ditempuh langkah strategis yang tepat dalam memanfaatkan berbagai peluang yang ada ditengah persaingan usaha yang sedemikian ketat, dengan menetapkan kebijakan target market yang sesuai dengan kekuatan dan peluang bisnis BYB yaitu kredit pensiun, channeling/multifinance dan UKM (low-end), melalui: • Optimalisasi kerjasama yang telah lama terjalin dengan PT Asabri (Persero) dalam pembayaran pensiun dan penjajagan kerjasama dengan PT Taspen (Persero) dan dapen lainnya. • Meningkatkan penyebaran penyaluran dan menurunkan porsi/share Kredit Channeling/ Multifinance terhadap total pembiayaan (menjadi 35% pada akhir tahun 2015 dari 50% pada tahun 2013). • Meningkatkan penyaluran kredit UKM (low-end) dalam upaya memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada serta memenuhi ketentuan/regulasi pembiayaan UKM sebesar 60% dari total kredit pada akhir Juni 2016. Persiapan Penggunaan ATM Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada tahun 2013 BYB melakukan persiapan/penjajagan penggunaan layanan ATM dalam upaya meningkatkan kualitas layanan dan meningkatkan customer based serta mengingat lokasi out-let BYB cukup strategis dan mendukung pengembangan cashless society. Langkahlangkah persiapan yang dilakukan, mencakup: • Penjajagan kerjasama dengan operator switching atau prinsipal yang sesuai. • Menyusun Proposal Penggunaan ATM, Kebijakan dan Prosedur ATM serta pelatihan. • Persiapan aspek teknologi informasi, SDM dan pemenuhan regulasi.
Bank Yudha Bhakti
Meningkatkan Struktur Permodalan Dalam upaya mendukung perkembangan kegiatan usaha dan pemenuhan regulasi, serta dalam menjaga tingkat kepercayaan masyarakat, maka peranan modal sangat strategis. Untuk itu akan dilakukan peningkatan modal melalui langkah-langkah: • Meningkatkan profitabilitas, untuk meningkatkan laba ditahan (retained earning). • Persiapan pelaksanaan Go-public.
Meningkatkan dan Memperkuat Infrastruktur Teknologi Informasi dan SDM Dalam upaya meningkatkan pelayanan dan efisiensi kegiatan operasional Bank serta mendukung pengembangan bisnis Bank Yudha Bhakti ke depan, maka penguatan infrastruktur TSI baik berupa hardware maupun software serta peningkatan kompetensi dan profesionalisme SDM mutlak dilakukan, dengan langkahlangkah strategis: • Pengadaan access control untuk restricted area di ruang Data Centre. • Pengembangan/penyempurnaan jaringan komunikasi. • Pengadaan dan penyempurnaan aplikasi. • Peningkatan program pengembangan SDM, baik bidang analisis kredit, standar akuntansi, penilaian agunan (appraisal) maupun aspek risiko bisnis.
Kinerja Bisnis Tahun 2013 Kinerja Bank Yudha Bhakti tahun 2013 menunjukkan pencapaian hasil yang cukup baik, khususnya aspek likuiditas masih dapat dijaga dengan baik, dan rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) masih berada diatas ketentuan Bank Indonesia. Sementara dari sisi total aset, permodalan dan laba usaha dan kualitas aset dibawah target yang ditetapkan. Adapun faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut, yakni dari sisi internal Bank, karena sebagian besar (+/- 75%) eksposur kredit didominasi oleh kredit-kredit yang bersifat installment, belum terealisirnya target Go Public dan Bank fokus pada upaya konsolidasi pasca restruktur manajemen. Sementara faktor eksternal yang berpengaruh, antara lain adanya penurunan subsidi BBM yang memicu kenaikan inflasi, melemahnya mata uang IDR terhadap USD, meningkatnya BI Rate, yang mengakibatkan meningkatnya suku bunga deposito.
KINERJA PERKREDITAN
Perkreditan merupakan salah satu pilar utama Bank guna mewujudkan visi Bank Yudha Bhakti sebagai bank retail yang solid, mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Hingga akhir 2013, jumlah kredit bersih yang telah dikucurkan Bank mencapai Rp1.502 miliar dibandingkan
pada akhir tahun 2012 sebesar Rp1.967 miliar atau turun sebesar 31%. Dalam rangka peningkatan kinerja di bidang perkreditan sekaligus agar lebih fokus dalam pembiayaan Kredit Pensiun, Bank membentuk 2 (dua) Divisi, yaitu Divisi Kredit Pensiun dan Divisi Kredit Komersial.
Komposisi Kredit Yang Diberikan 2013
Pertumbuhan Kredit Yang Diberikan Dan Perkembangan Rasio Kredit Bermasalah: Keterangan Kredit (Jutaan Rp)
2013
2012
2011
1,517,507
1,980,963
1,509,670
NPL – Gross
3.91%
3.56%
4.52%
NPL- Nett
2.93%
2.85%
4.17%
Pertumbuhan Kredit Yang Diberikan
Perkembangan Rasio Kredit Bermasalah
Laporan Tahunan 2013
37
Klasifikasi Kolektibilitas Kredit KUALITAS KREDIT
(Jutaan Rp) 2013
Keterangan
2012
Nilai
Lancar
%
1,376,399
Dalam Perhatian Khusus
Nilai 90.70
1,838,050
% 92.79
81,732
5.39
72,479
3.66
Kurang Lancar
3,157
0.21
7,316
0.37
Diragukan
3,223
0.21
12,318
0.62
52,996
3.49
50,800
2.56
1,517,507
100.00
1,980,963
100.00
Macet Jumlah Kredit Yang Diberikan
Komposisi Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi 2013-2012: KETERANGAN
2013
2012
Pertanian, perburuan, dan kehutanan
563
649
Perikanan
134
166
Pertambangan dan penggalian
32.165
42.570
Industri Pengolahan
14.151
14.207
Konstruksi
37.743
43.310
127.103
140.052
628
403
389.826
490.137
Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan mkn minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan
23.480
7.784
Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
40.587
64.177
84
3.079
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
189
3.703
Jasa masyarakat, sosial udaya, hiburan dan perorangan lainnya
913
1.968
849.941
1.168.758
1.517.507
1.980.963
Jasa pendidikan
Lainnya Jumlah Total
Reposisi Kredit Bank, Fokus Pada Segmen Low Risk dan High Return Meningkatkan Eksposure Kredit Pensiun Bagi Bank Yudha Bhakti tahun 2013 merupakan awal era transformasi bisnis Bank dengan fokus pada bisnis pensiun dan bisnis ritel yang saat ini telah memperlihatkan hasil yang mengembirakan. Kredit Pensiun adalah Fasilitas Kredit yang diberikan kepada pensiunan anggota TNI/Polri, PNS dan BUMN untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang bersifat individual (personal) yang pembayaran pensiunnya disalurkan melalui Bank Yudha Bhakti. Kredit pensiun terdiri dari Kredit Pra Pensiun (KPP) dan Kredit Purna Bhakti Pensiun (KPBP) dengan plafond sampai dengan Rp350 juta.
38
Bank Yudha Bhakti
Strategi peningkatan Kredit Pensiun dilakukan melalui peningkatan kerjasama penyaluran Kredit Pensiun dengan Dana Pensiun ASABRI dan melakukan kerjasama (Channeling) dengan dana pensiun dan lembaga pembiayaan lainnya. Fokus penyaluran Kredit Pensiun dilakukan mengingat Kredit Pensiun merupakan salah satu kredit yang sangat menguntungkan untuk dikembangkan, karena memiliki karakteristik imbal hasil atau yield yang optimal dan risiko yang minimal.
Pertumbuhan Outstanding Kredit Pensiun:
NPL Kredit Pensiun
Pertumbuhan Number Of Account Kredit Pensiun
Laporan Tahunan 2013
39
Rekomposisi Kredit Multifinance Portofolio kredit Multifinance yang sebelumnya terkonsentrasi kepada 2 (dua) multifinance terbesar yaitu PT Bima dan PT Arjuna, selanjutnya secara bertahap akan diturunkan dan dilakukan rekomposisi kepada beberapa multifinance potensial yang sudah exist dengan memprioritaskan kepada beberapa multifinance berbasis agunan.
Pertumbuhan Outstanding Kredit Multifinance
40
Bank Yudha Bhakti
NPL Kredit Multifinance
Pertumbuhan Number Of Account Kredit Multifinance
Laporan Tahunan 2013
41
TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI
Pengembangan Teknologi Sistem Informasi (TSI) pada tahun 2013 dengan didukung perangkat keras IBM AS-400 dan program aplikasi Alphabits terus dikembangkan dan selalu memperoleh perhatian guna memberikan dukungan optimal pada pengembangan bisnis Bank dengan meningkatkan kapasitas infrastruktur, penyempurnaan proses bisnis dan efisiensi operasional. Sasaran utama pengembangan Teknologi Sistem Informasi adalah agar Bank mampu melakukan peningkatan kualitas pelayanan (service exellent) dan adanya early warning system yang akurat.
Penyempurnaan aplikasi, dan prosedur sehingga Teknologi Sistem Informasi Bank Yudha Bhakti dapat memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan secara cepat dan akurat oleh manajemen, secara bertahap dilakukan otomatisasi data, sehingga dapat mempercepat proses dan memberikan jaminan data yang valid.
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen meliputi meningkatkan infrastruktur/sarana TSI dalam mendukung aktivitas operasional, pengembangan aplikasi SMS Gateway sehingga Teknologi Sistem Informasi Bank dapat memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan secara cepat dan akurat oleh manajemen. Hal yang tidak kalah pentingnya terkait dengan pengembangan Sistem Informasi Manajemen adalah peningkatan kompetensi personel Divisi TSI yang handal dan profesional, baik melalui continous learning maupun transfer of knowledge secara terprogram dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan Bank.
Beberapa pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi yang telah dilakukan Bank Yudha Bhakti untuk mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan, antara lain:
42
Peningkatan ketersediaan dan kehandalan Teknologi Sistem Informasi, meningkatkan dukungan teknologi informasi terhadap sistem informasi manajemen dan proses pengambilan keputusan oleh manajemen, ikut serta dalam rancang ulang proses bisnis dalam rangka meningkatkan otomatisasi dan efisiensi, serta memastikan kepatuhan terhadap berbagai regulasi teknologi informasi di perbankan.
Bank Yudha Bhakti
Penyempurnaan Sistem dan Infrastruktur teknologi informasi yang mampu berfungsi sebagai backup center bagi data Bank secara keseluruhan. Bekerjasama dengan vendor untuk mengimplementasikan Bank Wide untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan regulasi teknologi informasi dalam aktivitas transaksi dan pelaporan kepada Bank Indonesia dan/atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengembangan program aplikasi System Information Approval Pension (SIAP) untuk memudahkan pelayanan yang dibutuhkan nasabah pensiunan. Pengembangan program aplikasi Loan Approval System untuk meningkatkan pelayanan nasabah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pengembangan Core Banking System dan aplikasi Multifinance Chanelling untuk meningkatkan pelayanan sesuai yang dibutuhkan nasabah dan memberikan informasi/inquery secara Host to Host ke server virtual Bank Yudha Bhakti, dengan menggunakan teknologi yang berbasis “Web Service”. Implementasi Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) yang berperan penting dalam pemrosesan aktifitas transaksi pembayaran dana antar bank yang praktis, cepat, efesien, aman dan handal. Peningkatan pengendalian dan keamanan jaringan. Implementasi Security Incident and Event Monitoring System. Peningkatan kontrol dan monitoring kapasitas dan fasilitas Data Center. Penerapan sistem pengamanan informasi dan Disaster Recovery Plan (DRP). Men-support penerapan Risk Management untuk Credit Risk, Market Risk dan Sistem Pelaporan serta analisa transaksi keuangan dalam menunjang implementasi GCG. Penerapan otomatisasi pada sistem dan prosedur kerja pada masing-masing unit kerja terkait dalam memenuhi regulasi Bank Indonesia dan/atau OJK. Penerapan Email Corporate dan website Bank Yudha Bhakti agar dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, up to date dan akurat tentang kinerja Bank Yudha Bhakti.
SUMBER DAYA MANUSIA
Salah satu faktor penentu keberhasilan Bank adalah adanya Sumber Daya Manusia (Human Capital) yang handal, yaitu karyawan yang berdedikasi, kompeten dan profesional. Keyakinan tersebut diwujudkan manajemen SDM sejak tahapan rekrutmen karyawan baru yang memiliki latar belakang pendidikan, keterampilannya dan perilaku yang sesuai dengan kebutuhan Bank, hingga penempatan karyawan yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya, serta melaksanakan berbagai pelatihan dan pendidikan yang bertujuan dapat menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari dan meningkatkan kemampuan serta profesionalisme dengan penugasan yang berjenjang. Bank Yudha Bhakti memberikan berbagai tunjangan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dan penghargaan kepada karyawan antara lain: Tunjangan COLA (Penyesuaian Kenaikan
Biaya Hidup), Fasilitas Asuransi Kesehatan, Tunjangan Perumahan. Manajemen juga telah mengikut sertakan karyawan dalam program dana pensiun iuran pasti melalui DPLK Manulife. Pada akhir tahun 2013 jumlah karyawan Bank Yudha Bhakti berjumlah 638 orang tidak terjadi perubahan secara signifikan dibandingkan tahun 2012 yang berjumlah 637 orang. Pada tahun 2013, karyawan dalam kelompok usia 41-50 tahun merupakan komposisi terbesar atau sekitar 34.2% dari keseluruhan karyawan Bank Yudha Bhakti dengan variasi jenjang pendidikan SLTA atau Non-Diploma hingga Pasca Sarjana (S2). Sementara komposisi karyawan dalam kelompok usia < 31 tahun sebesar 30.4% dengan variasi jenjang pendidikan sampai sarjana.
Komposisi Karyawan Berdasarkan Jenjang Manajerial, Pendidikan Dan Kelompok Usia Keterangan
2013
2012
Jumlah
Komposisi (%)
Jumlah
Komposisi (%)
Manajemen Puncak
4
0.63%
2
0.31%
Manajemen Madya
5
0.78%
14
2.20%
77
12.07%
65
10.20%
Pelaksana
552
86.52%
556
87.28%
Jumlah
638
100.00%
637
100.00%
2
0.31%
0
0.00%
24
3.76%
25
3.92%
Sarjana (S1)
344
53.92%
345
54.16%
Diploma (D1-D3)
169
26.49%
170
26.69%
99
15.52%
97
15.23%
638
100.00%
637
100.00%
s/d 30 tahun
194
30.41%
212
33.28%
31-40 tahun
189
29.62%
222
34.85%
41-50 tahun
218
34.17%
188
29.51%
> 50 tahun
37
5.80%
15
2.35%
638
100.00%
637
100.00%
Jenjang Manajerial
Manajemen Pelaksana
Jenjang Pendidikan Doktor (S3) Pasca Sarjana (S2)
Non Diploma (SLTA) Jumlah Kelompok Usia
Jumlah
Laporan Tahunan 2013
43
Komposisi karyawan dengan jenjang pendidikan Sarjana (S1), Pasca Sarjana(S2) dan Doktor (S3) berjumlah setengah dari seluruh karyawan (58%). Sebanyak 13.5% berada pada level jenjang manajerial Manajemen Pelaksana hingga Manajemen Puncak, sedangkan sebesar 86.5% dari komposisi personil merupakan karyawan pelaksana. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tenaga pendukung yang cukup kompeten, sehingga perusahaan berpotensi untuk berkembang dengan lebih baik. Selebihnya adalah karyawan dengan jenjang pendidikan Diploma/D1-D3 (26.5%), setara SLTA atau NonDiploma (15.5%). Secara keseluruhan, data statistik kepegawaian menunjukkan bahwa perusahaan didukung oleh tenaga kerja yang cukup potensial, baik ditinjau dari aspek jenjang pendidikan formal, maupun kelompok usia.
Profesionalisme Sumber Daya Manusia Bank Yudha Bhakti menyadari bahwa karyawan merupakan salah satu aset terpenting dalam industri layanan jasa terlebih dalam bidang keuangan seperti perbankan, selain ekuitas, produk dan layanan yang ditawarkan. Kompetensi karyawan dalam mengelola perusahaan sangat dibutuhkan untuk menyikapi gejolak tekanan ekonomi dan persaingan usaha yang semakin ketat. Kompetensi dan profesionalisme Sumber Daya Manusia merupakan aspek penting yang perlu ditingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi dan tuntutan pasar. Oleh karena itu, dalam rangka mengakomodasi kebutuhan perusahaan, sepanjang tahun 2013 Bank Yudha Bhakti telah mengikutsertakan personelnya untuk mengikuti pelatihan, baik internal training maupun eksternal training.
Lingkungan Kerja Yang Produktif Learning Organization diterapkan untuk meningkatkan kualitas personal sebagai corak (style) organisasi yang memberi ruang bagi individu karyawan agar dapat berkembang melalui proses pembelajaran. Seluruh karyawan diberi kesempatan untuk meniti dan mengembangkan karir melalui prestasi kerja yang telah dicapai berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Komite Kebijakan Personalia. Sementara kesejahteraan karyawan seperti kebijakan remunerasi dievaluasi secara berkala. Sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis serta meningkatkan kemampuan untuk menghadapi tantangan yang ada, manajemen Bank Yudha Bhakti membangun organisasi dan sumber daya manusia berlandaskan asas fleksibilitas, ramping (streamline), profesional dan efisien.
44
Bank Yudha Bhakti
Strategi SDM Tahun 2014 Pada tahun 2014, pengelolaan sumber daya manusia PT Bank Yudha Bahkti lebih difokuskan pada peningkatan produktivitas karyawan yang berujung pada peningkatan revenue, yang diharapkan dapat dicapai melalui berbagai strategi pengelolaan sumber daya manusia seperti: 1. Perencanaan dan alokasi pemenuhan kebutuhan karyawan yang sejalan dengan target bisnis dan produktivitas karyawan dengan proporsi penempatan karyawan lebih besar/banyak pada fungsi yang berhubungan langsung dengan pengelolaan nasabah/ debitur (Business Unit). 2. Pelaksanaan assessment kompetensi karyawan khususnya untuk posisi-posisi strategis maupun posisi-posisi kunci/ key roles.
3. Me-review desain penilaian kinerja karyawan dengan melakukan penyusunan penilaian berbasis kinerja/KPI (Key Performance Indicator) 4. Menyusun succession plan (kaderisasi kandidat pengganti) untuk pengisian posisi-posisi kosong, khususnya untuk posisi-posisi tenaga pimpinan dan posisi-posisi strategis lainnya. 5. Pengembangan teknologi informasi di bidang sumber daya manusia untuk mendukung kebijakan strategis maupun operasional di bidang sumber daya manusia. 6. Peningkatan kapabilitas karyawan dengan memberikan pembekalan berupa pendidikan dan latihan yang sesuai dengan bidang kerjanya.
Laporan Tahunan 2013
45
TINGKAT SUKU BUNGA PENGHIMPUNAN DAN PENYEDIAAN DANA
Pada tahun 2013 tingkat suku bunga secara umum mengalami kenaikan dari tahun 2012. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada Desember 2013 tingkat inflasi indeks harga konsumen year on year mencapai 8,38%, tingkat inflasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 4,30%. Sementara itu, Bank Indonesia juga telah menaikkan BI Rate berturut-turut pada tahun 2013, sampai akhir tahun 2013 Bank Indonesia menetapkan BI Rate sebesar 7,50% atau naik sebesar 1.75 basis point (bps). Kenaikan BI Rate selanjutnya ditransmisikan Bank Yudha Bhakti ke kenaikan suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Keterangan
Rata-rata Suku Bunga (p.a)
Penempatan Pada Bank Lain Giro
1.50%
Deposito Berjangka
8.52%
Kredit Yang Diberikan Pinjaman Rekening Koran (PRK)
16.50%
Kredit Modal Kerja
15.00%
Kredit Investasi
17.00%
Kredit Konsumsi
15.00%
Kredit Karyawan
6.00%
Simpanan Nasabah Giro
2.50%
Tabungan
3.00%
Deposito Berjangka
7.51%
Simpanan Dari Bank Lain
46
Giro
2.50%
Deposito Berjangka
7.51%
Bank Yudha Bhakti
ANALISIS KEUANGAN 48
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
56
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
49
LAPORAN POSISI KEUANGAN
56
LAPORAN ARUS KAS
53
LAPORAN LABA RUGI
57
RASIO-RASIO KEUANGAN BANK
Laporan Tahunan 2013
47
ANALISIS KINERJA KEUANGAN
Kinerja Bank Yudha Bhakti sampai dengan akhir Desember 2013 secara umum menunjukkan suatu pencapaian hasil yang cukup baik, dari aspek likuiditas, pertumbuhan volume usaha, serta rasio kecukupan modal (CAR) dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional maupun risiko pasar menunjukan pertumbuhan dibandingkan tahun 2012. Namun dari aspek profitabilitas lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun 2012. Bank Yudha Bhakti berhasil meraih laba bersih sebesar Rp11,05 miliar di 2013, mengalami penurunan 47% dari tahun 2012. Sedangkan, dari sisi pertumbuhan aset, per 31 Desember 2013 Bank Yudha Bhakti mengalami sedikit penurunan sebesar 11% menjadi Rp2.305 miliar, dari Rp2.578 miliar pada tahun sebelumnya. Rasio-rasio keuangan utama relatif stabil. Beberapa indikatornya, seperti CAR mencapai 15,34%, LDR 76.58%, NPL Netto 2,93%, ROA 0,78% dan ROE 4,66% pada akhir 2013. Bank Yudha Bhakti juga telah berhasil menjaga kestabilan margin pendapatan bunga bersih (NIM) yaitu senilai 5,74% pada 2013. Aspek likuiditas menjadi fokus yang tidak kalah penting dalam pencapaian sasaran bisnis di tahun 2013. Selama tahun tersebut Bank Yudha Bhakti mampu me-maintain likuiditas dalam posisi yang likuid dengan tingkat return yang optimal. Kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum
48
Bank Yudha Bhakti
(GWM) dapat dipenuhi sesuai ketentuan yang berlaku, baik GWM Primer, GWM Sekunder, maupun GWM LDR. Posisi Dana Pihak Ketiga sebagai pondasi utama bisnis Bank dapat terjaga dengan baik, hal ini sebagai indikator bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Yudha Bhakti dapat terpelihara. Dalam pencapaian sasaran bisnis di tahun 2013 aspek profitabilitas juga menjadi perhatian yang sangat penting. Strategi optimalisi profit dapat tercapai dengan perolehan laba yang cukup baik. Sampai dengan akhir tahun 2013 Bank Yudha Bhakti berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp17,99 miliar. Dari aspek permodalan Bank Yudha Bhakti senantiasa mampu mencapai rasio yang cukup aman, pencapaian rasio kecukupan modal maupun pertumbuhan modal dapat di-maintain dengan baik. Hal ini tentunya sangat positif sebagai penopang pertumbuhan usaha, pengendalian risiko dan menjaga likuiditas. Jaringan usaha Bank Yudha Bhakti sampai dengan 31 Desember 2013 telah berjumlah 32 kantor. Dengan jumlah jaringan usaha ini diharapkan Bank Yudha Bhakti akan mampu meningkatkan kualitas pelayanan sekaligus mampu memperkuat customer based, yang diharapkan pada fase berikutnya akan mampu meningkatkan soliditas usaha dan keuangan untuk menghadapi peluang dan tantangan bisnis dimasa yang akan datang.
LAPORAN POSISI KEUANGAN
TOTAL ASET Total Aset Bank Yudha Bhakti per 31 Desember 2013 mencapai Rp2.305 miliar, dengan komposisi Kredit Yang Diberikan menempati porsi terbesar mencapai 65.85 %, diikuti Treasury Asset sebesar 22.64%, dan sisanya dalam bentuk GWM sebesar 6.03% serta aset lainnya 6.16%. Manajemen Bank memahami bahwa dalam menghadapi iklim perbankan yang penuh persaingan dibutuhkan sikap kehati–hatian yang tinggi serta kalkulasi risiko bisnis yang cermat. Bank tetap disiplin dan fokus dalam me-maintain serta meningkatkan kualitas aset produktif, sehingga diharapkan pada akhirnya dapat mengoptimalkan profit. KOMPOSISI ASET KETERANGAN
(Jutaan Rp) 2013
NILAI
2012 %
NILAI
%
Giro Wajib Minimum
138,933
6.03
174,819
6.78
Treasury Asset
521,770
22.64
278,130
10.79
1,517,507
65.85
1,980,963
76.83
CKPN & PPANP
(15,614)
(0.68)
(14,309)
(0.56)
Lainnya
141,912
6.16
158,671
6.16
2,304,508
100.00
2,578,274
100.00
Kredit Yang Diberikan
Total Aset
ASET PRODUKTIF Posisi Aset Produktif Bank Yudha Bhakti pada akhir tahun 2013 mencapai sebesar Rp2,040 miliar atau 88,53% dari total aset Bank Yudha Bhakti tertanam dalam bentuk aset produktif. Pencapaian ini merupakan implementasi strategi pengelolaan aset produktif yang prudent dan diterapkan secara konsisten, yaitu :
Menjaga perimbangan masing-masing komponen aset produktif tetap dalam koridor likuiditas, pencapaian return yang optimal dan pengendalian risiko yang terukur. Menjaga Loan to Deposit Ratio sesuai dengan kondisi risiko yang ada dengan tetap berpijak pada kaidah kehati-hatian. KOMPOSISI ASET PRODUKTIF KETERANGAN
Giro Pada Bank Lain Treasury Asset Kredit Yang Diberikan Penyertaan Total Aset Produktif
(Jutaan Rp) 2013
NILAI
2012 %
NILAI
827
0.04
%
1,121
0.05
521,770
25.58
278,130
12.31
1,517,507
74.38
1,980,963
87.64
10
-
10
-
2,040,114
100.00
2,260,224
100.00
Laporan Tahunan 2013
49
Pengelolaan risiko kredit yang efektif, diharapkan mampu meminimalisir risiko penanaman dana pada Aset Produktif agar selalu terkendali dengan baik, karena selain dimaksudkan sebagai penyangga likuiditas juga sebagai faktor penyumbang perolehan yield yang utama. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan-NPL) Gross pada akhir tahun 2013 sebesar 3,91% dari jumlah kredit yang diberikan, sedangkan NPL-Netto (dengan memperhitungkan CKPN yang dibentuk dan agunan kredit) adalah 2,93%. Hal ini mencerminkan kualitas Aset Produktif terjaga relatif aman, kegiatan mitigasi risiko dapat berjalan dengan baik, dan aktivitas ini dilakukan dalam proses penerapan manajemen risiko dan pengendalian intern Bank yang menyeluruh. Kualitas Aset Produktif dan Informasi Lainnya
(Jutaan Rp)
Per 31 Desember 2013 POS-POS
L
DPK
DIRAGUKAN
KL
MACET
JUMLAH
1.000
I. KUALITAS ASET A. Pihak Terkait Penempatan Pada Bank Lain Surat Berharga
1.000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kredit Yang Diberikan a. Debitur UMKM
-
2.157
-
-
-
-
2.157
105.431
-
-
-
-
105.431
106.850
-
-
-
-
106.850
99.220
-
-
-
-
99.220
-
-
-
-
-
-
a. Debitur UMKM
397.615
13.323
34
64
7.046
418.082
b. Bukan Debitur UMKM
837.751
30.203
2.108
2.644
32.667
905.373
b. Bukan Debitur UMKM B. Pihak Tidak Terkait Penempatan Pada Bank Lain Surat Berharga Kredit Yang Diberikan
c. Kredit Yang Direstruktur d. Kredit Properti Penyertaan Penyertaan Modal Sementara Transaksi Rekening Administrasi Aset Yang Diambil Alih
33.444
38.206
1.015
515
13.284
86.464
10
-
-
-
-
10
-
-
-
-
-
-
23.460
-
-
-
-
23.460
139
-
48.586
83
8.138
56.946
II. INFORMASI LAINNYA
50
Total CKPN aset Keuangan atas Aset Produktif
15.614
Total PPA yang wajib dibentuk atas Aset Produktif
55.880
Prosentase kredit kepada UMKM tdhp total kredit
27,69%
Prosentase kredit kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) terhadap total kredit
22,62%
Prosentase jumlah debitur UMKM terhadap total debitur
13,24%
Prosentase jumlah debitur Usaha Mikro Kecil (UMK) terhadap total debitur
8,58%
Bank Yudha Bhakti
KREDIT YANG DIBERIKAN Dalam melakukan penyaluran kredit Bank Yudha Bhakti tetap fokus pada target market yang telah ditetapkan serta sesuai dengan segmen kredit yang telah ditentukan. Pola ekspansi kredit tetap dilakukan secara terukur, dengan tingkat selektifitas yang cukup tinggi. Hasil dari semua ini tampak dari yield/imbal hasil yang dihasilkan cukup baik. KREDIT YANG DIBERIKAN
(Jutaan Rp) 2013
KETERANGAN
2012
NILAI
Kredit Yang Diberikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kredit Yang Diberikan Netto
%
NILAI
%
1,517,507
100.00
1,980,963
100.00
15,614
1.03
14,309
0.72
1,501,893
98.97
1,966,654
99.28
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Produktif pada akhir tahun 2013 mencapai Rp15,61 miliar. Besaran CKPN ini dirasakan cukup memadai untuk meng-cover potensi kerugian yang mungkin timbul, kedepan secara bertahap jumlah tersebut akan terus ditingkatkan. CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (CKPN)
(Jutaan Rp)
2013
KETERANGAN
NILAI
Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan
2012 Terhdp wjb
NILAI
Terhdp wjb
-
0%
-
0%
678
88.40%
390
58.22%
77
102.67%
122
96.57%
380
60.41%
810
56.49%
Macet
14,479
76.11%
12,987
76.11%
Jumlah CKPN
15,614
76.19%
14,309
74.11%
TREASURY ASSET Exposure Treasury Asset telah memberikan kontribusi yang cukup besar, baik dalam struktur aset Bank maupun dalam struktur pendapatan, hal ini sejalan dengan kebijakan manajemen dalam pengelolaan aset produktif. Fungsi dan tujuan utama dari Treasury Asset adalah selain sebagai penjaga/pendukung likuiditas juga sebagai optimalisasi income, khususnya pendapatan bunga. Kepemilikan surat berharga selain berfungsi sebagai secondary reserve (GWM Sekunder) juga ditujukan untuk memperoleh yield/imbal hasil yang optimal. TREASURY ASSET KETERANGAN
(Jutaan Rp) 2013
NILAI
2012 %
NILAI
Penempatan Pada Bank Lain
107,000
Deposit Facility-Bank Indonesia
315,550
60.48
159,480
57.34
99,220
19.01
116,725
41.97
521,770
100.00
278,130
100.00
Surat Berharga Jumlah Treasury Asset
20.51
1,925
% 0.69
Laporan Tahunan 2013
51
SIMPANAN DANA PIHAK KETIGA Peningkatan sumber dana yang cukup signifikan di tahun 2013 menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap Bank Yudha Bhakti dapat dijaga dengan baik dan sejalan dengan pengakuan atas integritas pengelolaan Bank Yudha Bhakti. Total dana masyarakat per 31 Desember 2013 mencapai Rp 1.955 miliar yang didominasi oleh Deposito Berjangka dengan pangsa sebesar 90.12%. KOMPOSISI DANA PIHAK KETIGA KETERANGAN Giro Tabungan Deposito Jumlah Dana Masyarkat
52
Bank Yudha Bhakti
(Jutaan Rp) 2013
NILAI
2012 %
NILAI
%
91,768
4.69
172,207
7.88
101,398
5.19
92,390
4.23
1,761,641
90.12
1,920,805
87.89
1,954,807
100.00
2,185,402
100.00
LAPORAN LABA RUGI
Selama periode tahun 2013 Bank Yudha Bhakti berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar Rp17,99 miliar, terdapat penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar Rp29,18 miliar. Hal ini disebabkan Bank Yudha Bhakti lebih mengedepankan aspek likuiditas seiring dengan strategi utama di tahun 2013. Tingginya tingkat likuiditas yang dimaintain berakibat adanya peningkatan biaya dana yang signifikan, dan pada gilirannya menekan tingkat laba berjalan. 2013
LABA/RUGI
2012
KENAIKAN %
Dalam Jutaan Rupiah
Pendapatan Bunga
264,226
307,666
-14
Beban Bunga
139,774
177,010
-21
Pendapatan Bunga Bersih
124,452
130,656
-5
Pendapatan Operasional Lainnya
6,480
7,107
-14
Beban Tenaga Kerja
48,910
43,409
13
Beban Administrasi dan Umum
41,690
41,628
0
Beban Pemasaran
14,510
16,861
-14
Beban Operasional Lain-lain Beban CKPN Laba Operasional Pendapatan (Beban) Non-Operasional
-
2,031
-100
9,926
4,205
136
15,896
29,629
-46
2,099
(446)
571
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
17,995
29,184
-38
Beban Pajak Penghasilan-bersih
(6,940)
(8,165)
-15
Laba Bersih Tahun Berjalan
11,055
21,019
-47
PENDAPATAN BUNGA Sektor perkreditan sebagai lokomotif bisnis utama Bank Yudha Bhakti tetap memberikan kontribusi terbesar dalam menghasilkan pendapatan, sehingga diharapkan pertumbuhan kredit akan diikuti dengan peningkatan kualitas kredit serta imbal hasil. Bank Yudha Bhakti tetap fokus dan konsisten pada target market yang telah ditetapkan serta selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian. Pendapatan bunga dari aktivitas perkreditan terus mengalami peningkatan, baik secara absolut maupun prosentase. Secara absolut pendapatan bunga kredit pada tahun 2013 menunjukkan pencapaian sebesar Rp246,39 miliar, atau sebesar 93.25% dari keseluruhan pendapatan bunga. Hal ini mengidentifikasikan bahwa imbal hasil kredit cukup besar, jika dikaitkan dengan posisi LDR sebesar 76.58%. PENDAPATAN BUNGA Keterangan Pendapatan Bunga Kredit Pendapatan Bunga Dari Aktivitas Treasury Jumlah Pendapatan Bunga
(Jutaan Rp) 2013 Nilai 246,398
2012 %
Nilai
93.25
280,146
% 91.06
17,828
6.75
27,520
8.94
264,226
100.00
307,666
100.00
Laporan Tahunan 2013
53
6
PENDAPATAN AKTIVITAS TREASURY Treasury Asset selain sebagai salah satu komponen dalam menjaga likuiditas juga diharapkan mampu memberikan yield/ imbal hasil yang cukup optimal dalam kegiatan bisnis utama Bank Yudha Bhakti. Dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat penurunan pendapatan bunga dari aktivitas treasury, yang disebabkan adanya rekomposisi sebagian Treasury Asset menjadi Kredit Yang Diberikan, disamping sebagian besar dana yang tertanam dalam Treasury Asset ditempatkan dalam bentuk Simpanan pada Bank Indonesia (Deposit Facility) dengan imbal hasil yang relatif kecil. Pada tahun 2013 pendapatan bunga dari aktivitas treasury menunjukkan pencapaian sebesar Rp17,82 miliar atau secara prosentase memberikan kontribusi sebesar 6.75% dari keseluruhan pendapatan bunga. Hal ini dilakukan sejalan dengan strategi dan kebijakan Bank Yudha Bhakti untuk menjaga likuiditas dalam posisi yang aman dengan imbal hasil yang cukup optimal.
BEBAN BUNGA BEBAN BUNGA
(Jutaan Rp) 2013
KETERANGAN NILAI Beban Bunga Dana Pihak Ketiga Beban Bunga dari Aktivitas Treasury Jumlah Beban Bunga
54
Bank Yudha Bhakti
2012 %
NILAI
%
135,038
96.61
165,798
93.67
4,736
3.39
11,212
6.33
139,774
100.00
177,010
100.00
Jumlah beban bunga sampai dengan 31 Desember 2013 mencapai Rp139.77 miliar atau turun sebesar Rp37.24 miliar dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp177.01 miliar. Hal ini seiring dengan penurunan Dana Pihak Ketiga di tahun 2013. PENDAPATAN BUNGA BERSIH
(Jutaan Rp) 2013
KETERANGAN
Nilai
2012 %
Nilai
%
Pendapatan Bunga
264,226
100.00
307,666
100.00
Beban Bunga
139,774
52.90
177,010
57.53
Pendapatan Bunga Bersih
124,452
47.10
130,656
42.47
Jumlah pendapatan bunga bersih Bank Yudha Bhakti sampai akhir tahun 2013 mencapai sebesar Rp124,45 miliar atau mengalami penurunan sebesar Rp6.20 miliar dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp130.66 miliar dengan NIM sebesar 5.74%. Dengan margin keuntungan sebesar 5.74% menunjukkan bahwa pencapaian tingkat imbal hasil (yield) Bank Yudha Bhakti cukup tinggi dan kualitas aset dapat terjaga dengan baik. BEBAN OVERHEAD
(Jutaan Rp) 2013
KETERANGAN
NILAI
2012 %
NILAI
%
Beban Administrasi & Umum
41,690
36.24
41,628
38.50
Beban Tenaga Kerja
48,910
42.52
43,409
40.14
9,926
8.63
4,205
3.89
14,510
12.61
18,892
17.47
115,036
100
108,134
100
Beban Penurunan Nilai Aset Keuangan Beban Operasional Lainnya Jumlah Beban Overhead
Salah satu strategi dan arah kebijakan manajemen di tahun 2013 untuk mencapai target bisnis yang ditetapkan adalah dengan meningkatkan dan mengendalikan efisensi usaha. Beban overhead di akhir tahun 2013 sebesar Rp115.04 miliar naik hanya sebesar Rp6.9 miliar dari tahun 2012 sebesar Rp108.13 miliar. OPERATION EFFICIENCY RATIO (BOPO) KETERANGAN
2013
(Jutaan Rp) 2012
+/-
Pendapatan Operasional
270,706
314,773
(44,067)
Beban Operasional
254,810
285,143
(30,333)
BO/PO
94.13%
90.59%
3.54%
Laporan Tahunan 2013
55
Ditengah tingginya tingkat persaingan dalam penghimpunan dana selama tahun 2013 Bank Yudha Bhakti dapat menjaga tingkat efisiensi usahanya dengan baik, hal ini terlihat dari beban operasional terhadap pendapatan operasional pada tahun 2013 mencapai 94.13%. LABA OPERASIONAL KETERANGAN
(Jutaan Rp)
2013
Laba Sebelum Pajak
2012
+/-
17,995
29,184
(11,189)
Pajak Penghasilan
6,940
8,165
(1,225)
Laba Setelah Pajak
11,055
21,019
(9,964)
Return On Asset
0.78%
1.11%
-0.33%
Perolehan laba sebelum pajak di tahun 2013 mencapai Rp17.99 miliar dengan ROA sebesar 0.78%. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas Bank Yudha Bhakti relatif tinggi/profitable, mengingat tingginya kewajiban tingkat likuiditas yang dimaintain dengan pengorbanan biaya dana yang tidak sedikit.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Pada tahun 2013, total ekuitas meningkat sebesar 0.01% terutama bersumber dari peningkatan modal saham. (Jutaan Rp)
EKUITAS
KENAIKAN (%)
2013
2012
184,717
148,444
0.24
Tambahan Modal disetor
21,799
36,273
-0.40
Saldo Laba yang telah ditentukan penggunaannya
20,131
20,131
0.00
Saldo Laba yang belum ditentukan penggunaannya
43,133
47,841
-0.10
Keuntungan (kerugian) yang belum direalisasikan atas efek- efek yang tersedia dijual
(12,244)
1,089
-12.24
Total Ekuitas
257,536
253,778
0.01
Modal Saham
LAPORAN ARUS KAS LAPORAN ARUS KAS Arus kas bersih dari aktivitas operasional Arus kas bersih dari aktivitas investasi Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Arus kas bersih
56
Bank Yudha Bhakti
(Jutaan Rp) 2013
KENAIKAN (%)
2012
(50,664)
(89,093)
-0.43
4,968
271
17.33
10,979
19,689
-0.44
(34,717)
(69,133)
-0.50
RASIO-RASIO KEUANGAN BANK
Tingginya BI Rate pada kuartal terakhir tahun 2013 mengakibatkan kenaikan tingkat suku bunga simpanan yang mengakibatkan diambilnya kebijakan untuk mengurangi sumber pendanaan yang berasal dari simpanan nasabah. Oleh sebab itu, peningkatan kredit pada tahun 2013 tidak seluruhnya didukung dengan peningkatan simpanan. Sebagai akibatnya, selama tahun 2013, arus kas bersih dari aktivitas
operasional mengalami defisit sebesar Rp50,66 miliar atau menurun 0.43% dari arus kas bersih selama tahun 2012. Arus kas dari aktivitas pendanaan mengalami surplus sebesar Rp4.9 miliar atau mengalami kenaikan 17.33% dari arus kas bersih selama tahun 2012. Sedangkan aktivitas arus kas dari aktivitas pendanaan selama tahun 2013 lebih rendah 0.44% dibandingkan tahun 2012.
KETERANGAN
2013
2012
2011
RASIO-RASIO KEUANGAN I.
PERMODALAN
1.
CAR dengan memperhitungkan Risiko Kredit
20.40%
16.01%
14.62%
2.
CAR dengan memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko Operasional
16.16%
13.70%
12.76%
3.
CAR dengan memperhitungkan Risiko Kredit dan Risiko Operasional dan Risiko Pasar
15.34%
12.89%
12.76%
4.
Rasio Aset Tetap terhadap Modal
5.78%
7.25%
9.62%
II.
KUALITAS ASET
1.
Aset Produktif Bermasalah
2.91%
3.12%
3.53%
2.
NPL Gross
3.91%
3.56%
4.52%
3.
NPL Netto
2.93%
2.85%
4.17%
4.
Rasio CKPN dan PPA TRA yang dibentuk terhadap PPA yang wajib dibentuk
27.94%
74.11%
100.01%
5.
Rasio PPAP terhadap Kredit Bermasalah
26.30%
20.32%
29.45%
III.
PROFITABILITAS
1.
Return On Assets (ROA)
0.78%
1.11%
1.30%
2.
Return On Equity (ROE)
4.66%
9.75%
10.74%
3.
Net Interest Margin (NIM)
5.74%
5.12%
5.33%
4.
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
94.13%
90.59%
90.39%
IV.
LIKUIDITAS 76.58%
90.65%
79.63%
Loan to Deposit Ratio (LDR) V.
KEPATUHAN
1.
% Pelanggaran BMPK
Nihil
Nihil
Nihil
2.
% Pelampauan BMPK
Nihil
Nihil
Nihil
3.
Giro Wajib Minimum
8.02%
8.11%
8.14%
Laporan Tahunan 2013
57
Rasio Kecukupan Modal Sesuai dengan peraturan BI, Rasio Kecukupan Modal Minimum (CAR) yang ditetapkan Bank Indonesia adalah sebesar 8%. Dengan rasio CAR berada pada tingkat 15.34%, struktur permodalan Bank diharapkan memiliki kapabilitas untuk menanggulangi risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional dari aktivitas usaha Bank, dimana rasio tersebut lebih tinggi dari batas rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum dari Bank Indonesia. Hal ini berarti bahwa Bank telah mengelola dengan baik permodalannya dan memiliki kecukupan modal untuk melindungi dari risiko bisnis.
Rasio Kredit Bermasalah Rasio Kredit Bermasalah Netto meningkat dari 2,85% pada tahun 2012 menjadi 2,93% pada tahun 2013. Untuk menutup kemungkinan kerugian yang terjadi karena tidak tertagihnya kredit dan aset produktif, Bank selalu mengadakan analisis umur aset dan perhitungan penyisihan atas kemungkinan kerugian dari tidak tertagihnya kredit. Penambahan penyisihan ini diakui sebagai bagian dari beban operasional selama periode berjalan. Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan yang dibentuk pada tahun 2013 telah cukup mampu untuk menutupi kerugian yang mungkin terjadi karena tidak tertagihnya kredit.
Rasio Kredit terhadap Simpanan Pencapaian rasio Kredit terhadap Simpanan pada tahun 2013 sebesar 76.58% menurun 14.07% dari tahun sebelumnya yang mencapai 90.65%. penurunan ini disebabkan adanya penurunan kredit sebesar 31% pada tahun 2013 sementara simpanan hanya turun sebesar 12% pada tahun 2013 yang mengakibatkan penurunan rasio kredit terhadap simpanan.
58
Bank Yudha Bhakti
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE 60
LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Laporan Tahunan 2013
59
PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Implementasi GCG merupakan upaya optimalisasi Bank Yudha Bhakti untuk memberi nilai lebih kepada nasabah, masyarakat, dan para pemangku kepentingan, selain menjadikan Bank Yudha Bhakti memiliki tingkat tata kelola yang baik. GCG diperlukan untuk menunjang kekuatan dan keberlangsungan usaha Bank Yudha Bhakti, juga dapat berimplikasi pada kokohnya struktur bisnis Bank. Implementasi GCG di Bank Yudha Bhakti sejalan dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku.
60
Bank Yudha Bhakti
Bank Yudha Bhakti berkomitmen untuk memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Salah satu kunci utama untuk merealisasikan komitmen tersebut adalah penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) secara konsisten serta menjadikannya sebagai budaya kerja yang berlaku di dalam Bank Yudha Bhakti. Pemahaman ini mendasari Bank Yudha Bhakti untuk melaksanakan tata kelola yang baik dalam setiap kegiatan usahanya dan pada semua tingkatan organisasi Bank demi mencapai tujuan bisnis jangka panjang yang berkesinambungan. Melalui peran aktif dan dukungan penuh Dewan Komisaris dan Direksi, Bank Yudha Bhakti memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG pada semua aktivitas usaha dan pada semua tingkatan organisasi Bank, hal tersebut diwujudkan dalam aspek-aspek sebagai berikut: 1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris; 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi; 3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite; 4. Penanganan benturan kepentingan; 5. Penerapan fungsi kepatuhan; 6. Penerapan fungsi Audit Internal; 7. Penerapan fungsi Audit Eksternal; 8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian internal; 9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures); 10. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank, laporan pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dan pelaporan internal; dan 11. Rencana strategis bank. Asas-asas GCG diterapkan pada setiap aktivitas bisnis Bank dan pada semua tingkatan organisasi Bank Yudha Bhakti yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran. Asas-asas ini dapat mencapai kesinambungan usaha Bank Yudha Bhakti dengan memperhatikan pemangku kepentingan. 1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan. Transparansi diperlukan agar Bank Yudha Bhakti dapat menjalankan bisnis secara objektif, profesional, dan melindungi kepentingan konsumen. 2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Bank Yudha Bhakti sebagai lembaga yang memiliki kewenangan dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan akuntabel. Untuk itu Bank Yudha Bhakti dikelola secara sehat, terukur dan profesional dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham, mitra, dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan Bank yang sehat. Pertanggungjawaban diperlukan agar dapat menjamin terpeliharanya kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai entitas yang baik. 4. Independensi (independency), yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan bank yang sehat. Dalam hubungan dengan asas independensi, Bank Yudha Bhakti dikelola secara independen agar masing-masing organ Bank beserta seluruh jajaran dibawahnya tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun yang dapat mempengaruhi objektivitas dan profesionalisme dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya, Bank Yudha Bhakti harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham, mitra dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dari masing-masing pihak yang bersangkutan.
Laporan Tahunan 2013
61
Penerapan prinsip-prinsip dasar GCG tersebut di atas telah diterapkan Bank Yudha Bhakti sebagai bagian dari budaya perusahaan yang senantiasa dipelihara, dijaga dan terus ditingkatkan kualitasnya dalam rangka mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai perusahaan, dengan komitmen untuk mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan serta menciptakan suatu nilai yang optimal bagi pemegang saham dan stakeholders pada umumnya. Bank Yudha Bhakti berkeyakinan bahwa implementasi GCG yang efektif akan mendukung pencapaian sasaran bisnis dalam jangka panjang dan memberikan keunggulan kompetitif dalam menghadapi persaingan. Sehubungan dengan hal tersebut, Bank Yudha Bhakti secara terus menerus berupaya agar prinsip-prinsip GCG dipraktekkan dengan standar tertinggi dan secara berkala dilakukan pengukuranpengukuran dan perbandingan dengan pihak luar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor:15/15/ DPNP tanggal 29 April 2013 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, dengan ini kami sampaikan Laporan Pelaksanaan GCG, yang terdiri dari pelaksanaan GCG dan kesimpulan hasil penilaian (self assessment) pelaksanaan GCG di Bank Yudha Bhakti.
PELAKSANAAN GCG Pelaksanaan Good Corporate Governance merupakan unsur penting di industri perbankan mengingat risiko dan tantangan yang dihadapi oleh industri perbankan semakin meningkat. Penerapan GCG merupakan proses jangka panjang yang memberikan hasil berupa sustainable value. Implementasi GCG sebagai sebuah sistem dilakukan melalui proses intern yang melibatkan Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh karyawan. Pelaksanaan GCG dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh Bank Yudha Bhakti dalam melaksanakan GCG. Dewan Komisaris telah membentuk komite-komite fungsional untuk memberdayakan fungsi kepengawasan Dewan Komisaris. Komite-komite membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta merumuskan kebijakan sesuai ruang lingkup tugas komite yang bersangkutan. Pembentukan komite-komite ditetapkan dengan Surat Keputusan.
62
Bank Yudha Bhakti
Manajemen juga telah membentuk pihak-pihak pendukung sebagai unit kerja untuk mengendalikan, mengawal, dan bertanggung jawab atas implementasi GCG sekaligus sebagai mitra kerja dari komite-komite di bawah Dewan Komisaris. Unit kerja tersebut adalah Divisi Internal Audit dan Kepatuhan.
SELF ASSESSMENT PELAKSANAAN GCG Bank Yudha Bhakti sebagai badan hukum yang berbentuk perseroan terbatas, yaitu badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor: 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”). Untuk menjalankan kegiatannya, suatu perseroan terbatas memerlukan organ perseroan yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi. Ketiga organ perseroan tersebut memiliki kedudukan yang setara satu sama lain namun dengan fungsi dan wewenang yang berbeda dalam rangka menjalankan kegiatan pengelolaan Bank sehari-hari.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah/merupakan organ perusahaan tertinggi dalam struktur GCG. RUPS memiliki wewenang antara lain untuk mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, mengevaluasi kinerja Dewan Komisaris dan kinerja Direksi, menyetujui perubahan Anggaran Dasar, menyetujui laporan tahunan dan menetapkan bentuk dan jumlah imbalan, tunjangan dan fasilitas bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi, menetapkan penggunaan laba dan penunjukan akuntan publik. RUPS juga membahas strategi, kebijakan, serta hal-hal penting lainnya yang diusulkan oleh Direksi, Dewan Komisaris ataupun pemegang saham. Sepanjang tahun 2013, Bank Yudha Bhakti telah mengadakan 5 (lima) kali RUPS termasuk RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa. Beberapa keputusan penting yang dihasilkan dalam rapat-rapat tersebut antara lain: 1. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bank Yudha Bhakti tanggal 20 Mei 2013.
a. Menyetujui dan mengesahkan Perhitungan Tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Husni, Mucharam & Rasidi (HMR). b. Menetapkan penggunaan laba bersih perseroan Rp21.018.666.372,29 (duapuluh satu miliar delapan belas juta enam ratus enam puluh enam ribu tiga ratus tujuh puluh dua koma dua puluh sembilan rupiah) ditetapkan sebagai berikut: - Pembagian dividen tunai sebesar 20% (dua puluh persen) dari laba bersih perseroan tersebut di atas atau Rp4.203.733.274,46 (empat miliar dua ratus tiga juta tujuh ratus tiga puluh tiga ribu dua ratus tujuh puluh empat koma empat puluh enam rupiah). - Deviden saham sebesar 30 % (tiga puluh persen) atau sebesar Rp6.305.599.911,69 (enam miliar tiga ratus lima juta lima ratus sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus sebelas koma enam puluh sembilan rupiah). - Pembentukan Cadangan Laba Ditahan sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau sebesar Rp5.254.666.593,07 (lima miliar dua ratus lima puluh empat juta enam ratus enam puluh enam ribu lima ratus sembilan puluh tiga koma tujuh rupiah). - Tantiem Dewan Komisaris sebesar 5% (lima persen) atau sebesar Rp1.050.933.318,61 (satu miliar lima puluh juta sembilan ratus tiga puluh tiga ribu tiga ratus delapan belas koma enam puluh satu rupiah). - Tantiem Direksi sebesar 5% (lima persen) atau sebesar 1.050.933.318,61 (satu miliar lima puluh juta sembilan ratus tiga puluh tiga ribu tiga ratus delapan belas koma enam puluh satu rupiah). - Jasa Produksi Karyawan sebesar 15% (lima belas persen) atau sebesar Rp3.152.799.955,84 (tiga miliar seratus lima puluh dua juta tujuh ratus sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus lima puluh lima koma delapan puluh empat rupiah). c. Menyetujui perpanjangan masa jabatan Dewan Komisaris terhitung sejak tanggal 21 Maret 2013
d.
e.
f.
g.
sampai dengan 21 November 2013. Menyetujui pencalonan Direktur Utama Perseroan Bpk. Michael Hoetabarat untuk diajukan ke Bank Indonesia untuk mengikuti fit and proper test. Memberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab (acquit et de charge) kepada Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan. Menyetujui peningkatan Modal Dasar Perseroan dari semula sebesar Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah) menjadi Rp600.000.000.000,- (enam ratus miliar rupiah) sehingga akan merubah Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Anggaran Dasar Perseroan. Menyetujui Tambahan Modal Disetor dari fresh money sebesar Rp15.500.000.000,- (lima belas miliar lima ratus juta rupiah) yang akan disetor sesuai porsinya oleh masing-masing pemegang saham pada bulan Juni 2013 yang jumlah dan besarnya akan dikonfirmasikan kemudian.
2. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Yudha Bhakti tanggal 1 Juli 2013 menyetujui: a. Pencalonan Ibu Hulda Soesyawati Tirtohartono sebagai Direktur Pendanaan dan Perkreditan Perseroan. b. Pencalonan Bapak Iim Wardiman sebagai Direktur Kepatuhan Perseroan. c. Perpanjangan Pejabat Sementara Direktur Utama (Bapak Yosi Mas M. Yusuf) sampai dengan Direktur Utama definitive disetujui oleh Bank Indonesia dan diangkat resmi oleh RUPS. 3. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Yudha Bhakti tanggal 18 September 2013 menyetujui: a. Pengangkatan Bapak Michael Hoetabarat sebagai Direktur Utama Perseroan. b. Pengangkatan Bapak Iim Wardiman sebagai Direktur Kepatuhan Perseroan. c. Memberhentikan dengan hormat Bapak Yosi Mas M. Yusuf sebagai Pejabat Sementara Direktur Utama. d. Pengunduran diri Bapak Yosi Mas M. Yusuf sebagai Direktur Komersil. e. Penjualan 3.000 (tiga ribu) lembar saham Induk Koperasi Angkatan Laut (INKOPAL). f. Pencalonan Ibu Dian Savitry sebagai Direktur Perseroan.
Laporan Tahunan 2013
63
g. Penunjukan Kantor Akuntan Publik Husni, Mucharam & Rasidi (HMR) untuk melakukan Audit terhadap Laporan Keuangan Perseroan yang berakhir pada 31 Des 2013. 4. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Yudha Bhakti tanggal 20 Nopember 2013 Menyetujui: a. Perpanjangan masa jabatan Dewan Komisaris Perseroan sampai dengan 21 Maret 2016. b. Pengangkatan Bapak Iim Wardiman selaku Direktur Kepatuhan Perseroan. c. Penegasan harga penjualan 3000 (tiga ribu) lembar saham milik INKOPAL kepada PT GOZCO CAPITAL. d. Perubahan Pasal 11 ayat 1, 4 dan 6 Anggaran Dasar Perseroan. e. Perubahan Pasal 14 ayat 1,5, dan 6 Anggaran Dasar Perseroan . 5. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Yudha Bhakti tanggal 11 Desember 2013. Menyetujui pengangkatan Ibu Dian Savitry dalam jabatannya selaku Direktur Komersial Perseroan sehingga untuk selanjutnya susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan menjadi sebagai berikut: Dewan Komisaris Komisaris Utama /Independen Komisaris Independen Komisaris Komisaris Direksi Direktur Utama Direktur Operasi Direktur Kepatuhan Direktur Komersial
: Suprihadi, S. IP : I Putu S. Soeranta : Tjandra Mindharta Gozali : Rianzi Julidar, S.IP,SH,M.Sc
: Michael Hoetabarat : Syahril Yoserizal : Iim Wardiman : Dian Savitry
1. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris. a. Jumlah, Komposisi dan Independensi Dewan Komisaris. Anggota Dewan Komisaris PT Bank Yudha Bhakti pada tahun 2013 berjumlah 4 (empat) orang, yang diketuai oleh seorang Komisaris Utama. Dari sisi keanggotaan, 2 (dua) anggota Komisaris Bank merupakan Komisaris Independen (termasuk Komisaris Utama), dan 2 (dua) anggota Komisaris lainnya, berasal dari perwakilan pemegang saham. Keseluruhan anggota Dewan Komisaris merupakan para profesional dengan keahlian dan pengalaman yang luas di bidang perbankan. Komposisi Dewan Komisaris di atas telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia tentang persyaratan jumlah anggota Komisaris Independen paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari seluruh anggota Komisaris Bank. Seluruh anggota Dewan Komisaris Bank tidak saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan sesama anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi b. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Secara umum, tugas utama Dewan Komisaris diantaranya adalah mengawasi pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, memberikan nasihat dan masukan kepada Direksi serta memantau efektivitas Penerapan GCG, Penerapan Manajemen Risiko, Penerapan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU & PPT), dan Penerapan Strategi Anti Fraud, serta tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan pengelolaan Bank telah dilaksanakan sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Kedudukan masing masing anggota Dewan Komisaris, termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Dewan Komisaris Bank Yudha Bhakti dalam menjalankan tugasnya mengacu kepada Pedoman Umum dan Prosedur Kerja Pengawasan Dewan Komisaris, Anggaran Dasar Perusahaan, Undang-Undang Perseroan Terbatas, Peraturan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan lembaga lainnya.
64
Bank Yudha Bhakti
Sesuai dengan Pedoman Umum dan Prosedur Kerja Pengawasan Dewan Komisaris, Dewan Komisaris menyelenggarakan rapat rutin bulanan yang dihadiri oleh mayoritas anggota Dewan Komisaris, serta rapat khusus yang diselenggarakan apabila terdapat hal-hal yang menurut Dewan Komisaris perlu untuk dibahas. Anggota Direksi, Kepala Divisi Manajemen Risiko, Kepala Divisi Audit Intern serta pejabat Bank terkait dapat diundang menghadiri rapat untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kegiatan dan usaha Bank. Pengambilan keputusan rapat Dewan Komisaris dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat. Hasil rapat Dewan Komisaris dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh seluruh peserta rapat dan didokumentasikan secara baik. Sebagai bentuk komitmen meningkatkan praktek tata kelola perusahaan yang baik dan fungsi manajemen risiko sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/25/PBI/2005 tanggal 3 Agustus 2005, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/9/PBI/2006 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/19/PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum, seluruh anggota Dewan Komisaris telah memperoleh Sertifikat Manajemen Risiko dari Lembaga Sertifikasi Profesi yang berwenang sesuai dengan tingkatan yang berlaku. Dalam rekomendasi melaksanakan tugas-tugasnya, Dewan Komisaris dibantu oleh Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi dan Nominasi. c. Rekomendasi Dewan Komisaris. Sepanjang tahun 2013, terkait dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab di atas, Dewan Komisaris telah mengeluarkan beberapa rekomendasi sebagai berikut: - Dewan Komisaris senantiasa mendorong pengembangan corporate culture atau budaya kerja secara terus menerus ditingkatkan khususnya melalui pelatihan atau pendidikan karyawan, karena Sumber Daya Manusia (Human Capital) sebagai aset utama dan faktor penentu yang memiliki peranan yang sangat menentukan bagi kinerja perusahaan. - Akan diupayakan penataan komposisi kepemilikan saham yang dimiliki oleh karyawan untuk memotivasi karyawan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. - Dewan Komisaris selalu mengadakan pengawasan
terhadap pelaksanaan aspek kepatuhan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia antara lain mengenai pemenuhan GWM, BMPK, NPL, CAR serta penerapan Manajemen Risiko. 2. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi. a. Jumlah, Komposisi dan Independensi Direksi Jumlah Direksi Bank Yudha Bhakti per 31 Desember 2013 berjumlah 4 (empat) orang dan dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang berasal dari pihak yang independen terhadap pemegang saham pengendali. Seluruh anggota Direksi telah berpengalaman dalam bidang operasional perbankan selama lebih dari 5 (lima) tahun dan tidak memiliki rangkap jabatan sebagai Komisaris, Direksi atau Pejabat Eksekutif pada Bank, perusahaan atau lembaga lain. Seluruh anggota Direksi Bank Yudha Bhakti tidak saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat ke-dua dengan sesama anggota Direksi, dan/atau dengan anggota Dewan Komisaris. Dalam rapat-rapat kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi telah dipastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan dan rekomendasi dari Divisi Audit Intern, auditor eksternal, LHP Bank Indonesia dan/atau hasil pengawasan otoritas lainnya, dengan menetapkan rencana tindak perbaikan atau penyempurnaan kegiatan yang dipandang perlu. Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali. b. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi. Sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi Nomor: 085/SET/BYB/VI/2007 tanggal 27 Juni 2007 tentang Pedoman Umum, Prosedur Dan Tata Kerja Direksi, Anggaran Dasar Bank Yudha Bhakti, Undang-Undang Perseroan Terbatas, dan Peraturan Bank Indonesia, Direksi bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan kepengurusan harian Bank, termasuk memastikan terselenggaranya prinsip-prinsip GCG pada setiap kegiatan usaha Bank dan pada seluruh tingkatan atau jenjang
Laporan Tahunan 2013
65
organisasi, merumuskan dan melaksanakan strategi dan kebijakan bisnis, pengelolaan dan pengawasan risiko, pemeliharaan dan pengelolaan aset, pengelolaan Sumber Daya Manusia, memastikan pencapaian tujuan usaha, terus berupaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya, serta melaporkan kinerja Bank secara keseluruhan kepada pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, Direksi telah membentuk Divisi Audit Intern, Divisi Manajemen Risiko dan Divisi Kepatuhan. Divisi-divisi tersebut telah bekerja secara efektif membantu Direksi dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan usaha Bank. Disamping hal di atas, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direksi juga dibantu oleh pejabat eksekutif dan komite dibawah koordinasinya, diantaranya: Komite Manajemen Risiko, Komite Audit & Pengendalian Internal, Komite Kebijakan Perkreditan, Komite Kredit, Komite Kebijakan Personalia, Komite Personalia, Komite Aset dan Liabilitas (ALCO), Komite Investasi Umum & Pengembangan Usaha, Komite Investasi Surat Berharga dan Komite Teknologi Sistem Informasi (TSI). 3. Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas KomiteKomite a. Struktur, Keanggotaan, Keahlian dan Independensi Anggota Komite Komite Audit Komite Audit terdiri dari seorang Ketua yang merupakan Komisaris Independen dan 2 (dua) orang anggota. Ketua maupun seluruh anggota Komite Audit memiliki keahlian dan latar belakang pengetahuan serta pengalaman yang memadai. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 111/SET/BYB/IX/2008 tanggal 3 September 2008 tentang Revisi Susunan Keanggotaan Komite Audit, dengan susunan keanggotaan: -
66
Ketua Sekretaris Dekom
Bank Yudha Bhakti
: Suprihadi, S.IP : Didid H. Basuki
-
Anggota: Bid. Keuangan – Akuntansi/Perbankan: Adi Priyono Bid. Hukum/Perbankan: R. Rivai M. Noer
Komite Pemantau Risiko Komite Pemantau Risiko diketuai oleh seorang Komisaris Independen dengan anggota yang memiliki keahlian di bidang Keuangan dan Manajemen Risiko, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 088/SET/BYB/IX/2009 tanggal 28 September 2009, susunan keanggotaan Komite Pemantau Risiko adalah sebagai berikut: -
Ketua : I Putu S. Soeranta Sekretaris Dekom : Didid H. Basuki Anggota: Bid. Manajemen Risiko : Irzal Zaini Bid. Keuangan – Akuntansi/Perbankan : Adi Priyono
Komite Remunerasi dan Nominasi Komite Remunerasi dan Nominasi diketuai oleh seorang Komisaris Independen dengan 4 (empat) anggota yang memiliki keahlian dan independensi yang memadai. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 064/SET/BYB/ VI/2008 tanggal 27 Juni 2008, susunan keanggotaan Komite Remunerasi dan Nominasi adalah sebagai berikut: - Ketua : Suprihadi, S.IP - Sekretaris : Kepala Divisi SDM & Umum - Anggota : Komisaris Independen II : I Putu Soekreta Soeranta Komisaris : Tjandra Mindharta Gozali Komisaris : Rianzi Julidar, S.IP,SH,M.Sc b. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Dibawah Dewan Komisaris Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris Nomor: 001/SET-DK/BYB/V/2007 tanggal 23 Mei 2007 tentang Pedoman Umum dan Prosedur Kerja Pengawasan Dewan Komisaris dan Nomor: 001/SET-DK/BYB/IX/2008 tanggal 17 September 2008 tentang Addendum Pedoman Umum dan Prosedur Kerja Pengawasan Dewan Komisaris, diatur tugas dan tanggung jawab Komite sebagai berikut: - Komite Audit, bertugas: Melakukan pemantauan dan evaluasi atas
-
-
perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan progres pelaporan keuangan. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap: Pelaksanaan tugas Divisi Audit Intern; Kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik dengan standar audit berlaku; Kesesuaian laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku; Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Divisi Audit Intern, Akuntan Publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris. Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris untuk disetujui dalam RUPS. Komite Pemantau Risiko, bertugas: Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara Kebijakan manajemen Risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut; Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Divisi Manajemen Risiko.
-
Komite Remunerasi dan Nominasi, tugas dan tanggung jawab: Terkait dengan Kebijakan Remunerasi: Melakukan evaluasi terhadap Kebijakan Remunerasi; Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai: - Kebijakan Remunerasi bagi Dewan Komisaris dan Direksi untuk disampaikan kepada RUPS; - Kebijakan Remunerasi bagi pejabat eksekutif dan pegawai secara keseluruhan untuk disampaikan kepada Direksi. Terkait dengan Kebijakan Nominasi: - Menyusun dan memberikan rekomendasi mengenai sistem dan prosedur pemilihan dan/ atau penggantian anggota Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS; - Memberikan rekomendasi mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan/atau Direksi kepada Dewan Komisaris untuk disampaikan kepada RUPS; - Memberikan rekomendasi mengenai Pihak Independen yang akan menjadi anggota Komite kepada Dewan Komisaris.
c. Frekuensi Rapat Komite. Sepanjang tahun 2013, Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi telah menyelenggarakan rapat dengan jumlah frekuensi dan kehadiran masing-masing anggota sebagai berikut: Komite Audit Jumlah Rapat
Kehadiran
Ketua
Keanggotaan
Suprihadi, S.IP
6
6
Sekretaris Dekom
Didid H. Basuki
6
5
Anggota Independen
Nama
- R. Rivai M. Noer
6
5
- Adi Priyono
6
6
Jumlah Rapat
Kehadiran
5
5
Komite Pemantau Risiko Keanggotaan
Nama
Ketua
I Putu S. Soeranta
Sekretaris Dekom
Didid H. Basuki
5
5
Anggota Independen
-Adi Priyono
5
5
-Irzal Zaini
5
3
Laporan Tahunan 2013
67
Komite Remunerasi dan Nominasi Jumlah Rapat
Kehadiran
Ketua
Keanggotaan
Suprihadi, S.IP
Nama
1
1
Sekretaris
Kepala Divisi SDM & Umum
1
1
Anggota
- I Putu S. Soeranta
1
1
- Tjandra Mindharta Gozali
1
1
- Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
1
1
d. Program kerja Komite dan realisasinya.
1.
2.
3. 4.
Komite Audit Program Kerja adalah sebagai berikut : Komite Audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali. Dan bila dipandang perlu sewaktuwaktu dapat melakukan rapat sesuai kebutuhan, untuk membahas : a. Laporan Hasil Pemeriksaan Divisi Audit Internal. b. Laporan Hasil Pemeriksaan Bank Indonesia atau OJK. c. Laporan Hasil Pemeriksaan Eksternal Auditor (Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk untuk melakukan audit laporan keuangan Perusahaan dan Auditor Independen yang melakukan review terhadap aktivitas Divisi Audit Intern). Mengundang Divisi terkait untuk meminta penjelasan atas hal-hal yang dipandang perlu perhatian khusus oleh Komisaris. Memberikan masukan atas penunjukkan Kantor Akuntan Publik kepada Komisaris. Undangan rapat dan Agenda rapat akan dibuat oleh Sekretaris Dewan Komisaris sebelum tanggal penyelenggaraan rapat.
- Realisasi Program Kerja Komite Audit : 1. Rapat pada tanggal 28 Februari 2013 membahas monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan BI (posisi pemeriksaan September 2013) dan tindak lanjut pemeriksaan Divisi Audit Intern (posisi pemeriksaan tahun 2012). 2. Rapat tanggal 8 Mei membahas presentasi laporan hasil audit semester II tahun 2012 ke BI. 3. Rapat tanggaal 4 Juli 2013 membahas presentasi monitoring tindak lanjut hasil pemeriksaan BI oleh Koordinator Kepatuhan. 4. Rapat tanggal 28 Agustus 2013 membahas presentasi laporan keuangan bulan Juni 2013 oleh Divisi
68
Bank Yudha Bhakti
Perencanaan. 5. Rapat tanggal 24 September 2013 membahas review Management Letter atas audit laporan keuangan PT Bank Yudha Bhakti untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 (Laporan KAP Husni, Mucharam & Rasidi). 6. Rapat tanggal 2 Desember 2013 membahas presentasi Ka. Divisi Audit Intern mengenai rencana kerja pemeriksaan on the spot oleh Dep. Internal Control dan perkembangan program kredit kerja pensiun. 7. Rapat tanggal 27 Desember 2013 membahas review dan monitoring hasil pemeriksaan BI per 30 September 2013 (pembahasan khusus mengenai temuan manajemen, SDM dan training). Komite Pemantau Risiko - Program Kerja adalah sebagai berikut : 1. Komite Pemantau Risiko mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali dan sewaktu-waktu dapat mengadakan rapat sesuai kebutuhan, untuk membahas laporan yang dibuat oleh Divisi manajemen Risiko kepada Pihak manajemen dan Bank Indonesia yang meliputi : Laporan Profil Risiko Bank Laporan Tingkat Kesehatan Bank Laporan Good Coorporate Governance 2. Mengundang Divisi terkait untuk meminta penjelasan atas hal-hal yang dipandang perlu perhatian khusus oleh Komisaris. 3. Undangan rapat dan agenda rapat akan dibuat oleh Sekretaris Dewan Komisaris sebelum tanggal penyelenggaraan rapat.
- Realisasi Program Kerja Komite Manajemen Risiko : 1. Rapat tanggal 24 April 2013 membahas laporan Tingkat Kesehatan Bank posisi Maret 2013. 2. Rapat tanggal 3 Juni 2013 membahas laporan Tingkat Kesehatan Bank posisi April 2013.
3.
Rapat tanggal 20 Agustus 2013 membahas laporan Tingkat Kesehatan Bank posisi Juni 2013. 4. Rapat tanggal 26 September 2013 membahas laporan Tingkat Kesehatan Bank posisi Agustus 2013. 5. Rapat tanggal 27 November 2013 membahas laporan Tingkat Kesehatan Bank posisi Oktober 2013.
4. Penerapan Fungsi Kepatuhan, Audit Intern dan Audit Ekstern a. Fungsi Kepatuhan Sesuai dengan amanat PBI Nomor: 13/2/PBI tanggal 12 Januari 2011 tentang Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, penerapan fungsi kepatuhan di Bank Yudha Bhakti meliputi hal-hal sebagai berikut: Penunjukan Direktur (Kepatuhan) yang membawahkan fungsi kepatuhan dengan tugas dan tanggung jawab antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut: Merumuskan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan Bank; Mengusulkan kebijakan kepatuhan atau prinsip-prinsip kepatuhan yang akan ditetapkan oleh Bank; Menetapkan sistem dan prosedur kepatuhan yang akan digunakan untuk menyusun ketentuan dan pedoman internal Bank; Memastikan bahwa seluruh kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Meminimalkan Risiko Kepatuhan; Melakukan tindakan pencegahan agar kebijakan dan/ atau keputusan yang diambil Direksi tidak menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundangundangan yang berlaku; Mendorong dan memonitor terlaksananya penerapan GCG pada tingkatan yang sangat memadai. Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya tersebut, Direktur Kepatuhan dibantu oleh Divisi Kepatuhan yang merupakan unit kerja independen termasuk didalamnya mengkoordinasikan ketentuan Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. Selanjutnya secara rutin memantau pengkinian dan mengidentifikasikan profil nasabah dan/atau transaksi keuangan yang mencurigakan, yang terkait dengan anti pencucian uang. Hasil pemantauan dan identifikasi tersebut
dilaporkan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) melalui Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM). Selain itu juga melaporkan Transaksi Keuangan Tunai (LTKT). Penerbitan laporan-laporan Direktur Kepatuhan secara berkala, meliputi: Laporan khusus Kepatuhan yang ditujukan kepada Direktur Utama, perihal pemberitahuan jika terdapat kebijakan yang berpotensi meningkatkan risiko kepatuhan dengan tembusan Dewan Komisaris. Laporan Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan (triwulanan) yang ditujukan kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris. Laporan Pelaksanaan Tugas Fungsi Kepatuhan (bulanan) yang ditujukan kepada Dewan Komisaris, perihal informasi kinerja perseroan, permodalan dan pelaksanaan penerapan prinsip kehati-hatian yang meliputi posisi limit giro wajib minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio non performing loan, pelaksanaan penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta pengaduan nasabah. Laporan Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan kepada Bank Indonesia setiap enam bulan sekali dengan tembusan kepada Dewan Komisaris. Laporan pemenuhan atau tindak lanjut penyelesaian atas temuan-temuan hasil pemeriksaan Bank Indonesia. Untuk memastikan terselenggaranya pelaksanaan tugas fungsi kepatuhan yang efektif, Dewan Komisaris sebagai Dewan Pengawas Bank juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dalam organisasi Bank, yakni melalui evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan fungsi kepatuhan yang pembahasannya diselenggarakan dalam rapat Dewan Komisaris dan rapat antara Direksi dan Dewan Komisaris. Hasil rapat diikuti dengan penyampaian saran-saran dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank di masa mendatang. Selanjutnya untuk meningkatkan budaya kepatuhan pada seluruh karyawan dalam setiap tingkatan organisasi, bank memberikan sanksi kepada setiap karyawan yang melakukan pelanggaran atas setiap ketentuan yang ada. Sanksi diberikan mulai dari yang yang teringan berupa pengurangan nilai
Laporan Tahunan 2013
69
terhadap kinerja karyawan sampai dengan tindakan pemecatan, terutama untuk pelanggaran yang menyangkut pelanggaran tindak pidana perbankan. Selama tahun 2013, langkah-langkah kerja yang dilaksanakan dalam rangka mendukung terciptanya budaya kepatuhan pada seluruh kegiatan usaha Bank, antara lain sebagai berikut: Evaluasi dan kajian terhadap seluruh kebijakan, prosedur serta panduan internal yang digunakan sebagai acuan dalam aktivitas operasional Bank. Pemantauan atas pemenuhan komitmen yang dibuat Bank dalam menindaklanjuti hasil temuan audit intern dan ekstern serta komitmen Bank kepada OJK/BI dan otoritas lainnya yang berwenang. Penyusunan Compliance Check List/uji kepatuhan terhadap kegiatan rencana peluncuran produk dan aktivitas baru Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada karyawan sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan budaya kepatuhan. Melakukan kajian terhadap pemberian fasilitas kredit dalam jumlah tertentu dalam rangka meyakinkan bahwa kredit yang diajukan telah memenuhi ketentuan yang berlaku, baik ketentuan internal maupun eksternal. Menyusun dan menyampaikan laporan kepatuhan secara berkala kepada pihak internal dan OJK/BI. Program Pelakasanaan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT) selama tahun 2013 dilaksanakan dengan langkah-langkah kerja yang diantaranya adalah: Menyusun Kebijakan dan Prosedur Program APU dan PPT yang baru sesuai dengan PBI Nomor: 14/27/PBI/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme. Melaksanakan pengembangan dan penyempurnaan sistem untuk pengelompokan calon nasabah/nasabah berdasarkan risiko (risk based approach), sehingga dapat mengidentifikasikan calon nasabah/nasabah yang memiliki risiko tinggi. Melaksanakan pelatihan secara rutin untuk memastikan seluruh karyawan telah memahami Kebijakan dan Prosedur APU dan PPT. Melaksanakan pelaporan terkait STR dan CTR kepada PPATK.
70
Bank Yudha Bhakti
Menindaklanjuti permintaan dari otoritas (KPK, PPATK, OJK, Ditjen Pajak) terkait dengan keberadaan rekening dan pemblokiran rekening yang terindikasikan korupsi atau tindak pidana lainnya.
b. Fungsi Audit Intern Bank telah menyesuaikan perkembangan terkini tentang fungsi audit internal yang berbasis risiko (Risk Based Audit), termasuk penyempurnaan Piagam Audit Intern (Internal Audit Charter) serta Kebijakan dan Prosedur Audit Internal. Divisi Audit Intern bertanggungjawab melakukan fungsi pengawasan internal atas seluruh aktivitas operasional Bank secara independen untuk memastikan seluruh aktivitas Bank telah sesuai dengan kebijakan, standar, prosedur, peraturan dan/atau perundang-undangan yang berlaku, serta menyampaikan laporan hasil kerja langsung kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Dewan Komisaris, Direktur Kepatuhan dan Direktur terkait. Hasil pemeriksaan oleh Audit Intern tahun 2013 secara umum adalah sebagai berikut: Masih ditemukannya kelemahan-kelemahan yang perlu mendapat perhatian dari auditee, yang mencerminkan bahwa sistem pengendalian intern dan pengendalian risiko belum sepenuhnya berjalan dengan baik, antara lain aspek kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur, pelaksanaan monitoring, ketelitian dan dokumentasi belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya disebabkan oleh kurangnya peran Supervisi dalam hal sosialisasi dan pemahaman terhadap kebijakan dan prosedur yang berlaku dan kurang optimalnya fungsi pengawasan melekat (built in control) oleh supervisor disetiap unit kerja Secara umum hasil audit tahun 2013 menunjukkan tingkat risiko Menengah (Medium) dan terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain aspek kepatuhan terhadap ketentuan internal dan eksternal, kebijakan dan prosedur yang perlu disempurnakan, pengawasan melekat, pemantauan/monitoring, peningkatan ketelitian dan sistem dokumentasi.
c. Fungsi Audit Ekstern Pelaksanaan Audit oleh Akuntan Publik telah berjalan efektif dimana: - Bank Yudha Bhakti dalam menjalankan kegiatan usahanya selain diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) independen, juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengingat OJK merupakan lembaga yang memiliki otoritas untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan operasi seluruh sektor jasa keuangan di Indonesia termasuk perbankan. - Dalam melaksanakan fungsi pengawasannya, OJK dan KAP dibantu oleh Internal Auditor yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatannya dengan kegiatan OJK dan KAP. Melalui koordinasi tersebut diharapkan dapat dicapai hasil pengawasan dan audit yang komprehensif dan optimal. - Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 18 September 2013, telah menunjuk KAP Husni, Mucharam dan Rasidi untuk melakukan pemeriksaaan umum (general audit) atas Laporan Keuangan Perseroan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013. Penunjukan tersebut berdasarkan rekomendasi dari Komite Audit melalui Dewan Komisaris. - Penunjukkan Auditor Independen telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu tidak lebih dari 5 (lima) tahun berturut-turut. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/50/PBI/2005 jo. No. 3/22/ PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, penunjukkan KAP yang sama hanya bisa dilakukan selama lima tahun berturut-turut, kecuali jika memenuhi kondisi tertentu dan dilaksanakan atas persetujuan Bank Indonesia. - Berikut adalah KAP yang melakukan audit Laporan Keuangan Bank Yudha Bhakti selama 5 (lima) tahun terakhir: TAHUN
-
-
KANTOR AKUNTAN PUBLIK
AKUNTAN PUBLIK
2013
Husni, Mucharam dan Rasidi
Budi Taufik Wibawa, CPA.
2012
Husni, Mucharam dan Rasidi
Budi Taufik Wibawa, CPA.
2011
Murni & Bahktiar
Drs. Murni Anwar, Ak, CPA.
2010
Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan
Drs. Pamudji, Ak.
2009
Budiman, Wawan, Pamudji & Rekan
Drs. Pamudji, Ak.
Dalam melaksanakan Fungsi Audit Eksternal, KAP mampu bekerja secara independen dan memiliki reputasi yang baik, serta telah memenuhi standar profesional akuntan publik dan perjanjian kerja serta ruang lingkup audit yang ditetapkan. Independensi akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan tahun buku 2013 telah sesuai dengan Standar Auditing yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Penugasan audit kepada Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik telah memenuhi aspek-aspek di bawah ini: Kapasitas Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk. Legalitas perjanjian kerja. Ruang lingkup audit. Standar profesional akuntan publik. Komunikasi Kantor Akuntan Publik dengan Bank Indonesia.
5. Penerapan Manajemen Risiko Termasuk Sistem Pengendalian Intern a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. - Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi dalam Penerapan Manajemen Risiko secara eksplisit tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Nomor: 169/SET/BYB/XII/2011 tanggal 23 Desember 2011 tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko.
Laporan Tahunan 2013
71
-
Limitasi sebagai sarana pengawasan. Melalui rapat-rapat kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi dilakukan kajian terhadap kecukupan penerapan manajemen risiko dibandingkan dengan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan.
b. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit. - Berdasarkan perkembangan eksternal dan internal, Direksi melakukan evaluasi dan kajian terhadap efektivitas dan kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit yang disesuaikan dengan tujuan, ukuran dan kompleksitas usaha Bank, serta risiko yang dihadapinya melalui rapat kerja dengan pejabat eksekutif dan unit kerja terkait. - Bank secara berkala mereview kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko serta melakukan kaji ulang.
c. Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko Serta Sistem Informasi Manajemen Risiko. - Pelaksanaan kaji ulang dan evaluasi terhadap Penerapan Manajemen Risiko dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan memperhatikan perkembangan eksposur risiko Bank, perubahan/ perkembangan pasar dan pengelolaan risiko. - Bank menilai profil risiko dengan menggabungkan hasil penilaian eksposur risiko yang melekat (inherent) pada aktivitas fungsional (inherent risk) dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko, yang meliputi: Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit; Kecukupan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko; dan Sistem pengendalian intern yang menyeluruh. - Berdasarkan penilaian risiko Bank Yudha Bhakti posisi 31 Desember 2013, diperoleh Profil Risiko Bank secara keseluruhan tergolong Low to Moderate, dengan penilaian risiko yang melekat (inherent) Low to Moderate dan kualitas penerapan manajemen risiko dinilai Fair.
d. Sistem Pengendalian Intern Yang Menyeluruh. Bank secara berkala melaksanakan penyempurnaan terhadap pemeriksaan dan penilaian/evaluasi atas kecukupan/efektivitas sistem pengendalian intern, yang secara fungsional dilaksanakan oleh Internal Control Unit, Divisi Audit Intern, Divisi Manajemen Risiko dan Divisi Kepatuhan. 6. Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposure) Posisi 31 Desember 2013. No. 1.
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait:
7
108.671 50.000
2. Daniel Lianto *)
35.000
3. INKOPPABRI
20.500
5. PT. Iswara & Hersandi Engineering
72
Nominal (Jutaan Rp)
1. Liem Boen Sing/Hokky Gonarto *)
4. I Putu Gede Eka Aria Soeranta
2.
Jumlah Debitur
176 1.995
6. BPR Mitra Cemawis Mandiri -Gresik
500
7. BPR Mitra Pandanaran Mandiri – Boyolali
500
Kepada Debitur Inti:
Bank Yudha Bhakti
No.
Penyediaan Dana a. Individu:
Jumlah Debitur
Nominal (Jutaan Rp) 15
116.857
1. PT. Karya Perkasa Indonesia
19.000
2. PT. Kasih Industri Indonesia
13.000
3. BPR Kab. Bandung
14.899
4. PT. Multi Inti Rubberindo
13.540
5. PT. Daya Bambu Sejahtera
12.720
6. PT. Pelita Makmur Makassar
8.500
7. PT. Etam Abdi Nusa
6.445
8. Mabes TNI-AU Primkopau
6.421
9. PT. Otomas Multi Finance
4.929
10. BPR Kab. Bandung
4.814
11. PT. Tomako Jaya Persada
3.360
12. Yayasan Amanda Abhijana
3.346
13. PT. Artha Bumi Abadimix
2.500
14. Koperasi Pembiayaan Indonesia
2.202
15. PT. Wahyu Nenggala
1.181
b. Group:
5
42.388
1. Group Kasih Industri Indonesia -PT. Kasih Industri Indonesia
13.000
-PT. Daya Bambu Sejahtera
12.720
2. Group Dharma Rosadi Internasional -Ayu Patria -PT. Etam Abdi Nusa
263 6.445
3. Group Toni Jaya Mandiri -Debby Roselin Hilly Purba
373
-Guardian Anthony P
276
-PT. Guardian Perkasa Utama
843
-Joice Despin Meriaty
701
-Ospina Pasaribu -Rode Purba -Aldonius -PT. Toni Jaya Mandiri 4.
1.650 313 93 1.215
CV. Tata Vira Rizky
-CV. Tata Vira Rizky
1.496
-PT. Bieka Artvisindo
2.000
5.
Sri Darmani
-Sri Darmani -PT. Adiniacitra Sejati
937 63
*) Kredit dengan jaminan Cash Collateral
Laporan Tahunan 2013
73
a. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) posisi 31 Desember 2013 diberikan kepada 7 (tujuh) debitur, dengan nilai nominal Rp108.671 juta atau 5,56% dari total penyediaan dana Bank sebesar Rp1.954.807 juta. b. Penyediaan dana besar (large exposure) posisi 31 Desember 2013 diberikan kepada: - 15 (lima belas) Debitur inti dengan nilai nominal Rp116.857 juta atau 5,98% dari total penyediaan dana Bank. - 5 (lima) debitur Group Inti dengan nilai nominal Rp42.338 juta atau 2,17% dari total penyediaan dana Bank. 7. Rencana Strategis Bank Yudha Bhakti Salah satu implementasi penerapan GCG dalam proses bisnis Bank dilaksanakan melalui penyusunan rencana jangka panjang (Corporate Plan) dan rencana jangka menengah/ pendek (Business Plan).
serta SDM yang berkualitas dan profesional: - Meningkatkan profitabilitas dan Tingkat Kesehatan Bank (RBBR). c. Rencana Bisnis (Business Plan) Tahun 2013 – 2015. Secara umum kinerja bisnis tahun 2013 menunjukkan pencapaian hasil yang cukup baik, walaupun terdapat beberapa pos yang realisasinya berada di bawah anggaran.
a. Corporate Plan Tahun 2013 – 2017. Bank menetapkan 6 (enam) sasaran strategis yang ingin dicapai dalam kurun waktu 2013 – 2017, meliputi: - Mengelola cadangan likuiditas dengan baik; - Menetapkan target market pada bisnis pensiun, multifinance dan UKM (Low-end); - Meningkatkan kualitas pelayanan dengan penggunaan ”ATM”; - Meningkatkan permodalan; - Meningkatkan dan memperkuat Teknologi Informasi dan SDM; - Meningkatkan Tata Kelola, Kepatuhan dan Manajemen Risiko.
b. Kebijakan Manajemen yang ditetapkan untuk mencapai Sasaran strategis Bank Yudha Bhakti tersebut di atas, meliputi: - Mempertahankan LDR dalam kisaran yang optimal (90%-95%); - Menjaga kualitas kredit dengan lebih ketat, penyaluran kredit secara selektif; - Peningkatan layanan perbankan dengan ATM; - Meningkatkan permodalan melalui IPO dan Right Issue; - Memiliki Teknologi Informasi yang dapat diandalkan
74
Bank Yudha Bhakti
Permodalan Rasio Kecukupan Penyediaan Modal Minimum atau (CAR) per 31 Desember 2013 dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko operasional dan risiko pasar sebesar 15,34% dari anggaran sebesar 17,82%. Rasio CAR tersebut masih cukup memadai untuk dapat menyerap kemungkinan terjadinya risiko usaha. Rasio Modal Inti terhadap Modal Pelengkap per 31 Desember 2013 sebesar 00,00% dimana anggaran sebesar 00,00%. Rentabilitas Net Interest Margin (NIM) mencapai 5,74% dari anggaran sebesar 5,27%. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional mencapai 94,13% dari anggaran sebesar 89,67%. Laba tahun berjalan (setelah pajak) posisi 31 Desember 2013 mencapai Rp11,06 miliar dari anggaran sebesar Rp31,23 miliar. Return on Equity mencapai 4,66% dari anggaran sebesar 7,48%. Return on Assets mencapai 0,78% dari anggaran sebesar 1,19%. Kualitas Aset Besaran aset produktif per Desember 2013 mencapai Rp2.040,11 miliar (87,23% dari total aset) dengan porsi kepada Debitur Inti hanya Rp116,86 miliar (5,07% dari total aset). Portofolio kredit terfokus pada kredit UKM dan Ritel, dimana didominasi oleh kredit konsumer khususnya kredit chanelling dengan berbasis angsuran (installment based) menjadikan performance perkreditan Bank relatif terkendali.
- Likuiditas. Loan to Deposit Ratio (LDR) per 31 Desember 2013 sebesar 76,58% dari anggaran sebesar 86,33%. 8. Transparansi Kondisi Keuangan dan Non-Keuangan Bank Yang Belum Diungkap Dalam Laporan Lainnya. - Kepemilikan saham anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang mencapai 5% (lima persen) atau lebih dari modal disetor. Pada Bank Yudha Bhakti: Dewan Komisaris
Jenis Saham
Lembar Saham
Nominal Jutaan Rp
%
1. Suprihadi, S.IP
-
Nihil
Nihil
Nihil
2. I Putu S. Soeranta
-
Nihil
Nihil
Nihil
3. Tjandra M. Gozali *)
-
109.450
109.450
99,31%
4. Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
-
Nihil
Nihil
Nihil
Jenis Saham
Lembar Saham
-
Nihil
*) Kepemilikan melalui PT. Gozco Capital
Direksi 1. Yosi Mas M. Yusuf
Nominal Jutaan Rp Nihil
% Nihil
2. Michael Hoetabarat
-
Nihil
Nihil
Nihil
3. Syahril Yoserizal
-
Nihil
Nihil
Nihil
4. Dian Savitry
-
Nihil
Nihil
Nihil
5. Iim Wardiman
-
Nihil
Nihil
Nihil
Jenis Saham
Lembar Saham
1. Suprihadi, S.IP
-
Nihil
Nihil
Nihil
2. I Putu S. Soeranta
-
Nihil
Nihil
Nihil
3. Tjandra M. Gozali
-
Nihil
Nihil
Nihil
4. Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
-
Nihil
Nihil
Nihil
Jenis Saham
Lembar Saham
1. Yosi Mas M. Yusuf
-
Nihil
Nihil
Nihil
2. Michael Hoetabarat
-
Nihil
Nihil
Nihil
Pada Bank Lain: Dewan Komisaris
Direksi
Nominal Jutaan Rp
Nominal Jutaan Rp
%
%
3. Syahril Yoserizal
-
Nihil
Nihil
Nihil
4. Dian Savitry
-
Nihil
Nihil
Nihil
5. Iim Wardiman
-
Nihil
Nihil
Nihil
Laporan Tahunan 2013
75
Pada Lembaga Keuangan Bukan Bank: Dewan Komisaris 1. Suprihadi, S.IP
Lembar Saham
-
Nihil
Nominal Jutaan Rp Nihil
% Nihil
2. I Putu S. Soeranta
-
Nihil
Nihil
Nihil
3. Tjandra M. Gozali
-
Nihil
Nihil
Nihil
4. Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
-
Nihil
Nihil
Nihil
Jenis Saham
Lembar Saham
1. Yosi Mas M. Yusuf
-
Nihil
Nihil
Nihil
2. Michael Hoetabarat
-
Nihil
Nihil
Nihil
3. Syahril Yoserizal
-
Nihil
Nihil
Nihil
4. Dian Savitry
-
Nihil
Nihil
Nihil
5. Iim Wardiman
-
Nihil
Nihil
Nihil
Direksi
76
Jenis Saham
Bank Yudha Bhakti
Nominal Jutaan Rp
%
Pada Perusahaan Lainnya: Dewan Komisaris
Jenis Saham
Lembar Saham
Nominal Jutaan Rp
%
Suprihadi, S.IP
-
Nihil
Nihil
I Putu S. Soeranta
-
Nihil
Nihil
Nihil
Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
-
Nihil
Nihil
Nihil
Biasa ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’ ‘’
14.000.000 95 4.500 340 33.600 40.000 109.450 12.000 59.400 43.400 50 50 1.800 225 2.500 12 5.000 5.000 8.125 900 95 22.320 30 90 90 90 80 1.250 1.000 11.000 150 1
1.400.000.000 95.000.000 4.500.000.000 170.000.000 33.600.000.000 40.000.000.000 109.450.000.000 12.000.000.000 29.700.000.000 21.700.000.000 25.000.000 25.000.000 900.000.000 67.500.000 2.500.000.000 12.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 8.125.000.000 900.000.000 95.000.000 2.232.000.000 30.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 80.000.000 1.250.000.000 1.000.000.000 11.000.000.000 150.000.000 1.000.000
0,8 95 23 20 48 50 99,31 96 98 98 10 10 90 0,14 49 24 50 50 32,5 90 95 20 90 90 90 90 80 0,5 50 20 30 0,07
Tjandra M. Gozali PT Surya Intrindo Makmur, Tbk PT Chien Fu Indonesia PT Multi Chemicalindo PT Surya Taomo Industrindo PT Inovasi Abadi Investindo PT Surya Mega Investindo PT Gozco Capital PT Gozco Investments PT Golden Zaga Indonesia PT Surya Prima Chandra PT Pelangi Cahaya Berlian Indah PT Menara Gading Jaya Raya PT Millenium Makmur Sentosa PT Menara Prima Utama PT Loyaltindo Surya Abadi PT Surya Mitra Makmur PT Surya Graha Jaya PT Menara Bangun Sentosa PT Semesta Kreasi Indah PT Suryabumi Agrolestari PT Indosuryo Wahyupahala PT Shoe Link Shoes Indonesia PT Nextbase Indonesia PT Cahaya Prima Jaya PT Prima Mitra Bersama PT Multi Makmur Bersama PT Luobote Indonesia PT Suryabumi Agrolanggeng PT Bangun Multi Wahana PT Tong Chuang Indonesia PT Papua Prima Mandiri PT Mulia Agro Persada
Nihil
Laporan Tahunan 2013
77
Direksi
-
-
Jenis Saham
Lembar saham
Lembar Saham
%
1. Yosi Mas M. Yusuf
-
Nihil
Nihil
Nihil
2. Michael Hoetabarat
-
Nihil
Nihil
Nihil
3. Syahril Yoserizal
-
Nihil
Nihil
Nihil
4. Dian Savitry
-
Nihil
Nihil
Nihil
5. Iim Wardiman
-
Nihil
Nihil
Nihil
Anggota Dewan Komisaris dan Direksi Bank profesional, berpengalaman dan tidak memiliki hubungan keuangan dan/ atau hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris lainnya, Direksi lainnya dan/atau Pemegang Saham Pengendali Bank. Paket/kebijakan remunerasi dan fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi: Paket remunerasi dan jenis fasilitas lain bagi Dewan Komisaris dan Direksi: Remunerasi dalam bentuk non natura: - Dewan Komisaris : Honorarium dan Tantiem - Direksi : Gaji dan Tantiem Fasilitas lain dalam bentuk natura/non-natura: - Dewan Komisaris : nihil - Direksi : Tunjangan kesehatan dengan sistem reimbursment, Tunjangan Hari Tua (THT), kendaraan dinas. Kebijakan remunerasi Bank tetap berdasarkan pada konsep compensation and benefit yang wajar dan berlaku umum, yakni: Honorarium dan tantiem Dewan Komisaris serta gaji dan tantiem Direksi ditetapkan sesuai hasil RUPS. Selain gaji, Direksi juga menerima tunjangan yang bersifat normatif seperti THR, penggantian biaya pengobatan, kendaraan dinas, cuti 5 (lima) tahunan, Jaminan Sosial/Hari Tua. Jenis remunerasi dan fasilitas lain bagi seluruh Dewan Komisaris dan Direksi, mencakup:
-
-
Jumlah Diterima Dalam 1 Tahun
Jenis Remunerasi dan Fasilitas Lain 1. Remunerasi (gaji, bonus, tunjangan rutin, tantiem, dan fasilitas lainnya dalam bentuk non-natura)
Dewan Komisaris
Direksi
Orang
Jutaan Rupiah
Orang
Jutaan Rupiah
4
2.618
6
3.094
2. Fasilitas lain dalam bentuk natura (perumahan, transportasi, asuransi kesehatan dan sebagainya) yang: a.
Dapat dimiliki
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
b.
Tidak dapat dimiliki
Nihil
Nihil
7
1.901
4
2.618
Total
78
Bank Yudha Bhakti
4.995
Jumlah anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang menerima paket remunerasi dalam 1 (satu) tahun yang dikelompokkan dalam kisaran tingkat penghasilan, sebagai berikut: Jumlah Remunerasi Per Orang Dalam 1 Tahun *) Di atas Rp2 miliar
*)
Jumlah Direksi
Jumlah Komisaris
-
-
Di atas Rp1 miliar s.d Rp2 miliar
1
-
Di atas Rp500 juta s.d Rp1 miliar
1
4
Rp500 juta ke bawah
4
-
Yang Diterima Secara Tunai
Shares Option. Kebijakan Bank tidak memberikan remunerasi dalam bentuk shares option kepada Dewan Komisaris, Direksi dan Pejabat Eksekutif. Pengungkapan Shares Option Jumlah Opsi
Jumlah Saham
Yang Telah
Harga Opsi
Jangka
Dieksekusi (Lbr
(Rp)
Waktu
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
1. Yosi Mas M. Yusuf
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
2. Michael Hoetabarat
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
3. Syahril Yoserizal
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
4. Dian Savitry
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
5. Iim Wardiman
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Keterangan/Nama
Yang Dimiliki
Yang Diberikan
(Lbr Saham)
(Lbr Saham)
1. Suprihad S.Ip
Nihil
Nihil
2. I Putu S. Soeranta
Nihil
3. Tjandra M. Gozali 4. Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
Saham)
Dewan Komisaris:
Direksi:
Total
-
Rasio Gaji Tertinggi dan Terendah No.
Keterangan
Rasio
1.
Rasio Gaji Pegawai Yang Tertinggi Dan Terendah
9,69 X
2.
Rasio Gaji Direksi Yang Tertinggi Dan Terendah
1,59 X
3.
Rasio Gaji Komisaris Yang Tertinggi Dan Terendah
1,22 X
4.
Rasio Gaji Direksi Tertinggi Dan Pegawai Tertinggi
0,36 X
Laporan Tahunan 2013
79
-
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Tahun 2013 Rapat Komisaris
Nama Komisaris dan Direksi
Jumlah
Hadir
1. Suprihadi, S.Ip
9
2. I Putu S. Soeranta 3. Tjandra M. Gozali 4. Rianzi Julidar, S.IP, SH, M.Sc.
Rapat Direksi Jumlah
Rapat Gabungan
Hadir
Jumlah
Hadir
9
7
7
9
9
7
7
9
9
7
7
9
9
7
7
Komisaris:
Direksi: 1. Michael Hoetabarat
13
7
7
2
2. Yosi Mas M. Yusuf
13
6
7
5
3. Syahril Yoserizal
13
13
7
7
-
Jumlah Penyimpangan Internal (Internal Fraud) Tahun 2013 Jumlah Kasus Yang Dilakukan Oleh Internal Fraud
Pengurus 2012
Total Fraud
Nihil
Telah Diselesaikan
2013
2012
Nihil
Nihil
Nihil
Pegawai Tidak Tetap
2013
2012
Nihil
Nihil
2013 Nihil
Nihil
Nihil
Dalam Proses Penyelesaian Di Internal Bank
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Belum Diupayakan Penyelesaiannya
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Telah Ditindaklanjuti Melalui Proses Hukum
-
Nihil
Nihil
Nihil
Permasalahan Hukum Jumlah
Permasalahan Hukum
Perdata
Pidana
Telah Selesai (Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Yang Tetap)
2
Nihil
Dalam Proses Penyelesaian
5
Nihil
Total
7
Nihil
-
Transaksi Yang Mengandung Benturan Kepentingan. Selama tahun 2013 tidak ditemui adanya transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Nama & Jabatan Yang
Nama & Jabatan
Memiliki Benturan
Pengambil
Kepentingan
Keputusan
1.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
2.
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
No.
80
Pegawai Tetap
Jenis Transaksi
Nilai Transaksi (Jutaan Rp)
-
Buy Back Shares Dan Buy Back Obligasi Bank. Tidak ada buy back shares Bank selama periode 2013.
-
Pemberian Dana Untuk Kegiatan Sosial Dan Kegiatan Politik Selama periode pelaporan, tidak ada pemberian dana Bank untuk kegiatan sosial dan politik.
Bank Yudha Bhakti
Keterangan
HASIL SELF ASSESMENT PELAKSANAAN GCG Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum, pada tahun 2013 Bank melakukan self assessment implementansi GCG untuk periode 2013. Self Assessment dilakukan terhadap 11 aspek, yaitu: No.
Aspek Yang Dinilai
Peringkat
Nilai
Catatan
1.
Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris;
1
0,12
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris Bank telah sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip GCG, telah berjalan sangat efektif namun terdapat sedikit kelemahan minor.
2.
Pelaksanaan Tugas Dan Tanggung Jawab Direksi;
1
0,28
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi telah memenuhi prinsip-prinsip GCG, berjalan efektif namun masih terdapat kelemahan minor.
3.
Kelengkapan Dan Pelaksanaan Tugas Komite;
2
0,21
Pelaksanaan tugas komite audit, pemantau risiko dan komite remunerasi dan nominasi berjalan cukup efektif walaupun masih terdapat beberapa kelemahan minor yang perlu diperbaiki.
4.
Penanganan Kepentingan;
3
0,27
Bank cukup mampu menghindari potensi terjadinya benturan kepentingan melalui kebijakan intern Bank dengan enforcement yang cukup baik dikarenakan Bank telah memiliki kebijakan khusus mengenai benturan kepentingan yang cukup komperhensif.
5.
Penerapan Fungsi Kepatuhan;
2
0,10
Kepatuhan Bank tergolong baik. Pemenuhan komitmen kepada Bank Indonesia telah sepenuhnya diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang diperjanjikan antara Bank dengan Bank Indonesia. Sepanjang tahun 2013, terdapat pembayaran sanksi denda akibat pelanggaran pelaporan dalam jumlah relatif cukup sedikit. Manajemen Bank telah melakukan tindak lanjut berupa pencegahan melalui pelatihan SDM serta pencanangan budaya zero defect pada setiap jenjang dalam organisasi.
6.
Penerapan Fungsi Audit Intern;
2
0,12
Divisi Audit Internal (DAI) menjalankan fungsinya secara independen dan obyektif. Namun realisasi rencana pelaksanaan kegiatan audit oleh DAI masih belum sepenuhnya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan serta perlunya program peningkatan mutu SDM DAI secara berkala dan berkelanjutan.
7.
Penerapan Fungsi Audit Ekstern;
2
0,10
Pelaksanaan audit oleh Akuntan Publik berjalan efektif dan sesuai dengan persyaratan minimum yang ditetapkan dalam ketentuan. Pelaksanaan Audit dilakukan oleh Akuntan Publik/KAP independen yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan.
8.
Penerapan Manajemen Risiko Termasuk Sistem Pengendalian Intern;
2
0,18
Bank telah menerapkan fungsi manajemen risiko dan pengendalian intern secara efektif.
Benturan
Laporan Tahunan 2013
81
No.
Aspek Yang Dinilai
Peringkat
Nilai
Catatan
9.
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party) Dan Penyediaan Dana Besar (Large Exposures);
2
0,15
Tidak ada pelanggaran dan pelampauan BMPK, diversifikasi penyediaan dana merata atau jumlah penyediaan dana dari debitur inti dibandingkan dengan total penyediaan dana tidak signifikan, Pengambilan keputusan dalam peyediaan dana dilakukan dengan independen.
10.
Transparansi Kondisi Keuangan Dan Non Keuangan Bank, Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance dan Pelaporan Internal;
2
0,30
Bank transparan dalam menyampaikan Informasi keuangan dan non-keuangan kepada publik melalui home page dan media yang memadai, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bank transparan menyampaikan informasi produk dan jasa, menerapkan pengelolaan pengaduan nasabah dengan efektif serta memelihara data dan informasi pribadi nasabah secara memadai.
11.
Rencana Strategis Bank.
2
0,11
Bank telah menyusun rencana bisnis secara lengkap dan realistis dengan memperhatikan seluruh faktor eksternal dan faktor internal serta memperhatikan prinsip kehati-hatian dan azas perbankan yang sehat. Realisasi rencana bisnis tahun 2013 secara keseluruhan hampir memenuhi target yang ditetapkan. Rating Risiko Strategis hasil penilaian internal Bank Per 31 Des'2013 "Low to Moderate".
Nilai Komposit
21
1,96
Hasil self assessment GCG yang dilakukan secara independen oleh Tim GCG Bank, menempatkan Bank pada peringkat “Baik” dengan nilai (komposit) 1,96.
82
Bank Yudha Bhakti
PENGUNGKAPAN PERMODALAN SERTA PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO 84
PENGUNGKAPAN PERMODALAN
87
PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Laporan Tahunan 2013
83
PENGUNGKAPAN PERMODALAN
Pengungkapan Permodalan Kualitatif PT Bank Yudha Bhakti didirikan atas kesepakatan bersama antara pengurus dari unsur-unsur INDUK KOPERASI TNI – POLRI, INKOPABRI, INKOVERI, PUSKOP MABES TNI dan PUSKOPKEMHAN. Secara legalitas Bank Yudha Bhakti didirikan di Jakarta, sesuai dengan:
Akta Pendirian No. 68, tanggal 19 September 1989 dan Akta Perubahannya No. 13 tanggal 2 November 1989 oleh Notaris Amrul Partomuan Pohan, SH. LLM. ; Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2.10215.HT.01.01 tahun 1989 tanggal 7 Nopember 1989 ; Izin Usaha Menteri Keuangan No. 1344/KMK.013/1989 tanggal 9 Desember 1989 ; Izin Operasi Bank Indonesia No. 22/1017/UUPS/PSbD tanggal 20 Desember 1989;
Keterangan
Tanggal 9 Januari 1990 Bank Yudha Bhakti mulai beroperasi yang diresmikan oleh Prof. Dr. J.B. Sumarlin (selaku Menteri Keuangan RI) dan Jenderal L.B Moerdani (selaku Menhankam/ Pangab). Dari waktu ke waktu Bank Yudha Bhakti juga senantiasa berusaha untuk dapat memenuhi ketentuan permodalan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Yudha Bhakti mampu memenuhi kebutuhan modal dengan mengenerate laba menjadi stock devident yang dialokasikan secara proporsional kepada Para Pemegang Saham sehingga meningkatkan Modal Disetor Perseroan. Pada tahun 2011 Bank Yudha Bhakti meningkatkan Modal Dasar Perseroan dari semula sebesar Rp150.000.000.000,- (seratus lima puluh miliar rupiah) menjadi sebesar Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah) dan pada tahun 2013 dari Rp300.000.000.000,- (tiga ratus miliar rupiah) menjadi Rp600.000.000.000,- (enam ratus miliar rupiah).
Modal Ditempatkan & Disetor
Modal Dasar
Jumlah Saham Nilai Nominal
Penuh 600,000
206,516
600,000,000,000
206,516,000,000
Bank mematuhi semua persyaratan modal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sepanjang periode pelaporan, khususnya berkenaan dengan perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Terkait dengan rasio KPMM, maka rasio KPMM Bank pada posisi akhir tahun 2013 adalah sebesar 15,34% atau meningkat dibandingkan posisi akhir tahun 2012 sebesar 12.89%, diatas batas minimum yang dipersyaratkan Bank Indonesia sebesar 8% sebagaimana terlihat dalam tabel berikut: RASIO KPMM – CAR KETERANGAN Total Modal Inti dan Modal Pelengkap
2013
2012
208,795
228,495
1,023,616
1,427,288
268,544
240,876
ATMR untuk Risiko Pasar
68,704
104,315
Rasio KPMM untuk Risiko Kredit & Risiko Operasional
16.16%
13.70%
Rasio KPMM untuk Risiko Kredit, Risiko Operasional & Risiko Pasar
15.34%
12.89%
8.00%
8.00%
ATMR untuk Risiko Kredit ATMR untuk Risiko Operasional
Rasio KPMM ( sesuai regulasi )
84
(Jutaan Rp)
Bank Yudha Bhakti
Struktur Permodalan Bank Yudha Bhakti per posisi 31 Desember 2013 tergolong cukup baik tercermin dari rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) sebesar 15,34% dengan rasio jumlah modal inti (Tier 1) terhadap modal pelengkap dan modal pelengkap tambahan (Tier 2 + Tier 3) sebesar 100%. Rasio CAR sebesar di atas, melebihi batas penyediaan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yakni sebesar 9% (sembilan persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen) dari Aset tertimbang menurut risiko (ATMR), untuk Bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua), sesuai dengan hasil penilaian sendiri Bank Yudha Bhakti pada penilaian posisi 31 Desember 2013. Rasio Rasio Kewajiban Penyedian Modal Minimum (CAR) di atas juga menunjukan bahwa Bank ke depannya mempunyai potensi dalam aktivitas penyaluran dana kepada sektor usaha dan cadangan modal untuk dapat mengcover risiko kerugian yang timbul sebagai dampak meningkatnya aktivitas bisnis di masa mendatang. Dalam menghitung rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) di atas, Bank Yudha Bhakti berpedoman kepada peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, dimana
Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum terdiri atas ATMR untuk Risiko Kredit, Risiko Operasional, dan Risiko Pasar. Selanjutnya dalam menentukan besarnya ATMR untuk Risiko Kredit, Bank menggunakan Pendekatan Standar (Standardized Approach); dan untuk Risiko Operasional, menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (Basic Indicator Approach). Sementara itu untuk ATMR Risiko Pasar, Bank menggunakan pendekatan Metode Standar. Modal Bank per 31 Desember 2013 mencapai Rp208,80 miliar atau turun sebesar 8,62% dibandingkan 31 Desember 2012 sebesar Rp228,50 miliar. Namun penurunan ekuitas pada tahun 2013, menyebabkan adanya kenaikan terhadap rasio kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) Bank menjadi sebesar 15,34%. Kedepan, untuk mendukung pertumbuhan usaha dimasa mendatang serta untuk memenuhi ketentuan permodalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Bank senantiasa untuk terus berupaya melakukan penambahan modal baik melalui pemupukan laba maupun tambahan setoran modal dari pemegang saham yang pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap.
Laporan Tahunan 2013
85
Pengungkapan Permodalan Kuantitatif Bank Yudha Bhakti memastikan memiliki kecukupan modal untuk mengcover risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional berdasarkan ketentuan regulasi (regulatory capital). Bank Yudha Bhakti mengacu kepada regulasi Bank Indonesia
(Basel II) dalam melakukan perhitungan kecukupan modal untuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Untuk risiko kredit, Bank menggunakan Pendekatan Standar Basel II (Standardized Approach) dan untuk risiko pasar, Bank menggunakan Model Standar (Standardized Model). Untuk risiko operasional, Bank mengacu kepada Pendekatan Indikator Dasar Basel II (Basic Indicator Approach). Untuk posisi 31 Desember 2013, perhitungan ATMR dan kecukupan modal adalah seperti pada tabel berikut:
Tabel 1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam jutaan rupiah) KOMPONEN MODAL (1) I
(2)
Bank (3)
Konsolidasi (4)
KOMPONEN MODAL
208,795
A.
Modal Inti:
208,795
1. Modal disetor
164,717
2. Cadangan Tambahan Modal 3. Modal Inovatif 4. Faktor Pengurangan Modal Inti
99,535 0 (55,457)
5. Kepentingan Non Pengendalian
0
Modal Pelengkap
0
1 Level Atas (Upper Tier 2)
0
2 Level Bawah (Lower Tier 2) Maksimum 50 % Modal Inti
0
3 Faktor Pengurang Modal Pelengkap
0
Faktor Pengurang Modal Inti dan Modal Pelengkap
0
Eksposur Sekuritisasi
0
D
Modal Pelengkap Tambahan Yang Memenuhi Persyaratan (Tier 3)
0
E
Modal Pelengkap Tambahan Yang Dialokasikan Untuk Mengantisipasi Risiko Pasar
B
C
0
II
TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A+B-C)
208,795
III
TOTAL MODAL INTI, MODAL PELENGKAP, DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR (A+B-C+E)
208,795
IV
ASET PERTIMBANGAN MENURUT RESIKO (ATMR) UNTUK RESIKO KREDIT
V
ASET PERTIMBANGAN MENURUT RESIKO (ATMR) UNTUK RESIKO OPERASIONAL
VI
ASET TERTIMBANG MENURUT RESIKO (ATMR) UNTUK RESIKO PASAR
68,704
A
Metode Standar
68,704
B
Model Internal
VII
86
31 DESEMBER 2013
RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT, RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR [III: (IV+V+VI)]
Bank Yudha Bhakti
1,023,616 268,544
0 15.34%
PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO DAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
terhadap setiap keputusan kredit kepada pihak terkait dengan Bank serta dalam jumlah nominal tertentu. Disamping itu, sesuai Kebutuhan dan apabila dipandang perlu, Dewan Komisaris dapat melakukan rapat-rapat langsung dengan organ organisasi dalam rangka untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk pengawasan.
a. Penerapan Manajemen Risiko Secara Umum Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor: 13/1/ PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal Perubahan atas Surat Edaran Nomor: 5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, yang mewajibkan Bank untuk memiliki dan menerapkan Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko dengan diterbitkannya Surat Keputusan Direksi Nomor: SKEP/169/SET/BYB/XII/2011 tanggal 23 Desember 2011 tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko.
Pengawasan aktif yang dilakukan oleh Direksi antara lain melalui rapat-rapat seperti rapat pembahasan kinerja usaha, rapat wilayah, rapat cabang dan cabang Pembantu, rapat Divisi, rapat operasional, rapat ALCO serta rapat Komite Manajemen Risiko. Disamping itu Direksi juga turut menyetujui kebijakan dan prosedur kerja Bank, menyetujui dan mengevaluasi pencapaian Rencana Bisnis Bank. Sebagai anggota komite kredit, Direksi terlibat dalam proses keputusan pemberian kredit dan pemberian persetujuan terhadap transaksi operasional lainnya.
Pemaparan profil risiko Bank secara berkala dalam rapat Direksi dan rapat Komite Pemantau Risiko merupakan bentuk pengawasan menyeluruh dan berkala dari Direksi dan Dewan Komisaris atas seluruh aktivitas yang memiliki risiko maupun potensi risiko yang dapat mengganggu kelangsungan bisnis Bank ke depan.
Penerapan manajemen risiko pada Bank merupakan suatu proses yang meliputi kegiatan identifikasi, pengukuran, pengendalian dan pemantauan risiko, yang mencakup halhal sebagai berikut: 1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi dalam penerapan manajemen risiko secara eksplisit tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Nomor: 169/ SET/BYB/XII/2011 tanggal 23 Desember 2011 tentang Pedoman Penerapan Manajemen Risiko. Pengawasan aktif yang dilakukan Dewan Komisaris, antara lain berupa pengawasan terhadap kebijakan strategis, pengendalian intern, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, kebijakan investasi dan divestasi, target kinerja, kebijakan SDM, pelaksanaan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme serta Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU-TPPU), kebijakan manajemen risiko serta pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam setiap kebijakan usaha Bank.
2. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit. Bank telah memiliki kebijakan dan prosedur dan penetapan limit yang cukup sesuai dengan strategi bisnis dan skala usaha bank, walaupun dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Disamping itu sejalan dengan adanya perubahan peraturan dan/atau adanya peraturan baru, Bank telah melakukan penyempurnaan dan melengkapi kebijakan dan prosedur yang ada.
Limitasi sebagai sarana pengawasan.
Melalui rapat-rapat kerja antara Dewan Komisaris dengan Direksi dilakukan kajian terhadap kecukupan penerapan manajemen risiko dibandingkan dengan kebijakan manajemen risiko yang telah ditetapkan.
Untuk aktivitas perkreditan, bentuk pengawasan aktif yang dilakukan antara lain melalui pemberian persetujuan
Cakupan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko dipandang cukup memadai, antara lain mencakup seluruh produk/transaksi yang mengandung risiko, penetapan limit, penetapan tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian secara jelas, sistem pelaporan dan dokumentasi, serta sistem pengendalian intern.
Laporan Tahunan 2013
87
Dalam rangka pemantauan risiko, Bank juga telah menetapkan batasan kewenangan (limit) yang terdiri dari limit transaksi, limit pinjaman nasabah dan counterparty, limit pihak terkait, limit penempatan antar bank, dan limit lainnya. Sejalan dengan penyempurnaan penerapan manajemen risiko, penetapan limit akan terus dievaluasi secara berkala. Berdasarkan perkembangan eksternal dan internal, Direksi melakukan kajian terhadap efektivitas dan kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit yang disesuaikan dengan tujuan, ukuran, dan kompleksitas usaha bank serta risiko yang dihadapinya melalui rapat kerja dengan Pejabat Eksekutif dan unit kerja terkait. Bank secara berkala mereview kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko serta melakukan kaji ulang.
3. Kecukupan Proses Indentifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko.
88
Proses Identifikasi dan Pengukuran. Proses identifikasi dan pengukuran risiko dilakukan terhadap seluruh produk/aktivitas, seperti pemberian kredit dan penempatan dana antar Bank dilakukan melalui suatu proses analisa kredit oleh divisi pengusul, pemberian opini oleh Divisi Manajemen Risiko (untuk fasilitas kredit dalam nominal tertentu), penarikan dana melalui proses identifikasi untuk memastikan keabsahan warkat, ketersediaan dana dan kewenangan penarik. Pengukuran risiko dilakukan dalam penetapan kualitas kredit, laporan hasil pengawasan bulanan terhadap kegiatan operasional, dan penyusunan profil risiko. Pelaksanaan kaji ulang dan evaluasi terhadap penerapan manajemen risiko dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan memperhatikan perkembangan eksposur risiko Bank, perubahan/ perkembangan pasar dan pengelolaan risiko. Proses Pemantauan Risiko. Pemantauan terhadap eksposur risiko, dilakukan oleh divisi atau satuan kerja yang independen terhadap unit
Bank Yudha Bhakti
pengambil risiko yaitu Divisi Manajemen Risiko, Divisi Audit Intern, dan Divisi Kepatuhan serta Komite Manajemen Dana (ALCO). Bank menilai profil risiko dengan menggabungkan hasil penilaian eksposur risiko yang melekat pada aktivitas fungsional (inherent risk) dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko (KPMR) yang meliputi: Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Kecukupan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko; dan Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen masih belum seluruhnya terintegrasi, dimana pelaporan diperoleh dari berbagai divisi terkait, seperti Divisi Teknologi Sistem Informasi (TSI), Divisi Perencanaan dan Akuntansi, Divisi Operasi, Divisi Kepatuhan, Divisi Treasury dan Pendanaan, Divisi Special Asset Management (SAM), Divisi Kredit Pensiun, Divisi Kredit Komersial, Divisi Manajemen Risiko dan Divisi Audit Intern. Meskipun demikian, Direksi dan Dewan Komisaris serta unit kerja yang berkepentingan menerima laporan-laporan secara rutin dan relatif tepat waktu untuk melakukan evaluasi terhadap laporan dimaksud dan memberikan arahan/rekomendasi untuk perbaikan dan penyempurnaan.
4. Sistem Pengendalian Internal Yang Menyeluruh. Bank secara berkala dan secara terus menerus melaksanakan penyempurnaan terhadap pemeriksaan dan penilaian/evaluasi atas kecukupan/efektivitas sistem pengendalian intern, yang secara fungsional dilaksanakan oleh Internal Control Unit, Divisi Audit Internal, Divisi Manajemen Risiko dan Divisi Kepatuhan. Struktur organisasi Bank telah menggambarkan secara jelas pemisahan fungsi antara unit kerja yang melaksanakan aktivitas operasional dengan yang melaksanakan pengendalian, Bank juga telah memiliki serangkaian nilai-nilai (corporate value) perusahaan yang telah dikomunikasikan kepada setiap jenjang jabatan
dalam organisasi. Divisi Audit Intern telah melaksanakan fungsinya untuk melakukan pemeriksaan atas semua transaksi, laporan-laporan serta kinerja dari masingmasing unit kerja yang melaksanakan aktivitas operasional maupun yang melaksanakan pengawasan dan pengendalian seperti Divisi Kepatuhan dan Divisi Manajemen Risiko. Hasil audit didokumentasikan dan dimonitor tindak lanjutnya. Temuan yang belum ditindaklanjuti disampaikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris serta menjadi evaluasi bagi Divisi Audit Intern dalam menilai sistem pengendalian intern suatu unit kerja atau divisi dan sebagai acuan dalam pemeriksaan selanjutnya. Seluruh kinerja Divisi Audit Intern sepanjang tahun dievaluasi efektivitasnya oleh Komite Audit dan dilaporkan kepada Dewan Komisaris. Untuk menjamin ketaatan pemenuhan peraturan perundangan yang berlaku serta memastikan telah dipatuhinya kebijakan dan prosedur internal Bank, Direktur Kepatuhan dan Divisi Kepatuhan telah menjalankan fungsinya untuk menjalankan aktivitas pencegahan dan juga melakukan sosialisasi terhadap ketentuan internal maupun eksternal Bank (Bank Indonesia/otoritas lainnya). Sepanjang tahun 2013, pengenaan denda terkait dengan kesalahan pelaporan ke Bank Indonesia dinilai relatif sedikit. Sementara itu, pelaksanaan pemenuhan komitmen kepada Bank Indonesia, hampir sepenuhnya diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang diperjanjikan antara Bank dengan Bank Indonesia.
b. Penerapan Manajemen Risiko Secara Khusus Penerapan manajemen risiko secara khusus mencakup pengelolaan atas 8 (delapan) jenis risiko sesuai ketentuan Bank Indonesia yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi. Bank Yudha Bhakti secara berkala melakukan penilaian terhadap 8 (delapan) jenis risiko di atas. Hasil penilaian tertuang dalam profil risiko yang secara garis besar menggambarkan peringkat risiko dari masing-masing jenis
risiko dan juga peringkat risiko keseluruhan (Composit Risk). Peringkat risiko dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni; Low, Low to Moderate, Moderate, Moderate to High, dan High. Penilaian perjenis risiko dilakukan terhadap risiko inheren dan terhadap kualitas penerapan Manajemen Risiko. Penilaian profil risiko secara keseluruhan berdasarkan hasil self assessment per 31 Desember 2013 berada pada tingkat komposit 2 atau “Low to Moderate”. Hal tersebut dikarenakan Risiko Inheren Bank dinilai pada peringkat “Low to Moderate” dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dalam peringkat “Fair”. Upaya pengendalian risiko yang dilakukan oleh Bank Yudha Bhakti, dijelaskan sebagai berikut: Risiko Kredit. Risiko Kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan debitur atau pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Dalam pengelolaan risiko kredit Bank fokus pada beberapa unsur utama yang meliputi penetapan struktur organisasi yang telah menggambarkan secara jelas pemisahan antara unit kerja yang mengajukan permohonan kredit, penilaian agunan, penilaian terhadap risiko hukum, pemberian opini oleh Divisi Manajemen Risiko untuk aktivitas yang memiliki eksposur risiko dalam jumlah tertentu, pembuatan analisa kredit; SDM yang sadar risiko; Kebijakan dan Prosedur Perkreditan yang mengutamakan prinsip kehati-hatian; proses persetujuan kredit yang transparan dan berjenjang oleh Komite Kredit; penanganan kredit bermasalah secara efektif dan efisien: kriteria dan alat ukur risiko yang jelas; administrasi dan dokumentasi yang lengkap; pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai yang cukup serta pengawasan kredit secara berkesinambungan untuk mengidentifikasi secara dini potensi risiko kredit yang mungkin timbul.
Secara struktur, pengelolaan risiko kredit di Bank Yudha Bhakti dilakukan oleh Divisi Kredit Komersial, Divisi Kredit Pensiun, Divisi Treasury dan Pendanaan. Untuk aktivitas yang memiliki eksposur risiko dalam jumlah tertentu dilakukan pemberian opini oleh Divisi Manajemen Risiko dan Divisi Kepatuhan.
Laporan Tahunan 2013
89
Untuk memitigasi risiko konsentrasi kredit, Bank melakukan pengelolaan risiko konsentrasi kredit melalui penetapan limit antara lain mencakup, limit untuk debitur inti, sektor usaha, sektor industri, serta eksposur perseorangan dan grup usaha. Penetapan limit-limit tersebut didasarkan pada suatu tingkat risiko/risk appetite dan risk tolerance yang bisa diterima serta dilakukan evaluasi paling kurang setiap satu tahun sekali. Untuk keperluan perhitungan kecukupan modal, Bank mengukur risiko kredit dengan menggunakan Pendekatan Standar sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/6/DPNP perihal Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko dengan Menggunakan Pendekatan Standar. Sementara itu, untuk keperluan pemantauan dan pengendalian terhadap risiko kredit secara keseluruhan dilakukan pengukuran oleh Divisi Manajemen Risiko dengan menggunakan parameter yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/I/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Hasil pengukuran selanjutnya disampaikan kepada Direksi untuk diambil tindakan perbaikan. Tagihan Yang Jatuh Tempo dan Tagihan Yang Mengalami Penurunan Nilai/Impairment. Definisi tagihan yang jatuh tempo adalah seluruh tagihan yang telah jatuh tempo lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, baik atas pembayaran pokok dan/atau pembayaran bunga. Sedangkan tagihan yang mengalami penurunan nilai/ impairment adalah aset keuangan yang memiliki nilai signifikan secara individual dan telah terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai individual telah terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan tersebut.
terjadinya penurunan nilai kredit pada suatu waktu, Bank membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dengan mengacu kepada ketentuan PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006). CKPN dibentuk berdasarkan selisih antara nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif. Bank tidak diperbolehkan membentuk CKPN melebihi jumlah yang dapat dikaitkan pada kredit individual atau kelompok kredit kolektif dan tidak didukung dengan bukti obyektif penurunan nilai. Pembentukan CKPN dilakukan secara Individual maupun kolektif. CKPN kolektif, dibentuk dari kredit-kredit yang dikelompokan berdasarkan kredit yang memiliki karakteristik yang sama (seperti produk dan jangka waktu tunggakan pokok dan atau bunga). Pendekatan perhitungan collective impairment secara statistik menggunakan parameter: a) Probability of Default (PD), yaitu tingkat kemungkinan kegagalan debitur memenuhi kewajiban, yang diukur berdasarkan pendekatan Roll Rates. b) Loss Given Default (LGD), yaitu tingkat kerugian yang diakibatkan dari kegagalan debitur memenuhi kewajibannya. Untuk mendapatkan persentase LGD yang wajar, maka diperlukan analisa data historis selama 3 tahun terakhir.
-
Pengungkapan tagihan bersih Bank secara individu dimuat dalam Tabel 2.1.a, Tabel 2.2.a dan Tabel 2.3.a. -
Pendekatan Yang Digunakan Untuk Pembentukan CKPN. Untuk memitigasi potensi kerugian yang diakibatkan
90
Bank Yudha Bhakti
Pengungkapan rincian mutasi cadangan penurunan nilai Bank secara individu dimuat dalam Tabel 2.4.a, Tabel 2.5.a dan Tabel 2.6.a. -
Penerapan Risiko Kredit Dengan Pendekatan Standar. Bank dalam melakukan perhitungan ATMR untuk risiko kredit, mengacu kepada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/6/DPNP/2011 perihal Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko dengan Menggunakan Pendekatan Standar. Secara umum, perhitungan ATMR Risiko Kredit didasarkan pada hasil peringkat yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/31/DPNP/2011 perihal Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia.
Penggunaan peringkat dalam perhitungan ATMR risiko kredit untuk saat ini, hanya diterapkan untuk jenis tagihan kepada Entitas Sektor Publik dan Bank. Pengungkapan tagihan bersih berdasarkan kategori portofolio dan skala peringkat Bank secara individu dimuat dalam Tabel 3.1.a. Risiko Kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk) dilaporkan nihil. - Mitigasi Risiko Kredit. Jenis agunan utama yang diterima Bank adalah berupa agunan yang memiliki nilai likuiditas relatif tinggi sehingga dapat segera dicairkan pada saat pinjaman debitur/grup debitur masuk dalam kategori bermasalah, yakni berupa kas (cash collateral) dan agunan kebendaan seperti tanah dan bangunan, dan kendaraan. Disamping jenis agunan di atas, Bank dapat juga menerima agunan lainnya di luar hal di atas namun bersifat tambahan. Penilaian agunan untuk fasilitas kredit di bawah Rp5 miliar dapat dilakukan oleh penilai intern Bank atau penilai Independen. Sedangkan untuk fasilitas kredit di atas Rp5 miliar harus dilakukan oleh penilai independen. Semua agunan yang diserahkan kepada Bank (kecuali tanah kosong), wajib diasuransikan pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh Bank. Apabila pada saat pengajuan kredit, barang agunan telah diasuransikan oleh pemiliknya, maka atas asuransi dimaksud harus ditambahkan Banker’s Clausule (Bank Yudha Bhakti). Nilai asuransi/pertanggungan untuk setiap jenis barang jaminan ditetapkan minimal sebesar nilai likuidasi barang jaminan. Sebelum permohonan kredit diajukan ke Komite Kredit, Account Officer melakukan analisis terhadap kelayakan dari debitur dan pihak-pihak utama pemberi jaminan/garansi termasuk kualitas atas agunan yang dijaminkan. Kelayakan pemberian kredit diputuskan oleh Komite Kredit sesuai dengan batas wewenang memutus kredit setelah mempertimbangkan pendapat dari Divisi Kredit (Pensiun atau Komersial), Departemen Credit Support, Divisi Manajemen Risiko dan Divisi Kepatuhan.
Penggunaan teknik mitigasi kredit berfokus pada agunan yang termasuk dalam jenis agunan utama. Selain itu untuk memitigasi risiko kredit yang mungkin terjadi, portofolio kredit telah terdiversifikasi dengan baik, secara kategori kredit maupun industri/sektor ekonomi. Pengungkapan tagihan bersih Bank secara individu berdasarkan bobot risiko setelah memperhitungkan dampak mitigasi risiko kredit dimuat dalam Tabel 4.1.a. Pengungkapan tagihan bersih dan teknik mitigasi risiko kredit Bank secara individu dimuat dalam Tabel 4.2.a dan Perhitungan ATMR risiko kredit pendekatan standar – Bank secara individual dimuat dalam Tabel 6.1.1, 6.1.2 dan 6.1.7. Hasil penilaian terhadap profil risiko kredit (self assessment) untuk posisi 31 Desember 2013, secara komposit dinilai ”Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko kredit dinilai "Fair". Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dikarenakan antara lain, risiko konsentrasi kredit yang dinilai sedang, rasio NPL (gross) dan rasio kredit kualitas rendah dinilai sedang serta strategi penyediaan dana dan timbulnya penyedian dana yang juga dinilai sedang. Sementara itu dari sisi, kualitas penerapan manajemen risiko, Bank telah memiliki strategi, kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko yang memadai untuk memitigasi potensi meningkatnya risiko inheren yang ada antara lain dengan melakukan penyempurnaan terhadap beberapa kebijakan dan prosedur yang sudah ada. Risiko Pasar. Risiko Pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar dari portofolio yang dimiliki Bank, yang dapat merugikan Bank (adverse movement). Bank Yudha Bhakti melakukan pengukuran Risiko Pasar untuk keperluan perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) menggunakan Metode Standar dengan mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar. Sementara itu dalam hal untuk keperluan pemantauan dan pengendalian risiko pasar, pengukuran atas risiko pasar
Laporan Tahunan 2013
91
dilakukan dengan menggunakan parameter yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/I/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Pengungkapan risiko pasar Bank secara individu dengan menggunakan Metode Standar dimuat pada Tabel 7.1.
Dalam pengelolaan risiko operasional, masing-masing unit usaha bertanggung jawab untuk mengelola risiko yang terjadi pada kegiatan operasional sehari-hari dengan mengacu kepada kebijakan dan prosedur, pengendalian dan pengawasan rutin. Selain itu, pengelolaan risiko operasional juga meliputi hal-hal yang terkait dengan pengembangan produk, sistem, sumber daya manusia dan prinsip “Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme” sebagai aspek pencegahan terhadap kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diinginkan.
Pengelolaan Portofolio Trading Book dan Banking Book.
Pengelolaan portofolio trading book suku bunga dilakukan dengan menetapkan dan memantau penggunaan Limit Nominal antara lain Limit Stop Loss. Metode valuasi yang digunakan adalah berdasarkan harga transaksi yang terjadi (close out prices) atau kuotasi harga pasar dari sumber yang independen, antara lain Harga di bursa (exchange prices) dan Harga pada layar dealer (screen prices). Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa penerapan manajemen risiko terhadap suku bunga telah sesuai dengan tujuan strategis, skala, karakteristik bisnis dan profil risiko suku bunga Bank, termasuk memastikan integrasi penerapan manajemen risiko suku bunga dengan risiko-risiko lainnya yang dapat berdampak pada posisi risiko Bank. Pemantauan terhadap risiko pasar dilakukan melalui rapat ALCO. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) untuk posisi 31 Desember 2013 terhadap risiko Pasar, secara komposit Risiko Pasar dinilai “Low to Moderate”. Hal tersebut dikarenakan Risiko Inheren dinilai “Low to Moderate” dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair”. Risiko inheren dinilai “Low to Moderate” dikarenakan risiko pada posisi neraca dan rekening administratif dinilai rendah dan aktivitas bisnis Bank terkait dengan posisi di pasar dinilai masih relatif sedikit. Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain dikarenakan Direksi dan Dewan Komisaris dinilai cukup aktif dalam memantau perkembangan risiko pasar.
92
Bank Yudha Bhakti
Risiko Operasional. Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.
Divisi Manajemen Risiko secara berkala melakukan pengukuran, penilaian dan pemantauan terhadap risiko operasional dan menyampaikan hasilnya kepada Direksi dan Komite Pemantau Risiko untuk ditindaklanjuti dalam rangka untuk memitigasi risiko operasional ke depan. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) per 31 Desember 2013, Risiko Operasional Bank secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko operasional dinilai "Fair". Peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" dikarenakan antara lain karekteristik dan kompleksitas bisnis Bank dinilai belum terlalu kompleks dan tidak terdapat fraud dengan nilai lebih dari Rp100 juta ke atas. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain dikarenakan, jumlah SDM yang dinilai memadai dan juga telah melaksanakan aktivitas pendidikan dan pelatihan karyawan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas SDM dan mengurangi human error. Sepanjang tahun 2013, Bank telah membebankan ATMR untuk Risiko Operasional dengan menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (Basic Indicator Approach) sebesar Rp268.544 juta dalam perhitungan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum (CAR).
Pengungkapan kuantitatif risiko operasional Bank secara individu dimuat dalam Tabel 8.1.a. Risiko Likuiditas. Risiko Likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu dari sumber-sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
Pengelolaan likuiditas di Bank Yudha Bhakti selain meliputi pemeliharaan likuiditas pada tingkat harian oleh Divisi Tresury dan Pendanaan tetapi juga mencakup pengelolaan likuiditas pada suatu rentang waktu tertentu melalui Asset and Liability Committee (ALCO). Divisi Manajemen Risiko secara berkala juga melakukan pengukuran, penilaian dan pemantauan terhadap risiko likuiditas melalui analisis komposisi aset, liabilitas dan transaksi rekening administratif, konsentrasi dari aset dan liabilitas, kerentanan pada kebutuhan pendanaan serta kemampuan akses Bank kepada sumber-sumber pendanaan. Pemantauan terhadap risiko likuiditas juga dilakukan dengan melakukan pengukuran dan penilaian terhadap kualitas penerapan manajemen risiko likuditas Bank. Pengungkapan profil maturitas rupiah Bank secara individu dimuat pada Tabel 9.1.a. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) Bank per 31 Desember 2013, Risiko Likuiditas secara komposit dinilai ”Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko likuiditas dinilai "Fair". Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dikarenakan antara lain rasio aset likuid primer dan sekunder dibandingkan dengan pendanaan non inti, aset likuid primer dan sekunder terhadap pendanaan non inti jangka pendek dan rasio pendanaan non inti terhadap total pendanaan, dinilai sedang. Namun di sisi lainnya, kerentanan Bank pada kebutuhan pendanaan dinilai rendah menuju sedang dan akses Bank terhadap sumber-sumber pendanaan dinilai sedang. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain dikarenakan Direksi dan Dewan Komisaris dinilai cukup aktif dalam memantau perkembangan risiko likuiditas melalui beberapa perangkat yang ada.
Risiko Hukum. Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Pengelolaan terhadap risiko hukum dilakukan oleh Bank dengan memastikan seluruh aktivitas dan hubungan kegiatan usaha Bank dengan semua pihak telah sesuai dan didasarkan pada aturan dan persyaratan yang dapat melindungi kepentingan Bank dari segi hukum. Bank telah menetapkan Divisi Special Asset Management, Unit Kerja Biro Direksi dan Divisi Kepatuhan untuk melaksanakan pengelolaan risiko hukum terhadap aktivitasaktivitas yang berhubungan dengan kegiatan usaha Bank.
Divisi Manajemen Risiko melakukan pengukuran, penilaian dan pemantauan secara keseluruhan terhadap risiko hukum melalui analisis yang mendalam atas faktor litigasi, kelemahan perikatan dan ketiadaan peraturan perundang-undangan dari setiap produk atau transaksi yang dilaksanakan oleh Bank. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) Bank per 31 Desember 2013, Risiko Hukum secara komposit dinilai ”Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko hukum dinilai "Fair". Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dikarenakan antara lain terdapat adanya faktor litigasi sehubungan dengan gugatan hukum yang diajukan oleh Bank, nasabah maupun pihak luar dapat menimbulkan beban yang relatif sedang bagi Bank. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain dikarenakan, Direksi dan Dewan Komisaris dinilai sangat aktif dalam memantau perkembangan risiko hukum yang terjadi atas Bank. Risiko Stratejik. Risiko Stratejik adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Bank yang kurang tepat, pengambilan keputusan bisnis yang kurang tepat atau Bank kurang responsive terhadap perubahan eksternal. Pengelolaan risiko stratejik dilaksanakan secara langsung oleh Direksi dengan dibantu oleh para Pejabat Eksekutif Bank Yudha Bhakti. Kebijakan pengelolaan risiko
Laporan Tahunan 2013
93
stratejik tertuang dalam Rencana Bisnis Bank dan disampaikan setiap tahunnya kepada Bank Indonesia/Otoritas Jasa Keuangan untuk mendapatkan persetujuan. Divisi Manajemen Risiko secara berkala melakukan pengukuran, penilaian dan pemantauan secara menyeluruh terhadap risiko stratejik melalui analisis terhadap kesesuaian penetapan sasaran strategis dengan kondisi lingkungan bisnis, posisi Bank di pasar, efisiensi dalam melaksanakan kegiatan usaha, kondisi makro ekonomi serta jumlah kompetitor di mana Bank melaksanakan kegiatan usaha. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) Bank per 31 Desember 2013, Risiko Stratejik Bank Yudha Bhakti secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko stratejik dinilai "Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Low to Moderate" dikarenakan antara lain kesesuaian antara penetapan strategi dengan kondisi
94
Bank Yudha Bhakti
lingkungan bisnis serta Pasar dimana Bank melaksanakan kegiatan usaha dinilai rendah menuju sedang. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Fair” antara lain dikarenakan, Direksi dan Dewan Komisaris dinilai sangat aktif dalam memantau perkembangan risiko stratejik yang terjadi atas Bank antara lain melalui evaluasi terhadap pencapaian realisasi Rencana Bisnis Bank. Risiko Kepatuhan. Risiko Kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan oleh Divisi Kepatuhan dengan memastikan agar kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, memastikan kepatuhan Bank terhadap komitmen yang dibuat oleh Bank kepada
Bank Indonesia dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang serta mewujudkan terlaksananya Budaya Kepatuhan pada semua tingkatan organisasi dan kegiatan usaha Bank. Divisi Manajemen Risiko secara berkala juga melakukan pengukuran, penilaian dan pemantauan terhadap Risiko Kepatuhan melalui penilaian terhadap jenis, signifikansi dan frekwensi pelanggaran yang dilakukan oleh Bank terhadap ketentuan Bank Indonesia dan/atau peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) Bank per 31 Desember 2013, Risiko Kepatuhan secara komposit dinilai ”Low to Moderate” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dan kualitas penerapan manajemen risiko kepatuhan dinilai "Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Moderate" dikarenakan antara lain, beberapa jenis pelanggaran yang telah dilakukan oleh Bank tergolong relatif sedang. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Satisfactory” antara lain dikarenakan, Direksi dan Dewan Komisaris dinilai sangat aktif dalam melakukan pemantauan terhadap setiap pelanggaran kepatuhan yang dilakukan oleh Bank serta upaya peningkatan kualitas penerapan pelaksanaan "Good Corporate Governance". Risiko Reputasi Risiko Reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank. Pengelolaan risiko reputasi dilakukan melalui Unit Pelayanan Nasabah yang ada di seluruh kantor operasional Bank Yudha Bhakti. Risiko Reputasi Bank dikelola dengan memperhatikan keluhan nasabah serta dengan cepat merespon setiap berita yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi Bank. Pemberian
pelayanan terbaik kepada nasabah, penetapan petugas pengaduan nasabah merupakan upaya yang terus dilakukan Bank untuk meningkatkan citra di masyarakat. Berdasarkan hasil penilaian (self assessment) Bank per 31 Desember 2013, Risiko Reputasi secara komposit dinilai ”Low” dikarenakan peringkat risiko inheren dinilai "Low" dan kualitas penerapan manajemen risiko hukum dinilai "Satisfactory". Peringkat risiko inheren dinilai "Low" dikarenakan antara lain tidak adanya pemberitaan negatif baik yang terkait dengan Bank maupun para pemegang saham beserta kelompok usahanya. Sementara itu, dari sisi Kualitas Penerapan Manajemen Risiko dinilai “Satisfactory” antara lain dikarenakan, Direksi dan Dewan Komisaris dinilai sangat aktif dalam memantau perkembangan risiko reputasi yang terjadi atas Bank. Penerapan manajemen risiko pada Bank juga mencakup pengelolaan risiko produk dan aktivitas baru. Bank juga telah membentuk Komite Manajemen Risiko dan Divisi Manajemen Risiko yang independen terhadap Satuan Kerja Operasional maupun Divisi Audit Intern dengan harapan pengelolaan risiko secara keseluruhan dapat dilakukan secara terpadu, terarah, terkoordinir dan berkesinambungan. Selanjutnya untuk memantau efektifitas dari pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Divisi Manajemen Risiko, Bank membentuk Komite Pemantau Risiko yang bertanggung jawab secara langsung kepada Dewan Komisaris. Sepanjang tahun 2013, Komite Pemantau Risiko telah melaksanakan rapat sebanyak 5 (lima) kali.
Laporan Tahunan 2013
95
Tabel 2.1.a Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah-Bank Secara Individual (dalam Jutaan Rupiah) 31 DESEMBER 2013 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah No
JABAR,
Kategori Portofolio JAKARTA
JATENG,
SUMATERA,
JATIM, DIY,
Lainnya
dst.
Total
(6)
(7)
BANTEN (1)
(2)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
2
(4)
(5)
454,483
-
-
-
454,483
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
107,065
21,186
747
-
128,998
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
12,056
25,386
17,663
-
55,105
6
Kredit Beragun Properti Komersial
28,985
2,003
1,107
-
32,095
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
157,564
262,259
89,003
-
508,826
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
629,646
79,794
23,200
-
732,640
9
Tagihan Kepada Korporasi
57,793
98,681
8,519
-
164,993
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
-
-
11
Aset Lainnya
116,683
7,039
4,426
-
128,148
12
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
1,564,275
496,348
144,665
-
2,205,288
Total
96
(3)
Bank Yudha Bhakti
Tabel 2.2.a Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak-Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Tagihan bersih berdasarkan sisa jangka waktu kontrak
Kategori Portofolio ≤ 1 tahun
(1)
(2)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
2
(3)
>1 thn
>3 thn
s.d. 3 thn
s.d. 5 thn
(4)
(5)
> 5 thn (6)
NonKontraktual (7)
Total (8)
454,483
-
-
-
-
454,483
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
128,998
-
-
-
-
128,998
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
7,335
13,824
13,435
20,511
-
55,105
6
Kredit Beragun Properti Komersial
12,093
19,575
250
177
-
32,095
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
23,481
80,884
72,517
331,944
-
508,826
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
145,299
521,252
55,994
10,095
-
732,640
9
Tagihan Kepada Korporasi
150,571
14,422
-
-
-
164,993
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
-
-
-
11
Aset Lainnya
128,148
-
-
-
-
128,148
12
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
1,050,408
649,957
142,196
362,727
-
2,205,288
Total
Laporan Tahunan 2013
97
Tabel 2.3.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) Tagihan Tagihan
Tagihan No.
Sektor Ekonomi
Kepada Pemerintah
Kredit
Kepada
Kepada
Pembangun
Tagihan
Beragun
Entitas
Multilateral dan
Kepada Bank
Rumah
Sektor Publik
Tinggal
Lembaga Internasional
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
31 DESEMBER 2013 1
Pertanian, Perburuan Dan Kehutaan
-
-
-
-
-
2
Perikanan
-
-
-
-
-
3
Pertambangan Dan Penggalian
-
-
-
-
-
4
Industri Pengolahan
-
-
-
-
269
5
Listrik, Gas Dan Air
-
-
-
-
-
6
Konstruksi
-
-
-
-
1,034
7
Perdagangan Besar Dan Eceran
-
-
-
-
4,259
8
Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum
-
-
-
-
97
9
Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi
-
-
-
-
1,143
10
Perantara Keuangan
-
-
-
20,497
-
11
Real Estate, Usaha Persewaan Dan Jasa Perusahaan
-
-
-
-
3,440
12
Administrasi Pemerintah, Pertanahan Dan Jaminan Sosial Wajib
-
-
-
-
-
13
Jasa Pendidikan
-
-
-
-
84
14
Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial
-
-
-
-
189
15
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya
-
-
-
-
535
16
Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga
-
-
-
-
-
17
Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
-
-
-
-
-
18
Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya
-
-
-
-
-
19
Bukan Lapangan Usaha
-
-
-
-
-
20
Lainnya
-
-
-
650
48,689
-
-
-
21,147
59,739
Total
98
Bank Yudha Bhakti
Tagihan Kepada
Kredit Beragun Properti Komersil
Kredit
Usaha Mikro,
Tagihan
Tagihan
Pegawai/
Usaha Kecil
Kepada
Yang Telah
Pensiunan
dan
Korporasi
Jatuh Tempo
(11)
(12)
Aset Lainnya
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Portofolio Ritel
(8)
(9) -
(10)
-
(13) -
(14)
67
496
-
-
-
-
134
-
-
-
-
-
-
-
32,165
-
-
-
-
-
342
13,540
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30,927
143
5,639
-
-
-
-
309
-
8,611
113,924
-
-
-
-
-
531
-
-
-
-
251
-
388,432
-
-
-
-
-
-
2,983
-
-
-
-
-
146
32,072
4,929
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
291
39
48
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
381
507,162
293,059
-
-
-
-
32,159
507,557
732,347
164,558
-
-
-
Laporan Tahunan 2013
99
Tabel 2.4.a Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 Wilayah No
JABAR,
Keterangan JAKARTA
JATENG,
SUMATERA,
JATIM, DIY,
Lainnya
dst.
Total
(6)
(7)
BANTEN (1)
100
(2)
1
Tagihan
2
(3)
(4)
(5)
1,564,275
496,348
144,665
-
2,205,288
Tagihan Yang Mengalami Penurunan Nilai (Impaired)
39,130
47,960
28,054
-
115,144
A. Belum Jatuh Tempo
39,130
47,960
28,054
-
115,144
B. Telah Jatuh Tempo
-
-
-
-
-
3
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)-Individual
-
-
-
-
-
4
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)-Kolektif
9,640
2,654
3,320
-
15,614
5
Tagihan Yang Dihapus Buku
6,573
2,540
-
-
9,113
Bank Yudha Bhakti
Tabel 2.5.a Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) Tagihan Yang
Cadangan
Mengalami No.
Sektor Ekonomi
(1)
(2)
Tagihan
(3)
Kerugian
Penurunan Nilai
Penurunan
Belum
Telah
Jatuh
Jatuh
Tempo
Tempo
(4)
(5)
Nilai (CKPN) Individual (6)
Cadangan Kerugian
Tagihan
Penurunan
Yang
Nilai
Dihapus
(CKPN)-
Buku
Kolektif (7)
(8)
31 DESEMBER 2013 1
Pertanian, Perburuan Dan Kehutaan
563
67
-
1
2
Perikanan
134
134
-
-
3
Pertambangan Dan Penggalian
32,165
1,085
-
1
4
Industri Pengolahan
14,151
15
-
4
5
Listrik, Gas Dan Air
-
-
6
Konstruksi
7
Perdagangan Besar Dan Eceran
8
Penyediaan Akomodasi Dan Penyediaan Makan Minum
9
Transportasi, Pergudangan Dan Komunikasi
10
37,743
6,852
-
74
127,103
4,364
-
408
628
48
-
-
389,826
8,836
-
863
Perantara Keuangan
23,480
2,982
-
107
11
Real Estate, Usaha Persewaan Dan Jasa Perusahaan
40,587
11,893
-
1,401
12
Administrasi Pemerintah, Pertanahan Dan Jaminan Sosial Wajib
-
-
13
Jasa Pendidikan
84
84
-
2
14
Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial
189
189
-
-
15
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan Dan Perorangan Lainnya
913
739
-
12
16
Jasa Perorangan Yang Melayani Rumah Tangga
-
-
-
17
Badan Internasional Dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
-
-
-
18
Kegitan Yang Belum Jelas Batasannya
-
-
-
19
Bukan Lapangan Usaha
20
Lainnya Total
-
849,941
77,856
1,517,507
115,144
-
-
-
-
12,741
9,113
-
15,614
9,113
Laporan Tahunan 2013
101
Tabel 3.1.a Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat -Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 Lembaga
Peringkat Jangka Panjang
Pemeringkat Standard and Pool's Fitch Rating Moody's Kategori Portofolio
AAA
AA+ s.d AA-
AAA
AA+ s.d AA-
Aaa
PT Fitch Ratings
AAA (idn)
Indonesia PT ICRA
[Idr]AAA
Indonesia
BBB+ s.d
A+ s.d A-
BBBBBB+ s.d
A+ s.d A-
BBBBaa1 s.d
Aa1 s.d Aa3
A1 s.d A3
AA+(idn) s.d
A+(idn) s.d
BBB+(idn) s.d
AA-(idn)
A-(idn)
BBB-(idn)
[Idr]AA+ s.d
[Idr]A+ s.d
[Idr]BBB+ s.d
[Idr]AA-
[Idr]A-
[Idr]BBB-
Baa3
PT Pemeringkat Efek
idAA+ s.d id
idAAA
AA-
idA+ s.d idA-
idBBB+ s.d idBBB-
Indonesia (1)
(2)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
-
-
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
-
-
-
-
-
6
Kredit Beragun Properti Komersial
-
-
-
-
-
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
-
-
-
-
-
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
-
-
9
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
-
-
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
-
-
11
Aset Lainnya
-
-
-
-
-
12
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
102
(3)
Bank Yudha Bhakti
Tagihan Bersih Peringkat Jangka Pendek BB+ s.d BB-
B+ s.d B-
< dari B-
A-1
A-2
A-3
< dari A-3
BB+ s.d BB-
B+ s.d B-
< dari B-
F1+ s.d F1
F2
F3
< dari F3
Ba1 s.d Ba3
B1 s.d B3
< dari B3
P-1
P-2
P-3
< dari P-3
BB+(idn)
B+(idn) s.d
< dari
F1+(idn)
s.d BB-(idn)
B-(idn)
B-(idn)
s.d F1(idn)
[Idr]BB+
[Idr]B+ s.d
< dari [Idr]
s.d [Idr]BB-
[Idr]B-
id BB+ s.d
id B+ s.d id
id BB-
B-
(8)
(9)
Tanpa Peringkat
< dari
F2(idn)
F3(idn)
[Idr]A1+
[Idr]A2+
[Idr]A3+
< dari [Idr]
B-
s.d [Idr]A1
s.d [Idr]A2
s.d [Idr]A3
A3
< dari id B-
idA1
idA2
(10)
(11)
(12)
Total
F3(idn)
idA3 s.d idA4 (13)
< dari idA4
(14)
(15)
(16)
-
-
-
-
-
-
-
454,483
454,483
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128,998
128,998
-
-
-
-
-
-
-
55,105
55,105
-
-
-
-
-
-
-
32,095
32,095
-
-
-
-
-
-
-
508,826
508,826
-
-
-
-
-
-
-
732,640
732,640
-
-
-
-
-
-
-
164,993
164,993
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128,148
128,148
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2,205,288
2,205,288
Laporan Tahunan 2013
103
Tabel 2.6.A Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No.
Keterangan
(1)
(2)
CKPN Kolektif
(3)
(4)
1
Saldo Awal CKPN
-
14,309
2
Pembentukan (Pemulihan) CKPN Pada Periode Berjalan (Net)
-
10,418
A. Pembentukan Ckpn Pada Periode Berjalan
-
9,926
B. Pemulihan Ckpn Pada Periode Berjalan
-
492
3
CKPN Yang Digunakan Untuk Melakukan Hapus Buku Atas Tagihan Pada Periode Berjalan
-
(9,113)
4
Pembentukan ( Pemulihan) Lainnya Pada Periode Berjalan
-
-
-
15,614
Saldo Akhir CKPN
104
CKPN Individual
Bank Yudha Bhakti
Tabel 3.2.b.1 Pengungkapan Resiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Repo-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
Nilai Wajar
Kewajiban
Tagihan
SSB Repo
Repo
Bersih
(3)
(4)
(5)
ATMR (6)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
-
5
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
-
6
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
-
7
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
Tabel 3.2.c.1 Pengungkapan Resiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Reverse Repo-Bank Secara Individual (dalam jutaaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
Tagihan
Naik
Bersih
MRK
(3)
(4)
Tagihan
ATMR
Bersih Setelah MRK (5)
Setelah MRK (6)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral Dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
-
5
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil Dan Portofolio Ritel
-
-
-
-
6
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
-
7
Eksposur Di Unit Usaha Syariah (Apabila Ada)
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
Laporan Tahunan 2013
105
Tabel 4.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit-Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
20%
35%
(3)
(4)
(5)
A
Eksposur Neraca
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
21,121
107,850
-
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
6
Kredit Beragun Properti Komersial
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9
Tagihan Kepada Korporasi
10
3,527
-
-
-
-
-
34,134
-
-
47,918
-
-
105,424
-
-
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
11
Aset Lainnya
-
-
-
12
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
212,124
-
-
Total Eksposur Neraca B
Eksposur Kewajiban Komitmen/ Kontijensi Pada Transaksi Rekening Administratif
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
-
-
-
6
Kredit Beragun Properti Komersial
-
-
-
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
-
-
-
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
9
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
11
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
Total Eksposur TRA C
Eksposur Akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
5
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
6
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
7
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
Total Eksposur Counterparty Credit Risk
106
0%
Bank Yudha Bhakti
-
-
-
-
-
-
31 DESEMBER 2013 Tagihan Bersih Setelah Memperhitungkan Dampak Mitigasi Risiko Kredit 40%
45%
50%
75%
100%
150%
Lainnya
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
ATMR
Beban Modal
(13)
(14)
-
-
-
-
-
-
454,483
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27
21,575
-
-
-
-
-
-
-
51,578
19,744
-
-
-
-
-
-
-
32,095
32,095
-
-
-
-
-
-
-
474,692
237,346
-
-
-
-
-
-
-
684,722
513,542
-
-
-
-
-
-
-
59,569
59,569
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128,148
139,675
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1,885,314
1,023,546
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
276
-
-
-
-
-
-
-
-
227
-
-
-
-
-
-
-
-
3,574
-
-
-
-
-
-
-
-
7
-
-
-
-
-
-
-
-
10,458
70
-
-
-
-
-
-
-
8,919
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23,461
70
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan Tahunan 2013
107
Tabel 4.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit -Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
A
Eksposur Neraca
1
Tagihan Kepada Pemerintah
2
Bersih
Agunan
Garansi
(3)
(4)
(5)
Asuransi Kredit (6)
Bagian Yang
Lainnya
Tidak Dijamin (8) = (3)-
(7)
[(4)+(5)+(6)+(7)]
454,483
-
-
-
-
454,483
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
128,998
-
-
-
128,971
27
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
55,105
-
-
-
3,527
51,578
6
Kredit Beragun Properti Komersial
32,095
-
-
-
-
32,095
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
508,826
-
-
-
34,134
474,692
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
732,640
-
-
-
47,918
684,722
9
Tagihan Kepada Korporasi
164,993
-
-
-
105,424
59,569
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
-
-
-
11
Aset Lainnya
128,148
-
-
-
-
128,148
12
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
2,205,288
-
-
-
319,974
1,885,314
Total Eksposur Neraca
108
Bagian Yang Dijamin Dengan
Tagihan
Bank Yudha Bhakti
31 DESEMBER 2013 No
Kategori Portofolio
Bagian Yang Dijamin Dengan
Tagihan Bersih
Agunan
Garansi
(3)
(4)
(5)
Asuransi Kredit
Lainnya
(8) = (3)-
(1)
(2)
B
Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontijensi pd Transaksi Rekening Administratif
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
276
-
-
-
-
276
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
227
-
-
-
-
227
6
Kredit Beragun Properti Komersial
3,574
-
-
-
-
3,574
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
7
-
-
-
-
7
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
10,458
-
-
-
-
10,458
9
Tagihan Kepada Korporasi
8,919
-
-
-
-
8,919
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
-
-
-
11
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
23,461
-
-
-
-
23,461
Total Eksposur TRA
(6)
Bagian Yang Tidak Dijamin
(7)
[(4)+(5)+(6)+(7)]
C
Eksposur akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
-
-
-
5
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
-
-
-
6
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
-
-
-
7
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2,228,749
-
-
-
319,974
1,908,775
Total Eksposur Counterparty Credit Risk Total (A+B+C)
Laporan Tahunan 2013
109
Tabel 5.1.a. Pengungkapan Transaksi Sekuritisasi-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 Nlai Aset Yang Disekuritisasi Yang No
Eksposur Sekuritisasi
Nilai Aset Yg Disekuritisasi
Mengalami Penurunan Nilai Telah Tempo
(1)
(2) Bank Bertindak Sebagai Kreditur Asal
1
(3)
(4)
Dari Aktivitas
Belum Jatuh
Jatuh
Laba/Rugi ATMR
Pengurangan Modal
Sekuritas
Tempo (5)
(6)
(7)
(8)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- Jenis Eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) Bank Bertindak Sebagai Penyedia Kredit Pendukung a. Fasilitas Penanggung risiko pertama
2
-Jenis Ekposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) b. Fasilitas Penaggung Risiko Kedua -Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal)
3
Bank Bertindak Sebagai Penyedia Fasilitas Likuiditas - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) Bank Bertindak Sebagai Penyedia Jasa
4
5
- Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) Bank Bertindak Sebagai Bank Kustodian - Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) Bank Bertindak Sebagai Pemodal a. Senior tranche
6
-Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal) b. Junior Tranche -Jenis eksposur (contoh: tagihan beragun rumah tinggal)
110
Bank Yudha Bhakti
Tabel 5.2.a. Pengungkapan Ringkasan Aktivitas Transaksi Sekuritisasi Bank Bertindak Sebagai Kreditur Asal -Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
Nilai Aset Yang
Keuntungan
Disekuritisasi
(Kerugian) Penjualan
(3)
(4)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
-
-
6
Kredit Beragun Properti Komersial
-
-
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
-
-
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
9
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
10
Aset Lainnya
-
-
11
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
-
Total
Tabel 6.1.1 Pengungkapan Eksposur Aset di Neraca (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
2
Tagihan Bersih (3)
ATMR Sebelum MRK (4)
ATMR Setelah MRK (5)
454,483
-
-
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
128,998
25,878
21,575
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
55,105
21,152
19,744
6
Kredit Beragun Properti Komersial
32,095
32,095
32,095
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
508,826
254,413
237,346
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
732,640
549,480
513,542
9
Tagihan Kepada Korporasi
164,993
164,993
59,569
10
Aset Lainnya
128,148
-
139,675
11
Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada)
-
-
-
2,205,288
1,048,011
1,023,546
Total
Laporan Tahunan 2013
111
Tabel 6.1.2 Pengungkapan Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontijensi pada Transaksi Rekening Administratif (dalam jutaan rupiah) No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
31 DESEMBER 2013 Tagihan Bersih
ATMR Sebelum MRK
ATMR Setelah MRK
(3)
(4)
(5)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
276
-
-
5
Kredit Beragun Rumah Tinggal
227
-
-
6
Kredit Beragun Properti Komersial
3,574
-
-
7
Kredit Pegawai/Pensiunan
7
-
-
8
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
10,458
70
70
9
Tagihan Kepada Korporasi
8,919
-
-
10
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
-
-
-
23,461
70
70
Total
Tabel 6.1.3 Pengungkapan Eksposur Yang Menibulkan Risiko Kredit Akibat Kegagalan Pihak Lawan (Counterparty Credit Risk) (dalam jutaan rupiah) No
Kategori Portofolio
(1)
(2)
Tagihan Bersih
ATMR Sebelum MRK
ATMR Setelah MRK
(3)
(4)
(5)
1
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
-
2
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
3
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional
-
-
-
4
Tagihan Kepada Bank
-
-
-
5
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
-
-
-
6
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
-
-
-
Total
112
31 DESEMBER 2013
Bank Yudha Bhakti
Tabel 6.1.4 Pengungkapan Eksposur Yang Menimbulkan Risiko Kredit Akibat Kegagalan Setelmen (Settlement Risk) (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Jenis Transaksi
(1) 1
2
Nilai Eksposur
(2)
Faktor Pengurang
(3)
ATMR setelah MRK
Modal (4)
(5)
Delivery Versus Payment
-
-
-
a. Beban Modal 8% (5-15 Hari)
-
-
-
b. Beban Modal 50% (16-30 Hari)
-
-
-
c. Beban Modal 75% (31-45 Hari)
-
-
-
d. Beban Modal 100% (Lebih Dari 45 Hari)
-
-
-
Non-Delivery Versus Payment
-
-
-
-
-
-
Total
Tabel 6.1.5. Pengungkapan Eksposur Sekuritisasi (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Jenis Transaksi
Faktor Pengurang Modal
(1)
(2)
(3)
ATMR (4)
1
Fasilitas Kredit Pendukung Yang Memenuhi Peryaratan
-
2
Fasilitas Kredit Pendukung Yang Tidak Memenuhi Persyaratan
-
-
3
Fasilitas Likuiditas Yang Memenuhi Persyaratan
-
-
4
Fasilitas Likuiditas Yang Tidak Memenuhi Persyaratan
-
-
5
Pembelian Efek Beragun Aset Yang Memenuhi Persyaratan
-
-
6
Pembelian Efek Beragun Aset Yang Tidak Memenuhi Persyaratan
-
-
7
Eksposur Sekuritisasi Yang Tidak Tercakup Dalam Ketentuan Bank Indonesia Mengenai Prinsip-Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas Sekuritisasi Aset Bagi Bank Umum
-
-
-
-
Total
-
Tabel 6.1.6. Pengungkapan Eksposur di Unit Usaha Syariah (apabila ada) (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Jenis Transaksi
Faktor Pengurang Modal
(1) 1
(2) Total Eksposur
(3)
ATMR (4)
-
-
Laporan Tahunan 2013
113
Tabel 6.1.7. Pengungkapan Total Pengukuran Risiko Kredit (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013
31 DESEMBER 2012
1,023,616
1,427,288
TOTAL ATMR RISIKO KREDIT TOTAL FAKTOR PENGURANG MODAL
Tabel 7.1. Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Standar (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Jenis Resiko
BANK Beban Modal
(1) 1
(2)
(4)
Beban Modal (5)
BANK
ATMR (6)
Beban Modal (7)
KONSOLIDASI
ATMR (8)
Beban
ATMR
Modal (9)
(10)
Risiko Suku Bunga
-
-
-
-
-
-
-
-
a. Risiko Spesifik
-
-
2,415
30,192
-
-
3,653
45,664
b. Risiko Umum
-
-
3,081
38,513
-
-
4,692
58,651
2
Risiko Nilai Tukar
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Risiko Ekuitas *)
-
-
-
-
-
-
-
-
4
Risiko Komoditas *)
-
-
-
-
-
-
-
-
5
Risiko Option Total
*)
ATMR
(3)
31 DESEMBER 2012
KONSOLIDASI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5,496
68,704
-
-
8,345
104,315
untuk Bank yang memiliki perusahaan Anak yang memiliki eksposur dimaksud
Tabel 7.2.A. Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Internal (Value at Risk/VaR)-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Jenis Resiko
VaR ratarata
(1)
(2)
VaR
VaR
Maksimum
Minimum
(4)
(5)
Akhir Periode (6)
VaR
VaR
VaR
VaR
rata-rata
Maksimum
Minimum
(7)
(8)
(9)
Akhir Periode (10)
1
Risiko Suku Bunga
-
-
-
-
-
-
-
-
2
Risiko Nilai Tukar
-
-
-
-
-
-
-
-
3
Risiko Option
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Total
114
(3)
31 DESEMBER 2012 VaR
Bank Yudha Bhakti
Tabel 8.1.A. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional-Bank Secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Pendekatan Yang
Pendapatan Bruto
Digunakan
(Rata-rata 3
Pendapatan Beban
1
(2) Pendekatan Indikator Dasar Total
ATMR
Modal
Tahun Terakhir) (1)
31 DESEMBER 2012 Bruto (Rata-
Beban
rata 3 Tahun
Modal
ATMR
Terakhir)
(3)
(4)
(5)
143,223
68,704
268,544
(6) 128,467
104,315
(7)
240,876
(8)
143,223
68,704
268,544
128,467
104,315
240,876
Tabel 8.1.B. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional-Bank Secara Konsolidasi Dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Pendekatan Yang Digunakan
Pendapatan Bruto (Rata-rata 3 tahun terakhir)
(1) 1
(2)
31 DESEMBER 2012 Pendapatan
Beban Modal
ATMR
Bruto (Rata-rata
Beban
3 tahun
Modal
ATMR
terakhir)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pendekatan Indikator Dasar
-
-
-
-
-
-
Total
-
-
-
-
-
-
Laporan Tahunan 2013
115
Tabel 9.1.a Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah-Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah) 31 DESEMBER 2013 No
Pos-Pos
(1) I
(2)
Saldo
≤ 1 bulan
(3)
(4)
16,951
16,951
> 1 bln s.d 3
> 3 bln s.d 6
bln
bln
(5)
(6)
NERACA A.
Aset 1.
Kas
2.
Penempatan pada Bank Indonesia
487,233
487,233
-
-
3.
Penempatan pada Bank lain
127,983
127,855
-
128
4.
Surat Berharga
46,470
46,470
-
-
5.
Kredit yang diberikan
1,517,507
139,497
23,386
63,729
6.
Tagihan lainnya
-
-
-
-
7.
Lain-lain
109,095
13,169
14,609
10,614
2,305,239
831,175
37,995
74,471
1,954,807
1,330,618
386,535
90,990
-
-
-
-
Total Aset B.
-
1.
Dana Pihak Ketiga
2.
Kewajiban pada Bank Indonesia
3.
Kewajiban pada Bank Lain
67,873
67,184
-
-
4.
Surat berharga yang diterbitkan
-
-
-
-
5.
Pinjaman yang diterima
-
-
-
-
6.
Kewajiban lainnya
7.
Lain-lain
Selisih Aset dengan kewajiban dan Neraca II
-
Kewajiban
Total Kewajiban
-
-
-
-
24,293
13,889
7,620
4
2,046,973
1,411,691
394,155
90,994
258,266
(580,516)
(356,160)
(16,523)
REKENING ADMINISTRATIF A.
Tagihan Rekening Administrstif 1.
Komitmen
70,893
-
-
-
2.
Kontijensi
17,320
-
17,320
-
88,213
-
17,320
-
23,274
23,274
-
-
187
-
16
12
Total kewajiban Rekening Administratif
23,461
23,274
16
12
Selisih Tagihan dan Kewajiban dalam Rekening Administratif
64,752
(23,274)
17,304
(12)
Selisih [(IA-IB)=(IIA-IIB)]
64,752
(23,274)
17,304
(12)
Total Tagihan Rekening Adminisrstif B.
Kewajiban Rekening Administratif 1.
Komitmen
2.
Kontijensi
Selisih Kumulatif
116
Jatuh Tempo
Bank Yudha Bhakti
31 DESEMBER 2012 Jatuh Tempo >6 bln s.d 12 bln (7)
> 12 bulan (8)
Saldo
≤ 1 bulan
(9)
(10)
-
-
15,688
15,688
-
-
334,299
334,299
-
-
48,903
47,973
-
-
70,375
70,375
105,604
1,185,291
1,980,963
-
-
-
2,503
68,200
108,107
> 1 bln s.d 3
> 3 bln s.d 6
>6 bln s.d 12
bln
bln
bln
(11)
(12)
(13)
-
> 12 bulan (14)
-
-
-
-
-
-
-
300
630
-
-
-
-
-
-
174,014
75,970
61,109
175,426
1,494,444
-
-
-
-
-
123,955
7,950
19,494
10,585
1,389
84,537
1,253,491
2,574,183
650,299
95,764
72,324
176,815
1,578,981
116,599
30,065
2,185,402
1,435,823
482,534
76,826
190,214
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
689
106,230
105,230
-
-
-
1,000
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2,780
-
32,865
23,464
6,184
-
3,217
-
119,379
30,754
2,324,497
1,564,517
488,718
76,826
193,431
1,005
(11,272)
1,222,737
249,686
(914,218)
(392,954)
(4,502)
(16,616)
1,577,976
70,893
-
67,638
-
-
-
67,638
-
-
-
17,995
-
17,995
-
-
-
70,893
-
85,633
-
17,995
-
67,638
-
-
-
35,834
35,834
-
-
-
-
159
-
1,368
1,153
64
80
71
-
159
-
37,202
36,987
64
80
71
-
70,734
-
48,431
(36,987)
17,931
(80)
67,567
-
70,734
-
48,431
(36,987)
17,931
(80)
67,567
-
Laporan Tahunan 2013
117
118
Bank Yudha Bhakti
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 120
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Laporan Tahunan 2013
119
TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) bagi Bank Yudha Bhakti merupakan suatu konsep bahwa Bank memiliki berbagai bentuk tanggungjawab terhadap seluruh pemangku kepentingan, yang diantaranya adalah konsumen/nasabah, karyawan, pemegang saham, dan lingkungan dalam segala aspek operasional Bank yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
120
Bank Yudha Bhakti
Bank Yudha Bhakti memiliki komitmen untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui penyelenggaraan CSR sebagai bentuk kepedulian perusahaan dalam bidang sosial dan lingkungan untuk berperan serta dalam pembangunan berkelanjutan.
Realisasi program CSR sampai dengan akhir Desember 2013 dikhususkan pada kegiatan yang berkaitan dengan bidang sosial. Bank Yudha Bhakti telah melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya adalah:
Program CSR Bank Yudha Bhakti dimaksudkan untuk dapat mendukung terjalinnya hubungan yang serasi dan seimbang antara perusahaan dengan masyarakat, dan lingkungan sesuai dengan nilai, norma dan budaya masyarakat. Sebagai perusahaan yang berinteraksi dengan masyarakat, perusahaan memberi nilai lebih kepada masyarakat selaku stakeholder. Untuk itu, perusahaan memasukkan program CSR sebagai bagian dari proses bisnis perusahaan.
Bantuan bagi korban bencana banjir di DKI Jakarta. Program bedah rumah bagi pensiunan ASABRI.
Apa yang dilakukan oleh Bank Yudha Bhakti merupakan wujud dan komitmen perusahaan pada prinsip-prinsip berkelanjutan, sekaligus bagaimana Bank Yudha Bhakti dapat menjadi pemberi solusi di suatu lingkungan masyarakat, selain Bank Yudha Bhakti juga ingin memberikan kontribusi terhadap peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan pensiunan khususnya.
Laporan Tahunan 2013
121
122
Bank Yudha Bhakti
LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN AUDITED 124
Laporan Keuangan Tahun 2014
Laporan Tahunan 2013
123
124
Bank Yudha Bhakti
Laporan Tahunan 2013
125
126
Bank Yudha Bhakti
Laporan Tahunan 2013
127
128
Bank Yudha Bhakti
Laporan Tahunan 2013
129
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 1.
UMUM a. Pendirian dan Informasi Umum Bank PT Bank Yudha Bhakti (selanjutnya disebut “Bank”) berkedudukan di Jakarta, didirikan berdasarkan Akta Nomor 68 tanggal 19 September 1989, kemudian diubah dengan Akta Nomor 13 tanggal 2 Nopember 1989 keduanya dibuat di hadapan Amrul Partomuan, Sarjana Hukum, Master of Laws, Notaris di Jakarta. Akta Pendirian tersebut telah mendapat Pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melaui Surat Keputusannya Nomor C2-10215.HT.01.01.TH’89 tanggal 7 Nopember 1989 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Nomor 99 tanggal 12 Desember 1989 Tambahan Nomor 3470/1989. Akta Pendirian tersebut telah mengalami beberapa perubahan dan penambahan yang kemudian diubah seluruhnya serta disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas berdasarkan Akta Nomor 02 tanggal 3 Nopember 2008 yang dibuat dihadapan Pudji Rejeki Irawati, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, yang telah mendapat Persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusannya Nomor AHU-06842.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 11 Maret 2009, serta telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Nomor 62 tanggal 4 Agustus 2009 Tambahan Nomor 20688/2009. Akta mana untuk selanjutnya kembali mengalami perubahan dan penambahan, terakhir berdasarkan Akta Nomor 05.- tanggal 11 Desember 2013 yang dibuat dihadapan Agung Iriantoro, Sarjana Hukum, Magister Hukum, Notaris di Jakarta, tentang Susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan. Akta tersebut telah dilaporkan dan diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan diterima berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar PT Bank Yudha Bhakti Nomor AHU-AH.01.1001655 tanggal 16 Januari 2014. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah melakukan usaha dibidang jasa perbankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Izin usaha sebagai Bank Umum diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor 1344/KMK.013/1989 tanggal 9 Desember 1989. Bank mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 9 Januari 1990. Bank berkantor pusat di Jakarta dan mempunyai 6 (enam) kantor cabang, 20 (dua puluh) kantor cabang pembantu, dan 5 (lima) kantor kas, dengan rincian sebagai berikut - Kantor Pusat - Data Center
: Gedung Primagraha Persada Jl. Gedung Kesenian No. 3-7, Jakarta Pusat : Komplek Permata Pancoran Blok D No. 16-17 Jl. Raya Pasar Minggu 32, Jakarta Selatan
Kantor Cabang (KC) -
130
KC Surabaya KC Bandung KC Semarang KC Medan KC Palembang KC Pekanbaru
Bank Yudha Bhakti
Kantor Cabang Pembantu (KCP) - KCP Asabri - KCP Duta Mas - KCP Cempaka Mas - KCP Kwitang - KCP Cideng - KCP Tanjung Duren - KCP Pancoran - KCP Kelapa Gading - KCP Ciputat - KCP Kebon Jeruk
-
KCP Tanjung Priok KCP Klender KCP Cipinang KCP Serpong (BSD) KCP Bekasi KCP Kuningan KCP Depok KCP SIER KCP Ngagel KCP Cimahi
Kantor Kas -
KK Kemhan KK Aldiron KK UPN KK Matraman KK Setiabudi, Medan
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 1.
UMUM (lanjutan) b. Komposisi Manajemen Bank Susunan pengurus Bank berdasarkan Akta Notaris Agung Iriantoro, Sarjana Hukum, Magister Hukum Nomor 05 tanggal11 Desember 2013, dan berdasarkan Akta Notaris Pudji Redjeki Irawati, Sarjana Hukum Nomor 47 tanggal 21 Desember 2012, Notaris di Jakarta Pusat, adalah sebagai berikut : -
-
-
Direksi : Direktur Utama
:
2013 Michael Hoetabarat
Direktur Komersial
:
Dian Savitry
Direktur Operasi Direktur Kepatuhan
: :
Syahril Yoserizal Iim Wardiman
2012 Yosi Mas Muhammad Yusuf (Pjs.) Yosi Mas Muhammad Yusuf Syahril Yoserizal Syahril Yoserizal (Pjs.)
Komisaris Utama/Independen Komisaris Independen
:
2013 Suprihadi, SIP.
2012 Suprihadi, SIP.
Komisaris
:
Komisaris
:
I Putu Soekreta Soeranta Tjandra Mindharta Gozali Rianzi Julidar, SIP., SH., M.Sc.
I Putu Soekreta Soeranta Tjandra Mindharta Gozali Rianzi Julidar, SIP., SH., M.Sc.
2013 Suprihadi, S.IP Didid Hari Basuki R. Rivai M. Noer Adi Priyono
2012 Suprihadi, S.IP Didid Hari Basuki R. Rivai M. Noer Adi Priyono
Dewan Komisaris :
:
Komite Audit : Ketua Sekertaris Anggota Anggota
: : : :
Laporan keuangan ini diotorisasi oleh Direksi pada tanggal 19 Maret 2014. 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING Kebijakan akuntansi yang penting, yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan Bank untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: Indeks Kebijakan Akuntansi: a. Pernyataan Kepatuhan b. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan c. Penggunaan penilaian, perkiraan dan asumsi d. Perubahan kebijakan akuntansi e. Penjabaran mata uang asing f. Kelangsungan Usaha g. Aset dan Liabilitas Keuangan h. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain i. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Laporan Tahunan 2013
131
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) Indeks Kebijakan Akuntansi (lanjutan): j. Efek-efek k. Kredit yang Diberikan l. Penyertaan Saham m. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan n. Aset Tetap o. Agunan yang Diambil Alih (AYDA) p. Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset yang bukan aset keuangan q. Simpanan dari Nasabah r. Modal Saham s. Imbalan Kerja t. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga u. Pengakuan Pendapatan Provisi dan Komisi v. Pajak Penghasilan Badan w. Transaksi dengan Pihak Berelasi x. Laba per Saham y. Segmen Pelaporan a. Pernyataan Kepatuhan Laporan keuangan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. b. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan, kecuali untuk sebagai berikut : •
instrumen keuangan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diukur pada nilai wajar
•
tersedia untuk dijual aset keuangan dinyatakan sebesar nilai wajar
•
aset keuangan diakui dan kewajiban keuangan yang dikategorikan sebagai unsur yang dilindungi nilainya dalam kualifikasi adil nilai hubungan lindung nilai disesuaikan dengan perubahan nilai wajar yang berhubungan dengan risiko yang dilindung nilai
•
kewajiban untuk imbalan pasti diakui sebesar nilai tunai dari seluruh didefinisikan manfaat kewajiban kurang bersih dari aktiva program, ditambah keuntungan aktuarial, kurang biaya jasa lalu yang belum diakui dan kerugian aktuarial yang belum diakui.
Laporan keuangan menggunakan dasar akrual kecuali untuk laporan arus kas. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Untuk tujuan laporan arus kas, kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, aset keuangan yang dimiliki untuk perdagangan dan investasi efek yang jatuh tempo sampai dengan tiga bulan sejak tanggal perolehan, selama tidak sedang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman atau dibatasi penggunaannya. Laporan keuangan disajikan dalam Rupiah penuh, kecuali dinyatakan lain pada setiap catatan atas laporan keuangan. Kecuali dinyatakan di bawah ini, kebijakan akuntansi telah diterapkan secara konsisten dengan laporan keuangan tahunan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 yang telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
132
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) b. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan (lanjutan) Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik atas kinerja keuangan, karena sifat dan jumlahnya yang signifikan, beberapa item pendapatan dan beban telah disajikan secara terpisah. c. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan penggunaan estimasi dan asumsi. Hal tersebut juga mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan dalam proses penerapan kebijakan akuntansi Bank. Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan kegiatan terkini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan estimasi tersebut. Estimasi dan asumsi yang mendasari ditelaah secara berkelanjutan. Perubahan estimasi akuntansi diakui dalam periode dimana estimasi tersebut diubah dan dalam periode yang akan datang yang dipengaruhi oleh perubahan estimasi tersebut. Area yang kompleks atau memerlukan tingkat pertimbangan yang lebih tinggi atau area di mana asumsi dan estimasi dapat berdampak signifikan terhadap laporan keuangan Bank adalah sebagai berikut: 1) Sumber utama atas ketidakpastian estimasi 1.1 Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan Evaluasi atas kerugian penurunan nilai aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi dan efek utang yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual dijelaskan di Catatan 2k. Cadangan kerugian penurunan nilai terkait dengan pihak lawan spesifik dalam seluruh cadangan kerugian penurunan nilai dibentuk atas tagihan yang penurunan nilainya dievaluasi secara individual berdasarkan estimasi terbaik manajemen atas nilai tunai arus kas yang diharapkan akan diterima. Dalam menghitung cadangan kerugian penurunan nilai, manajemen membuat pertimbangan mengenai kondisi keuangan dari pihak lawan dan nilai neto yang dapat direalisasi dari agunan yang diterima. Setiap aset yang mengalami penurunan nilai dievaluasi, dan strategi penyelesaiannya serta estimasi arus kas yang dinilai dapat diperoleh kembali disetujui secara independen oleh bagian risiko kredit. Evaluasi cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif meliputi kerugian kredit yang melekat pada portofolio tagihan dengan karakteristik ekonomi yang serupa ketika terdapat bukti obyektif bahwa telah terjadi penurunan nilai tagihan dalam portofolio tersebut, namun penurunan nilai secara individu belum dapat diidentifikasi. Dalam menentukan perlunya untuk membentuk cadangan kerugian penurunan nilai secara kolektif, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas kredit, besarnya portofolio, konsentrasi kredit dan faktor-faktor ekonomi. Dalam mengestimasi cadangan yang dibutuhkan, asumsi-asumsi dibuat untuk menentukan model kerugian bawaan dan untuk menentukan parameter input yang diperlukan, berdasarkan pengalaman historis dan kondisi ekonomi saat ini. Ketepatan dari cadangan ini bergantung pada seberapa tepat estimasi arus kas masa depan untuk menentukan cadangan individual serta asumsi model dan parameter yang digunakan dalam penentuan cadangan kolektif.
Laporan Tahunan 2013
133
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) c. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi (lanjutan) 1.2 Penentuan nilai wajar Dalam menentukan nilai wajar atas aset keuangan dan liabilitas keuangan dimana tidak terdapat harga pasar yang dapat diobservasi, Bank harus menggunakan teknik penilaian seperti dijelaskan pada Catatan 2.f.4. Untuk instrumen keuangan yang jarang diperdagangkan dan tidak memiliki harga yang transparan, nilai wajarnya menjadi kurang obyektif dan karenanya, membutuhkan tingkat pertimbangan yang beragam, tergantung pada likuiditas, konsentrasi, ketidakpastian faktor pasar, asumsi penentuan harga, dan risiko lainnya yang mempengaruhi instrumen tertentu. 1.3 Aset pajak tangguhan Aset pajak tangguhan diakui atas jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recoverable) pada periode mendatang sebagai akibat perbedaan temporer yang boleh dikurangkan. Justifikasi manajemen diperlukan untuk menentukan jumlah aset pajak tangguhan yang dapat diakui, sesuai dengan waktu yang tepat dan tingkat laba fiskal di masa mendatang sejalan dengan strategi rencana perpajakan ke depan. 1.4 Imbalan Pasca Kerja Program-program imbalan pasca kerja ditentukan berdasarkan perhitungan aktuarial. Perhitungan aktuarial menggunakan asumsi-asumsi seperti tingkat diskonto, tingkat pengembalian aset, tingkat kenaikan penghasilan, tingkat kematian, tingkat pengunduran diri, dan lain-lain. 2) Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank meliputi: 2.1 Usaha yang berkelanjutan Manajemen Bank telah melakukan penilaian atas kemampuan Bank untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan berkeyakinan bahwa Bank memiliki sumber daya untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Selain itu, manajemen tidak mengetahui adanya ketidakpastian material yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan terhadap kemampuan Bank untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, laporan keuangan telah disusun atas dasar usaha yang berkelanjutan. 2.2 Penilaian instrumen keuangan Kebijakan akuntansi Bank untuk pengukuran nilai wajar dibahas di Catatan 2.f.4. Bank mengukur nilai wajar dengan menggunakan hirarki dari metode berikut:
134
Bank Yudha Bhakti
Harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen keuangan yang sejenis.
Teknik penilaian berdasarkan input yang dapat diobservasi. Termasuk dalam kategori ini adalah instrumen keuangan yang dinilai dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif dari instrumen yang sejenis; harga kuotasi untuk instrumen keuangan yang sejenis di pasar yang kurang aktif; atau teknik penilaian lainnya dimana seluruh input signifikan yang digunakan dapat diobservasi secara langsung ataupun tidak langsung dari data yang tersedia di pasar.
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) c. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi (lanjutan) 2) Pertimbangan akuntansi yang penting dalam menerapkan kebijakan akuntansi Bank (lanjutan): 2.2 Penilaian instrumen keuangan (lanjutan) Nilai wajar dari aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif didasarkan pada kuotasi harga pasar atau kuotasi dari harga dealer. Untuk seluruh instrumen keuangan lainnya, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian termasuk model nilai tunai dan arus kas yang didiskontokan, dan perbandingan dengan instrumen yang sejenis dimana terdapat harga pasar yang dapat diobservasi. Asumsi dan input yang digunakan dalam teknik penilaian termasuk suku bunga bebas risiko (risk-free) dan suku bunga acuan, credit spread dan variabel lainnya yang digunakan dalam mengestimasi tingkat diskonto, harga obligasi, kurs mata uang asing, serta tingkat kerentanan dan korelasi harga yang diharapkan. Tujuan dari teknik penilaian adalah penentuan nilai wajar yang mencerminkan harga dari instrumen keuangan pada tanggal pelaporan yang akan ditentukan oleh para partisipan di pasar dalam suatu transaksi yang wajar. 2.3 Klasifikasi aset dan liabilitas keuangan Kebijakan akuntansi Bank memberikan kriteria untuk menetapkan kategori aset dan liabilitas keuangan pada saat pengakuan awal sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku berdasarkan kondisi tertentu:
Dalam mengklasifikasikan aset keuangan ke dalam kelompok “diperdagangkan”, Bank telah menetapkan bahwa aset tersebut sesuai dengan definisi aset dalam kelompok diperdagangkan yang dijabarkan di Catatan 2.f.1.
Dalam mengklasifikasikan aset keuangan sebagai “dimiliki hingga jatuh tempo”, Bank telah menetapkan bahwa Bank memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga tanggal jatuh tempo seperti yang dipersyaratkan (Catatan 2.f.1).
d. Perubahan kebijakan akuntansi Revisi atas PSAK 38, “Kombinasi Bisnis pada Entitas Sepengendali”, PSAK 60, "Instrumen Keuangan: Penyajian", dan pencabutan atas PSAK 51, “Akuntansi Kuasi-Reorganisasi” yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2013. Dampak dari perubahan kebijakan akuntansi Bank sehubungan dengan implementasi dari standar akuntansi baru di atas tidak signifikan kecuali untuk area berikut ini: Pengungkapan Instrumen Keuangan Bank mengimplementasikan PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”, yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012. Perubahan signifikan dari standar akuntansi tersebut terhadap Bank adalah sebagai berikut:
Bank mengklasifikasikan pengukuran nilai wajar dengan menggunakan hirarki nilai wajar yang mencerminkan signifikansi input yang digunakan dalam melakukan pengukuran. Hirarki nilai wajar memiliki tingkat sebagai berikut:
Laporan Tahunan 2013
135
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) d. Perubahan kebijakan akuntansi (lanjutan) i.
Harga kuotasian (tidak disesuaikan) dalam pasar aktif untuk aset dan liabilitas yang identik (Tingkat 1);
ii.
Input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi untuk aset dan liabilitas baik secara langsung (misalnya harga) atau secara tidak langsung (misalnya derivasi dari harga) (Tingkat 2); dan
iii. Input untuk aset dan liabilitas yang bukan berdasarkan data pasar yang dapat diobservasi (input yang tidak dapat diobservasi) (Tingkat 3).
Untuk pengukuran nilai wajar yang diakui dalam laporan posisi keuangan untuk setiap kelompok instrumen keuangan, Bank mengungkapkan: i.
Tingkat pada hirarki nilai wajar dimana pengukuran nilai wajar dikategorikan secara keseluruhan, memisahkan pengukuran nilai wajar sesuai tingkat yang ditentukan di atas.
ii.
Setiap pemindahan signifikan antara Tingkat 1 dan Tingkat 2 pada hirarki nilai wajar dan alasannya. Pemindahan ke dalam setiap tingkat diungkapkan dan dijelaskan secara terpisah dari pemindahan keluar dari setiap tingkat.
Pengungkapan risiko pasar: i.
Analisis sensitivitas untuk setiap jenis risiko pasar dimana entitas terekspos pada akhir tahun pelaporan yang menunjukkan bagaimana laba rugi dan ekuitas mungkin terpengaruh oleh perubahan pada variabel risiko yang relevan pada tanggal tersebut;
ii.
Metode dan asumsi yang digunakan dalam menyusun analisis sensitivitas; dan
iii. Perubahan metode dan asumsi yang digunakan tahun sebelumnya dan alasan perubahannya. Penerapan ISAK 21, “Perjanjian Konstruksi Real Estate” dan pencabutan PSAK 44, “Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate” yang seharusnya berlaku sejak 1 Januari 2013 telah ditunda sampai pemberitahuan lebih lanjut oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Manajemen berpendapat bahwa penerapan dan pencabutan Interpretasi dan Standar tersebut di atas tidak memiliki dampak terhadap laporan keuangan Bank. Bank masih menganalisa dampak penerapan interpretasi baru berikut yang berlaku sejak 1 Januari 2014 terhadap laporan keuangan interim Bank: - ISAK 27, “Pengalihan Aset dari Pelanggan”; - ISAK 28, “Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas”; - ISAK 29, “Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada Pertambangan Terbuka”. Informasi komparatif telah disajikan kembali agar sesuai dengan standar tersebut. Karena perubahan pada kebijakan akuntansi hanya mempengaruhi aspek pengungkapan, maka tidak ada dampak terhadap laba per saham.
136
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) e. Penjabaran mata uang asing Mata uang fungsional dan penyajian Item-item yang disertakan dalam laporan keuangan Bank diukur menggunakan mata uang yang sesuai dengan lingkungan ekonomi utama di mana Bank beroperasi (“mata uang fungsional”). Laporan keuangan disajikan dalam Rupiah yang merupakan mata uang fungsional dan mata uang penyajian Bank. Transaksi dan saldo Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada setiap tanggal pelaporan, aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah menggunakan kurs penutup. Kurs yang digunakan sebagai acuan adalah kurs yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari penyelesaian transaksi dalam mata uang asing dan dari penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing diakui di dalam laporan laba rugi, kecuali jika ditangguhkan di dalam ekuitas sebagai lindung nilai arus kas dan lindung nilai investasi bersih yang memenuhi syarat. Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang berhubungan dengan aset dan liabilitas keuangan disajikan pada laporan laba rugi sebagai “pendapatan operasional lainnya”. Keuntungan atau kerugian neto selisih kurs lainnya disajikan pada laporan laba rugi sebagai “(kerugian)/keuntungan lain-lain – neto”. Perubahan nilai wajar efek moneter yang didenominasikan dalam mata uang asing yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual dianalisa antara selisih pejabaran yang timbul dari perubahan biaya perolehan diamortisasi efek dan perubahan nilai tercatat efek lainnya. Selisih penjabaran terkait dengan perubahan biaya perolehan diamortisasi diakui di dalam laporan laba rugi, dan perubahan nilai tercatat lainnya diakui pada laba komprehensif lainnya. Selisih penjabaran aset dan liabilitas keuangan non-moneter yang dicatat pada nilai wajar diakui sebagai bagian keuntungan atau kerugian perubahan nilai wajar. Sebagai contoh, selisih penjabaran aset dan liabilitas keuangan non-moneter seperti ekuitas yang dimiliki dan dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba rugi sebagai bagian keuntungan atau kerugian nilai wajar dan selisih penjabaran pada aset nonmoneter seperti ekuitas yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya. f. Kelangsungan Usaha Laporan keuangan Bank telah disusun dengan anggapan Bank akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Manajemen Bank telah melakukan pengukuran atas kondisi Bank saat ini, dan hasil pengukuran tersebut menyimpulkan bahwa tidak terdapat kondisi, peristiwa, dan ketidakpatuhan yang menyebabkan Bank tidak dapat melanjutkan atau diberhentikan usahanya. Manajemen Bank berkeyakinan bahwa Bank memiliki kemampuan dan sumber daya yang cukup untuk melanjutkan usahanya secara berkelanjutan.
Laporan Tahunan 2013
137
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) g. Aset dan Liabilitas Keuangan Aset keuangan Bank terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada bank lain dan Bank Indonesia, efek-efek, pinjaman yang diberikan, dan aset lain-lain (piutang bunga dan piutang lain-lain). Liabilitas keuangan Bank terdiri dari simpanan nasabah dan liabilitas lain-lain. 1) Klasifikasi: Berdasarkan PSAK No. 55, aset keuangan diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut pada saat pengakuan awal: a) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, b) Aset keuangan tersedia untuk dijual, c) Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, dan d) Pinjaman yang diberikan dan piutang. Liabilitas keuangan diklasifikasikan ke dalam kategori sebagai berikut pada saat pengakuan awal: a) Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi b) Liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi. Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut. Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. Pada posisi tanggal 31 Maret 2013 dan 2012, Bank memiliki aset keuangan dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo serta pinjaman yang diberikan dan piutang. a) Aset Keuangan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta manajemen mempunyai intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali: (1) Investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; (2) Investasi yang ditetapkan oleh entitas dalam kelompok tersedia untuk dijual; dan (3) Investasi yang memiliki definisi pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif. Pendapatan bunga dari investasi dimiliki hingga jatuh tempo dicatat dalam laporan laba rugi dan diakui sebagai “Pendapatan Bunga”. Ketika penurunan nilai terjadi, kerugian penurunan nilai diakui sebagai pengurang dari nilai tercatat investasi dan diakui di dalam laporan keuangan sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). b) Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi dipasar aktif, kecuali:
138
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) g. Aset dan Liabilitas Keuangan (lanjutan) 1) Klasifikasi (lanjutan): (1) Yang dimaksudkan oleh Bank untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan, serta yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; (2) Yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau (3) Dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang dicatat di dalam laporan laba rugi dan dilaporkan sebagai “Pendapatan Bunga”. Dalam hal terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diakui dalam laporan laba rugi sebagai “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). 2) Pengakuan Entitas menggunakan akuntansi tanggal penyelesaian untuk mencatat transaksi aset keuangan yang lazim (reguler). Aset keuangan yang dialihkan kepada pihak ketiga tetapi tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan disajikan di dalam neraca sebagai “Aset yang dijaminkan”, jika pihak penerima memiliki hak untuk menjual atau mentransfer kembali.
3) Penghentian Pengakuan Aset Penghentian pengakuan aset keuangan dilakukan ketika hak kontraktual untuk atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir, atau ketika aset keuangan tersebut telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset telah ditransfer (jika, secara substansial seluruh risiko dan manfaat tidak ditransfer, maka Bank melakukan evaluasi untuk memastikan keterlibatan berkelanjutan atas kontrol yang masih dimiliki tidak mencegah penghentian pengakuan). Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya ketika kewajiban telah dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa. Bank mengklasifikasikan liabilitas keuangan dalam kategori: a) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Kategori ini terdiri dari dua sub kategori, yaitu: Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dan kewajiban keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan Bank untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat atau jika merupakan bagian dari portfolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini.
Laporan Tahunan 2013
139
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) g. Aset dan Liabilitas Keuangan (lanjutan) a) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (lanjutan) Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat dalam laporan laba rugi sebagai “keuntungan/kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan”. Beban bunga dari kewajiban keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat di dalam “Beban Bunga”. Jika Bank pada pengakuan awal telah menetapkan instrumen hutang tertentu sebagai nilai wajar melalui laporan laba rugi (opsi nilai wajar), maka selanjutnya, penetapan ini tidak dapat diubah. Berdasarkan PSAK 55 instrumen hutang yang diklasifikasikan sebagai opsi nilai wajar, terdiri dari kontrak utama dan derivatif melekat yang harus dipisahkan. Perubahan nilai wajar terkait dengan kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui di dalam ”Keuntungan/kerugian dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan”. b) Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi. Setelah pengakuan awal, Bank mengukur seluruh liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
3) Saling hapus Aset dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.
4) Pengukuran nilai wajar Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan, atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction) pada tanggal pengukuran. Jika tersedia, Bank mengukur nilai wajar instrumen keuangan dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk instrumen tersebut. Suatu pasar dianggap aktif jika harga kuotasi sewaktu-waktu dan secara berkala tersedia dan mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. Jika pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, Bank menentukan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian mencakup penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang memahami, berkeinginan, dan jika tersedia, referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama, penggunaan analisa arus kas yang didiskonto dan penggunaan model penetapan harga opsi (option pricing model).
140
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) g. Aset dan Liabilitas Keuangan (lanjutan) 4) Pengukuran nilai wajar (lanjutan) Teknik penilaian yang dipilih memaksimalkan penggunaan input pasar, dan meminimalkan penggunaan estimasi yang bersifat spesifik dari Bank memasukkan semua faktor yang akan dipertimbangkan oleh para pelaku pasar dalam menetapkan suatu harga dan konsisten dengan metodologi ekonomi yang diterima dalam penetapan harga instrumen keuangan. Input yang digunakan dalam teknik penilaian secara memadai mencerminkan ekspektasi pasar dan ukuran atas faktor risiko dan pengembalian (risk-return) yang melekat pada instrumen keuangan. Bank mengkalibrasi teknik penilaian dan menguji validitasnya dengan menggunakan harga-harga dari transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi untuk instrumen yang sama atau atas dasar data pasar lainnya yang tersedia yang dapat diobservasi. Bukti terbaik atas nilai wajar instrumen keuangan pada saat pengakuan awal adalah harga transaksi, yaitu nilai wajar dari pembayaran yang diberikan atau diterima, kecuali jika nilai wajar dari instrumen keuangan tersebut ditentukan dengan perbandingan terhadap transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi dari suatu instrumen yang sama (yaitu tanpa modifikasi atau pengemasan ulang) atau berdasarkan suatu teknik penilaian yang variabelnya hanya menggunakan data dari pasar yang dapat diobservasi. Jika harga transaksi memberikan bukti terbaik atas nilai wajar pada saat pengakuan awal, maka instrumen keuangan pada awalnya diukur pada harga transaksi dan selisih antara harga transaksi dan nilai yang sebelumnya diperoleh dari model penilaian diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian setelah pengakuan awal tergantung pada masing-masing fakta dan keadaan dari transaksi tersebut namun tidak lebih lambat dari saat penilaian tersebut didukung sepenuhnya oleh data dari pasar yang dapat diobservasi atau saat transaksi ditutup. Nilai wajar mencerminkan risiko kredit atas instrumen keuangan dan termasuk penyesuaian yang dilakukan untuk memasukkan risiko kredit Bank dan pihak lawan, mana yang lebih sesuai. Estimasi nilai wajar yang diperoleh dari model penilaian akan disesuaikan untuk mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti risiko likuiditas atau ketidakpastian model penilaian, sepanjang Bank yakin bahwa keterlibatan suatu pasar pihak ketiga akan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam penerapan harga suatu transaksi. Aset keuangan dan posisi long diukur menggunakan harga penawaran, liabilitas keuangan dan posisi short diukur menggunakan harga permintaan. Jika Bank memiliki posisi aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling hapus, maka Bank dapat menggunakan nilai tengah dari harga pasar sebagai dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan menerapkan penyesuaian terhadap harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka netto (net open position), mana yang lebih sesuai. h. Giro pada Bank Indonesia dan Giro Bank Lain Giro pada Bank Indonesia disajikan pada saldo penempatan. Giro pada bank lain disajikan sebesar saldo penempatan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Giro pada Bank Indonesia dan Bank Lain diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang.
Laporan Tahunan 2013
141
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) h. Giro pada Bank Indonesia dan Giro Bank Lain (lanjutan) Pada tanggal 4 Oktober 2010, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing dan perubahannya PBI No.13/10/PBI/2011 tanggal 9 Februari 2011. Bank wajib memenuhi : a. GWM dalam Rupiah terdiri dari: - GWM Primer, sebesar 8% dari DPK dalam Rupiah - GWM Sekunder, sebesar 2,5% dari DPK dalam Rupiah - GWM LDR, sebesar perhitungan antara Parameter Disinsentif Bawah atau Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR Target dengan memperhatikan selisih antara KPMM bank dan KPMM Insentif. Besaran dan parameter yang digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam rupiah ditetapkan sebagai berikut: a. Batas bawah LDR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan persen). b. Batas atas LDR Target sebesar 100% (seratus persen). c. KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen). d. Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu). e. Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua). b. GWM dalam valuta asing sebesar 8% dari DPK dalam valuta asing. Tata cara pemenuhan Giro Wajib Minimum berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.12/19/PBI/2010 tanggal 4 Oktober 2010: - Pemenuhan GWM Primer dalam Rupiah dihitung dengan membandingkan saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya. - Pemenuhan GWM Sekunder dalam Rupiah dihitung dengan membandingkan jumlah SBI, SUN, SBSN dan/atau Exess Reserve setiap akhir hari dalam 1 (satu) masa laporan terhadap rata-rata harian jumlah DPK dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua) masa laporan sebelumnya. i. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia disajikan sebesar saldo penempatan setelah dikurangi bunga diterima dimuka, serta penempatan pada bank lain dinyatakan sebesar saldo penempatan. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo. Mulai tahun buku 2012 Bank tidak membentuk cadangan kerugian penurunan nilai tersebut karena tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai.
142
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) j. Efek-Efek Efek-efek yang dimiliki oleh Bank berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Efek-efek dalam kelompok tersedia untuk dijual pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi. Setelah pengakuan awal, efek-efek yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual dinyatakan pada nilai wajarnya. Pendapatan bunga diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Perubahan nilai wajar lainnya diakui secara langsung sebagai pendapatan komprehensif lain sampai investasi tersebut dijual atau mengalami penurunan nilai, pada saat mana keuntungan dan kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui sebagai pendapatan komprehensif lain direklasifikasi ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi. Nilai wajar ditentukan berdasarkan harga kuotasi pasar yang berlaku. Manajemen akan menentukan nilai wajar efek-efek berdasarkan model yang dikembangkan secara internal dan estimasi terbaik, jika harga pasar yang dapat diandalkan tidak tersedia. Amortisasi premi/diskonto untuk efek-efek yang tersedia untuk dijual dilakukan sejak tanggal perolehan sampai dengan tanggal jatuh tempo berdasarkan metode suku bunga efektif. Penurunan nilai wajar di bawah harga perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto) yang tidak bersifat sementara dicatat sebagai penurunan permanen nilai investasi dan dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan. k. Kredit yang Diberikan Pinjaman yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pinjaman yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian pinjaman. Pinjaman yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit cadangan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan, pada tahun berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan. Penerimaan kembali atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun sebelumnya dicatat sebagai pendapatan operasional lainnya. Pada setiap tanggal neraca, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti yang obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
Laporan Tahunan 2013
143
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) l. Penyertaan Saham Penyertaan merupakan penanaman dana dalam bentuk saham pada perusahaan non-publik yang bergerak di bidang jasa keuangan yang tidak melalui pasar modal untuk tujuan jangka panjang. Penyertaan saham di perusahaan asosiasi dengan persentase kepemilikan 20% sampai dengan 50% dicatat dengan metode ekuitas yaitu penyertaan dicatat sebesar biaya perolehan disesuaikan dengan bagian Bank atas ekuitas perusahaan asosiasi dan dikurangi dengan penerimaan dividen sejak tanggal perolehan, dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai. Untuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan di bawah 20% dicatat dengan metode biaya. Dengan metode ini, penyertaan saham dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan nilai. Pada tanggal neraca penyertaan ini disajikan sesuai dengan PSAK 50 (revisi 2011). Pendapatan dividen diakui pada saat keputusan pembagian dividen diumumkan. Cadangan kerugian penurunan nilai atas penyertaan dibentuk apabila berdasarkan pendapat manajemen terdapat penurunan nilai secara permanen atas nilai penyertaan. Pada setiap tanggal neraca, bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. m. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan Pada setiap akhir periode pelaporan, Bank menilai apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai terjadi hanya jika terdapat bukti objektif bahwa penurunan nilai merupakan akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset (peristiwa kerugian) dan peristiwa kerugian (atau peristiwa) tersebut memiliki dampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal. Kriteria yang digunakan oleh entitas untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut: 1) Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak debitur; 2) Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga; 3) Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak debitur, memberikan keringanan (konsensi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut; 4) Terdapat kemungkinan bahwa pihak debitur akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya; 5) Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan; atau
144
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) m. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan (lanjutan) Kriteria yang digunakan oleh entitas untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut: (lanjutan) 6) Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual terhadap kelompok aset tersebut, termasuk: a) Memburuknya status pembayaran pihak debitur dalam kelompok tersebut; dan b) Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atau aset dalam kelompok tersebut. Estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian ditentukan oleh manajemen untuk setiap portofolio diidentifikasi. Pada umumnya, periode tersebut bervariasi antara 3 dan 12 bulan, untuk kasus tertentu diperlukan periode yang lebih lama. Bank pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual, dan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak maka Bank memasukkan aset tersebut ke dalam aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Jumlah penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat nilai kini aset keuangan dengan estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai diakui pada laporan laba rugi. Jika pinjaman yang diberikan atau investasi dimiliki hinggga jatuh tempo memiliki suku bunga variabel, maka diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku ditetapkan dalam kontrak. Sebagai panduan praktis, Bank dapat mengukur penurunan nilai berdasarkan nilai wajar instrumen dengan menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi. Dalam mengevaluasi penurunan nilai secara kolektif, Bank menggunakan model statistik dari tren probability of default (PD) di masa lalu, waktu pemulihan dan jumlah kerugian yang terjadi, yang disesuaikan dengan pertimbangan manajemen mengenai apakah kondisi ekonomi dan kondisi kredit saat ini mungkin menyebabkan kerugian aktual lebih besar atau lebih kecil daripada yang dihasilkan oleh model statistik. Tingkat wanprestasi, tingkat kerugian dan waktu pemulihan yang diharapkan di masa datang secara berkala dibandingkan dengan hasil aktual yang diperoleh untuk memastikan bahwa model statistik yang digunakan masih memadai. Jika persyaratan kredit, piutang atau efek yang dimiliki hingga jatuh tempo dinegosiasi ulang atau dimodifikasi karena debitur atau penerbit mengalami kesulitan keuangan, maka penurunan nilai diukur dengan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah. Untuk investasi pada instrumen ekuitas yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, penurunan nilai wajar efek yang signifikan dan berkepanjangan di bawah harga perolehan dapat dianggap sebagai indikator bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai.
Laporan Tahunan 2013
145
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) m. Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dari Aset Keuangan (lanjutan) Aset dicatat sebesar harga perolehan diamortisasi Untuk kategori pinjaman yang diberikan dan piutang, jumlah kerugian diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset dan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang diestimasi (tidak termasuk kerugian kredit masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut. Nilai tercatat aset dikurangi dan jumlah kerugian diakui pada laporan laba rugi. Jika pinjaman yang diberikan memiliki tingkat bunga mengambang, tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur kerugian penurunan nilai adalah tingkat bunga efektif saat ini yang ditentukan dalam kontrak. Untuk alasan praktis, Bank dapat mengukur penurunan nilai berdasarkan nilai wajar instrumen dengan menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi. Jika, pada periode selanjutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan tersebut dapat dihubungkan secara objektif dengan peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (misalnya meningkatnya peringkat kredit debitur), pemulihan atas jumlah penurunan nilai yang telah diakui sebelumnya diakui pada laporan laba rugi. Aset diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual Jika terdapat bukti yang objektif atas penurunan nilai aset keuangan tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif diukur sebagai selisih antara harga perolehan akuisisi dan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai atas aset keuangan tersebut yang sebelumnya diakui pada laporan laba rugi – dipindahkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi. Kerugian penurunan nilai instrumen ekuitas yang diakui pada laporan laba rugi tidak dapat dipulihkan melalui laporan laba rugi. Jika, pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen utang yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual meningkat dan peningkatannya dapat dihubungkan secara objektif dengan peristiwa setelah penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi, kerugian penurunan nilai dipulihkan melalui laporan laba rugi. Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapusbuku dengan menjurnal balik Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. Kredit tersebut baru dapat dihapusbuku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan dan efek-efek serta Obligasi Pemerintah (di dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang) diklasifikasikan kedalam “Cadangan Kerugian Penurunan Nilai” (CKPN). Jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur), maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi. n. Aset Tetap Aset tetap pada awalnya dinyatakan sebesar harga perolehan. Setelah pengukuran awal, aset tetap diukur dengan model biaya, dicatat pada harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai. Tanah dinyatakan sebesar harga perolehan dan tidak disusutkan. Harga perolehan mencakup harga pembelian dan semua beban yang terkait secara langsung untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk memungkinkan aset tersebut beroperasi sebagaimana ditentukan oleh manajemen.
146
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) n. Aset Tetap (lanjutan) Biaya-biaya setelah pengakuan awal diakui sebagai bagian nilai tercatat aset atau sebagai aset yang terpisah, sebagaimana mestinya, hanya jika kemungkinan besar Bank mendapat manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut dan biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal. Nilai tercatat dari komponen yang diganti dihapuskan. Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan ke dalam laporan laba rugi dalam periode keuangan ketika biaya-biaya tersebut terjadi. Biaya legal awal untuk mendapatkan hak legal diakui sebagai bagian biaya akuisisi tanah, biaya-biaya tersebut tidak didepresiasikan. Biaya terkait dengan pembaruan hak atas tanah diakui sebagai aset takberwujud dan diamortisasi sepanjang umur hukum hak. Penyusutan aset tetap selain tanah dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) untuk mengalokasikan harga perolehan hingga mencapai nilai sisanya sepanjang estimasi masa manfaatnya sebagai berikut: Tarif penyusutan Bangunan Perangkat lunak mini komputer Inventaris kantor dan peralatan kantor Kendaraan Komputer Perangkat keras mini komputer
5% 25% 12,5% & 25% 12,5% & 25 % 25% 25%
Pada setiap tanggal neraca, Bank melakukan penelaahan untuk menetapkan sisa masa manfaat, mengindentifikasi apakah terjadi perubahan di dalam nilai residu dan metode akuntansi, serta untuk memutuskan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Apabila aset tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari laporan posisi keuangan, dan keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Beban perbaikan dan pemeliharaan dibebankan ke dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Beban renovasi dan penambahan yang jumlahnya signifikan dicatat sebagai bagian dari nilai tercatat aset yang bersangkutan apabila kemungkinan besar Bank akan mendapatkan manfaat ekonomi masa depan dari aset tersebut yang melebihi standar kinerja yang diperkirakan sebelumnya. Apabila nilai tercatat aset lebih besar dari nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai yang dipakai. Akumulasi biaya konstruksi bangunan dan pemasangan peralatan kantor dikapitalisasi sebagai aset dalam penyelesaian. Biaya tersebut direklasifikasi ke akun aset tetap pada saat proses konstruksi atau pemasangan selesai. Penyusutan dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan manajemen.
Laporan Tahunan 2013
147
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) n. Aset Tetap (lanjutan) Biaya bunga dan biaya pinjaman lainnya, seperti biaya diskonto pinjaman baik yang secara langsung atau tidak langsung digunakan untuk pendanaan konstruksi aset kualifikasian, dikapitalisasi hingga aset tersebut selesai dikonstruksi. Untuk biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung pada aset kualifikasian, jumlah yang dikapitalisasi ditentukan dari biaya pinjaman aktual yang terjadi selama periode berjalan, dikurangi penghasilan yang diperoleh dari investasi sementara atas dana hasil pinjaman tersebut. Untuk pinjaman yang tidak dapat diatribusikan secara langsung pada suatu aset kualifikasian, jumlah yang dikapitalisasi ditentukan dengan mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap jumlah yang dikeluarkan untuk memperoleh aset kualifikasian. Tingkat kapitalisasi dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang biaya pinjaman yang dibagi dengan jumlah pinjaman yang tersedia selama periode, selain pinjaman yang secara spesifik diambil untuk tujuan memperoleh suatu aset kualifikasian. o. Agunan yang Diambil Alih (AYDA) Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) adalah aset yang diperoleh Bank, baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual diluar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. AYDA merupakan jaminan kredit yang diberikan yang telah diambil alih sebagai bagian dari penyelesaian kredit yang diberikan dan disajikan pada “Aset Lain-lain”. Aset yang tidak digunakan adalah aset tetap dalam bentuk properti yang dimiliki oleh Bank tetapi tidak digunakan untuk kegiatan usaha operasional Bank. Agunan yang diambil alih sehubungan dengan penyelesaian kredit dinyatakan berdasarkan nilai terendah antara nilai tercatat pinjaman yang diberikan terkait atau nilai realisasi bersih dari agunan yang diambil alih. Nilai realisasi bersih adalah nilai wajar agunan yang diambil alih setelah dikurangi beban pelepasan. Selisih lebih antara nilai tercatat dan nilai realisasi bersih dicatat sebagai cadangan penurunan nilai dan dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan. Beban-beban yang berkaitan dengan pemeliharaan AYDA dan properti dibebankan ke laporan laba rugi tahun berjalan pada saat terjadinya. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. p. Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset yang bukan aset keuangan Nilai tercatat dari aset yang bukan aset keuangan milik Bank, kecuali aset pajak tangguhan, ditelaah setiap tanggal pelaporan untuk menentukan apakah terdapat indikasi penurunan nilai. Jika indikasi tersebut ada, maka nilai yang dapat dipulihkan dari aset tersebut akan diestimasi. Untuk goodwill dan aset takberwujud yang memiliki masa manfaat yang tidak dapat ditentukan atau tidak tersedia untuk digunakan, maka nilai yang dapat dipulihkan harus diestimasi setiap tahunnya pada saat yang sama. Nilai yang dapat diperoleh kembali dari suatu aset atau unit penghasil kas adalah sebesar jumlah yang lebih tinggi antara nilai pakainya dan nilai wajar aset atau unit penghasil kas dikurangi biaya untuk menjual. Dalam menilai nilai pakai, estimasi arus kas masa depan didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan penilaian pasar saat ini terhadap nilai kas kini dan risiko spesifik terhadap aset tersebut.
148
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) p. Cadangan kerugian penurunan nilai atas aset yang bukan aset keuangan (lanjutan) Untuk tujuan pengujian penurunan nilai, aset yang tidak dapat diuji secara individual akan digabungkan dalam kelompok yang lebih kecil yang memberikan arus kas masuk dari penggunaan berkelanjutan yang sebagian besar independen terhadap arus kas masuk atas aset lainnya atau kelompok aset (“Unit Penghasil Kas” atau “UPK”). Cadangan penurunan nilai diakui jika nilai tercatat dari suatu aset atau UPK melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali. Cadangan penurunan nilai diakui pada laporan laba rugi tahun berjalan. Cadangan penurunan nilai yang diakui pada tahun sebelumnya dinilai pada setiap tanggal pelaporan untuk melihat adanya indikasi bahwa kerugian telah menurun atau tidak ada lagi. Kerugian penurunan nilai dijurnal balik jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan dalam menentukan nilai yang dapat dipulihkan. Cadangan kerugian penurunan nilai dijurnal balik hanya hingga nilai tercatat aset tidak melebihi nilai tercatat yang telah ditentukan, dikurangi dengan depresiasi atau amortisasi, jika cadangan penurunan nilai tidak pernah diakui. Sebelum 1 Januari 2011, Bank membentuk cadangan penghapusan atas aset non-produktif sesuai dengan peraturan Bank Indonesia. Aset non-produktif terdiri dari agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening antar kantor dan suspense accounts. Setelah tanggal 1 Januari 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk cadangan penghapusan aset untuk aset non produktif, namun Bank tetap harus menghitung cadangan kerugian penghapusan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku. q. Simpanan dari Nasabah Simpanan nasabah pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Giro merupakan simpanan nasabah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat melalui cek, pemindahbukuan dengan bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya. Giro dinyatakan sebesar nilai kewajiban kepada pemegang giro. Tabungan merupakan simpanan nasabah yang penarikannya, hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati. Tabungan dinyatakan sebesar nilai kewajiban kepada pemilik tabungan. Deposito berjangka merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian dengan penyimpan/deposan. Deposito berjangka dinyatakan sebesar nilai nominal sesuai dengan perjanjian dengan deposan.
Laporan Tahunan 2013
149
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) r. Modal Saham Biaya tambahan yang secara langsung dapat diatribusikan kepada penerbitan saham biasa atau opsi disajikan pada ekuitas sebagai pengurang penerimaan, setelah dikurangi pajak. Ketika Bank membeli modal saham ekuitas entitas (saham treasuri), imbalan yang dibayar, termasuk biaya tambahan yang secara langsung dapat diatribusikan (dikurangi pajak penghasilan) dikurangkan dari ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik ekuitas entitas sampai saham tersebut dibatalkan atau diterbitkan kembali. Ketika saham biasa tersebut selanjutnya diterbitkan kembali, imbalan yang diterima, dikurangi biaya tambahan transaksi yang terkait dan dampak pajak penghasilan yang terkait dimasukkan pada ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik ekuitas entitas. s. Imbalan Kerja Imbalan kerja jangka pendek: Imbalan kerja jangka pendek diakui pada saat terhutang kepada karyawan berdasarkan metode akrual. Imbalan pasca kerja: Bank membukukan kewajiban estimasi manfaat karyawan sesuai dengan kebijakan Bank dan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003 serta PSAK No. 24 (Revisi) yang merupakan penerapan PSAK No.24. (Revisi 2004 ) tentang Imbalan Kerja. Kewajiban program imbalan pasti yang diakui di laporan posisi keuangan dihitung sebesar nilai kini dari estimasi kewajiban imbalan pasca-kerja di masa depan yang timbul dari jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa kini dan masa lalu, dikurangi dengan nilai wajar aset bersih dana pensiun. Perhitungan dilakukan oleh aktuaris independen dengan metode projected-unit-credit. Ketika imbalan pasca-kerja berubah, porsi kenaikan atau penurunan imbalan sehubungan dengan jasa yang telah diberikan oleh karyawan pada masa lalu dibebankan atau dikreditkan ke dalam laporan laba rugi dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) selama rata-rata sisa masa kerja karyawan hingga imbalan pasca kerja menjadi hak karyawan (vested). Imbalan pasca kerja yang telah menjadi hak karyawan diakui segera sebagai beban dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Keuntungan atau kerugian aktuaria diakui sebagai pendapatan atau beban apabila akumulasi keuntungan atau kerugian aktuaria bersih yang belum diakui pada akhir tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasca-kerja pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian diakui dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) selama sisa masa kerja rata-rata karyawan. Jika tidak, keuntungan atau kerugian aktuaria tidak diakui. Biaya jasa lalu diakui segera dalam laporan laba rugi, kecuali perubahan pada program pensiun tergantung pada kondisi pekerja memberikan jasanya selama periode tertentu (periode vesting). Dalam hal ini, biaya jasa lalu diamortisasi dengan metode garis lurus sepanjang periode vesting. Keuntungan dan kerugian dari kurtailmen atau penyelesaian program manfaat pasti diakui ketika kurtailmen atau penyelesaian tersebut terjadi.
150
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) t. Pengakuan Pendapatan dan Beban Bunga Pendapatan dan beban bunga untuk semua instrumen keuangan dengan interest bearing dicatat dalam pendapatan bunga dan beban bunga di dalam laporan laba rugi menggunakan metode suku bunga efektif. Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mengdiskontokan estimasi pembayaran atas penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau kewajiban keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, entitas mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli (call option) dan opsi serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa datang. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi, provisi, dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima oleh para pihak dalam kontrak yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi dan seluruh premi atau diskon lainnya. Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam menghitung penurunan nilai. u. Pengakuan Pendapatan Provisi dan Komisi Pendapatan provisi dan komisi diakui menggunakan basis akrual pada saat jasa telah diberikan. Pendapatan provisi atas komitmen memberikan pinjaman yang akan dicairkan (bersama-sama dengan biaya transaksi lain yang terkait langsung) diakui sebagai penyesuaian atas suku bunga efektif atas pinjaman yang diberikan. Pendapatan provisi atas pinjaman sindikasi diakui sebagai pendapatan ketika proses sindikasi telah selesai dan Bank tidak ambil bagian dalam pinjaman sindikasi atau telah mengambil bagian atas pinjaman sindikasi dengan suku bunga efektif yang sama dengan peserta lainnya. Pendapatan provisi dan komisi yang timbul dari negosiasi, partisipasi dalam negosiasi atas transaksi dengan pihak ketiga diakui pada saat penyelesaian transaksi yang mendasarinya. Portofolio dan jasa manjemen lainnya serta pendapatan jasa diakui berdasarkan kontrak yang berlaku, dan pada umumnya berdasarkan time apportionate. Pendapatan jasa wealth management, perencanaan keuangan dan jasa kustodian yang terus diberikan selama jangka waktu tertentu diakui secara berimbang sepanjang periode penyediaan layanan tersebut. Pendapatan yang dikaitkan dengan kinerja atau pendapatan komponen diakui ketika kriteria kinerja tersebut dipenuhi. v. Pajak Penghasilan Badan Beban pajak terdiri dari beban pajak kini dan beban (manfaat) pajak tangguhan. Beban pajak diakui pada laporan laba rugi kecuali untuk item yang langsung diakui di komponen ekuitas lainnya, dimana beban pajak yang terkait dengan item tersebut diakui di pendapatan komprehensif lain.
Laporan Tahunan 2013
151
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) v. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan) Beban pajak kini dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku pada tanggal pelaporan keuangan. Manajemen secara periodik mengevaluasi posisi yang dilaporkan di Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sehubungan dengan situasi di mana aturan pajak yang berlaku membutuhkan interpretasi. Jika perlu, manajemen menentukan provisi berdasarkan jumlah yang diharapkan akan dibayar kepada otoritas pajak. Pajak penghasilan tangguhan diakui, dengan menggunakan metode balance sheet liability untuk semua perbedaan temporer antara dasar pengenaan pajak aset dan liabilitas dengan nilai tercatatnya pada laporan keuangan. Namun, liabilitas pajak penghasilan tangguhan tidak diakui jika berasal dari pengakuan awal goodwill atau pada saat pengakuan awal aset dan liabilitas yang timbul dari transaksi selain kombinasi bisnis yang pada saat transaksi tersebut tidak mempengaruhi laba rugi akuntansi dan laba rugi kena pajak. Pajak penghasilan tangguhan ditentukan dengan menggunakan tarif pajak yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan dan diharapkan diterapkan ketika aset pajak penghasilan tangguhan direalisasi atau liabilitas pajak penghasilan tangguhan diselesaikan. Aset pajak penghasilan tangguhan diakui hanya jika besar kemungkinan jumlah penghasilan kena pajak di masa depan akan memadai untuk dikompensasi dengan perbedaan temporer yang masih dapat dimanfaatkan. Aset dan liabilitas pajak penghasilan tangguhan dapat saling hapus apabila terdapat hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus antara aset pajak kini dengan liabilitas pajak kini dan apabila aset dan liabilitas pajak penghasilan tangguhan dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama, baik atas entitas kena pajak yang sama ataupun berbeda dan adanya niat untuk melakukan penyelesaian saldo-saldo tersebut secara neto. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung ke ekuitas. Perubahan terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan, atau apabila dilakukan banding, ketika hasil banding diterima. w. Transaksi dengan Pihak Berelasi Dalam menjalankan usahanya, Bank melakukan transaksi dengan pihak-pihak berelasi seperti yang didefinisikan dalam PSAK No. 7 (Revisi 2010) tentang “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. Efektif tanggal 1 Januari 2011, Bank menerapkan PSAK No. 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen dalam laporan keuangan. Suatu pihak dianggap berelasi dengan Bank jika: i. suatu pihak yang secara langsung, atau tidak langsung yang melalui satu atau lebih perantara, suatu pihak (i) mengendalikan, atau dikendalikan oleh, atau berada dibawah pengendalian bersama, dengan Bank; (ii) memiliki pengaruh signifikan atas Bank; atau (iii) memiliki pengendalian bersama atas Bank; ii. suatu pihak yang berada dalam kelompok usaha yang sama dengan Bank; iii. suatu pihak yang merupakan ventura bersama di mana Bank sebagai venturer; iv. suatu pihak adalah anggota dari personil manajemen kunci Bank; v. suatu pihak adalah anggota keluarga dekat dari individu yang diuraikan dalam butir (i) atau (iv);
152
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 2.
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI PENTING (lanjutan) w. Transaksi dengan Pihak Berelasi (lanjutan) Suatu pihak dianggap berelasi dengan Bank jika: (lanjutan) vi. suatu pihak adalah entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi signifikan oleh beberapa entitas, langsung maupun tidak langsung, individu seperti diuraikan dalam butir (i) atau (v); vii. suatu pihak adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari Bank atau entitas terkait Bank. Transaksi ini dilakukan berdasarkan persyaratan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dimana persyaratan tersebut mungkin tidak sama dengan transaksi lain yang dilakukan dengan pihak-pihak yang tidak berelasi. Seluruh transaksi dan saldo yang material dengan pihak-pihak berelasi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan yang relevan dan rinciannya telah disajikan dalam Catatan 27 atas laporan keuangan. x. Laba per saham Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham Bank dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada periode berjalan. Laba per saham dilusian dihitung dengan menyesuaikan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dengan dampak dari semua efek berpotensi saham biasa yang dilutif yang dimiliki perusahaan, yaitu obligasi konversi dan opsi saham. Untuk tujuan perhitungan laba per saham dilusian, entitas menyesuaikan laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa Bank dengan efek setelah pajak bunga yang diakui dalam periode tersebut terkait dengan obligasi konversi. y. Segmen pelaporan Segmen operasi dilaporkan dengan cara yang konsisten dengan pelaporan internal yang diberikan kepada pengambil keputusan operasi utama. Pengambil keputusan operasi utama, yang bertanggung jawab mengalokasikan sumber daya dan menilai kinerja segmen operasi, telah diidentifikasi sebagai komite pengarah yang mengambil keputusan strategis.
3.
KAS Kas terdiri dari: 2013 Kas Khasanah Kas Teller Kas Kecil Setoran Terlambat Jumlah
16.582.310.000 365.336.425 3.337.500 16.950.983.925
2012 15.429.435.000 252.248.200 2.496.050 4.000.000 15.688.179.250
Laporan Tahunan 2013
153
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 4.
GIRO PADA BANK INDONESIA Saldo Giro pada Bank Indonesia pada posisi 31 Desember 2013 dan 2012 berjumlah Rp138.933.406.135 dan Rp174.819.022.148. Saldo Giro pada Bank Indonesia seluruhnya dalam mata uang rupiah. Sesuai dengan perubahan terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013 tanggal 26 September 2013 tentang Perubahan Kedua PBI No. 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, setiap Bank di Indonesia diwajibkan mempunyai saldo giro minimum di Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah ditambah cadangan minimum yang wajib dipelihara berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan/atau Excess Reserve sebesar 4% dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah. Jumlah GWM Primer dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp138.601 juta dan Rp172.438 juta. Jumlah GWM Sekunder dalam Rupiah pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masingmasing sebesar Rp69.301 juta dan Rp53.887 juta. Bank telah memenuhi GWM sekunder sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Pada posisi 31 Desember 2013 dan 2012, Bank telah memenuhi giro wajib minimum yang harus disediakan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.
5.
GIRO PADA BANK LAIN
BNI BRI BCA Bank Bank Bank Bank
Mandiri Niaga Danamon Mega
Dikurangi CKPN Jumlah
2013 57.963.742 63.781.279 1.844.583 691.602.604 5.715.718 2.277.903 3.469.199 826.655.029 826.655.029
2012 503.957.194 137.352.282 397.884.218 69.827.036 4.842.582 3.954.939 3.426.604 1.121.244.854 1.121.244.854
Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 seluruh Giro pada Bank Lain dalam mata uang rupiah dan seluruhnya ditempatkan pada pihak ketiga. Kisaran suku bunga Giro pada Bank Lain pada tahun 2013 dan 2012 berturut-turut 0,50% 1,50% dan 0,50% - 1,25%%. Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen Bank, kolektibilitas atas seluruh Giro pada Bank Lain pada tahun 2013 dan 2012 digolongkan Lancar. Perubahan cadangan (pemulihan) cadangan kerugian penurunan nilai Giro pada Bank lain selama 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut : 2013 2012 - Saldo Awal Tahun 3.402.978 - Pemulihan Cadangan (3.402.978) - Saldo Akhir Tahun Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai giro pada bank lain yang dibentuk telah memadai.
154
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 6.
PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN Berdasarkan jenis : Deposit Facility Bank Indonesia Bunga Diterima Dimuka -/Interbank Call Money Deposito Berjangka Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah Penempatan
2013 315.600.000.000 (50.392.236) 106.000.000.000 1.000.000.000 422.549.607.764 422.549.607.764
2012 159.500.000.000 (20.210.273) 800.000.000 160.279.789.727 160.279.789.727
Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 seluruh Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain dalam mata uang rupiah. Penempatan pada Bank Lain merupakan penempatan kepada pihak terkait, yaitu kepada : 2013 2012 BPR Mitra Pandanaran Mandiri 500.000.000 500.000.000 BPR Mitra Cemawis Mandiri 500.000.000 BPR Mitra Bali Artha Mandiri 300.000.000 Jumlah Penempatan 1.000.000.000 800.000.000 Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun pada Deposito per tahun sebesar 8,50% untuk tahun 2013 dan 6,13% untuk tahun 2012. Berdasarkan hasil penelaahan dan evaluasi manajemen Bank, kolektibilitas atas seluruh penempatan pada Bank Iindonesia dan Bank lain pada tahun 2013 dan 2012 digolongkan Lancar. Tidak terdapat dana yang diblokir atau belum dapat dicairkan pada Bank bermasalah. Perubahan cadangan (pemulihan) cadangan kerugian penurunan nilai Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain selama 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: 2013 -
Saldo Awal Tahun Cadangan Tahun Berjalan Pemulihan Cadangan Saldo Akhir Tahun
-
2012 33.600.612 (33.600.612) -
Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain yang dibentuk telah memadai.
Laporan Tahunan 2013
155
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 7.
EFEK-EFEK Seluruh efek-efek diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Efek-efek berdasarkan jenisnya terdiri atas: 2013 2012 Obligasi Pemerintah Obligasi Korporat - Obligasi Bank - Obligasi Non Bank Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dikurang diskonto yang diamortisasi
46.469.800.000
60.474.990.000
20.000.000.000 35.000.000.000
46.350.000.000 9.900.000.000 -
(2.250.006.931) 99.219.793.069 99.219.793.069
116.724.990.000 116.724.990.000
belum
CKPN Surat Berharga Jumlah Efek-efek
Berdasarkan penerbit Efek-efek dapat dijabarkan sebagai berikut : Obligasi Pemerintah: Tingkat Bunga Per Tahun
Seri
Nilai Wajar Jatuh Tempo
2013
2012
TBOND FR0045
9,75%
15-Mei-37
64.800.000
84.990.000
TBOND FR0061
7,00%
15-Mei-22
4.600.000.000
5.462.500.000
TBOND FR0062
6,38%
14-Apr-42
14.800.000.000
20.030.000.000
TBOND FR0062
6,38%
14-Apr-42
3.700.000.000
5.007.500.000
TBOND FR0064
6,13%
15-Mei-28
15.600.000.000
19.890.000.000
TBOND FR0065
6,63%
15-Mei-33
7.705.000.000
10.000.000.000
46.469.800.000
60.474.990.000
Jumlah Obligasi Pemerintah
Obligasi Korporat : Penerbit
Tingkat Bunga Per Tahun
Peringkat Jatuh Tempo
2013
2012
2013
2012
BANK BUKOPIN I 2012
9,25%
06 Maret 2019
A+
A
5.000.000.000
5.025.000.000
BANK BUKOPIN I 2012
9,25%
06 Maret 2019
A+
A
5.000.000.000
5.025.000.000
BANK BUKOPIN I 2012
9,25%
06 Maret 2019
A+
A
5.000.000.000
5.025.000.000
BANK BUKOPIN I 2012
9,25%
06 Maret 2019
A+
A
5.000.000.000
5.025.000.000
BANK DKI I 2008
12,25%
04 Maret 2018
A+
A
-
10.200.000.000
BANK SULUT IV 2010
12,00%
09 April 2015
A-
A-
-
16.050.000.000
20.000.000.000
46.350.000.000
-
9.900.000.000
-
9.900.000.000
20.000.000.000
56.250.000.000
Jumlah Obligasi Bank
BAKRIELAND DEVELOPMENT I SERI B 2008
12,85%
9.900.000.000
Jumlah Obligasi Non Bank Jumlah Obligasi Korporat
156
Nilai Wajar
Bank Yudha Bhakti
CCC
BBB
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 7.
EFEK-EFEK (lanjutan) Bank Indonesia : Seri
Tingkat Bunga Per Tahun
Nilai Wajar
Nilai Wajar
2013
2012
Jatuh Tempo
SBI
7,20%
14-Agust-14
10.000.000.000
-
SBI
6,50%
12-Jun-14
15.000.000.000
-
SDBI
7,05%
22-Mei-14
10.000.000.000
-
35.000.000.000
-
Total
Sesuai dengan perubahan terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia No.15/7/PBI/2013 tanggal 26 September 2013 tentang Perubahan Kedua PBI No. 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing, setiap Bank di Indonesia diwajibkan mempunyai saldo giro minimum di Bank Indonesia untuk cadangan likuiditas sebesar 8% dari Dana Pihak Ketiga dalam Rupiah ditambah cadangan minimum yang wajib dipelihara berupa Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan/atau Excess Reserve sebesar 4% dari Dana Pihak Ketiga dalam rupiah. GWM sekunder yang wajib ditempatkan dalam bentuk SBI atau SUN pada posisi 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp69.301 juta dan pada posisi 31 Desember 2012 sebesar Rp53.887 juta. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, efek-efek digolongkan Lancar. Tidak dibentuk cadangan kerugian penurunan nilai atas efek-efek yang dimiliki. Perubahan cadangan (pemulihan) cadangan kerugian penurunan dan 2012 adalah sebagai berikut : 2013 - Saldo Awal Tahun - Cadangan Tahun Berjalan - Pemulihan Cadangan - Saldo Akhir Tahun
nilai Efek-Efek selama 2013 2012 114.285.817 (114.285.817) -
-
Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai Efek-Efek yang dibentuk telah memadai. 8.
KREDIT YANG DIBERIKAN Kredit yang diberikan berdasarkan jenis, sektor usaha, jangka waktu dan kualitas terdiri dari: 1) Jenis (dalam rupiah) 31 Desember 2013 Dalam Perhatian Khusus
Lancar
Kurang Lancar
Diragukan
Konsumsi
753.405.673.210
31.845.573.047
2.931.634.573
Investasi
390.104.370.787
12.279.211.272
Modal Kerja
214.624.003.519
37.607.520.384
Karyawan Pinjaman Rekening Koran Subjumlah CKPN Jumlah
3.866.549.714 14.398.159.189 1.376.398.756.419
Macet
Jumlah
2.503.473.343
40.990.038.708
831.676.392.881
117.471.196
63.711.773
5.867.678.964
408.432.443.992
107.983.551
655.742.824
6.138.525.175
259.133.775.453
-
-
-
-
-
-
-
-
81.732.304.703
3.157.089.320
3.222.927.940
52.996.242.847
3.866.549.714 14.398.159.189 1.517.507.321.229
-
677.732.424
77.117.113
380.478.653
14.478.543.194
15.613.871.384
1.376.398.756.419
81.054.572.279
3.079.972.207
2.842.449.287
38.517.699.653
1.501.893.449.845
Laporan Tahunan 2013
157
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 8.
KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 1) Jenis (dalam rupiah) – (lanjutan) 31 Desember 2012 Lancar
Dalam Perhatian Khusus
260.243.215.656
22.026.112.762
493.043.381.540
15.637.515.969
156.827.510
429.876.077
6.902.576.213
516.170.177.309
1.081.374.334.495
34.815.388.074
5.675.553.464
8.471.053.172
35.033.062.050
1.165.369.391.255
Modal Kerja Investasi Konsumsi Karyawan Subjumlah
1.483.190.740
Diragukan
Macet
3.417.260.175
Jumlah
8.864.847.239
296.034.626.572
3.388.991.461
-
-
-
-
3.388.991.461
1.838.049.923.152
72.479.016.805
7.315.571.714
12.318.189.424
50.800.485.502
1.980.963.186.597
-
(389.919.340)
(122.413.136)
(809.593.159)
(12.987.045.006)
(14.308.970.641)
1.838.049.923.152
72.089.097.465
7.193.158.578
11.508.596.265
37.813.440.496
1.966.654.215.956
Macet
Jumlah
CKPN Jumlah
Kurang Lancar
2) Sektor Ekonomi (dalam rupiah): 31 Desember 2013 Dalam Perhatian Khusus
Lancar
Pertanian, perburuan dan kehutanan
Diragukan
495.671.556
67.021.613
-
-
-
562.693.169
-
134.136.983
-
-
-
134.136.983
Pertambangan dan penggalian
25.720.000.000
6.445.025.105
-
-
-
32.165.025.105
Industri pengolahan
14.136.753.391
-
-
-
15.144.275
14.151.897.666
Perikanan
Konstruksi
11.891.234.112
25.718.033.209
-
-
134.208.000
37.743.475.321
122.493.468.065
2.486.429.065
107.983.551
-
2.015.960.126
127.103.840.807
579.869.019
48.273.887
-
-
-
628.142.906
380.615.688.457
5.070.184.770
-
250.742.824
3.888.562.004
389.825.178.055
20.497.584.346
609.452.705
-
-
2.373.035.740
23.480.072.791
28.123.819.485
8.406.860.690
33.890.259
468.711.773
3.552.712.047
40.585.994.254
Jasa pendidikan
-
-
83.580.937
-
-
83.580.937
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
-
189.106.318
-
-
-
189.106.318
174.285.875
712.207.311
-
-
26.581.947
913.075.133
771.670.382.113
31.845.573.047
2.931.634.573
2.503.473.343
40.990.038.708
849.941.101.784
Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi Perantara keuangan Realestate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
Jasa masyarakat, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya Rumah Tangga Lainnya Sub Jumlah CKPN Jumlah
158
Kurang Lancar
Bank Yudha Bhakti
-
-
-
-
-
-
1.376.398.756.419
81.732.304.703
3.157.089.320
3.222.927.940
52.996.242.847
1.517.507.321.229
-
677.732.424
77.117.113
380.478.653
14.478.543.194
15.613.871.384
1.376.398.756.419
81.054.572.279
3.079.972.207
2.842.449.287
38.517.699.653
1.501.893.449.845
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 8.
KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 2) Sektor Ekonomi (dalam ribuan rupiah): (lanjutan) 31 Desember 2012 Dalam Perhatian Khusus
Lancar Pertanian, perburuan dan kehutanan
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
649.077
-
-
-
-
649.077
166.381
-
-
-
-
166.381
36.144.156
6.425.658
-
-
-
42.569.814
Industri pengolahan
14.176.795
-
-
30.347
-
14.207.143
Konstruksi
35.923.454
7.136.852
-
-
250.000
43.310.306
134.776.025
3.539.501
225.371
-
1.511.168
140.052.066
366.160
37.025
-
-
-
403.185
476.008.620
8.846.428
-
-
5.281.689
490.136.737
Perantara keuangan
4.846.695
184.536
-
-
2.752.500
7.783.731
Realestate, usaha persewaan dan jasa perusahaan
44.531.485
11.493.628
1.323.426
3.816.789
3.011.691
64.177.019
Perikanan Pertambangan dan penggalian
Perdagangan besar dan eceran Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Transportasi, pergudangan dan komunikasi
Jasa pendidikan
118.121
-
-
-
2.960.375
3.078.496
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
3.703.205
-
-
-
-
3.703.205
Jasa masyarakat, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya
1.876.422
-
91.221
-
-
1.967.643
1.084.763.326
34.815.388
5.675.553
8.471.053
35.033.062
1.168.758.383
1.838.049.923
72.479.017
7.315.572
12.318.189
50.800.485
1.980.963.187
Lainnya Sub Jumlah CKPN Jumlah
-
(389.919)
(122.413)
(809.593)
(12.987.045)
(14.308.971)
1.838.049.923
72.089.097
7.193.159
11.508.596
37.813.440
1.966.654.216
Dari jumlah tersebut, terdapat penyaluran kredit kepada pihak berelasi dengan PT Bank Yudha Bhakti yakni: 2013 Jumlah kredit pihak berelasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Jumlah
2012
106.588.000.000 -
112.271.000.000 -
106.588.000.000
112.271.000.000
2013
2012 313.264.141.653 1.165.460.079.521 502.238.965.423 1.980.963.186.597 (14.308.970.641) 1.966.654.215.956
3) Berdasarkan Jangka Waktu ≤ 2 tahun > 2 tahun s.d. 5 tahun > 5 tahun CKPN Saldo akhir
316.102.347.161 774.727.060.103 426.677.913.965 1.517.507.321.229 (15.613.871.384) 1.501.893.449.845
Laporan Tahunan 2013
159
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 8.
KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 4) Kolektibilitas 2013 Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet CKPN Saldo akhir
1.376.398.756.419 81.732.304.703 3.157.089.320 3.222.927.940 52.996.242.847 1.517.507.321.229 (15.613.871.384) 1.501.893.449.845
2012 1.838.049.923.152 72.479.016.805 7.315.571.714 12.318.189.424 50.800.485.502 1.980.963.186.597 (14.308.970.641) 1.966.654.215.956
5) Perubahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah sebagai berikut: 2013 2012 Saldo awal tahun 21.097.859.774 14.308.970.641 Pelunasan Kredit yang telah dihapus 4.149.647.500 Buku 492.223.438 Penambahan Cadangan 4.511.932.919 9,926,144,632 (9.113.467.327) Penghapusan selama tahun berjalan (15.450.469.552) Saldo akhir 15.613.871.384 14.308.970.641 Pada posisi 31 Desember 2013 dan 2012, Cadangan Kerugian Penurunan Nilai merupakan perhitungan nilai secara kolektif. Manajemen berpendapat bahwa jumlah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang telah dibukukan adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul akibat tidak tertagihnya Kredit Yang Diberikan. 6) Informasi penting lainnya: Informasi penting yang berkaitan dengan kredit yang diberikan adalah sebagai berikut: a.
Kisaran suku bunga: -
160
Pinjaman Rekening Koran Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, dan Kredit Konsumer Kredit Karyawan Provisi Kredit
2013 16,00% - 18,00%
2012 16,00% - 18,00%
14,00% - 18,00% 3,00% - 12,00% 0,25% - 1,00%
14,00% - 18,00% 3,00% - 9,00% 0,25% - 1,00%
b.
Kredit yang diberikan dijamin dengan sertifikat tanah, deposito, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), dan jaminan lainnya yang diterima oleh perbankan.
c.
Kredit modal kerja dan kredit investasi diberikan untuk kepentingan modal kerja dan barang-barang modal lainnya, sedangkan kredit konsumer diberikan untuk tujuan pemilikan rumah, kendaraan bermotor, dan kredit perorangan lainnya.
d.
Kredit yang diberikan kepada Direksi, Dewan Komisaris, dan Karyawan Bank merupakan kredit konsumtif dan kredit tersebut dibebani bunga dengan jangka waktu maksimal selama 10 tahun. Sumber pembayaran kredit tersebut berasal dari pemotongan gaji setiap bulan. Sedangkan kredit yang diberikan kepada pihak yang terkait dengan Bank, dilakukan persyaratan dan proses analisis normal seperti kepada pihak lain.
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 8.
KREDIT YANG DIBERIKAN (lanjutan) 6) Informasi penting lainnya: (lanjutan)
9.
e.
Pada posisi 31 Desember 2013 dan 2012 tidak terdapat kredit yang direstrukturisasi.
f.
Jangka waktu kredit berkisar antara 1 (satu) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun.
g.
Bank dalam menyalurkan kredit per 31 Desember 2013 dan 2012, tidak terdapat pelanggaran ataupun pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).
PENYERTAAN
Nilai tercatat CKPN Saldo akhir
2013 10.000.000 10.000.000
2012 10.000.000 10.000.000
Akun ini merupakan saldo penyertaan kepada PT Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia per 31 Desember 2013 dan 2012 sebesar Rp10.000.000,-. Penyertaan kepada PT Penjamin Kredit Pengusaha Rp1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) per lembar saham.
Indonesia
dengan
nilai
nominal
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku, Penyertaan Saham digolongkan Lancar. Pada posisi 31 Desember 2013 dan 2012 tidak terdapat indikasi penurunan nilai atas penyertaan saham. Perubahan cadangan (pemulihan) cadangan kerugian penurunan nilai Penyertaan Saham selama 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut : 2013 2012 - Saldo Awal Tahun 100.000 - Cadangan Tahun Berjalan - Pemulihan Cadangan (100.000) Manajemen berpendapat bahwa jumlah cadangan kerugian penurunan nilai Penyertaan Saham yang dibentuk telah memadai.
10. ASET TETAP
Harga Perolehan Akumulasi penyusutan Nilai buku
2013 42.643.838.086 27.978.988.176 14.664.849.909
2012 47.294.367.981 28.893.297.102 18.401.070.879
Laporan Tahunan 2013
161
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 10. ASET TETAP (lanjutan) Rincian Aset Tetap adalah sebagai berikut: 31 Desember 2013 Saldo 31 Des 2012 Harga Perolehan: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan Kantor Instalasi Komputer Kendaraan Akumulasi Penyusutan: Bangunan Peralatan dan perabotan Kantor Instalasi Komputer Kendaraan Nilai Buku
Penambahan
Pengurangan
Saldo 31 Des 2013
2.216.223.000 15.753.819.857
-
6.058.000.000
2.216.223.000 9.695.819.857
8.543.380.497 1.380.427.024 11.412.682.603 7.987.835.000 47.294.367.981
144.788.756 72.974.000 546.007.349 643.700.000 1.407.470.105
6.058.000.000
8.688.169.253 1.453.401.024 11.958.689.952 8.631.535.000 42.643.838.086
5.681.815.964
453.948.275
2.267.539.963
3.868.224.276
7.247.774.432 1.275.811.719 10.202.080.720 4.485.814.267 28.893.297.102 18.401.070.879
272.185.558 89.908.832 390.045.779 147.142.595 1.353.231.038
2.267.539.963
7.519.959.990 1.365.720.551 10.592.126.499 4.632.956.861 27.978.988.177 14.664.849.909
31 Desember 2012 Saldo 31 Des 2011 Harga Perolehan: Tanah Bangunan Peralatan dan perabotan kantor Instalasi Komputer Kendaraan Akumulasi Penyusutan: Bangunan Peralatan dan Perabotan Kantor Instalasi Komputer Kendaraan Nilai Buku
Penambahan
Pengurangan
Saldo 31 Des 2012
2.216.223.000 16.633.819.857
-
880.000.000
2.216.223.000 15.753.819.857
8.272.559.907 1.376.927.024 10.910.181.191 8.155.260.000 47.564.970.979
297.220.590 3.500.000 584.072.000 180.795.000 1.065.587.590
26.400.000 81.570.588 348.220.000 1.336.190.588
8.543.380.497 1.380.427.024 11.412.682.603 7.987.835.000 47.294.367.981
5.218.825.812
859.740.152
396.750.000
5.681.815.964
6.634.582.318 1.207.667.181 9.562.744.569 4.200.958.639 26.824.778.519 20.740.192.460
641.516.745 68.144.539 718.998.732 592.833.208 2.881.233.376
26.400.000 79.662.582 309.902.210 812.714.793
7.249.699.062 1.275.811.719 10.202.080.720 4.483.889.637 28.893.297.102 18.401.070.879
Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat indikasi terjadinya penurunan nilai permanen aset tetap.
162
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 10. ASET TETAP (lanjutan) Pengurangan aset tetap merupakan penjualan aset dengan rincian sebagai berikut: 2013 2012 Hasil penjualan Nilai Buku Keuntungan penjualan aset tetap
6.377.616.523 3.790.460.037 2.587.156.486
1.619.889.666 882.864.588 737.025.078
Jumlah penyusutan aset tetap yang dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif masingmasing sebesar Rp1.353.231.038 dan Rp2.881.233.376 untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 (Catatan 24). Bank telah mengasuransikan aset tetap (tidak termasuk hak atas tanah) untuk menutup kemungkinan kerugian terhadap risiko kebakaran dan pencurian kepada PT. Asuransi Himalaya Pelindung, PT Berdikari Insurance, Asuransi Wahana Tata, Asuransi Jasindo, PT.Chartis Insurance Indonesia, PT. Asuransi Bhakti Bhayangkara, PT. Asuransi Mega Pratama, PT Asuransi Asoka Mas dengan nilai pertanggungan seluruhnya sebesar Rp10.232.413.657 Dan Rp11.551.723.791 untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012.
11. ASET LAIN-LAIN Akun ini terdiri dari: 2013 Pendapatan Bunga Akrual Pinjaman Yang Diberikan Pendapatan Bunga yang masih akan diterima Pendapatan Bunga Akrual Pinjaman Kepada Bank Lain Pendapatan Bunga Kredit Jatuh Tempo Biaya Dibayar Dimuka Uang Muka Biaya Persedian Perlengkapan Kantor dan Barang Cetakan Jaminan Beban Pendirian Tagihan Lain-lain Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) Lainnya Jumlah
2012
11.442.344.682 788.657.188
12.931.062.734 -
4.622.442 1.672.160.482 13.042.176.905 6.303.441.928
82.066 2.527.038.189 15.787.640.309 1.741.873.714
656.480.529 908.941.232 24.033.677 12.971.149.626 56.946.393.462 104.978.202.153
560.742.444 888.670.882 57.969.724 14.080.154.942 71.260.184.065 3.030.861.696 122.866.280.768
Sesuai surat Bank Indonesia No. 13/658/DPNP/IDPnp tanggal 23 Desember 2011 terkait dengan diterbitkannya SE BI No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, Bank tidak diwajibkan lagi membentuk Cadangan Penghapusan Aset (PPA) untuk aset non produktif yang diperhitungkan dalam laporan keuangan. Penyesuaian atas PPA untuk aset non produktif yang telah dibentuk selama ini dilakukan terhadap saldo laba. Penurunan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) karena terdapat penjualan AYDA. Management berkeyakinan tidak terdapat penurunan nilai yang signifikan atas nilai wajar agunan yang diambil alih (AYDA).
Laporan Tahunan 2013
163
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 12. LIABILITAS SEGERA Liabilitas yang harus segera dibayar oleh Bank per 31 Desember 2013 dan 2012 seluruhnya dalam mata uang rupiah, terdiri dari: 2013 2012 Hutang Bunga 5.922.816.618 7.875.331.559 Biaya YMH Dibayar 350.484.433 Setoran Jaminan 84.100.776 170.908.475 Jumlah 6.357.401.827 8.046.240.033
13. SIMPANAN NASABAH Simpanan dari nasabah seluruhnya dalam mata uang Rupiah. Berdasarkan jenis, simpanan dari nasabah terdiri dari: 2013 2012 Pihak Berelasi: Giro termasuk kredit bersaldo kredit 3.715.649.377 89.914.883.541 Tabungan 3.476.003.928 3.160.584.678 Deposito Berjangka 141.943.177.667 110.783.811.965 149.134.830.972 203.859.280.184 Jumlah simpanan pihak berelasi Pihak Ketiga: Giro termasuk kredit bersaldo kredit 88.051.876.104 82.292.266.710 Tabungan 97.921.964.460 89.229.481.314 Deposit on Call Deposito Berjangka 1.619.697.964.572 1.810.020.695.722 1.805.671.805.136 1.981.542.443.746 Jumlah simpanan pihak ketiga Jumlah
1.954.806.636.102
2.185.401.723.930
Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012: 2013 2012 Giro 2,50% 2,67% Tabungan 3,00% 4,67% Deposito 7,51% 5,62% Simpanan yang diblokir dan dijadikan jaminan atas pinjaman yang diberikan per 31 Desember 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp120.371.054.276 dan Rp116.622.141.548. Rincian deposito berjangka menurut jangka waktunya adalah sebagai berikut: 2013 Sampai dengan 1 bulan Di atas 1 bulan s.d. 3 bulan Di atas 3 bulan s.d. 6 bulan Di atas 6 bulan s.d. 12 bulan Di atas 1 Tahun s.d. 2 Tahun Jumlah
1.094.363.774.332 306.476.401.825 100.289.196.847 260.442.269.235 69.500.000 1.761.641.142.239
2012
1.171.225.755.540 482.533.994.740 76.826.444.115 190.218.313.291 1.920. 804.507.686
Berdasarkan Undang-Undang No.3 Tahun 2008 sebagai pengganti Undang-undang No.24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan bahwa LPS menjamin simpanan nasabah Bank yang berbentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
164
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 13. SIMPANAN NASABAH (lanjutan) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan, Pasal 1 menyatakan bahwa nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank yang semula ditetapkan paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah) menjadi paling banyak Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Beban premi penjaminan Pemerintah yang dibayar selama tahun 2013 dan 2012 masing-masing sebesar Rp4.373.214.503 dan Rp5.060.927.508. Jangka waktu penjaminan tersebut telah dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.179/KMK.017/2000 pada tanggal 26 Mei 2000 yang menyatakan bahwa jangka waktu program penjaminan diperpanjang dengan sendirinya untuk jangka waktu enam bulan berikutnya secara terus menerus, kecuali apabila Menteri Keuangan mengumumkan pengakhiran dan atau perubahan Program Penjaminan dalam waktu enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Program Penjaminan tersebut untuk diketahui oleh umum. Atas penjaminan ini pihak Bank melakukan pembayaran premi kepada Pemerintah. 14. SIMPANAN DARI BANK LAIN Rincian deposito berjangka menurut jangka waktunya adalah sebagai berikut: 2013 Pihak Berelasi: - Giro - Deposito Pihak Ketiga - Giro - Deposito Jumlah
2012
19.707.165 19.707.165
191.966.510 191.966.510
3.196.269.220 63.700.460.550 66.896.729.770
15.606.984.511 89.121.841.144 104.728.825.655
66.916.436.935
104.920.792.165
Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012: 2013 2012 Giro 2,50% 2,67% Deposito 7,51% 5,62%
15. PINJAMAN YANG DITERIMA Pinjaman yang diterima merupakan pinjaman dari PT Bank Tabungan Negara (BTN). Pada posisi 31 Desember 2013 dan 2012 saldo pinjaman yang diterima berturut-turut sebesar Rp688.973.162 dan Rp999.729.842. PT Bank Yudha Bhakti telah ditunjuk oleh PT Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai Bank rekanan dalam penyaluran dana dalam rangka pembiayaan program kredit pemilikan rumah sederhana dan rumah sangat sederhana KP-RS/RSS sesuai perjanjian penerusan pinjaman antara PT Bank Tabungan Negara (BTN) dengan PT Bank Yudha Bhakti Nomor 09/PKS/DIR/2000 tanggal 08 Februari 2000 dan telah diamandemen, terakhir Nomor 11/ADD/PKS/DIR/2001 tanggal 13 Juni 2001.
Laporan Tahunan 2013
165
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 16. PERPAJAKAN a. Hutang Pajak 2013 Pajak Penghasilan pasal 21 Pajak Penghasilan pasal 25 Pajak Penghasilan pasal 29 Pajak Penghasilan pasal 23 Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2 Jumlah
621.060.951 3.658.270.750 6.676.177 2.092.232.372 6.378.240.250
2012 150.262.797 271.822.000 6.111.952.500 2.503.250.914 9.037.288.211
b. Beban Pajak: 2013 Beban pajak penghasilan kini Manfaat (beban) pajak tangguhan Jumlah
(6.650.569.750) (288.746.296) (6.939.316.046)
2012 (8.377.840.500) 212.961.847 (8.164.878.653)
c. Pajak Penghasilan Badan Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi dengan taksiran laba fiskal yang dihitung oleh Bank untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: 2013 Laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi
2012
17.994.504.785
29.183.545.025
2.211.037.748 (1.349.673.026) (1.190.904.000) 2.256.146.950
(299.390.637) 1.319.826.000 1.849.812.926
44.182.077 108.900.000 2.152.489.710 1.589.816.129 27.052.485 43.548.690 2.649.008.735 66.169.558
44.149.890 5.549.888 1.394.906.315 12.963.201 -
26.602.279.840 26.602.279.000
33.511.362.608 33.511.362.000
Koreksi fiskal terdiri dari: Beda Temporer : Jasa Produksi Penyusutan Aktiva Tetap Beban Imbalan Pasca Kerja PPAP dan CKPN Beda Permanen Pendapatan Sewa Beban Sumbangan Biaya Jasa Konsultan Beban Pajak 21 Biaya Non Operasional Beban Bea Santunan/Dana Kematian Beban Aktivitas Marketing Beban sewa Biaya Jasa pihak ketiga Penghasilan Kena Pajak Pembulatan
166
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 16. PERPAJAKAN (lanjutan) c. Pajak Penghasilan Badan (lanjutan) Dikenakan tarif 25%: 2012: 25% x Rp33.511.362.000 2013: 25% x Rp26.602.279.000 Jumlah Taksiran Pajak Penghasilan Pajak dibayar dimuka: - PPh Pasal 25 Pajak penghasilan terhutang
6.650.569.750 6.650.569.750
8.377.840.500 8.377.840.500
(3.241.857.000)
(2.265.888.000)
3.408.712.750
6.111.952.500
d. Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak penghasilan menurut laporan laba rugi dengan beban pajak penghasilan untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: 2013 2012 Laba sebelum pajak penghasilan menurut 17.994.504.785 29.183.545.025 laporan laba rugi Beban pajak dengan tarif pajak maksimum 4.498.626.196 7.295.886.256 yang berlaku Pengaruh pajak atas beda tetap pada tarif 1.670.291.846 364.392.323 pajak maksimum yang berlaku Pengaruh pajak atas beda waktu pada tarif 481.651.918 717.562.072 pajak maksimum yang berlaku Beban Pajak Penghasilan 6.650.569.750 8.377.840.500 e. Pajak Penghasilan Tangguhan Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013:
Aset pajak tangguhan: - Pendapatan Komprehensif lainnya - Jasa Produksi - Penyusutan Aset tetap - Kewajiban Manfaat karyawan - CKPN Jumlah
Dibebankan ke ekuitas
Dikreditkan ke Laporan Laba Rugi
31 Des 2013
-
31 Des 2013
-
3.060.965.132
3.060.965.132
-
552.759.437
-
552.759.437
(299.303.261)
1.138.600.134
-
839.296.873
1.545.958.750
(297.726.000)
-
1.248.232.750
462.453.232
(1.682.379.867)
-
(1.219.926.636)
1.709.108.721
(288.746.296)
3.060.965.132
4.481.327.555
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012: Dikreditkan ke Laporan Laba Rugi
31 Des 2012
Dibebankan ke ekuitas
31 Des 2012
Aset pajak tangguhan: - Penyusutan Aset tetap - Kewajiban Manfaat karyawan - CKPN Jumlah
280.144.623
(579.447.884)
1.216.002.250
329.956.500
-
462.453.231
1.496.146.873
212.961.847
-
(299.303.261) 1.545.958.750
-
462.453.231
-
1.709.108.720
Laporan Tahunan 2013
167
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 17. LIABILITAS LAIN-LAIN
Titipan Nasabah Beban yang Masih Harus Dibayar Pendapatan Diterima Dimuka Kewajiban Lainnya Internal Pendapatan Bunga Ditangguhkan Kewajiban Pasca Kerja Liabilitas Lainnya Jumlah
2013 1.202.946.324 331.933.292 1.604.661.828 4.992.931.000 1.159.699.934 2.532.703.404
2012 5.774.478.060 365.108.772 2.002.661.828 557.751.973 1.206.001.751 6.183.835.000 -
11.824.875.782
16.089.837.384
18. LIABILITAS IMBALAN KERJA Program Pensiun Perusahaan mengikuti program pensiun manfaat pasti Dana Pensiun untuk semua pegawai tetap, calon pegawai tetap serta Direksi yang diangkat dari pegawai yang memenuhi syarat kepesertaan. Dana pensiun ini dikelola oleh Dana Pensiun Bank Yudha Bhakti yang Peraturan Dana Pensiunnya telah disahkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. KEP-232/KM.6/2004 tanggal 14 Juli 2003. Manfaat pensiun akan diberikan apabila karyawan tersebut memasuki masa pensiun. Kewajiban peserta (pegawai) sebagai berikut: 1. Pegawai yang diterima sebelum berlakunya UU Nomor 11 Tahun 1992 wajib menyetor iuran yang dipotong langsung dari gaji (Penghasilan Dasar Pensiun/PhDP) sebesar 7,5% untuk dana Pensiun dan 7,5% untuk THT. 2. Pegawai yang diterima sejak berlakunya UU Nomor 11 tahun 1992, wajib menyetor iuran yang dipotong langsung dari gaji (PhDP) sebesar 7,5% untuk Dana Pensiun. PT Bank Yudha Bhakti berkewajiban membayar iuran berupa Normal Cost dan Past Service Liability (PSL) yang besarnya ditetapkan/dihitung oleh Aktuaria yang melakukan evaluasi minimal setiap 3 (tiga) tahun sekali. Perhitungan Aktuaria Program Pasca Kerja Perhitungan Aktuaria terakhir untuk Program Pensiun, Program Pasca Kerja dan Imbalan Jangka Panjang Lainnya dilakukan oleh Daya Mandiri Dharmakonsilindo Tanggal 08 Maret 2013. Perhitungan yang dilakukan adalah untuk mengakui biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh Perusahaan berkenaan dengan imbalan pasca kerja berupa penghargaan masa bakti, tabungan hari tua, cuti besar, tunjangan pemeliharaan kesehatan, dan pensiun karyawan bila mencapai usia pensiun. Perhitungan rekonsiliasi aset program dan kewajiban estimasian imbalan kerja yang diakui di Neraca adalah sebagai berikut : 2013 Nilai Kini Kewajiban Nilai Wajar Aset Program Status Pendanaan Kerugian(keuntungan) aktuaria yang belum diakui Jumlah Liabilitas Imbalan Pasca Kerja
168
Bank Yudha Bhakti
2012
(2.906.351.000) (2. 906.351.000)
(10.932.650.000) (10.932.650.000)
(2.086.580.000) (4.992.931.000)
4.748.815.000 (6.183.835.000)
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 18. LIABILITAS IMBALAN KERJA (lanjutan) Rekonsiliasi perubahan saldo kewajiban pasca kerja untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: 2013 (6.183.835.000) (482.906.000) (451.901.000) (37.208.000) (2.162.919.000) (4.992.931.000)
Saldo Awal Beban Jasa Kini Beban bunga Amortisasi Laba Rugi Aktuaria Excess Payment Pembayaran selama tahun berjalan Saldo akhir
2012 (4.864.009.000) (944.204.000) (432.891.000) (92.251.000) (222.587.000) 372.107.000 (6.183.835.000)
Asumsi yang digunakan dalam perhitungan aktuarial 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut : Program Dana Pensiun 1. Tingkat Bunga (Diskonto)
: 5.75% per annum
2. Tingkat Kenaikan Penghasilan : 5% per annum 3. Tingkat Kematian
: Commissioners Standar Ordinary 1980 – (CSO’80)
4. Tingkat Pengunduran Diri
: 5% at age 25 reducing linearly to 1% at age 45 and thereafter.
5. Tingkat Kecacatan
: 10% of mortality rate
6. Usia Pensiun Normal
: 55 years old
Aset dana pensiun terutama terdiri dari deposito berjangka, penempatan langsung dan investasi jangka panjang dalam bentuk tanah dan bangunan. 19. MODAL SAHAM Berdasarkan Akta Nomor 09.- tanggal 20 Mei 2013 yang dibuat dihadapan Agung Iriantoro, Sarjana Hukum., Magister Hukum Notaris di Jakarta, yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sesuai Surat Keputusan Nomor AHU-29911.AH.01.02. Tahun 2013 tanggal 3 Juni 2013 Modal Dasar Perseroan berjumlah sebesar Rp. 600.000.000.000,- (Enam Ratus Milyar Rupiah) yang terbagi atas 600.000 (Enam Ratus Ribu) lembar saham, dengan masing-masing saham bernilai Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah). Atas saham-saham tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh oleh para Pemegang Saham berdasarkan Akta Nomor 21.- tanggal 28 Juni 2013 yang dibuat dihadapan Agung Iriantoro, Sarjana Hukum, Magister Hukum, Notaris di Jakarta, yang telah dilaporkan dan diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan diterima berdasarkan Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar PT. Bank Yudha Bhakti Nomor AHU-AH.01.1031208 tanggal 26 Juli 2013, yaitu sebesar Rp.206.516.000.000,- (Dua Ratus Enam Miliar Lima Ratus Enambelas Juta Rupiah) yang terbagi dalam 206.516 (Dua Ratus Enam Ribu Lima Ratus Enambelas) lembar saham dengan nominal Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) per lembar saham. Susunan pemegang dan kepemilikan saham per 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut :
Laporan Tahunan 2013
169
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 19. MODAL SAHAM (lanjutan)
Pemegang Saham INKOPAD INKOPAL INKOPAU INKOPPOL INKOPPABRI INKOVERI PUSKOP MABES TNI PUSKOP KEMHAN PT Gozco Capital Sugeng Subroto KOPKAR Bank Yudha Bhakti Jumlah
31 Desember 2013 Saham (lembar) 9.139 9.139 8.888 9.218 11.115 6.179 4.797 6.138 119.849 8.862 13.192 206.516
Nominal Rp 9.139.000.000 9.139.000.000 8.888.000.000 9.218.000.000 11.115.000.000 6.179.000.000 4.797.000.000 6.138.000.000 119.849.000.000 8.862.000.000 13.192.000.000 206.516.000.000
% 4,43% 4,43% 4,30% 4,46% 5,38% 2,99% 2,32% 2,97% 58,04% 4,29% 6,39% 100%
Pemegang Saham INKOPAD INKOPAL INKOPAU INKOPPOL INKOPPABRI INKOVERI PUSKOP MABES TNI PUSKOP KEMHAN PT Gozco Capital Sugeng Subroto KOPKAR Bank Yudha Bhakti Jumlah
31 Desember 2012 Saham (lembar) 8.838 8.838 8.595 8.914 10.749 5.976 4.639 5.936 100.905 8.570 12.757 184.717
Nominal Rp 8.838.000.000 8.838.000.000 8.595.000.000 8.914.000.000 10.749.000.000 5.976.000.000 4.639.000.000 5.936.000.000 100.905.000.000 8.570.000.000 12.757.000.000 184.717.000.000
% 4,78% 4,78% 4,65% 4,83% 5,82% 3,24% 2,51% 3,21% 54,63% 4,64% 6,91% 100%
20. PENDAPATAN BUNGA Pendapatan bunga terdiri dari hasil bunga, provisi dan komisi yang berhubungan dengan aktivitas perkreditan, sebagai berikut: 2013 2012 Pendapatan Bunga Berasal Dari Surat Berharga: - Bank Indonesia 9.451.764.604 13.472.028783 - Bank Lain 2.665.555.599 4.694.305.556 - Non Bank 4.091.077.266 7.760.038.681 Penempatan Pada Bank Lain: - Giro Bank Lain 14.370.209 11.156.207 - Giro Bank Indonesia 992.422.511 1.115.588.537 - Interbank Call Money 508.551.663 40.731.667 - Deposito Berjangka 104.816.966 425.694.467 Kredit yang Diberikan 237.711.848.807 268.025.965.844 Pendapatan Provisi dan Komisi Kredit 8.686.128.361 12.120.184.584 Jumlah 264.226.535.987 307.665.694.327
170
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 21. BEBAN BUNGA Beban Bunga Berasal Dari: 2013 Kewajiban Kepada Bank Lain - Jasa Giro - Call Money - Deposito Berjangka - Deposit on Call Kewajiban Kepada Bukan Bank - Jasa Giro - Deposito Berjangka - Deposit on Call - Sertifikat Deposito - Tabungan Bunga Pinjaman Yang Diterima Dari Bank Lain Jumlah
2012
70.915.285 495.833 4.603.793.773 51.279.452
96.726.763 16.041.666 11.035.049.433 13.835.616
1.082.351.080 130.145.176.509 564.278.943 3.245.755.300 9.853.329 139.773.899.504
1.022.031.386 161.258.935.033 222.307.427 3.294.648.464 50.293.151 177.009.868.940
2013 2.093.805.760 750.000.000 8.515.031 428.972.332 694.417.002 2.105.792.913 6.081.503.038
2012 2.851.645.756 4.255.481.728 7.107.127.484
22. PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA
Provisi dan Komisi Lainnya Keuntungan Penjualan Aset Keuangan Pendapatan Amortisasi Diskonto Pendapatan Denda Keuntungan Penjualan AYDA Pendapatan dari Kredit Hapus Buku Jumlah
23. BEBAN TENAGA KERJA
Biaya Gaji Dan Upah Biaya Lembur Tunjangan Hari Raya Tunjangan Jabatan Tunjangan Teller Tunjangan Cuti Tunjangan Perumahan Tunjangan Telepon Tunjangan Dana Pensiun Honorarium Dewan Komisaris Tunjangan Home Base Pengobatan dan Perawatan Transportasi dan Uang Makan Jamsostek Tantiem/Bonus Beban Imbalan Pasca Kerja Beban Pegawai Freelance Jumlah
2013 31.539.918.595 718.635.525 2.865.425.943 1.750.679.258 181.025.645 412.757.910 1.043.108.535 352.154.276 3.038.681.824 1.275.000.000 52.337.342 1.308.943.518 177.814.750 1.124.732.000 2.961.320.416 99.247.088 8.497.500
2012 28.529.804.501 700.956.125 2.697.990.479 1.569.833.404 178.198.235 1.048.088.927 337.986.163 3.248.177.310 945.000.000 28.800.000 800.771.793 125.340.100 1.074.503.360 803.701.465 1.319.826.000 -
48.910.280.125
43.408.977.861
Laporan Tahunan 2013
171
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 24. BEBAN ADMINISTRASI DAN UMUM
Pendidikan dan Pelatihan Sewa Pemeliharaan dan Perbaikan Transportasi Telekomunikasi Pajak Listrik dan Air Cetakan dan Alat Tulis Kantor Penagihan Perjalanan Dinas Komputer Akuntan / Konsultan Kustodian Keanggotaan Administrasi Proses Warkat Kliring/PIPU/RTGS Materai dan Benda Pos Langganan Surat Kabar/Majalah Perlengkapan Kantor Kegiatan Dewan Komisaris Aktivitas Pegawai BY Pakaian Seragam Rekruitmen Pegawai Provisi dan Komisi Premi Penjaminan Dana Pihak Ketiga Beban Asuransi Beban Asuransi Kas Beban Penyusutan Aset Tetap Beban Amortisasi Beban Transfer Beban Blanko Surat Berharga Beban Bahan Bakar Kendaraan Lainnya Jumlah
2013 1.445.901.092 14.648.259.345 5.255.839.913 448.319.300 1.807.142.561 2.319.224.185 1.699.247.867 840.320.836 147.981.220 497.520.775 653.254.729 445.739.114 25.537.786 426.968.484
2012 1.571.467.912 13.687.494.501 4.644.698.403 1.942.570.973 2.103.571.096 1.546.205.488 1.612.851.462 791.810.121 432.008.840 431.562.932 483.205.350 225.549.888 72.326.890 318.428.658
205.005.446 239.077.331 75.992.400 103.972.135 180.476.494 741.009.454 13.853.000 23.091.866 4.363.458.740 129.397.509 123.521.617 1.353.231.038 902.008.724 13.616.000 5.192.825 1.839.341.811 716.945.092
216.975.700 241.257.003 82.099.300 53.532.033 124.655.852 1.094.522.750 422.130 26.977.900 6.388.000 4.686.908.935 140.046.275 128.156.511 2.881.233.377 1.423.683.423 657.465.137
41.690.448.688
41.628.076.840
25. BEBAN PEMASARAN
Aktivitas Marketing Iklan dan Reklame Sponsorship Santunan Lainnya Jumlah
172
Bank Yudha Bhakti
2013 13.643.548.689 425.320.443 181.146.767 27.052.485 232.705.831 14.509.774.215
2012 16.026.503.295 463.518.402 217.957.873 1.797.305 151.180.982 16.860.957.858
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 26. BEBAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN DAN NONKEUANGAN - BERSIH 2013 Penempatan pada Bank Lain Surat Berharga Kredit yang Diberikan Jumlah
2012
9.926.144.632 9.926.144.632
4.205.000.000 4.205.000.000
27. BEBAN OPERASIONAL LAINNYA 2013 Kerugian Penjualan Surat Berharga Tersedia untuk Dijual Aset Non Produktif - Agunan yang Diambil Alih Kerugian Penjualan Agunan yang Diambil Alih Jumlah
2012 -
170.581.175
-
2.016.811
-
1.857.943.654 2.030.541.640
2.587.156.486 398.000.000 2.656.675.676 5.641.832.162
2012 23.500.000 183.825.080 349.784.364 557.109.444
28. PENDAPATAN BUKAN OPERASIONAL 2013 Pendapatan Sewa Laba Penjualan Aset Tetap Laba Penjualan AYDA Pendapatan Non Operasional Lainnya Jumlah
29. BEBAN BUKAN OPERASIONAL 2013 Beban Non Operasional Beban Denda Beban Sumbangan Rugi Penjualan Aktiva Tetap Lainnya Jumlah
645.235.586 44.182.077 871.766.083 1.583.635.492 3.144.819.238
2012 12.963.201 845.850.000 44.149.890 100.000.000 1.002.963.091
Laporan Tahunan 2013
173
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 30. TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI Dalam kegiatan normal usaha, Bank melakukan transaksi dengan pihak berelasi karena hubungan kepemilikan dan/atau kepengurusan. Semua transaksi dengan pihak-pihak berelasi telah dilakukan dengan kebijakan dan syarat yang telah disepakati bersama. No.
Pihak-Pihak Berelasi
1
Dewan Komisaris, Direksi
Sifat Hubungan Manajemen Kunci
Transaksi Kompensasi Remunerasi
dan
Kredit Yang Diberikan Simpanan Nasabah 2
Pejabat Bank
Manajemen Kunci
Kompensasi Remunerasi
dan
Simpanan Nasabah 3
4
Pengurus Koperasi Karyawan
Dikendalikan bersama oleh manajemen kunci
Kredit Yang Diberikan
BPR
Dikendalikan oleh manajemen kunci
Simpanan Nasabah
Simpanan Nasabah
Dalam kegiatan usahanya, Bank juga mengadakan transaksi-transaksi tertentu dengan pihakpihak berelasi. Transaksi-transaksi pada saldo tahun 2013 dan 2012 meliputi: Kredit yang diberikan 2013 Pemegang Saham Dewan Komisaris dan Direksi Penjamin kredit Perusahaan PSP Penjamin kredit Perusahaan Komisaris Koperasi Karyawan Jumlah Persentase terhadap total kredit yang diberikan
2012
20.500.000.000
-
-
-
83.931.000.000
110.000.000.000
2.157.000.000
2.072.000.000
-
199.000.000
106.588.000.000
112.271.000.000
7,02%
5,67%
Pinjaman kepada pihak berelasi khususnya pinjaman kepada Pemegang saham sebesar Rp20.500.000.000,- dan Penjamin Kredit Perusahaan PSP sebesar Rp83.931.000.000 dijamin dengan Deposito Berjangka (back to back) yang ditempatkan di Bank Yudha Bhakti.
174
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 30. TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK BERELASI (lanjutan) Simpanan Nasabah 2013
2012
146.217.236.533
202.763.204.842
Pejabat Bank
1.366.283.951
887.076.982
Pengurus Koperasi Karyawan
1.551.310.489
208.998.359
19.707.165
191.966.510
149.154.538.138
204.051.246.693
7,63%
9,33%
Dewan Komisaris dan Direksi
BPR Jumlah Persentase terhadap total simpanan nasabah Kompensasi manajemen kunci
Kompensasi yang dibayar atau terutang pada manajemen kunci atas jasa kepegawaian adalah sebagai berikut: 2013 2012 Gaji dan Imbalan jangka pendek: Dewan Komisaris
1.275.000.000
945.000.000
Direksi
1.408.419.355
1.413.300.000
Pejabat Eksekutif
2.515.573.247
1.919.473.192
Jumlah
5.198.992.602
4.277.773.192
14,85%
13,40%
Dewan Komisaris
-
-
Direksi
-
-
Pejabat Eksekutif
1.270.540.000
750.690.000
Jumlah
1.270.540.000
750.690.000
25,45%
12,14%
Persentase terhadap total beban pegawai Imbalan pasca kerja:
Persentase terhadap total beban pegawai
Laporan Tahunan 2013
175
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 31. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN Tabel berikut ini merupakan nilai tercatat dan nilai wajar dari aset keuangan dan liabilitas keuangan pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012: Tahun 2013 Aset dan Liabilitas Keuangan ASET KEUANGAN
Dimiliki hingga jatuh tempo
Pinjaman dan Piutang
Biaya Perolehan diamortisasi lainnya
Tersedia untuk Dijual
Nilai tercatat
Nilai wajar
Kas
-
-
16.950.983.925
-
16.950.983.925
16.950.983.925
Giro pada BI Giro pada Bank Lain Penempatan pada BI dan Bank Lain
-
138.933.406.135
-
-
138.933.406.135
138.933.406.135
-
826.655.029
-
-
826.655.029
826.655.029
422.549.607.764
-
-
-
422.549.607.764
422.549.607.764
-
-
99.219.793.069
-
99.219.793.069
99.219.793.069
-
1.501.893.449.845
-
-
1.501.893.449.845
1.501.893.449.845
-
-
-
1.954.806.636.102
1.954.806.636.102
1.954.806.636.102
-
-
-
66.916.436.935
66.916.436.935
66.916.436.935
Tersedia untuk Dijual
Biaya Perolehan diamortisasi lainnya
Efek-Efek Kredit yang Diberikan LIABILITAS KEUANGAN Simpanan dari Nasabah Simpanan dari Bank Lain
Tahun 2012 Aset dan Liabilitas Keuangan
Dimiliki hingga jatuh tempo
Pinjaman dan Piutang
Nilai tercatat
Nilai wajar
ASET KEUANGAN Kas
-
-
15.688.179.250
-
15.688.179.250
15.688.179.250
Giro pada BI Giro pada Bank Lain Penempatan pada BI dan Bank Lain
-
174.819.022.148
-
-
174.819.022.148
174.819.022.148
-
1.121.244.854
-
-
1.121.244.854
1.121.244.854
160.279.789.727
-
-
-
160.279.789.727
160.279.789.727
-
-
116.724.990.000
-
116.724.990.000
116.724.990.000
-
1.966.654215.955
-
-
1.966.654215.955 1.966.654215.955
-
-
- 2.185.401.723.930
2.185.401.723.930 2.185.401.723.930
-
-
-
Efek-Efek Kredit yang Diberikan LIABILITAS KEUANGAN Simpanan dari Nasabah Simpanan dari Bank Lain
104.920.792.165
104.920.792.165
104.920.792.165
Metode dan asumsi yang digunakan adalah bahwa nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan mendekati nilai tercatatnya karena mempunyai jangka waktu yang singkat atas instrumen keuangan tersebut dan/atau suku bunganya ditinjau ulang.
176
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 32. BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, tidak terdapat pelanggaran dan pelampauan BMPK kepada pihak terkait maupun pihak tidak terkait. Sesuai dengan peraturan BI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, batas maksimum penyediaan dana kepada pihak terkait, satu peminjam yang bukan pihak terkait dan satu kelompok peminjam yang bukan pihak terkait masing-masing tidak melebihi 10%, 20% dan 25% dari modal Bank.
33. MANAJEMEN RISIKO Bank telah menerapkan manajemen risiko yang independen dan sesuai dengan standar yang merujuk pada ketentuan Bank Indonesia serta best practices yang diterapkan seperti Bank Lain pada umumnya, serta telah mengacu kepada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 tangal 1 Juli 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, agar sejalan dengan rencana penerapan Basel II accord secara bertahap di Indonesia. Dalam hal bagian dari proses yang berjalan, sehingga untuk mencapai standar terbaik dibidang pengelolaan risiko, Bank senantiasa mengembangkan dan menyempurnakan kerangka sistem pengelolaan risiko dan pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, agar memberikan informasi secara dini dalam mengambil langkah-langkah perbaikan guna meminimalisir risiko. Kerangka sistem pengelolaan risiko ini dituangkan dalam bentuk kebijakan, prosedur, limit transaksi dan kewenangan serta perangkat lainnya yang berlaku bagi segenap aktivitas bisnis dengan tetap melakukan evaluasi dan perubahan parameter secara berkala sesuai dengan perubahan bisnis. Hasil dari pengelolaan risiko tersebut, telah diatur berbagai kebijakan agar manajemen risiko berfungsi sebagai business enabler, sehingga berperan meningkatkan pertumbuhan bisnis dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian melalui penerapan proses manajemen risiko yang ideal dengan cara identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko pada semua level organisasi. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi terhadap aktivitas manajemen risiko Bank diimplementasikan melalui pembentukan Komite Manajemen Risiko untuk meningkatkan fungsi komite dalam rangka mengambil langkah-langkah persiapan pelaksanaan proses dengan membentuk Komite Pemantau Risiko, Komite Audit dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Komite yang dibentuk bertanggung jawab kepada Komisaris, dengan tugas utama memberikan masukan kepada Komisaris mengenai masalah-masalah manajemen risiko, mengevaluasi sistem pengawasan manajemen risiko dan pengawasan intern serta menyediakan informasi kepada Komisaris hal-hal yang berkaitan dalam mengantisipasi potensi risiko. Berpedoman terhadap kebijakan Peraturan Bank Indonesia, Bank telah menetapkan suatu kebijakan Manajemen Risiko, melalui Surat Keputusan Direksi Nomor : SKEP/169/SET/BYB/XII/2011 tanggal 23 Desember 2011 tentang Penyempurnaan Pedoman Manajemen Risiko, didalamnya telah mencakup Penerapan 8 (Delapan) Profil Risiko terhadap Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Reputasi dan Risiko Strategis dengan kategori peringkat risiko Bank Umum mencakup risiko inheren dan sistem pengendalian risiko.
Laporan Tahunan 2013
177
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 33. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) Dalam tahun 2012, Bank telah menetapkan Kebijakan Manajemen Risiko serta telah menyusun Profil Risiko untuk posisi 31 Desember 2012, dengan peringkat komposit Moderate dan Sistem Pengendalian Intern Cukup Memadai. 1. Jenis-Jenis Risiko: a. Risiko Kredit Adalah risiko akibat kegagalan Debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. b. Risiko Pasar Adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. c. Risiko Likuiditas Adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. d. Risiko Operasional Adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. e. Risiko Hukum Adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. f. Risiko Kepatuhan Adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. g. Risiko Strategis Adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. h. Risiko Reputasi Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. 2. Penerapan Manajemen Risiko a. Bank wajib menerapkan manajemen resiko secara efektif. b. Penerapan manajemen risiko paling kurang mencakup: 1) 2) 3)
Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit transaksi. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko. 4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh. c. Pengelolaan 8 (delapan) risiko: 1)
178
Bank Yudha Bhakti
Bank wajib melakukan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko terhadap seluruh faktor-faktor risiko (Risk Factors) yang bersifat material.
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 33. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 2. Penerapan Manajemen Risiko (lanjutan) c. Pengelolaan 8 (delapan) risiko: (lanjutan) 2) 3)
Profil Risiko dikelola oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko berdasarkan peran aktif. Pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko wajib didukung oleh: Sistem informasi manajemen yang akurat dan tepat waktu. Pengalaman yang dimiliki Bank dalam mengelola risiko terhadap tingkat risiko yang akan diambil (Risk Appetite). Laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan Bank, kinerja aktivitas fungsional dan eksposur risiko Bank. d. Kategori peringkat risiko bagi Bank umum, mencakup: a. Risiko Inheren, adalah risiko yang melekat pada suatu bisnis atau aktivitas Bank yang timbul dari eksposure (dampak) dan ketidakpastian serta kemungkinan terjadinya kejadian yang merugikan Bank di masa yang akan datang. Peringkat risiko inheren: Rendah Cukup Rendah Moderate
Cukup Tinggi
Tinggi
Dampak kecil, tidak ada kerugian keuangan. Kerugian keuangan yang kecil, terdapat gangguan dalam kegiatan pekerjaan sehari-hari. Terjadi gangguan namun masih dapat melanjutkan bisnis, kerugian keuangan yang cukup besar, reputasi sedikit terpengaruh Terjadi gangguan pada kegiatan bisnis tertentu, kerugian keuangan yang besar, reputasi terganggu pada bisnis/nasabah tertentu. Gangguan bisnis yang signifikan, kerugian keuangan yang sangat besar, reputasi Bank terganggu pada seluruh aspek bisnis.
b. Sistem Pengendalian Intern, adalah serangkaian sistem yang dilakukan Bank dalam rangka mengendalikan risiko atau meminimalkan dampak negatif risiko terhadap kondisi dan kinerja keuangan Bank. Peringkat Pengendalian Risiko: Tidak Memadai
Kurang Memadai Cukup Memadai
Memadai
Sangat Memadai
Manajemen pada umumnya tidak efektif, tidak mampu mengidentifikasi dan mengendalikan kelemahan-kelemahan penerapan Manajemen Risiko yang material. Manajemen pada umumnya kurang efektif, kurang mampu mengidentifikasi dan mengendalikan kelemahan-kelemahan penerapan Manajemen Risiko yang cukup material. Manajemen pada umumnya cukup efektif, cukup mampu mengidentifikasi dan mengendalikan kelemahan-kelemahan penerapan Manajemen Risiko yang kurang material. Manajemen pada umumnya efektif dan mampu mengidentifikasi dan mengendalikan kelemahan-kelemahan penerapan manajemen Risiko yang tidak material. Manajemen secara efektif mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh Risiko Bank.
Laporan Tahunan 2013
179
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 33. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 3. Risk Assesment (Penilaian Risiko) a. Penilaian risiko adalah keseluruhan proses dari Identifikasi Risiko, Analisa Risiko dan Evaluasi Risiko yang dihadapi oleh Bank. Penilaian Risiko mencakup keseluruhan risiko yang dihadapi Bank, yaitu Risiko Kredit, Pasar, Operasional, Likuiditas, Hukum, Strategis, Reputasi dan Kepatuhan. b. Tahapan dalam Penilaian Risiko (Risk Assesment) adalah: 1) Identifikasi Risiko Adalah proses dimana Bank mendeteksi risiko yang berpotensi merugikan finansial Bank akibat dari suatu kasus-kasus tertentu terhadap pelaksanaan aktivitas bisnisnya. 2) Penilaian Risiko Inheren Adalah proses dimana Bank mengukur aktivitas atau bisnis yang melekat didalamnya dengan level risiko dari aktivitas lainnya, sehingga dapat memberikan hasil yang dapat membantu dalam penilaian efektifitas sistem pengendalian risiko. 3) Penilaian Sistem Pengendalian Risiko Adalah proses mengukur kemampuan dan peran aktif Manajemen dalam memenuhi kecukupan seluruh kebijakan, Sistem Informasi Manajemen Risiko dan pengendalian intern yang menyeluruh. 4) Penilaian Risiko Komposit Adalah proses penilaian akhir dari hasil penggabungan penilaian risiko inheren dan sistem pengendalian risiko. c. Dalam penilaian risiko terdapat dua hal yang menjadi pedoman, yaitu: 1) Kuantitas Risiko, mencakup frekuensi dan dampaknya serta probability. 2) Kualitas Sistem Pengendalian Risiko (Risk Control System), berupa judgement yang mencakup 4 (empat) pilar, adalah: Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi. Kecukupan Kebijakan, prosedur dan penetapan limit. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh. 4. Risiko Likuiditas a. Risiko likuiditas Bank per 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut:
Tahun 2013:
dalam ribuan (.000) Kurang
ASET Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Efek-efek Kredit Bunga yang masih harus diterima Aset lain-lain Jumlah Aset
180
Bank Yudha Bhakti
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 6 bulan
> 6-12 bulan
> 12 bulan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Jumlah (Rp)
16.951
-
-
-
-
16.951
138.933
-
-
-
-
138.933
827
-
-
-
-
827
422.422
-
128
-
-
422.550
99.220
-
-
-
-
99.220
139.497
23.386
63.729
105.604
1.185.291
1.517.507
-
-
-
-
-
-
12.594 830.444
14.609 37.995
10.614 74.471
2.503 108.107
68.200 1.253.491
108.520 2.304.508
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 33. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 4. Risiko Likuiditas (lanjutan) a. Risiko likuiditas Bank per 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: (lanjutan)
Tahun 2013 :
dalam ribuan (.000) Kurang
KEWAJIBAN Kewajiban segera Simpanan Simpanan dari bank lain Hutang pajak Kewajiban Lain-lain Jumlah Kewajiban Jumlah Aset (kewajiban) – bersih
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 6 bulan
> 6-12 bulan
> 12 bulan
Jumlah
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
6.357 1.330.618
386.535
90.990
116.599
30.065
6.357 1.954.807
66.916
-
-
-
689
67.605
6.378
-
-
-
-
6.378
1.422
7.620
4
2.780
-
11.825
1.411.691
394.155
90.994
119.379
30.754
2.046.973
(581.247)
(356.160)
(16.523)
(11.272)
1.222.737
257.535
Tahun 2012 :
dalam ribuan (.000) Kurang
ASET Kas Giro pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain Efek-efek Kredit Bunga yang masih harus diterima Aset lain-lain Jumlah Aset
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 6 bulan
> 6-12 bulan
> 12 bulan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Jumlah (Rp)
15.688
-
-
-
-
15.688
174.819
-
-
-
-
174.819
1.121
-
-
-
-
1.121
206.332
300
630
-
-
207.262
70.375
-
-
-
-
70.375
174.014
75.970
61.109
175.426
1.494.444
1.980.963
-
-
-
-
-
-
7.950
19.494
10.585
1.389
80.446
119.864
650.299
95.764
72.324
176.815
1.574.890
2.578.274
Kurang KEWAJIBAN
dari 1 bulan
> 1- 3 bulan
> 3- 6 bulan
> 6-12 bulan
> 12 bulan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Jumlah (Rp)
Liabilitas segera Simpanan Simpanan lain
dari
1.435.823
482.534
76.826
190.214
5
2.185.402
105.230
-
-
-
1.000
106.230
9.037
-
-
-
-
9.037
bank
Hutang pajak Liabilitas Lain-lain
14.427
6.184
-
3.217
-
23.828
Jumlah Liabilitas
1.564.517
488.718
76.826
193.431
1.005
2.324.497
Jumlah Aset (liabilitas) – bersih
(914.218)
(392.954)
(4.502)
(16.616)
1.573.885
253.777
Laporan Tahunan 2013
181
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 34. MANAJEMEN MODAL Sejak tahun 2007, Bank diwajibkan untuk memenuhi kerangka kerja Basel II dalam hal permodalan Bank dengan mengikuti road map implementasi Basel II di Indonesia yang dipimpin oleh Bank Indonesia. Penerapan Bank atas risiko pasar, risiko kredit dan risiko operasional dalam permodalan adalah sebagai berikut: a. Risiko Pasar Sejak November 2007, Bank sudah menerapkan pendekatan standar untuk mengelola risiko pasar sesuai dengan Peraturan BI No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November 2007. b. Risiko Kredit Sesuai dengan Surat Edaran BI No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005, saat ini Bank masih menggunakan pendekatan Basel I untuk mengelolah risiko kredit. Bank akan menerapkan pendekatan standar untuk mengelola risiko kredit mulai 1 Januari 2012 sesuai dengan Surat Edaran BI No. 13/6/DPNP tanggal 18 Pebruari 2011. c. Risiko Operasional Untuk pengelolaan risiko operasional Bank menerapkan pendekatan indikator dasar sesuai dengan Surat Edaran (SE) BI No. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009. Berdasarkan SE ini, beban modal untuk risiko operasional sebesar 5%, 10% dan 15% dari rata-rata pendapatan kotor selama tiga tahun terakhir masing-masing efektif tanggal 1 Januari 2010, 1 Juli 2010 dan 1 Januari 2011. Bank Indonesia menganalisa modal dalam dua tingkatan: i. Modal Tier 1 terdiri dari modal saham biasa, agio saham, obligasi perpetual (yang diklasifikasikan sebagai surat berharga inovatif Tier 1), saldo laba, selisih penjabaran laporan keuangan, dan kepentingan non-pengendali setelah dikurangi goodwill dan aset tak berwujud dan penyesuaian lainnya sehubungan dengan item yang termasuk dalam modal tetapi diperlakukan secara berbeda untuk kepentingan kecukupan modal. ii. Modal Tier 2 terdiri dari pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat dan cadangan umum (maksimum 1,25%).
182
Bank Yudha Bhakti
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 34. MANAJEMEN MODAL (lanjutan) Posisi rasio kecukupan modal (CAR) Bank tanggal 31 Desember 201 3 dan 2012 masingmasing sebesar 15,34% dan 12,89% dengan rincian sebagai berikut:
I. Komponen Modal A. Modal Inti 1. Modal Disetor 2. Cadangan Tambahan Modal 2.1 Faktor Penambah a. Cadangan umum b. Rugi tahun - tahun lalu c. Laba tahun - tahun lalu d. Laba tahun berjalan setelah pajak (50%) e. PPA yang diperhitungkan f. Dana setoran modal 2.1 Faktor Pengurang a. Selisih kurang PPA yg wjb dibentuk dan CKPN atas aset produktif b. PPANP yang wajib dihitung B. Modal Pelengkap (maksimum 100% modal inti) Cadangan Umum Cadangan Penghapusan Aktiva produktif/CKPN (maksimum 1,25% ATMR) II. Total Modal Inti dan Modal Pelengkap III. ATMR untuk Risiko Kredit IV. ATMR untuk Risiko Operasional V. ATMR untuk Risiko Pasar VI. Rasio KPMM untuk Risiko Kredit & Operasional VII.Rasio KPMM untuk Risiko Kredit, Operasional & Pasar
2013 dalam jutaan (Rp)
2012 dalam jutaan (Rp)
208.795 206.516 2.279 57.736 20.131 32.077 5.528 55.457
228.495 184.717 63.778 77.463 20.131 26.823 10.509 13.685
40.266
4.999
15.191 -
8.686 -
-
-
208.795 1.023.616 268.544 68.704 16,16% 15,34%
228.495 1.427.288 240.876 104.315 13,70% 12,89%
Laporan Tahunan 2013
183
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 34. MANAJEMEN MODAL (lanjutan) Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Bank per 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut: i. Eksposur Aset di Neraca :
No
1.
Keterangan
Tagihan Kepada Pemerintah
2012 dlm jutaan (Rp)
ATMR sebelum MRK
ATMR setelah MRK
Tagihan Bersih
ATMR sebelum MRK
ATMR setelah MRK
-
-
334.299
-
-
454.483
-
-
334.299
-
-
-
-
-
-
-
-
454.483
d.
2. 3. 4.
Tagihan Kepada Pemerintah Indonesia e. Tagihan Kepada Pemerintah Negara Lain Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan Bersih
2013 dlm jutaan (Rp)
Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank a.
Tagihan Jangka Pendek
b.
Tagihan Jangka Panjang
5.
Kredit Beragun Rumah Tinggal
6.
Kredit Beragun Properti Komersial
7.
Kredit Pegawai/Pensiunan
8.
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel
9.
Tagihan Kepada Korporasi
10.
Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo a.
Kredit Beragun Rumah Tinggal
Selain Kredit Beragun Rumah Tinggal Aset Lainnya Uang Tunai, Emas dan a. Commemorative Coin b. Penyertaan (selain yang menjadi faktor pengurang modal) 1) Penyertaan modal sementara dalam rangka restrukturisasi kredit 2) Penyertaan kepada perusahaan keuangan yang tidak terdaftar di bursa 3) Penyertaan kepada perusahaan keuangan yang terdaftar di bursa b.
11.
c.
Aset tetap dan inventaris Neto
d.
Aset Yang Diambil Alih (AYDA)
e.
Antar Kantor Neto
f. Lainnya TOTAL
184
Bank Yudha Bhakti
-
-
-
-
-
-
128.998
25.800
21.575
10.651
2.130
1.000
128.998 -
25.800 -
21.575
2.130
1.000
1.416
-
-
-
55.105
21.152
19.744
86.068
32.336
30.073
32.095
32.095
32.095
33.213
33.213
33.213
508.826
254.413
237.346
367.305
183.653
176.071
732.640
549.480
513.542
1.286.953
965.215
938.379
199.018
199.018
84.050
-
-
-
164.993 -
164.993 -
59.569 -
-
-
-
-
-
-
128.148
-
139.675
144.042
-
163.989
16.551
-
-
15.688
-
10
-
15
10
-
-
-
-
-
-
-
10
-
15
10
10
-
-
-
-
-
-
-
14.883
-
14.883
18.401
-
18.401
71.260
-
71.260
56.946
-
85.419
15.688 10
-
-
-
-
-
-
39.358 2.205.288
1.047.933
39.358 1.023.546
38.683 2.461.549
1.415.565
38.683 1.426.775
PT BANK YUDHA BHAKTI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 (Dinyatakan dalam Rupiah) 34. MANAJEMEN MODAL (lanjutan) Perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Bank per 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut (lanjutan): ii. Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pada Transaksi Rekening Administratif : 2013 dlm jutaan (Rp) Tagihan Bersih
ATMR Sebelum Resiko
Tagihan Kepada Pemerintah
-
-
a.
Tagihan Kepada Pemerintah Indonesia Tagihan Kepada Pemerintah Negara b. Lain Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional Tagihan Kepada Bank
-
a. b.
No
1.
2. 3.
2012 dlm jutaan (Rp) Tagihan Bersih
ATMR Sebelum Resiko
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tagihan Jangka Pendek
-
-
-
-
-
-
Tagihan Jangka Panjang
-
-
-
-
-
-
Keterangan
ATMR Setelah MRK
ATMR Setelah MRK
4.
Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
-
-
-
-
-
-
5.
Tagihan Kepada Korporasi
-
-
-
-
-
-
6.
Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel Kredit Beragun Rumah Tinggal Kredit Beragun Properti Komersial Kredit Pegawai/Pensiunan Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo
94
70
70
684
513
513
-
-
-
-
-
-
7. 8. 9. 10.
a.
Kredit Beragun Rumah Tinggal
-
-
-
-
-
-
b.
Selain Kredit Beragun Rumah Tinggal
-
-
-
-
-
-
94
70
70
684
513
513
TOTAL TOTAL ATMR RISIKO KREDIT
(A)
1.023.616
(A)
1.427.288
TOTAL FAKTOR PENGURANG MODAL
(B)
-
(B)
-
35. PERISTIWA SETELAH TANGGAL PELAPORAN Tidak ada peristiwa penting setelah tanggal neraca yang memiliki pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan tanggal 31 Desember 2013.
Laporan Tahunan 2013
185
halaman ini sengaja di kosongkan
186
Bank Yudha Bhakti
Laporan Tahunan 2013
187
188
Bank Yudha Bhakti