LAPORAN AKHIR PENGANTAR USAHA TANI “Analisis Usaha Tani tanaman pakcoy di desa Sumberejo, Batu”
Diusulkan oleh: Moch. Ikbal Sholehudin
115040201111269
Miftakul Hadi S.
115040201111191
M. Hasan Suhaedi
115040200111020
Mega Lazuardini
115040200111144
Mega Apriliyanti
115040201111332
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan analisis usaha tani tanaman pakchoy yang disusun dalam memenuhi laporan akhir praktikum Pengantar usaha tani. Karya tulis ini dapat terwujud berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT atas semua nikmat dan karunia yang diberikan. 2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan memberi dukungan dalam pembuatan karya tulis ini. 3. Dr. Ir. Budi Prasetya, MP selaku Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 4. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan dorongan yang tidak ternilai hingga terselesaikannya karya ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan dalam pembuatan karya tulis di masa mendatang.
Malang, 03 Desember 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii 1.1 Latar belakang .........................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2 2.1 Sejarah Usahatani.....................................................................................................3 2.1.1 Sejarah Usahatani di Indonesia............................................................3 2.1.2 Sejarah Usahatani Pakcoy (Sawi daging).............................................6 2.2 Transek Desa............................................................................................................7 1. Metode Line Intercept (line transect)..........................................................7 2. Metode Belt Transect.................................................................................8 3. Metode Strip Sensus..................................................................................8 2.3 Profil Usahatani......................................................................................................10 2.3.1Karakteristik Usahatani dan Petani Di Indonesia.................................10 2.3.2Tinjauan Tentang sawi Pakcoy (Brassica rapa L)................................11 2.4.Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntunga (Pendapatan) Usahatani.....................13 2.4.1Analisis Biaya Usahatani......................................................................13 2.4.2Analisis Penerimaan Usahatani ..........................................................14 2.5 Analisis Kelayakan Usahatani................................................................................14 2.5.1 R/C Ratio............................................................................................14 3.1 Sejarah Usahatani...................................................................................................19 3.2 Transek Desa..........................................................................................................20 3.3 Profil Petani Responden.........................................................................................20 3.4 Analisis Biaya, Penerimaan Dan Keuntungan Usahatani.......................................21 3.5 Analisis Kelayakan Usaha Tani..............................................................................23 3.6 Pemasaran Hasil Pertanian.....................................................................................23 3.7 Kelembagaan Petani...............................................................................................23 3.8 Kendala Usahatani..................................................................................................25 4.1 Kesimpulan............................................................................................................27 Daftar Pustaka....................................................................................................36
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Sawi Pakcoy........................................................................................6 Gambar 2. Kurva BEP Produksi..........................................................................17 Gambar 3. Transek lahan...................................................................................28 Gambar 4. Dokumentasi.....................................................................................28
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi.........................................................12 Tabel 2. Kalender budidaya pakcoy dalam 1 musim...........................................29 Tabel 3. Kalender Musim tanam dalam 1 tahun..................................................29 Tabel 4. Data anggota keluarga (dalam 1 rumah tangga petani)........................31 Tabel 5. Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian..............................................31 Tabel 6. Data Kepemilikan Ternak......................................................................31 Tabel 7. Kegiatan Bercocok Tanam....................................................................32
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia masih disebut negara pertanian dimana sektor pertanian merupakan sektor yang sangat banyak membantu dalam memberikan mata pencaharian masyarakat di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk Indonesia yang bekerjan pada sector pertanian (Mubyanto,1984). Selain itu, p erkembangan
penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan, berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan pangan terutama sayuran bagi masyarakat. Namun, petani Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan sayuran tersebut baik secara kuantitas maupun kualitas. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut harus mendatangkan dari negara lain. Berdasarkan kondisi tersebut maka sayuran merupakan komoditas yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Upaya pemenuhan kebutuhan sayuran tersebut mengalami hambatan, karena pemerintah memandang komoditas kurang menguntungkan, bila dibandingkan dengan tanaman pangan (padi dan palawija). Salah satu jenis tanaman yang sering dan mudah dalam pembudidayaan yaitu tanaman jenis sayuran sawi-sawian. Tanaman sayuran sawi-sawian merupakan jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, hal ini berjalan seiring dengan permintaan akan sayuran sawi-sawian yang cenderung meningkat. Selain itu, hal ini juga dapat dilihat dari hampir setiap hari masyarakat membeli sayuran sawisawian sebagai makanan sayuran dirumah. Jenis sawi-sawian yang sekarng muali digemari masyarakat untuk dibudidayakan ialah pak choy. Tanaman ini tidak hanya mendukung dari segi penyediaan sayuran bagi masyarakat tetapi juga digunakan sebagai petani sebagai pilihan yang cukup menguntungkan jika ditinjau dari analisis usaha tani. Oleh karena itu, penulis memilih tanaman pak choy untuk dianalisis dari segi usaha tani. Penulis melakukan pengamatan usaha tani tanaman pakchoy di desa Bumi aji, batu. Harapannya dengan analisis ini, dapat dijadikan reerensi untuk bisa memilih tanaman pakchoy sebagai pilihan yang lebih menguntungkan daripada tanaman sayuran lain.
1
1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana potensi tanaman pakchoy untuk meningktakan pendapatan petani didaerah Batu? b. Bagaimana analisis usaha tani tanaman pakchoy yang dilakukan petani batu? 1.3 Tujuan Penulisan a. Untuk mengetahui potensi keuntungan membudidayakan tanaman pakcoy agar bisa meningkatkan pendapatan petani. b. untuk mengetahui usaha tani tanaman pakcoy yang dilakukan petani di desa Sumberrejo, Batu.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Usahatani Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya (Anonymousa, 2013)
2.1.1 Sejarah Usahatani di Indonesia Perkembangan pertanian dan usahatani di Indonesia pada zaman penjajahan hingga sekarang telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pertanian di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah-pindah, dimana masyarakat menanam apa saja, namun hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ladang berpindah adalah kegiatan pertanian yang dilakukan dengan cara berpindah-pindah tempat. Ladang dibuat dengan cara membuka hutan atau semak belukar. Pohon atau semak yang telah ditebang/dibabat setelah kering kemudian dibakar. Setelah hujan tiba, ladang kemudian ditanami dan ditunggu sampai panen tiba. Setelah ditanami 3 – 4 kali, lahan kemudian ditinggalkan karena sudah tidak subur lagi.Kejadian ini berlangsung terus menerus, setelah jangka waktu 10 - 20 tahun, para petani ladang kembali lagi ke ladang yang pertama kali mereka buka. (Surya, 2012) Selanjutnya, setelah beberapa tahun kemudian sistem bersawah pun mulai ditemukan oleh penduduk Indonesia. Dalam periode ini, orang mulai bermukim di tempat yang tetap. Selain itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum ditinggalkan.
3
Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di Bataviakebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921. Dalam system tanam paksa(Cultuurstelsel) ini, Van den Bosch mewajibkan setiap desa harus menyisihkan sebagian sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan tembakau. Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun tak berkembang.
Gambar 1. Petani Indonesia
4
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi
Hijau
yang
dimasyarakat
petani
dikenal
dengan
program
BIMAS (Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50 hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit modal dalam menjalankan usaha pertaniannya (Lokollo, 2002). Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah meluncurkan
program
SUPRAINSUS
(SI).
Program
ini
merupakan
pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan produktivitas tanaman padi. Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagaistake holder pembangunan pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu “pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.” Untuk sistem pertanian dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum efektif dan efisien dari mulai proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen sehingga masih perlu diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusi sektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian dengan mensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi pertanian dengan membuka lahan
5
peranian baru, sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidi pertanian, kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian dan lain-lain. Sistem pertanian organik khususnya, telah dicanangkan pemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh penggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk meningkatkan distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian. 2.1.2 Sejarah Usahatani Pakcoy (Sawi daging) Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand.
Gambar 1 Sawi Pakcoy
Tanaman yang berasal dari Asia Timur ini memiliki ciri-ciri, warna batang putih dan lebar daun berwarna hijau yang mengerut. Belakangan ini, masyarakat
6
Indonesia makin sering mengonsumsi pakcoy yang diolah menjadi berbagai masakan. Karenanya, potensi budidaya pakcoy semakin cerah. Beberapa daerah seperti Indramayu dan Tasikmalaya, Jawa Barat, adalah contoh lokasi pembudidayaan sawi pakcoy di Indonesia. Kedua daerah itu memang terkenal dengan tanahnya yang gembur. Biasanya, para pembudidaya pakcoy tidak hanya menanam satu jenis tanaman di satu lahannya. Tanaman ini banyak dipilih petani karena pembudidayaannya yang relatif mudah. Masa panen pakcoy cukup singkat, hanya sekitar 45 hari. Masyarakat pun kini semakin banyak yang mengenal dan menyukai sawi pakcoy ini dibandingkan dengan sawi atau sayuran lain. Karena pakcoy memiliki kandungan vitamin yang cukup dan mudah dalam pengolahannya. Tekhnik budidaya yang mudah dan minat pasar yang cukup tinggi ini membuat banyak petani menanam pakcoy sebagai tanaman selingan. (Anonynousb, 2013). 2.2 Transek Desa Transek adalah gambaran penampang atau irisan suatu lokasi atau wilayah tertentu yang dapatmemberikan petunjuk tentang keragaman agro-ekosistem suatu wilayah. Transek digunakanpula untuk membuat zona suatu potensi ekologi yang dominan, misalnya pertanian dan hutan. Metode transek biasa digunakan untuk mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu vegetasi yang sifatnya masih homogen.Terdapat 3 metode transek: 1. Metode Line Intercept (line transect) Metode line intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen
tersebut.
Cara
mengukur
panjang
penutupan
adalah
memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek ketanah.
7
2. Metode Belt Transect Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. 3. Metode Strip Sensus Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat spesiesspesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan). Manfaat dari mengetahui transek desa adalah dengan pengamatan secara langsung dilapangan dapat diperoleh data primer dari lapangan. Untuk menggali informasi yang lebih rinci dan menajamkan informasi yang didapat sebelumnya tentang potensi desa. Juga digunakan untuk tujuan-tujuan khusus dengan topiktopik tertentu misalnya untuk mengamati kondisi wilayah seperti topografi, vegetasi, pemilikan lahan, tata guna lahan, permasalahan dll. Langkah-langkah dalam penelusuran transek desa adalah : Persiapan Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan adalah mempersiapkan tim dan masyarakat yang akan ikut, termasuk menetukan kapan dan dimana akan berkumpul. Juga dipersiapkan alat-alat tulis, kertas lebar (palano), karton warna-warni, kertas berwarna, lem, spidol warnawarni. Juga akan menyenangkan apabila membawa perbekalan (makanan ). Peserta terdiri dari tim PRA dan masyarakat, biasanya terdapat anggota
8
masyarakat yang menjadi penunjuk jalan. Tim PRA sebaiknya memiliki anggota atau narasumber yang memahami hal-hal yang sudah diperkirakan akan dikaji dalam kegiatan transek ini, terutama masalah-masalah teknis pertanian. Pelaksanaan
Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tjuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan.
Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan.
Sepakati bersama peserta, lokasi-lokasi penting yang akan dikunjungi serta topik-topik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu, sepakati lintasan penelusuran.
Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama ), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita berada pada saat itu.
Lakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan. Biarkan petani (masyarakat) menunjukkan hal-hal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Didiskusikan keadaan sumber daya tersebut dan amati dengan seksama.
Buatlah catatan-catatan hasil diskusi di setiap ( tugas anggota tim pra yang menjadi pencatat )
Setelah Perjalanan
Bisa selama berhenti dilokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat utnuk setiap bagian lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah seluruh lintasan ditelusuri.langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut :
Jelaskan cara dan proses membuat bagan.
Sepakati lambing atau symbol-simbol yang dipergunakan untuk menggambar bagan transek. Catat simbol-simbol tersebut beserta artinya disudut kertas. Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik.
9
Mintalah masyarakat untuk menggambarkan bagan transek
berdasarkan hasil lintasan yang telah dilakukan. Buatlah dengan bahan atau cara yang mudah diperbaiki atau dihapus karena akan banyak koleksi terjadi.
Selama penggambaran, tim PRA mendampingi karena pembuatan irisan ini cukup sulit terutama mengenai : Pikiran ketinggian (naik-turun permukaan bumi) Perkiraan jarak antara satu lokasi drngan lokasi lain.
Pergunakan hasil gambar transek tersebut untuk mendiskusikan kebih lanjut
permasalahan,
potensi,
serta
harapan-harapan
masyarakat
mengenai semua informasi bahasan.
Buatlah catatan-catatan hasil diskusi tersebut ( tugas anggota Tim PRA yang menjadi pencatat ).
Cantumkan nama-nama atau jumlah peserta, pemandu, tanggal dan tempat pelaksanaan diskusi. (Anonymousc, 2013)
2.3 Profil Usahatani 2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani Di Indonesia Di Indonesia sampai saat ini usaha tani yang ada masih dalam lingkup usaha tani kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
Sumberdaya terbatas à tingkat kehidupan rendah
Bergantung kepada produksi yang subsisten (belum komersil)
Kurang mendpt pelayanan kesehatan, pendidikan. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,
yaitu hanya terfokus pada usahatani, lemahnya dukungan kebijakan mikro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya, usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak di dominasi oleh usaha dengan : skala kecil, modal yang terbatas, penggunaan teknologi yang sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim, wilayah pasarnya lokal, umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga. Sehingga menyebabkan terjadinya involusi petani (pengangguran 10
tersembunyi), akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, pasar komoditi pertanian bersifat mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Usaha tani kecil juga memiliki beberapa batasan yang menyebabkan usaha tani ini kurang dapat berkembang dan potensial. Apabila dilihat dari segi petaninya, petani Indonesia cenderung memiliki pendapatan rendah : ≤ 240 kg beras/thn , lahan yang mereka miliki sempit : ≤ 0,25 Ha (Jawa) dan 0,5 Ha (Luar Jawa), kekurangan modal & tabungan terbatas, pengetahuan terbatas, menjadikan sektor pertanian sebagai tumpuan dalam penyedia lapangan kerja, dan kelompok tani yang kecil-kecil namun kurang aktif sehingga memunculkan Shared poverty (kemiskinan berbagi). (Soekartawi, 2002) 2.3.2 Tinjauan Tentang sawi Pakcoy (Brassica rapa L) Adapun klasifikasi tanaman sawi pakcoy adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica rapa L Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan pakcoy kurang peka terhadap suhu ketimbang sawi putih, sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih luas. Vernalisasi minimum diperlukan untuk bolting. Bunga berwarna kuning pucat. Pakcoy bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter
11
sampai 500 meter dpl.Tanaman pakcoy dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Tanaman pakchoy tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pakcoy ditanam dengan benih langsung atau dipindah tanam dengan kerapatan tinggi; yaitu sekitar 20– 25 tanaman/m2, dan bagi kultivar kerdil ditanam dua kali lebih rapat. Kultivar genjah dipanen umur 40-50 hari, dan kultivar lain memerlukan waktu hingga 80 hari setelah tanam. Pakcoy memiliki umur pasca panen singkat, tetapi kualitas produk dapat dipertahankan selama 10 hari, pada suhu 0. Media tanam adalah tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 5 sampai pH 7. Manfaat dan Kandungan Tanaman Sawi Sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi No Komposisi Jumlah 1 Kalori 22,00 k 2 Protein 2,30 g 3 Lemak 0,30 g 4 Karbohidrat 4,00 g 5 Serat 1,20 g 6 Kalsium (Ca) 220,50 mg 7 Fosfor (P) 38,40 mg 8 Besi (Fe) 2,90 mg 9 Vitamin A 969,00 SI 10 Vitamin B1 0,09 mg 11 Vitamin B2 0,10 mg
12
12 Vitamin B3 0,70 mg 13 Vitamin C 102,00 mg Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979. (Sutirman, 2011)
2.4.Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntunga (Pendapatan) Usahatani 2.4.1
Analisis Biaya Usahatani Biaya usahatani itu sendiri mempunyai arti harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono, 2000). Biaya dibagi menjadi dua, yaitu : 1.
Biaya tetap (fixed cost) Cara menghitung biaya tetap adalah:
Keterangan:
2.
FC
= biaya tetap (Rp)
Xi
= jumlah titik input yang membentuk biaya tetap
Pxi
= harga input (Rp)
n
= jumlah macam input
Biaya tidak tetap (variable cost) Cara menghitung biaya variabel adalah:
Keterangan: VC
= biaya tidak tetap (Rp)
TC
= biaya total (Rp)
FC
= biaya tetap (Rp) Apabila kita ingin mengetahui besarnya total biaya produksi, dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
13
Keterangan: TC
= Biaya Total (Rp)
TFC
= Total Biaya Tetap (Rp)
TVC
= Total Biaya Variabel (Rp)
2.4.2
Analisis Penerimaan Usahatani
Keterangan: TR
= Total penerimaan (Rp)
Y
= Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg)
Py
= Harga Y (Rp)
2.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya.
Dimana: Pd
= pendapatan usahatani (Rp)
TR
= total penerimaan (Rp)
TC
= total (Rp)
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani 2.5.1 R/C Ratio Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan dengan : R/C = Keterangan : R
= penerimaan
14
C
= biaya
PQ
= harga output
Q
= output
TFC
= biayatetap (fixed cost)
TVC
= biaya variable (variable cost) Ada 3 kriteriadalam R/C Ratio, yaitu :
R/C rasio>1 maka usahatani tersebut efisien dan menguntungkan R/C rasio = 1 maka usahatani tersebut BEP R/C rasio< 1 maka usaha tani tersebut tidak efisien atau merugikan 2.5.2 BEP (Break Even Point) Menurut Soekartawi (1995), Break Even Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi / impas (penghasilan = total biaya). BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu : a. BEP Produksi (unit) Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustry agar tidak mengalami kerugian.
BEP Produksi (Unit) = Keterangan : BEP
= Break Even Point (titikimpas)
Q
= Quantities (produksi)
TFC
= Total Fixed Cost (biaya tetap)
TVC
= Total Variable Cost (biaya variabel)
P
= HargaProduk
15
b. BEP Penerimaan (Rupiah) Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP.
BEP Penerimaan (Rp) = Keterangan : BEP
= Break Even Point (titik impas)
TR
= Total Revenue (Penerimaan)
TFC
= Total Fixed Cost (biaya tetap)
TVC
= Total Variable Cost (biaya variable)
16
c. BEP Harga (Rupiah) Break Even Point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada saat BEP, atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan produk (ATC / Average Total Cost)
BEP harga (Rp) =
Keterangan : BEP
= Break Even Point (titik impas)
Q
= Quantities (produksi)
TC
= Total Cost (biaya total)
Gambar 2. Kurva BEP Produksi
17
18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sejarah Usahatani Pada dasarnya sejarah pertanian merupakan suatu bagian dari sejarah kebudayaan manusia yang menetap pada suatu daerah tertentu.Untuk sejarah pertanian di lahan yang kami survey ini memang tergolong dalam penggunaan lahan sawah yang disertai area tutupan lahan tanaman semusim. Untuk komoditas yang ditanam sepenuhnya menggunakan komoditas tanaman semusim dan lebih ditekankan pada komoditas sayur, seperti : kubis dan sawi pakcoy. Sedangkan untuk area tutupan lahan di sawah lain yang tidak kita survey yaitu sedang ditanam komoditas jagung dan cabai merah besar. Kemudian dari hasil wawancara yang sudah kami lakukan kepada petani pemilik lahan tersebut yaitu bapak Yasin, beliau mengatakan bahwa dari dulu saat beliau masih kecil lahan tersebut memang sudah ditanami komoditas sayur sama seperti saat ini. Jadi secara tidak langsung beliau percaya bahwa memang lahan yang beliau miliki tersebut tanahnya cocok untuk ditanami komoditas sayur, sehingga tidak bapak Yasin ini tidak memiliki kemauan untuk berganti komoditas yang lain. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada lahan yang sedang kami survey saat itu, bahwa lahan tersebut sedang ditanami komoditas kubis yang ditumpangsarikan dengan komoditas sawi pakcoy.Selain itu, bapak Yasin juga mengatakan bahwa pada saat lahan tersebut dibudidayakan oleh nenek moyangnya yang terdahulu, sistem tanamnya masih menggunakan sistem tanam monokultur yaitu menanam satu jenis komoditas saja. Akan tetapi, semakin luasnya pengetahuan dan semakin banyak diadakannya penyuluhan oleh instansiinstansi yang bergerak di bidang pertanian seperti Dinas Pertanian, para petani semakin sadar akan pentingnya memperhatikan biodiversitas dalam kegiatan budidaya pertaniannya. Bapak Yasin juga menganggap bahwa itu penting diterapkan pada lahan beliau, jadi untuk sekarang ini beliau menanam komoditas kubis yang ditumpangsarikan dengan tanaman sawi pakcoy. Kemudian untuk sejarah usahataninya, lahan milik bapak Yasin ini berasal dari warisan pemberian orangtuanya.Jadi bisa dikatakan beliau meneruskan usahatani dari orangtuanya, selain itu cara-cara bertani juga beliau dapatkan dari
19
orangtuanya. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pertanian yang sebelumnya sangatlah dipercaya oleh petani yang sekarang ini.Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita juga memperhatikan kelestarian ekosistem di sekitar kita. 3.2 Transek Desa Transek atau Teknik Penelusuran Lokasi merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber saya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Pada saat melakukan survey, kelompok kami menelusuri wilayah Desa Junrejo ini berangkat dari lahan milik bapak Yasin ini menuju rumah beliau. Di sepanjang perjalanan kami menemui fasilitas umum seperti masjid, dan kebetulan lahan milik bapak Yasin ini berdekatakan dengan Kapolsek di Kecamatan Junrejo. Lingkungannya sudah cukup bersih dan memadai. Keadaan rumah dari penduduk di Desa Junrejo ini sudah bisa dikatakan cukup mampu, karena mayoritas warga di desa ini bekerja sebagai petani dengan beberapa usaha sampingan seperti membuka warung makan, usaha bengkel, dll. 3.3 Profil Petani Responden Petani yang kami wawancarai bernama bapak Yasin, beliau berumur 46 tahun. Beliau bertempat tinggal di Desa Junrejo Dusun Junrejo Kota Batu tepatnya di RT 04 RW 05. Pekerjaan utamanya yaitu sebagai petani dan pekerjaan sampingannya yaitu beternak sapi perah. Jumlah anggota keluarganya 3 jiwa yaitu suami, istri dan 1 orang anak. Dengan suami bernama bapak Yasin, istrinya bernama ibu Solikhah yang bekerja sebagai guru playgroup, dan 1 orang anaknya bernama Lutfi A yang sedang kuliah. Kemudian untuk penguasaan lahan garapan pertanian yaitu lahan ini milik pak Yasin sendiri berupa sawah dengan luas 7500 m2. Beliau memiliki sapi perah sebanyak 5 ekor. Kemudian untuk keterkaitannya dengan profil usaha tani, komoditas yang sedang ditanam yaitu sawi pakcoy yang ditumpangsarikan dengan kubis dan bayam.Berikut uraian dari kegiatan bercocok tanamnya. Untuk waktu tanam tanggal 27 Oktober 2013
benih pakcoy disemai di tempat persemaian yang
berada di sebagian lahan dengan ukuran bedengan 10 x 3.5 m. Selain itu sambil
20
menunggu bibit berumur 2 minggu, dilakukan pengolahan lahan pada tanggal 07 Oktober 2013 dengan cara membalik tanah, dan dibuat bedengan menggunakan cangkul. Kemudian setelah bibit pakcoy berumur 2 minggu, dilakukan penanaman yaitu dengan memindahkan bibit ke lahan yaitu pada tanggal 11 Oktober 2013. Kemudian setelah penanaman selesai dilakukan perawatan, antara lain tanggal 25 Oktober dan 09 November 2013 dilakukan pemupukan pupuk urea dengan dosis yang sesuai. Selain itu, perawatan yang lain yang harus dilakukan yaitu penyemprotan yang dilakukan pada tanggal 27 Oktober dan 11 November 2013. Setelah pakcoy tersebut berumur 40 Hari, tanaman pakcoy tersebut sudah siap untuk dipanen yaitu pada tanggal 21 November 2013. Untuk pengairannya dilakukan setiap minggu. Apabila sudah turun hujan, maka kegiatan pengairan haruslah diminimalisir. 3.4 Analisis Biaya, Penerimaan Dan Keuntungan Usahatani 3.4.1 Input a. Biaya tetap Harga / unit Harga
Lama
Penyusutan
(Rp)
total (Rp)
pemakaian
/bulan
7500 m2
2.250.000/thn
187.500
2 Bulan
Rp. 375.000
Pajak
1
60.000/tahun
60.000
2 Bulan
Rp.
Cangkul
3
100.000
300.000
2 tahun
Rp.
12.500
Alat semprot
1
400.000
400.000
5 tahun
Rp.
6.600
Sabit
3
50.000
150.000
2 tahun
Rp.
6.250
Mesin/ alat
Jumlah
Sewa lahan
Total
10.000
Rp. 410.350,-
b. Biaya Variabel No Uraian 1 Benih/Bibit 2 Pupuk:
Jumlah (Unit) 10
Harga (Rp) 24.000
Biaya (Rp) 240.000
Pupuk Organik
-
-
-
Pupuk Urea
- 150 kg
- 1800
- 270.000
Pupuk Phonska
- 90
- 3500
- 315.000
21
3
Pupuk SP36 Obat-obatan
-
-
-
- Dospran Tenaga Kerja
- 2 Liter
- 31.000
- 62.000
- 2 Orang
- 40.000
- 80.000
- Penyiangan
- 5 Orang
- 40.000
-
200.00
- Pengairan
- 2 Orang
- 40.000
-
80.000
- Penyemprotan
- 1 Orang
- 40.000
-
40.000
- Pemupukan
- 2 Orang
- 40.000
-
80.000
- Pemanenan
- 2 Orang
- 40.000
-
80.000
Kegiatan : - Pengolahan Tanah - Penanaman 4
- 5 Orang - 40.000 5 Air 6 Listrik Total Biaya Variabel / TVC (Total Variable Cost) 3.4.2
- 200.00 1.647.000
Output
Produksi 1.65 ton @2500,-/ kg
=Rp 4.125.000,-
1. Keuntungan Tt = TR-TC = Rp 4.125.000 - Rp 2.057.350 = Rp 2.067.650,Artinya, dalam
satu kali produksi, petani bisa mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 2.067.650,2. R/C Ratio R/C Ratio = Pq.Q / (TFC + TVC) = 2500 X 1.65 / (Rp. 410.350 + Rp 1.647.000 ) = 4.125.000 / 2.057.350 = Rp 2.00 R/C sebesar 2.00 menunjukkan bahwa dari modal 1,00 akan diperoleh pengembalian modal sebesar 2.00. Dengan R/C ratio lebih dari satu maka usaha tani pakcoy layak untuk dilanjutkan dan dijadikan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan.
22
3. BEP harga = TC = 2.057.350 = Rp.1.246.89/kg Q
1650
Artinya, pada produksi akan mencapai titik impas apabila terjual dengan harga Rp. 1.246.89/ kg BEP Produksi =
TFC
=
P-TVC/Q
410.350
= 273.23 kg
2.500- 1.647.000/1650
Artinya, pada produksi akan mencapai titik impas apabila terjual dengan produksi sebesar 273.23 kg. BEP Penerimaan =
T FC
=
1-TVC/TR
410.350
= Rp. 683.916.66
1- 1.647.000/4.125.000
Artinya, pada produksi akan mencapai titik impas apabila menerima pendapatan sebesar Rp. 683.916.66 3.5 Analisis Kelayakan Usaha Tani Berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwasannya usaha tani tanaman pakcoy dapat dikatakan layak untuk dilakukan karena R/C ratio sebesar 2.00 (>1). 3.6 Pemasaran Hasil Pertanian Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan, pemasaran komuditas pakcoy yang ditanam petani yaitu dengan cara langsung dijual ke tengkulak. Kuantitas produksi di timbah ketika masih dilahan dan pembayaran juga terjadi di tempat tersebut. Alasan petni menjual ke tengkulak adalah petani tidak memiliki hubungan dengan konsumen yang mampu membeli produknya tersebut, selain itu petani juga tidak memiliki hubungan hubungan dengan orsng ysng juslsn di pasar. Alasan lain petani menjual ke tengkulak adalah selisih antara dijual ke tengkulak dengan dijual ke pasar tidaklah banyak. Sehingga petani lebih memilih menjual langsung ke tengkulak.yang lebih mudah dan langsung mendapatkan uang. 3.7 Kelembagaan Petani
23
Menurut Suradisastra, (2008), kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Kelembagaan Usahatani atau Kelompok Tani yang ada Desa Junrejo. Kecamatan Junrejo Kota Batu bernama Sri Sejati. Bapak Yasin ikut keanggotaan kelompok tani ini. Beliau ikit namun tidak aktif dalam seluruh kegiatan Gapoktan tersebut. Sebenarnya beliau menyadari bahwa dengan mengikuti dan aktif di kelompok tani tersebut akan memiliki banyak manfaat. Diantaranya ada subsidi benih dan subsidi pupuk, pengarahan tentang praktek budidaya tanaman, penentuan pola tanam sesuai musimnya dll. Menurut Dimyati (2007), permasalahan yang masih melekat pada sosok petani dan kelembagaan petani di Indonesia adalah: 1.
Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran.
2.
Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm).
3.
Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal. Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu melakukan upaya
pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompok tani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi bargaining position petani. Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil jerih payah usahatani mereka terutama diwujudkan melalui tingkat harga output yang layak dan menguntungkan petani. Dengan demikian, penguatan dan pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian
24
kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk menopang dan menunjang aktivitas kehidupan pembangunan pertanian di pedesaan. 3.8 Kendala Usahatani Kendala yang dihadapai oleh petani yang kami wawancarai adalah yang pertama yaitu adanya perubahan musim yang tidak menentu sehingga petani kesulitan menentukan pola tanam dan waktu tanam yang tepat. Apabila petani tidak tepat dalam penentuan pola tanam dan waktu waktu tanam maka bisa saja petani mengalami gagal panen. Dan menurut wawancara yang kami lakukan ke petani yaitu pak Yasin, beliau menjelaskn bahwa tidak ada solusi yang tepat untuk bisa menyesaikan permasalahan ini. Solusi yang kami tawarkan adalah dengan ikut aktif di kelompok tani dan melakukan perencanaan waktu tanam dan pola tanam dengan tepat. Kemudian kendala yang kedua yaitu adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidayakan. Serangan hama dan penyakit ini bisa menurunkan kualitas dan juga kuantitas produsi tanaman budidaya, selain itu dengan adanya serangan hama dan penyakit maka petani akan mengeluarkan input tambahan dalam pengendaliannnya. Pada lahan milik pak Yasin yang sedang ditanami komoditas pakcoy ini terjadi serangan hama yaitu sejenis kepik yang menyerang daun sehingga daun menjadi berlubang, beliau biasanya menyebut hama ini dengan nama hama bukur. Solusi yang bisa dilakukan untuk menekan populasi hama ini beliau mengaplikasikan pestisida yang dilakukan setiap 2 minggu sekali. Sebenarnya, solusi yang tepat untuk menekan serangan hama dan penyakit adalah dengan memperbaiki kembali kondisi agroekosistem dalam lahan tersebut. Pemanfaatan musuh alami dan organisme-organisme menguntungkan lainnya dalam lahan merupakan teknik yang paling efektif dan ramah lingkungan dalam pengendalian OPT. Mengurangi insentifitas aplikasi bahan anorganik juga sangat membantu meminimalisir ledakan dan kekebalan hama maupun penyakit. Harga komoditas tanaman yang dibudidayakan khususnya tanaman pakcoy ini bersifat fluktuatif, kadang-kadang harganya tinggi dan biasanya juga sangat rendah sehingga petani mengalami kerugian. Solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah penentuan pola tanama
25
dan waktu tanam yang baik, kemudian diversivikasi tanaman budidaya juga merupakan salahsatu solusi yang tepat sehingga bisa menekan terjadinya kerugian akibat fluktuasi harga.
26
BAB IV Kesimpulan 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil wawancara Petani di Desa Junrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Petani yang diwawancarai bernama bapak Yasin, beliau berumur 46 tahun. Tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman pakcoy.dari hasil wawancara yang dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. dalam satu kali produksi, petani bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.067.650,2. R/C sebesar 2.00 menunjukkan bahwa dari modal 1,00 akan diperoleh pengembalian modal sebesar 2.00. Dengan R/C ratio lebih dari satu maka usaha tani pakcoy layak untuk dilanjutkan dan dijadikan pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. 3. produksi akan mencapai titik impas apabila terjual dengan harga Rp. 1.246.89/ kg. Dan menerima pendapatan sebesar Rp. 683.916.66 4. pemasaran yang dilakukan petani langsung ke tengkulak 5. permasalahan yang terjadi yang ada dalam budidaya pakcoy adalah musim yang tidak menentu, adanya serangan hama Bukur, dan harga pakcoy yang fluktuatif.
27
BAB V Lampiran 5.1 Transek Desa dan Peta Desa
: Agroforestri Gambar 3. Transek lahan
: Jagung
: Cabai
: Pakcoy
28
u
J Lahan
A
Lokasi Lahan
Lahan Lahan
L A N
R A y A
Polse kGa mbar 4. Dena h Desa Batu
Rm h
27
5.2 Lampiran foto Hasil pengamatan lapang
Gambar 4. Dokumentasi
28
5.3 Kalender Musim Tanam No 1 2 3 4 5 5 6 7 8 9 10 11
Tanggal Jenis Kegiatan Uraian 27 Oktober 2013 Persemaian 7 Oktober 2013 Pengolahan tanah 11 Oktober 2013 Penanaman 15 Oktober 2013 Pengairan 23 Oktober 2013 Penyiangan 25 Oktober 2013 Pemupukan 26 Oktober 2013 Pengairan 27 Oktober 2013 Penyemprotan 9 November 2013 Pemupukan 10 November 2013 Pengairan 11 November 2013 Penyemprotan 21 November 2013 Pemanenan Tabel 2. Kalender budidaya pakcoy dalam 1 musim
Bulan
Komoditas
Oktober - Desember
Pakcoy dan Brokoli
Januari - April
Padi
Mei - September
Tomat/cabai/Jagung
September - November
Kubis
Tabel 3. Kalender Musim tanam dalam 1 tahun 5.4 Quisioner Data Survei Lapang Survey Sosial Ekonomi Rumah Tangga Petani Nama Petani
: Pak Yasin
Desa
: Desa Junrejo.
Dusun
: Kecamatan Junrejo
RT/RW
: 04/05
Kota/Kabupaten
: Kota Batu
Komoditas
: Sawi Pakcoy
Nama Kelompok Tani: Gapoktan Sri Sejati Tanggal Wawancara : 21 November 2013 I. Sejarah Usaha Tani 1. Sejarah Pertanian di desa : Sejarah pertanian di lahan yang kami survey ini memang tergolong dalam penggunaan lahan sawah yang disertai area tutupan
29
lahan tanaman semusim. Untuk komoditas yang ditanam sepenuhnya menggunakan komoditas tanaman semusim dan lebih ditekankan pada komoditas sayur, seperti : kubis dan sawi pakcoy 2. Sejarah Usaha Petani : Sejarah usahatani lahan milik bapak Yasin ini berasal dari warisan pemberian orangtuanya.Jadi bisa dikatakan beliau meneruskan usahatani dari orangtuanya, selain itu cara-cara bertani juga beliau dapatkan dari orangtuanya II. Transek Desa 1. Komoditas pilihan kelompok
: Sawi Pakcoy
2. Gambar : Transake Desa (dilembar terpisah dari quisioner ini) III. Profil Petani Responden 1. Nama
: P. Yasin
2. Umur
: 46
3. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 4. Pekerjaan utama a. Petani b. Pedagang c. Tukang kayu/batu d. PNS e. Lainnya, sebutkan :……… 5. Pekerjaan Sampingan a. Petani b. Pedagang c. Tukang kayu/batu d. PNS e. Lainnya, sebutkan : Peternak Sapi Perah
30
6. Jumlah anggota keluarga : 3 Jiwa 7. Keterangan anggota keluarga (dalam 1 Rumah tangga petani) No 1 2 3
Pekerjaan Utama Sampingan KK dkn P. Yasin Suami 46 SMA Petani Ternak sapi B. Solikhah Istri 40 S1 Guru Lutfi A Anak 21 kuliah Mahasiswa Tabel 4. Data anggota keluarga (dalam 1 rumah tangga petani) Nama
Hub. dg.
Umur
Pend
Keteranga n -
8. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian No
Keterangan
1
Milik Sendiri - Digarap
Sawah
Jenis Lahan (Ha) Tegal/Kebun Pekarangan
- 0.75
sendiri
2
-
- Disewakan
-
- Dibagi-bagi Jumlah (a) Milik Orang
-
Lain - Disewa
Jumlah
-
- 0.75
- 0.75
-
-
-
- Dibagi-bagi Jumlah (b) Jumlah (a + b) 0.75 Tabel 5. Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian
-
0.75 Ha
9. Kepemilikan No 1 2 3 4
Jenis Ternak Jumlah Sapi 5 Kambing Ayam Lainnya Tabel 6. Data Kepemilikan Ternak
IV. Usahatani (Kegiatan Bercocok Tanam) 1. Komoditas
: Pakcoy
2. Pola Tanam
: Tumpang sari
31
3. Kegiatan Bercocok tanam No 1 2 3 4 5 5 6 7 8 9 10 11
Waktu Tanam Jenis Kegiatan 27 September 2013 Persemaian 7 Oktober 2013 Pengolahan tanah 11 Oktober 2013 Penanaman 15 Oktober 2013 Pengairan 23 Oktober 2013 Penyiangan 25 Oktober 2013 Pemupukan 26 Oktober 2013 Pengairan 27 Oktober 2013 Penyemprotan 9 November 2013 Pemupukan 10 November 2013 Pengairan 11 November 2013 Penyemprotan 21 November 2013 Pemanenan Tabel 7. Kegiatan Bercocok Tanam •
Uraian -
Jika menggunakan pupuk organik apakah : a. Milik Sendiri/membuat sendir (ceritakan bahan-bahan dan caranya) b. Beli
•
Cara pengendalian / pemberantasan hama / penyakit yang dilakukan petani a. Menggunakan pestisida kimia : Insekisida dospran b. Menggunakan pestisida organic : c. Secara mekanis : d. Secara biologis : e. Lainnya : -
V. BIAYA, PENERIMAAN & KEUNTUNGAN USAHATANAI 1. Biaya Usahatani (satu kali musim tanam) a. Biaya Tetap / TFC (Total fixed cost) No
uraian
Jumlah (Unit)
1 2
Sewa lahan Sewa Alat : Penyusutan Alat:
7500 m2 -
3
Harga (Rp) (perhitungan) 2.250.000 -
Biaya (Rp) 187.500 -
- Cangkul
-
3
- 300.000
- 12.500
- Alat Semprot
-
1
- 400.000
- 6.600
- Sabit
-
3
- 150.000
- 6.250
32
4
Pajak - 1 Tahun - 60.000 Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
- 5000 217.850,-
b. Biaya Variabel / TVC (Total Variabel Cost) No Uraian 1 Benih/Bibit Pupuk: 2
3
Jumlah (Unit) 10
Harga (Rp) 24.000
Biaya (Rp) 240.000
Pupuk Organik
-
-
-
Pupuk Urea
- 150 kg
- 1800
- 270.000
Pupuk Phonska
- 90
- 3500
- 315.000
Pupuk SP36 Obat-obatan
-
-
-
- Dospran Tenaga Kerja
- 2 Liter
- 31.000
- 62.000
- 2 Orang
- 40.000
- 80.000
- Penanaman
- 5 Orang
- 40.000
-
200.000
- Penyiangan
- 2 Orang
- 40.000
-
80.000
- Pengairan
- 1 Orang
- 40.000
-
40.000
- Penyemprotan
- 2 Orang
- 40.000
-
80.000
- Pemupukan
- 2 Orang
- 40.000
-
80.000
Kegiatan : - Pengolahan Tanah 4
- Pemanenan - 5 Orang - 40.000 5 Air 6 Listrik Total Biaya Variabel / TVC (Total Variable Cost)
- 200.000 1.647.000
c. Total Biaya / TC (Tota Cost) No Biaya Total Biaya (Rp) 1 Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) Rp. 217.850 2 Total Biaya Variable (Total Variable Rp. 1.647.000 Cost) Total Biaya (Tota Cost)
Rp. 1.864.850
2. Penerimaan Usaha Tani No Biaya 1 Produks (Unit)
Nilai 1.65 ton
Jumlah (Rp) Rp. -
33
2
Harga (per satuan unit) 2500/kg Penerimaan Usahatani (Total Revenue)
Rp. Rp. 4.125.000
34
3. Keuntungan Usahatani No Uraian 1 Total Biaya (Total Cost) 2 Penerimaa (Total Revenue) Keuntungan
Jumlah (Rp) Rp. 1.864.850 Rp. 4.125.000 Rp. 2.260.150
VI. PEMASARAN HASIL PERTANIAN Jumlah Unit %
No Uraian
Pemasaran Lembaga Tempat/ Pemasaran
Alasan
Lokasi
1
Dikonsumsi
-
-
-
-
-
2
sendiri Dijual
1.65
10
Tengkulak
Lahan
-
0 VII. Kelembagaan No Jenis Kelembagaan 1
Kelompok tani Sri Sejati
Lokasi
Manfaat Bisa menyediakan saprodi dan dapat memberikan pengarahan kepada para petani
Desa Junrejo
VIII. Kendala – Kendala Petani dalam Berusahatani No
Kendala
Solusi
1
Hama
Pestisida
2
Cuaca tidak menentu
3
Harga fluktuatif
Berdoa Waktu tanam yang tepat
Harapan Populasi dapat ditekan sampai dibawah AE Supaya terhindar dari gagal panen Panen ketika harga mahal
35
Daftar Pustaka Adiwlaga Anwas. 2012. Ilmu Usatanai. Bandung : Bumi Aksara. Anonymousa,http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-125-818544967-bab%20 ii.pdf diakses pada 04 Desember 2013 Anonymousb,http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22767-File% 206_BAB%20II.pdf diakses pada 04 Desember 2013 Bachraen Saeful. 2012. Penelitian Sistem Usaha Pertanian Di Indonesia. Bandung : IPB Press. Rural, Apraisal. 1966 Berbuat bersama, Berperan Serta, Acuan Penerapan Participatory Rural Apraisal, Studio Drya Media, Bandung Untuk Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi, Nusa Tenggara, 1966 Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Supriyono. 2000. Ilmu Usahatani. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta Sutirman. 2011. Pakcoy (Sawi Sendok) Organik – Bisnis Sayuran Menguntungkan. Gunadarma. Jogjakarta. Yayasan Bina Masyarakat Sejahtera (BMS). 2001. Bahan Latihan Pendamping. Jakarta.
36