HALAMAN SAMPUL LAPORAN HASIL SURVEI MATA KULIAH PENGANTAR USAHA TANI
OLEH: KELOMPOK 4
KELAS A
RIZAL PRIMADANI
125040201111032
DYAH NUR AISYAH
125040201111043
IMTIKHANNA DYANUAR W
125040201111053
DINNAR KUSUMANINGTYAS
125040201111086
GILANG BAYU L
125040201111115
VERAYUNITA FEBRIYANI
125040201111122
AMUL HEKSA BAJAFITRI
125040201111131
PRIYANTO HERMAWAN
125040201111232
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas bimbingan-Nya maka kami bisa menyelesaikan laporan akhir praktikum Pengantar Usaha Tani tepat pada waktunya. Laporan akhir ini disusun untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Pengantar Usaha Tani Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan penulisan laporan akhir ini. Kami juga menyadari bahwa dalam laporan akhir ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengaharpkan kritik dan saran demi sempurnya laporan akhir ini. Semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 19 Desember 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4 1.1
Latar Belakang ............................................................................................................... 4
1.2
Tujuan ............................................................................................................................. 4
1.3
Manfaat ........................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 6 2.1 Sejarah Usahatani ............................................................................................................... 6 2.2 Transek Desa ....................................................................................................................... 8 2.3 Profil Usahatani ................................................................................................................. 11 2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani ...................... 14 2.5 Analisis Kelayakan Usahatani.......................................................................................... 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 18 3.1 Sejarah Usahatani ................................................................................................................ 18 3.2 Transek Desa ....................................................................................................................... 18 3.3 Profil Petani dan Usahatani ................................................................................................. 19 3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) UsahataniError!
Bookmark
not defined. 3.5 Analisis Kelayakan Usahatani ............................................................................................. 22 3.6 Pemasaran Hasil Pertanian .................................................................................................. 23 3.7 Kelembagaan Petani ............................................................................................................ 23 3.8 Kendala Usahatani................................................................Error! Bookmark not defined. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 29 4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 29 4.2 Saran .................................................................................................................................... 29 BAB V LAMPIRAN ................................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 32
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, yaitu sebagian besar penduduknya berperan sebagai petani, sehingga sektor pertanian memegang peranan yang penting. Sektor pertanian merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia pangan bagi masyarakat. Pertanian dalam pengertian luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usahatani. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat. Secara garis besar, besarnya pendapatan usahatani diperhitungkan dari pengurangan besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usahatani tersebut. Penerimaan suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usahatani, jenis dan harga komoditi usahatani yang diusahakan, sedang besarnya biaya suatu usahatani akan dipengaruhi oleh tenaga kerja,kondisi lahan, jenis dan varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi yang digunakan. Untuk mengetahui keberhasilan dari suatu usahatani maka perlu dilakukan analisis usahatani yang meliputi kegiatan pertanian secara on-farm maupun off-farm.
1.2 Tujuan Secara umum tujuan laporan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dalam menganalisis usahatani dan melakukan pengamatan langsung baik dalam hal budidaya maupun analisis ekonomi. Secara khusus tujuan makalah ini adalah:
Agar mahasiswa mengetahui kelayakan suatu usahatani yang ditinjau dari biaya, penerimaan dan keuntungan yang didapatkan petani.
Agar mahasiswa mengenal lebih dekat hambatan yang dihadapi oleh petani dalam proses pengembangan agribisnis serta apa yang dilakukan untuk mengatasinya, solusinya.
4
1.3 Manfaat Manfaat dari laporan ini diantaranya :
Mahasiswa mampu memahami bagaimana kelayakan suatu usahatani yang ditinjau dari biaya, penerimaan dan keuntungan yang didapatkan petani dalam suatu usahatani
Mahasiswa mampu memahami masalah yang dihadapi petani dalam kegiatan usahatani dan cara penyelesainnya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia, mulailah dilakukan penjualan atau pemberian tanah yang luas oleh VOC kepada pihak-pihak yang berjasa kepada Belanda. Pada pemerintahan Belanda, kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC. VOC menentukan perdagangan monopoli, hanya dengan VOC-lah rakyat boleh berdagang. Apalagi pada saat ada gerakan tanaman kopi paksa oleh VOC terhadap penduduk, di Jawa Barat hingga tahun 1921. Pada zaman cultursteelsel yang diciptakan Van Den Bosch, memperbaiki sewa tanah atau landrente yang dibentuk oleh Raffles (pada saat tanam paksa). Berdasarkan culturstelseel tersebut para petani tidak diminta 1/5 hasil bumi yang mereka peroleh, melainkan para petani harus menanami 1/5 dari tanah mereka dengan jenis-jenis tanaman menurut kehendak pemerintah. Pada saat itu komoditi yang memiliki harga tinggi di pasar dunia adalah tebu. Para petani diwajibkan mencurahkan tenaga kerjanya lebih banyak kepada tanaman wajib daripada tanaman mereka sendiri. Akibat peraturan yang ketat banyak para petani yang mengungsi ke daerah memasuki hutan dan mereka membuka tanah untuk dijadikan sawah. Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921, itupun tanah masih dikuasai oleh orang-orang Eropa, namun dengan menanam tanaman bebas mereka mengusahakan pertanian di Indonesia di atas tanah yang luas, menggunakan modal besar dan usahanya ditetapkan di bawah pimpinan yang ahli dengan menikmati lindungan dari pemerintah Hindia Belanda. Maka tidaklah mengherankan, bahwa perusahaan perkebunan ini memperoleh keuntungan yang luar biasa besarnya. Petani-petani Indonesia hanyalah buruh dengan upah yang sangat rendah. Hal berlangsung terus hingga zaman penjajahan berakhir. Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya 6
terhadap tanamannya pun tak berkembang. Setelah swasembada beras hingga tahun 1990 an, baru ada perubahan kebijakan dari beras ke pangan. Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS. Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Revolusi Hijau memakan waktu lebih dari 20 tahun telah berhasil mengubah sikap para petani khususnya para petani sub sektor pangan, dari anti teknologi ke sikap yang mau memanfaatkan teknologi pertanian modern. Perubahan sikap petani sangat berpengaruh terhadap kenaikan produktivitas sub sektor pangan sehingga Indonesia mampu mencapai swasembada pangan. Namun kerugian yang ditimbulkan Revolusi Hijau pun tidak sedikit, diantaranya adalah membuat petani bodoh. Banyak pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak dilupakan. Para petani tergantung pada paket-paket teknoloogi pertanian produk industri. Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF waktu itu, subsidi pertanian (pupuk, benih, dll) juga dicabut dan tarif impor komoditi khususnya pangan dipatok maksimum 5%. Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya irigasi banyak yang rusak karena biaya pemeliharaan tidak ada. Penyuluh pertanian juga kacau balau karena terlalu mendadak didaerahkan. Tidak hanya itu, akibat kerusuhan, jaringan distribusi bahan pangan dan sarana produksi pertanian lumpuh, antrian beras dan minyak goreng terjadi dimana-mana. Itulah kondisi pertanian dan pangan yang kita hadapi saat itu. Akibat perubahan mendadak tersebut pelaku agribisnis khususnya para petani mengalami kegamangan dan kekacauan. Kredit untuk petani tidak ada, harga pupuk melambung baik karena depresiasi rupiah maupun karena pencabutan subsidi. Itulah sebabnya mengapa pada saat krisis pada tahun 1998-1999 booming agribisnis tidak berlangsung lama meskipun depresiasi rupiah cukup memberi insentif untuk eksport. Perubahan mendadak waktu itu, tidak memberi waktu bagi para petani untuk menyesuaikan diri. Sehingga PDB pertanian mengalami pertumbuhan rendah sebesar 0,88 persen (terendah sepanjang sejarah) (Saragih, 2004).
7
2.2 Transek Desa a.
Definisi transek desa Arti harfiah (terjemahan lurus) dari “Transek” itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati “wilayah-wilayah Ekologi” (pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya). Teknik Penelusuran Lokasi (Transek) adalah teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.
b.
Jenis Jenis Transek Jenis-jenis Transek berdasarkan jenis informasi (topik kajian) terdiri dari tiga jenis yaitu Transek Sumber Daya Desa yang bersifat umum, Transek Sumber Daya Alam dan Transek untuk Topik Topik Khusus. Uraian singkat ketiha jenis transek tersebut adalah:
Transek Sumber Daya Desa ( Umum ) Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa yang bersangkutan guna mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan. Keadaankeadaan yang diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK (mandicuci-kakus), sarana umum desa (a.l. sekolah, toko, tembok dan gapura desa, tiang listrik, puskesmas, dsb), juga lokasi kebun dan sumber daya pertanian secara garis besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum pemukiman desa tersebut, terutama sarana-sarana yang dimiliki desa, sedangkan keadaan sumber daya alam dan bukan alam dibahas secara garis besarnya saja. Kajian ini akan sangat membantu dalam mengenal desa secara umum dan beberapa aspek lainnya dari wilayah pemukiman yang kurang diperharikan.
8
Transek Sumber Daya Alam Transek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih tajam mengenai potensi sumberdaya alam serta permasalahan-permasalahannya, terutama sumber daya pertanian. Seringkali, lokasi kebun dan lahan pertanian lainnya milik masyarakat berada di batas dan luar desa, sehingga transek sumber daya alam ini bisa sampai keluar desa. Informasi-informasi yang bisanya muncul antara lain adalah :
Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi) : termasuk ke dalamnya adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata air, sumur).
Pemanfaatan sumber daya tanah (tataguna lahan) : yaitu untuk wilayah permukiman, kebun, sawah, lading, hutan, bangunan, jalan, padang gembala, dan sebagainya.
Pola usaha tani: mencakup jenis-jenis tanaman penting (antara lain jenis-jenis lokal) dan kegunaanya (misalnya tanaman pangan, tanaman obat, pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan hasilnya dan sebagainya.
Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumber daya alam : termasuk teknologi tradisional, misalnya penahan erosi dari batu, kayu, atau pagar hidup; pohon penahan api; pemeliharaan tanaman keras; system beternak; penanaman berbagai jenis rumput untuk pakan ternak, penahan air, penutup tanah; system pengelolaan air, (konservasi air, kontrol erosi, dan pengairan) dan beberapa hal lainnya.
Pemilikan sumber daya alam : biasanya terdiri dari milik perorangan, milik adat, milik umum/desa, milik pemerintah (missal hutan).
Kajian lebih lanjut yang dilakukan antara lain adalah :
Kajian mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya tersebut baik oleh pemilik maupun bukan (missal, penduduk yang tidak memiliki kebun mungkin menjadi pengumpul kayu bakar dari hutan, menjadi buruh, dsb).
Kajian mengenai hal-hal lain yang mempengaruhi pengelolaan sumber daya, seperti perilaku berladang dan tata cara adat dalam pengelolaan tanah, pengelolaan air, peraturan memelihara ternak, upacara panen, dan sebagainya.
Transek Topik Topik Lain 9
Transek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topik-topik khusus. Misalnya: transek yang dilakukan khusus untuk mengamati sarana kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa, transek wilayah persebaran hama, atau transek khusus untuk mengamati sumber air dan system pengelolaan aliran air serta irigasi, pendidikan dasar, dan sebagainya.
Selain jenis transek berdasarkan topik kajian diatas, transek juga dapat dikelompokan dari segi cara penelusuran di lapangan, baik menurut garis lurus, bukan garis lurus dan atau melalui lintasan sumber air.
Transek Lintasan Garis Lurus Ditempat tim dan masyarakat berkumpul untuk melakukan penelusuran lokasi, dibahas dan ditetapkan lintasan yang akan dilakukan. Kegiatan penelusuran lokasi ini bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Berjalan mengikuti garis atau mengikuti jalan utama dan jalan-jalan di permukiman, di wilayah yang ingin diamati keadaanya (dengan demikian, lintasan yang sebenarnya tentu saja tidak benar-benar berupa „garis‟ lurus)
Berjalan mulai dari titik terendah sampai titik tertinggi atau sebaliknya dari titik tertinggi ke titik terendah (biasanya dilakukan untuk membandingkan kondisi lahan dan jenis usaha pertanian yang dilakukan pada tingkat ketinggian yang berbeda di wilayah dataran tinggi).
Transek Lintasan Bukan Garis Lurus Kegiatan ini dilakukan dengan perjalanan yang mengabaikan lintasan jalan yang ada. Yang menentukan adalah letak-letak atau lokasi pengamatan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, perjalanan dimulai dengan lokasi yang paling dekat, kemudian paling jauh. Arah perjalanan untuk mencapai lokasi-lokasi yang akan diamati tersebut bisa dilakukan dengan beberapa kemungkinan yaitu :
Berkelok-kelok (zig-zag)
Bisa pulang pergi atau juga berputar
Menyapu (semua arah)
10
Berdasar pengalaman, cara ini memberikan suatu hasil yang lebih menyeluruh daripada melintas lokai mengikuti garis lurus.
Transek Lintasan Saluran Air (Sumber Air) Penelusuran ini dilakukan dengan berjalan mengikuti aliran air secara sistematis untuk menyusuri aliran air atau tepian sungai. Pengamatan dilakukan terhadap daerah di sepanjang saluran air atau tepian sungai untuk mengkaji penataan sumber air bagi pertanian dan memperoleh informasi tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dilakukan oleh para petani.
c.
Tujuan Transek Penelusuran lokasi (Transek) dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat agar mendiskusikan keadaan sumber-sumber daya dengan cara mengamati langsung hal yang didiskusikan di lokasinya. Hal-hal yang biasanya didiskusikan adalah : Masalah-masalah pemeliharaan sumber daya pertanian : seperti erosi, kurangnya kesuburan tanah, hama dan penyakita tanaman, pembagian air, penggundulan hutan dan sebagainya. Potensi-potensi yang tersedia Pandangan dan harapan-harapan para petani mengenai keadaan-keadaan tersebut Hal lain disesuaikan dengan jenis transek dan topik bahasan yang dipilih untuk diamati.
2.3 Profil Usahatani Indonesia tergolong kedalam wilayah beriklim tropis yang berarti hanya memiliki 2 musim saja. Kondisi tersebut merupakan anugerah yang dimilliki Indonesia karena dengan kondisi tersebut memungkinkan negeri ini berusaha tani dalam satu tahun penuh, yang jelas sangat bertolak belakang dengan Negara subtropis yang memiliki 4 musim sehingga tidak memungkinkan untuk berusaha tani satu tahun penuh. Sektor pertanian dapat dikatakan menjadi representasi dari kedaulatan suatu bangsa karena tanpa sektor pertanian maka rakyat yang ada didalamnya tidak akan mampu bertahan hidup. Indonesia sendiri setelah berakhirnya “revolusi hijau” mulai menata kembali sektor pertanian yang sempat mengalami kemunduran akibat terjadinya degradasi lahan dimasa lalu.
11
Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri. 2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia Di Indonesia dunia pertanian masih dipandang sebelah mata, hal ini ditunjukan dengan kondisi mayoritas petani di Indonesia yang memiliki latar belakang pendidikan SDT hingga permasalahan usia yang sudah semakin tua. Kondisi ini juga diperburuk dengan sistem manajemen mereka yang hanya berdasarkan insting. Memang tidak semua petani di Indonesia yang demikian karena pada kenyataannya masih ada petani di Indonesia yang menerapkan sistem manajemen yang lebih baik sehingga petani di Indonesia dikelompokan kedala petani kecil dan besar. Usahatani kecil diusahakan oleh petani kecil yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
2.
Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah
3.
Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten
4.
Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya Di Indonesia, batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) telah disepakati pada seminar
petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil adalah : a.
Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun
b.
Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha di luar Jawa.
c.
Petani yang kekurangan modal dalam memiliki tabungan yang terbatas.
d.
Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis 12
Kondisi kepemilikan lahan petani kecil juga perlu diperhatikan dengan baik karena apaila 5 anak dari bapak B memiliki lahan 1 ha maka akan dibagi menjadi 0,2, kemudian ke 5 anak tersebut memiliki anak kembali dan akan membagi lahan yang dimilikinya hingga menjadi jumlah yang sangat kecil yang tentunya akan sulit untuk dilakukan usaha tani yang baik. 2.3.2 Tinjauan tentang Komoditas Padi Hampir semua penduduk Indonesia pada saat ini menjadikan beras sebagai sumber karbohidrat sehari-hari, walaupun ada sebagian penduduk Indonesia uang memanfaatkan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat, sebagaimana digambarkan dapat diketahui bahwa kebutuhan bahan makanan berasal dari padi-padian (beras) menempati urutan teratas dari kebutuhan pangan sehari-hari. Hal ini yang mengakibatkan kebutuhan beras terus meningkat mengikuti peningkatan jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk sebesar 230 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan sebesar 1,4 persen per tahun berarti kebutuhan penyediaan pangan nasional terus meningkat mengikuti pertumbuhan penduduk. Dari data Badan Pusat Statistik diketahui bahwa rata-rata konsumsi beras per tahun untuk penduduk Indonesia adalah 125,8 kg per kapita. Sedangkan FAO menyebutkan bahwa kebutuhan beras rata-rata yang digunakan untuk kelangsungan hidup sebesar 133 kg per kapita per tahun. Ini berarti kebutuhan beras untuk memenuhi konsumsi bagi penduduk di Indonesia sebesar 30,59 juta ton per tahun. Selama kurun waktu sepuluh tahun yaitu 2000-2009 laju kenaikan produktivitas rata-rata 1,2 persen (BPS, 2009) berada dibawah laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,4 persen per tahun. Konsekuensi ang ditimbulkan adalah jika Indonesia tidak ingin menjadi Negara yang bergantung pada impor beras, mka produksi padi Indonesia harus terus ditingkatkan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang ada. Hasil analisis sistem dinamis yang dilakukan oleh Nurmalina (2008) akan terjadi deisit ketersediaan beras nasional nasional sebanyak 7,15 juta ton per tahun. Dengan demikian komoditas padi masih menjadi komoditas yang menjanjikan untuk dikembangkan.
13
2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui biaya, penerimaan dan pendapatan usaha tani menurut Sundari (2011) adalah 1.
Menghitung Biaya Usahatani Biaya usahatani yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah biaya yang benar benar dikeluarkan oleh petani yang meliputi biaya pemakaian tenaga kerja luar keluarga, pembelian pupuk, benih, pestisida dan sarana produksi lainnya serta biaya pembayaran irigasi, biaya selamatan, pembayaran pajak dan biaya pengangkutan hasil panen dalam satu kali musim tanam setiap hektar
2.
Menghitung Penerimaan Usahatani Untuk menghitung penerimaan usahatani yaitu dengan mengalikan jumlah produksi per hektar dengan harga jual per satuan kg, yang dirumuskan :
3.
Menghitung Pendapatan Usahatani Untuk menghitung pendapatan usaha tani yaitu dengan menghitung selisih penerimaan dan biaya usaha tani yang dirumuskan
14
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani 2.5.1 R/C Ratio Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011) R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Dengan kriteria hasil: R/C > 1 berarti usaha sudah dijalankan secara efisien. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi
titik impas/Break
Event Point (BEP). R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak Sari (2011) memaparkan menurut Rahmanto et al, (1998) dalam Elisabeth et al (2006) secara sederhana dapat ditulis rumus perhitungan R/C rasio : Penerimaan = PQ . Q Total Biaya = TFC + TVC R/C ratio = {( PQ . Q) / (TFC + TVC)} Keterangan : PQ = Harga output Q = Output TFC = Total Biaya Tetap (fixed cost) TVC = Total Biaya Variabel (variable cost)
2.5.2 BEP Menurut Soekartawi (2006) dalam Reny (2010), analisis BEP atau nilai impas adalah suatu teknis analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan, volume penjualan. Biaya menurut Mulyadi (1992) merupakan sumber daya ekonomi yang dikorbankan baik yang telah maupun akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu dan biasanya dapat diukur dalam satuan mata uang tertentu. Sedangkan menurut Winardi (1983) mengemukakan dimana biaya mencangkup suatu sumber-sumber daya yang dikorbankan karena adanya aktivitas tertentu yang bertujuan untuk memperoleh suatu keuntungan yang dapat diukur dengan suatu nilai tertentu. Jadi biaya merupakan salah satu 15
factor yang penting untuk dikelola dengan baik dalam rangka meningkatkan perolehan keuntungan suatu usaha baik usaha barang maupun usaha jasa. B Berdasarkan pola perilaku, biaya dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap, biaya variabel, dan biaya campuran (Hansen dan Mowen, 2003). Biaya tetap adalah biaya yang secara totalitas tetap konstan tanpa memandang perubahan tingkat aktivitas dalam range tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara totalitas menurut perbandingan yang searah dengan perubahan tingkat aktivitas. Biaya varibel per unit akan konstan atau tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan. Dengan demikian biaya variabel merupakan biaya-biaya yang totalnya selalu berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan perusahan. Kemudia biaya campuran adalah biaya yang mengandung elemen biaya variabel maupun elemen biaya tetap. Penyusutan adalah salah satu konsekuensi akibat dari penggunaan aktiva tetap. Di mana aktiva tetap akan cenderung mengalami penurunan fungsi. Pengertian penyusutan menurut penalaran umum adalah cadangan yang akan diperuntukan untuk membeli aktiva baru guna menggantikan aktiva lama yang tidak produktif. Aktiva tetap akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode berikutnya, jadi nilai kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu periode ke periode berikutnya, kecuali tanah. Misalnya adalah mesin yang dibeli untuk ektivitas operasi perusahaan seharga 12.000.000 dan setelah 6 tahun ke depan nilai dari mesin tersebut mengalami penyusutan menjadi Rp. 7.000.000. Dalam suatu periode tertentu apabila sudah digunakan atau dimanfaatkan maka nilai aktiva tetap akan mengalami penurunan. Aktiva tetap yang nilainya tidak akan berkurang, bahkan nilainya cenderung bertambah atau semakin tinggi adalah tanah. Seiring dengan bertambahnya waktu, nilai dari sebidang tanah akan mengalami penambahan atau semakin tinggi. Penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap yang disebabkan karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut. Penyusutan dikenal juga dengan istilah depresiasi yaitu pengalokasian aktiva tetap yang disebabkan adanya penurunan nilai dari aktiva tetap tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi, diantaranya metode metode garis
16
lurus, metode jumlah angka tahun, metode menurun berganda, metode satuan jam kerja dan metode satuan hasil produksi. BEP dalam penelitian merupakan pengukuran dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total penerimaan yang sama dengan pengeluaran BEP dalam unit dan dalam Rupiah yang dirumuskan sebagai berikut: 1.
BEP dalam unit produksi BEP Volume Produksi = TVC / (P – TVC/Q) Keterangan TFC = Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Biaya Variabel per kg (Rp) P = Harga jual (Rp) Q = Total produksi
2.
BEP Dalam Rupiah BEP Penerimaan (Rupiah) = TVC / (1- TVC/TR) Keterangan TFC = total biaya tetap (Rp) TVC = total biaya variabel (Rp) TR = Total Revenue/penerimaan (Rp) BEP Harga (Rupiah) = TC/Q
Keterangan TC = Total Cost (Rp) Q = Kuantitas (Produksi)
17
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sejarah Usahatani Lahan yang kami amati berada di dusun Turi, desa Kepuharjo,RT 5/RW 5, Kota Malang, Jawa Timur. Lahan tersebut merupakan milik Bapak Sutikno Hadi yang merupakan perangkat desa di desa tersebut.Lahan milik Bapak Sutikno Hadi merupakan lahan yang sawah yang ditanami berbagai tanaman seperti padi, jagung, sayur-sayuran dan semangka.Namun komoditas utamanya adalah padi. Lahan yang kami amati dulunya adalah lahan sawah dengan komoditas padi. Sistem pertanamannya adalah monokultur.Lahan tersebut dibudidayakan secara monokultur karena lahan di lingkungan sekitarnya juga merupakan lahan yang serupa.Menurut penuturan Bapak Sutikno, lahan yang ada di desanya dulunya secara luas merupakan lahan sawah dalam skala yang luas bahkan desa Kepuharjo dulunya merupakan lumbung padi bagi kecamatan Karangploso karena hasil panennya yang beitu besar. Semenjak lahan yang kami amati dikelola oleh Bapak Sutikno, maka sistem pertaniannya berubah. Yang dulunya merupakan lahan monokultur padi kemudian oleh Bapak Sutikno diubah menjadi lahan padi, sayur-sayuran dan jagung.Sistem pertanamnnya yaitu dengan rotasi tanam padi dan sayur-sayuran.Padi ditanam sekali dalam satu tahun dan sayuran ditanam tiga kali dalam satu tahun. Sedangkan tanaman jagung ditanam di petak lahan yang lain dengan waktu tanam yang tidak menentu sesuai dengn keinginan Bapak Sutikno. 3.2 Transek Desa Petani yang kami survei, yaitu Bapak Sutikno melakukan kegiatan usahataninya yang berada di dusun Turi desa Kepuharjo RT 5/RW 5,Kota Malang.Lahan yang digarap oleh Bapak Sutikno memiliki luasan yakni 4 Ha dengan tanaman budidaya padi, sayuran (hortikultura) dan jagung.Lahan tersebut berada tidak jauh dari rumah Bapak Sutikno dan biasanya Bapak Sutikno berjalan kaki ketika hendak pergi ke lahannya. Setelah kami melakukan survei, maka kami mendapatkan transek desa yang terdiri dari transek sumberdaya desa dan transek sumberdaya alam. a. Transek Sumberdaya Desa Setelah dilakukan survey diketahui bahwa pada desa tersebut untuk akses menuju lahan pertanian sudah baik dilihat dengan adanya jalan aspal yang bisa menjangkau 18
hampir keseluruhan lahan pertanian yang ada disana. Ketersediaan sumberdaya listrik juga telah menjangkau seluruh pemukiman yang ada disana. b. Transek Sumberdaya Alam Untuk bentuk dan topografi di daerah tersebut berada pada kelerengan yang landai sehingga memungkinkan untuk ditanam segala macam komoditas dan juga tidak terlalu memberatkan dalam pengolahan lahannya. Untuk irigasi pada berbagai lahan disana sangat baik karena ditunjang dengan adanya sungai yang selalu mengalir. Beberapa pola usahatani kebanyakan yakni tanaman semusim seperti padi, jagung, padi dan tanamn hortikultura. Sedangkan untuk kepemilikan sumberdaya alam umumnya dimiliki oleh individu yang selanjutnya disewakan kepada beberapa petani dari luar desa atau penduduk lain di desa tersebut.
3.3 Profil Petani dan Usahatani Pak Sutikno Hadi merupakan seorang petani berusia 38 tahun di Dusun Turi, RT 29 RW 5, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Pendidikan terakhir yang beliau miliki yaitu lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM) jurusan Mekanik. Bertani merupakan pekerjaan utama pak Sutikno. Disamping bertani, Beliau juga memiliki ternak ayam dan itik yang jumlahnya cukup banyak. Berdasarkan penuturan Beliau, kini ternak ayam miliknya sudah berjumlah 34 ekor sedangkan untuk itik telah mencapai kisaran 500 ekor. Di desanya, Pak Sutikno juga menjabat sebagai perangkat desa setempat. Saat ini Pak Sutikno, sebagai kepala keluarga hidup bersama istri dan kedua anaknya. Istrinya, Ibu Halimah, merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun lulusan Madrasah Aliyah. Kini Pak Sutikno dan Ibu Halimah memiliki dua orang anak. Putri pertama mereka, Kiki, berusia delapan tahun dan sedang mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Sedangkan adiknya, Erje, baru berusia 2,5 tahun. Usaha tani yang dilakukan Pak Sutikno merupakan usahatani padi secara monokultur. Lahan yang diusahakan Beliau memiliki luasan 4 hektar. Biasanya penanaman padi dimulai pada awal musim hujan dan panen setelah kurang lebih empat bulan. Pak Sutikno menyemaikan sendiri benih padi yang ia tanam. Persemaian dilakukan paling lama 20 hari, setelah itu barulah bibit padi ditanam di lahan. Penanaman padi di lahan Pak Sutikno masih menggunakan system konvensional. Menurut penuturan beliau, dulunya petani-petani di desa tersebut sempat 19
menerapkan SRI namun karena petani tidak terbiasa dan menganggapnya terlalu rumit system tanam padi di desa setempat kembali ke system konvensional. Padahal Pak Sutikno sendiri sudah mengakui kelebihan dari SRI. Sebelum ditanami, lahan yang akan digunakan untuk menanam padi terlebih dahulu dilakukan pengolahan. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan traktor. Pada saat pengolahan lahan juga diberikan pupuk organic. Selanjutnya, pemupukan dilakukan sekitar 5 hari setelah penanaman. Pupuk yang digunakan Pak Sutikno baik itu pupuk organic maupun pupuk anorganik dibeli secara sepaket di KUD. Setelah pemupukan, dilakukan perawatan padi pada umunya seperti pemberian ait irigasi, pemangkasan gulma, serta pengendalian hama penyakit menggunakan pestisida jenis Desinon jika diperlukan saja.
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani a.
Biaya Tetap / Total Fixed Cost (TFC)
No
Jumlah (unit)
Uraian
1
Sewa Lahan
4 ha
Harga Satuan (Rp) Rp. 7.142.857 /musim/ ha
2
Biaya (Rp)
Rp. 28.571.428
Sewa alat
Traktor untuk bajak sawah
1 unit
Rp. 1.250.000/ unit
Traktor untuk meratakan
1 unit
Rp.800.000/ unit
Biaya Tetap / Total Fixed Cost (TFC)
Rp. 1.250.000 Rp. 800.000 Rp. 30.621.428
b. Biaya Variabel / Total Variable Cost (TVC) No
Uraian
1
Benih
2
Pupuk
3
Jumlah (unit)
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp)
20 kg
Rp. 86.000/ 10kg
Rp. 172.000
Urea
100 kg
Rp. 90.000/ 50kg
Rp. 180.000
ZA
50 kg
Rp. 80.000/ 50kg
Rp. 80.000
Phonska
50 kg
Rp. 115.000/ 50kg
Rp. 115.000
Pestisida Desinon
8 bungkus
Rp. 45.000/ bungkus
Rp. 360.000
20
4
Tenaga Kerja a. Tanaga Kerja Laki-Laki Olah tanah
8 HOK
Rp. 60.000/ HOK
Rp. 480.000
Penyemprotan
4 HOK
Rp. 60.000/ HOK
Rp. 240.000
Pemupukan
24 HOK
Rp. 60.000/ HOK
Rp. 1.440.000
Panen
8 HOK
Rp. 60.000/ HOK
Rp. 480.000
Tanam
5,6 HOK
Rp. 50.000/ HOK
Rp. 280.000
Penyiangan
21 HOK
Rp. 50.000/ HOK
Rp. 1.050.000
b. Tenaga Kerja Perempuan
Biaya Variabel / Total Variable Cost (TVC)
Rp.4.877.000
c. Total Biaya / Total Cost (TC) No
Biaya
Total Biaya (Rp)
1
Total Biaya Tetap / Total Fixed Cost (TFC)
Rp. 30.621.428
2
Biaya Variabel / Total Variable Cost (TVC)
Rp.4.877.000
Total Biaya / Total Cost (TC)
Rp. 35.498.428
d. Penerimaan Usahatani / Total Revenue (TR) No
Uraian
1
Produksi
2
Harga
Jumlah 5,6 ton Rp. 7.000 / kg
Penerimaan Usahatani
Rp. 39.200.000
e. Keuntungan Usahatani No
Uraian
Jumlah
1
Total Biaya (Total Cost)
Rp. 35.498.428
2
Penerimaan Usahatani (Total Revenue)
Rp. 39.200.000
Keuntungan
Rp. 3.701.572
21
3.5 Analisis Kelayakan Usahatani 3.5.1 R/C ratio R/C
= R / (TFC+TVC) 𝑅𝑝 .39.200.000
=𝑅𝑝 .35.498.428 = Rp. 1,104 Dari hasil perhitungan R/C ratio didapat nilai 1,104 nilai tersebut dapat dikatakan usahatani yang dilakukan oleh petani tersebut layak untuk dilakukan. Dikatakan layak jika nilai R/C ratio lebihdari 1 dan jika kurang dari 1 maka usahatani tersebut tidak layak dilakukan karena merugi. 3.5.2 BEP (Break Event Point) (beserta rumus dan kurva) BEP Unit
𝑇𝐹𝐶
= 𝑃−(𝑇𝑉𝐶/𝑄) 30.621.428
= 7.000−(4.877.000/5600 ) = =
30.621.428 7.000−870,89 30.621.428 6129,11
= 4996,06 Berdasarkan perhitungan BEP unit didapat hasil 4996,06 dimana hasil tersebut merupakan produksi minimal yang harus dihasilkan oleh petani dalam usahataninya agar tidak mengalami kerugian. BEP penerimaan
=
=
=
=
𝑇𝐹𝐶 1−(
𝑇𝑉𝐶 ) 𝑇𝑅
30.621.428 4.877.000
1−(39.200.000) 30.621.428
1−0,12 30.621.428
0,88
22
= Rp. 34.797.077,3 Berdasarkan perhitungan BEP penerimaan didapat nilai sebesarRp. 34.797.077,3 nilai tersebut merupakan total penerimaan yang didapat petani ketika memproduksi produk sebanyak BEP unit. 3.6 Pemasaran Hasil Pertanian Tabel 8.Pemasaran Hasil Pertanian
No
Uraian
Jumlah Unit
Pemasaran
%
Lembaga
Tempat / lokasi
Alasan Mencukupi
1
Dikonsumsi sendiri
3 kwintal
kebutuhan
5,6 %
beras di keluarga
2
Dijual
5,3 ton
94,4 %
Pedagang/ Tengkulak
Mudah dalam penjualan hasil panen
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, Bapak Sutikno menjelaskan bahwa hasil produksi padi yang beliau kelola hampir semuanyalangsung dijual melalui tengkulak dengan sistem borongan sebesar 94% dari total hasil produksinya, sementara sisanya beliau konsumsi sendiri untuk kebutuhan keluarga. Pak Sutikno menjual sebagian besar hasil panen padinya kepada tengkulak karena mudah dalam penjualannya dan biaya transportasi menjadi berkurang karena biaya transportasi ditanggung oleh pihak tengkulak. Selain dijual ke pedagang/tengkulak pak Sutikno juga mengambil sebagian kecil hasil panennya untuk dikonsumsi sendiri guna mencukupi kebutuhan beras di keluarganya. 3.7 Kelembagaan Petani 3.7.1 Kelompoktani Salah satu kelembagaan utama yang diperlukan hampir di setiap kegiatan usahatani padi, yaitu kelompoktani sebagai pemeran peran terpenting. Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peran kelembagaan kelompoktani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan
23
dilaksanakan karena kelompoktani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan ketahanan pangan. Kelembagaan kelompoktani sebagai basis kekuatan pada akar rumput yang dapat mengayomi masyarakat tani. Kelompoktani adalah wahana pembelajaran petani/pengusaha pertanian/pedagang pertanian maju, dengan pimpinan kontak tani, melalui pendampingan dari penyuluh pertanian di lapangan dalam pertemuan berkala mingguan. Dengan demikian kelembagaan kelompoktani merupakan kelembagaan ujung tombak pembangunan pertanian sehingga kelembagaan kelompoktani menjadi wahana bagi petani melakukan tukar informasi dan saling membantu dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Kelompoktani merupakan kelembagaan tani yang langsung mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahataninya. Kelompoktani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata. Di samping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya, beberapa kelompoktani juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan urusan kerja untuk kegiatan usahatani (Fitriani, 2009). Kelompoktani sebagai wadah bagi petani untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam berusaha tani untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Soedijanto (1996) dalam Fitriani (2009) mengungkapkan bahwa agar kelompoktani dapat berkembang secara dinamis, maka harus dikembangkan jenis-jenis kemampuan kelompoktani yang juga merupakan fungsi dari kelompoktani, yang terdiri dari (1) fungsi kelompok dalam menyebarluaskan informasi kepada anggota, (2) fungsi kelompok dalam pengadaan fasilitas dan sarana produksi, (3) fungsi kelompoktani dalam merencanakan kegiatan kelompok, (4) fungsi kelompok dalam mengarahkan anggota melaksanakan dan menaati perjanjian, (5) fungsi kelompok dalam penerapan teknologi panca usaha tani kepada para anggota. Dalam upaya meningkatkan pembangunan ketahanan pangan, peran kelembagaan kelompoktani di pedesaan sangat besar dalam mendukung dan melaksanakan berbagai program yang sedang dan akan dilaksanakan karena kelompoktani inilah pada dasarnya pelaku utama pembangunan ketahanan pangan. Kelembagaan yang terdapat di Dusun Turi Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso berupa kelompok tani “Gemah Ripah” yang diketuai oleh Bapak Sutikno Hadi. Kelompok tani yang terdapat di sana tergolong kelompok tani yang aktif merangkul para anggotanya terutama para petani padi. Kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan yaitu berkumpul tiap 3 bulan sekali untuk membahas dan mengevaluasi bagaimana usaha tani yang dilakukan oleh para anggota. Dalam perkumpulan tersebut petani juga dapat saling bertukar informasi sehingga terbentuk kerjasama dan kekompakan antar petani.
24
a. Peran kelompoktani sebagai sumber dan penyebarluasan informasi Peran kelompoktani sebagai sumber dan penyebarluasan informasi yaitu kemampuan kelompoktani dalam mencari, menyampaikan suatu informasi tertentu yang menyangkut pengelolaan usahatani kepada anggotanya. Indikator penilaiannya yaitu bila anggota kelompoktani dapat memberikan gambaran informasi serta ada manfaat yang mereka dapatkan berarti peran kelompoktani tersebut tinggi. Kelompoktani berperan dalam mengubah pola pikir anggotanya. Salah satunya dengan penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan usahatani. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, kelompoktani merupakan wahana bagi anggotanya melakukan tukar informasi dan saling membantu dalam melaksanakan kegiatan pertanian. Kelompoktani “Gemah Ripah” telah menjalankan peran tersebut dengan mengadakan pertemuan tiap 3 bulan sekali. Berbagai informasi khususnya mengenai pengelolaan usahatani padi didiskusikan, misalnya mengenai teknologi terbaru pertanian, gejala adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman, perkembangan harga gabah di pasaran dan sebagainya dengan gaya bahasa dan dikemas sesuai kemampuan daya serap anggota kelompoktani sehingga mudah dipahami. Dari informasi ini, anggota kelompoktani dapat memperoleh tambahan pengetahuan sehingga merubah pola pikir mereka dalam hal mengelola usahataninya lebih baik. b. Peran kelompoktani dalam penyediaan fasilitas dan sarana produksi Peran kelompoktani dalam penyediaan fasilitas dan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida, dan sebagainya) yaitu kemampuan kelompoktani mengadakan peralatan dan saprodi dalam pengelolaan usahatani anggotanya. Kemampuan kelompoktani mengadakan fasilitas dan sarana, secara tidak langsung menunjukkan kemantapan kelompok itu sendiri. Semakin banyak fasilitas dan sarana yang dimiliki oleh suatu kelompoktani maka semakin besar pula kemungkinan bahwa kelompoktani tersebut dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik. Kelompoktani “Gemah Ripah” belum mampu dijadikan wadah untuk pengadaan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh anggotanya. Karena kelompoktani “Gemah Ripah” belum memiliki fasilitas semisal traktor yang dapat digunakan oleh anggotanya. Dalam hal pengadaan fasilitas dan sarana produksi diantaranya benih, pupuk dan pestisida kelompoktani bekerjasama dengan lembaga KUD memfasilitasi angotanya dalam mendapatkan sarana produksi ini. c. Peran kelompoktani dalam perencanaan usahatani Peran kelompoktani dalam perencanaan usahatani yaitu kemampuan kelompoktani dalam pengelolaan usahatani untuk meningkatkan produksi. Selain sebagai penyebar informasi, kelompoktani juga berperan dalam hal merencanakan berbagai kegiatan kelompok yang berhubungan dengan usahatani anggotanya. Perencanaan dalam mengelola usahatani dilakukan guna mengetahui menyusun, dan menetukan kegiatan apa, bagaiamana, dimana, dan kapan kegiatan akan dilaksanakan. Dalam perancanaan kegiatan, keterlibatan anggota kelompoktai sangat penting 25
karena merekalah yang punya rencana dan tahu pasti keadaan lingkungan sekeliling mereka. Peran kelompoktani dalam merencanakan kegiatan kelompok diharapkan bahwa dengan perencanaan tersebut anggota kelompoktani mampu mengupayakan kegiatan yang dilaksanakan lebih maksimal untuk kesejahteraannya. Selain itu, kegiatan kelompok sebagai proses belajar dan pemberdayaan bagi anggota kelompoktani untuk bisa melihat masalah yang ada, sehingga terdorong untuk mengupayakan pemecahan masalah dengan jalan keluar yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki melalui penyusunan rencana kegiatan sebagai program yang disusun yang akan dilaksanakan oleh mereka sendiri. Kelompoktani “Gemah Ripah” tidak memiliki kegiatan seperti perencanaan jadwal turun sawah, perencanaan waktu hambur benih, waktu penanaman, pengadaan pupuk untuk para anggota kelompoktani, waktu panen dan kerja bakti melakukan pembersihan saluran irigasi. Biasanya perencanaan kegiatan kelompok melibatkan ketua kelompoktani (kontaktani) dan beberapa anggota kelompoktani tersebut serta Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Badan Penyuluh Pertanian (BPP) sebagai pihak terkait. d. Peran kelompoktani dalam melakukan kerjasama dengan lembaga KUD Peran kelompoktani dalam melakukan kerjasama dengan lembaga KUD yaitu dalam hal penyediaan sarana produksi, pengolahan hasil produksi dan pemasaran hasil produksi. Lembaga pelayanan kelompoktani ini selaku mitra usaha bagi petani membantu anggota kelompoktani dalam meningkatkan produksi usahataninya secara optimal. Dalam membantu petani memperoleh sarana produksi, kelompoktani “Gemah Ripah” menjalin kerjasama dengan KUD yang terdapat di Desa Kepuharjo. KUD membantu anggota kelompoktani dalam mendapatkan sarana produksi dengan memberikan kredit kepada anggota kelompoktani dan pembayarannya setelah musim tanam panen. Seperti pupuk dan benih yang dibutuhkan oleh petani. Selain itu, penyewaan fasilitas seperti traktor juga termasuk bentuk kerjasama yang diberikan KUD kepada kelompok tani “Gemah Ripah”. e. Peran kelompoktani dalam penerapan teknologi panca usahatani Peran kelompoktani dalam penerapan teknologi panca usahatani meliputi penggunaan benih unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengairan dan pengendalian hama penyakit. Perhitungan petani dalam penentuan besaran input yang digunakannya secara umum didasarkan pada besarnya keuntungan atau resiko yang akan diterimanya. Hal ini pun berlaku dalam penerapan teknologi untuk usahataninya. Telah banyak usaha yang diterapkan untuk mewujudkan peningkatan produksi padi, salah satunya adalah menerapkan teknologi panca usahatani. Panca usahatani merupakan salah satu teknologi untuk peningkatan produksi pertanian yang terdiri dari lima macam paket teknologi yang meliputi : Penggunaan benih unggul Pemupukan berimbang 26
Pengendalian hama penyakit Pengairan Pengolahan tanah Dari lima paket teknologi usahatani, penggunaan pupuk berimbang masih sangat kurang dilakukan oleh anggota kelompoktani “Gemah Ripah”. Hal ini disebabkan selain harga pupuk yang harganya sulit dijangkau oleh petani, menurut mereka juga karena jumlah produktivitas yang dihasilkan sama apabila melakukan pemupukan secara berimbang. Sebagian besar dari anggota kelompoktani “Gemah Ripah” telah menggunakan benih unggul atau benih berlabel. Selain penggunaan benih unggul, teknologi lain yang telah diterapkan adalah pengairan, pengendalian hama penyakit serta pengolahan tanah. Pengairan di Dusun Turi Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso tergolong sangat melimpah dan tidak pernah kekeringan sehingga tidak menjadi kendala dalam peningkatkan produksi usahatani padi. 3.7.2 Koperasi Unit Desa (KUD) Dengan keluarnya inpres RI nomor 2 tahun 1978, KUD bukan lagi bentuk antara BUUD tetapi telah menjadi organisasi ekonomi yang merupakan wadah pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat desa diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat pedesaan sendiri. Koperasi Unit Desa beranggotakan masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi terutama berkaitan dengan pertanian atau perikanan (nelayan). Beberapa usaha KUD, antaralain: 1) Menyalurkan sarana produksi pertanian seperti pupuk, bibit tanaman, obat pemberantas hama, dan alat-alat pertanian. 2) Memberikan penyuluhan teknis bersama dengan petugas penyuluh lapangan kepada para petani. Aktivitas KUD merupakan program pemerintah dalam mewujudkan swasembada beras, meliputi pemberian kredit pada petani melalui unit desa, penyaluran saprodi melalui KUD serta pengolahan hasil dan pemasaran. Kegiatan percobaan untuk menghasilkan teknologi baru dan penyuluhan pada petani dijalankan oleh pemerintah. Jadi, KUD lahir guna mensukseskan program swasembada beras dalam pembangunan pertanian pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya dengan jalan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Manfaat KUD juga akan sejalan dengan program-program pemerintah yang disalurkan melalui kelompok tani atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Sekarang ini keberadaan kelompok tani tidak permanen. Kelompok tani dibentuk berdasarkan program pemerintah apabila program telah selesai maka keberadaan kelompok tani tersebut juga akan berakhir. Setiap digulirkan program baru oleh pemerintah, maka akan terbentuk kelompok tani yang baru pula. Untuk mengatasi hal ini, peranan KUD dapat menjadi wadah bagi kelompok tani yang ada sehingga kelompok tani yang dibentuk akan bersifat permanen dan dapat terkoordinir dengan baik dalam KUD. 27
Di Dusun Turi Desa Kepuharjo tersebut juga terdapat sebuah KUD yang berfungsi untuk menyediakan segala input proses budidaya yang dibutuhkan oleh para petani di sana. Jadi para petani tidak perlu kebingungan untuk mencari pasokan pupuk, pestisida dan benih. KUD selalu menyediakan fasilitas dan sarana produksi tersebut tanpa pernah telat. Selain itu, KUD juga menyediakan alat dan mesin pertanian yang biasanya dapat digunakan oleh anggota kelompok tani secara sewa, misalnya traktor yang digunakan untuk membajak sawah. Dengan adanya traktor tersebut petani sangat merasa terbantu dan diringankan bebannya karena tidak harus membajak sawahnya secara manual. 3.8 Kendala Usahatani Kendala yang dirasakan oleh para petani di Dusun Turi Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso hanya berada pada ketersediaan fasilitas dan sarana produksi pertanian. Ketersediaan sarana dan prasarana masih relatif kurang memadai sehingga terbatasnnya penggunaan alat/teknologi usaha pertanian yang disebabkan modal petani untuk memperoleh alat tersebut. Tidak semua petani mendapatkan akses yang mudah untuk menggunakan mesin-mesin yang bertkaitan dengan proses budidaya. Program usahatani yang paling dominan di Dusun Turi Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso yaitu komoditi padi. Walaupun demikian petani padi yang tergabung dalam kelompoktani “Gemah Ripah” ini pun mengalami beberapa masalah dalam peningkatan produksinya, antara lain dalam hal penggunaan benih padi berlabel dan pupuk yang mahal sehingga sulit dijangkau oleh petani. Selain itu, kualitas benih berlabel ada yang kurang baik. Petani sering mengalami terlambat tanam karena alat pengolahan lahannya masih kurang. Masalah lain yang sering dihadapi oleh petani adalah terjadinya serangan hama dan penyakit pada sawah petani karena penggunaan bibit berlabel yang masih kurang serta sanitasi lingkungan kurang baik. Dengan begitu para petani disana mengharapkan agar fasilitas pertanian lebih mudah diperoleh dan dapat digunakan oleh berbagai kalangan petani. Hasil panen juga diharapkan dapat semakin meningkat sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih terjamin.
28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari kegiatan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Lahan seluas 4 ha, yang dahulu sawah kini diubah menjadi lahan padi, sayur-sayuran dan jagung
Berdasarkan hasil survey, didapatkan transek desa yang terdiri dari transek sumberdaya desa dan transek sumberdaya alam
Dari hasil perhitungan R/C ratio dan BEP, dapat dikatakan bahwa usaha tani yang telah dilakukan telah menguntungkan. Dimana nilai R/C ratio yang didapat sebesar 1,03, BEP penerimaan sebesar Rp. 37.804.232,1dan BEP unit sebesar 5.423,14.
Kelembagaan berupa kelompok tani “Gemah Ripah” tergolong kelompok tani yang aktif merangkul para anggotanya
Kendala yang dirasakan oleh para petani di Dusun Turi Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso hanya berada pada ketersediaan sarana produksi pertanian. Tidak semua petani mendapatkan akses yang mudah untuk menggunakan mesin-mesin yang bertkaitan dengan proses budidaya. Harga input pertanian seperti pupuk dan benih yang mahal terkadang juga menjadi suatu kendala bagi beberapa petani.
Untuk mengatasi kendala petani disana mengharapkan agar saprodi pertanian lebih mudah diperoleh dan dapat digunakan oleh berbagai kalangan petani. Hasil panen juga diharapkan dapat semakin meningkat sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih terjamin. 4.2 Saran Untuk penelitian selanjutnya, agar lebih dapat memberikan gambaran yang lebih baik
tentang kelayakan suatu usaha tani diperlukan penelitian yang lebih lama secara berkala sehingga terdapat suatu sistem monitoring terhadap suatu usahatani. Meskipun kendala yang ada tidak memberikan kerugian yang berarti, sebaiknya kelembagaan yang ada berjalan sesuai dengan fungsi yang seharusnya. Hal ini dapat dibantu dengan adanya para penyuluh pertanian yang langsung turun
29
BAB V LAMPIRAN 5.1 Transek Desa dan Peta Desa
30
5.2 Lampiran Foto Hasil Pengamatan Lapang
5.3 Kalender Musim Tanam Komoditas
Bulan ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Padi
5.4 Quisioner yang Sudah Terisi Data Survei Lapang
31
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, P, dan Ari Purwanti, 2008.Akuntansi Manajemen, Edisi. Kedua, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta. Elisabeth, Dian Adi A et al. 2006. Analisis Finansial Usaha Pembuatan Virgin Coconut Oil (Vco) Cara Fermentasi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Available online with update at: http:// Analisis Finansial.com/. Verified 1 Desember 2014 Nurmalina, R. 2008. Analisis Indeks dan status keberlanjutan sistem ketersediaan beras di beberapa wilayah Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 26 No. 1, Mei 2008; 47-49 Sari, R.P. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Chip Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Pembuatan MOCAF (Modified Cassava Flour) di Kabupaten Trenggalek. Malang. Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usaha Tani. UB Press.Malang: Universitas Brawijaya Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta. Sundari, M.T. 2011. Analisis Biaya Dan Pendapatan Usaha Tani Wortel Di Kabupaten Karanganyar. SEPA : Vol. 7 No.2 Pebruari 2011 : 119 – 126
32