Pengantar mata kuliah
BIOSTATISTIKA
1
Referensi 1.
Metoda Statistika ( Sujana ).
2.
Pengantar Statistika (Ronald E.Walpole).
3.
Statistical Process Control ( Vincent Gaspersz )
4.
Metode statistik Non Parametrik Terapan ( P. Sprent)
5.
Statistik Non Parametrik ( Sidney Siegel).
6.
Biostatistics a Foundation for analysis in the health sciences (Wayne W. Daniel)
7.
Basic Allied Health Statistics and Analysis. (Greda Koch)
8.
Statistical Methods for Rates and Proportions (Joseph L. Fleiss)
9.
Sampling Techniques (William G. Cochran)
10. Introduction to statistical quality Control (Douglas C. Montgomery) 11. Introduction to statistical analysis (Wilfrid J. Dixon).
2
Tujuan Instruksional Umum Memberikan wawasan dan kemampuan pada mahasiswa untuk dapat MENJELASKAN dan MENERAPKAN prinsip dan proses penerapan biostatistika dalam pelayanan kesehatan KHUSUSNYA dalam pelayanan keperawatan.
3
Definisi Ialah KONSEP dan METODE yang digunakan untuk mengumpulkan dan interpretasi data mengenai suatu bidang kegiatan tertentu dan menarik kesimpulan dalam situasi dimana ada KETIDAK PASTIAN dan VARIASI
5
KONSEP BIOSTA TISTIC
Teori matematika
METODE
STATIS TICS
VARIA BEL
* Pengumpulan • Pengolahan • Analisis • Kesimpulan
6
Pengertian Skala Pengukuran
VARIABEL
DATA
INFORMASI
Pengolahan data
7
KONSEP VARIABEL MATERI ALAM DENGAN CIRI :
Ada
SIMBOL atau ATRIBUT
Tersusun oleh KOMPONEN/DIMENSI variabel. Dimensi dpt tersusun oleh SUB DIMENSI Ada VARIASI nilai pengukuran. Fred N. Kerlinger Consuelo, G. Selvia, at al.
8
Skala pengukuran Variabel Dasar yang digunakan untuk membentuk skala memiliki tiga ciri yakni : 1. Bilangannya berurutan. 2. Selisih antara bilangan- bilangan adalah berurutan. 3. Deret bilangan mempunyai asal mula yang unik yang ditandai dengan bilangan nol. 4. Kombinasi ciri-ciri urutan, jarak, dan asal mula menghasilkan pengelompokan skala ukuran yang dipakai secara umum .
9
Skala pengukuran Variabel Pengertian Dan Prinsip skala pengukuran variabel SIFAT SKALA PENGUKURAN JENIS SKALA
Kategori
Urutan
Interval
Kelipatan
Nominal
+
-
-
-
Ordinal
+
+
-
-
Interval
+
+
+
-
Rasio
+
+
+
+
10
Skala pengukuran Variabel OUTPUT SKALA PENGUKURAN
JENIS SKALA
DATA
UJI STATISTIK
Nominal Ordinal
DATA DISKRET
NON PARAMETRIK
Interval Rasio
DATA KONTINU
PARAMETRIK
11
Data Apabila variabel dikumpulkan akan terbentuk suatu data sehingga, Data tidak lain dari kumpulan variabel. Data Primer Data Sekunder Data Kuantitatif Data Kualit atif Data Intern Data Ekstern Data Crossectional Data Berkala Data Diskret Data Kontinu Data literal Data Observasional
12
Data Syarat data yang baik 1.Relevant 2.Obyektif. 3.Valid 4.Reliable 5.Tepat waktu
13
Prinsip Pengumpulan Dalam pengumpulan data perlu diketahui : Pengertian Data Tujuan pengumpulan Data Unit Observasi Elemen atau obyek yang akan dikumpulkan Unit analisis Karakteristik yang melekat pada unit observasi
14
Jenis Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data dikenal dua Jenis:
Sensus. Ialah apabila pengumpulan data dilakukan terhadap seluruh elemen populasi satu persatu.
Data yang diperoleh disebut data sebenarnya, (true value) atau sering disebut dengan “ Parameter “.
Sampling.
Ialah apabila data yang dikumpulkan hanya sebagian dari populasi.
Data yang diperoleh merupakan data perkiraan (estimate value).
15
Cara Pengumpulan Data Cara pengumpulan data adalah:
Cara Kuesioner. Enumerator dan responden tidak terjadi komunikasi pada saat pengisian kuesioner (komunikasi satu arah) Keuntungan : mudah dan murah Kelemahan : Ancaman drop out tinggi.
Interview (wawancara).
Enumerator dan responden terjadi komunikasi pada saat pengisian kuesioner.(komunikasi dua arah
Keuntungan : tidak ada ancaman drop out.
Kelemahan : Susah dan mahal
16
Kuesioner Pengumpulan Data Kuesioner adalah salah satu bentuk alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan semua informasi yang diinginkan dalam suatu penelitian atau pengumpulan data.
Kuesioner berisi : Identitas wilayah
Identitas umum responden Identitas Khusus responden
Bentuk Kuesioner : Terstruktur : - Close ended
- Open ended Terbuka / bebas 17
Contoh Kuesioner
DAFTAR PERTANYAAN LAMA HARI RAWAT PASIEN RAWAT INAP DI RS PELAMONIA A
IDENTITAS WILAYAH 1 2 3 4 5 6 7
B
Nomor Responden Propinsi Kabuptaen Kecamatan Kelurahan/Desa Lingkungan Rukun Tetangga (RT)
KODE
: ……………………………………………. : …….......................................... : ……………………………………......... : …………………………………………… : …………………………………………… : ………… : …………
IDENTITAS UMUM RESPONDEN 8 9 10
11
Nama : Umur : ……. Tahun Jenis Kelamin : 1. laki-laki 2. Perempuan Suku bangsa : 1. Bugis 2. Makassar 3. Mandar 4. Tator 5. Lainyya 18
Contoh Kuesioner
DAFTAR PERTANYAAN LAMA HARI RAWAT PASIEN RAWAT INAP DI RS PELAMONIA C
IDENTITAS KHUSUS RESPONDEN 12 13
14
KODE
LAMA PERAWATAN dan KEPUASAN PASIEN Sejak ibu masuk RS sampai sekarang telah mejalani hari rawat selama ……. Hari Selama ibu di RS maka perawatan yang ibu terima : a. Sangat puas 1 b. Puas 2 c. Biasa-biasa saja 3 d. Kurang puas 4 e. Sangat tidak puas 5 SIKAP PERAWAT Selama ibu dirawat di RS ini, maka kesan pelayanan yang diberikan oleh para perawat adalah : a. Sangat ramah. b. Ramah c. Kurang ramah d. Tidak ramah e. Lainnya (tulis) ……………………………………………….. ………………………………………………………………………
19
Prinsip dan langkah-langkah Penyuntingan data (Editing) - Dilapangan - Pengolahan Koding (Coding). -. Koding kuesioner - Buat daftar variabel - buat daftar koding - Pemindahan hasil koding - Buat program entry / tabulasi data
20
Contoh daftar variabel DAFTAR VARIABEL No 1
KODE NOMOR
LABEL VARIABEL (Nama variabel) Nomor urut responden
TIPE
DIGIT
DESIMAL
Numerik
2
0
String
1
0
IDENTITAS WILAYAH 2
LURAH
Kelurahan. 1. Tamalanrea 2. Daya
IDENTITAS UMUM RESPONDEN 3
UMUR
Umur responden
Numerik
2
0
4
SEX
Jenis kelamin responden 1. laki-laki 2. perempuan
String
1
0
5
SUKU
Suku bangsa responden 1. Bugis 2. Makassar 3. Mandar 4. Tator 5. Lainnya
String
1
0
3
2
IDENTITAS KHUSUS RESPONDEN 6
HRAWAT
Lamanya pasien dirawat di ruang rawat inap
Numerik
21
Contoh daftar koding
DAFTAR KODING 01=
01=
01=
01=
01=
01=
01=
01=
02=
02=
02=
02=
02=
02=
02=
02=
03=
03=
03=
03=
03=
03=
03=
03=
04=
04=
04=
04=
04=
04=
04=
04=
05=
05=
05=
05=
05=
05=
05=
05=
06=
06=
06=
06=
06=
06=
06=
06=
07=
07=
07=
07=
07=
07=
07=
07=
08=
08=
08=
08=
08=
08=
08=
08=
09=
09=
09=
09=
09=
09=
09=
09=
10=
10=
10=
10=
10=
10=
10=
10=
22
Prinsip dan langkah-langkah
Entry data ( Pemasukan data ) Pembersihan data ( Cleaning ) Analisis data Penyajian data Penyimpulan hasil.
23
PENYAJIAN DATA
24
Bentuk Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam tiga bentuk yakni :
Tabel (Tabular presentation) Grafik (Grafical presentation) Narasi (Textular presentation)
25
Penyajian Dlm bentuk Tabel
Pengertian : Tabel adalah salah satu bentuk penyajian data, yang tersusun secara sistematis dalam bentuk baris dan kolom, serta bertujuan untuk membandingkan data dalam bentuk:
Baris dengan baris Kolom dengan kolom Baris dengan Kolom.
26
Komponen Tabel Tabel. 1
Penjelasan tentang bagian-bagian dari pada suatu tabel di STIK Tahun 2014
STUB
BOX HEAD
TOTAL
Sub box head
Sub box head
Sub stub
Sel tabel *
Sel tabel
Marginal Baris
Sub stub
Sel tabel
Sel tabel
Marginal Baris
Marginal kolom
Marginal kolom
JUMLAH Sumber : Data primer
Keterangan : * perlu penjelasan
27
Komponen Tabel Judul tabel : Judul tabel hendaknya berisi tentang isi dari pada suatu tabel seperti :
Unsur Apa ( Apa isi dari pada tabel ) Unsur Dimana ( Tempat dimana dilakukan ) Unsur kapan ( Waktu kapan dilakukan )
28
Jenis-Jenis Tabel Pembagian tabel: Secara umum tabel terdiri dari dua jenis yakni : Tabel Induk=Master table=tabel referensi. Adalah tabel yang berisi seluruh informasi tentang hasil penelitian atau pengumpulan data, sifatnya sangat umum, dan belum dapat ditarik suatu kesimpulan.
29
Contoh tabel Induk Tabel 2 No Ur ut
Data umum perawat di rumah sakit (x) tahun 2014 DATA UMUM RESPONDEN
U m ur
Sex L
P
1
14
2
30
X
3
60
X
4
45
5
25
X
6
70
X
Suku 1
Agama
2 3 4 5 I
K H B SD
Pendidikan SLP
SLA
D3
DLL S1
S2
x
X
Sumber : Rumah Sakit (x)
30
Jenis-Jenis Tabel
Pembagian tabel: Tabel Anak=Special table. Adalah tabel yang digunakan untuk kepentingan analisis khusus tentang variabel dari hasil suatu penelitian, sifatnya sangat spesifik, dapat ditarik kesimpulan, dan terdiri dari : tabel satu arah, dua arah dan tiga arah.
31
Jenis-Jenis Tabel
Jenis tabel special Tabel satu arah
Tabel dua arah Tabel tiga arah
32
Jenis-Jenis Tabel
Tabel satu arah Adalah tabel yang memuat keterangan mengenai karakteristik dari satu variabel tunggal.
33
Contoh Tabel satu arah Tabel 3
Distribusi jenis penyakit yang dirawat di Rumah Sakit ( X ) tahun 2014
Frekuensi (n)
Persen (%)
ISPA DBD TYPHOID TBC DIARE
30 45 50 25 75
13,3 20,0 22,2 11,1 33,4
JUMLAH
225
100,0
Jenis Penyakit
Sumber : Rumah Sakit (x)
34
Jenis-Jenis Tabel
Tabel Dua arah Adalah tabel yang memuat keterangan mengenai karakteristik dari dua variabel dalam satu tabel.
35
Contoh Tabel dua Arah Tabel 4
Hubungan kualitas pelayanan dirumah Sakit (X) menurut komitmen kerja perawat tahun 2014
Kualitas pelayanan keperawatan RS (X)
Komitmen kerja perawat
Baik
TOTAL
Kurang
Jml
Persen
Jml
Persen
Jml
Persen
Baik Kurang
19 5
76,0 20,8
6 18
24,0 78,3
25 23
100,0 100,0
JUMLAH
24
50,0
24
50,0
48
100,0
Sumber : Data primer
36
Jenis-Jenis Tabel
Tabel Tiga Arah Adalah tabel yang memuat keterangan mengenai karakteristik dari tiga variabel dalam satu tabel.
37
Contoh tabel tiga arah
Tabel 5
Distribusi karakteristik tenaga perawat menurut rumah sakit pada Dinas kesehatan Kota Makasar tahun 2014 Karakteristik tenaga perawat
Rumah Sakit
Masa kerja
1-5
6-10
11->
Golongan
II
III
IV
TOTAL
Status kawin
Tdk kawin
Kawin
Janda
RS RSW
RS Stellamaris RS Pelamonia JUMLAH
Sumber : DKK Makassar
38
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Pengertian : Grafik adalah salah satu bentuk penyajian data dalam bentuk garis atau gambar-gambar dengan tujuan utama untuk memberikan kesan visual pada data:
39
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Jenis-jenis Grafik: 1. Grafik Garis (Line Chart) 2. Grafik batang (Bar chart) 3. Grafik Lingkaran (Pie Chart) 4. Grafik peta (Cartogram) 5. Grafik Gambar (Pictogram)
40
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Grafik Garis. Adalah salah satu bentuk penyajian data dengan menggunakan garis, serta bertujuan untuk : Mempermudah penarikan kesimpulan Melihat perkembangan sesuatu Dasarnya adalah sistem salib sumbu.
41
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Jenis Grafik Garis. Grafik garis tunggal (single line chart) Grafik garis berganda (multiple line chart) Grafik garis komponen beganda (multiple compnent line chart)
Grafik garis persentase komponen berganda (multiple persentage componen line chart) Grafik garis berimbang netto (net balance line chart)
42
Contoh Grafik garis tunggal Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 2006 2012 di RS (x) 160
140
120
100
80
60
40
20
0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
BUMIL
Sumber : RS (x)
43
Contoh Grafik garis berganda
Grafik. 2 Perkembangan kunjungan bumil dan anak sejak tahun 1997-2001 di RS (x) 1400
1200
1000
800
600
400
200
0 1997
1992
1993
1994
1995
1996
1997 Bumil
1998
1999
2000
2001
Anak
Sumber : RS (x)
44
Contoh Grafik garis komponen berganda
Grafik. 3 Perkembangan kunjungan penyakit DBD dan non DBD sejak tahun 1997-2001 di RS (x) 8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0 1997
1992
1993
1994
1995
1996 DBD
1997
1998
1999
2000
2001
Non DBD
Sumber : RS (x)
45
Contoh Grafik garis persentase komponen berganda
Grafik. 4 Perkembangan persentase kunjungan yang meninggal, luka berat dan ringan sejak tahun 1997-2001 di RS (x)
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 1994
1995
Sumber : RS (x)
1996
1997 Meninggal
1998
1999
luka ringan
2000
2001
2002
2003
luka berat
46
Contoh Grafik garis berimbang netto
Grafik. 5 Selisih perbedaan kunjungan pasien masuk dan keluar sejak tahun 1997-2002 di RS (x) 20
15
10
5
0 1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
-5 selisih
Sumber : RS (x) 47
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Grafik Batang. Adalah salah bentuk penyajian data dengan menggunakan batang / balok sebagai pengganti garis.
48
Penyajian Dlm bentuk Grafik
Jenis Grafik Batang Grafik batang tunggal (single bar chart) Grafik batang berganda (multiple bar chart) Grafik batang komponen beganda (multiple compnent bar chart)
Grafik batang persentase komponen berganda (multiple persentage componen bar chart) Grafik batang berimbang netto (net balance bar chart)
49
Contoh Grafik batang tunggal Grafik. 1
Perkembangan kunjungan Anak Balita sejak tahun 2007- 2013 di RS (x)
450
2013
375
2012
345
2011
330
2010
2009
300
2008
292.5 240
2007 0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
BUMIL Sumber : RS (x) 50
Contoh Grafik batang tunggal
Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 1997 2003 di RS (x)
150
2003
125
2002
115
2001
110
2000
100
1999
97.5
1998
80
1997 0
20
40
60
80
100
120
140
160
BUMIL Sumber : RS (x) 51
Contoh Grafik batang berganda
5
4.4
4.3
3.5
4
3
2.4
2
2
2.5
2
3 1.8
1 0 KOLAKA PRATAMA
WUNDULAKO MADYA
BAULA PURNAMA
Sumber : Seksi data dinkes kolaak
52
Contoh Grafik batang berganda Grafik. 2
Perkembangan kunjungan bumil dan anak sejak tahun 1997-2001 di RS (x)
1400 1235.6 1200 979.3
1000
978.4
891.1 813.3
800
711
600
400
377.7
370.9
337.7
345.7
454.4
389.3
433.4 431.2
431.3 324.4
207.4
200 64.8
97.7
88.1
87.5
81.5
0 1997
1992
1993
1994
1995
1996 Bumil
1997
1998
1999
2000
2001
Anak
Sumber : RS (x)
53
Contoh Grafik batang komponen berganda Grafik. 3 Perkembangan kunjungan penyakit DBD dan non DBD sejak tahun 1997-2001 di RS (x)
100% 90% 80% 70%
60% 50% 40% 30% 20% 10%
0% 1997
1992
1993
1994
1995
DBD
1996
1997
1998
1999
2000
2001
Non DBD
Sumber : RS (x) 54
Contoh Grafik batang komponen berganda
Grafik. 3 Perkembangan kunjungan penyakit DBD dan non DBD sejak tahun 1997-2001 di RS (x) 100%
5310.8
60%
5211.4
1608.7
913.1
477.9
446.3
70%
382.9
297.5
239.6
272
80%
203.4
90%
1999
1791.7
1998
10%
2214.9
1997
1602.1
1996
864.6
1995
755.7
470.8
1994
20%
661.8
433.2
425.8
30%
435.7
40%
475.3
50%
0% 1997
1992
1993
DBD
2000
2001
Non DBD
Sumber : RS (x)
55
Contoh Grafik garis persentase komponen berganda
Grafik. 4 Perkembangan persentase kunjungan yang meninggal, luka berat dan ringan sejak tahun 1997-2001 di RS (x)
100%
54.13
55.03
59.14
60.6
56.31
54.65
56.31
70%
54.27
50
80%
51.12
90%
60%
16.31
14.67
13.77
13.7
14.1
17.49
28.38
16.89
30.87
17.47
27.16
13.9
10%
14.98
20%
25.63
29.02
29.04
26.8
31.83
30%
35.02
40%
31.41
50%
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
0%
Meninggal
luka ringan
luka berat
Sumber : RS (x) 56
Contoh Grafik garis persentase komponen berganda Grafik. 4 Perkembangan persentase kunjungan yang meninggal, luka berat dan ringan sejak tahun 1997-2001 di RS (x)
100%
54.13
55.03
59.14
60.6
56.31
54.65
56.31
51.12
70%
54.27
80%
50
90%
60%
28.38
16.31
14.67
13.77
13.7
14.1
17.49
30.87
16.89
27.16
17.47
0%
13.9
10%
14.98
20%
25.63
29.02
29.04
26.8
31.41
30%
31.83
40%
35.02
50%
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Meninggal
luka ringan
luka berat
Sumber : RS (x) 57
Contoh Grafik batang berimbang netto Grafik. 5
Selisih perbedaan kunjungan pasien masuk dan keluar sejak tahun 1997-2002 di RS (x)
20
15
10
5
0 1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
-5 selisih
Sumber : RS (x)
58
Contoh Grafik batang berimbang netto
Grafik. 5 Selisih perbedaan kunjungan pasien masuk dan keluar sejak tahun 1997-2002 di RS (x)
20 15
10 5 0 -5 1996
1997
1998
1999 2000 selisih
2001
2002
Sumber : RS (x)
59
Contoh Grafik Pie
Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 19971983 di RS (x)
80, 10% 150, 19% 97.5, 13%
125, 16%
100, 13%
115, 15%
1997
1978
1979
110, 14%
1980
1981
1982
1983
Sumber : RS (x) 60
Contoh Grafik Pie
Grafik. 1 Perkembangan kunjungan bumil sejak tahun 2020 – 2013 di RS (x)
BUMIL, 80, 21%
BUMIL, 110, 28%
BUMIL, 97.5, 25% BUMIL, 100, 26%
2010
2011
2012
2013
Sumber : RS (x)
61
Contoh Grafik Pie
Functional Distribution of Known Genes in The Cardiovascular System
Cell division
20%
6%
Cell defense
7% 10% 15%
24%
Cell structure
Metabolism
18% Cell signaling
Protein expression
Unclassified
62
Contoh Grafik Peta
Estimated Numbers of TB Cases, 2013
< 1 000 1 000 to 9 999
10 000 to 99 999 100 000 to 999 999 1 000 000 or more No Estimate
63
Contoh Grafik Peta
Estimated TB Incidence Rates, 2013
per 100 000 population < 10 10 to 24
25 to 49 50 to 99 100 to 299 300 or more No Estimate
64
Contoh Grafik Gambar
= 2000 = 1500 = 1000 = 500
Keterangan : 1
= 500
65
Penyajian dalam bentuk teks (Narasi)
Penyaian dalam bentuk narasi : Dimaksudkan untuk memberikan pejelasan suatu hasil laporan baik berupa hasil penelitian, atau yang lainnya, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Topik / judul
2. Latar belakang 3. Tujuan 4. Metodologi
5. Ulasan Hasil yang dicapai 6. Kesimpulan
66
Terima kasih sampai jumpa pada kuliah berikutnya
67
Jenis Analisis Data
Analisis data dilakukan dalam dua bentuk yakni :
Analisis Deskriptip Analisis Analitik
68
Hasil Pengolahan Data
Hasil pengolahan data dapat disusun dalam dua bentuk yakni :
Bentuk Row Data Array Data
69
Contoh Row Data
Data disusun menurut urutan nomor observasinya sebagai berikut : Data hasil pengukuran 35 orang Berat Badan Bayi
5,6 7,5 6,0 4,2 6,6 7,6 10,3
6,6 6,8 4,9 7,6 7,4 7,2 5,9
11,7 2,7 4,0 8,4 5,2 10,2 7,3
6,0 4,9 6,0 5,9 5,1 3,6 4,8
4,4 6,7 7,3 6,4 5,2 7,5 3,7
70
Contoh Array Data
Data disusun menurut urutan besar kecilnya nilai pengukuran Contoh Data hasil pengukuran 35 orang Berat Badan Bayi
2,7 3,6 3,7 4,0 4,2 4,4 4,8
4,9 4,9 5,1 5,2 5,2 5,6 5,9
5,9 6,0 6,0 6,0 6,4 6,6 6,6
6,7 6,8 7,2 7,3 7,3 7,4 7,5
7,5 7,6 7,6 8,4 10,2 10,3 11,7
71
Keuntungan Array Data
Dengan array data dapat diketahui : Nilai terendah : 2,7 Nilai tertinggi :
11,7
Nilai Range :
11,7 – 2,7 = 9
Nilai Frekuensi : (4,9 ; 4,9 dsl ) Petunjuk pengelompokan data.
72
Pengelompokan Data
Tujuannya untuk memproleh INFORMASI yang lebih banyak serta MEMPERMUDAH perhitungan dan PENYAJIAN data
73
Pengelompokan Data
Tabel 1
No 1 2 3 4 5 6
Distribusi frekuensi berat badan dari 35 bayi (Kg ) di Puskesmas Kolaka tahun 2013
Berat Badan bayi (kg)
Frekuensi
– – – – – –
1 8 14 9 2 1
1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0
2,99 4,99 6,99 8,99 10,99 12,99
JUMLAH
35
Sumber : Data primer
74
Terminologi dalam pengelompokan Data
Class Interval ( 1,0 – 2,99 ) Class limit Lower class limit ( bkb) ( 1,0 )
Upper class limit ( bka) ( 2,99 )
Class size ( Bka – Bkb = 2.99 – 1,0 = 2 unit )
Class Mark = Mid point class (bkb+bka/2)
75
Terminologi dalam pengelompokan Data
BESARNYA KELAS Antara 6 - 20 kelas Dengan rumus Sturgers
K = ( 1 + 3,3 log n ) Keterangan : K = Jumlah kelas n = Jumlah observasi
76
Jenis Analisis Data
ANALISIS DESKRIPTIP Data Kategori Univariat Bivariat
Data Numerik Univariat Bivariat
ANALISIS ANALITIK
Data Kategori Univariat Bivariat
Data Numerik Univariat Bivariat
77
Bilangan Relatif Rasio Adalah besaran hasil perbandingan antara dua angka.
Sifatnya relatif dan tidak merupakan indikator besarnya angka yang dibandingkan. Menyatakan besarnya tiap unit angka kedua terhadap unit angka pertama Bila diperkalikan dengan suatu Konstanta ( K ) ia berarti “ Besarnya unit angka pertama per 100 atau 1000 unit angka kedua”. Contoh :
“ 50 laki-laki terhadap 40 perempuan “ berarti 125 laki-laki setiap 100 perempuan. Atau : 50/40 x 100. ( index )
78
Bilangan Relatif Proporsi Adalah rasio yang menunjukkan bagian relatif dari angka total. Dinyatakan dengan rumus : a ---------a+b Keterangan : a = laki-laki b = perempuan (a+b) = Total
Nilainya tidak pernah mencapai nilai 1 tetapi hanya berkisar antara 0.0 – 0.99.
79
Bilangan Relatif Persen Adalah proporsi yang diperkalikan dengan bilangan konstanta. ( K = 100 atau 1000 ) Dinyatakan dengan rumus : a ---------- x 100 a+ b Contoh : Diantara laki-laki dan perempuan terdapat 5 % perempuan
Sifat persen 1. Sebagai kesimpulan 2. Sebagai standarisasi 3. Perbandingan
80
Bilangan Relatif Rate Adalah rasio yang menunjukkan bagian relatif dari angka total dimana angka total ini adalah mereka yang termasuk mengalami resiko.
Dinyatakan dengan rumus : a --------------------(a+b)R Keterangan : a = laki-laki b = perempuan (a+b) = Total R = Risk factor
Nilainya tidak pernah mencapai nilai 1 tetapi hanya berkisar antara 0.0 – 0.99.
81
Analisis Deskriptip Nilai tengah
Ialah suatu nilai yang terletak paling ditengah dari suatu sebaran nilai dan merupakan wakil dari nilai-nilai yang ada didalam sebaran tersebut.
Jenisnya : 1.Mean 2.Median dan 3.Modus. 82
Analisis Deskriptip Nilai tengah Untuk data kategori hanya ada dua nilai tengah yakni : MEDIAN dan MODUS.
Sedangkan untuk data numerik ada tiga nilai tengah yakni : MEAN, MEDIAN dan MODUS Pada perhitungan nilai tengah untuk data numerik dikenal data yang tidak dikelompokkan dan data yang dikelompokkan.
83
Analisis Deskriptip Mean Adalah nilai yang terletak DITENGAHTENGAH dari pada suatu distribusi angka-angka. merupakan nilai yang REPRESENTATIF untuk suatu data dan paling sering digunakan Merupakan PENJUMLAHAN nilai-nilai pengamatan dibagi dengan banyaknya pengamatan yang dilakukan
84
Analisis Deskriptip Mean
Rumus umum Data tanpa frekuensi variabel
Σ Xi Mean = -----------n Keterangan : Xi = Nilai observasi n = Banyaknya observasi
85
Analisis Deskriptip Mean
Contoh : Hasil pengukuran nilai ujian mata kuliah biostatistik untuk 5 orang mahasiswa STIK sebagai berikut : 70; 69; 45; 80; dan 56 Perhitungan :
Mean =
70 + 69 + 45 + 80 + 56 ------------------------------------ = 64 5
86
Analisis Deskriptip Mean
Rumus umum Data dengan frekuensi variabel Σ fi (xi) Mean = -----------n Keterangan : Xi = Nilai observasi
n = Banyaknya observasi fi
= Frekuensi Xi
87
Analisis Deskriptip Mean
Contoh : Hasil pengukuran nilai ujian mata kuliah biostatistik untuk 16 orang mahasiswa STIK sebagai berikut : 5 orang memperoleh 70; 6 orang 69; 3 orang 45; 1 orang 80; dan 1 orang 56
Perhitungan
( xi )
Frkuensi ( fi )
fixi
70 69 45 80 56 Jumlah
5 6 3 1 1 16
350 414 135 80 56 ∑ fixi = 1035
88
Analisis Deskriptip Mean
Sifat-sifat Mean Jumlah selisih nilai pengamatan dengan mean adalah nol ∑ ( Xi - Mean ) = 0 Contoh : Hasil pengukuran nilai 5 orang mahasiswa
( xi )
( xi - Mean )
Hasil
70 69 45 80 56 Mean = 64
70 - 64 69 - 64 45 - 64 80 - 64 56 - 64
+6 +5 - 19 + 16 -8 0
89
Analisis Deskriptip Mean Sifat-sifat Mean Jumlah selisih nilai pengamatan dengan mean adalah nol ∑ ( Xi - Mean ) = 0 Dipengaruhi oleh nilai ekstrim
Nilai mean dari beberapa kelompok data yang masing-masing mempunyai nilai mean adalah : Mean Gab =
n1(m1) + n2 (m2) + ……. nk(mk) -------------------------------------------------n1 + n2 ……. nk
Keterangan : N = Kelompok data M = Mean kelompok data
90
Analisis Deskriptip Mean
Data Berkelompok Nilai observasi tidak dipertimbangkan satu persatu, tetapi dalam bentuk nilai tengah kelompok kelas. Langkah-langkah perhitungan sebagai berikut : 1. Sususn data dalam bentuk kelas dengan interval tertentu. 2. Tentukan titik tengah kelas.
3. Hitung frekuensi masing-masing kelas. 4. Perkalikan frekuensi kelas dengan titik tengah kelas.
91
Analisis Deskriptip Mean
Contoh penyelesaian : Data hasil pengukuran 35 orang berat
badan bayi dengan tabel penyelesaian sbb : Kelas (BB Bayi = kg)
Titik tengah (xi)
Frek (fi)
xi.fi
1.0 - 3.0 3.0 - 5.0 5.0 - 7.0 7.0 - 9.0 9.0 - 11.0 11.0 - 13.0
2 4 6 8 10 12
1 8 14 9 2 1
2 32 84 72 20 12
JUMLAH
35
Σ XI.fI = 222
Σ fi (xi) Mean = ------------ = 6,34 n
92
Analisis Deskriptip Median
Adalah nilai pengamatan yang terletak ditengah-tengah dari pada suatu distribusi angka-angka apabila pengamatan disusun dalam bentuk “ Arry “
Membagi dua hasil pengamatan yang telah di array, sebagian dibawah median dan sebahagian lagi diatas median.
93
Analisis Deskriptip Median
Rumus Umum untuk Data Yang Ganjil n+1 Median = X ( ----------- ) 2 Keterangan : X = pengamatan yang ke x
Rumus lain Median n = 2k + 1 Keterangan : n = bilangan ganjil k = bilangan konstan
94
Contoh Array Data
Contoh Data hasil pengukuran 35 orang Berat Badan Bayi
2,7 3,6 3,7 4,0 4,2 4,4 4,8
4,9 4,9 5,1 5,2 5,2 5,6 5,9
5,9 6,0 6,0 6,0 (Md) 6,4 6,6 6,6
6,7 6,8 7,2 7,3 7,3 7,4 7,5
7,5 7,6 7,6 8,4 10,2 10,3 11,7
95
Analisis Deskriptip Median
Rumus Umum 35 + 1 Median = X ( ----------- ) = 18 2 Keterangan : X = pengamatan yang ke 18
Rumus lain Median 35 = 2k + 1
Median 35 = 2k + 1 2k = 35 -1 = 34
Keterangan : n = bilangan ganjil k = bilangan konstan
K = 34/2 = 17 Md = k+1 17 + 1 = 18 96
Analisis Deskriptip Median Rumus Umum untuk Data Yang GENAP x (n/2) + x (n/2+1) Median = ---------------------------2 Keterangan : X = pengamatan yang ke x Contoh : Row Data : n = 8 4; 12; 5; 7; 8; 10; 10; 9 Array Data
4; 5; 7; 8; 9; 10; 10; 12
x 8 / 2 ) + x (8 / 2+1) 9 Median untuk n = 8 = ---------------------------- = ----- = 4,5 2 2 Md terletak pada pengamatan yang ke 4,5 atau pada nilai pengamatan = 8,5
97
Analisis Deskriptip Median Rumus Umum untuk Data BERKEOLOMPOK N / 2 - fb Md = ----------------- x c f(Md) Keterangan : N = Jumlah observasi Fb = jml frek. interval kelas dibawah kls median F(md) = Jumlah frekuensi kelas median C = Ukuran kelas
98
Analisis Deskriptip Median
Tabel 1
No 1 2 3 4 5 6
Distribusi frekuensi berat badan dari 35 bayi (Kg ) di Puskesmas Daya Makassar tahun 2003
Berat Badan bayi (kg)
Frekuensi
– – – – – –
1 8 14 * f (Md) 9 2 1
1,0 3,0 5,0 7,0 9,0 11,0
2,99 4,99 6,99 8,99 10,99 12,99
JUMLAH
35
Sumber : Data primer
99
Analisis Deskriptip Median
Penyelesaian : N = 35 fb = 9 f(md) = 14 C=2
35 / 2 - 9 Md = --------------- x 2 = pd nilai 6,21 14
Dengan menggunakan rumus untuk data tidak berkelompok : 35/2 - 9 Median untuk n = 35 = ---------------- x 2 = 18 14 Md terletak pada pengamatan yang ke 18 atau pada nilai pengamatan = 6, 21
10 0
Analisis Deskriptip Modus
Adalah nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi terbanyak.
Dapat digunakan untuk mendeskripsikan data kualitatif. Tergantung dari keadaan pengukuran, maka suatu distribusi data dapat mempunyai : satu modus ( bimodal ), atau lebih dari dua modus (multimodal). 10 1
Analisis Deskriptip Modus
Adalah nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi terbanyak. Dapat digunakan untuk mendeskripsikan data kualitatif Tergantung dari keadaan pengukuran, maka suatu distribusi data dapat mempunyai : satu modus, (unimodal, dua modus (bimodal) atau lebih dari dua modus ( multimodal )
Data tidak berkelompok Contoh : 2, 3, 8, 9, 8, 8, Mo = 8
10 2
Analisis Deskriptip Modus
Data berkelompok Rumus Sa Mo = Bkb + ( --------------- ) x c Sa + S b Ket. Bkb = batas kelas bawah dimana modus berada Sa = selisih frek. Kelas modus dengan kelas diatasnya Sb = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas dibawahnya c = ukuran kelas
10 3
Analisis Deskriptip Modus
Contoh :
Pengelompokan dari 35 berat badan bayi (kg) menurut kelas sebagai berikut : Kelas (BB Bayi = kg)
Frek.(fi)
1.0 – 2.9 3.0 – 4.9 5.0 – 6.9 7.0 – 8.9 9.0 – 10.9 11.0–12.9
1 8 14 ( Kelas Modus) * 9 2 1
JUMLAH
35
10 4
Analisis Deskriptip Modus
Kelas Mo Sa Sb c Bkb
= = = = =
Penyelesaian
Kelas ke 3 f = 14 14 – 8 = 5 14 – 9 = 5 2 5
6 Mo = 5 + (-------) x 2 = 6,1 6 + 5 10 5
Arti dan Manfaat
Mean Meng-asumsikan keberadaan dari nilai numeric : X1, X2,…. Xn dari pengamatan, sehingga jarak antara pasangan pengamatan dapat diketahui dengan jelas. Dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan atau pengkategorian data yang diukur menurut skala interval atau rasio kedalaman kategorikategori.
Sebagai parameter untuk kepentingan uji statistic parametric 10 6
Arti dan Manfaat
Median Cocok untuk data yang diukur dengan skala ordinal, karena cara perhitungannya hanya didasarkan pada urutan data nilai pengamatan.
Tidak sensitive terhadap jarak setiap nilai pengamatan atau tidak dipengaruhi oleh nilai ekstrim.
10 7
Arti dan Manfaat
Median Sangat baik digunakan apabila distribusi data sangat miring ( higly skewed )
Sangat bermanfaat untuk digunakan pada penentuan batas nilai pengelompokan kategori data.
10 8
Arti dan Manfaat
Median Cocok untuk data yang diukur dengan skala ordinal, karena cara perhitungannya hanya didasarkan pada urutan data nilai pengamatan. Tidak sensitive terhadap jarak setiap nilai pengamatan atau tidak dipengaruhi oleh nilai ekstrim. 10 9
Arti dan Manfaat
Modus Adalah nilai pengamatan yang mempunyai frekuensi terbanyak.
Dapat digunakan untuk mendeskripsikan data kualitatif.
11 0
Arti dan Manfaat
Modus Tergantung dari keadaan pengukuran, maka suatu distribusi data dapat mempunyai : satu modus ( unimodal ), dua modus ( bimodal ), atau lebih dari dua modus ( multimodal ). Sangat baik digunakan untuk data yang diukur dengan skala nominal.
11 1
Arti dan Manfaat
Mean, Median, dan Modus. Berfungsi menentukan keadaan distribusi data hasil pengukuran yakni : apabila nilai mean, median dan modus berimpit pada satu titik atau mendekati satu titik maka distribusi data dapat didekati dengan distribusi normal.
11 2
Terima kasih sampai jumpa pada kuliah berikutnya
11 3
Pengertian Dikenal juga dengan istilah “ UKURAN VARIASI “ yang berarti sejauh mana variasi hasil pengukuran yang ada didalam suatu distribusi kekiri dan kekanan dari niali tengahnya tetapi masih dapat dipercaya sebagai nilai-nilai normal.
11 4
Pengertian Ukuran variasi ini memberikan arti mengenai naik turunnya hasil pengukuran atau variabilitas pengukuran yang dilakukan.
Apabila nilai ini meningkat berarti hasil pengukuran yang dilakukan sangat bervariasi atau heterogen sebaliknya bila nilainya mendekati titik tengah atau nol berarti hasil pengukuran yang dilakukan homogen. 11 5
Jenis Nilai sebar Untuk data Numerik 1.Range 2.Mean Deviasi ( simpangan rata-rata ) 3.Variance 4.Standard Deviasi. Untuk data kategori 1.Kuartil 2.Desil 3.Persentil. 11 6
Range Ialah selisih antara nilai tertinggi dengan nilai terendah didalam distribusi hasil pengukuran. Contoh : → 2, 102, 107, 110, 111, 120, 139, 145, 150, 1202.
Range : → 1202 – 2 = 1200
Sifat Range
1. Dipengaruhi nilai ekstrim. 2. Nilai lain yang ada didalam hasil pengukuran tidak berpengaruh dalam penentuan range. 3. Tidak sempurna sebagai ukuran penyebaran. 11 7
Mean Deviasi
Ialah penyimpangan nilai masingmasing hasil pengukuran ( Xi ) dengan nilai rata-ratanya. Keuntungan Nilai setiap hasil pengukuran (xi) tetap diperhatikan
Menggunakan nilai mutlak untuk menghilangkan nilai negatifnya. 11 8
Mean Deviasi
Rumus Data tidak berkelompok SR (simpangan Rata-rata) = (1/n ) Σ (Xi – X) Contoh : Hasil pengukuran berat badan 5 orang dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40,
11 9
Mean Deviasi
Contoh : Hasil pengukuran berat badan 5 orang dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40,
Hasil Pengukuran ( kg )
( Xi - X )
SR
Nilai mutlak SR
70 30 45 65 40
70 – 50 30 – 50 45 – 50 65 – 50 40 – 50
+20 -20 -5 +15 -10
+20 +20 +5 +15 +10
0
70
MEAN =
50
SR = (1/5) (70) = 14
Mean Deviasi
Data berkelompok SR = (1/n ) Σ ( Xi – Ā). f Contoh : Data hasil Pengukuran berat badan 35 bayi dalam kg setelah dikelompokkan Kelas ( BB Bayi = kg )
Titik tengah
Frek. (fi )
SR ( Xi – Ā )
1,0 – 3,0 3,0 – 5,0 5,0 – 7,0 7,0 – 9,0 9,0 – 11,0 11,0 – 13,0
2 4 6 8 10 12
1 8 14 9 2 1
2 – 6,34 = - 4,34 4 – 6,34 = - 2,34 6 – 6,34 = - 0,34 8 – 6,34 = + 1,66 10 – 6,34 = + 3,66 12 – 6,34 = + 5,66
4,34 18,72 4, 76 14,94 7,32 5,66
Mean = 6, 34
-
35
-
Σ = 55, 74
( Xi – Ā ).f
SR = ( 1/n ) Σ ( Xi – Ā ) .f SR = ( 1/35 ) ( 55,74 ) = 1.592
121
Variance
Ialah penggunaan pangkat dua dari simpangan rata-rata untuk masing-masing hasil pengukuran (xi) baik untuk data tidak berkelompok maupun data berkelompok.
12 2
Variance
Rumus Data tidak berkelompok Variance = ( 1/n ) Σ ( Xi – X )² Contoh : Hasil pengukuran berat badan 5 orang dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40
12 3
Variance Contoh Data tidak berkelompok : Hasil pengukuran berat badan 5 orang dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40 Hasil pengukuran (kg)
(Xi - Ā )
SR
(Xi - Ā )²
70 30 45 65 40
70-50 30-50 45-50 65-50 40-50
+20 -20 -5 +15 -10
400 400 25 225 100
0
Σ = 1150
Mean = 50 Variance = ( 1/n ) Σ ( Xi- Ā )²
Variance = ( 1/5 ) (1150) = 230
124
Variance Data berkelompok Variance = ( 1/n ) Σ (Xi- Ā )².f Contoh : data hasil pengukuran berat badan 35 bayi dalam kg setelah dikelompokkan Kelas (BB Bayi = kg) 01.0–03.0 03.0–05.0 05.0–07.0 07.0–09.0 09.0- 11.0 11.0–13.0
Mean ( Ā ) = 6,34
Titik tengah
Frek. ( fi )
SR ( Xi – Ā )
2 4 6 8 10 12
1 8 14 9 2 1
02 - 6,34 = - 4,34 04 - 6,34 = - 2,34 06 - 6,34 = - 0,34 08 - 6,34 = + 1,66 10 – 6,34 = + 3,66 12 – 6,34 = + 5,66
18,8 5,5 0,12 2,75 13,4 32,0
18,8 44 1,68 24,75 26,8 32
-
35
-
-
148.03
( Xi – Ā )² (Xi –Ā)².f
Variance = ( 1/n ) Σ ( Xi – Ā )² . f Variance = ( 1/35 ) (148.03 ) = 4,229
125
Standard Deviasi
Disebut juga dengan “ Ukuran penyebaran titik pusat “. Diperoleh dengan mengakarkan variance. Notasi : - s = Standard Deviasi Sampel - σ = Standard Deviasi Populasi 12 6
Standard Deviasi
Rumus Data tidak berkelompok σ = √ (1/n) Σ ( Xi – Ā )² Rumus lain → Merupakan koreksi dari rumus diatas
( ΣXi )²
σ = √(Σ Xi² - -------------- ) n Rumus ini dikenal dengan
“ Unbiased estimate dari “ σ²
12 7
Standard Deviasi
Contoh : Hasil pengukuran berat badan 5 orang dewasa dalam kg sebagai berikut : 70, 30, 45, 65, 40. σ = √ (1/n) Σ ( Xi- Ā )² σ = √ ( 1/5 ) ( 1150 ) σ = √ 230 = 15,16
Data berkelompok σ = √ ( 1/n ) Σ ( Xi–Ā )². f σ = √ ( 1/35 ) (148.03 ) = 4,229 σ = √ 4,229 = 2,05
12 8
Sifat standard Deviasi
1. Mean pada rumus standard Deviasi dapat diganti dengan nilai “ median atau modus “ σ = √ ( 1/n ) Σ ( Xi – Md / Mo )² 2. Petunjuk luas daerah penerimaan dibawah kurva normal ( Mean + SD )
12 9
Sifat standard Deviasi Contoh Petunjuk luas:
- 3 SD
- 2 SD
-1 SD
Mean
+1 SD +2SD
+ 3 SD
- Mean ± 1 SD → luas daerahnya = 68,27 %. - Mean ± 2 SD → luas daerahnya = 95,45 %. - Mean ± 3 SD → luas daerahnya = 99,73 %.
13 0
Sifat standard Deviasi
3.
Standard deviasi beberapa buah distribusi yang masing-masing mempunyai standar deviasi adalah. n1s1² + n2s2² + …….nmsm² σ = √ ----------------------------------------n1 + n2 + ……… nm Ket : - s1² → varians distribusi 1 dst. - n1 → jumlah sampel distribusi 1 dst.
13 1
Sifat standard Deviasi
4. Rumus koreksi perhitungan standard deviasi adalah sbb : c² Varians = -------- → s = interval kelas. 12 5. SR = 4/5 Standard Deviasi semi interquartile range = 2/3 SD
13 2
Standard Error Adalah perbedaan nilai sampel dengan nilai populasinya. Rumus : SD SE = ------√n Ket : SE → Standard error : SD → standard deviasi : n → besar sampel
13 3
Koefisien Variasi Gunanya : 1. Membandingkan variasi dari dua nilai kelompok data 2. Melihat mana yang lebih bervariasi dibandingkan dengan yang lain. Rumus : - Populasi σ KV = ----- x 100 % µ
- Sampel s KV = --------- x 100 % mean
13 4
Kuartil Adalah nilai sebar yang digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu distribusi data yang berbentuk kategori ( diukur menurut skala nominal atau ordinal ) Inter quartile range
13 5
Kuartil Nilai yang membagi suatu data menjadi 4 bahagian yang sama, dan nilai tersebut adalah Q1, Q2, dan Q3, Q1
Q2
Q3
Q1=25%
Q2=50% Q3 = 75%
Inter quartile range
13 6
Kuartil Q1 = Kuartil pertama Artinya 25 % data nilainya ≤ dari Q1 Q2 = Kuartil kedua Artinya 50 % data nilainya ≤ dari Q2 Q3 = Kuartil ketiga Artinya 75 % data nilainya ≤ dari Q3
13 7
Kuartil Apabila suatu kelompok data / nilai telah dilakukan array maka kuartilnya dapat dihitung sebagai berikut : Rumus umum : i(n+1) Qi = -------------4 Ket. i → pengukuran ke 1, 2, 3, …..dst.
13 8
Kuartil Contoh : Hasil pengukuran data BB karyawan RS sebanyak 13 orang sebagai berikut : ( n = 13 ) 40, 30, 50, 65, 45, 55, 70, 60, 80, 35, 85, 95, 100. Hasil Array data X1 = 30 X2 = 35 X3 = 40 X4 = 45 X5 = 50
X6 = 55 X7 = 60 X8 = 65 X9 = 70 X10 = 80
X11 = 85 X12 = 95 X13 = 100
13 9
Kuartil
Penyelesaian
1( 13 + 1 ) 14 Q1 = nilai yang ke ----------------- → ---- = 3,5 4 4 = pengamatan yang ke 3,5 → 40 + 45 / 2 = 42,5 2 ( 13 + 1 ) 28 Q2 = nilai yang ke ------------------ → ----- = 7 4 4 = pengamatan yang ke 7 → 60 3 ( 13 + 1 ) 42 Q3 = nilai yang ke ------------------ → ------ = 10,5 4 4 = pengamatan yang ke 10,5 → 80 + 85 / 2 = 82, 5
14 0
Desil Adalah nilai sebar yang digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu distribusi data yang berbentuk kategori ( diukur menurut skala nominal atau ordinal ). 14 1
Desil Nilai ini membagi suatu set data menjadi 10 bagian yang sama, dan nilai tersebut adalah : D1, D2, D3, ………. D9 Nilai tersebut masing-masing bernilai 10 % dari keseluruhan set data.
14 2
Desil D1 = Desil pertama
Artinya 10 % data nilainya ≤ dari D1
D2 = Desil kedua
Artinya 20 % data nilainya ≤ dari D2
D3 = Desil ketiga
Artinya 30 % data nilainya ≤ dari D3
D4 = Desil keempat
Artinya 40 % data nilainya ≤ dari D4
D5 = Desil kelima
Artinya 50 % data nilainya ≤ dari D5
D6 = Desil keenam
Artinya 60 % data nilainya ≤ dari D6
D7 = Desil ketujuh
Artinya 70 % data nilainya ≤ dari D7
D8 = Desil ke delapan Artinya 80 % data nilainya ≤ dari D8 D9 = Desil ke sembilan Artinya 90 % data nilainya ≤ dari D9
14 3
Desil Contoh : Hasil pengukuran karyawan BB karyawan RS sebanyak 13 orang sebagai berikut : ( n = 13 ) 40, 30, 50, 65, 45, 55, 70, 60, 80, 35, 85, 95, 100. Penyelesaian : → Prinsip sama dengan Quartil
14 4
Desil 1 ( 13 + 1 ) 14 D1 = nilai yang ke ----------------- → ------- = 1,4 10 10
= Pengamatan yg ke X1 + 4 / 10 ( X2 – X ) = 30 + 4 / 10 ( 35 – 30 ) = 31 D2 = dan selanjutnya → prinsip perhitungan sama dengan diatas.
14 5
Kemiringan Apabila didalam perhitungan nilai tengah, Mean = median = modus memberikan nilai sama atau mendekati pada satu titik maka terbentuk suatu kurva yang dikenal dengan “ Kurva Normal”.
14 6
Kemiringan = Skewness Bentuk kurva: 1.Normal
2.Miring ke kanan 3.Miring ke kiri
- 3 SD
- 2 SD
-1 SD
Mean
+1 SD +2SD
+ 3 SD
BENTUK KURVA NORMAL
14 7
Kemiringan Apabila didalam perhitungan nilai tengah, Mean = median = modus tidak memberikan nilai sama atau saling menjauhi maka terbentuk suatu kurva yang dikenal dengan “ Kurva yang skewness atau miring”.
14 8
Skewness negatif • Apabila didalam perhitungan nilai tengah, Mean < median < modus maka terbentuk suatu kurva yang dikenal dengan “ SKEWNESS NEGATIF “.
Mean < Md < Mo
Rumus : ( Mean – Mo ) = ( - ) atau Mean < Mo
14 9
Skewness positif Apabila didalam perhitungan nilai tengah, Mean > median > modus maka terbentuk suatu kurva yang dikenal dengan “ SKEWNESS POSITIF “.
Mo > Md > Mean
Rumus : ( Mean – Mo ) = (+) atau Mean > Mo
15 0
Koefisien Skewness Koefisien Skewness Pearson Koefisien Skewness Pearson 1. (SKP-1) Rumus : Mean – Mo SKP-1 = --------------------S Ket : →
Mean Mo S
= Rata-rata hitung = Modus = Standard Deviasi
15 1
UKURAN KEMIRINGAN (Koefisien Skewness)
Koefisien Skewness Pearson • Koefisien Skewness Pearson 2. (SKP-2) Rumus : 3(Mean – Mo) SKP-2 = --------------------S Ket : →
Mean Mo S
= Rata-rata hitung = Modus = Standard Deviasi 15 2
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)
Manfaat Menentukan bentuk kurva • Menentukan apakah suatu distribusi dapat didekati dengan fungsi normal atau tidak. Jenis : Lepto kurtis. Platy kurtis Meso kurtis ●
15 3
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis) Lepto kurtis. Sebahagian besar frekuensi tertumpuk pada interval yang pendek sekitar nilai mean. Contoh :
Mean 15 4
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)
Platy kurtis Frekuensi data tersebar merata pada seluruh kelas, kecuali kelas pertma dan terakhir. Contoh :
Mean 15 5
UKURAN KERUNCINGAN (Kurtosis)
Meso kurtis Frekuensi data tersebar mendekati distribusi normal Contoh :
Mean 15 6
UKURAN KERUNCINGAN ( Perhitungan keruncingan kurtosis ) • Menggunakan moment ke 4 sekitar mean ( α 4 ). Rumus :
α4
M = ------------S
Ket : - α1, α2, α3 - Mi
=
1/n Σ fi ( Mi – x ) -------------------------------S
→ dihitung lebih dahulu → titik tengah kelas 15 7
UKURAN KERUNCINGAN ( Perhitungan keruncingan kurtosis ) • Menggunakan
Quartile koefisien of Kurtosis ( QCK ) Rumus : Ket : - Q → Quartile
½ ( Q3 – Q 1 ) QCK = ---------------------P90 – P10
- P→ Persentil
• Penilaian : α4 =
3 → Normal
α4 ≥
3 → Lepto kurtis
α4 ≤
3 → Platy kurtis
QCK = 0,263 → Normal ( Dapat didekati dengan distribusi normal ) 15 8
“ Terima kasih “ Dilanjutkan pada kuliah berikutnya 15 9
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Tujuan Analisis) • Menilai kelayakan suatu variabel untuk dimasukkan dalam analisis statistic.
• Menilai keadaan distribusi data untuk variabel yang akan dianalisis, dengan parameter : nilai tengah dan dispersi.
Jenis Analisis Analisis Univariat. Analisis Bivariat. Analisis Multivariat. 16 0
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Univariat)
Jenis Analisis 1. Analisis distrbusi frekuensi 2. Analisis deskriptip
Sifat 1.Tergangtung dari tujuan studi / masalah penelitian yang akan dijawab. 2.Jumlah variabel yang terlibat.
3.Skala pengukuran variabel dan metode statistic yang akan digunakan.16 1
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Univariat)
Tujuan Memperlihatkan / menjelaskan distribusi data dari variabel yang terlibat dalam penelitian.
Parameter yang digunakan • Nilai tengah.
• Nilai Sebar. • Ukuran Kemiringan. • Distribusi data. 16 2
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Univariat) Analisis Distribusi Frekuensi Deskripsi tipe distribusi dan skala pengukuran data
Deskripsi Distribusi Data
Frekuensi Nilai tengah
Dispersi
Skala Pengukuran Nominal
Ordinal
Interval-Rasio
Proporsi ( Persentase )
Nilai Mutlak dan Proporsi
Nilai Mutlak dan Proporsi
Modus
Median
Mean
-
Interquatile
Standard Deviasi
163
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Contoh Frekuensi Distribusi Data) Frekuensi Univariat Dgn Skala Nominal Tabel.1
Distribusi Tempat Berobat Responden Pada Saat Sakit Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Kec. Bantimurung Kab. Maros Tahun 2002
TEMPAT BEROBAT PADA SAAT SAKIT
JUMLAH
PERSEN
Bides / Pustu / Manteri Puske smas Dokter praktek Berobat sendiri Lainnya
72 47 5 22 8
46,8 30,5 3,2 14,3 5,2
JUMLAH
154
100.0
Sumber : Data primer
Apabila dilihat distribusi tempat berobat pada responden sakit maka tabel 3 memperlihatkan sekitar 80,4 persen dari responden memilih tempat berobat pada sarana kesehatan modern yang terdiri dari Bindes / Pustu / Manteri, Puskesmas, dan dokter praktek. Selebihnya memilih berobat sendiri dan tidak berobat 164
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Contoh Frekuensi Distribusi Data) Frekuensi Bivariat Dgn Skala Nominal Tabel 2
Distribusi Kejadian diare 3 bulan terakhir Menurut sumber pencemaran Di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Tahun 2002
Sumber Pencemaran
Kejadian diare 3 bulan terakhir Ada
Total
Tidak ada
Jml
Persen
Jml
Persen
Jml
Persen
Septik tank WC Cemplung P’mukaan tanah Tdk ada
19 5 14 31
50,0 26,3 73,7 39,7
19 14 5 47
50,0 73,7 26,3 60,3
38 19 19 78
100.0 100.0 100.0 100.0
Jumlah
69
44,8
85
55,2
154
100.0
Sumber : data primer
Dari tabel 2 diatas diperlihatkan kejadian diare menurut sumber pencemaran. Dari tabel tersebut terlihat kejadian diare terbanyak terjadi melalui permukaan tanah yg terkontaminasi,selanjutnya melalui septic tank. Ada sebanyak 39,7 persen yg sesungguhnya tdk ada sumber pencemaran tetapi terjadi diare utk 3 bulan terakhir. 165
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Contoh Frekuensi Distribusi Data) Frekuensi Bivariat Dgn Skala Ordinal Tabel
3 Distribusi status kesehatan gigi dan mulut mnurut pengetahuan kesehatan gigi murid SD UKGS di kecamatan Bantimurung kab. Maros tahun 2002
Pengetahuan kes. gigi
STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT SEHAT
Total
TDAK SEHAT
Jml
Persen
Jml
Persen
Jml
Persen
Kurang tahu Tahu Sangat tahu
36 49 50
40.0 50.5 41.7
54 48 70
60.0 49.5 58.3
90 97 120
100.0 100.0 100.0
Jumlah
135
44,0
172
56.0
307
100.0
Sumber : data primer Analisis distribusi status kesehatan gigi dan mulut menurut pengetahuan kesehatan gigi murid, seperti tabel 3 diatas memperlihatkan, dari 307 murid yang diobservasi terlihat persentase yang termasuk status gigi dan mulut tidak sehat lebih besar ( 56,0 % ) dibandingkan dengan yang termasuk sehat ( 44,0 % ). Dari tabel tersebut juga terlihat distribusi murid yang berstatus kesehatan gigi tidak sehat menurut tingkatan pengetahuan persentasenya lebih besar dibandingkan dengan yang berstatus sehat.
166
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Contoh Frekuensi Distribusi Data) Analisis Deskriptip
Nilai tengah dgn skala nominal, ordinal, dan interval / rasio Tabel 4
Gambaran Deskriptip Nilai tengah dan Nili Sebar Tinggi Badan dan Prestasi Belajar Murid Di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Tahun
PARAMETER STATISTIK Mean Median Modus Standard Deviasi Skewness Kurtosis
VARIABEL Tinggi Badan (Cm)
Prestasi Belajar
120.63171 121.00000 115.00000 13.159488 - 4.421 40.534
7.0774 7.1000 6.20 0.7750 0.106 - 0.129 167
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat) Uji Hipotesis
Tujuan Analisis Menilai perbedaan nilai sampel dengan nilai populasinya, perbedaan nilai observasi dengan harapan, atau hubungan / perbedaan antara dua atau lebih sampel.
16 8
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat) Variasi nilai uji sangat tergantung pada : • Tujuan penelitian. • pertanyaan penelitian. • Skala pengukuran variabel
Jenis uji •
Uji perbedaan ( test of differences )
• Uji hubungan ( test of Association ) 16 9
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat) Uji Hipotesis Metode Statistika Menurut Tujuan Studi dan Skala Pengukuran
TUJUAN STUDI
PERTANYAAN PENELITIAN
SKALA UKUR
UJI STATISTIK
Identifikasi Jumlah Kategori
Apakah jumlah kasus rawat inap = yg. Diharap
Nominal
Chi-square test satu sampel
Perbedaan Proporsi Kategori
Apakah proporsi pemakaian pil berbeda dengan suntik
Nominal
Test promosi satu sampel
Perbedaan Urutan Kategori
Apakah urutan kasus diare beda dengan yg diharapakan
Ordinal
Chi-square test satu sampel
Penentuan Urutan Kategori
Apakah urutan 10 penyakit besar = hipotesis
Ordinal
Kolmogorov Smirnov test (KS)
Perbedaan Nilai Sampel Dengan Nilai Populasi
Apakah rata-rata Hb penderita ca cervik berbeda secara significant dgn seluruh penderita
Interval atau rasio
Z-Teats (s- Besar) t-Test (s-Kecil)
170
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat) Uji hipotesis untuk skala nominal
Prinsip. • Variabel yang akan diuji berasal dari satu sampel dan untuk selanjutnya karakteristik yang ada didalam sampel dibandingkan dengan karakteristik yang ada didalam populasi. • Pengelompokan / pengkategorian variabel dilakukan menurut skala nominal. 17 1
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
(Analisis Bivariat) Uji hipotesis untuk skala nominal
Prinsip. • Metode ststistika yang digunakan adalah uji chi-square yang terdiri dari : • Chi-square untuk satu sampel. • Chi-square untuk dua sampel independent. • Chi-square untuk k sampel independent. 17 2
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis
Syarat pengunaan uji. • Mengunakan
tabel 2 x 2 atau > dari 2 x 2, square atau tidak square dengan kategori variabel ditetapkan berdasarkan skala nominal. • Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sampel dengan nilai α tertentu. 17 3
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis
Syarat pengunaan uji. • Sampel minimal untuk uji ini adalah n = 30, maka uji tidak sensitive atau tidak dapat digunakan. • Tidak boleh ada frekuensi harapan yang bernilai kurang dari 5 didalam sel tabel. • Untuk tabel yang lebih dari 2 x 2 maka frekuensi harapan dalam sel hanya diperkenangkan sampai 20 % . 17 4
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis
Ketentuan Penggantian uji. • Bila sampel kurang dari 30. • Terdapat frekuensi harapan kurang dari 5 didalam sel tabel.
• Bila t’dpt frekuensi HARAPAN kurang dari 1 didalam sel tabel (cohran: 1954).
Cara penyelesaian •
Untuk tabel 2 x 2 → lakukan koreksi Yate’s dengan rumus : ( | O – E | - 0,5 )² X² ( corected ) = Σ -------------------------E 17 5
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis Ketentuan Pengganti uji • Untuk lebih dari 2 x 2 → lakukan penggabungan kategori menurut baris atau kolom. • Bila tetap tdk b’makna dianjurkan menggunakan uji “ Fisher Exact test “. 17 6
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Rumus Untuk SATU Sampel X² = Σ
( O – E )² ----------E
Keterangan : O
= Frekuensi Observasi
E
= Frekuensi Harapan
DF = ( C – 1 ) R – 1 )
DF = Degree of Freedom → adalah besarnya kebebasan untuk menentukan nilai sel dalam tabel bila besaran dalam tabel telah diketahui. 17 7
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Bivariat ) Untuk sampel yang terdiri dari satu jenis variabel yang dikategori kedalam beberapa kategori maka besarnya DF adalah : ( K – 1 ) dimana K = banyaknya kategori.
Frekuensi Harapan Ialah proporsi obyek yang diharapkan sesuai / berada dibawah hipotesis nol, dengan rumus sebagai berikut : ( total kolom ) ( total baris ) Frek. Expected = ----------------------------------------( total pengamatan ) 17 8
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Contoh Uji satu sampel “ Chi-Square “ Tabel 5.
Hubungan Antara Kejadian Diare 3 Bulan Terakhir Dengan Keadaan Sumur Gali
Keadaan Sumur Gali
Kejadian diare 3 bulan terakhir Total
Ada
Tdk ada
Memenuhi Syarat Tidak M. Syarat
21 (36,3) 48 (32,7)
60 (44,7) 25 (40,3)
81 73
JUMLAH
69
85
154
Hasil uji Chi-Square
Pearson Chi-Square = 24,628 Continuity corection = 23,044 Fisher’s Exact Test
Signif. (p)
0,000 0,000 0,000
Tabel 5 diatas memperlihatkan hubungan antara variabel keadaan sumur gali dengan variabel kejadian diare 3 bulan terakhir. Hasil uji yang telah dilakukan dengan menggunakan Chi-Square test, ternyata tabel uji memenuhi syarat yakni tidak ada frekuensi harapan yang bernilai kurang dari 5, dan hasil yang diberikan memperlihatkan X² hitung lebih besar (24,628) daripada X² tabel (3,841) dengan α = 0,05 pada DF=1 dengan nilai p = 0,000 (signifikan). Berarti keadaan sumur gali berhubungan dengan kejadian diare 3 bulan terakhir 179
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Contoh Uji satu sampel dgn frek. Harapan - 5 Tabel 6.
Hubungan antara pemilihan pertolongan persalinan dengan kepercayaan
Pemilihan Pertolongan Persalinan Kepercayaan Percaya Tdk Percaya
JUMLAH
Hasil Uji Chi-Square
Signif. (p)
Total Nakes
Non Nakes
161 (157,3) 12 (15,7)
39 (42,7) 8 (4,27)
173
47
200 20
220
Pearson Chi-Square = 4.548 Continuity Corection = 3.410 Fisher’s Exact Test
0.033
0.065 0.038
Apabila dilihat hubungan antara variabel kepercayaan responden denga variabel pemilihan pertolongan persalinan, maka tabel 6 diatas, memperlihatkan hasil uji yang telah dilakukan dengan menggunakan Chi-square test, tidak memenuhi syarat yakni ada frekuensi harapan yang bernilai kurang dari 5, sehingga alternative yang dipilih ialah melakukan koreksi dengan Yate’s dan hasil yang diberikan memperlihatkan X² hitung lebih kecil ( 3,410 ) dari pada X² tabel ( 3,841 ) dengan α = 0,05 pada DF = 1 dengan nilai p = 0,065 ( non signifikan ). Berarti kepercayaan responden tidak berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan. 180
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) UJI HIPOTESIS
Rumus untuk DUA sampel Independen n ( | ad – bc | - ½ n )² X² = -------------------------------(a+b)(a+c)(b+d)(c+d) Keterangan : • a,b,c,d = Frekuensi observasi
•n
= Jumlah sampel untuk kedua kelompok
• DF
= ( C-1 ) R-1) 18 1
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) • DF = Degree of freedom → adalah besarnya kebebasan untuk menetukan nilai sel dalam tabel bila besaran dalam tabel tela diketahui.
• Sampel harus berasal dari dua populasi yang berbeda dimana pada masing-masing populasi, diobservasi karakteristik untuk dua variabel yang sama. Model tabel analisis Pemilihan tempat berobat PENDIDIKAN
Nakes
Non Nakes
Total
SLTA – PT
a
b
a+b
SD – SLTP
c
d
c+d
a+c
b+d
N
JUMLAH
182
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Rumus untuk “ k “ sampel independent Σ ( O – E )² X² = Σ-----------------E Keterangan : O = Frekuensi Observasi E = Frekuensi harapan
DF = ( C – 1 ) ( R – 1 )
Sampel harus berasal dari k populasi yang berbeda dimana pada masing-masing populasi, diobservasi karakteristik variabel yang sama. 18 3
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) TABEL MODEL ANALISIS Propinsi
Umur harapan hidup
Frek. Obs ( O )
Frek. Harp ( E )
(O–E )
( O – E )²
( O – E )² --------------E
DKI Jakarta
= 70 th < 70 th
300 800
587.95 512.05
-287.95 287.95
82915.2 82915.2
141.02 161.93
Jawa Barat
= 70 th < 70 th
700 600
694.85 605.15
5.15 - 5.15
26.52 26.42
0.04 0.04
Jawa Tengah
= 70 th < 70 th
800 500
694.85 605.15
105.15 - 105.15
11056.52 11056.52
15.91 18.27
Jawa Timur
= 70 th < 70 th
700 500
641.40 558.60
58.6 - 58.6
3433.96 3433.96
5.35 6.15
DIY
= 70 th < 70 th
600 300
481.05 418.95
118.95 - 118.95
14149.1 14149.1
29.41 33.77
5800
5800
0.00
JUMLAH
411.90 184
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis untuk skala Nominal
Prinsip perhitungan 1.
Variabel dikategorikan menjadi dua ( umur harapan hidup diatas 70 tahun dan 70 tahun kebawah ), untuk masing-masing kategori variabel.
2.Menghitung frekuensi harapan dengan cara :
- Hitung proporsi umur 70 tahun keatas ( P1 ) 300 + 700 + 800 + 700 + 600 P1 = ----------------------------------------------- x 100 % = 53.45 % 5800 18 5
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis untuk skala nominal - Hitung proporsi umur 70 kebawah ( P2 ).
800 + 600 + 500 + 500 + 300 P2 = ----------------------------------------------- x 100 % = 46.55 % 5800
3. Frekuensi harapan dihitung dengan memperkalikan P1 dan P2 masing-masing kategori ( DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa tengah, Jawa timur, dan DIY ) untuk umur 70 tahun kebawah dan 70 tahun keatas. : 18 6
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis untuk skala Nominal Cara perhitungan frekuensi harapan. Untuk 70 tahun keatas • DKI Jakarta = 1100 x 53.45 % = 587.95
• Jawa Barat = 1300 x 53.45 % = 694.85 • Jawa Tengah = 1300 x 53.45 % = 694.85 • Jawa timur dan = 1200 x 53.45 % = 641.40 • DIY = 900 x 53.45 % = 481.05 18 7
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis Hipotesis untuk skala Nominal Cara perhitungan frekuensi harapan. Untuk 70 kebawah • DKI Jakarta = 1100 x 46.55 % = 512.05 • Jwa Barat = 1300 x 46.55 % = 605.15 • Jawa Tengah = 1300 x 46.55 % = 605.15
• Jawa Timur dan = 1200 x 46.55 % = 558.60 • DIY = 900 x 46.55 = 418.95 Hasil perhitungan frekuensi harapan dimasukkan dalam tabel sebelumnya. 18 8
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN
( Analisis Bivariat ) UJi hipotesis untuk skala Ordinal Prinsip. • Variabel yang akan diuji berasal dari sampel dan untuk selanjutnya karakteristik yang ada didalam sampel dilihat hubungannya. Antara satu variabel dan variabel lainnya. • Pengelompokan / pengkategorian variabel dilakukan menurut skala ordinal. • Metode Statistika yang digunakan adalah uji Kendall’s atau yang terdiri dari : • Kendall’s taua • Kendall’s taub • Kendall’s tauc
• Spearman rank correlation 18 9
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Uji hipotesis untuk skala ordinal Dikemukakan oleh Kendall pada tahun 1983 dan dikenal sebagai Kendall tau_ a atau taua. •
Rumus umum yang digunakan adalah :
K–D Taua = -------------------n(n–1)/2 Keterangan : K = Jumlah pasangan Konkordans D = Jumlah pasangan Diskonkordans n = Banyaknya pasangan yang mungkin dibentuk. • Konkordans ( sesuai ) berarti susunan observasi berada didalam urutan yang wajar → dinilai ( + ). • Diskonkordans berarti urutan tidak wajar → dinilai ( - ). 19 0
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Uji Hipotesis untuk skala Ordinal Prinsip penggunaan tabel. • Tabel yang digunakan dapat berupa tabel 2x2 ( square ) atau tabel 2x3 (tidak square ) atau 3x3 atau lebih tetapi 3x3.
• pengelompokan variabel didalam tabel dilakukan menurut skala ordinal.
Contoh tabel Variabel Independen
Varibel Independen Baik
Sedang
Kurang
Kendali Jelek
Signif. (p)
Baik Sedang Kurang Jelek JUMLAH 191
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Uji hipotesis untuk skala ordinal
Contoh kasus Salah seorang dosen jurusan biostatistik FKM Unhas, melakukan penelitian terhadap kolerasi antara neutrofil darah dan neutrofil sumsum tulang penderita tumor non hematologis. Untuk kepentingan tersebut maka kedua sumber tersebut ( darah dan sumsum tulang ) diambil untuk seterusnya dihitung kadar neutrofilnya dengan hasil sebagai berikut : 19 2
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Tabel – 1 Hasil pengukuran Neutrofil darah dan sumsum tulang penderita tumor non hematologis sebelum diurut Nomor Urut
Hasil Pengukuran Neutrofil Darah merah ( Y1)
Hasil Pengukuran Neutrofil Sumsum Tulang ( Y1)
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
4,9 4,6 5,5 9,1 16,3 12,7 6,4 7,1 2,3 3,6 18,0 3,7 7,3 4,4 9,8
4,32 9, 64 7,39 13,97 20,12 15,01 6,93 7,12 9,75 8,65 15,34 12,33 5,99 7,66 6,07 193
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Uji hipotesis untuk skala ordinal Penyelesaian 1. Judul penelitian : “ Korelasi antara neutrofil darah dengan neutrofil sum-sum tulang pada penderita tumor non hematology” 2. Variabel penelitian : Neutrofil darah dan sum-sum tulang. 3. Rumusan masalah :
Adakah hubungan antara neutrofil darah dan sum-sum tulang pada penderita tumor non hematologist ?
19 4
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Uji hipotesis untuk skala ordinal Penyelesaian 4. Sampel : Penderita tumor non hematologist. 5. Hipotesis operasional :
Ho : Tidak korelasi antara neutrofil darah dan sum-sum tulang. Ha : Ada korelasi antara neutrofil darah dan sum-sum tulang. Hipotesis matematik :
Ho : l = 0 Ho : l ≠ 0 6. Kriteria pengujian hipotesis
Ho diterima bila harga z hitung lebih kecil dari tabel, dan Ha diterima bila harga z hitung lebih besar atau sama dengan harga z tabel. 19 5
(Analisis Bivariat) Kendall’s tau Langkah – langkah penyelesaian 1. Susun urutan hasil penelitian pada tabel 1 diatas dalam susunan tabel berikut ini : Tabel – 2 Hasil pengukuran Neutrofil Darah merah dan sumsum Tulang penderita tumor non hematologist Setelah diurut No. Urut
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
Hsl Ukur ( Y1)
4,9 4,6 5,5 9,1 16,3 12,7 6,4 7,1 2,3 3,6 18,0 3,7 7,3 4,4 9,8
Urutan Rangking Y1 ( R1 )
Rangk ( Y1)
Hsl. Arry
No.Urut
6 5 7 11 14 13 8 9 1 2 15 3 10 4 12
2,3 3,6 3,7 4,4 4,6 4,9 5,5 6,4 7,1 7,3 9,1 9,8 12,7 16,3 18,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hsl Ukur ( Y2 )
Urutan Rangking Y2 ( R2 )
Rangk ( Y2)
Hsl.non arry
Penyesuaian
4,32 9,64 7,39 13,97 20,12 15,01 6,93 7,12 9,75 8,65 15,34 12,33 5,99 7,66 6,07
1 9 6 12 5 13 4 5 10 8 14 11 2 7 3
9,75 8,65 12,33 7,66 9,64 4,34 7,36 6,43 7,12 5,99 13,97 6,07 15,07 20,12 15,34
10 8 11 7 9 1 6 4 5 2 12 3 13 15 14 196
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau
Uji Hipotesis untuk Skala Ordinal 2. Lakukan perhitungan konkordans (K) dan diskonkordans ( D ) melalui tabel berikut : Cara perhitungan Ci No. Urut
(R1)
(R2)
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
10 8 11 7 9 1 6 4 5 2 12 3 13 15 14
Tingkat berikutnya yg lebih besar dari tingkatan R2 11,12,13,15,14 11,9,12,13,15,14 12,13,15,14 9,12,13,15,14 12,13,15,14 6,4,5,2,12,3,13,15,14 12,13,15,14 5,12,13,15,14 12,13,15,14 12,3,13,15,14 13,15,14 13,15,14 15,14
Banyaknya C1 5 6 4 5 4 9 4 5 4 5 3 3 2 0 0 N ΣCi = 59
19 7
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat) Kendall’s tau Uji hipotesis untuk skala ordinal Perhitungan konkordans dan diskonkokrdans dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :
K–D tau-a = ---------------------n(n–1)/2 K – D → diperoleh dari rumus : N = 4 Σ Ci – n ( n -1 ) = 4 ( 59 ) – 15 ( 14 ) → 236 – 210 = 26 26 tau-a = ---------------------- = 0,124 15 ( 14 ) 19 8
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Uji hipotesis untuk skala ordinal Rumus untuk Kendall tau-b Digunakan apabila terdapat nilai pasangan observasi yang bersamaan, sedangkan rumus yang digunakan ialah :
K–D tau-b = --------------------------------------------------------√ [ { n ( n – 1 ) / 2 – T1 } { n ( n – 1 ) / 2 – T2 ] Keterangan : T = Jumlah pasangan yang bersamaan. 19 9
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Kendall tau-c Rumus umum yang digunakan ialah :
2m ( K – D )
tau-c = ------------------------n²(m–1) Keterangan :
M = adalah bilangan terkecil diantara kategori dari variabel ordinal X dan Y. Yang digunakan untuk menghitung index korelasi ialah kendall tau-b dan c, dimana nilainya hampir mencapai nilai ( + 1 ) dan ( - 1 ). 20 0
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Uji hipotesis untuk skala ordinal Contoh hasil uji kendall tau. Tabel 7 hubungan Status Kesehatan Gigi dan Mulut menurut pengetahuan kesehatan Gigi Murid SD UKGS di Kecamatan Bantimurung Kab Kolaka Tahun 20123 Pengetah uan kes. Gigi
Status kesehatan Gigi dan mulut
Total
Hasil uji Kendal’s
Signifikasi
Tau-b = 0.003 Tau-c = 0.003 Spearman rank corelation = 0.003
0,962
Sehat
Tidak sehat
Kurang tahu
36
54
90
Tahu
49
48
97
Sangat tahu
50
70
120
JUMLAH
135
172
307
0.962
0,963 20 1
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Bivariat )
Apabila dilihat tabel 7 terlihat distribusi nilai dalam tabel berdasarkan uji kendal,s termasuk diskonkordans, demikian pula hasil uji spearman rank correlation termasuk hubungan yang sangat lemah dan tidak bermakna, sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara status kesehatan mulut dan gigi dengan tingkat pengetahuan murid..
20 2
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Uji Hipotesis Untuk Skala Ordinal Contoh hasil uji Kendall tau. Tabel 8 Hubungan status kesehatan Gigi dan Mulut menurut perilaku kesehatan Gigi murid SD UKGS di Kecamatan Bantimurung Kabupaten Kolaka Tahun 2013
Perilaku Kes.Gigi
Status Kes gigi & mulut Sehat
total
Hsl uji Kendal’s
Tdk sehat
Kurng baik
42
113
155
Baik
36
27
63
Sgt baik
57
32
89
JUMLAH
135
172
307
Tau-b = 0,323 Tau-c = 0,323 Spearman rank corelation = 0,340
Signifi kansi 0,000 0,000 0,000
203
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Tabel 8 diatas memperlihatkan hasil uji dengan menggunakan kendall’s diperoleh ; tau-b = 0,323, dan tau-c = 0,0323 yang berarti konkordans, dengan tingkat kemaknaan masingmasing 0.000. ( bermakna ) dengan demikian distribusi data dalam tabel tersebut berdistribusi normal dengan mengikuti skala ordinal. Hasil uji dengan spearman rank corfrlation memberikan hasil 0,340 dengan nilai p = 0.000 ( bermakna ). Dengan demikian status kesehatan gigi dan mulut berhubungan dengan perilaku sikat gigi dari murid. 20 4
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Uji hipotesis untuk skala ordinal Parameter penilaian hasil uji korelasi. NILAI HASIL UJI KORELASI
KETERANGAN
0,00 – 0,25 0,25 – 1,50 0,50 – 0,75 0,75 - >
Hubungan hubungan Hubungan Hubungan Hubungan istimewa
sedikit / tidak ada cukup sedang sampai baik sangat baik sampai 20 5
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN ( Analisis Multivariat )
Uji hipotesis untuk analisis multivariat Ilustrasi hasil uji Analisis dimaksudkan untuk melihat hubungan serta kontribusi masing-masing variabel independent terhadap variabel dependentnya apabila dimasukkan secara bersamaan, dan sebagai akibatnya memungkinkan terjadinya interaksi dari masing- masing variabel didalam model.
20 6
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Contoh : Tabel x . Matriks Korelasi Status Kesehatan Gigi dan Mulut dgn pengetahuan Kesh. Gigi, Perilaku Kesh. Gigi dan Jenis Makanan Murid SD UKGS di Kecamatan Kolaka Tahun 2013
VARIABEL
n
X
Pengetahuan Perilaku Jenis makanan
307 307 307
10,33 2,54 6,35
SD Korelasi Signif. 1,75 2,42 1,07
-0,003 0,331 -0,003
0,478 0,000 0,479
207
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Uji hipotesis untuk analisis multivariat Ilustrasi hasil uji Tabel. x diatas memperlihatkan korelasi masing-masing variabel sebagai tahap awal untuk melihat adanya hubungan. Dari tabel tersebut terlihat dari tiga variabel yang dimasukkan ternyata hanya ada satu variabel yang memberikan hubungan yakni variabel perilaku, dengan indeks korelasi = 0,331 dengan nilai p = 0.000 sedangkan yang lainnya tidak bermakna. 20 8
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Tabel y. Hasil uji regressi variabel pengetahuan, perilaku dan jenis makanan dengan Variabel status kesehatan gigi dan mulut Variabel Perilaku Pengetahuan Jenis makanan
N
x
SD
R
307
2,54
2,42
0,331
RAdjusted Square R-Square 0,110
0,107
t
6,126
209
ANALISIS VARIABEL PENELITIAN (Analisis Bivariat ) Uji hipotesis untuk analisis multivariat Ilustrasi Hasil Uji Tabel y diatas memperlihatkan besarnya korelasi apabila ketiga variabel predictor dimasukkan secara bersamaan adalah R = 0,331 dengan besar pengaruhnya ( R Square ) = 0,110 dengan nilai p = 0.000 ( bermakna ). Pemasukan ketiga variabel secara bersamaan terihat memberikan interaksi diantara variabel yang dinilai melalui uji F = 37.528, dimana uji ini sekaligus juga memberikan informasi terjadinya hubungan linier antara variabel predictor dengan variabel dependennya.
21 0