LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP 2012) “PENINGKATAN KINERJA NEMATODA PATOGEN SERANGGA Heterorhabditis sp. DALAM MENGENDALIKAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DENGAN PEMICU ALAMI (NATURAL ENHANCER)”
KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Peneliti/Perekayasa : 1. Ir. Gusti Indriati 2. Dr. Ir. Sukamto, M.Agr.Sc 3. Ir. Bedy Sudjarmoko, M.Si 4. Khaerati, S.Si.
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Indonesia pernah menempatkan diri sebagai produsen kakao terbesar kedua dunia setelah Pantai Gading pada tahun 2002, tetapi kemudian tergeser ke urutan ketiga oleh Ghana pada tahun 2003. Sebenarnya Indonesia bisa menjadi produsen utama kakao dunia, sebab saat ini produksi rata-rata masih dibawah 50% dari potensinya. Penghasil kakao Indonesia terbesar adalah Sulawesi. Kontribusi ekspor kakao dari Sulawesi hingga saat ini mencapai lebih dari 300.000 ton atau mencapai 70% dari total ekspor nasional. Kontribusi ekspor tiga provinsi penghasil biji kakao yaitu Sulawesi Selatan 200.000 ton, Sulawesi Tengah 104.000 ton dan Sulawesi Utara 90.000 ton (BPEN, 2005). Salah satu penyebab turunnya produksi kakao nasional adalah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Snellen) (Lepidoptera: Gracillariidae) di daerah sentral produksi kakao (Goenadi et al., 2005). Kehilangan hasil akibat serangan PBK ini mencapai 64,90 – 82,20% (Wardojo, 1980; Sianipar, 2008). Pengendalian hama PBK sangat mahal dan sulit apabila larva telah menyerang buah, sebab sejak telur menetas menjadi larva langsung masuk dan berkembang di dalam buah kakao (Wardojo, 1980; 1981). Berbagai metode pengendalian PBK yang sudah pernah diterapkan antara lain sistem pangkas eradikasi (SPE) yang pernah disarankan untuk dilaksanakan di Sulawesi Tengah, yaitu dengan perompesan buah dan panen pada saat masak awal yang diikuti pembenaman dan pengarungan kulit buah. Teknik pengendalian ini memberikan hasil yang positif karena hama kehilangan tempat bertelur. Namun teknik ini mempunyai kelemahan yaitu peluang kehilangan hasil panen dalam jumlah cukup besar (Lala et al., 2005). Sementara itu pengendalian biologi dengan
musuh
alami
parasitoid
Trichogramma
bactrae
fumata
dan
entompatogen, Beauveria bassiana ternyata kurang efektif dan hasilnya tidak lebih baik dari pada kontrol (Mustafa, 2005). Beberapa teknologi pengendalian yang terbukti efektif mengendalikan PBK, antara lain penggunaan insektisida berbahan aktif ganda sipermetrin dan
klorpirifos pada buah kakao panjang < 9 cm mampu mematikan 56,27 - 71,47% larva dan menekan kehilangan hasil sebesar 75,88-88,89% dibandingkan dengan kontrol (Sulistyowati et al. 2007). Demikian pula teknik pengendalian dengan
penyarungan
buah
juga
memberikan
harapan
positif
untuk
mengandalikan PBK. Hasil penelitian Mustafa (2005) menunjukkan bahwa penyarungan buah kakao sangat efektif melindungi buah, menghasilkan biji besar tidak menghambat perkembangan buah, bahkan dapat melindungi dari penyakit busuk buah. Sementara itu hasil penelitian Suwitra, et al. (2010) menunjukkan bahwa intensitas serangan PBK dapat dikurangi dengan metode penyarungan buah pada saat ukurannya 5-8 cm. Pengendalian PBK dengan menggunakan pestisida kimia sintetik telah terbukti
dapat
menimbulkan
berbagai
dampak
negatif,
antara
lain:
meninggalkan residu berbahaya pada hasil, pencemaran lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem di lahan pertanaman. Sementara itu dalam sistem perdagangan dunia yang tanpa batas dewasa ini, maka perdagangan produk-produk konsumsi seperti kakao ini akan sangat
menekankan pada
persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary and phytosanitary (SPS) serta jaminan kegiatan produksi yang dilakukan secara ramah lingkungan. Oleh karena itu harus dicari teknologi pengendalian alternative yang ramah lingkungan. Salah satu teknologi alternatif pengganti insektisida kimia sintetik untuk mengendalikan hama tanaman yang ramah lingkungan, murah dan mudah dilakukan adalah penggunaan nematoda patogen serangga (entomophatogen nematode). Saat ini Balittri telah mengembangkan nematoda patogen serangga (NPS) Heterorhabditis sp. yang terbukti efektif mengendalikan serangga hama yang tersembunyi dalam jaringan tanaman. Untuk mendapatkan teknologi pengendalian alternative yang ramah lingkungan dan efektif mampu menekan populasi hama PBK di daerah sentral produksi kakao, perlu dilakukan pengujian tentang kinerja Heterorhabditis spp tersebut terhadap PBK.
2. Pokok Permasalahan Keuntungan dari penggunaan NPS sebagai agens hayati untuk mengendalikan hama dibandingkan dengan insektisida kimia, antara lain: tidak meracuni lingkungan, aman bagi manusia, hewan dan tanaman (Van Driesche & Bellows, 1996). Di samping itu NPS adalah satu-satunya patogen serangga yang secara aktif mencari dan menginfeksi serangga inang. Hal itu disebabkan karena untuk dapat memperbanyak diri, NPS harus masuk dalam tubuh serangga inang untuk menghasilkan keturunan juvenil infektif yang baru. Akan tetapi upaya pengembangan Heterorhabditis spp untuk menjadi bioinsektisida pengendali hama penggerek buah kakao (PBK) dalam skala industri, masih memiliki beberapa masalah yang harus dipecahkan. Masalah utama yang menghambat pemanfaatan Heterorhabditis spp sebagai pengendali hama tanaman adalah kinerjanya yang masih terbatas dan masa hidupnya yang pendek. Di samping itu, di lapangan Heterorhabditis spp ini sangat peka terhadap kekeringan, pH dan suhu yang ekstrim dan paparan sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Oleh karena itu teknologi untuk meningkatkan kinerja dan lama hidup Heterorhabditis spp, baik di laboratorium maupun lapangan sangat dibutuhkan. 3. Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) yang lebih ramah lingkungan dan mudah diadopsi oleh petani kakao. Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja dari nematoda patogen serangga Heterorhabditis sp. dalam mengendalikan hama PBK di lapangan dengan menggunakan pemicu kinerja alami (natural enhancer). 4. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, yang termasuk dalam koridor 4 (Sulawesi) dari program PKPP tahun 2012. Wilayah ini merupakanlah salah satu sentral
produksi kakao di Sulawesi Barat. Masalah utama yang dihadapi oleh petani daerah ini adalah serangan hama PBK yang sangat tinggi, terutama pada musim kemarau. b. Fokus Kegiatan Fokus kegiatan penelitian ini adalah perakitan teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK) yang ramah lingkungan, mudah dan murah, sehingga dapat diadopsi oleh petani kakao. c. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendapatkan teknologi pengendalian hama PBK yang ramah lingkungan, mudah dan murah adalah sebagai berikut: Kegiatan Penelitian Laboratorium yang meliputi: -
Perbanyakan massal nematoda patogen serangga (NPS).
-
Pemeliharaan serangga uji Tenebrio molitor
-
Pengujian
keefektifan
Pseudomonas
flourescens
terhadap
Phytopthora palmivora. Kegiatan Penelitian Lapang yang meliputi: -
Pelatihan petani kakao untuk memperkenalkan nematoda patogen serangga Heterorhabditis sp sebagai pengendali hama PBK yang ramah lingkungan sekaligus sosialisasi teknik perbanyakan massalnya di lapang.
-
Uji kompatibilitas NPS dengan teknik penyarungan buah di lapangan.
-
Analisis kelayakan ekonomis atas rakitan teknologi pengendalian PBK di lokasi penelitian.
BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Kegiatan a. Perkembangan Kegiatan Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dalam upaya meningkatkan kinerja nematoda patogen serangga Heterorhabditis sp. dengan pemicu kinerja alami adalah sebagai berikut: Perbanyakan massal nematoda patogen serangga (NPS) di Laboratorium. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh populasi nematoda yang cukup untuk kegiatan penelitian laboratorium dan lapang. Pemeliharaan serangga uji Tenebrio molitor. Kegiatan ini dilakukan karena belum diperoleh metode perbanyakan massal larva PBK di laboratorium, sehingga dibutuhkan serangga uji sebagai pengganti larva PBK untuk kegiatan pengujian Laboratorium. Kegiatan pengujian keefektifan beberapa bakteri antagonis terhadap patogen penyebab penyakit busuk buah pada kakao Phytopthora palmivora. Aplikasi nematoda di lapang membutuhkan lapisan air pada permukaan buah kakao. Meningkatnya kelembaban pada permukaan buah akan memicu infeksi patogen penyebab penyakit busuk buah pada kakao P. palmivora, sehingga perlu dicari agens hayati yang efektif mengendalikan P. palmivora. Melaksanakan kegiatan pelatihan petani kakao di lokasi kegiatan untuk memperkenalkan NPS Heterorhabditis sp sebagai pengendali hama PBK dan sekaligus melakukan perbanyakan masal. secara mandiri. Pengamatan tingkat serangan PBK dan kerusakannya di lokasi kegiatan sebelum melakukan kegiatan penelitian. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa di lokasi penelitian terdapat serangan PBK. Melakukan
kegiatan
pengujian
kompatibilitas
NPS
dengan
teknik
penyarungan buah di lapangan. Melakukan analisis kelayakan ekonomis atas rakitan teknologi pengendalian PBK di lokasi penelitian. Kegiatan ini dilakukan melalui wawancara dengan petani
dan
menggunakan
menghitung NPS
dan
biaya
kegiatan
dibandingkan
dilakukan oleh petani setempat.
pengendalian teknologi
PBK
dengan
pengendalian
yang
b. Kendala-Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Belum diperoleh metode perbanyakan massal larva PBK di laboratorium, sehingga pelaksanaan penelitian mengandalkan serangan PBK di lahan kakao. 2. Lahan kakao yang digunakan adalah milik pihak lain, sehingga dibutuhkan komunikasi intensif dan saling memahami kepentingan kedua belah pihak. 3. Terjadi keterlambatan pencairan dana tahap ke-2 sehingga pelaksanaan penelitian di lapangan yang membutuhkan dana cukup besar sempat terlambat. 2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran No. 1.
Uraian Gaji dan upah
Jumlah 119.300.000
2.
Bahan Habis Pakai
23.500.000
3.
Perjalanan
45.500.000
4.
Lain-lain
11.700.000
Jumlah biaya
Rp. 200.000.000
1. Gaji dan Upah
Pelaksanaan Kegiatan
Jumlah
Jumlah jam/bulan
Honor/ jam
Bulan
1.
Peneliti utama
1
40
60.000
8
19.200.000
2.
Peneliti anggota
2
40
50.000
8
32.000.000
3.
Peneliti anggota
2
40
35.000
8
22.400.000
4.
Teknisi
2
40
20.000
8
12.800.000
5.
Administrasi Pembantu Lapangan
2 3
40 25 (OH)
20.000 33.500
8 8
12.800.000
No.
6.
Jumlah
Biaya (Rp)
20.100.000 119.300.000
2. Bahan Habis Pakai No. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Bahan Mikroskop lapang Ulat Hongkong dan Pakan Boks pemeliharaan Media kimia Asam salisilat Plastik Aerator Petridisk Test tube Erlemeyer Etanol 95% Spiritus Aluminium foil Kapas Tween 80 ATK Jumlah
Volume 1 unit 10 kg 20 buah 2 paket 2 kg 10 kg 10 100 bh 50 bh 20 bh 30 l 10 l 10 bh 3 kg 10 l 1 paket
Biaya satuan 1.500.000 100.000 110.000 1.500.000 1400.000 350.000 200.000 20.000 10.000 70.000 60.000 50.000 70.000 100.000 125.000 1.050.000
Biaya (Rp) 1.500.000 1.000.000 2.200.000 3.000.000 2.800.000 3.500.000 2.000.000 2.000.000 500.000 1.400.000 1.800.000 500.000 700.000 300.000 1.250.000 1.050.000 23.500.000
3. Perjalanan No.
Tujuan
Volume
Biaya satuan
Biaya (Rp)
1.
Sukabumi – Sulawesi
4
7.500.000
30.000.000
2
Sukabumi – Jawa barat
31
500.000
15.500.000
Jumlah
45.500.000
4. Lain-Lain No.
Kegiatan
Volume
1.
Biaya Analisis
2 paket
3.000.000
6.000.000
2.
Fotokopi dan analisis data
1 paket
5.000.000
5.000.000
3.
Rapat koordinasi
350.000
700.000
2 kali
Jumlah
Biaya satuan
Biaya (Rp)
11.700.000
2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: -
Dana yang diterima dari program PKPP dikelola oleh bendahara Balittri.
-
Dari bendahara akan diserahkan kepada Pemegang Uang Muka Kegiatan (PUMK) masing-masing kegiatan.
-
Peneliti mengajukan setiap kebutuhan biaya kegiatan kepada PUMK.
-
Setiap penggunaan biaya akan dilaporkan dan dibukukan oleh peneliti kepada PUMK yang kemudian akan diteruskan kepada struktur di atasnya.
3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Kegiatan penelitian PKPP yang dilaksanakan ini menghasilkan aset yang tidak berwujud berupa teknologi pengendalian PBK dan aset berwujud berupa nematoda Heterorhabditis sp dan peralatan untuk perbanyakan di tingkat petani. Seluruh
aset
yang
tidak
berwujud
akan
dikelola
sebagaimana
pengelolaan teknologi hasil sebuah riset. Sementara itu aset yang berwujud telah diserahkan kepada petani kakao melalui kelompok tani Semusengana yang berlokasi di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Tidak ditemukan kendala dan hambatan administrasi manajerial yang secara faktual mengganggu kelancaran proses kegiatan program.
BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja a. Kerangka Metode-Proses i). Perbanyakan Heterorhabditis sp. Alat-alat yang digunakan untuk perbanyakan masal adalah: cawan petri, aluminium perangkap, botol plastik; botol kaca; airator; pipet/spoid; boks plastik ukuran 28 x 20 x 6 cm, boks plastik ukuran 30 x 20 x 8 cm, gelas bekker, pinset, aerator, mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah: Larva Tenebrio molitor, suspensi nematoda Heterorhabditis sp isolat Sukabumi., pakan burung untuk ulat hongkong, kertas saring/ koran, kain kasa, air sumur, aquades, tisue. Teknik perbanyakan masal Heterorhabditis sp. dilakukan secara in vivo menggunakan serangga inang larva Tenebrio molitor dengan metode yang telah dilakukan secara rutin di Laboratorium Proteksi Tanaman, Balittri.
ii). Keefektifan beberapa rhizabakteri antagonis terhadap Phytopthora palmivora penyebab penyakit busuk buah pada kakao Pengujian beberapa rhizobakteri sebagai agens antagonis dilakukan di laboratorium Proteksi Tanaman, Balittro. Rhizobakteri di perbanyak pada media SPA (sukrosa peptone agar) dari kultur pemeliharaan di laboratorium. Patogen uji yaitu P. palmivora diisolasi dari buah kakao yang terserang dan diperbanyak dalam media kentang dektrosa agar.
Uji daya hambat rhizobakteri (uji
antagonis) terhadap P. palmivora dilakukan secara in vitro untuk menseleksi isolat yang berpotensi sebagai agens hayati. P. palmivora yang sudah tumbuh pada media agar kentang dektrosa (AKD) di potong dengan diameter 0.5 cm menggunakan corborn. Potongan inokulum P. palmivora ditumbuhkan pada media AKD dengaan jarak 3 cm dari tepi cawan petri, kemudian digoreskan masing-masing isolat bakteri yang diuji memanjang dengan jarak 3 cm dari tepi cawan yang berlawanan dengan P. palmivora. Setiap isolat yang diuji dilakukan pengulangan 4 kali. Pengamatan dilakukan setiap dua hari sekali sampai P. palmivora yang ditumbuhkan tanpa bakteri tumbuh penuh dalam cawan petri. Presentase penghambatan dihitung dengan rumus : Penghambatan = ((R1 - R2)/R1) x 100 % Keterangan: R1 = jari-jari pertumbuhan P. palmivora ke arah tepi cawan petri R2 = jari-jari pertumbuhan P. palmivora ke arah Rhizobakteri
iii).
Pengendalian PBK dengan Heterorhabditis sp. yang dipadukan dengan teknologi penyarungan di lapangan.
Penelitian pengendalian PBK dengan menggunakan Heterorhabditis sp (500 JI/ml) di lapangan dikombinasikan dengan teknologi penyarungan dan ukuran buah.
Teknologi
penyarungan
akan
meningkatkan
kelembaban
pada
permukaan buah kakao, sehingga nematoda dapat bertahan hidup lebih lama pada permukaan buah (Rosmana et al., 2009; 2010). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 8 perlakuan, yaitu:
A1B1H1 : Ukuran buah 8-10 cm, penyarungan dan Heterorhabditis sp., A1B1H2 : Ukuran buah 8-10 cm dan penyarungan. A1B2H1 : Ukuran buah 8-10 cm dan Heterorhabditis sp 500 JI/ml A1B2H2 : Ukuran buah 8-10 cm (control) A2B1H1 : Ukuran buah 11-15 cm, penyarungan dan Heterorhabditis sp, A2B1H2 : Ukuran buah 11-15 cm dan penyarungan. A2B2H1 : Ukuran buah 11-15 cm dan Heterorhabditis sp 500 JI/ml A2B2H2 : Ukuran buah 11-15 cm (control) Masing-masing perlakuan dilakukan pada 10 pohon dan masing-masing pohon digunakan 2 buah kakao. Perlakuan dilakukan dengan penyemprotan pada seluruh permukaan buah kakao, dengan selang perlakuan 1 bulan sebanyak 3 kali perlakuan.
Penentuan kehilangan hasil didasarkan pada
kriteria Wardani et al. (1997) yaitu intensitas serangan ringan jika < 10% biji lengket dari buah terinfeksi, terserang sedang jika antara 10%-50% biji lengket dari buah yang terinfeksi, dan terserang berat jika > 50% biji lengket dari buah yang terinfeksi.
iv).
Kelayakan ekonomis teknologi pengendalian PBK dengan menggunakan Heterorhabditis sp. di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner, wawancara
langsung dengan petani dan survey lapangan. Analisis pendapatan untuk membandingkan tingkat efisiensi antar perlakuan dengan menggunakan ratarata biaya tenaga kerja di kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat dan harga sarana sesuai harga di lokasi penelitian. 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan pencapaian target kegiatan adalah: a) Teknik perbanyakan masal NPS Heterorhabditis sp. secara in vivo menggunakan larva Tenebrio molitor.
b) Diperoleh minimal 1 isolat rhizobakteri yang efektif bekerja sebagai agens antagonis terhadap Phytophthora palmivora penyebab penyakit busuk buah kakao. c) Diperoleh data intensitas serangan dan tingkat kerusakan buah kakao akibat serangan PBK, sebelum dan sesudah perlakuan di lapang. d) Diperoleh data analisa ekonomi sederhana atas penerapan teknologi pengendalian PBK dengan menggunakan NPS Heterorhabditis sp.
3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian i). Perbanyakan NPS Heterorhabditis spp. di Laboratorium. Perbanyakan NPS telah dilakukan sejak awal bulan Pebruari 2012. Metode perbanyakan dengan sistem in vivo menggunakan serangga inang ulat Hongkong (Tenebrio molitor). Alat perbanyakan yang digunakan berupa boks plastik yang diberi ventilasi di bagian atasnya dan menggunakan loyang aluminium sebagai penyangga serangga inang. Perbanyakan masal Heterorhabditis sp dilakukan secara in vivo pada serangga inang berupa ulat Hongkong (Tenebrio molitor). Ulat Hongkong dipilih sebagai serangga inang dikarenakan mudah diperoleh di pasar, bertubuh kuat sehingga tidak mudah hancur dan gejala terinfeksi nematodanya mudah dilihat. Hasil dari kegiatan ini diperoleh sekitar 10 liter suspensi juvenile infektif (JI). Jumlah tersebut dinilai cukup untuk digunakan sebagai bahan pengujian di Laboratorium dan di lapang. Alur kerja perbanyakan massal nematoda Heterorhabditis sp seperti terlihat pada Gambar 1.
NPS dosis ± 200 Juvenil Infektif (JI)/larva dalam 10 ml air. Masukkan 50 gr ulat hongkong.
Disebar merata pada dua lapis kertas tissue / koran dalam boks platik. Ditutup rapat selama 2 hari
Ulat yang mati terinfeksi NPS akan berubah warna coklat kemerahan.
Ulat yang terinfeksi diletakkan di atas kain basah pada penyangga
Masukan 600 ml air aquades/air mineral.
8 hari setelah inokulasi nematoda mulai dipanen Pemanenan dilakukan 2 hari sekali hingga hari ke22 setelah inokulasi (panen selama 7 kali) Dimasukkan ke dalam wadah plastik Nematoda dicuci dengan cara membuang air permukaan sedimentasi nematoda sebanyak 1 – 2 kali sehingga air terlihat jernih.
Untuk penyimpanan, nematoda dimasukkan ke dalam spon lembab pada suhu 100C nematoda dapat tetap hidup dan aktif selama 8 bulan atau penyimpanan menggunakan aerator dapat hidup dan tetap aktif selama 3 bulan.
Gambar 1. Alur metoda perbanyakan nematoda Heterorhabditis sp ii).
Keefektifan beberapa rhizabakteri antagonis terhadap patogen penyebab penyakit busuk buah pada kakao Phytopthora palmivora Hasil pengujian beberapa isolat rhizobakter yang efektif bekerja sebagai
agens antagonis terhadap Phytophthora palmivora asal kakao terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh antagonis rhizobacteri terhadap P. palmivora asal kakao No
Kode isolate Rhibakteri
Pertumbuhan Phytophthora Palmivora 4 hari 8 hari
Penghambatan (%)
1
J2 (Bacillus sp)
11,33
11,67
52,69
2
Akt-7( Micrococcus sp)
10,00
12,33
50,02
3
PS4 (Pseudomonas sp)
9,00
11,67
52,69
4
Acti-IB3 (Aktinomisetes)
10,00
12,67
48,64
5
Acti-A15 (Aktinomisetes)
10,00
12,00
51,35
6
CK1
9,00
10,33
58,12
7
CK6
9,67
13,00
47,30
8
CK7
10,00
14,33
41.91
9
CK8
9,67
13,33
45,96
10
CK9
8,33
10,33
58,12
11
CK10
10,67
13,67
44,59
12
SPC-C2
9,00
13,33
45,96
13
PA-II
10,33
13,67
44,58
14
KB-4.3
13,33
14,00
43,25
14
KBC23
11,33
24,33
1,38
15
II-A
5,00
10,00
59,46
16
Kontrol
11,33
24,67
-
Hasil pengujian menunjukkan bahwa beberapa isolate rhizobakteri berpotensi untuk dapat digunakan sebagai agensia hayati pengendalian. Tujuh isolate rhizobakter menunjukkan penghambatan lebih dari 50% terhadap P. palmivora asal tanaman kakao yaitu 3 isolat yang sudah diidentifikasi (Baccillus sp.,
Micrococcus sp., dan Pseudomonas sp.) dan 4 isolat yang belum
diidentifikasi (Acti-A15, CK1, CK9, dan II-A). Penghambatan beberapa isolate rhizobakteri terhadap pertumbuhan P. palmivora disebabkan karena adanya antibiotik
yang
dihasilkan
seperti
Pyoluteorin,
diacetylphoroglucinol, dan phenazine-1-carboxylic acid.
Pyrrolnitrin,
2.4-
iii).
Pengendalian PBK dengan Heterorhabditis sp. yang dipadukan dengan teknologi penyarungan di lapangan. Hasil pengamatan terhadap intensitas serangan PBK dan tingkat
kerusakan biji kakao di lokasi kegiatan penelitian disajikan pada Tabel 2. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa intensitas serangan PBK pada semua blok sangat tinggi yaitu antara 60% – 100% dengan rata-rata 88 %, sedangkan tingkat kerusakan biji kakao antara 42 – 75% dengan rata-rata 54,28%. Data ini menunjukkan bahwa PBK merupakan masalah utama yang menurunkan hasil produksi kakao di lokasi penelitian lebih dari 50%. Tabel 2. Intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji kakao akibat serangan PBK sebelum perlakuan. Kerusakan biji kakao (%) Sampel
Blok 1 Blok 2 Blok 3 Blok 4 Blok 5 Blok 6
Blok 7
Blok 8
Blok 9
Blok 10
1
53,33
69,70
75,00
66,67
0,00
75,00
41,38
0,00
0,00
0,00
2
35,71
56,25
62,86
47,37
54,05
88,57
88,46
61,36
4,76
82,93
3
68,42
68,00
0,00
71,05
33,33
66,67
43,24
11,54
100,00
20,00
4
65,71
80,00
55,88
87,50 100,00 85,00
64,44
80,00
88,89
0,00
5
76,00
94,87
44,44 100,00 53,85
65,71
5,00
70,97
100,00
0,00
6
35,71
93,10
67,57
100,00
100,00
100,00
87,50
14,29
7
21,05
93,10
75,00 100,00 94,74
0,00
87,10
100,00
9,09
6,25
8
14,29
0,00
40,74
85,00
0,00
100,00
47,50
71,05
66,67
0,00
9
9,68
28,57
55,56
86,11
0,00
68,42
57,69
75,00
25,93
11,11
10
47,37
20,00
68,57
20,00
77,78
86,11
29,41
77,78
14,29
100,00
Rata2
42,73
60,36
54,56
74,98
42,21
73,55
56,42
64,77
49,71
23,46
90,00 100,00 70,00
90,00
100,00
90,00
90,00
60,00
Intensitas 100,00 90,00
86,11
8,33
Setelah perlakuan kombinasi antara Heterorhabditis sp dosis 500 Jl/ml dengan teknik penyarungan buah muda menggunakan plastic terjadi penurunan baik intensitas serangan, maupun tingkat kerusakan biji kakao seperti terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji kakao akibat serangan PBK sesudah perlakuan. Perlakuan
Intensitas serangan (%)
Tingkat kerusakan (%)
A1B1H1
36,53
18,40
A1B1H2
34,86
23,84
A1B2H1
49,07
32,04
A1B2H2
78,81
46,82
A2B1H1
56,63
28,63
A2B1H2
68,82
36,82
A2B2H1
60,73
24,81
A2B2H2
81,81
44,73
Keterangan: A1B1H1 : Ukuran buah 8-10 cm, penyarungan dan Heterorhabditis sp., A1B1H2 : Ukuran buah 8-10 cm dan penyarungan. A1B2H1 : Ukuran buah 8-10 cm dan Heterorhabditis sp 500 JI/ml A1B2H2 : Ukuran buah 8-10 cm (control) A2B1H1 : Ukuran buah 11-15 cm, penyarungan dan Heterorhabditis sp, A2B1H2 : Ukuran buah 11-15 cm dan penyarungan. A2B2H1 : Ukuran buah 11-15 cm dan Heterorhabditis sp 500 JI/ml A2B2H2 : Ukuran buah 11-15 cm (control) Teknik penyarungan buah muda menggunakan plastik terbukti mampu menurunkan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji kakao akibat serangan PBK di lapangan. Meskipun data yang disajikan belum dianalisa secara statistik, tetapi terlihat bahwa penggunaan NPS Heterorhabditis sp. meskipun tidak secara signifikan mampu menurunkan intensitas serangan, akan tetapi mampu menurunkan tingkat kerusakan biji kakao. Data lengkap hasil analisa termasuk bobot biji kakao setelah perlakuan akan disusulkan kemudian.
iv).
Kelayakan ekonomis teknologi pengendalian PBK dengan menggunakan Heterorhabditis sp. di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Data hasil menyebarkan kuisioner, wawancara langsung dengan petani
yang menjadi anggota kelompok tani Semusengana yang berlokasi di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat dan hasil survey lapangan masih dalam proses pengolahan dan belum dapat disajikan dalam laporan ini
2. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan Penelitian pemanfaatan Heterorhabditis sp. untuk mengendalikan PBK ini merupakan kegiatan tahun pertama program PKPP. Kegiatan penelitian tahun kedua jika dibiayai lagi akan melaksanakan kegiatan: 1). perakitan teknologi formulasi NPS yang efektif dan efesien di tingkat petani kakao, 2). penentuan dosis dan waktu aplikasi NPS pada pertanaman kakao, dan 3). penyebaran dan adopsi teknologi pengendalian PBK menggunakan NPS. Pada gilirannya teknologi ini akan diadopsi oleh petani kakao dan akan dikembangkan secara mandiri dengan dampingan dari peneliti Balittri.
b. Strategi Pengembangan Ke Depan Strategi pengembangan pemanfaatan Heterorhabditis sebagai agens hayati pengendali PBK secara luas di tingkat petani kakao akan dilakukan kerjasama dengan LPTP Sulawesi Barat dan Balitbangda Sulawesi Barat.
BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi Kerjasama untuk menggunakan lahan kakao sebagai lokasi penelitian selanjutnya akan dilakukan dengan pihak PT Bumiloka Swakarya yang berlokasi di Sukabumi Jawa Barat. Hal itu didasarkan pada pertimbangan untuk mengurangi dampak negative akibat adanya hambatan lokasi penelitian di Sulawesi Barat yang cukup jauh dengan biaya penelitian yang terbatas. Sedangkan dengan pihak Kelompok Tani Semusengana telah disepakati beberapa kegiatan yang akan datang sebagai bentuk komitmen kedua belah pihak untuk melanggengkan kerjasama. Sementara itu dengan lembaga terkait, yaitu: LPTP Sulawesi Barat dan Balitbangda Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan mulai dijajagi sinergi program pengembangan NPS Heterorhabditis sp. untuk mengendalikan PBK di wilayah kerja lembaga terkait. b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi - Terbentuknya kerjasama formal dengan pihak terkait, yaitu: LPTP Sulawesi Barat, Kelompok Tani Kakao dan Balitbangda Sulawesi Barat. -
Terlaksananya kegiatan perbanyakan NPS Heterorhabditis sp oleh petani kakao di lokasi kegiatan secara mandiri.
c. Perkembangan Sinergi Koordinasi Telah disepakati untuk diadakan kegiatan bersama antara LPTP Sulawesi Barat, Dinas Peternakan dan Pertanian Kabupaten Mamuju dan Balittri. Kegiatan yang telah dibicarakan adalah pelatihan bersama pengelolaan tanaman kakao lestari, meliputi: perbanyakan Heterorhabditis sp untuk mengendalika PBK, pembuatan pestisida nabati, pembuatan pupuk organik dan pemanfaatan limbah ternak.
2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan pemanfaatan Heterorhabditis sp. sebagai pengendali PBK yang ramah lingkungan, mudah dan murah, adalah kegiatan penyebaran dan adopsi teknologi pengendalian PBK menggunakan NPS ini. Kegiatan ini harus dilakukan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kakao melalui Kelompok Tani kakao yang sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kakao.
b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Petani
kakao
di
lokasi
penelitian
dapat
mengadopsi
teknologi
pengendalian PBK dengan menggunakan Heterorhabditis sp.
c. Perkembangan Pemanfaatan Telah dilakukan pelatihan perbanyakan Heterorhabditis sp untuk para petani kakao anggota kelompok tani Semusengana. Direncanakan akhir bulan September atau awal Oktober akan dilakukan pelatihan untuk para tokoh tani kakao dengan tema pengelolaan kakao ramah lingkungan, yang materi utamanya adalah sosialisasi pemanfaatan Heterorhabditis sp sebagai agens hayati pengendali PBK. Kendala utama dalam pemanfaatan hasil litbangyasa ini adalah belum adanya sarana publikasi dan media penyebaran teknologi yang mudah diakses petani setempat.
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dalam upaya meningkatkan kinerja nematoda patogen serangga Heterorhabditis sp. dengan pemicu kinerja alami adalah: perbanyakan massal nematoda patogen serangga (NPS) di Laboratorium,
pemeliharaan serangga uji Tenebrio molitor,
uji keefektifan
beberapa bakteri antagonis terhadap patogen penyebab penyakit busuk buah pada kakao Phytopthora palmivora, pelatihan petani kakao, uji kompatibilitas NPS dengan teknik penyarungan buah dan analisis kelayakan ekonomis atas rakitan teknologi pengendalian PBK di lokasi penelitian. Kegiatan ini menggunakan anggaran dari program PKPP Kemenristek RI sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) yang dicairkan secara bertahap dalam 3 termin, yaitu: termin pertama 30%, termin kedua 50% dan termin ketiga 20%. Metode proses pencapaian target dilaksanakan sesuai dengan yang tertuang dalam proposal dengan sedikit perubahan teknis untuk menyesuaikan dengan kondisi riil di lapang. Strategi untuk pengembangan pemanfaatan Heterorhabditis sebagai agens hayati pengendali PBK secara luas di tingkat petani kakao akan dilakukan kerjasama dengan LPTP Sulawesi Barat dan Balitbangda Sulawesi Barat. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan
pemanfaatan Heterorhabditis sp. sebagai pengendali PBK
adalah kegiatan penyebaran dan adopsi teknologi pengendalian PBK menggunakan NPS ini. Kegiatan ini harus dilakukan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kakao melalui Kelompok Tani kakao yang sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kakao.
2. Saran a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Dalam upaya untuk mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan hasil penelitian tahun pertama program PKPP ini mengharuskan adanya sinergitas kegiatan antara program penelitian yang dibiayai ristek dengan penelitian dan pengembangan yang dibiayai oleh instansi pemerintah daerah dan pihak swasta. Kegiatan tahun kedua yang sangat penting untuk dilaksanakan adalah penyebaran dan adopsi teknologi pengendalian PBK menggunakan NPS. Hal ini dilakukan untuk menjamin keberlangsungan pemanfaatan hasil kegiatan di tingkat petani kakao.
b Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Penelitian pemanfaatan Heterorhabditis sp. untuk mengendalikan PBK ini merupakan kegiatan tahun pertama program PKPP. Kegiatan penelitian tahun kedua yang perlu mendapat dukungan program, Ristek adalah kegiatan: 1). perakitan teknologi formulasi NPS yang efektif dan efesien di tingkat petani kakao, 2). penentuan dosis dan waktu aplikasi NPS pada pertanaman kakao, dan 3). penyebaran dan adopsi teknologi pengendalian PBK menggunakan NPS.