LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKAN ANALISIS ELASTISITAS HARGA PUPUK TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI
Oleh Pantjar Simatupang Sri Hery Susilowati Supriyati Eni Darwati
PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1
Pendahuluan Produktivitas padi ditentukan oleh penggunaan input-inputnya, baik penggunaan bibit, pupuk, pengairan, tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya. Hubungan antara produktivitas padi dengan input-inputnya disebut sebgai respons produktivitas padi terhadap masing-masing input, yang dalam hal ini dikenal sebagai nilai elastisitas input produksi terhadap produktivitas padi. Harga pupuk akan berpengaruh terhadap jumlah penggunaan pupuk dan lebih lanjut jumlah penggunaan pupuk akan berdampak terhadap produktivitas padi.
Dalam hal ini penggunaan pupuk hanya
berdampak positif terhadap produksi padi apabila dosisnya berimbang dan sesuai dengan
yang
dianjurkan.
Sebaliknya,
akan
berdampak
negatif
terhadap
produksi/produktvitas kalau dosis pupuk yang digunakan lebih atau kurang dari sosis rekomendasi. Selama ini petani meyakini penggunaan pupuk, khususnya jenis pupuk Urea dan pupuk TSP, akan sangat mempengaruhi peningkatan produktivitas usahatani padi mereka.
Sehingga pupuk dipandang merupakan faktor produksi utama dalam
peningkatan produksi padi.
Padahal apabila dilihat dari pangsa pengeluaran pupuk
terhadap biaya usahatani, biaya pupuk hanya berkisar 15 persen, pangsa biaya terbesar justru pada biaya tenaga kerja sekitar 65% dari total biaya usahatani Dalam rangka mencapai program swasembada pangan, khususnya swasembada pangan berkelanjutan untuk padi, pemerintah telah mencanangkan target peningkatan produksi dan produktivitas padi. Pada Rencana Kerja Tahunan (RKT) 2014 Kementerian Pertanian (Kementerian Pertanian, 2013)
produksi padi ditargetkan tahun 2014
mencapai 76,57 juta ton. Namun Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi tahun 2014 (Angka Ramalan/Aram I) mencapai 69,87 juta ton gabah kering giling (GKG), atau turun 1,41 juta ton atau 1,98 persen dibanding tahun 2013. Meskipun menurut BPS penurunan produksi padi karena menurunannya
luas areal dan
produktivitas padi yang lebih disebabkan oleh faktor iklim (banjir dibeberapa wilayah sehingga mengakibatkan gagal panen), namun pengaruh faktor-faktor lain yang secara nyata berpengaruh terhadap produktivitas padi perlu mendapat perhatian agar target produksi padi tahun 2014 dapat tercapai. 2
Di sisi lain, mengingat beban subsidi pupuk yang ditanggung pemerintah dari tahun ke tahun semakin besar, maka ada wacana untuk mengurangi subsidi pupuk secara bertahap yang pada akhirnya harga pupuk tidak akan disubsidi lagi. Pengurangan subsidi pupuk dilakukan dengan cara meningkatkan HET (Harga Eceran Tertinggi) pupuk secara bertahap yang pada akhirnya pupuk akan dijual tanpa subsidi. Beberapa pihak mengkhawatirkan rencana pengurangan /penghapusan subsidi pupuk akan berdampak pada pengurangan penggunaan pupuk oleh petani dan lebih lanjut akan berpengaruh terhadap produksi padi. Namun beberapa pihak lainnya meyakini pengurangan/penghapusan subsidi pupuk membuat petani lebih efisien dalam penggunaan pupuk yang saat ini secara rata-rata dipandang sudah lebih tinggi dari dosis yang dianjurkan, terutama untuk usahatani padi di Jawa, sehingga dampak kenaikan HET terhadap penurunan produksi dan produktivitas padi tidak dikawatirkan. Terlebih jika pengurangan subsidi (kenaikan HET) pupuk diimbangi dengan kenaikan HPP gabah sehingga peningkatan pendapatan petani dari peningkatan HPP gabah dapat dialokasikan untuk penggunaan sarana produksi lainnya dan dapat
mengkompensir
peningkatan biaya pupuk. Oleh
karena
itu
untuk
menghitung
dan
memperkirakan
berapa
besar
pengurangan subsidi pupuk dan sampai kapan pupuk masih akan disubsidi, agar secara keseluruhan tidak akan menurunkan pendapatan petani, maka perlu dilakukan analisis simulasi dampak peningkatan HET pupuk terhadap pendapatan usahatani padi. Salah satu variable yang akan digunakan untuk memperkirakan hubungan antara harga pupuk dengan produktivitas padi adalah menduga besaran elastisitas harga pupuk terhadap produktivitas padi. Elastisitas harga tersebut memiliki makna jika harga pupuk naik 1 % maka akan menghasilkan kenaikan/penurunan produktivitas padi sebesar nilai parameter elastisitas harga pupuk tersebut. Selanjutnya perubahan produktivitas padi tersebut, dengan menggunakan beberapa scenario perubahan HPP dan beberapa asumsi lainnya, akan digunakan untuk menghitung perubahan produksi padi dan lebih lanjut pada perubahan pendapatan yang diterima petani,
3
Analisis Regresi Produktivitas Padi Analisis penghitungan parameter elastisitas harga pupuk terhadap produktivitas padi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat analisis, diantaranya melalui metode ekonometrika model regresi linier. Pada analisis ini digunakan model Regresi linier berganda dengan metoda Least Square dengan mentransformasi variable ke dalam model semilog. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel 1. Dependent Variable: PROVITAS Method: Least Squares Date: 08/27/14 Time: 14:30 Included observations: 31 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
HARGA_PADI HET_UREA HET_TSP HET_UREA__HET_TSP T T2 C
0.002167 0.294162 0.308243 -0.048989 -0.009428 0.000547 1.943782
0.028909 0.085442 0.055818 0.010050 0.005637 0.000115 0.431141
0.074968 3.442821 5.522299 -4.874462 -1.672662 4.767917 4.508463
0.9409 0.0021 0.0000 0.0001 0.1074 0.0001 0.0001
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.980535 0.975669 0.012387 0.003683 96.10403 201.5013 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
3.791687 0.079413 -5.748647 -5.424844 -5.643095 1.475549
Hasil analisis pada Tabel 1 di atas dapat dipandang merupakan hasil terbaik dari proses panjang trial and error berbagai model untuk dapat menghasilkan tanda dan tingkat nyata seperti yang diharapkan. Dari table analisis tersebut sebagai dependent variable adalah : (1) harga padi/GKG, (2) HET pupuk Urea, (3) HET pupuk TSP, (4) interkasi HET Urea dan HET TSP, dan (5) peubah Trend sebagai proksi dari perubahan teknologi. Penggunaan variable interaksi HET Urea dan HET TSP mengingat selama ini 4
petani melakukan pemupukan tidak hanya menggunakn pupuk Urea, namun juga menggunakan pupuk TSP, juga pupuk lainnya (NPK, ZA, dan pupuk organic). Namun mengingat keterbatasn series data untuk pupuk NPK dan organic karena baru intensif digunakan setelah tahun 2000 sementara series data yang digunakan dalam analisis ini mencakup data series 31 tahun terakhir, maka HET pupuk NPK
dan organic tidak
digunakan dalam analisis. Namun demikian penggunaan dummy tahun pupuk NPK untuk mengetahui pengaruh sejak ada penggunakan pupuk NPK terhadap produktivitas padi sudah dicoba dalam model, namun hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Selain itu HET pupuk ZA tidak dimasukkan dalam analisis, meskipun pernah dicoba dalam model, namun seperti halnya variable dummy pupuk NPK, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Hal ini diduga karena penggunaan pupuk ZA selama ini
secara rataan
hanya dalam jumlah yang kecil karena hanya digunakan sebagai komplemen Urea dan tidak semua petani menggunakan pupuk ZA. Hasil analisis tersebut dapat dimaknai sebagai berikut: (1) Nilai Adjusted R-squared yang dihasilkan cukup tinggi (0,976) yang berarti variablevariabel yang dimasukkan dalam model telah mampu menerangkan sekitar 98 persen dari seluruh variable yang mempengaruhi produktivitas padi. (2) Variabel harga gabah GKG (HARGA_PADI) menghasilkan parameter bertanda positip, seperti yang diharapkan, yang berarti semakin tinggi harga gabah, maka produktivitas padi akan meningkat. termotivasi
untuk
intensif
Hal ini disebabkan petani akan semakin
melakukan
usahatani
terbaik
untuk
memproleh
peningkatan produksi meskipun pengaruhnya tidak nyata. (3) Variabel HET pupuk Urea
(HET_UREA) dan HET pupuk TSP (HET_TSP)
berpengaruh secara sangat nyata (derajad peluang nyata lebih besar dari 99%) bertanda positip, yang seakan akan bertentangan dengan harapan yaitu bertanda negatip. Namun, seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa dampak penggunaan pupuk dalam produktivitas padi merupakan interaksi dari penggunaan dua jenis pupuk utama, yaitu pupuk Urea dan pupuk TSP. Produktivitas padi tidak sematamata merupakan respons dari penggunaan
satu jenis pupuk, namun lebih 5
merupakan respons dari gabungan atau interaksi antara
penggunaan pupuk
utama, yang dalam hal ini Urea dan TSP. Oleh karena itu dalam analisis ini yang perlu dilihat adalah pengaruh interaksi antara variable HET pupuk Urea dan HET pupuk TSP. (4) Interaksi
antara
variable
(HET_UREA_HET_TSP)
HET
bertanda
pupuk negatip
Urea seperti
dan yang
HET
pupuk
TSP
diharapkan.
Dan
berpengaruh secara sangat nyata terhadap peningkatan produktivitas padi. Hal ini berarti interaksi penggunaan pupuk Urea dan TSP yang meningkat akan meningkatkan produktivitas padi. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapang, bahwa penggunaan pupuk oleh petani selalu merupakan kombinasi pupuk Urea dan TSP, selain juga menggunakan pupuk lainnya. (5) Variabel trend atau waktu (T dan T)
yang merupakan proksi dari penggunaan
teknologi berpengaruh negatip terhadap produktivitas untuk variable T, namun jika dengan mengkuadratkan T maka diperoleh pengaruh positip dan sangat nyata terhadap produktivitas padi.
Hal ini dapat dimaknai bahwa pada awal
analisis, yaitu setelah tahun 1980
an, terjadi
kecenderungan
periode
penurunan
produktivitas padi yang diduga disebabkan oleh berakhirnya era revolusi hijau pada sekitar tahun tersebut (dimana sebelumnya pemerintah mengadakan berbagai program melalui berbagai subsidi
untuk peningkatan produksi padi).
Namun
dengan periode waktu sesudahnya atau lebih panjang, produktivitas padi cenderung meningkat kembali berkat teknologi diantaranya ditemukannya berbagi varietas padi unggul baru (VUB) maupun teknologi pemupukan (dosis maupun jenis pupuk) yang mampu meningkatkan kembali produktivitas padi. Hal ini dapat dilihat dari grafik hubungan antara tahun dan produktivitas padi pada Lampiran. Elastisitas Harga Pupuk terhadap Produktivitas Padi Dengan menggunakan nilai parameter dugaan pada hasil analisis seperti pada Tabel 1, maka dapat dihitung nilai parameter elastisitas harga pupuk Urea dan harga pupuk TSP terhadap produktivitas padi menggunakan formula sebagai berikut:
6
JIka dari hasil analisis pada Tabel 1 tersebut persamaan produktivitas padi (Q) dapat ditulis dalam formula : Q = c + a1 HP + a2 HU + a3 HT + a4 HUHT + a5T + a6T2 ……………………(1) Dimana : Q = Produktivitas padi C = konstanta a1= parameter dugaan variabel HARGA_PADI a2 = parameter dugaan variabel HET_UREA a3 = parameter dugaan variable HET_TSP a4 = parameter dugaan variable HET_UREA*HET_TSP a5 = parameter dugaan variable T, dan a6 = parameter dugaan variable T2 Mengingat variable yang dimasukkan ke dalam model nilainya sudah ditransfer ke dalam semi log maka Elastisitas Harga Urea dan harga TSP terhadap Produktivitas padi dapat dirumuskan dalam formula: E_urea = a2 + (a4 x Ln (HET_TSPtn ) ……………………………… (2) Elastisitas Harga TSP terhadap Produktivitas padi: E_TSP = a3 + (a4 x Ln (HET_UREAtn ) ……………………………… (3) Dimana: E_urea = Elastisitas harga Urea terhadap produktivitas padi E_TSP= Elastisitas harga TSP terhadap produktivitas padi a2 = parameter dugaan variabel HET_UREA a3 = parameter dugaan variabel HET_TSP a4 = parameter dugaan variable HET_UREA*HET_TSP HET_UREAtn = HET Urea pada t31 (tahun terakhir analisis = tahun 2013, yaitu sebesar 1800) HET_TSPtn = HET TSP pada t31 (tahun terakhir analisis = tahun 2013, yaitu sebesar 2000) Dengan menggunakan rumus tersebut, maka perhitungan nilai elastisitas harga pupuk Urea dan elastisitas harga pupuk TSP terhadap produktivitas padi diperoleh hasil : E_urea
= -0.078198
E_TSP
= -0.058956
7
Nilai elastisitas di atas memiliki makna, jika harga pupuk urea naik 1 (satu) persen, maka produktivitas padi hanya akan turun sebesar 0,078 persen. Demikian pula, jika harga pupuk TSP naik 1 (satu) persen, maka produktivitas padi hanya akan turun sebesar 0,058 persen. Besaran elastisitas tersebut adalah sangat tidak elastis (< 1) , yang berarti respons produktivitas padi terhadap harga pupuk Urea dan pupuk TSP dapat disebut relative sangat kecil. Implikasi Kebijakan Dengan
melihat besaran elastisitas harga pupuk Urea dan TSP terhadap
produktivitas padi yang sangat tidak elastis tersebut, maka kebijakan pengurangan subsidi pupuk melalui kenaikan HET pupuk dalam jangka pendek tidak akan berpengaruh banyak terhadap penurunan produktivitas padi.
Namun
jika dihitung
untuk penurunan total produksi padi (dengan mengalikan dengan luas panen) maka akan diperoleh penurunan produksi yang cukup banyak. Pada dasarnya produktivitas padi tidak semata-mata dipengaruhi oleh intensitas penggunaan pupuk namun juga oleh faktor-faktor yang lain, diantaranya penggunaan benih yang baik (benih unggul), pengairan yang baik, serangan hama penyakit, kondisi kesuburan lahan, serta tata cara pengelolaan usahatani yang baik (good practices). Elastisitas harga pupuk terhadap produktivitas yang sangat tidak elastis tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa pada dasarnya penggunaan pupuk sudah mengalami kejenuhan. Artinya peningkatan produktivitas tidak lagi dapat dipacu melalui peningkatan penggunaan pupuk. Hal ini dapat ditunjukkan melalui fenomena di beberapa lokasi (terutama di Jawa) yang mengindikasikan pemakaian pupuk yang sudah melebihi dosis anjuran. Oleh karena itu, jika pemerintah akan mengurangi/menghapuskan subsidi pupuk, maka untuk mengurangi dampak negative terhadap penurunan produktivitas dan produksi padi,
penggunaan
mengkompensasi
faktor-faktor
penurunan
produksi
produktivitas
lain yang
diperbaiki disebabkan
sehingga oleh
dapat
pengurangan
penggunaan pupuk dengan kenaikan prododuktivitas karena perbaikan penggunan faktor-faktor
produksi
lainnya.
Hal
yang
tidak
kalah
penting
adalah
pengurangan/penghapusan subsidi perlu diimbangi dengan peningkatan HPP gabah 8
secara proposional agar kebijakan penghapusan subsidi pupuk tidak berdampak terhadap penurunan kesejhateraan petani, yang sebagian besar
merupakan petani
kecil dengan penguasaan lahan rata-rata hanya 0,3 hektar.
9