LAPORAN ANALISIS KEBIJAKAN
IDENTIFIKASI POTENSI WILAYAH LOKASI PEMBANGUNAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN (TTP) KABUPATEN TAPIN SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
1
PENDAHULUAN Sesuai dengan arah Nawa Cita Presiden Republik Indonesiadan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam era Pemerintahan 2014-2019, Kementerian Pertanian, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mulai tahun 2015 berperan aktif dalam membangun dan mengembangkanTaman Sains dan Teknologi Pertanian (TSTP) sebagai sarana
akselerasi
impact recognition inovasi
pertanian, sekaligus terobosan untuk memperderas arus inovasi pertanian kepada masyarakat. Pada tahun 2015, pengembangan Taman SainsPertanian (TSP) akan dilakukan di 5 lokasi Kebun Percobaan, sebagai wahana penelitian, pengkajian, pengembangan dan penerapan inovasi pertanian sekaligus show window dan tempat peningkatan kapasitas pelaku pembangunan pertanian termasuk penyuluh dan petani.
Sedangkan Taman
Teknologi Pertanian (TTP) akan dibangun di 16 kawasan di 16 kabupaten/kota, sebagai wahana implementasi inovasi aplikatif spesifik lokasi yang matang dari hulu ke hilir dengan melibatkan stakeholders terkait. Salah satu TTP yang akan dibangun adalah TTP Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan. Penentuan Lokasi TTP di Kecamatan Tapin Selatan merupakan penetapan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian sebagai Institunsi yang telah diberi tugas dan tanggungjawab oleh Kementerian Pertanian dalam pembangunan TSTP di Indonesia. Di dalam pembangunan TTP, Bappenas telah memberikan kata kunci yang harus dijadikan
pedoman, yaitu pembanunan TTP selain befungsi sebagai implementasi
inovasi teknologi yang telah dihasilkan juga memberikan nilai tambah dari hulu sampai hilir dalam mengembangkan pertanian wilayah. Beberapa point yang perlu dijadikan pedoman dalam pembangunan TTP tersebut antara lain: 1.
Wahana peningkatan ekonomi daerah
2.
Hilirisasi iptek-inovasi (daya saing bangsa & nilai tambah)
3.
Berbasis potensi daerah, berdasarkan komoditas unggulan dan agroekosistem spesifik
4.
Pengolahan dan menjual (off farm), bukan sekedar menanam dan memetik (on farm) 2
5.
Menginkubasi UKM/industri rumah tangga
6.
Manajemen kelembagaan yang profesional
7.
Sustainability (pembinaan kelembagaan & SDM sejak awal)
8.
Mandiri (bukan sebagai pemusatan dana program/proyek)
9.
Mulai dari bawah, yaitu Kabupaten/Kota
10. Tersedia lahan dan untuk ini Pemda harus komit 11. Ada Perguruan Tinggi Afiliasi Sedangkan sebagai indikator keberhasilan adalah keberadaan TTP diharapkan akan terjadi peningkatan dalam hal : Produktivitas,
Produksi,
Pendapatan Petani,
Diversivikasi usahatani dan pendapatan rumahtangga petani, serta ada Scalling Up di tiap Provinsi / Kabupaten yang ditunjukkan melalui peningkatan jumlah adopter teknologi. Sebagai proses awal pembangunan TTP, tahapan yang dilakukan adalah melakukan identifikasi potensi wilayah yang akan dijadikan lokasi TTP. Kegiatan ini dilakukan melalui kunjungan lapang untuk mengkaji potensi wilayah dan selanjutnya melakukan sosialisasi pembangunan TTP kepada masyarakat setempat dan stakeholder terkait yang dikemas ke dalam kegiatan diskusi kelompok terfokus (Fofus Group Discussion atau FGD) serta melakukan koordinasi dengan Bupati Tapin serta aparat Pemda setempat. Hasil-hasil dari kegiatan di atas dihasilkan informasi terkait dengan potensi dan kondisi wilayah yang akan dibangun TTP Tapin tersebut. PEMILIHAN LOKASI TTP Pada awal rencana pembangunan TTP Tapin, semula terdapat 3 alternatif kabupaten yang akan dijadikan lokasi pembangunan TTP di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Kabupaten Tapin, Kabupaten Batola dan Kabupaten HSS.
Untuk
menetapkan salah satu kabupaten sebagai lokasi TTP Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan evaluasi secara cepat terhadap 3 Kabupaten alternatif tersebut dengan menggunakan kriteria Bappenas. Dari hasil evaluasi tersebut akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan TTP
Provinsi Kalimantan Selatan berada di Kabupaten Tapin.
Hasil
3
evaluasi secara cepat terhadap 3 Kabupaten alternatif tersebut seperti disajikan pada Lampiran 1. GAMBARAN LOKASI KABUPATEN TAPIN Jarak Kabupaten Tapin dari Kota Banjarbaru : 70 Km (ditempuh sekitar 1,5 jam). Luas areal 2.174,95 km2 (atau sekitar 5,8% dari luas wolayah provinsi Kalimantan Selatan). Curah hujan sekitar 1.942,7 mm / tahun. Potensi Lahan dan Penggunaannya Data yang bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan menyatakan
lahan di
Kabupaten Tapin meliputi : a.
Lahan irigasi : 6.411 ha
b.
Lahan Tadah Hujan : 31.323 Ha
c.
Lahan Pasang Surut : 10.832 Ha
d.
Lahan Lebak : 13.331 Ha
e.
Lahan Kering : 208.185 Ha
Luas lahan menurut penggunaannya adalah sebagai berikut: f.
Padi Sawah : 64.076 Ha
g.
Padi Ladang : 2.194 Ha
h.
Jagung : 325 Ha
i.
Kacang Tanah : 602 Ha
j.
Ubi Kayu 13 Ha
k.
Bawang merah : 5 Ha
l.
Cabai Besar : 19 Ha
m.
Cabai Rawit : 91 Ha
n.
Jeruk Siam : 51.329 pohon
RENCANA LOKASI PEMBANGUNAN TTP TAPIN SELATAN TTP Tapin Selatan akan berlokasi di desa Harapan Masa dan desa Lawahan Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin. Desa Harapan Masa
4
Jumlah Penduduk desa Harapan Jaya : 1.474 jiwa dengan suku campuran Jawa dan suku Banjar. Desa Harapan Jaya beragroekosistem Irigasi semi intensif dengan komoditas utama padi sawah varietas varietas Ciherang, Mekongga, IR 42, komoditas Hortikultura
yaitu bawang merah, cabai rawit hiyung, dan Peternakan yaitu ternak Sapi. Luas wilayah : 2.000 Ha dengan penggunaan sebagai berikut: (a) Lahan Sawah : 350 Ha, dan (b) Lahan
Kering seluas 1.650 Ha yang dirinci untuk tegalan 300 Ha, untuk perkebunan karet rakyat
950 Ha, Hutan rakyat
115 Ha, dan Lain-lain
285 Ha. Pemanfaatan untuk
Tanaman Padi (sawah) dilengkapi jaringan irigasi sederhana, varitas yang ditanam terutama jenis Ciherang dan mekongga serta IR 42. Pemanfaatan lahan kering terutama untuk tanaman karet rakyat, peternakan (sapi, itik, ayam) serta Hortikultura (sayur). Peluang inovasi teknologi pertaanian yang akan diterapkan meliputi: a.
Padi sawah :
pendekatan PTT
b.
Karet
c.
Hortikultura : teknologi budidaya & pascapanen (GAP)
d.
Peternakan :
: inovasi teknologi budidaya & pascapanen inovasi teknologi peternakan (pakan, pemanfaatan limbah (bio gas, pupuk organik)), dan pembiakan ternak bebek dan ayam KUB.
e.
Perikanan
:
Pembiakan ikan mas dan
lele dalam kolam berintegrasi dengan
pembiakan ternak bebek dan ayam KUB. Desa Lawahan Desa Lawahan berpenduduk suku Banjar, beragroekosistem dominan Rawa Lebak dengan komoditas utama Padi sawah varietas Siam Kupang (varietas lokal) dan Ciherang, Ternak Ayam, dan Jagung untuk pakan. Luas wilayah sekitar 800 Ha yang terdiri dari a. Lahan Basah : 600 Ha, terdiri lahan Rawa Lebak 300 Ha dan lahan Irigasi 100 Ha, dan Tadah Hujan : 200 Ha b. Lahan Kering : 200 Ha yang peruntukannya untuk perumahan dan tegala Pemanfaatan lahan untuk Tanaman Padi (sawah) dengan karakteristik sebagai berikut: – Sumber air : berasal dari sungai – Varietas
: Ciherang (15%) dan Siam Kupang (85%) 5
– Varietas Siam Kupang adalah varietas lokal yang diharapkan menjadi varietas unggul dari Kabupaten Tapin (keinginan Pemda) Pemanfaatan lahan kering - Tanaman karet rakyat – Peternakan : Ayam pedaging yang diusahakan oleh Ketua Kelompok Tani, saat ini populasi 4500 ekor (3 kandang), pemasaran bagus Peluang Inovasi teknologi Pertanian – Padi sawah
:
penataan lahan dan air (pembuatan tabat), pendekatan PTT
(introduksi VUB), mekanisasi – Peternakan
:
inovasi teknologi peternakan (pakan, pemanfaatan limbah,
dll) KETERLIBATAN STAKE HOLDER Dalam pembangunan TTP diharapkan ada kerjasama dan sinergi antara Balitbangtan dan Pemda setempat dalam pemelihaaan dan pengembangan TTP ke depan. Stakeholder yang akan terlibat dan bentuk keterlibatannya sebagai berikut: Kegiatan
Penanggungjawab
Identifikasi lokasi (PRA)
: Balitbangda + Pemda
Penyusunan Roadmap dan Master Plan : Balitbangda + Pemda Sosialisasi Tk. Desa/Kab. : Tim TTP Kalimantan Selatan Penyusunan Action Plan dan Konstribusi Para Pihak : Tim Kementan dan Pemda Introduksi dan perbaikan teknologi : Tim Kementan dan Pemda PERKEMBANGAN PROSES RENCANA PEMBANGUNAN TTP Dalam perkembangan selanjutnya, dari hasil pengamatan di lapang saat dilakukan kunjungan lapang dan
diskusi dengan aparat Pemda kabupaten dan
kecamatan serta aparat desa, lokasi TTP berubah yang semula direncanakan di desa Harapan Masa dan desa Lawahan, dialihkan ke desa Sabah untuk pengganti desa Lawahan.
Pengalihan rencana lokasi TTP tersebut didasarkan pada
beberapa
pertimbangan dengan mengacu pada pedoman kriteria pembangunan TTP adalah 6
bersifat Quick Win yaitu hasil TTP harus dapat dengan cepat diperoleh nilai tambah ekonomi dan adopsi teknologi oleh masyarakat setempat, sementara desa Lawahan merupakan desa lahan lebak dengan masyarakat dominan suku Banjar. Pengalaman selama ini untuk menggerakan masyarakat setempat untuk mengadopsi teknologi relatif lambat hasilnya yang diantaranya dipengaruhi oleh kurangnya
ethos kerja keras
masyarakat setempat. Pertanaman padi umumnya hanya dilakukan satu kali setahun dan tidak ada diversifikasi kerja dan usahatani lainnya sehingga produkstivitas kerja elatif rendah. Dengan pertimbangan pembangunan TTP harus bersifat Quick Win, maka lokasi desa Lawahan dialihkan ke desa Sabah, yaitu desa berdampongan dengan desa Harapan Masa dengan komoditas utama Bawang Merah dan padi lahan sawah beririgasi.
Dengan demikian ditetapkan lokasi pembangunan TTP tapin selatan berada
di desa Harapan Masa dan Desa Sabah. Koordinasi dengan Gubenur Provinsi Kalimantan Selatan Telah dilakukan koordinasi antara Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian beserta Kepala pusat dan Kepala Balai Besar serta Kepala BPTP Kalimantan Selatan beserta Tim TTP dengan BupatiTapin dan jajaran Pemda Tapin lainnya yang dikemas dalam kegiatan FGD dan kunjungan Lapang ke desa Harapan Masa.
Beberapa point kesepakatan
sebagai resume hasil FGD di kantor Bupati Tapin yang selanjutnya akan ditindaklanjuti dalam pembangunan TTP Tapin Selatan antara lain:
1.
Lokasi Pelaksanaan TTP Tapin Lokasi TTP Tapin Selatan adalah sebagai berikut : (a) Sebagai Pusat TTP Tapin di lahan BPP Tapin Selatan seluas 3,78 Ha, (b ) TTP di Lahan Petani di desa Harapan Masa dan Shabah, dan (c) Show Window di lahan Pemda Kabupaten Tapin di Kota Rantau seluas lebih kurang 5 Ha.
2. Komoditas dan Teknologi Komoditas utama terpilih sebagai pengungkit quick win : (a) Padi, (b) Bawang Merah dan Cabe Hiung, dan (c) Itik.
Inovasi teknologi Balitbangtan untuk
komoditas padi yang akan diterapkan adalah inovasi teknologi mulai dari hulu (varitas baru, budidaya, alsin) sampai hilir (pengolahan dan pengemasan beras 7
premium). Teknologi untuk bawang merah adalah penggunaan varitas, pengenalan TSS dan penggunaan instore dryer. Teknologi untuk itik adalah teknologi pakan dengan bahan baku lokal 3. Kontribusi Pemda Kontribusi Pemda untuk pembangunan TTP pada tahun pertama lebih difokuskan pada pembangunan show window, sementara Balitbangtan untuk kegiatan ini berkontribusi pada penyediaan bibit, dan pengaturan tata letak tanaman. Untuk pembangunan pusat TTP dan TTP di lahan petani menggunakan anggaran Balitbangtan. 4. Tindak lanjut pertemuan BPTP merancang grand design dan RAB TTP Tapin dan akan dilanjutkan dengan MOU antara Badan Litbang dengan Pemda Tapin. TINDAKLANJUT RANCANGAN TTP TAPIN SELATAN Rancangan lebih lanjut pembangunan TTP Tapin secara lebih terinci disampaikan pada Lampiran 2. PENUTUP Pembangunan TTP Tapin Selatan diharapkan selain akan dapat meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani dan peningkatan adopsi teknologi pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat tanidan petani secara luas serta peningkatan ekonomi wilayah, menginkubasi usaha agribisnis dan UKM berbasis komoditas uatama yang dikembangkan diwilayah tersebut. Keberadaan
dan
keberlanjuta
TTP
setelah
masa
pembangunan
yang
direncanakan melalui pendanaan Balitbangtan selama 3 tahun anggaran, diharapkan dapat tetap berlanjut danlebih
berkembang.
Oleh kaenaitu kerjasama Pemda
setempat dalam pemeliharaan dan pendayagunaan TTP tersebut sangat berperan penting untuk keberlanjutan TTP Tapin Selatan.
8
LAMPIRAN 1 PERINGKAT KESESUAIAN CALON LOKASI TAMAN TECHNO PERTANIAN (TTP) KALIMANTAN SELATAN BERDASARKAN KRITERIA BAPPENAS Catatan : peringkat ini didasarkan pada pertimbangan cepat (masukan) dari anggota tim TTP BPTP Kalsel Informasi awal :
1. Peluang pencapaian indikator keberhasilan ATP melalui introduksi atau perbaikan teknologi pada tiga agroekosistem yang dipertimbangkan, dapat digambarkan sebagai berikut : Agroekosistem
Tingkat Kemudahan
Lahan Irigasi / Tadah Hujan
paling mudah
Lahan Rawa Pasang Surut
mudah
Lahan Rawa Lebak
sulit
Lahan irigasi/tadah hujan lebih mudah dikelola, karena masalah terkait penyediaan air dan bio-fisik lahan lebih mudah diatasi. Umumnya pertanian di lahan irigasi/tadah hujan sudah berkembang dengan baik dan perhatian pemerintah juga umumnya lebih besar. Lahan irigasi seperti halnya di Tapin memang memiliki lebih banyak kemudahan (akses, penyediaan air/irigasi, lahan usahatani). Lahan rawa pasang surut memiliki masalah dengan bio-fisik lahan, namun jika dilakukan perbaikan dengan inovasi teknologi yang tepat maka tingkat keberhasilan pencapaian indikator lebih tinggi dari lahan tadah hujan. Hal tersebut dimaklumi, karena pada lahan irigasi/tadah hujan umumnya sistem usahataninya lebih baik. Lahan pasang surut umumnya memiliki infrastruktur yang lebih baik dari lahan lebak, terutama dari segi penataan lahan dan saluran air/draenase. Demikian juga penduduknya, di lahan pasang surut umumnya ditempati pendatang dan di lahan lebak umumnya ditempati masyarakat etnis lokal. Lahan rawa lebak memiliki tingkat kesulitan tertinggi untuk dikelola, terutama terkait dengan pengelolaan air dan penataan lahan. Di beberapa lokasi, petani tidak 9
dapat memprediksi secara tepat kondisi air (naik turunnya air, genangan) seiring dengan perubahan iklim. Di beberapa lokasi, pertanian lahan lebak cukup baik (dengan produktivitas tinggi) namun hal tersebut umumnya pada lahan lebak dangkal. Penataan lahan dan air di lahan lebak juga lebih sulit dilakukan dibandingkan lahan passang surut apalagi lahan irigasi/tadah hujan. Penduduk di sekitar lahan rawa lebak umumnya adalah etnis lokal. 2. Lahan sawah yang berada di Desa Lawahan Kecamatan Tapin Selatan Kabupaten Tapin termasuk kategori lahan rawa lebak. Jika dibandingkan dengan lahan lebak di Hulu Sungai Utara (HSU) dan Hulu Sungai Selatan (HSS) mungkin sedikit berbeda, karena pengeloaan lahan dan lingkungan sekitar kawasan tersebut juga berbeda. 3. Secara umum, tiga calon lokasi ATP di Kalimantan Selatan yang memiliki agroekosistem berbeda, dapat disebutkan sebagai berikut : Kabupaten Tapin : representatif untuk lokasi pertanian agroekosistem lahan irigasi/tadah hujan. Kabupaten Tapin juga memiliki lahan dengan agroekosistem rawa lebak. Kabupaten Batola : representatif untuk lokasi pertanian agroekosistem lahan rawa pasang surut. Beberapa lokasi yang dapat dipertimbangkan adalah Desa Danda Jaya (Padi, Ternak Sapi, Horti), Desa Karang Indah/Karang Bunga (Padi, Horti). Kabupaten Hulu Sungai Utara : representatif untuk lokasi pertanian agroekosistem lahan rawa lebak. Lokasi kegiatan FKPR tahun 2013-2015 berada di Desa Teluk Cati – Kecamatan Sungai Tabukan – Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kesesuaian Calon Lokasi ATP dengan Kriteria Bappenas : Keterangan : Peringkat kesesuaian menggunakan tanda bintang, dengan keterangan: satu bintang (kurang sesuai), dua bintang (sesuai), tiga bintang (sangat sesuai).
10
NO
1 2
3
4 5 6 7 8 9 10 11
TAPIN (Tapin Selatan)
BATOLA (................)
HSU (................) Polder alabio
Agroekosistem Irigasi/Tadah Hujan& Lebak
Agroekosistem Pasang Surut
Agroekosistem Lebak
KRITERIA BAPPENAS
Wahana peningkatan ekonomi daerah Hilirisasi iptek-inovasi (daya saing bangsa & nilai tambah) Berbasis potensi daerah, berdasarkan komoditas unggulan dan agroekosistem spesifik Pengolahan dan menjual (off farm), bukan sekedar menanam dan memetik (on farm) Menginkubasi UKM/industri rumah tangga Manajemen kelembagaan yang profesional Sustainability (pembinaan kelembagaan & SDM sejak awal) Mandiri (bukan sebagai pemusatan dana program/proyek) Mulai dari bawah, yaitu Kabupaten/Kota Tersedia lahan dan untuk ini Pemda harus komit Ada Perguruan Tinggi afiliasi
Keterangan/penjelasan penilaian :
Kriteria no 2. Di lahan irigasi, pertanian umumnya sudah berkembang sehingga hilirisasi iptek tidak sebesar lahan pasang surut dan lebak. Di passang surut, hilirisasi iptek lebih besar karena sepengetahuan kami inovasi teknologi pasang surut lebih banyak tersedia di Litbangtan dibandingkan lebak.
Kriteria no 6. Kami memberi satu bintang, karena belum melakukan pendalaman mengenai kelembagaan setempat.
11
Kriteria no 8. Kemandirian di lahan irigasi umumnya lebih baik sebagai dampak dari kemudahan pengelolaan lahan pertanian. Di lahan pasang surut, pada kondisi eksisting di Kabupaten Batola, lahan secara kontinyu ditanami padi dan sebagian lain integrasi padi-jeruk siam oleh pemilik/petani. Sedangkan di lahan lebak, umumnya masih memerlukan dukungan pemerintah untuk mengembangkannya, sebagaimana di Polder Alabio.
Kriteria no 10. Kami memberikan satu bintang untuk semua calon lokasi, karena belum mengetahui secara tepat mengenai ketersediaan lahan terutama untuk fasilitas bangunan.
LAMPIRAN 2: RANCANG BANGUN TTP KABUPATEN TAPIN (lihat pada sajian power point)
12