[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
67
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
68
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ABORTUS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DI KABUPATEN GORONTALO UTARA Vita Sulistianingsih Habi1,dr. Vivien Novarina A. Kasim, M. Kes 2,H. Abd. Wahab Pakaya, S.Kep, Ns, MM3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG 2. Dosen Jurusan Keperawatan UNG 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG
SUMMARY Vita Sulistianingsih Habi. 2015. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Di Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes dan Pembimbing II H. Abd. Wahab Pakaya, S.Kep, Ns, MM Abortus adalah salah satu kematian yang banyak dijumpai. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil adalah Pendidikan, Jarak Kehamilan, Sosial Ekonomi, Usia, Paritas, Riwayat Abortus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor– faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil di Puskesmas Popalo dan Molingkapoto di Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini menggunakan metode Observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh ibu yang pernah mengalami abortus di Puskesmas Popalo dan Molingkapoto di Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 32 orang. Dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan yang paling banyak mengalami abortus pada tingkat pendidikan SD (46,88%), jarak kehamilan <2 tahun (71,86%), sosial ekonomi ≤1.500.000, (81,25%), usia <20 atau>35 tahun (53,1%), paritas<2/>3 (81,25%), dan riwayat abortus terbanyak pada riwayat abortus 1 kali (84,38%). Disarankan untuk pihak puskesmas dapat berperan dalam upaya penurunan kejadian abortus. Kata Kunci
: Abortus, Ibu Hamil.
Daftar Pustaka
: 34 (2005-2015)
69
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PENDAHULUAN Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008)1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa: “15-50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak perdarahan atau infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kematian ibu yang disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian ibu, tapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Abortus dapat terjadi secara tidak sengaja maupun disengaja dan dapat dialami oleh semua ibu hamil yang umur kehamilan usia muda.” (Rosdiana, 2009)2. Di Indonesia, abortus merupakan salah satu penyebab kematian yang utama dengan urutan yang pertama terbanyak di Asia Tenggara pada tahun 2011. Data yang dirilis oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2003 menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per tahun (Depkes RI, 2003). Affandi (2003) Menambahkan bahwa: “Dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara spontan, 0,6 juta 1
2
Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan. YBP-SP Jakarta. Rosdiana. 2009. Makanan yang Menyebabkan Abortus. Diaksestanggal 25 Maret 2015.
diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 diaborsi karena tidak digunakannya alat KB”. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Di Kabupaten Gorontalo, jumlah total ibu yang mengalami abortus adalah 32 orang. Proses terhentinya kehamilan dapat dijabarkan menurut kejadiannya yaitu abortus spontan (terjadi tanpa intervensi dari luar dan berlangsung tanpa sebab yang jelas) dan abortus buatan (tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk menghilangkan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin 500 gram). Abortus disebabkan 4 faktor yaitu Kelainan pertumbuhan Terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10%-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600 ribu-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian (Anshor, 2006). Perlunya penanganan yang baik dan tepat terhadap abortus pada ibu hamil, dimana masyarakat khususnya wanita lebih mengenal masalah yang berkaitan dengan abortus, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya abortus dan komplikasinya serta bagaimana cara mencegah agar kejadian tersebut tidak terjadi atau terulang lagi pada kehamilan berikutnya dan nantinya
67
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
diharapkan anak akan lahir dengan selamat, sehat serta diharapkan dapat menurunkan angka kejadian abortus (Yono, 2011)3. Ada 6 faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil yaitu : Usia, pendidikan, sosial ekonomi, paritas, jarak kehamilan, dan riwayat abortus. Penelitian yang dilakukan oleh oleh Arif K, dkk (2014)4 tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil di wilayah kerja buton utara, dengan hasil yang didapatkan bahwa nilai p=0,003 dimana p < 0,005 dengan demikian didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan atara umur pada ibu hamil dengan abortus diwilayah kerja buton utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui FaktorFaktor apa saja yang Mempengaruhi terjadinya Abortus Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Popalo dan Molingkapoto Di Kabupaten Gorontalo Utara METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Molinggapoto dan Popalo Di Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 23 Mei-7 Juni tahun 2015, dengan menggunakan pendekatan cross sectional study yaitu untuk 3
Yono. (2010). Hubungan Jarak kehamilan Ibu Dengan Kejadian Abortus. Diakes tanggal 25 Maret 2015. 4 Arif, K. A., R. Matodan N. Adi. 2014.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Buton Utara. Volume 5. Nomor 5.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.
mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo Di Kabupaten Gorontalo Utara. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 32 orang dengan menggunakan teknik total sampling. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Usia - < 20 atau >35 Tahun - 20-35 tahun Pendidikan - Tidak Sekolah - SD - SMP - SMA Ekonomi - >1.500.000, - ≤1.500.000, Paritas - Jumlah anak <2 / >3 - Jumlah anak 2-3 Jarak Kehamilan - <2 tahun - ≥2 tahun Riwayat Abortus - 1 kali - 2 kali
Jumlah (n)
Persentase %
17 15
53,1 46,9
2 15 12 3
6,25 46,88 37,5 9,38
6 26
18,25 81,75
26 6
81,25 18,75
23 9
71,86 28,14
27 5
84,38 15,62
Sumber: Data Sekunder, 2015 Berdasarkan Tabel diatas menunjukan bahwa golongan usia didapatkan sebagian besar yaitu pada usia <20 atau <35 tahun yaitu berjumlah 17 responden (53,1%). Dan terendah pada usia 20-35 tahun yaitu berjumlah 15 responden (46,9%). Responden yang memiliki pendidikan terakhir didapatkan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu SD berjumlah 15 orang (46,88%). Pendidikan SMP 12 orang (37,5%). Pendidikan SMA 3 orang (9,38%). Dan untuk pendidikan Tidak Sekolah
68
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2 orang (6,25%). Responden yang memiliki tingkat pendapatan ≤1.500.000, yaitu sebanyak 26 orang (81,75%) dan tingkat pendapatan >1.500.000, yaitu sebanyak 6 orang (18,25%). Responden yang memiliki paritas <2/>3 yaitu sebanyak 26 orang (81,25%). Dan paritas 2-3 yaitu sebanyak 6 orang (18,75%). Dari tabel diatas juga menunjukan bahwa jarak kehamilan didapatkan sebagian besar yaitu pada jarak kehamilan perorang untuk <2 tahun yaitu berjumlah 23 responden (71.86%), dan jarak kehamilan ≥2 tahun berjumlah 9 responden (28,14%). Responden memiliki Riwayat abortus terdapat sebagian besar yaitu pada riwayat abortus 1 kali yaitu berjumlah 27 orang (84,38%), dan riwayat abortus 2 kali berjumlah 5 orang (15,62%). PEMBAHASAN Faktor Usia Hasil penelitian menunjukan bahwa golongan usia responden pada usia < 20 tahun atau >35 tahun yang berjumlah 17 responden (53,1%). Pada usia <20 tahun. Menurut asumsi peneliti hal ini terjadi karena pada usia ini memiliki resiko tinggi, karena usia responden yang masih muda sehingga emosi dan kejiwaannya masih labil, demikian juga kondisi fisik mereka yang masih lemah untuk kehamilan. Adapun orang tua yang berada pada usia dewasa awal (25-35) sebanyak (15,7%) juga dapat menerima kondisi anaknya dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Prawirahardjo (2002)5 bahwa : “Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima kehamilannya. Akibat selain tidak ada persiapan, kehamilan tidak dijaga dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress, dan akan meningkatkan resiko terjadinya abortus. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif K, dkk (2014) tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus pada ibu hamil di wilayah kerja buton utara, dengan hasil yang didapatkan bahwa nilai p=0,003 dimana p < 0,005 dengan demikian didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan atara umur pada ibu hamil dengan abortus diwilayah kerja buton utara. Sedangkan pada umur >35 tahun sebanyak 17 responden. Hal ini sesuai dengan teori yang diupkapkan oleh Sarwono (2006) bahwa “wanita yang berusia diatas 35 tahun mempunyai kecenderungan mengalami abortus sebab seorang wanita secara alamiah mengalami penurunan tingkat kesuburan pada usia 35 tahun, walaupun berbagai upaya perawatan kesuburan biasa dilakukan”. Sama halnya teori yang dikatakan Sriwahyuni (2011)6 bahwa “ Pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun. Akibatnya ibu hamil pada usia tersebut mempunyai kemunkinan lebih besar untuk mempunyai anak
6
Sriwahyuni, Andi, dkk. 2011. Karakteristik Kejadian Abortus Inkomplet Di Ruangan Bersalin RSUD Pangkep.
69
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
premature, perasalinan lama, perdarahan dan abortus. Hal ini disebabkan oleh karena kehamilan pada umur ini terjadi proses penuaan, jaringan alat reproduksi dan jalan lahir terjadi kemunduran elastisitas ligamintum pada uterus. Keadaan ini cenderung berakibat pada proses kehamilan, kelainan letak, pertumbahan plasenta dan persalinan. Responden yang mengalami abortus berumur 20-35 tahun sebanyak 15 responden. Menurut asumsi peneliti pada kelompok umur 20-35 tahun mengalami abortus karena banyak faktor yaitu faktor sosial ekonomi dan ketidaksiapan memiliki anak. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Megawati (2010)7 bahwa “Banyak faktor yang terkadang menyebabkan abortus sehingga kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Hamil usia 20-29 tahun-an ini mereka biasanya langsung mengandung setelah dua bulan bersenggama dan hanya memiliki resiko keguguran. Sedangkan pada usia 30-35 tahun resiko keguguran tampak meningkat dengan bertambahnya umur terutama setelah usia 30-35 tahun. Ibu dengan usia lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janin normal atau abnormal. Semakin lanjut umur ibu, semakin tipis cadangan telur yang ada. Makin lanjut usia ibu makin resiko terjadinya abortus, makin meningkat karena menurunya kualitas sel telur ovum dan meningkatnya resiko kejadian abortus”. 7
Megawati. (2010). Buku Ajar Maternitas. EGC Jakarta
Keperawatan
Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2013) tentang Karakteristik Kejadian Abortus Di Ruang Bersalin RSUD Pangkep, dengan hasil yang di dapatkan bahwa pada kelompok umur 20 – 35 tahun mengalami abortus karena faktor sosial ekonomi dan ketidaksiapan memiliki anak. Faktor Pendidikan Hasil penelitian menunjukan bahwa hampir sebagian responden rata-rata memiliki pendidikan terakhir SD (46.88%). Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena ibu yang berpendidikan rendah (SD bahkan tidak sekolah) memiliki tingkat pengetahuan yang rendah terhadap bahaya dan resiko kehamilan. Mereaka dianggap kurang informasi terkait kesehatan reproduksi atau resiko kehamilan dan persalinan. Sehingga belum bisa menjaga kehamilan mereka karena kurangnya informasi berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Hal ini didukung oleh teori Martadisoebrata dan Wahyuni (2012), bahwa: “Makin tinggi tingkat pendidikan maka makin tinggi tingkat pengetahuannya tentang resiko kehamilan. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir dan daya cerna sesorang terhadap informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula informasi yang dapat diserap dan mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembagan diri dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematang intelektual akan berpengaruh pada wawasan dan cara
70
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
berfikir baik dalam tindakan dan pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, meskipun sarana kesehatan telah tersedia namun belum tentu mereka mau menggunakannya”. Teori tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dharmayanti I, dkk (2010)8, tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Risiko Kehamilan pada Wanita dengan Kejadian Abortus di RSUD Kota Bekasi, dengan hasil menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami abortus dimana mayoritas ibu hanya berpendidikan terakhir SD yaitu 26,0%”. Pada penelitian ini terdapat 12 (37,5%) responden memiliki pendidikan terakhir SMP. Menurut asumsi peneliti pendidikan SMP masih merupakan kategori pendidikan rendah sehingga tingkat pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi atau resiko kehamilan dan persalinan juga masih kurang. Selain itu didapatkan sebagian besar dari mereka berusia <20 tahun. Hal ini merupakan salah satu faktor terjadinya abortus pada ibu hamil. Sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Sriwahyuni (2011) bahwa “Wanita yang hamil dan 8
Dharmayanti I, dkk 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Risiko Kehamilan pada Wanita dengan Kejadian Abortus di RSUD Kota Bekasi. Jurnal
bersalin pada umur <20 tahun dari segi biologis perkembangan reproduksinya belum optimal, dari segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental dan emosional, dan dari segi ekonomi, masih belum siap untuk hidup mandiri”. Faktor Sosial Ekonomi Hasil penelitian menunjukan bahwa sosial ekonomi responden sebagaian besar penghasilan ≤1.500.000, yaitu berjumlah 26 orang (81.25%). Berdasarkan hasil wawancara responden mengatakan tidak bekerja di luar rumah karena yang bekerja untuk mencari nafkah adalah suami. Selain itu juga, pendidikan responden yang hampir sebagian besar tingkat pendidikan terakhir SD sehingga ini bisa menjadi salah satu penyebab responden tidak bekerja. Rata-rata mereka memiliki tingkat ekonomi rendah karena datang dari keluarga miskin dan tingkat pendapatan hanya < 500,00/bulan yang bila dirataratakan penghasilan tersebut hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga mereka jarang melakukan pemeriksaan kehamilan, yang menyebabkan ibu berpotensi lebih besar untuk mengalami resiko pada kehamilan. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Nasrin (2007) bahwa : “Sosial ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memahami kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses
71
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainya dengan baik. Namun dengan adanya perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik”. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilson (2012)9 tentang Hubungan Status Ekonomi dengan Abortus di Puskesmas Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan, dengan hasil yang didapatkan bahwa 70% status ekonomi dalam kesehatan sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dan cenderung akan besarnya biaya untuk memeriksakan, perawatan, kesehatan, dan persalinan terhadap ibu hamil”. Selain itu faktor sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pemenuhan nutrisi, karena ibu hamil sangat membutuhkan makanan yang mengandung gizi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Pertiwi (2010) tentang status nutrisi bahwa gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan berpengaruh positif, sedangkan bila kurang baik pengaruhnya negative. Menu protein tinggi di butuhkan oleh ibu hamil. Protein di perlukan pertumbuhan bayi yang di 9
Wilson. 2010. Hubungan Status Ekonomi dengan Abortus di Puskesmas Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal
kandungnya. Kelahiran premature yang paling banyak terjadi pada ibu yang kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, dan kematian neonatal. Zat besi bagi ibu hamil penting untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah. Kecukupan sel darah merah akan menjamin sirkulasi oksigen dan metabolisme zat-zat gizi yang di butuhkan ibu hamil. Faktor Paritas Hasil penelitian menunjukan bahwa: “Paritas sebagian besar adalah pada jumlah anak <2 / >3 yang berjumlah 26 responden (81,25%)”. Menurut asumsi peneliti bahwa bila ibu dengan paritas <2/>3 akan menyebabkan gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dengan nifas. Resiko abortus meningkat tergantung pada paritas ibu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiknjosastro (2005)10 bahwa: “Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi, lebih tinggi paritas maka lebih tinggi kematian maternal. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko kesehatan dan juga bagi kesehatan anaknya. Hal ini beresiko karena pada ibu dapat timbul kerusakankerusakan pada pembuluh darah, dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin”.
10
Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed. 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
72
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochmawati (2013)11 tentang Faktorfaktor yang mempengaruhi abortus di Rumah Sakit umum pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dengan hasil penelitian yang didapatkan bahwa terdapat pengaruh paritas terhadap terjadinya p-value = 0,000 pada tingkat signifikansi HO ditolak sehingga terdapat pengaruh yang signifikan paritas terhadap terjadinya abortus. Faktor Jarak Kehamilan Hasil penelitian menunjukan bahwa “Jarak kehamilan responden sebagian besar adalah pada jarak kehamilan <2 tahun yang berjumlah 23 responden (71.86%)”. Menurut asumsi peneliti bahwa, hal ini terjadi karena jarak kehamilan yang <2 tahun atau terlalu pendek sehingga menyebabkan persalinan ya ng lama atau pendarahan. Kehamilan dalam keadaan ini kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik sehingga rahim dan ksehatan ibu belum pulih dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Krisnadi (2005)12 bahwa “pada jarak kehamilan dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin 11
12
Rochmawati. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Abortus di Rumah Sakit Umum Pusat DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Krisnandi SR. 2005. Kelainan Lama Kehamilan Dalam Obstetri Patologi. FK. UNPAD. EGC; 2005 Jakarta.
kurang baik. Mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus). Jarak kehamilan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Seorang ibu memerlukan waktu selama 2-3 tahun agar dapat pulih secara fisiologis dari satu kehamilan atau persalinan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio. Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan ibu hamil jika ditunjang dengan sosial ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan meningkatkan resiko terjadinya abortus”. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoiron A (2006) tentang Hubungan jarak kehamilan dengan kejadian abortus, dengan hasil yang didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus. Dimana dari 173 responden, yang paling banyak mengalami abortus pada ibu hamil adalah ibu hamil dengan jarak kehamilan <2 tahun yaitu sebanyak 77 orang (79,4%). Faktor Riwayat Abortus Hasil penelitian menunjukan riwayat abortus responden sebagian besar yaitu pada riwayat abortus 1 kali berjumlah 27 orang (84,38%). Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena sebagian besar responden berada pada usia muda sehingga kehamilan rata-rata baru sekali dan ibu memiliki riwayat abortus sebelumnya atau sekali
73
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
abortus mempunyai peluang untuk mengalami abortus. Sedangkan untuk riwayat abortus yang terjadi sebanyak 2 kali itu karena pengaruh ibu pernah mengalami abortus sebelumnya yang mengakibatkan kandungan mengalami gangguan atau terkena infeksi sehingga mempengaruhi kehamilan berikutnya yang akhirnya akan menyebabkan janin premature atau mengalami abortus lagi. Menurut teori Prawirohardjo (2009)13, menjelaskan bahwa “Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Hal ini disebabkan karena edometrium dianggap mengalami luka atau kecatatan. Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Syariff (2014)14, tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang, yang menunjukkan bahwa ibu yang pernah abortus memiliki kecenderungan untuk mengalami abortus daripada ibu yang tidak pernah mengalami abortus. Simpulan Faktor usia ibu yang mengalami abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo 13
14
Prawirohardjo. 2009. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta. Syariff. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang. Jurnal
terbanyak adalah pada usia <20 atau >35 tahun berjumlah 17 orang (53,1%). Tingkat Pendidikan ibu yang mengalami abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SD berjumlah 15 orang (46,88%). Sosial ekonomi yang mengalami abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo terbanyak adalah pada tingkat pendapatan ≤1.500.000, berjumlah 26 orang (81,25%). Paritas ibu yang mengalami abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo terbanyak adalah pada paritas <2 / >3 yaitu berjumlah 26 orang (81,25%). Jarak kehamilan yang mengalami abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo terbanyak adalah pada jarak kehamilan <2 tahun yang berjumlah 23 orang (71,86%). Riwayat abortus ibu yang mengalami abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Molingkapoto dan Popalo terbanyak adalah pada riwayat abortus 1 kali berjumlah 27 orang (84,38%). Saran Bagi Akademik. Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat menambah kepustakaan di FIKK jurusan Keperawatan sehingga dapat memberikan pengetahuan bagi yang membaca khususnya pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian abortus, dan mencegah terjadinya abortus. Bagi Puskesmas Popalo dan Puskesmas Molingkapoto. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi Puskesmas Popalo dan Puskesmas Molingkapoto bahwa
74
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
masih tingginya angka kejadian abortus di Puskesmas Popalo dan Puskesmas Molingkapoto Gorontalo Utara, sehingga disarankan kepada Poli Kebidanan terutama pada bidan, dapat berperan dalam upaya penurunan kejadian abortus dengan ikut serta dalam program keluarga berencana, sehingga waktu untuk hamil dan jumlah anak dapat direncanakan dengan baik. Bagi Peniliti Lain. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti kelainan menetap pada ibu yang mempengaruhi kejadian abortus sehingga dapat menurunkan angka kejadian abortus dan meneliti beberapa variabel lain yang belum terdapat pada penelitian ini untuk mendapatkan lebih dalam mengenai faktor-faktor resiko kejadian abortus. Daftar Pustaka Arif, K. A., R. Matodan N. Adi. 2014.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Abortus pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Buton Utara. Volume 5. Nomor 5.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Pustaka Rihama. Jakarta. Corwin, E. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta. Dharmayanti I, dkk 2010. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Terhadap Risiko Kehamilan pada Wanita dengan Kejadian Abortus di RSUD Kota Bekasi. Jurnal Fadlun. 2012 Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika Jakarta.
Gilarso. 2006. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius Yokyakarta. Hasbulla, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Rajawali Pers Banjarmasin. Hidayat A, Alimul A. 2012 Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis Data (Edisi Pertama).Salemba Medika Jakarta. Kenneth J. Levenoet al. 2009. Obstetric Willians. Panduan Ringkas, Edisi 21. EGC Jakarta. Krisnandi SR. 2005. Kelainan Lama Kehamilan Dalam Obstetri Patologi. FK. UNPAD. EGC; 2005 Jakarta. Manuaba, I. B. G., C. Manuaba dan F. Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. EGC Jakarta. Megawati. (2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC Jakarta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2.Salemba Medika Jakarta. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika Jakarta. Prawirohardjo, S. 2008. Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Jakarta. 75
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Prawirohardjo. 2009. Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta. Rahmani. L. S. 2013. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Abortus Di RS Prikasih Jakarta Selatan. Skripsi. Program Studi Keperawatan Dokter Unifersitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Ralph C. Benson dan Martin L.Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. EGC Jakarta. Rosdiana. 2009. Makanan yang Menyebabkan Abortus. Diaksestanggal 25 Maret 2015. Rochmawati. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Abortus di Rumah Sakit Umum Pusat DR.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Sarwono, 2006. Ilmu Kebidanan. Rajawali Jakarta Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Salemba Empat Jakarta. Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. YBP-SP Jakarta. Syariff. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang. Jurnal Siti maulidaniah. 2011. Klasifi kasi Abortus. Diakses tanggal 25 Maret 2015. http:// id.wikipedia.org. Sriwahyuni, Andi, dkk. 2011. Karakteristik Kejadian Abortus Inkomplet Di Ruangan Bersalin RSUD Pangkep. Sugiono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Alfa beta Bandung.
Suyanto. 2011. Metode Dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Ed.1. Nuha Medika Yokyakrta. Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed. 3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Wiknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Wilson. 2010. Hubungan Status Ekonomi dengan Abortus di Puskesmas Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Jurnal Yono. (2010). Hubungan Jarak kehamilan Ibu Dengan Kejadian Abortus. Diakes tanggal 25 Maret 2015. Nugroho dan Agung. 2010. Malaria dari Molekuler ke Klinis. EGC: Jakarta
76
Vita Sulistianingsih Habi
[Type the document title]
[Year]
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
67
Vita Sulistianingsih Habi