2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO
Elfa Mbuinga
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO
Elfa Mbuinga
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO Elfa Mbuinga1, Suwarly Mobiliu S. Kp, M. Kep2, dr. Sitti Rahma M.Kes3 1. Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan UNG 2. Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo 3. Dosen Jurusan Keperawatan UNG
Abstrak
ELFA MBUINGA. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Skripsi, Jurusan S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Suwarly Mobiliu S.Kp, M.Kep dan Pembimbing II dr. Sitti Rahma, M.Kes. Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu kemampuan perawatan diri tunagrahita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah keluarga tunagrahita berjumlah 51 responden dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis penelitian menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian diperoleh dari 51 responden bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato dengan P Value = 0,012 < α(0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tungarhita di Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitian ini disarankan kepada keluarga untuk memberikan bimbingan pada tunagrahita dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) yang lebih baik. Kata Kunci
: Dukungan Keluarga, Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL), Tunagrahita.
Daftar Pustaka
: 30 referensi (2004-2013)
Elfa Mbuinga
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Keywords : Family Support, Independence of Activity Daily Living (ADL) Tunagrahita Reference : 30 references (2004-2014)
Elfa Mbuinga
2015
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENDAHULUAN Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental: istilah resminya di Indonesia disebut tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan PP 72 Tahun 1991 adalah tunagrahita ringan IQnya 50-70, tunagrahita sedang IQnya 30-50, tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30 (Apriyanto, 2012)1. Kemandirian merupakan suatu keadaan dapat mengurus diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut (Friedman, 2010)2 Bagi anak tunagrahita, sekurang-kurangnya diperlukan dua bidang kemandirian yang harus dimiliki yaitu: (1) keterampilan dasar dalam hal membaca, menulis, komunikasi lisan, dan berhitung, (2) keterampilan perilaku adaptif yaitu keterampilan mengurus diri dalam kehidupan sehari-hari (activity daily living), dan keterampilan menyesuaikan diri dengan lingkungan (social living skills). Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk mengatasi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009)3. Menurut Harnilawati (2013)4, jenis dukungan keluarga ada empat, yaitu: dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penilaian, dan dukungan emosional. Menurut WHO, tercatat sebanyak 15% dari penduduk dunia atau 785 juta orang mengalami gangguan mental dan fisik. Tunagrahita merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama di negara-negara berkembang (Prasa, 2013)5. Berdasarkan Data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, dari 222 juta penduduk Indonesia terdapat 0,7% (sekitar 2,8 juta) jiwa mengalami kecacatan dan sekitar 600 ribu diantaranya anak-anak (21,42%) usia sekolah (usia 5-18 tahun) dan populasi anak tunagrahita menempati angka terbesar. Angka penderita tunagrahita usia sekolah di Indonesia diperkirakan berjumlah setengah dari total penderita cacat atau sekitar 1,5 juta jiwa, dan hanya 54.000 anak yang dapat mengikuti pendidikan secara formal di sekolah khusus (Ramawati, 2011)6. Berdasarkan Profil Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo Tahun 2014 jumlah SLB (Sekolah Luar Biasa) di Provinsi Gorontalo yaitu berjumlah 7 SLB (Sekolah Luar Biasa). Dari data siswa SLB Provinsi Gorontalo tercatat jumlah siswa yang berkebutuhan khusus berjumlah 875 siswa. Jumlah siswa tunagrahita tecatat paling banyak yakni berjumlah 499 siswa.
1
Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. 2 Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC 3 Tamher dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 4 Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam 5 Prasa, B.A. 2013. Sters dan koping orang tua dengan anak retrdasi mental. Jurnal Fakultas Psikologi 6 Ramawati, Dian. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dipublikasikan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Elfa Mbuinga
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Prevalensi siswa tunagrahita dari tahun ke tahun di SLB Negeri Pohuwato terjadi peningkatan. Jumlah tunagrahita pada tahun 2013 terdapat 44 orang siswa, pada tahun 2014 berjumlah 48 siswa tunagrahita. Data yang diperoleh jumlah total siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pohuwato pada tahun 2015 berjumlah 106 siswa. Dari jumlah anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pohuwato yang tercatat paling banyak yaitu siswa tunagrahita berjumlah 51 siswa yang terdiri dari 41 siswa SD, 6 siswa SMP, dan 4 siswa SMA. Berdasarkan survey awal di SLB Negeri Pohuwato didapatkan beberapa siswa tunagrahita yang terdaftar di sekolah tersebut tidak lagi bersekolah atau pergi sekolah hanya tiga kali dalam satu minggu, mereka juga dalam aktivitasnya sehari-hari seperti memakai sepatu, menggosok gigi, mandi, berpakaian belum bisa melakukannya sendiri. Hal ini sangat membutuhkan dukungan dari keluarga siswa tunagrahita tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Arfandi, Dkk (2013)7 mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemampuan perawatan diri anak retardasi mental (tunagrahita), dimana pengaruh tersebut positif yang makin baik dukungan sosial keluarga maka semakin baik juga kemampuan perawatan diri anak dengan retardasi mental atau anak tunagrahita. Penelitian yang juga dilakukan oleh Head dan Abbeduto (2007)8 mendapatkan hubungan dalam keluarga yang kohesif, positif, dan saling menyayangi menimbulkan fungsi keluarga yang lebih baik dan meningkatkan perkembangan pada anak dengan retardasi mental (tunagrahita). Berdasarkan dengan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian di Kabupaten Pohuwato. Waktu pelaksanaan tanggal 20 Mei 2015 sampai dengan 27 Mei 2015. Desain penelitian dengan metode kuantitatif dan dirancang menggunakan pendekatan cross sectional. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan Total Sampling yakni seluruh keluarga siswa tunagrahita yang terdaftar di SLB Negeri Pohuwato berjumlah 51 keluarga siswa tunagrahita. Data dikumpul menggunakan kuesioner yang berisi data demografi lansia, dukungan keluarga dan indeks Katz. .Data dianalisis dengan uji statistik Chi-Square..
HASIL PENELITIAN 7
Arfandy, Dkk. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3580.pdf. [diakses pada tanggal 25 Maret 2015]. 8 Head, L, S., & Abbeduto, L. (2007) . Recognizing The Role of Parents in Developmental Outcomes: A Systems Approach To Evaluating The Child With Developmental Disabilities. Mental Retardation and Developmental Disabilities Research Review, Vol. 13: 293-301`
Elfa Mbuinga
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
1. Dukungan Keluarga Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Tabel 1. Distribusi Dukungan Keluarga Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Dukungan Keluarga Kurang Baik
Jumlah 26 25
% 51.0 49.0
51
100.0
Total Sumber: Data Primer, 2015
Hasil Penelitian Tabel 1. menunjukkan bahwa dukungan keluarga terbanyak dalam kategori kurang yaitu 26 responden (51,0%), sedangkan dukungan keluarga Baik yaitu 25 responden (49,0%). 2. Tingkat Kemandirian Activty Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Tabel 2. Distribusi Tingkat Kemandirian Activty Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Activity Daily living (ADL) Mandiri Tidak Mandiri
Jumlah 32 19
% 62.7 37.3
Total Sumber: Data Primer, 2015
51
100.0
Hasil penelitian tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato yaitu mandiri dengan jumlah 32 responden (62,7%), sedangkan tidak mandiri dengan jumlah 19 responden (37,3%). 3. Analisis Bivariat Analisis hubungan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Hasil analisis adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Activity Daily Living (ADL) Mandiri Tidak Mandiri
Dukungan Keluarga N
%
Kurang 12 23.5% Baik 20 39.2% 32 62.7% Total Sumber: Data Primer, 2015
Elfa Mbuinga
Total Jumlah
n
%
N
%
14 5 19
27.5% 9.8% 37.3%
26 25 51
51.0% 49.0% 100.0%
P Value
0,012
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan P Value sebesar 0,012. Oleh karena P Value 0,012 < α (0,05) maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato.
PEMBAHASAN 1. Dukungan Keluarga Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Pada tabel 1 tentang distribusi dukungan keluarga pada tunagrahita yang didapatkan bahwa terdapat 26 responden (51,0%) mempunyai dukungan keluarga dalam kategori kurang, sedangkan 25 responden (49,0%) memiliki dukungan keluarga yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan responden yang rendah, dimana didapatkan sebagian besar pendidikan responden yaitu SD 23 responden (45.1%) dari 51 responden. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada kurangnya pengetahuan keluarga tentang kebutuhan-kebutuhan tunagrahita dan cara didik tunagrahita sehingga rasa kasih sayang dan perhatian keluarga terhadap tunagrahita juga berkurang. Oleh karena itu semakin rendah tingkat pengetahuan keluarga maka semakin buruk dampaknya bagi anak tunagrahita. Sebaliknya semakin baik tingkat pengetahuan keluarga maka semakin baik dampaknya bagi perkembangan tunagrahita (Apriyanto, 2012)9. Faktor lain yang mempengaruhi keluarga dari siswa tunagrahita belum memberikan dukungan yang optimal kepada anaknya yaitu dikarenakan orang tua dari siswa tunagrahita tersebut tidak percaya kepada anaknya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan pemantauan peneiliti menemukan bahwa keluarga khususnya orang tua siswa tunagrahita takut jika anaknya mengalami perlakuan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya hal ini disebabkan karena keterbatasan dari tunagrahita tersebut.
2. Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Pada tabel Berdasarkan analisis data tentang kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato terdapat 32 responden (62.7%) dalam kategori mandiri. Peneliti berasumsi hal ini disebabkan karena pada penelitian ini siswa tunagrahita yang diteliti mayoritas berusia lebih dari 12 tahun sehingga kemampuan perawatan diri mereka lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Ling (2008)10 yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara usia anak tunagrahita dengan kemampuan
9
Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. 10 Ling, F. (2008). Self Care behaviors of school-aged children with heart disease. Pediatric Nursing Journals, 34(2), 131-138.
Elfa Mbuinga
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO perawatan diri. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia akan semakin bertambah pula kemampuan anak dalam menguasai keterampilan tertentu. Kemandirian merupakan suatu keadaan dapat mengurus diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Bagi tunagrahita, sekurang-kurangnya diperlukan dua bidang kemandirian yang harus dimiliki yaitu: (1) keterampilan dasar dalam hal membaca, menulis, komunikasi lisan, dan berhitung; (2) keterampilan perilaku adaptif yaitu keterampilan mengurus diri dalam kehidupan sehari-hari (Activity Daily Living) seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, dan buang air besar/kecil. Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemandirian tunagrahita dalam merawat diri seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, dan buang air besar/kecil (Apriyanto, 2012)11. Berdasarkan hasil penelitian oleh Widyartanty (2009)12 dengan judul “hubungan pemberian motivasi keluarga terhadap kemampuan merawat diri pada anak tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang” didapatkan hasil bahwa mayoritas anak tunagrahita pada usia sekolah mampu untuk melakukan perawatan diri. Pada penelitian ini juga siswa tunagrahita yang diteliti yaitu terbanyak pada kategori tunagrahita ringan dan sedang sehingga tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato dalam kategori mandiri, dalam hal ini mereka masih dapat mengurus diri mereka sendiri seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, serta buang air besar/kecil. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Semiun (2006)13 menyatakan bahwa tunagrahita dengan kemampuan intelektual yang rendah dapat menguasai keterampilan-keterampilan hidup sederhana seperti perawatan diri dan kegiatan rumah tangga bila diajarkan secara terus-menerus dan konsisten. 3. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Tunagrahita di Kabupaten Pohuwato Dari hasil penelitian uji chi-square di dapatkan P Value = 0,012 < α (0,05) maka Ho ditolak, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tungarhita di Kabupaten Pohuwato. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arfandi, Dkk (2013)14 dengan judul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental Di SLB Negeri Ungaran” yang mendapatkan kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kemampuan perawatan diri anak retradasi mental (tunagrahita), dimana pengaruh tersebut 11
Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. 12 Widyartanty, (2009). “Hubungan Pemberian Motivasi Keluarga Terhadap Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang”http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/Kriesty.%20W.pdf. [diakses pada tanggal 1 Mei 2015]. 13 Semiun. Y. (2006) Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisisu. 14 Arfandy, Dkk. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3580.pdf. [diakses pada tanggal 25 Maret 2015].
Elfa Mbuinga
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO positif yang makin baik dukungan sosial keluarga maka semakin baik juga kemampuan perawatan diri anak dengan retradasi mental atau anak tunagrahita. Dukungan keluarga pada penelitian ini terdiri dari 4 indikator yang meliputi dukungan keluarga penilaian, dukungan keluarga instrumental, dukungan keluarga informasional dan dukungan keluarga emosional. Dukungan penilaian (apparsial), yaitu keluarga sebagai pemberi bimbingan dan umpan balik atas pencapaian anggota keluarga dengan cara memberikan support, pengakuan, penghargaan, dan perhatian sehingga dapat menimbulkan kepercayaan diri pada individu (Harnilawati, 2013)15. Sesuai dengan hasil pemantauan peneliti, ditemukan bahwa keluarga tidak sepenuhnya menerima hasil pekerjaan yang dilakukan oleh anak tunagrahita seperti membersihkan diri dalam hal ini mandi sendiri, berpakaian, dan menyapu. Peneliti berasumsi bahwa dengan jika keluarga menerima apa yang dilakukan anak tunagrahita maka akan memberikan kepercayaan pada tunagrahita untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramawati (2011)16 mengatakan bahwa perkembangan dan kemandirian anak dalam melakukan perawatan diri dapat dipengaruhi oleh tahap penerimaan orang tua terhadap anak tunagrahita. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi keluarga, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain (Harnilawati, 2013)17. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, masih ada keluarga dari tunagrahita yang tidak menyediakan alat transportasi untuk anaknya pergi ke sekolah, hal ini dikarenakan oleh faktor ekonomi keluarga maka secara tidak langsung hal ini akan menyebabkan tungarahita tersebut tidak optimal mendapatkan pelajaran dari sekolah tentang bagaimana melakukan aktivitas seharihari seperti makan, mandi, berpakaian, serta buang air besar/kecil dengan baik dan benar. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa dengan menyediakan apa yang dibutuhkan anak tunagrahita akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangannya terutama kemampuannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari (activity daily living). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvey (2004)18 pendapatan keluarga yang relative rendah pada akhirnya mengakibatkan keluarga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan anak atau mempersiapkan masa depan yang baik bagi anak dengan disabilitas. Dukungan informasional. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama (Tamher, 2009)19. Sesuai dengan hasil penelitian yang 15
Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. Ramawati, Dian. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dipublikasikan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 17 Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. 18 Harvey, B. (2004) Down Syndrome: A biospychosocial Perspective : Nursing standard. 19 Tamher dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 16
Elfa Mbuinga
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO dilakukan oleh peneliti ditemukan bahwa keluarga tunagrahita sebagian besar tidak mencari informasi terkait kesehatan anaknya baik melalui media masa ataupun elektronik hal ini dikarenakan latar belakang pendidikan responden yang rendah. Peneliti berasumsi bahwa jika orang tua tunagrahita mencari informasi terkait dengan anaknya maka akan lebih mudah bagi orang tua untuk mengatahui bagaimana cara yang baik dalam mendidik anak tunagrahita. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istrahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi (Harnilawati, 2013)20. Dalam hal ini peneliti berasumsi bahwa jika keluarga memberikan dukungan dan perhatian kepada siswa tunagrahita akan memberikan dampak positif terhadap perkembangannya khususnya dalam aktivitas sehari-hari tunagrahita. Hal ini sesuai teori dari Friedman (2010)21 yang menyatakan bahwa dukungan emosional merupakan suatu bentuk dukungan berupa rasa aman, cinta kasih, memberi semangat, mengurangi putus asa dan rendah diri sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dukungan emosional dalam keluarga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari hasil analisa diatas bahwa ada hubungandukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato. Dimana didapatkan bahwa pada dukungan keluarga yang baik dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita dalam kategori mandiri berjumlah 20 responden, hal ini dapat dikatakan bahwa jika semakin baik dukungan yang diberikan keluarga maka akan baik pula tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita. Akan tetapi didapatkan pada dukungan keluarga yang kurang dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita memiliki kategori mandiri berjumlah 12 responden (23,5%), hal ini disebabkan karena faktor dalam diri anak tunagrahita itu sendiri, meskipun dukungan dari keluarga yang kurang akan tetapi mereka sudah dapat melakukan kemampuan perawatan diri seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah serta buang air besar/kecil karena sebagian besar siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato masih dalam kategori tunagrahita ringan dan sedang yang artinya masih mampu dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah dan buang air besar/kecil secara mandiri. Serta pada dukungan keluarga yang baik dengan Activity Daily Living (ADL) memiliki kategori tidak mandiri berjumlah 5 responden (9,8%), hal ini dikarenakan faktor usia, dalam hal ini 5 responden tersebut masih berumur sekitar 6 sampai 7 tahun sehingga belum mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily Living) seperti makan, mandi, berpaikaian, berpindah serta buang air besar/kecil. Pada dukungan keluarga yang kurang dengan Activity Daily Living (ADL) memiliki kategori tidak mandiri berjumlah 14 responden (27,5%), sesuai dengan hasil pemantauan peneliti hal ini disebabkan karena masih adanya stigma yang buruk dari keluarga maupun masyarakat terhadap orang yang memiliki keterbelakangan mental dalam hal ini yaitu tunagrahita seperti mereka menganggap bahwa tunagrahita tidak bisa mengurus diri mereka sendiri, sehingga keluarga belum optimal dalam memberikan dukungan kepada siswa tunagrahita tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisha (2012)22 yang mengatakan bahwa ketidaksiapan orang tua terhadap kondisi anak yang berujung pada 20
Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC 22 Aisha, M.N. 2012. Hubungan Pengetahuan Tentang Retardasi Mental dan Penerimaan Orang Tua. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 21
Elfa Mbuinga
2015
Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
penolakan akan turut mempengaruhi sikap orang tua dalam mengasuh anak. Namun bagi orang tua yang menunjukkan penerimaan dirinya terhadap kondisi anak akan turut mempengaruhi sikap yang positif dalam pola asuh dan upaya penyembuhan anak. Dukungan keluarga mempunyai peranan penting dalam sikap dan perilaku tunagrahita, karena keluarga bisa memberikan dorongan baik secara fisik maupun mental. Dengan adanya dukungan keluarga yang diperoleh diharapkan dapat mampu memberikan manfaat bagi pertumbuhan dan juga perkembangan siswa tunagrahita. 4. Ketebatasan Penelitian
a. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana kelemahan rancangan ini adalah hanya bisa mengetahui kondisi saat ini tapi tidak bisa mengetahui kondisi sebelumnya artinya tidak diketahui sebab dan akibatnya. b. Responden dalam penelitian ini hanya orang tua siswa tunagrahita, sehingga tidak diperoleh informasi dari guru di sekolah mengenai kemampuan perawatan diri siswa tunagrahita dan dukungan yang diberikan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan kemampuan perawatan diri siswa tunagrahita. c. Penelitian ini tidak adanya pemantauan atau observasi secara langsung pada keluarga siswa tunagrahita di Kabupaten Pohuwato tentang dukungan yang diberikan keluarga kepada anaknya, begitupun Activity Daily Living (ADL) yang dilakukan oleh siswa tunagrahita.
KESIMPULAN
Disimpulkan dukungan keluarga pada tunagrahita di Kabupaten Pohuwato dalam kategori kurang yaitu (51,0%), dan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagrahita dalam kategori mandiri dengan jumlah (62.7%). Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada tunagarhita di Kabupaten Pohuwato dengan nila P Value = 0,012 < α (0,05).
SARAN 1. Bagi Institusi pendidikan / SLB (Sekolah Luar Biasa) Bagi institusi pendidikan khusunya SLB (Sekolah Luar Biasa) diharapkan dapat terus mengembangkan program pengajaran di sekolah mengenai Activity Daily Living (ADL) seperti makan, mandi, berpakaian, berpindah, dan buang air kecil/besar pada siswa tunagrahita dan menjalin kerjasama dengan orang tua siswa tunagrahita sehingga siswa tunagrahita mendapatkan bimbingan dan dukungan yang dibutuhkan siswa tunagrahita pada saat di rumah. 2. Bagi Keluarga Bagi keluarga diharapkan meningkatkan pengetahuan terkait kondisi dan kebutuhan tunagrahita serta memberikan bimbingan dan dukungan pada tunagrahita dalam melakukan Activity Daily Living (ADL) yang lebih baik.
Elfa Mbuinga
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada anak dengan kebutuhan khusus. DAFTAR PUSTAKA Apriyanto, Nunung. 2012. Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelanjarannya. Jogjakarta: Javalitera. Arfandy, Dkk. 2013. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Retardasi Mental di SLB Negeri Ungaran. http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/documents/3580.pdf. [diakses pada tanggal 25 Maret 2015]. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, teori, dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC
Harnilawati, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan: Pustaka As Salam. Harvey, B. (2004) Down Syndrome: A biospychosocial Perspective : Nursing standard. Head, L, S., & Abbeduto, L. (2007) . Recognizing The Role of Parents in Developmental Outcomes: A Systems Approach To Evaluating The Child With Developmental Disabilities. Mental Retardation and Developmental Disabilities Research Review, Vol. 13: 293-301.
Ling, F. (2008). Self Care behaviors of school-aged children with heart disease. Pediatric Nursing Journals, 34(2), 131-138. Prasa, B.A. 2013. Sters dan koping orang tua dengan anak retrdasi mental. Jurnal Fakultas Psikologi. Ramawati, Dian. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kemampuan Perawatan Diri Anak Tunagrahita di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dipublikasikan. Tesis. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tamher dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Widyartanty, (2009). “Hubungan Pemberian Motivasi Keluarga Terhadap Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Tunagrahita di SDLB Putra Jaya Malang”http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/Kriesty.%20W.pdf. [diakses pada tanggal 1 Mei 2015].
Elfa Mbuinga