Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
IbM DI KECAMATAN HAMPARAN RAWANG KOTAMADYA SUNGAI PENUH KERINCI DENGAN PENERAPAN PROGRAM RONTOK BULU PAKSA (FORCE MOLTING) DALAM PEREMAJAAN AYAM PETELUR TUA PADA PETERNAKAN RAKYAT Agus Budiansyah, Filawati dan Resmi Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi RINGKASAN Tujuan dari penerapan program Ipteks bagi masyarakat (IbM) ini adalah untuk memperkenalkan teknologi peremajaan ayam petelur tua dengan menerapkan program rontok bulu paksa (force molting) dalam rangka meningkatkan produktivitas ayam- ayam petelur tua yang tidak produktiv. Disamping itu juga diperkenalkan teknologi penggunaan enzim asal cairan rumen sapi dari rumah potong hewan (RPH) untuk meningkatkan kualitas ransum berbasis pakan lokal dan penggunaan probiotik ragi tape untuk meningkatkan kesehatan dari ayam-ayam petelur milik masyarakat peternak yang tergabung dalam kelompok tani. Target luaran yang ingin dicapai dari penerapan program Iptkes bagi masyarakat (IbM) berbasis hasil penelitian secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Peternak dapat mengetahui dan terampil dalam melakukan peremajaan terhadap ayam-ayam petelur tua dengan menerapkan program rontok bulu paksa (RBP) atau force molting. 2. Peternak dapat mengetahui teknologi pembuatan ransum ayam petelur, penggunaan enzim dari cairan rumen untuk meningkatkan nilai nutrisi ransum/pakan ternak ayam petelurnya dan penambahan probiotik dari ragi tape meningkatkan kesehatan hewan. 3. Peternaki mampu dan terampil dalam mengelola usaha peternakannya. 4. Metode ini dapat menciptakan pertanian/peternakan ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan sistem low input. 5. Meningkatkan kesejahteraan petani/peternak dan masyarakat desa. Kegiatan ini telah dilaksanakan dimulai dari bulan Agustus 2014 di desa Simpang Tiga dan desa Paling Serumpun Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci bersama kelompok tani peternak ayam petelur yang tergabung dalam kelompok tani Jaya Bersama desa Simpang Tiga dan kelompok tani Tunas Baru desa Paling Serumpun. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan metode pendidikan kepada masyarakat (peternak) melalui penyuluhan, pelatihan, dan dilanjutkan dengan demontrasi serta penerapan/aplikasi langsung (percontohan) dan bimbingan yang dilaksanakan pada pertengahan Bulan Agustus dan awal Bulan September 2014 dengan melibatkan kelompok tani ternak sebagai pengelola. Kegiatan ini berjalan dengan baik dimana program penerapan ipteks bagi masayarakat ini melibatkan semua peternak ayam petelur yang tergabung dalam kedua kelompok tani, masyarakat umum, dan kepala desa. Dari hasil pelaksanaaan kegiatan, produksi telur dari ayam-ayam petelur yang didemontrasikan meningkat dengan produksi telur mencapai 76 sampai 80%. Produksi telur lebih tinggi dari produksi telur sebelumnya yang hanya kurang dari 55%. Para peternak ayam petelur terlihat antusias dan ingin menerapkan pada peternakan ayam petelur miliknya. Dari hasil penerapan program ipteks bagi masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa program ipteks bagi masyarakat berjalan baik, produksi telur pada ayam petelur tua dalam penerapan program rontok bulu paksa (force molting) meningkat, dan para peternak siap untuk melaksanakan program rontok bulu paksa (force molting) dalam peremajaan ayam petelur tua di peternakannya. Key word : ayam petelur, rontok bulu paksa, cairan rumen sapi, produktivitas IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 1
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI Kecamatan Hamparan Rawang adalah salah satu Kecamatan yang teradapat di lingkungan wilayah kotamadya Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, memiliki jarak ± 3 km dari Kota Sungai Penuh (ibukota Kabupaten Kerinci) dan berjarak ± 400 km dari kota Jambi. Posisi Kecamatan Hamparan Rawang terletak dijalur sebelah Timur sekaligus berdekatan dengan jantung Ibukota kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Kondisi ini merupakan potensi sebagai penunjang perekonomian masyarakat, karena potensi pasar dan transportasi yang cukup baik. Kecamatan Hamparan Rawang terbagi ke dalam 13 Desa dan terletak pada ketinggian 1500 – 2000 m dpl yang kondisi topografinya dataran rendah, curah hujan bulanan rata-rata 199,8 mm, suhu rata-rata harian 260 C – 27 0 C dan kelembaban rata-rata 86 %. Luas wilayah Kecamatan Hamparan Rawang adalah 71.37 km2 , jumlah penduduk 40.166 jiwa dengan kepadatan per km2 adalah 562,78. jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Hamparan Rawang ada 4033 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 15307 jiwa. Sebagian besar penduduk bekerja disektor pertanian (3902 jiwa) dan buruh (1016 jiwa), sisanya adalah bekerja sebagai pedagang, swasta dan sebagai pegawai negeri sipil. Jumlah KK tergolong miskin di Kecamatan Hamparan Rawang adalah sebanyak 2185 jiwa atau kurang lebih 14,27 %. Dari kondisi tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Hamparan Rawang masih rendah karena. Oleh karena itu perlu pembinaan dan penyuluhan agar tingkat kemiskinan dapat dikurangi dan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan. Potensi alam Kecamatan Hamparan Rawang terdiri atas lahan sawah, lahan kering (perkebunan, tegalan, pekarangan
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
dan hutan, lahan tidur), dan kolam ikan. Pertanian dominan adalah padi sawah dan tanaman palawija (meliputi jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ketela pohon, ubi jalar), tanaman perkebunan (casiafera, kopi), tanaman hutan (bulian), peternakan (kerbau, sapi, domba/kambing, ayam dan itik). Berdasarkan data, potensi ayam petelur cukup besar untuk dikembangkan dan diberdayakan agar dapat memberi hasil yang optimal bagi peternak di daerah ini. Dengan memperhatikan data potensi yang dimiliki Kecamatan Hamparan Rawang, maka Kecamatan Hamparan Rawang merupakan Kecamatan yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alamnya, sehingga kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat dapat lebih ditingkatkan. Untuk merealisasikan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan masyarakat tersebut diperlukan keterpaduan antara masyarakat lokal sebagai pelaku pembangunan, pemerintah kabupaten dan perguruan tinggi sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. B. ANALISIS MITRA Permasalahan yang sering terjadi pada peternakan ayam petelur di provinsi Jambi khususnya di kotamadya Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci adalah bahwa pengetahuan tentang teknik-teknik peremajaan ayam-ayam petelur untuk menjaga produktivitas ayam petelur di usaha peternakannya tetap tinggi masih sangat rendah / kurang. Ketika ayam-ayam petelurnya sudah tua dan tidak produktif peternak tetap dipelihara dengan harapan suatu ketika produksi telur dari ayam petelurnya akan meningkat. Padahal dari segi ekonomis sudah tidak menguntungkan, bahkan merugi. Peremajaan ayam petelur dapat dilakukan dengan cara menyiapkan ayam dara baik dengan membesarkan sendiri atau langsung membeli ayam dara yang siap untuk berproduksi. Namun demikian kedua cara tersebut memerlukan biaya yang mahal. Demikian juga bila harus
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 2
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
membeli ayam petelur dara yang siap untuk berproduksi, yang selain mahal juga seringkali tidak tersedia dipasaran. Peternak harus membuat keputusan yang cukup dilematis, yakni menjual-ayam-ayam petelurnya sebagai ayam afkir atau tetap dengan ayam petelur tuanya dengan resiko merugi. Suatu teknik peremajaan ayam petelur tua dapat dilakukan dengan menerapkan program rontok bulu paksa (RBP) atau Force molting. Program rontok bulu paksa (RBP) atau force molting dapat membuat ayam-ayam petelur kembali bertelur untuk masa 24 minggu produksi berikutnya dengan tingkat produksi yang cukup menguntungkan (Budiansyah, 1993). Beberapa teknik program rontok bulu paksa dapat dilakuan antara lain program RBP Conventional, program RBP Washington dan program RBP California. Penerapan ketiga cara metode RBP tersebut tergantung dari kemudahan untuk melaksanakannya dan situasi musim dan kondisi dilapangan. Metode yang akan diterapkan adalah dengan menggunakan program RBP California yang dimodifikasi dengan pembatasan pemberian pakan dengan cara puasa selama 10 sampai 16 hari tergantung dari rata-rata bobot badan ayam petelur yang dimiliki oleh peternak, serta dilakukan pemberian jagung selama 20 hari. Pada masa pemulihan akan diberikan ransum ayam petelur yang disusun sendiri oleh peternak dengan formula yang telah disiapkan. Setelah pelaksananaan program RBP selama 2 (dua) bulan selesai diharapkan produktivitas telur dari ayam-ayam petelur akan kembali meningkat dan peternak akan mendapatkan kembali keuntungan dari hasil penjualan telurnya. Kelompok tani Jaya Bersama di Desa Simpang Tiga dan kelompok tani Tunas Baru di desa Paling Serumpun Kecamatan Hamparan Rawang, selain belum memahami teknik-teknik peremajaan ayam petelurnya dengan menerapkan program rontok bulu paksa (RBP) atau force moltong, juga mempunyai kelebihan
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
dengan sumber pakan ternak berupa jagung dan dedak halus yang cukup melimpah karena desa tersebut memiliki lahan sawah dan tegalan yang cukup luas, sedangkan sumber bahan pakan lain sama dengan daerah lain jumlahnya juga terbatas. Dari hasil pengamatan, hampir seluruh peternak ayam petelur di kedua kelompok tani tersebut tidak pernah memperhatikan kualitas dan kebutuhan pakannya. Peternak hanya memberikan ransum ayam petelur dengan memberikan campuran konsentrat, jagung dan dedak halus. Bila ingin menekan harga ransum dengan memberikan dedak yang lebih banyak dengan mengurangi porsi konsentrat dan jagung. Usaha untuk meningkatkan kualitas ransum dan menjaga kesehatan hewan juga kurang dilakukan. Sehingga wajar bila ternak ayam petelur yang dihasilkannya pun tidak dapat mengubah kesejahteraan para peternaknya. Padahal ayam petelur ini kalau dipelihara secara baik dengan managemen yang terencana akan menghasilkan pendapatan yang baik, mengingat produksi terlur, harga telur dan pangsa pasarnya yang cukup baik. Oleh karena itu harus ada upaya memperbaiki managemen cara berusaha ternak ayam petelur, managemen peremajaan ayam petelur dan pemberian pakan, mengingat potensi ayam petelur yang cukup baik, sebagai sumber protein hewani yang murah dan cepat dalam berproduksi, serta daging maupun telurnya disukai oleh sebagian besar masyarakat. Aspek lain adalah pemanfaatan dan pengelolaan limbah rumah potong hewan berupa isi dan cairan rumen sapi sebagai sumber enzim yang dapat meningkatkan kualitas pakan ayam petelur dan membantu mengatasi masalah lingkungan. Pemanfatan ragi tape sebagai probiotik untuk ternak ayam petelur dapat membantu, selain membantu meningkatkan produktivitas dan kesehatan hewan juga berpeluang meningkatkan industri rumah tangga dalam memberdayakan masyarakat membuat atau memproduksi ragi tape, sehingga akan berpotensi meningkatkan
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 3
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
nilai tambah secara ekonomi penduduk desa di kecamatan Hamparan Rawang. Berdasarkan hal tersebut, dengan penerapan Iptkes berbasis hasil penelitian teknologi peremajaan ayam petelur tua dengan penerapan program rontok bulu paksa (RPB) atau force molting, pembuatan ransum ayam petelur periode produksi setelah program rontok bulu paksa berbasis dedak yang difortifikasi dengan penggunaan enzim cairan rumen dan pemberian probiotik ragi tape diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan dan nilai nutrisi dedak sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kesehatan ternak khususnya ternak ayam petelur. TARGET DAN LUARAN Program Ipteks di kecamatan Hamparan Rawang diharapkan akan diperoleh hasil atau luaran yaitu : 1. Memperkenalkan teknologi peremajaan ayam petelur tua dengan menerapkan program rontok bulu paksa (RBP) atau force molting, pembuatan ransum ayam petelur berbasis dedak yang difortifikasi untuk meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki produktivitas ternak ayam petelur pada masyarakat, serta pemanfaatan limbah dan sumber daya yang ada didesa menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produktivitas ternak ayam petelurnya. 2. Aplikasi pemanfatan limbah rumah potong (cairan rumen) sebagai bahan media (sumber enzim) untuk memperbaiki kualitas pakan ayam petelur. 3. Aplikasi pemanfatan ragi tape sebagai probiotik untuk memperbaiki produktivitas ternak ayam petelur. 4. Pembinaan lansung kepada para petani/peternak supaya dapat menerapkan program rontok bulu paksa (RBP) dan teknologi pembuatan ransum ayam petelur berbasis dedak yang difortifikasi dengan penggunaan enzim cairan rumen dan penambahan probiotik ragi tape pada usaha peternakan mereka.
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
5. Meningkatkan kesejahteraan petani/peternak dan masyarakat desa dengan memanfaatkan limbah dan sumber daya desa yang tersedia menjadi bahan pakan yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternaknya. Target luaran dari program penerapan Iptkes berbasis hasil penelitian secara rinci adalah sebagai berikut : 1. Peternak/petani dapat mengetahui teknologi peremajaan ayam petelur tua, pembuatan ransum ayam petelur, penggunaan enzim dari cairan rumen dan penambahan probiotik dari ragi tape yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai nutrisi ransum / pakan ternak ayam petelurnya dari yang tidak optimal menjadi lebih optimal dalam pemanfaatannya sebagai bahan pakan ternak dan meningkatkan kesehatan hewan. 2. Peternak/petani mampu dan terampil dalam menerapkan teknologi / program rontok bulu paksa, memanfaatkan limbah cairan rumen menjadi sumber enzim bahan yang berguna dan sekaligus dalam mengelola usaha peternakannya. 3. Metode ini dapat menciptakan pertanian/peternakan ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan sistem low input. METODE PELAKSANAAN Kegiatan ini dilaksanakan di desa Simpang Tiga dan desa Paling Serumpun Kecamatan Hamparan rawang kotamadya Sungai Penuh Kerinci bersama kelompok peternak ayam petelur, dimana pemilihan lokasi didasarkan karena desa ini termasuk yang arealnya cukup luas, kelompok ternaknya relatif aktif. Agar kegiatan ini berjalan dengan baik maka juga melibatkan semua peternak, masyarakat umum, kepala desa dan penyuluh pertanian (PPL). Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dengan metode pendidikan kepada
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 4
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
masyarakat (peternak) melalui penyuluhan, pelatihan, dan demontrasi di lapangan serta penerapan/aplikasi langsung (percontohan) dengan melibatkan kelompok ternak sebagai pengelola. Pelaksanaan Program Rontok Bulu Paksa Pelaksanaan program rontok bulu paksa dilaksanakan di kedua lokasi kelompok tani, yaitu kelompok tani Jaya Bersama di desa Simpang Tiga dan kelompok tani Tunas Baru di desa Paling Serumpun. Program rontok bulu paksa (RBP) atau force molting dilakukan dengan metode California yang dimodifikasi menurut hasil penelitian Budiansyah (1993), yaitu pembatasan pemberian pakan dengan pemuasaan selama 10 sampai 16 hari tergantung rata-rata bobot badan ayam petelur milik kelompok peternak, pemberian jagung selama 20 hari dan dilanjutkan dengan pemberian ransum ayam petelur periode pemulihan selama 30 hari. Air minum disediakan ad libitum, dan cahaya dibatasi kurang dari 12 jam. Kedua kelompok tani akan mendapatkan masing-masing 75 ekor ayam petelur untuk pelaksanaan program rontok bulu paksa. Pembuatan Ransum Lengkap Pembuatan ransum lengkap dilakukan dengan menggunakan bahanbahan yang terdiri dari jagung, dedak, bungkil kedele, bungkil kelapa, tepung ikan, onggok, top mix, minyak sayur dan mineral. Penambahan enzim cairan rumen Enzim cairan rumen di dapatkan dari rumah potong hewan di Kabupaten Kerinci yang merupakan limbah pemotongan ternak sapi. Isi rumen diambil, kemudian diperas dengan menggunakan kain saring. Hasil saringan kemudian disaring kembali dengan menggunakan kain saring yang
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
terbuat dari katun. Semua proses penyaringan dilakukan dalam kondisi dingin pada suhu 4 derajat Celcius dengan menggunakan penampung yang telah diberi batu es. Enzim cairan rumen yang telah bersih siap digunakan dalam campuran ransum. Ransum jadi kemudian ditambahkan enzim dari cairan rumen. Setiap 1 kg ransum ditambahkan enzim dari cairan rumen sebanyak 44 ml (berdasarkan hasil penelitian Budiansyah, 2010), kemudian dilakukan inkubasi selama kurang lebih 24 jam (satu hari satu malam), setelah inkubasi ransum di keringkan. Penambahan Mikroba Probiotik Ragitape Kedalam ransum jadi yang telah diinkubasi dengan enzim cairan rumen kemudian ditambah dengan ragi tapi. Setiap kg ransum ditambahkan ragi tape sebanyak 1 gram (0.1%), yang dicampurkan secara merata. HASIL DAN PEMBAHASAN Usaha peternakan ayam petelur di Kecamatan Hamparan Rawang Kota Sungai Penuh telah banyak dilakukan, terbukti bahwa di desa Simpang Tiga terdapat satu kempok tani ternak ayam petelur yang diberi nama “Jaya Bersama” dengan beranggotakan 13 orang peternak, sedangkan didesa Paling Serumpun terdapat satu kelopok tani ternak ayam petelur yang diberi nama “Tunas Baru” yang beranggotakan 7 orang peternak ayam petelur. Umumnya skala usaha dari para peternak tidak cukup besar hanya sekitar 1000 sampai 10.000 ekor, karena sebagian besar dari peternak merupakan sebagai usaha sampingan, sedangkan usaha utamanya adalah pedagang dan ada pula yang pensiunan dan pegawai negeri sipil (PNS). Walaupun demikian para peternak sebagian ada yang sudah cukup lama beternak ayam petelur (diatas 5 tahun), dan sebagian masih tergolong baru dalam berusaha beternak ayam petelur (kurang
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 5
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
dari 5 tahun). Tingkat pengetahuan para peternak pun tentang berusaha peternakan ayam petelur cukup beragam, tetapi pada umumnya pengetahuan tentang cara-cara peremajaan ayam petelur dengan cara force molting (rontok bulu paksa) pada ayam petelur tua (afkir) belum pernah dilakukan. Kepada Peternak Ayam petelur yang tergabung dalam kolompok tani ternak Jaya Bersama di desa Simpang Tiga dan kelompok tani ternak Tunas Baru di desa Paling Serumpun telah dilakukan penyuluhan pada awal bulan Agustus 2014, yang diikuti hampir semua peternak ayam petelur yang tergabung pada kedua kelompok tani tersebut tentang cara-cara melakukan peremajaan ayam petelur tua (afkir) melalui program force molting (rontok bulu paksa) dan penggunaan enzim dari cairan rumen sapi asal rumah potong hewan. Peternak sangat antusias dan mengikuti secara seksama kegiatan penyuluhan, dan para peternak bersedia menerapkan teori yang dipelajari dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan tersebut pada peternakan ayam petelurnya. Kegiatan berikutnya pada pertengahan bulan Agustus telah dilakukan perbaikan kandang ayam petelur pada lokasi salah seorang peternak untuk setiap kelompok tani ternak yaitu Bapak Repelita di desa Paling Serumpun yang memiliki ayam petelur sebanyak 3500 ekor dan Bapak Taufik Bakry di desa Simpang Tiga yang memelihara sekitar 9000 ekor ayam petelur. Pada kedua peternak tersebut akan dilakukan demonstrasi tentang pelaksanaan program rontok bulu paksa (force molting) pada ayam petelur dalam rangka peremajaan untuk memperbaiki produksi telur pada ayam petelur tua. Jumlah ayam yang akan dicobakan masing-masing kelompok tani ternak adalah sebanyak 75 ekor baik di desa Paling Serumpun maupun di desa Simpang Tiga, sehingga jumlah keseluruhan terdapat 150 ekor ayam petelur afkir. Pada akhir Agustus
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
2014 telah dibeli ayam petelur afkir sebanyak 150 ekor dan ditempatkan pada dua lokasi kandang yang telah disiapkan, dan awal September 2014, tepatnya 1 September 2014 telah dimulai program rontok bulu faksa / force molting, yaitu ayam dipuasakan tanpa diberi makan selama 10 hari, pada hari kesebelas ayam kemudian diberi jagung selama 20 (dua puluh) hari sampa hari ke 30 (tiga puluh), baru pada hari ke 31 (tiga puluh satu) ayam diberi makan ransum periode bertelur selama 30 hari dan seterusnya sehingga produksi telur berjalan seperti biasa dan meningkat. Selama periode pemberian makan ransum ayam petelur, ransum yang diberikan juga ditambahkan cairan rumen sapi asal rumah potong hewan (RPH) sebagai sumber enzim untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas ransum dengan dosis 44 ml cairan rumen sapi per kg ransum yang dicampurkan dan diaduk merata kedalam ransum. Ransum ayam petelur kemudian diinkubasikan selama semalam, kemudian dijemur agar tidak lembab dan basah. Selain itu juga ransum ayam petelur juga disuplementasi dengan ragi tapi sebanyak 2-5 gram ragi tape sebagai probiotik untuk ayam petelur dengan tujuan agar ayam selalu dalam keadaan sehat. Program rontok bulu paksa (RBP) atau force molting dilakukan dengan metode California yang dimodifikasi menurut hasil penelitian Budiansyah (1993), yaitu pembatasan pemberian pakan dengan pemuasaan (puasa dan tanpa diberi makan) selama 10 sampai 16 hari tergantung rata-rata bobot badan ayam petelur, pemberian jagung selama 20 hari dan dilanjutkan dengan pemberian ransum ayam petelur periode pemulihan selama 30 hari. Air minum disediakan ad libitum, dan cahaya dibatasi kurang dari 12 jam. Berdasarkan hasil evaluasi, ketika ayam dipuasakan pada hari kelima puasa, produksi telur mulai berhenti sampai dengan sampai dengan habis massa ayam diberikan makan jagung. Ketika ayam
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 6
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
diberikan ransum ayam petelur setelah diberikan jagung selama 20 hari, pada hari ke-4 pemberian ransum ayam petelur, ayam sudah mulai bertelur kembali sebanyak 5%, pada hari ke-5 produksi telur 21%, hari ke-6 produksi telur 29%, hari ke-7 produksi telur 32%, hari ke-15 produksi telur 51 %, hari ke-18 produksi telur 62%, pada hari 30 produksi telur telah mencapai 72%, dan pada saat ini produksi telur pada kisaran 76 – hingga 80%. Dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan program rontok bulu paksa (force molting) dengan produksi telur yang kurang dari 55%, demontrasi pelaksanaan program rontok bulu paksa di Kecamatanan Hamparan Rawang ini telah mampu meningkatkan produksi telur. Beberapa peternak telah memberikan tanggapan / respon bahwa mereka tidak akan membiarkan produksi telur dari ayamayamnya tetap rendah dan juga tidak terburu- buru menjual ayam petelurnya ketika ayam petelurnya telah memasuki masa afkir, tetapi mereka akan mencoba menerapkan program rontok bulu paksa (force molting) pada ayam-ayam petelurnya. Ini memberikan indikasi bahwa pelaksanaan program ipteks bagi masyarakat (IbM) tentang demontrasi penerapan program rontok bulu paksa dalam peremajaan ayam petelur tua di Kecamatan Hamparan Rawang memberikan dampak yang baik kepada para peternak sehingga bisa mengurangi kerugian akibat ayam petelur tua yang berproduksi rendah. Diharapkan kegiatan ini dapat berjalan baik dan lancar sampai selesainya program rontok bulu paksa ini secara tuntas. Produksi telur akan tetap dipertahankan tetap tinggi selama 6 bulan, dan berangsur-angsur turun kembali. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan penerapan program Ibm dalam rangka kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilaksanakan dapat
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
disimpulkan bahwa kegiatan penyuluhan dan demonstrasi serta aplikasi di lapangan tentang penerapan program rontok bulu paksa (force molting) dalam peremajaan ayam petelur tua di desa Simpang Tiga dan desa Paling Serumpun Kotamadya Sungai Penuh berjalan baik dan mendapat respon yang baik dari para peternak ayam petelur yang tergabung dalam kelompok tani ternak Jaya Bersama dan Tunas Baru. Produksi telur meningkat setelah dilaksanakan program rontok bulu paksa (force molting) pada ayam-ayam petelur yang didemostrasikan. 2. Saran Disarankan untuk dilakukan kegiatan pengabdian serupa di daerah lain untuk memasyarakatkan program rontok bulu paksa (force molting) dalam peremajaan ayam petelur tua sebagai metode peremajaan yang murah dan mudah untuk dilasanakan. DAFTAR PUSTAKA Budiansyah, A. 1993. Variasi Lama Waktu Puasa dalam Modifikasi Program Rontok Bulu Paksa California Ayam Petelur Tipe Medium pada Tiga Selang Kelas Bobot Badan. [Tesisi] : Institut Pertanian Bogor. Budiansyah, A. 1998. Pengaruh Lama Waktu Puasa dan Lama Waktu Pemberian Jagung Selama Masa Pemulihan dalam Memodifikasi Program Rontok Bulu Paksa California terhadap Penampilan Ayam Petelur Tua Tipe Medium. Laporan Penelitian Dosen Muda DPPM. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Christmast, RB and RH Harms. 1983. The performance of four strain of laying hens subjected to various postrest combination of calcium and phosphorous after forced rest in winter or summer. Poul Sci. 62: 1816-1822.
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 7
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 2 April – Juni 2015
Hansen, RS. 1966. Reducing light to facilitate induced rest (force molt). Poult Sci. 45: 1089 (Abstract) Hazan, A and S Yalcin. 1988. Effect of body weight lossfeeding regimen on the performance of moulted breeder layers. Br Poult Sci. 29: 513-520. Lee, K. 1982. Effect of force molt period on postmolt performance of leghorn hens.Poult Sci. 61: 15941598. North, MO. 1984. Commercial Chickens Production Manual. The Avi Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut. Roland, SRDA and J. Brake. 1982. Influence of premolt production on postmolt performance with explanation for improvement in egg production due to force molting. Poult Sci. 61: 2473-2481. Roland, SRDA and ED Bushong. 1978. The influence of uncollectable eggs. Poult Sci. 57: 22-26. Shippee RL, PE Stake, U Koehn, JL Lambert and RW Simmons HI. 1979. High dietary zinc or magnesium as forced resting agents for laying hens. Poult Sci. 58: 949954. Zimmermann NG and DK Andrews. 1987. Comparison of several induced molting methods on subsequent performance of single comb white leghorn hens. Poult Sci. 66: 408-417
IbM Di Kecamatan Hamparan Rawang Kotamadya Sungai Penuh Kerinci Dengan Penerapan Program Rontok Bulu Paksa (Force Molting) Dalam Peremajaan Ayam Petelur Tua Pada Peternakan Rakyat 8