Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
PENERAPAN IPTEKS BAGI KELOMPOK TANI TERATAI TALANG BAKUNG MELALUI PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI PUPUK ORGANIK PADAT TRICHOKOMPOS DAN PUPUK ORGANIK CAIR URIPON-PON Suhessy Syarief dan A.Latief Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Jambi Abstract Cattle breeding is one of the income sources for the farmer and breeder. In this current condition, the farming patterns applied is not yet integrated between crops and livestocks. The necessity of fertilizer supply is still coming from the outside region. By the high use of chemical fertilizer in the area, an implemmentation of eco-friendly farming patterns by utilizing the cattle’s waste is necessary and promising. The purpose of this activity is to assist the farmer to solve problems which come from the high cost of fertilizer that become the biggest expenditure in a farming patterns. Meanwhile, the objective of this activity is to facilitate the farmer and breeder to become an entrepreneur. As a result, all the efforts they have done are not limited on utilizing their land and cattle, but also how they utilizing the cattle’s waste whether in the form of solid and liquid to become one of the income sources for them. In order to accomplish the objective, sharing technology become the important factor to give an understanding in managing the waste in a very optimal way to become a productive effort by utilizing the waste into solid-organic fertilizer Trichokompos and liquid-organic fertilizer uripon-pon. The result of this activiy showing the efforts in utilizing cattle’s waste can give an income improvement for the farmer and breeder. Keywords : cattle’s waste. Trichokompos, biourine, organic vegetables 1.
PENDAHULUAN Kelompok tani teratai merupakan salah satu kelompok tani yang saat ini telah berkembang dengan jumlah anggota kelompok 20 orang. Kelompok ini merupakan kelompok yang sedang berkembang dalam bidang pertanian ramah lingkungan. Usaha yang dilakukan oleh kelompok tani-ternak ini adalah pengolahan sayuran dan tanaman hortikultura dengan luas garapan rata-rata 0.2 sampai dengan 0,3 ha/anggota, sedangkan peternak sapi dengan kepemilikan sapi 2-4 ekor / kk. Dikatakan potensial untuk dikembangkan karena kelompok tersebut dalam menerima inovasi dan pembaharuan cukup tinggi. Kondisi ini dapat dilihat, dengan lahan yang ada mereka mampu menjadikan bentuk usaha yang dapat menopang kebutuhan biaya hidup mereka. Keterbatasan pengetahuan membuat pola usaha tani yang dilakukan masih bersifat tradisional., manajemen usaha hanya
seadanya karena ketidaktahuan peternak terhadap teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas usaha taninya sehingga pola usaha yang dilakukan monoton tidak ada diversifikasi usaha yang lain yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Pada kelompok tani teratai , pengolahan sayuran dan tanaman hortikultura masih mengandalkan pupuk kimia. Kondisi ini tentu saja menjadikan usaha tani yang masih high cost karena pupuk kimia selalu mengalami kenaikan harga, tidak tersedia secara kontinue di pasaran dan saat ini masih menjadi issue ditingkat petani. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus juga akan menyebabkan residu bagi sayuran yang dihasilkan. Selanjutnya perlu adanya usaha untuk meminimalkan residu pupuk kimia maupun upaya mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia dan menggantikannya dengan pupuk an organik yang dapat diolah dari bahan alami berupa kotoran sapi dengan memanfaatkan
Penerapan Ipteks Bagi Kelompok Tani Teratai Talang Bakung Melalui Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Padat Trichokompos dan Pupuk Organik Cair Uripon-Pon 58
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
bioaktivator trichoderma harzianum spp. Begitu juga halnya dengan peternak sapi pemeliharaan ternak sapi masih bersifat tradisional belum berwawasan agrisbisnis. Kotoran sapi dibiarkan tanpa ada pemanfaatan kotoran secara optimal sehingga kotoran sapi menjadi limbah yang terbuang dan berpotensi merusak lingkungan. Pengelolaan usaha sapi hanya dilakukan seadanya tanpa manajemen yang baik serta tenaga keluarga masih menjadi andalan. Melihat permasalahan pada kelompok tani tersebut terlihat belum adanya optimalisasi usaha yang dilakukan dan masih bersifat sektoral dimasingmasing usaha. Pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia tidak dilakukan. Jika optimalisasi usaha lebih dapat dimaksimalkan tentu saja akan terjadi efisiensi usaha yang dapat meningkatkan pendapatan bagi petani tersebut. Mengatasi masalah ini perlu adanya peran dari Perguruan Tinggi untuk mendampingi petani dalam melakukan usaha taninya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan IPTEKS melaluingan melakukan pola terintegrasi antara sektor usaha tani seperti pertanian dan peternakan yang dapat menghasilkan diversifikasi usaha selain dari usaha utama dengan diengan leading sektornya adalah ternak sapi, sehingga produk yang dihasilkan berupa Trichokompos dan Uripon-pon yang ramah lingkungan. Produk yang dihasilkan dari optimalisasi usaha yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi usaha dan pendapatan petani serta dapat diciptakan petani yang mandiri secara ekonomis dan produktif. Secara teknis, dengan mensinergiskan kedua usaha yakni usaha tani sayuran / hortikultura dengan usaha pengggemukkan ternak sapi akan terjadi kolaborasi usaha dimana dari usaha tani sayuran yang dilakukan petani pada kelompok ini akan banyak menghasilkan limbah pertanian yang dapat dijadikan pakan bagi ternak sapi demikian pula dengan usaha ternak sapi, limbah kotoran sapi dapat dijadikan pupuk padat yang
diolah dengan bioaktivator trichoderma harzianum Spp menjadi trichokompos dan pengolahan urine dengan teknologi empon-empon sebagai pupuk cair yang dapat diaplikasikan dilahan sayur kelompok tani tersebut. Pada akhir kegiatan diharapkan kedua kelompok tani ini dapat bersinergis satu sama lain , sehingga nantinya dapat menjadi petani peternak mandiri dan berjiwa enterpreunur. Sasaran menjadi petani mandiri secara ekonomis perlu diwujudkan karena kelompok tani-ternak ini merupakan kelompok tani yang dapat menggerakkan ekonomi perdesaan. Dampak peningkatan produktivitas usaha tani akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan petani itu sendiri, sehingga secara keseluruhan tercipta masayarakat yang lebih sejahtera, aman dan tentram. Oleh karena itu, pengolahan kotoran sapi menjadi Trichokompos dan urine sapi menjadi uripon-pon diupayakan untuk menjadi suatu usaha bagi kelompok Tani Teratai dalam bentuk UKM sehingga kegiatan ini akan berkelanjutan, karena hasil dari kegiatan selain dapat membentuk UKM sebagai upaya memperoleh pendapatan hasil kegiatan juga dapat dimanfaat bagi kelompok dalam meningkatkan produktivitas usaha tani mereka serta memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya. Dengan demikian penambahan pendapatan bagi kelompok dan masyarakat, dapat terealisasi . melalui diversifikasi usaha yang dilakukan METODE Metode pelaksanaan kegiatan dalam program IPTEKS Bagi Masyarakat (I b M ) Kelompok Usaha tani teratai di Kelurahan Talang Bakung Kota Jambi melalui usaha tani terintegrasi menggunakan pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Penggunaan pendekatan PRA ditujukan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam implementasi program. Penyusunan program dalam I b M termasuk dalam rangka aplikasi ilmu
Penerapan Ipteks Bagi Kelompok Tani Teratai Talang Bakung Melalui Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Padat Trichokompos dan Pupuk Organik Cair Uripon-Pon 59
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang diupayakan sesuai dengan potensi dan kebutuhan daerah berdasarkan sumber daya alam yang ada . Penerapan IPTEKS yang diterapkan pengolahan limbah ternak sapi menjadi trichokompos dan uripon-pon Penerapan pengolahan limbah kandang ternak baik dalam bentuk padatan maupun cairan dapat dijadikan kompos yang sangat dibutuhkan bagi pengolahan komoditi sayuran/tanaman hortikultura. Bila pengolahan limbah kandang ini dilakukan melalui teknologi tepat guna, sangat bermanfaat bagi kehidupan petani. Dimana saat ini permasalahan pupuk selalu mendera petani, karena dari hari ke hari harga pupuk kimia semakin meningkat. Oleh karena itu ketergantungan petani terhadap pupuk pabrikan sudah seyogyanya dikurangi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada berupa pengolahan segala bentuk limbah ternak untuk dijadikan suatu produk yang bermanfaat. Ketidaktahuan petani tentang teknologi pengolahan limbah ternak sapi perlu didampingi oleh Perguruan Tinggi, melalui transfer IPTEKS yang ada kepada petani. Pengolahan limbah kandang berupa padatan akan menjadi lebih sempurna dengan pemanfaatan Trichoderma Harzianum spp. Urine sapi yang selama ini terbuang dapat juga dijadikan sebagai pupuk cair untuk tanaman dengan teknologi empon-empon. Kombinasi kedua produk ini akan lebih memberikan hasil optimal, sehingga dapat menciptakan usaha tani ramah lingkungan. Selain membuat kompos dari limbah ternak. Pemilihan kelompok tani Teratai ini dilakukan karena kelompok tani ini mempunyai beberapa bentuk usaha baik sebagai peternak maupun sebagai petani sayuran dan hortikultura. Diharapkan kegiatan ini nantinya dapat menggerakkan ekonomi rumah tangga pedesaan. Dengan leading sektor pemeliharaan ternak sapi, limbah yang dihasilkan dapat di subtitusi untuk lahan sayuran / tanaman hortikultura, sehingga keluhan petani akan
pupuk dapat diatasi, dan pertanian ramah lingkungan dapat diwujudkan. Diharapkan penerapan IPTEKS ini dapat memberikan peningkatan pendapatan rumah tangga petani selain dari dampak penerapan pola integrasi serta pembentukan UKM Trichokompos. Pelaksanaan Kegiatan Yang Dilakukan Untuk pelaksanaan strategi pengembangan ekonomi masyarakat dalam program IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M) ini , maka kegiatan pelaksanaan program mengacu pada tahapan dalam manajemen perencanaan secara umum yaitu identifikasi untuk memperoleh aktivitas potensial, persiapan dan analisis untuk studi kelayakan dari berbagai aspek dan menyusun rencana pelaksanaan aktivitas terpilih, penilaian untuk pengkajian dan penilaian kembali manfaat dari suatu aktivitas dan implementasi berupa pelaksanaan aktivitas sesuai rencana yang realisitis dan fleksibel serta evaluasi sebagai tahap akhir untuk identifikasi sistimatis berbagai faktor pendorong dan penghambat pencapaian program. Pelaksanaan program direncanakan akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Agar program kegiatan IbM dapat mencapai tujuan, partisipasi mitra sangat perlu dilakukan. Sesuai dengan metode kegiatan yang digunakan yakni PRA (Participatory Rural Appraisal ) bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam implementasi program. Seluruh pelaksanaan kegiatan di lapangan baik berupa persiapan lahan demplot sayuran maupun penyediaan baku limbah kandang , pengolahan limbah kandang menjadi Trichokompos dan pupuk cair, sayuran / tanaman hortikultura menjadi tanggung jawab kelompok petani-peternak Oleh karena itu penentuan petani demplot menjadi tanggung jawab bersama kelompok tani, agar kerjasama di dalam kelompok tani dapat terjaga dengan baik. Diharapkan nantinya kegiatan Ib M ini dapat berlanjut dan lebih dikembangkan
Penerapan Ipteks Bagi Kelompok Tani Teratai Talang Bakung Melalui Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Padat Trichokompos dan Pupuk Organik Cair Uripon-Pon 60
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
oleh kelompok tani wanita mandiri baik petani maupun peternak sapi sehingga akhirnya dapat menciptakan masyarakat mandiri produktif ekonomis
Untuk menghasilkan pupuk organik sesuai SNI maka dilakukan analisis produk yang dianalisis di BALIT TANAH Kementerian Pertanian Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari beberapa kegiatan yang direncanakan melalui pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi produk yang bernilai jual , pada akhir kegiatan seluruh luaran yang direncanakan telah tercapai seperti produk trichokompos, biourine uripon-pon dan sayur pare yang diolah dengan memanfaatkan limbah ternak sapi yang dihasilkan.
1.2. Uripon-pon Tujuan mengolah biourine adalah agar urine ternak yang selama ini ini terbuang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk cair dan dapat berfungsi sebagai biopestisida dan pupuk cair. Fungsi pestisida karena bau urine yang dapat mengusir serangga pada tanaman sayuran sebagai pupuk cair mengandung kadar N serta antioksidan tinggi karena diolah dengan mpon-mpon. Kegiatan ini juga membuka peluang usaha selain pengolahan kotoran padat ternak sapi. Pada kegiatan ini dibuat 3 buah bak pengolahan yang digunakan untuk : (1) Penampungan urine sapi (2) Fermentasi urine sapi (3) Aerasi urine sapi, sehingga dengan diolah dalam bak ini akan dihasilkan uripon siap pakai dan mempunyai nilai jual. Uripon yang telah diolah akan dipackaging dalam kemasan berlabel. Uripon-pon ditargetkan akan menjadi tambahan usaha selain dengan mengolah limbah padat ternak berupa trichokompos.
1.1. Trichokompos Untuk mendukung kegiatan ini maka dibangun satu buah rumah pengolahan kompos dengan luasan ± 100 m2 yang dibangun bersebelahan dengan kandang sapi yang dapat mengolah kotoran sapi 2-3 ton/ sekali olah. Untuk produk pemasaran produk trichokompos dilakukan kerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi yang sedang membangun program pengembangan pertanian ramah lingkungan dan juga dengan program dari Dinas Pertanian Kota Jambi. Pada akhir kegiatan penerapan IPTEKS ini telah dipasarkan sebanyak ± 120 ton dengan harga perkilonya Rp. 1.000,- sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 120.000.000,- Pada kegiatan ini telah terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 6-7 orang. Walaupun demikian masih terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki dimasa yang akan datang tentang pembukuan usaha berupa aliran kas keuangan. Pelatihan tentang manajemen usaha sudah dilakukan tetapi masih perlu pendampingan lebih lanjut. Kegiatan penerapan IPTEKS ini sangat melatih petani untuk belajar menjadi enterpreuner. Dampak samping kegiatan telah membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya. Diharapkan ke depan usaha ini dapat menghasilkan UKM dalam menghasilkan pupuk organik sebagai pengganti pupuk an organik.
1.3. Tanaman Pare Berbasis Limbah Ternak Sapi Pada demplot sayuran organik telah dilakukan penanaman tanaman pare yang diolah dengan memanfaatkan limbah ternak sapi berupa trichokompos dan uripon. .Hasil yang ditampilkan dari tanaman yang ditanam terlihat menjadi lebih baik walaupun sedikit terkendala dengan musim yang ekstreem. Setidak-tidaknya bila petani dapat memanfaatkan limbah ternak sapi yang dipelihara juga akan memberikan hasil yang lebih baik dan biaya produksi dari usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih efisien.
Penerapan Ipteks Bagi Kelompok Tani Teratai Talang Bakung Melalui Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Padat Trichokompos dan Pupuk Organik Cair Uripon-Pon 61
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 30, Nomor 1 Januari – Maret 2015
KESIMPULAN Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik padat trichokompos dan pupuk cair cair uripon-pon dapat dijadikan sebagai diversifikasi usaha bagi petani yang akan memberikan banyak keuntungan, menghasilkan tehnik bertani ramah lingkungan dan sayur sehat bagi masyarakat UCAPAN TERIMA KASIH Dengan telah selesainya kegiatan ini, kmi mengucapkan terima lasik kepada DP2M – DIKTI yang telah memberkan dana, semoga kegiatan dapat bermanfaat bagi masyarakat khususnya petani sehingga dapat menjadi petani yang mandiri dan sejahtera. REFERENSI Chanabasavanna, A.S., D. P. Biradar, K. N. Prabhudev and M. Hegde. (2009). Development of profitable integrated farming system model for small and médium farmers of Tungabhadra Project area of Karnataka. Karnataka J. of Agric. Sci. 22 (1). 25-27. Preston, T. R and Leng, R. A. 1989, The greenhouse effect and its implications for world agriculture. The need for environmentally friendly development, Livestock Research for Rural Development, Volum 1, Number 1, http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd1/1/presto n.htm
Penerapan Ipteks Bagi Kelompok Tani Teratai Talang Bakung Melalui Pengolahan Limbah Ternak Sapi Menjadi Pupuk Organik Padat Trichokompos dan Pupuk Organik Cair Uripon-Pon 62