Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGOLAHAN AIR BERSIH DI DESA RANTAU KARYA DAN KOTA BARU (Made Deviani Duaja, Elis Kartika, Gusniwati) dan Johannes Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jambi
ABSTRAK Air bersih adalah masalah utama pada sebagian besar masyarakat di daerah gambut Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Desa Rantau Karya dan Desa Kota Baru adalah dua desa dari sebilan desa yang ada di Kecamatan Geragai, yang masyarakatnya menggunakan air gambut untuk minum dan kebutuhan lainnya. Tujuan dari penyuluhan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat di tingkat rumah tangga untuk mengolah air gambut menjadi air bersih. Ada dua paket yang diterapkan yaitu paket yang menggunakan biokoagulan bahan kimia (tawas) dan paket yang menggunakan tanaman biji kelor sebagai koagulator. Dari hasil penyuluhan tampak masyarakat di Desa Kota Baru dan Desa Rantau Karya, masing-masing 10 KK sudah menjadi contoh untuk rumah tangga lainnya. Penanaman tanaman kelor di pekarangan sudah dilakukan oleh sebagian besar warga yang belum mempunyai kelor. Kata kunci: Air gambut, biji kelor. PENDAHULUAN Latar Belakang Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari pantai dan sebagian Desa pada bulan tertentu tertutup air pasang. Daerah pasang surut ini ditandai dengan pertemuan aliran sungai yang cukup banyak (12 sungai). Selain hal tersebut Kabupaten ini juga mempunyai areal dataran rendah yang didominasi lahan gambut yang sangat luas yaitu sekitar 45 persen dari luas keseluruhan. Dengan kondisi alam yang berawarawa, mengakibatkan sebagian besar penduduk kesulitan mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan. Masyarakat memanfaatkan air hujan dan air sungai untuk minum, mandi dan cuci. Keadaan ini tampak dengan rendahnya persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air bersih yaitu hanya 22 persen (Bappelitbangda Tanjabtim 2010). Dari 22 persen tersebut hanya 10 persen dari PDAM dan sisanya dari sumur yang airnya keruh dan kecokelatan. Keadaan di atas berpotensi meningkatkan penyakit diare dan disentri. Hal ini tampak dengan persentase masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas, sekitar 50 persen dari pasien karena disentri dan diare serta 10 persen
sakit kulit (Bappelitbangda Tanjabtim 2010). Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki 11 kecamatan dengan 120 desa. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tanjung Jabung Timur ditargetkan pada Tahun 2014, 80 persen dari jumlah penduduk sudah mengakses air bersih, dari PDAM maupun sumur. Namun hal ini mempunyai banyak hambatan karena kondisi geografis yang dibatasi oleh sungai-sungai dan didominasi oleh lahan gambut. Air yang terdapat pada lahan gambut mempunyai ciri mencolok karena warnanya merah kecoklatan, keruh, mengandung zat organik tinggi, rasanya asam, pH 2–5, dan tingkat kesadahannya rendah. Kecamatan Geragai adalah salah satu kecamatan yang masuk dalam Rencana Jangka Menengah Kabupaten Tanjabtim untuk target 80 persen akses air bersih. Kecamatan Geragai memiliki 9 desa dengan penduduk 17.088 jiwa (Tanjung Jabung Timur dalam Angka 2009), sebagian besar penduduk adalah petani kacang-kacangan dan palawija. Perkebunan sawit terdapat pada areal gambut, hanya sebagian kecil dari penduduk yang mempunyai lahan sendiri untuk sawit, sebagian besar hanyalah buruh.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Air Bersih Di Desa Rantau Karya dan Kota Baru
71
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Kota Baru adalah salah satu desa yang menjadi perhatian pemerintah setempat untuk pengadaan air bersih karena desa ini didominasi oleh tanah gambut, yang berawa-rawa. Kebutuhan air penduduk di desa tergantung dari air hujan dan air sungai serta air rawa-payau yang sangat keruh dengan kualitas yang kurang baik. Penduduk belum memiliki akses air bersih, menampung air hujan untuk minum, mandi dan cuci pada waktu musim hujan, sedangkan kalau tidak ada hujan sungai yang jaraknya cukup jauh menjadi tumpuan utama untuk semua kegiatan, untuk air minum, mandi dan cuci. Berdasarkan kenyataan di atas maka perlu dilakukan pendampingan melalui penyuluhan dan demonstrasi tentang teknologi sederhana untuk mengolah dan menjernihkan air gambut menjadi air minum yang alat dan bahannya mudah diperoleh di desa, mudah dibuat dan tidak menggunakan unsur kimia. Menurut Duaja (2004), biji tanaman kelor dapat digunakan untuk menjernihkan air. Tepung biji Moringa oleifera (kelor), dapat menggumpalkan dan mengendapkan berbagai kotoran di dalam air sumur dan air di embung-embung (air hujan). Kelor banyak dijumpai di pekarangan dan kebun masyarakat. Penduduk di Desa Kota Baru memanfaatkan kelor sebagai obat diare dan asupan gizi untuk ibu menyusui karena khasiatnya dapat menambah ASI. Petani palawija dan biji-bijian memasukkan tanaman ini dalam pola tanam sebagai tanaman sisipan atau tanaman pinggiranpembatas tanah (tanaman pagar) yang pada waktu tertentu akan dipangkas untuk dibenamkan kembali sebagai pupuk hijau. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan pupuk buatan, yang semakin mahal dan langka bagi petani di Desa Rantau Karya dan Kota Baru. Kenyataan di atas menunjukkan petani sudah mengenal kelor dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Namun pemanfaatannya sebagai bahan untuk penjernihan air belum pernah dilaksanakan karena petani belum mengetahui caranya.
Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014
Berdasarkan kenyataan di atas maka perlu dilakukan penyuluhan dan bimbingan langsung tentang cara mengolah air hujan, air sungai dan air gambut menjadi air minum dengan koagulan alami (Moringa oleifera = kelor). Tujuan dan Manfaat Kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani melalui penyuluhan dan demonstrasi tentang teknologi penjernihan air dengan biokoagulan kelor (Moringa oleifera), di Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kegiatan ini dapat mengubah kebiasaan petani mengkonsumsi air secara tradisional yang kurang baik bagi kesehatan, karena petani mengetahui manfaat tanaman kelor yang mudah diperoleh di sekitar desa untuk menjernihkan air skala rumah tangga. Manfaat kegiatan yang diharapkan setelah selesai penyuluhan dan demonstrasi adalah: (1) Dari sisi IPTEKS adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan petani tentang teknologi penjernihan dan pengolahan air gambut, air sungai, air hujan dengan biokoagulan dari kelor (Moringa oleifera); (2) Keuntungannya dibandingkan dengan biokoagulan yang lain, tidak menggunakan bahan kimia, lebih mudah dilaksanakan karena bahan untuk pengolahan air berada disekitar rumah atau desa; (3) Dari sisi ekonomi adalah: (i) mengurangi pengeluaran untuk membeli bahan koagulan karena dapat memanfaatkan tanaman yang mudah diperoleh di sekitar desa; (ii) dengan mengolah sendiri air di rumah berarti mengurangi waktu dan tenaga yang harus digunakan untuk mengambil air ke sungai; (iii) masyarakat desa pada umumnya sudah mempunyai alat-alat untuk menampung air hujan atau air sungai, sehingga pelatihan ini adalah dengan memanfaatkan alat yang telah ada, tidak perlu mengeluarkan biaya (iv) mengurangi waktu dan biaya untuk berobat, karena air yang dikonsumsi lebih terjamin kebersihannya.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Air Bersih Di Desa Rantau Karya dan Kota Baru
72
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Khalayak Sasaran Sasaran dalam kegiatan ini adalah: (1) Masyarakat Desa Rantau Karya dan Kota Baru (setiap Desa 30 orang), yang masih mengkonsumsi air secara tradisional; (2) Kepala Desa dan Penyuluh Pertanian Lapangan, di Kecamatan Geragai, untuk menyebarkan informasi dan senantiasa dapat mendampingi dan membimbing warga dalam melaksanakan teknologi yang telah didemonstrasikan. METODE PENERAPAN IPTEKS Metode yang digunakan adalah pendidikan kepada masyarakat melalui: (1) Mengadakan ceramah: tentang teknologi tepat guna dalam menjenihkan dan mengolah air agar layak untuk dikonsumsi; (2) Menjelaskan apa itu biokoagulan, jenisjenis bahan dan alat yang diperlukan untuk menjernihkan, mengolah air dan cara membersihkan alat-alat untuk keperluan jangka panjang; (2) Manfaat teknologi pengolahan dan penjernihan air dengan kelor (Moringa oleifera); (3) Mengadakan diskusi dan tanya jawab tentang bahan koagulan, cara mempersiapkan alat dan bahan dan cara pembersihan alat dan bahan (dari materi ceramah dan demonstrasi) yang telah diberikan; (4) Demonstrasi tentang cara mempersiapkan biokoagulan, alat dan bahan dan cara menjernihkan air. Keterkaitan Kegiatan ini ikut mendukung dalam merealisasikan RPJM Kabupaten Tanjung Jabung Timur, untuk peningkatan akses air bersih dari 20 persen menjadi 80 persen pada tahun 2014. Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan sejak awal kegiatan, kriteria evaluasi adalah jumlah kehadiran dan persentase keaktifan petani pada waktu ceramah, diskusi, demonstrasi aplikasi teknologi penjernihan dan pengolahan air dengan biokoagulan kelor (Moringa oleifera). Tolak ukur dari keberhasilan penerapan IPTEKS adalah lima puluh persen dari jumlah peserta hadir dan mau aktif dari awal kegiatan yaitu dari ceramah sampai demonstrasi dan tetap
Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014
melakukan kemudian.
pada
evaluasi
satu
bulan
HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Kelompok Sasaran terhadap Pelaksanaan Kegiatan Masyarakat di Desa Kota Baru dan Desa Rantau Karya, Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi sangat menyambut positif program pelatihan teknologi penjernihan air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera). Selama ini seluruh masyarkat di kedua Desa mengkonsumsi air minum masih sangat tradiosional yaitu dengan air hujan sebagai sumber air minum utama, kalau tidak ada hujan maka mereka akan menggunakan air sumur sebagai sumber air minum utama. Air sumur di Desa Rantau Karya dan Kota Baru adalah air gambut, dengan kondisi keruh berwarna coklat tua kemerahan, dan berbau lumpur. Dalam menggunakan air sumur tersebut hanya beberapa orang yang sudah melakukan penyaringan yang sangat sederhana. Air masih tetap coklat, dengan istilah setempat adalah air sirup, dengan bau lumpur yang pekat. Berdasarkan keadaan tersebut maka proses penyaringan dengan cara koagulasi dan filtrasi sangat diperlukan. Selama ini mitra kelompok tani tidak pernah mengetahui tentang cara koagulasi, baik dengan menggunakan tawas ataupun dengan cara yang lain. Penyuluhan dengan menggunakan koagulasi dan filtrasi merupakan solusi yang tepat, karena dengan koagulaasi menggunakan pasta biji kelor akan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam, mengendap ke dasar drum/air. Setelah beberapa waktu air sudah dapat digunakan. Cara koagulasi pada dasarnya menggunakan dua bak, yaitu bak pertama sebagai tempat reaksi kimia dan bak kedua sebagai tempat filtrasi atau penyaringan. Berdasarkan indikator keberhasilan yang tertera pada Tabel 1 terlihat bahwa kegiatan pelatihan teknologi penjernihan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Air Bersih Di Desa Rantau Karya dan Kota Baru
73
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014
air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera) di Desa
Rantau Karya dan Kota baru ini sudah berhasil dengan baik.
Tabel. 1. Tabel indikator keberhasilan Nomor
Kegiatan
Kehadiran (%)
Keaktifan (%)
Penilaia n
1.
Penyuluhan di Kantor Desa
100
90
berhasil
2.
Penyuluhan di rumah mitra kelompok tani
100
100
berhasil
3.
Demonstrasi penerapan ipteks
100
100
berhasil
4.
Ikut mempersiapkan bahan dan alat
V
V
berhasil
5.
Pemeliharaan
V
V
berhasil
6.
Keberlanjutan
Tetap digunakan
Daya Terima Masyarakat terhadap Inovasi Baru Dalam menerima inovasi baru, masyarakat Desa Rantau Karya dan Kota Baru sudah dapat menerapkan teknologi penjernihan air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera). Setelah kegiatan pengabdian ini diterapkan, kelompok sasaran di desa Rantau Karya dan Kota Baru sekarang ini sudah dapat menghasilkan air minum yang bersih dan layak minum. Sementara masyarakat yang lain yang belum mendapat bantuan alat untuk menerapkan teknologi tersebut, tetapi sudah mengikuti penyuluhan, mereka sudah mulai berinisiatif menerapkan dan melakukan penjernihan air gambut dengan swadaya masyarakat. Respon Masyarakat Tetangga terhadap Inovasi Baru Masyarakat dari Desa tetangga (tetangga Desa Rantau Karya dan Desa Kota Baru) seperti Desa Jati Mulyo dan Desa Rantau Pandan memberikan respon
yang positif setelah melihat masyarakat Desa Kota Baru berhasil menerapkan teknologi penjernihan air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera). Mereka meminta tim pengabdian untuk diadakan penyuluhan hal yang sama di desa tersebut. Selain itu, beberapa aktivis berbasis gender, meminta untuk diadakan penyuluhan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang bertetangga dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang mempunyai kondisi air minum dan air sumur dan kebiasaan masayarakat dalam mengkonsumsi air minum yang sama dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hal di atas menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan teknologi penjernihan air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera) di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi ini berhasil dengan baik.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Air Bersih Di Desa Rantau Karya dan Kota Baru
74
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Masyarakat Desa Rantau Karya dan Kota Baru, Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur memberikan respon yang sangat positif dan memiliki animo yang sangat tinggi di dalam menerima inovasi baru tentang teknologi penjernihan air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera). Dengan adanya pelatihan teknologi penjernihan air gambut menjadi air minum dengan biokoagulan (Moringa oleifera) ini, masyarakat sudah mendapatkan air minum dan air untuk keperluan rumah tangga lainnya yang lebih layak daripada kondisi sebelumnya. Saran Perlu adanya kesinambungan kegiatan program pengabdian kepada masyarakat baik melanjutkan kegiatan yang sudah diberikan maupun kegiatankegiatan lain yang mendukung kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Geragai. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, 2010. Tanjung Jabung Timur Dalam Angka. Kerjasama Bappeda dan Biro Pusat Statistik Tanjung Jabung Timur (diolah).
Volume 29, Nomor 3 Juli - September 2014
Bapelitbangda, 2010. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dapelitbangda, 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah , Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bapelitbangda, 2010. Masterplan Pembangunan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Duaja, M. 2004. Pengukuran Laju Pengendapan dari Beberapa Sumber Koagulan terhadap Kualitas Air di Tanah Berkapur. Universitas Nusa Cendana, Kupang. Laporan Penelitian. Fahey, J.W . 2008. Moringa oleifera ; A Review of the Medical Eviedience For Its Nutritional. Trees for Life Journal. Retrieved on 2008-8-16. James A. D. 1992. Handbook of Energi Crops: Moringa oleifera From Purdue Center for New Crops Web site.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengolahan Air Bersih Di Desa Rantau Karya dan Kota Baru
75