Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
PELATIHAN LIFE SKILL BIDANG OTOMOTIF PADA PEMUDA YANG TIDAK MELANJUTKAN STUDI DI KOTA JAMBI Ekawarna, Ishak Muhammad dan Firman Khaidir Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
ABSTRAK Dengan semakin banyaknya masyarakat memiliki sepeda motor, tentu membuka peluang terhadap berbagai usaha khususnya di bidang perbengkelan. Hal ini dikarenakan sepeda motor memerlukan perawatan rutin secara berkala, disamping banyak juga pemilik kendaraan bermotor yang membutuhkan jasa untuk modifikasi yang saat ini sedang trendy. Peluang ini tentu jika dimanfaatkan dapat merupakan salah satu upaya yang sangat signifikan untuk mengentaskan kemiskinan dan masalah pengangguran di Provinsi Jambi. Dengan peluang tersebut dapat dihitung berapa Kelompok Bina Usaha (KBU) yang dapat dibentuk, dan dapat dihitung pula jumlah pengangguran yang dapat diserap. Permasalahannya tidak semua pemuda yang tidak melanjutkan studi memiliki kemampuan untuk membuka peluang usaha tersebut. Kegiatan ini bertujuan; (a) Meningkatkan kecakapan hidup (life skill) sasaran didik yaitu pemuda yang masih menganggur di Kota Jambi yang disebabkan tidak melanjutkan studi dan berusia 15-25 tahun, (b) Menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan peserta latih, dan (c) Meningkatkan kompetensi professional peserta latih khususnya Keterampilan profesi di bidang otomotif kendaraan roda dua. Metode pengabdian yang dipilih adalah ”pelatihan” dengan sasaran latih 20 orang pemuda yang tidak melanjutkan studi karena berbagai alasan dengan menggunakan metode pembelajaran teori-praktek, dengan rasio 30% teori (36 Jam Pertemuan/JP) dan 70% praktek (84 Jam Pertemuan/JP). Penyajian teori dan praktek diselenggarakan selama 30 hari bertempat di SMK Satria, Jln. Marsda Surya Dharma KM-8, Kenali Asam Bawah – Jambi. Hasil kegiatan pengabdian adalah 20 orang peserta-latih memiliki kompetensi yang ditandai dengan indikator peningkatan ranah kognitif berupa peningkatan pengetahuan tentang kecakapan hidup, kewirausahaan dan keterampilan mekanik bidang otomotif. Dalam ranah psikomotorik berupa peningkatan ketrampilan motorik dalam berusaha di bidang kompetensi pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor. Sedangkan pada ranah afektif meliputi peningkatan sikap positif untuk berani membuka usaha baru atau bekerja di tempat mitra kerja berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan motorik yang telah dimilikinya. Kata Kunci: Life Skill, Otomotif, Pemuda. PENDAHULUAN Latar Belakang Suatu fenomena menarik terjadi dalam kehidupan masyarakat bahwa dewasa ini dengan ekspansi besar-besaran dari para pengusaha otomotif khususnya sepeda motor, masyarakat dapat dengan mudah memiliki sepeda motor. Melalui program kredit tanpa bunga yang disediakan oleh perusahaan seperti FIF dan Otto Finance, dengan uang muka
yang relatif kecil, dan prosedur yang sangat sederhana, masyarakat dapat menikmati otomotif dalam waktu yang sangat cepat. Apalagi dengan membanjirnya produk sepeda motor China yang sering disebut MOCIN, dengan harga yang relatif terjangkau, sangat memungkinkan masyarakat memiliki sepeda motor. Dengan semakin banyaknya masyarakat memiliki sepeda motor, tentu
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
1
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
membuka peluang terhadap berbagai usaha khususnya di bidang perbengkelan. Hal ini dikarenakan sepeda motor memerlukan perawatan rutin secara berkala, disamping banyak juga pemilik kendaraan bermotor yang membutuhkan jasa untuk modifikasi yang saat ini sedang trendy. Sejatinya kelompok mitra khususnya siswa SMK jurusan otomotif dapat memanfaatkan peluang ini misalnya membuka bengkel perawatan sepeda motor. Peluang ini tentu jika dimanfaatkan dapat merupakan salah satu upaya yang sangat signifikan untuk mengentaskan kemiskinan dan masalah pengangguran di Provinsi Jambi. Dengan peluang tersebut dapat dihitung berapa Kelompok Bina Usaha (KBU) yang dapat dibentuk, dan dapat dihitung pula jumlah pengangguran yang dapat diserap. Setelah dilakukan observasi awal dan analisis terhadap situasi yang ada di sekeliling kelompok mitra, dapat diidentifikasi permasalahan yang mereka hadapi antara lain; (1) kemauan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi sebenarnya ada, sementara kemampuan ekonomi orang tua sangat terbatas, sehingga tidak mungkin dapat melanjutkan studi, (2) kemauan untuk bekerja sangat tinggi, sementara pasar tenaga kerja sangat terbatas dengan tingkat persaingan semakin tinggi, dan (3) kemauan membuka usaha mandiri cukup tinggi, sementara modal usaha, jiwa wirausaha, dan etos kerja tidak cukup dimiliki. Keadaan di atas dapat dimaknai bahwa kelompok masyarakat tersebut memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan. Mereka sebenarnya bukan
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
beban melainkan potensi yang dapat diarahkan, dikembangkan dan dimotivasi untuk melakukan sesuatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Sebaliknya, jika masalah tersebut dibiarkan berlarut-larut, maka sangat besar kemungkinannya potensi tersebut akan berubah arah menjadi potensi yang berdampak negatif, yaitu mendorong terjadinya krisis sosial, yang ditandai dengan meningkatnya angka kriminal, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan, premanisme, dan besarnya kemungkinan untuk terjadinya berbagai kekerasan social. METODE PENGABDIAN Metode pengabdian yang dipilih adalah ”pelatihan” dengan sasaran latih 20 orang pemuda yang tidak melanjutkan studi karena berbagai alasan dengan menggunakan metode pembelajaran teoripraktek, dengan rasio 30% teori (36 Jam Pertemuan/JP) dan 70% praktek (84 Jam Pertemuan/JP). Penyajian teori dan praktek diselenggarakan selama 30 hari bertempat di SMK Satria, Jln. Marsda Surya Dharma KM-8, Kenali Asam Bawah – Jambi. HASIL PENGABDIAN Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara on-going, yaitu selama kegiatan pelatihan berlangsung. Instrumen yang digunakan meliputi observasi langsung, skala sikap dan tes yang diberikan langsung oleh instruktur. Hasil kegiatan monitoring dan evaluasi pada setiap materi pelatihan disajikan pada Tabel 1 berikut.
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
2
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Tabel 1 Hasil monitoring dan evaluasi pada peserta pelatihan life skill bidang otomotif di SMK Satria Tahun 2013 MATERI INDIKATOR HASIL MONITORING DAN PELATIHAN EVALUASI 1. Life Skill dan Menerima dan Sikap mampu Menerima konsep dasar life skill, dan menjelaskan berkomunikasi dengan bahasa yang santun, konsep dasar sistematis, dan komunikatif dalam tentang meyampaikan ide-ide. pemahaman Pengetahuan individu, Memahami elemen-elemen penting tentang dinamika perubahan nilai dan karakter yang kelompok diperlukan untuk meningkatkan kreativitas dan kesejahteraan dan kehidupan yang kemampuan bermutu. psikomotorik. 2. Kecakapan Kewirausahaan
Menerima dan mampu menjelaskan konsep dasar tentang perspektif kewirausahaan, inovasi dan strategi usaha serta manajemen usaha.
3. Teori Otomotif (system tune up, engine, kelistrikan, chasis dan pengecatan body).
Bekerja sama dalam menganalisis permasalahan otomotif antara lain meliputi; system tune up, engine, kelistrikan, chasis dan pengecatan body.
4. Praktek Otomotif (system tune up, engine, kelistrikan, chasis dan pengecatan
Ketelitian dan keseriusan menjalankan instruksi dari setiap instruktur. Bekerjasama dalam
Sikap Menerima konsep dasar kewirausahaan, dan berkomunikasi dengan bahasa yang santun, sistematis, dan komunikatif dalam meyampaikan ide-ide. Pengetahuan Memahami elemen-elemen penting tentang perubahan nilai dan karakter yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan yang bermutu. Sikap Bekerja sama dalam kelompok dengan baik dan benar Keterampilan Terampil menganalisis keterkaitan system tune up, engine, kelistrikan, chasis dan pengecatan body sepeda motor.
Pengetahuan Kemampuan memahami konsep system tune up, engine, kelistrikan, chasis dan pengecatan body sepeda motor. Sikap Teliti dan serius dalam bekerja baik secara mandiri maupun berkelompok. Keterampilan Terampil menganalisis masalah, misalnya jika terjadi kesalahan teknis dalam pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
3
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
body) motor.
sepeda menganalisis dan merakit komponen otomotif.
dan memiliki keberanian belajar dari kesalahan (trial and error) Pengetahuan Kemampuan memahami bahwa waktu dan mutu layanan adalah kata kunci sukses dalam industri jasa.
Dari Tabel 1 di atas, maka dapat dikemukakan bahwa kegiatan pelatihan yang dilakukan tanggal 01-31 Oktober 2013 dapat dinyatakan telah berhasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selanjutnya berikut dilaporkan hasil monitoring mengenai kecakapan individu dan kecakapan social peserta selama pelatihan berlangsung. Monitoring
dilakukan untuk mengukur 10 (sepuluh) aspek yaitu; (1) Kedisiplinan (ketaatan mengikuti tata tertib), (2) Penampilan (kerapian dan kewajaran), (3) Kesantunan berperilaku, (4) Kemampuan bekerja sama, (5) Kemampuan berkomunikasi, (6) komitmen, (7) Keteladanan, (8) Semangat, (9) Empati, dan (10) tanggung jawab. Hasil monitoring tersebut disajikan pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Hasil monitoring dan evaluasi kecakapan individu dan sosial peserta pelatihan life skill bidang otomotif di SMK Satria Tahun 2013 No
ASPEK YANG DINILAI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kedisiplinan (ketaatan mengikuti tata tertib) Penampilan (kerapian dan kewajaran) Kesantunan berperilaku Kemampuan bekerja sama Kemampuan berkomunikasi Komitmen Keteladanan Semangat Empati Tanggung jawab Rata-rata Nilai
Dari Tabel 2 di atas nampak bahwa kecakapan individu dan social 90% peserta latih menunjukkan kategori “baik”, 7,5% berada pada kategori “cukup” dan hanya 2,5% Peserta yang menunjukkan kategori “Kurang”. 100%
HASIL PENILAIAN Baik Cukup Kurang 100% 85% 10% 05% 95% 05% 90% 10% 85% 10% 05% 85% 10% 05% 80% 15% 05% 100% 85% 10% 05% 95% 05% 90% 7,5% 2,5%
peserta latih menunjukkan disiplin dan semangat yang baik. Selanjutnya rekapitulasi nilai ujian teori dan praktek yang berhasil diperoleh peserta latih disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Hasil ujian peserta pelatihan life skill bidang otomotif di SMK Satria Tahun 2013 No 1.
NAMA PESERTA Aji Setiadi
KECAMATAN Kota Baru
Teori 76
NILAI RERATA Praktek Kesimpulan 80 79/lulus
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
4
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
2. Eko Sukaryanto 3. Rian Irawan 4. Waris Rahmadani No NAMA PESERTA 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Ricky Wahyu. S Yoga Adi Pratama Wahid Satrio Budi Andre Saputra Denris Simbolon Rahmat Kurnia Andrian Galih Ricky Anas Yuli Alfian Paris Pajharika Besari Fajar Syaipul Kriski Asep. S Dwiki Fahrudi Abdul Jabar
Kota Baru Kota Baru Kota Baru KECAMATAN
76 78 76
Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Kota Baru Rata-rata Nilai
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa jumlah peserta latih yang dinyatakan lulus yaitu peserta didik yang berhasil menyelesaikan kegiatan pembelajaran sampai tuntas adalah 20 orang (100%). Secara kumulatif, dapat disimpulkan bahwa kegiatan program Pelatihan life skill Bidang Otomotif bagi pemuda putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah yang diselenggarakan atas kerjasama antara Lembaga Pengabdian pada Masyarakat dengan SMK Satria adalah sebagai berikut: 20 orang peserta-latih yang mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir telah memiliki kecakapan hidup berupa keterampilan mekanik bidang otomotif yang dibutuhkan untuk dapat hidup layak. PEMBAHASAN Bekal pengetahuan tentang life skill dan kewirausahaan diharapkan dapat menumbuhkan daya kreativitas peserta latih. Kreativitas merupakan suatu bidang
80 79/lulus 80 79/lulus 80 79/lulus NILAI RERATA Teori Praktek Kesimpulan 82 85 84/lulus 76 80 79/lulus 78 82 81/lulus 75 80 78/lulus 76 80 79/lulus 75 80 78/lulus 78 80 79/lulus 78 82 81/lulus 76 80 79/lulus 76 80 79/lulus 75 80 78/lulus 76 80 79/lulus 82 85 84/lulus 78 82 81/lulus 78 82 81/lulus 78 82 81/lulus 77,15 81,00 80,00
kajian yang kompleks dan menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana kreativitas itu didefinisikan. Pada mulanya, kreativitas dipahami sebagai proses berpikir dengan menggunakan teknik-teknik berpikir kreatif (Ivanyi dan Hoffer, 1999). Kreativitas diartikan sebagai proses menggunakan imajinasi dan keahlian untuk melahirkan gagasan baru, asli, unik, berbeda atau bermanfaat (Couger, 1996; Linberg, 1998; Oldham dan Cummings, 1996). Suatu definisi yang lebih ilmiah menyatakan bahwa “kreativitas adalah suatu pertimbangan subjektif dan berkonteks mengenai kebaruan dan nilai hasil dari perilaku individual atau kolektif” (Ford, 1995). Guilford (1950) memperkenalkan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif: (1) Kelancaran (fluency), (2) Keluwesan (flexibility), (3). Keaslian (originality), (4) Penguraian (elaboration), (5) Perumusan kembali (redefinition). Selanjutnya,
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
5
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Munandar (1992) menunjukkan adanya tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan atau menjawab masalah dan cerminan kemampuan operasional kreatif. Kreativitas merupakan esensi dan orientasi pengembangan sumber daya manusia (Dharma dan Akib, 2004). Kreativitas terlihat melalui gagasan, produk, pelayanan, usaha, mode atau model baru yang dihasilkan dan perilaku yang diperankan oleh individu, kelompok dan organisasi.Dalam definisi kreativitas terkandung ciri keaslian (baru, tidak lazim, tidak terduga) dan potensi utilitas (berguna, baik, adaptif, sesuai) gagasan, produk, mode atau model dan proses yang dihasilkan serta perilaku yang diperankan. Pandangan Heerwagen (2003: 1) tentang keterkaitan kreativitas dan inovasi relevan dijadikan sebagai pengantar dalam memahami state of the science kreativitas. Heerwagen menyatakan kreativitas dan inovasi merupakan konsep kembar yang saling berhubungan, namun seringkali dikaji secara terpisah dengan menggunakan metode dan model yang berbeda. Mengingat kreativitas dipahami sebagai kapabilitas melahirkan, mengembangkan dan mengubah gagasan, proses, produk, mode, model, pelayanan dan perilaku tertentu, maka inovasi adalah proses penerapan kreativitas secara faktual ke dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas terlihat hubungan erat antara konsep kreativitas dan inovasi yang keduanya sangat diperlukan dalam mengembangkan life skill. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan pisau tajam yang tidak pernah dipakai, sedangkan inovasi tanpa dilandasi kreativitas tidak menghasilkan sesuatu yang baru bagi yang bersangkutan. Dengan pengertian tersebut, inovasi secara sederhana dapat dipahami sebagai proses pengenalan cara baru dan lebih baik dalam mengerjakan berbagai hal dalam kehidupan di masyarakat.
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Inovasi tidak selalu berwujud perubahan radikal namun dapat juga berupa perubahan kecil dan sederhana yang melibatkan berbagai komponen lingkungannya. Inovasi tidak harus didominasi perubahan dengan teknologi tinggi, tetapi sentuhan teknologi hanyalah merupakan salah satu faktor inovasi dalam mengelola usaha. Dalam bahasa yang lebih eksplisit inovasi tidak mengisyaratkan atau mengharuskan pembaharuan absolut. Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada individu yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan pula setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses. Istilah wirausaha berasal dari kata entrepreneur (bahasa Francis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between (Buchari, 2006: 20). Menurut Suparman Sumohamijaya istilah wirausaha sama dengan istilah wiraswasta. Wiraswasta berarti keberanian, keutamaan dan keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Sumohamijaya, 1980: 115). Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih. Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan. Mencapai kesempurnaan dalam
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
6
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan pengusaha muda yang berjiwa wirausaha. Bagi pemuda yang realistik hasil yang dapat diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna. Setiap orang yang kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik. Pemuda yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik berarti tujuan disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki. Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan demikian, pemuda yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam mengembangkan usahanya. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masingmasing aspek atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan menjadi program dan sub-program yang lebih memudahkan implementasinya dalam pengembangan usaha. Menjadi wirausahawan berarti memiliki kemauan dan kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang itu. Mereka berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko moderat. Wirausahawan percaya dan teguh pada dirinya dan kemampuannya mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri khas dari wirausahawan. Pada kenyataanya, definisi kewirausahaan mengalami perubahan sesuai dengan periode zaman, artinya tidak ada definisi yang definitif tentang kewirausahaan. Ada yang menyatakan
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
bahwa, kewirausahaan adalah mencari dan mempromosikan dari gabungan faktorfaktor produksi yang baru, dan ada pula yang mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan pengurangan dari organisasi yang tidak efisien atau merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi peluang pasar sehingga kewirausahaan merupakan bangunan organisasi baru. Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki ciri-ciri yakni: (1) penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggungjawab; (2) memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; (3) memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; (4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan (5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan. Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya tantangan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif sehingga tantangan teratasi dan terpecahkan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap kewirausahaan. Menurut Hakim (1998: 34), ada empat unsur yang membentuk pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu: (1) sikap mental, (2) kepemimpinan, (3) ketatalaksanaa dan (4) keterampilan. Dengan demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu sehingga dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang wirausahawan perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, memiliki jiwa
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
7
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
kepemimpinan, orisinalitas dan berorientasi masa depan. Percaya diri dan keyakinan dijabarkan ke dalam karakter ketidaktergantungan, individualitas dan optimis. Ciri kebutuhan akan berprestasi meliputi karakter berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras, motivasi yang besar, energik dan inisiatif. Kemampuan mengambil risiko berarti suka pada tantangan. Berlaku sebagai pemimpin berarti dapat bergaul dengan orang lain (bawahan), menanggapi saran dan kritik, inovatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa dan mengetahui banyak. Disamping itu, wirausahawan mempunyai pandangan ke depan dan perspektif yang maju. Karakteristik kewirausahaan menyangkut tiga dimensi, yakni inovasi, pengambilan risiko dan proaktif. Sifat inovatif mengacu pada pengembangan produk, jasa atau proses unik yang meliputi upaya sadar untuk menciptakan tujuan tertentu, memfokuskan perubahan pada potensi sosial ekonomi organisasi berdasarkan pada kreativitas dan intuisi individu. Pengambilan risiko mengacu pada kemauan aktif untuk mengejar peluang. Sedangkan dimensi proaktif mengacu pada sifat assertif dan implementasi teknik pencarian peluang “pasar” yang terus-menerus dan bereksperimen untuk mengubah lingkungannnya. Kreativitas, inovasi dan jiwa kewirausahaan sangat penting dimiliki pemuda yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena sesuatu hal, karena merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Makna dan posisi kreativitas dan inovasi dinyatakan oleh Treffinger (1980) bahwa tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreativitas. Namun masalahnya adalah bagaimana cara kreativitas dan inovasi tersebut dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan riil sesuai dengan wawasan kewirausahaan.
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Suatu karya kreatif dan inovatif sebagai hasil kreasi seseorang dapat mendorong potensi kerja dan kepuasan pribadi yang tak terhingga besarnya. Dengan terobosan kreatif dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk merubah tantangan menjadi peluang dan untuk memajukan usahanya. Menurut Maslow (1968), dalam perwujudan diri manusia, kreativitas dan inovasi merupakan manifestasi dari individu yang memiliki fungsi penuh. Selain makna kreativitas, inovatif dan wawasan kewirausahaan perlu pula dipelajari kepentingannya dalam kehidupan di masyarakat dan di tempat kerja. Dengan kata lain, kreativitas yang merupakan pangkal dari langkah inovatif mempunyai nilai penting dalam kehidupan individu. Dalam kaitannya dengan fungsi kreativitas, inovasi dan wawasan kewirausahaan perlu ada komitmen yang tinggi. Murphy & Peck (1980: 8) menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh siapa saja selaku wirausaha dalam mengembangkan profesinya. Kedelapan anak tangga yang dimaksud adalah: (1) Mau Bekerja Keras. (2) Bekerjasama dengan Orang Lain. (3) Penampilan yang Baik. (4) Percaya Diri. (5) Pandai membuat Keputusan. (6) Mau Menambah Ilmu Pengetahuan. (7) Ambisi untuk Maju (8) Pandai Berkomunikasi. Etika pada dasarnya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindari apa yang tidak benar. Etika wirausaha adalah suatu kode etik perilaku aktor berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan. Menurut Zimmerer (1996: 22), ada tiga tingkatan norma etika, yaitu: (1) Hukum, berlaku bagi masyarakat dalam mengatur perbuatan yang boleh atau tidak boleh dilakukan. (2) Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arahan khusus bagi
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
8
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
setiap orang dalam organisasi ketika mengabil keputusan. (3) Moral sikap mental individu, sangat penting bagi setiap orang untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur oleh aturan formal. Ada sepuluh prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu: kejujuran, integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran/keadilan, suka membantu orang lain, hormat kepada orang lain, bertanggungjawab, mengejar keunggulan dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan untuk mempertahankan standar etika dilakukan dengan cara: menciptakan kepercayaan, mengembangkan kode etik, menjalankan kode etik secara adil dan konsisten, melindungi hak-hak perorangan, mempertahankan standar etika yang tinggi, menghidari etika tercela, menciptakan budaya komunikasi optimal dan melibatkan pihak lain dalam mempertahankan etika (Michael Josephson, 1988). KESIMPULAN DAN SARAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, kecakapan individu dan social 90% peserta latih menunjukkan kategori “baik”, 7,5% berada pada kategori “cukup” dan hanya 2,5% Peserta yang menunjukkan kategori “Kurang”. 100% peserta latih menunjukkan disiplin dan semangat yang baik. Kedua, setelah mengikuti pelatihan, peserta latih telah memiliki kemampuan dalam aspek; (1) kecakapan personal yaitu mampu memelihara dan memperbaiki sepeda motor yang berkaitan dengan keterampilan mekanik antara lain meliputi; system tune up, system engine, system kelistrikan, system chasis dan pengecatan dan body, (2) kecakapan social yaitu memiliki kemampuan bekerjasama dengan unit usaha lain, memiliki kemampuan berkomunikasi dan negoisasi dengan pelanggan (customer),
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
(3) kecakapan akademik yaitu memiliki kemampuan memecahkan masalah, misalnya jika terjadi kesalahan teknis dalam pemeliharaan dan perbaikan sepeda motor dan memiliki keberanian belajar dari kesalahan (trial and error). Dan (4) kecakapan Vocasional yaitu memiliki kemampuan dalam service kendaraan bermotor dalam waktu yang relatif singkat, atau kecepatan menyelesaikan satu produk jasa service sepeda motor. Ketiga, Kegiatan Pelatihan life skill Bidang Otomotif bagi pemuda putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah yang diselenggarakan atas kerjasama antara Lembaga Pengabdian pada Masyarakat dengan SMK Satria dapat dinyatakan telah mencapai target luaran dengan indicator 20 orang peserta-latih yang mengikuti kegiatan pelatihan dari awal sampai akhir telah memiliki kecakapan hidup berupa keterampilan mekanik bidang otomotif yang dibutuhkan untuk dapat hidup layak. Dari simpulan di atas, berikut dikemukakan saran sebagai berikut: pertama, program pelatihan yang tujuannya berupaya mengentaskan kemiskinan dengan memberikan pelatihan keterampilan berusaha perlu dijadikan prioritas utama bagi Lembaga pengabdian pada Masyarakat Universitas Jambi. Program sejenis perlu terus dilaksanakan dengan sasaran latih yang lebih banyak. Kedua, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh peserta latih perlu ditindak lanjuti dengan memberikan program pendampingan baik dari aspek manajemen usaha maupun suntikan tambahan dana yang sangat diperlukan untuk mengembangkan usaha dan memupuk semangat wira usahanya. Ketiga, perlu diciptakan program untuk membantu pemerintah dan masyarakat mencetak tenaga wirausaha baru yang memiliki jiwa kreatif, inovatif yang selalu menjunjung tinggi etika berusaha sebagai bagian dari upaya meningkatkan kehidupan yang lebih bermartabat.
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
9
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchori. 2000. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Borjas, George J. 1996. Labor Economics. New York: The McGraw-Hill Com, Inc. Chambers, Robert. 1996. PRA Participatory Rural Appraisal Memahami Desa Secara Partisipatif. Alih Bahasa: Sukoco. Yaogyakarta: Kanisius. Danuhadimedjo, Djatmiko R. 1998. Kewiraswastaan dan Pembangunan. Bandung: Alfabeta. Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Tahun 2002. Jumlah Penduduk, Penduduk Belum Pernah Sekolah, Buta Huruf, Putus Sekolah, Penganggur dan Setengah Penganggur, menurut Provinsi, Kabupaten dan Kota. Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat. Harian
Republika (26 Januari 2004), Kompas (27 Januari 2004), Suara Pembaruan (14 Februari 2004), Media Indonesia (7 Januari 2004). McConnel, Campbell R. dan Brue, Stanley L. 1995. Contemporary Labor Economics. (edisi IV). New York: McGraw-Hill, Inc. Maskur, F, 2004, Menyoroti Pengangguran dan Wirausahawan Baru, Bisnis Indonesia, 11 April 2004. Reynolds, Lloyd G. Masters, Stanley H. dan Moser, Colletta. 1991. Labor Economics and Labor Ralations. New Jersey: Englewood Cliffs. Scott,
C James. 1983. Moral Ekonomi Petani pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial.
Suratno, 2002. Pengaruh Pertimbangan Tentang Kualifikasi, Tuntutan Serikat Pekerja, Biaya, dan Kebijakan Terhadap Permintaan Tenaga Kerja Terdidik Perusahaan Swasta di Provinsi Jambi. (Disertasi tidak dipublikasikan). Malang: Universitas Negeri Malang. Simanjuntak, Payaman J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FE UI. Stein, Steven J. dan Book, Howard E. 2002. Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Alih Bahasa: Trinanda Rainy J. Dan Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa. Survei Dasar Pendidikan Nasional, 2003, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta : Balitbang. Thomas S, Anisya dan Mueller, Stephen L. 2000. Entrepreneurs, International, Personality; Cross Cultural Studies. Journal International Bussiness (JIB) Vol. 31. Wahyudi, H, 2004, UKM dan Upaya Mengatasi Pengangguran, Warta Demografi Tahun 34, No 1, h 31-37. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Drucker, Peter F, 1996, Inovasi dan Kewiraswastaan: Praktek dan Dasar-Dasar (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Engkoswara, 1999, Instructional Strategy of Civic Education at Certain School Level, Bandung, Center for Indonesian Civic Education. Gede Raka, 1999. “Beberapa Pandangan
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
10
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Mengenai Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. John W. Santrock. 1995. Life – Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Timmon, Jeffry & Stephen Spinelli.(2007). New Venture Creation, Enterpreneurship for the 21st Century. New York:Mgraw-Hill, Inc. Akib, Haedar. 2005. Kreativitas Organisasi, Disertasi Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta. ______________. 2007. Kewirausahaan Sekolah Berbasis Kreativitas dan Inovasi, Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi pembelajaran Berorientasi pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Amabile, Theresa M. 1983. The Social Psychology of Creativity, Springerverlag New York.
Scharg, Adele F dan Robert P. Poland, 1987. A System for Teaching Business Education. New York : McGraw-Hill Book Company.
Arismunandar. 2006. Pengembangan Kewirausahaan Sekolah, Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Sahid
Susanto. 1999. “Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Penelitian di Perguruan Tinggi”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999.
Suprodjo Pusposutardjo, 1999. “Pengembangan Budaya Kewirausahaan Melalui Matakuliah Keahlian”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999. Suyanto. 1999. “Implementasi Wawasan Entrepreneurship dalam Kegiatan Pembelajaran di Perguruan Tinggi”. Makalah. Disampaikan dalam Semiloka Wawasan Entrepreneurship IKIP YOGYAKARTA pada tanggal 17 dan 19 Juli 1999.
Bygrave, William D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship, John Willey & Sons, Inc., New York. Choo, Chun Wei and Nick Bontis. 2002. The Strategic Management of Intellectual Capital and Organizational Knowledge, Oxford University Press, Inc., New York. Dacey, John S and Kathleen H. Lennon. 2000. Understanding Creativity, Creative Education Foundation, Buffalo, New York. Davenport, Thomas H and Laurence Prusak. 1998. Working Knowledge, Harvard Business School Press Boston Massachusetts. DeBono, Edward. 1992. Serious Creativity, Harper Collins New York. Depdiknas. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill Education), Dikdasmen, Jakarta.
Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
11
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
Dharma, Surya dan Haedar Akib1. Budaya Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001 No. 03/TH. XXXIII Maret 2004, h. 2227. _____ Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM, Manajemen USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH. XXXIII Juni 2004, h. 29-36. Hakim,
Volume 29, Nomor 3 Juli – September 2014
Taggar, Simor. 2000. Individual Creativity and Group Ability to Utilize Individual Creative Resources: A Multi-Level Model, In Press – Academy of Management Journal. West,
Michael A. 2000. Developing Creativity in Organizations (Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi), terjemahan, Kanisius Yogyakarta.
Wijadi, Soesarsono. 1998. Pengantar Kewiraswastaan, Sinar Baru, Bandung.
Rusman. 1998. Dengan Berwiraswasta Menepis Krisis: Konsep Membangun Masyarakat Entrepreneur Indonesia, Alex Media Komputindo, Jakarta.
Hisrich, Robert D and Michael P. Peters. 1995. Entrepreneurship, Irwin Chicago. Landau, Sy et al. 2001. From Conflict to Creativity, Jossey Bass A Wiley Company San Franciso. Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Kerjasama pusat perbukuan Depdikbud dan PT. Rineka Cipta, Jakarta. Osborne, David dan Ted Gaebrel. 1992. Reinventing Government: Mewirausahakan Birokrasi, Penerbit PT. Pustaka Binaman Persindo, Jakarta. Raimond W.Y., Kao. 1995. Entrepreneurship, Prentice Hall, New York. Saragih, Ferdinand D dan Haedar Akib. Iklim Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN Indonesia, No. 09/TH XXXIII September 2004. Pelatihan Life Skill Bidang Otomotif Pada Pemuda Yang Tidak Melanjutkan Studi Di Kota Jambi
12