Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SERTA HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI AKAR SERABUT DI KELAS IV SD NEGERI 1 SIMPANG PEUT KECAMATAN KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA
Banta Saidi STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat 23615, E-mail:
[email protected]
Abstrak:Artikel ini merupakan hasil kajian tentang
Model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang menekankan mental sehingga dapat membantu siswa mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, membuat dugaan, dan membuat kesimpulan. Dengan teknik seperti ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau proses mental iti sendiri, guru hanya membimbing dan menginstruksikan. Dengan demikian pembelajaran CTL adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, mencoba sendiri dan dapat belajar sendiri. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat ketuntasan belajar pada materi akar serabut, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Simpang Peut yang Berjumlah 40 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu tes, dan observasi, sedangkan teknik analisis data menggunakan persentase. Dengan demikian hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
terjadi peningkatan dibandingkan sebelumnya. Tingkat
ketuntasan belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi akar serabut secara klasikal sebanyak 36 orang 90% dan yang tidak tuntas sebanyak 4 orang atau 10%
Kata kunci: Model Contextual Teaching and Learning (CTL), meningkatkan Keaktifan serta hasil belajar siswa
PENDAHULUAN Dalam
proses
pembelajaran
dapat
siswa untuk belajar, sehingga hasil yang
menggunakan berbagai metode/model dan
dicapai
juga
akan
meningkat.
Metode
dilakukan secara tepat dan penuh tanggung
pembelajaran ialah cara yang digunakan guru
jawab oleh guru akan mempengaruhi minat
dalam mengadakanhubunngan dengan siswa 32
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana
dilakukan
Sudjana, 2005:76).
berdampak buruk terhadap lingkungan. IPA
Guru merupakan komponen dalam
secara
bijaksana
agar
tidak
diperlukan dalam kehidupa sehari-hari untuk
upaya peningkatan mutu pendidikan dan
memenuhi
sumber daya manusia, berperan sebagai
pemecahan
ujung tombak dalam uapaya meningkatkan
diidentifikasi. Oleh karena itu, pembelajaran
mutu pendidikan dituntut kreatifitasnya untuk
IPA di SD menekankan pada pemberian
mencari berbagai metode dan strategi baru.
pengalaman belajar secara langsung melalui
Untuk efektifitas dan efesien proses belajar
penggunaan dan pengembangan keterampilan
mengajar
proses dan sikap ilmiah.
bidang
studi
IPA
di
kelas,
kebutuhan
manusia
melalui
masalah-masalah
yang
penggunaan media/alat dalam pengajaran tentu saja akan membantu guru dlam
Tujuan
pembelajan
IPA
dalam
menyampaikan materi dan peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD
mudah memahami materi baik pelajaran IPA,
antara lain:
IPS dan mata pelajaran lainnya.
1. Memperoleh
Media manusia,
secara
mater
garis atau
besar kejadian
adalah yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh
pengetahuan,
kebesaran
keyakinan
Allah
S.W.T.
terhadap bedasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam Ciptaan-Nya; 2. Mengembangkan
pengetahuan
keterampilan atau sikap. Dalam pengertian
pemahaman
ini, guru, buku teks,dan lingkungan sekolah
bermamfaat dan dapat diterapkan dalam
merupakan
kehidupan seharii-hari;
media.
Secara lebih khisis,
konsep-konsep
dan IPA
pengertian media dalam proses pembelajaran
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis,
positif dan kesadaran tentang adanya
photografis atau elektronik untuk mengkap,
hubungan yang saling mempengaruhi
memproses dan menyusun kembali informasi
antara IPA, lingkungan, teknologi dan
visual atau verbal (Arsyad, 2002:3).
masyarakat;
Standar kompetensi IPA merupakan
4. Mengembangkan
standar minimum yang secara nasional harus
untuk
dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan
memecahkan
dalam pengembangan kurikulum di setiap
keputusan;
satuan
masalah
alam
sekitar,
dan
membuat
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
serta dalam memelihara, menjaga dan
(KD) di dasarkan pada pemberdayaan peserta
melestarikan lingkungan alam.
untuk
Pencapaian
menyelidiki
proses
Standar
didik
pendidikan.
keterampilan
pembangunan
kemampuan,
Berdasarkan hasil observasi pada
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
tanggal
27
Januari
2016,
peneliti
difasilitasi oleh guru. Penerapan IPA perlu
menyadari kualitas pembelajaran IPA 33
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
pada kelas IV SD Negeri 1 Simpang Peut
secara
Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan
hambatan.
Raya saat ini belum menunjukkan hasil
dini
2. Action
kita
dapat
(tindakan):
mengatasi
tindakan
ini
belajar yang di harapkan. Dalam kegiatan
merupakan penerpan dari perencanaan
pembelajaran guru belum menggunakan
yang telah dibuat yang dapat berupa
pendekatan
suatu penerapan model pembelajaran
metode
belajar
yang
bervariasi sehingga menyebabkan siswa
tertentu
kurang
memperbaiki
tertarik
dalam
mengikuti
pembelajaran.
yang
bertujuan
atau
untuk
menyempurnakan
model yang sedang di jalankan. 3. Observation (pengamatan): pengamatan
METODE PENELITIAN
ini berfungsi untuk mendokumentasikan
Pendekatan dan Jenis Penelitian
pengaruh-pengaruh
Penelitian ini dilakukan menggunakan
oleh
tindakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Sedangkan
pengamatan
jenis
dilakukannya
penelitian
yang digunakan
dalam
ini
yang
dalam
diakibatkan kelas.
Hasil
merupakan
dasar
refleksi
sehingga
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
pengamatan yang dilakukan harus dapat
(Classroom Action Research).
menceritakan
Menurut
Suyanto
(dalam
Sudikin
2007), “Penelitian tindakan kelas adalah
keadaan
yang
sesungguhnya. Refection
(refleksi):
meliputi
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu
penafsiran (penginterprestasian), menjelaskan
agar dapat memperbaiki atau meningkatkan
dan menyimpulkan. Hasil refleksi adalah
praktek-praktek
diadakannya revisi terhadap perencanaan
dikelas
professional”.
yang
Menurut kemmis dan Mc Taggart dari Deakin University Australia seperti dikutip oleh
Sudarsono
(dalam
Sudikin
telah
analisis,
disini
suatu bentuk penelitian yang bersifat relatif
pembelajaran
kegiatan:
refleksi
dilaksanakan,
sintetis,
yang
akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.
2007)
sebagai berikut: Model penelitian tindakan kelas terdiri siklus-siklus, dan tiap siklus
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan
terdiri dari 4 komponen, yaitu:
menggunakan:
1. Planning (rencana): rencana merupakan
Tes Hasil Belajar
tahap awal yang harus dilakukan guru
Tes adalah tugas yang harus diselesaikan
sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan
atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
rencana tersebut berpendapat kedepan,
oleh peserta didik untuk mengukur tingkat
serta fleksibel untuk menerima efek-efek
pemahaman dan penguasaan terhadap materi
yang tak terduga dan rencana tersebut
(Hamzah B.Uno, Satria Koni 2013: 3).
34
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
telah tuntas belajar. Jawaban tes digunakan
Observasi Observasi dilakukan oleh dua orang guru
untuk melihat ketuntasan hasil belajar.
pengamat untuk mengamati aktivitas yang
Skor yang akan diperoleh dari hasil tes
dilakukan oleh guru dan siswa. Observasi
tersebut dijadikan sebagai data penelitian
adalah
yang
yang nantinya akan diolah. Setelah data
dilakukan melalui suatu pengamatan, yang
terkumpul maka disajikan dalam bentuk
disertai dengan pencatatan terhadap keadaan
distribusi
atau perilaku objek (Fathoni, 2006:103).
menghitung hasil tes siswa untuk ketuntasan
Dokumentasi
belajar secara klasikal menurut (Sudijono,
teknik
pengumpulan
data
Arsip, foto-foto atau dokumen-dokumen yang dapat membantu penelian.
2008:43)
frekuensi.
data
menggunakan
Adapun
akan
dalam
dianalisis
teknik
analisis
dengan deskriptif
persentase dengan rumus: Teknik Analisi Data
p
Tahap analisis data merupakan tahap yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap inilah penulis dapat merumuskan
hasil-hasil
penelitiannya.
Setelah semua data terkumpulkan, maka untuk mendeskripsikan data penelitian dapat dilakukan perhitungan seperti dalam uraian berikut: Analisis Tes Hasil Belajar Menurut Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di SD Negeri 1 Simpang Peut yaitu 70. Ketuntasan belajar secara individual jika mempunyai daya serap paling sedikit 60%, sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal jika 80% siswa tuntas secara individu. Data yang digunakan untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar adalah tes pada setiap tindakan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila memiliki daya serap 60%. Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara klasikal tercapai bila 80% siswa di kelas tersebut
.
f 100 % n
Keterangan : P
= Nilai persentase jawaban siswa
F
= Frekuensi jawaban siswa
n
= Jumlah siswa
100% = Bilangan tetap.
Analisis
Keaktifan
siswa
Bedasarkan
Observasi Lembar observasi menganalisis hasil observasi
siswa
pembelajaran
selama
berlangsung,
kegiatan seterusnya
(Usman 2006:119) menggunakan rentang nilai 1 sampai 5 dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 1. Nilai 1 = Sangat Kurang Baik 2. Nilai 2 = Kurang Baik 3. Nilai 3 = Cukup 4. Nilai 4 = Baik 5. Nilai 5 = Sangat Baik dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Persentase (0%)
N 100% n
Keterangan : 35
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
N= Jumlah atau skor mentah nilai yang
menemukan sendiri supaya siswa
diperoleh
tidak mudah melupakannya karena
n= Jumlah atau skor maxsimum
mereka sudah mengalaminya. Peneliti memberikan suatu motivasi terhadap
HASIL
PENELITIAN
DAN
pembelajaran dengan menggunakan
PEMBAHASAN
dunia nyata, dalam penjelasan materi
Pembahasan
akar serabut, dengan alasan siswa
a. Perencanaan
memperagakan
Pada perencanaan penelitian diawali
proses
hasil
langkah
dari
demi
sebuah langkah,
dengan menyusun RPP dan mengajar
sehingga pembahasan materi dapat
dengan
diterima siswa dengan mudah.
menggunakan
model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) kemudian Memberikan soal
pretest
dan
Postest
2. Melaksanakan kegiatan inquiry Peneliti melaksanakan kegiatan
dengan
inquiry dengan cara memberikan
menggunakan lembar soal dalam bentuk
suatu tugas pengamatan terhadap
coes.
perbedaan-perbedaan
b. Pelaksanaan.
dengan
Peneliti
menerapkan
akar
akar
tunggang,
serabut sehingga
model
peneliti beserta siswa kelas IV SD
pembelajaran Contextual Teaching and
Negeri Simpng Peut menggunakan
Learning (CTL) pada materi akar serabut
lapangan
dengan alasan siswa mencari sendiri
sendiri perbedaannya. Peneliti disini
pengalaman
adalah
yang
belum
pernah
di
sekolah
sebagai
untuk
mencari
pengontrol
dan
temukan oleh siswa tersebut, dan juga
pengarah
berpedoman dari sebuah proses langkah-
kericuhan antara siswa satu dengan
langkah sebagai berikut:
siswa lainnya, Setiap siswa/kelompok
1. Mengembangkan
pemikiran
sehingga
tidak
terjadi
siswa
yang sudah menemukannya bentuk
akan lebih bermakna dengan cara
akar serabut dan akar tunggang
bekerja sendiri mengontruksi sendiri
langsung
pengetahuan
untuk mendapatkan suatu perbedaan
dan
keterampilan
barunya.
antara
Peneliti melihat siswa-siswi yang memperhatikan memahami
dan
materi
serabut
kemudian
lembar
kerja
mencoba
pelajaran siswa
akar
berdiskusi
akar
serabut
sesasamanya
dan
akar
tunggang. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
mengisi
Dalam pelaksanaan pembelajaran
menemukan
menggunakan model pembelajaran
perbedaan akar serabut. Hal ini
Contextual teaching and learning
bertujuan
peneliti
untuk
agar
siswa
dapat
memberikan
kesempatan 36
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
kepada siswa untuk dapat bekerja
monokotil
sama, dan bertanya jawab dalam
lembaga satu, seperti: kelapa, bambu,
proses pencarian pengetahuan lebih
alang-alang,
dalam tentang akar serabut, hal ini
sebagainya.
bertujuan
untuk
siswa
dapat
membangun sendiri pengetahuannya. 4. Menghadirkan
sebagian
contoh
belajar
atau
tumbuhan
pisang,
Dalam Kamus
berdaun
dan
Besar
lain
Bahasa
Indonesia (KBBI 2004), akar serabut adalah “akar samping yang keluar dari pangkal batang atau buku umumnya
Dalam
tahap
ini
peneliti
bergerombolan dan berperan untuk
menyediakan baskom kecil dengan
mengganti akar tunggang yang tidak
sedikit air, dan satu tumbuhan, hal ini
berkembang”.
bertujuan untuk menjelaskan tentang
(fibrous rool) terdiri atas anyaman akar
pembentukan
juga
yang memiliki bentuk seperti benang,
penjelasan secara khusus tentang
menyebar dibawah permukaan tanah.
akar, sehingga siswa dapat melihat
Pada monokotil yang berukuran besar.
langsung
bentuk
ini
Setiap embrio (biji) dibekali dengan
bertujuan
untuk
mudah
radikula (akar lembaga atau calon akar)
melupakannya karna mereka sudah
yang akan berkembang menjadi akar
melihat dengan teliti.
dan plumula (bagian ujung, yaitu pucuk
akar
dan
akar.
Hal
tidak
5. Melakukan
Sistem
perakaran
penilaian.dengan
dengan sepasang daun) yang akan
memotivasi siswa sehingga siswa
berkembang menjadi daun dan batang.
dapat tertarik dengan materi yang
Ketika biji berkecembah (pecah), kedua
diajarkan.
bekal lembaga ini akan keluar tumbuh
Pada akhir kegiatan peneliti mengajukan
kearah yang berlawanan. Plumula akan
pertanyaan sebagai acuan untuk siswa dalam
tumbuh
mengambil kesimpulan atas materi pelajaran.
cahaya, sedangkan radikula tumbuh
Kegiatan
mengajukan
kearah
siswa
dan
gravitasi bumi. Radikula akan tumbuh
mengarahkan siswa untuk menyimpulkan
sebagai akar primer (akar utama atau
kesimpulan materi yang telah dipelajari.
akar
akhir
peneliti
pertanyaan-pertanyaan
pada
keatas
kearah
bawah
datarannya
dipengaruhi
lembaga).
Pada
oleh
tumbuhan
monokotil, masa hidup akar primer sangat pendek. Akar primer akan hilang
Materi Pembelajaran Akar Serabut Akar serabut adalah sejumlah akar
yang
terdapat
dan
kedudukannya
akan
pangkal
digantikan oleh sekumpulan massa akar
tumbuhan yang besar dan panjangnya
yang muncul dari pangkal batang.
hamper
Sehingga karakter dari sistem perakaran
sama.
umumnyaterdapat
pada
(mati)
Akar pada
serabut tumbuhan
37
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
serabut ialah kehingan akar primer
sehingga pada siklus I hasil belajar siswa yang
(akar utama atau lembaga).
diperoleh cukup baik melebihi batas nilai
Menurut para ahli botani, yang
KKM dengan nilai rata-rata kelas 67,88.
dimaksud akar serabut adalah bagian
Sedangkan bedasarkan table 4.1.1.4 Hasil
akar pada tumbuhan yang terdapat
observasi keaktifan siswa dengan perolehan
bagian bawah yang tumbuh memanjang
nilai rata-rata 66,67%. Keaktifan serta hasil
dari pangkal batang atau akar utama
belajar tersebut terus ditingkatkan pada siklus
umuran dan bentuk yang hamper sama
II
besar.
kekurangan yang ada pada saat tindakan
dengan
memperbaiki
kekurangan-
dilakukan melalui refleksi. Hasil belajar yang di peroleh pada
Model Pembelajaran Model
pembelajaran
suatu
siklus II sangat memuaskan dalam tabel
perencanaan atau suatu pola yang digunakan
4.1.2.1 Hasil belajar siswa dengan jumlah
sebagai
merencanakan
nilai rata-rata 81,13 Sedangkan tabel 4.1.2.4
pembelajaran di kelas atau secara tutorial
Observasi keaktifan siswa dengan jumlah nilai
serta untuk menentukan perangkat-perangkat
rata-rata 93,33%.
pedoman
dalam
adalah
pembelajaran (Hamruni, 2012:5).
Maka dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
Belajar Menurut
Hamalik,
Contextual
Teaching
and
(2003:154)
Learning (CTL) pada pembelajaran IPA
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
materi Akar Serabut dapat meningkatkan
tingkah laku yang relatif mantap berkat
Keaktifan serta hasil belajar siswa, sehingga
latihan dan pengalaman. Menurut Anni,
proses pembelajaran dengan menggunakan
(2004 : 2) menyatakan bahwa “belajar
penerapan model pembelajaran Contextual
merupakan proses penting bagi perubahan
Teaching and Learning (CTL) dianggap
perilaku manusia dan ia mancakup segala
sangat tepat bahkan bukan hanya dalam
sesuatu yang difikirkan dan dikerjakan”.
proses
pembelajaran
IPA
saja
namun
Belajar adalah suatu kegiatan yang
penerapan model pembelajaran CTL ini bisa
melibatkan individu secara keseluruhan, baik
juga diterapkan dalam proses pembelajaran
fisik maupun psikis, untuk mencapai suatu
yang lainnya misalnya, IPS, dan mata
tujuan (Darsono, 2000:32).
pelajaran lain sebagainya. Sehingga sanggat membantu dalam meningkatkan keaktifan
Pembahasan
Hasil
dan
Temuan
Penelitian
serta hasil belajar siswa karna dia pernah mengalaminya sendiri.
Berdasarkan data dari tabel 4.1.1.1 Nilai hasil belajar siswa siklus I, perencanaan serta tindakan yang dirancang sedemikian rupa 38
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
ISSN: 2355-3774
KESIMPULAN DAN SARAN
ciri
Kesimpulan
pembelajaran itu sendiri.
Bedasarkan
hasil
penelitian
yang
meteri atau
karakteristik model
2. Dengan kegiatan pembelaran peneliti
dilakukan selama kurang lebih satu minggu
hendaknya
dengan
berfariasi sehingga tidak menyebabkan
mengunakan
sehubungan
dengan
pembelajaran Learning
dua
penerapan
Contextual
(CTL)
siklus
untuk
PTK Model
Teching
memberi
situasi
yang
kejenuhan bagi siswa
and
meningkatkan
keaktifan serta hasil belajar siswa pada
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahmat
Fathoni,
2006,
Manajemen
pembelajaran IPA pada materi Akar Serabut
Sumber Daya Manusia, Bandung :
di SD Negeri 1 Simpang Peut
Rineka Cipta.
dapat
disimpulkan bahwa:
Anas, Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi
1. Dengan penerapan Model pembelajaran
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Contextual Teching and Learning (CTL) terjadi peningkatan kektifan serta hasil belajar siswa kelas IV
Persada. Azhar Arsyad (2002) Media Pembelajaran.
yang signifikan
diantaranya tingkat ketuntasan mencapai
Jakarta: Remaja Grafindon Persada Arikunto,
Suharsimi.
2009.
Prosedur
81,13 dengan persentase 90%, dan siswa
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
yang dibawah tingkat ketuntasan 62,5
Jakarta: PT. Rineka Cipta
dengan persentase 10%.
Hamalik,
2. Hasil Keaktifan siswa menunjukan bahwa
Hamalik,
Oemar. 2006. Proses
(2007)
Pembelajaran
Saran Dari peningkatan hasil pembelajaran pada
Learning (CTL), maka peneliti menyarankan
Bumi Aksara
kegiatan
Model
Bandung:
Rafika
Uno Hamzah B. dan Satria Koni 2013 Assesment
1. Dalam
Konsep
Aditama.
model pembelajaran Contextual Teaching and
hal-hal sebagai berikut:
Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hairuddun
materi akar serabut dengan menggunakan
Perencanaan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
pada materi Akar Serabut bahkan pada materi yang lainnya.
2003.
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) cocok diterapkan
Oemar.
Pembelajaran.
Jakarta:
Usman, M. Uzer. 2006. Menjadi Guru belajar
mengajar
Profesional.
matematika hendaknya guru bidang studi
Rosdakarya.
matematika memperhatikan penggunaan
Nana
Sudjana
Bandung:
(2005)
Penilaian
model pembelajaran Contextual Teaching
Belejar
Mengajar.
and Learning (CTL) sesuai dengan ciri-
Remaja Rosda Karya.
Remaja
Proses
Bandung:
PT.
39
Jurnal Bina Gogik, Volume 1 No. 2, September 2014
Sudikin,
Basrowi,
dan
ISSN: 2355-3774
Suranto.
2007.Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta Sudarsono, 2007, Kamus Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Rita Suriyanti. 2013. Upaya meningkatkan menulis
deskripsi
dengan
model
pembelajaran contextual teaching and learning pada siswa kelas IV SD Negeri Suak Timah. Meulaboh Nur Jamisah, 2014. Upaya Meningkatkan Keaktifan Serta Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Materi Struktur Bumi dengan Menggunakan Model
Contextual
Teaching
and
Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V MIS Blang Luah Kecamatan Woyla Barat
Kabupaten
Aceh
Barat.
Meulaboh http:// www. kamus – besar - bahasaindonesia. com /46873/akar-serabut. diubah: 6 Mei 2004 diakses : Tanggal 27 september 2016
40