Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAAN IBU TENTANG TAHAPAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU NUSA INDAH DESA PELEMKEREP KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati1, dan Devi Rosita2
INTISARI Dari data BKKBN pusat bulan Oktober 2011, jumlah balita di dunia ada 700 juta, di Asia Tenggara 257 juta, sementara Indonesia 23 juta. Maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga khususnya orang tua. Dari sampel 10 ibu balita didapatkan 5 ibu berpengetahuan baik dan 5 ibu lainnya berpengetahuan kurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang tahapan perkembangan balita di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara sejumlah 41 ibu balita yang diambil secara total sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner, diolah secara editing, coding, scoring, tabulating, serta dianalisis secara univariat. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 41 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan kurang tentang tahapan perkembangan pada balita sebanyak 21 orang (51,2%). Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa responden memiliki pengetahuan kurang tentang tahapan perkembangan balita. Seluruh pihak sebaiknya dapat lebih giat mensosialisasikan tentang tahapan pertumbuhan dan perkembangan balita. Dengan mengetahui tahapan perkembangan balita dapat meningkatkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik balita. Kata kunci : Balita, Perkembangan, Tingkat Pengetahuan.
PENDAHULUAN Anak balita sebagai masa emas atau "golden age" merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut (UU No. 20 Tahun 2003). Balita adalah bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah. Selanjutnya kita sebut masa bayi dan masa awal kanak-kanak, karena masing-masing memliki ciri-ciri khas yang berlainan (Marimbi, 2010). Menurut Rusmil (2010; h. 13) bahwa periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa masalah gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan pada balita seperti Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
17
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, sindrom down, perawakan pendek, gangguan autisme, retardasi mental dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Tiap orang tua menginginkan putra-putrinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Proses kembang anak dalam kandungan sampai usia remaja berkaitan satu sama lain. Proses ini di pengaruhi banyak faktor secara garis besar terbagi dua faktor yaitu faktor genetik dan biofisiko psikososial. Dalam proses tersebut anak memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar anak, yaitu pertumbuhan asuh (biomedis), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asah (pemberian stimulasi/rangsang). Salah satu cara mendapat anak yang berkualitas adalah dengan memantau tumbuh kembang anak secara berkala. Umumnya jika pertumbuhan mengalami gangguan maka akan memberikan dampak pula pada aspek perkembangan. Untuk itu pemantauan perlu dilakukan berkesinambungan mencakup pemantauan pertumbuhan dan perkembangan. Tiga tahun pertama usia perkembangan anak merupakan periode emas/masa kritis untuk optimalisasi proses tumbuh kembang dan merupakan masa yang tepat untuk seorang anak menjadi dewasa yang unggul di kemudian hari (Narendra, 2002; h. 13). Orang tua memiliki peran penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain dan lainlain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu para orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi kepada anak-anak (Dinkes,2009). Pengetahuan ibu dalam mengetahui tahapan perkembangan pada balita sangat penting. Banyak ibu yang masih belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang tahapan perkembangan pada balita, ketidaktahuan tentang tahapan perkembangan berkaitan erat dengan tumbuh kembang balita. Upaya mengoptimalkan segala bentuk kecerdasan yang dimiliki balita, merupakan peran serta masyarakat dan pemerintah menjadi suatu keharusan sehingga segala bentuk kendala dapat teratasi. Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan perkembangan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. Posyandu mempunyai tujuan untuk menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan balita (Ismawati. 2010; h. 3-4). Dari data BKKBN pusat bulan Oktober 2011, jumlah balita di dunia ada 700 juta, di Asia Tenggara 257 juta, sementara Indonesia 23 juta. Maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga khususnya orang tua. Data di Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Tengah 2011 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Tengah ditetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa 40-59% dan yang mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,14%. Sedangkan di Jepara sendiri Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
18
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
ditetapkan 77% tetapi cakupan yang diperiksa 40-69% dan yang mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,07% (Dinas Kesehatan Jateng, 2011; h. 24). Dari data BKKBN di Jawa Tengah pada tahun 2011 jumlah balita ada 2,756 juta, dari jumlah tersebut masih banyak balita yang pertumbuhan dan perkembangannya kurang optimal. Maka dari itu orang tua sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan balita (BKKBN Jateng 2011; h. 6). Tabel 1.1. Jumlah Balita Di Wilayah Jepara Tahun 2011 N Kecamatan Jumlah Balita NO. (jiwa) Mayong 880 Nalumsari 456 Kalinyamatan 472 Welahan 288 Pecangaan 1074 Batealit 1661 Tahunan 982 Jepara 530 Mlonggo 419 Bangsri 589 Keling 655 Kembang 472 Pakis Aji 334 Donorejo 982 Karimun 192 Kedung 497 Sumber : BKKBN Jepara. 2011 Dalam penelitian ini Kecamatan Mayong dijadikan tempat penelitian dengan jumlah balita 880 jiwa, dengan mengambil sampel Desa Pelemkerep yang masih merupakan wilayah Kecamatan Mayong Jepara degan jumlah balita 118 jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2012 di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Jepara didapatkan 10 ibu yang mempunyai balita kemudian ibu diberikan kuesioner/cek list, didapatkan 5 ibu dinyatakan baik tingkat pengetahuannya tentang tahapan perkembangan balita, dan 5 ibu yang lain dinyatakan kurang pengetahuannya tentang tahapan perkembangan balita. Hal ini menunjukkan masih banyak orang tua yang belum mengerti tentang tahapan perkembangan balita mereka. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti berminat untuk meneliti tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang tahapan perkembangan balita di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Jepara.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Dan dianalisis dengan univariat.
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
19
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
HASIL PENELITIAN 1. Umur Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamtan Mayong Kabupaten Jepara. Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Total
Frekuensi(f) 12 24 5 41
Persentase (%) 29,3 58,5 12,2 100,0
2. Pendidikan Responden Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamtan Mayong Kabupaten Jepara. Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Frekuensi(f) 7 17 13 4 41
Persentase (%) 17,1 41,5 31,7 9,8 100.0
3. Pekerjaan Responden Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Pekerjaan Pedagang PNS Ibu Rumah Tangga Buruh Pengrajin Penjahit Total
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Frekuensi(f) 15 3 11 4 4 4 41
Persentase(%) 36,6 7,3 26,8 9,8 9,8 9,8 100,0
20
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
4. Pengetahuan Responden Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pengetahun Responden Di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamtan Mayong Kabupaten Jepara. Pengetahuan Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi(f) 7 13 21 41
Persentase(%) 17,1 31,7 51,2 100,0
Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Diuraikan Akan Dilakukan Pembahasan Lebih Lanjut. Penelitian Dengan Judul “Gambaran Tingkat Pengetahuaan Ibu Tentang Tahapan Perkembangan Balita Di Posyandu Nusa Indah Desa Pelemkerep Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara” Yang Dilakukan Bulan Februari 2013 Dengan Cara Membagikan Kuesioner Langsung Kepada Responden Sejumlah 41 Responden. Dan dianalisis secara univariat. BAHASAN 1. Umur Dari hasil penelitian yang berjumlah 41 responden didapatkan bahwa umur ibu balita sebagian besar berumur 20 – 35 tahun yaitu 24 responden (58,5%) dan paling sedikit berumur >35 tahun yaitu 5 responden (12,2%). Umur ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu terhadap tahapan perkembangan balita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden berada pada umur 20 - 35 tahun. Dalam usia ini, responden seharusnya sudah bisa mengetahui dan memahami tentang tahapan perkembangan balita sehingga tumbuh kembang balita tidak mengalami keterlambatan. 2. Pendidikan Dari hasil penelitian yang berjumlah 41 responden didapatkan bahwa pendidikan ibu balita di Posyandu Nusa Indah Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara sebagian besar berpendidikan SMP yaitu 17 responden (41,5%) dan paling sedikit berpendidikan perguruan tinggi yaitu 4 responden (9,8%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita sudah menempuh pendidikan menengah pertama. Hal ini cukup berarti karena tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh tentang tahapan perkembangan balita. 3. Pekerjaan Dari hasil penelitian yang berjumlah 41 responden di dapatkan bahwa ibu balita sebagian besar sebagai pedagang yaitu 15 responden (36,6%) dan sebagian kecil mempunyai pekerjaan sebagai PNS yaitu 3 responden (7,3%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita mempunyai pekerjaan sebagai pedagang. 4. Pengetahuan Tentang Tahapan Perkembangan Balita Dari hasil penelitian yang berjumlah 41 responden didapatkan bahwa ibu balita sebagian besar mempunyai pengetahuan kurang tentang tahapan perkembangan pada balita sebanyak 21 responden (51,2%) dan sebagian kecil mempunyai pengetahuan baik tentang tahapan perkembangan pada balita sebanyak 7 responden (17,1%). Hal ini menunjukkan Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
21
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
bahwa sebagian besar ibu balita mempunyai pengetahuan kurang tentang tahapan perkembangan balita. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden berumur 20-35 tahun sebanyak 24 orang (58,5%). 2. Sebagian besar responden berpendidikan SMP sebanyak 17 orang (41,5%). 3. Sebagian besar responden bekerja sebagai pedagang sebanyak 15 orang (36,6%). 4. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang tahapan perkembangan balita sebanyak 21 orang (51,2%). SARAN Bagi Tempat Penelitian dengan adanya hasil penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi bagi Bidan Desa dan kader Posyandu Nusa Indah untuk dapat memantau tahapan pertumbuhan dan perkembangan balita melalui KMS serta dapat memotivasi ibu balita agar ibu membawa anaknya ke Posyandu setiap 1 bulan sekali. Bagi Ibu meningkatkan pengetahuan ibu dan sebagai masukan ibu untuk mengetahui tahapan perkembangan balita dengan mempelajari buku KIA dan diharapkan ibu bisa mendeteksi perkembangan balita secara dini untuk mencegah terjadinya keterlambatan dan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Bagi Institusi Pendidikan sebagai data dan informasi perkembangan ilmu pengetahuan pada institusi kesehatan khususnya kebidanan untuk informasi penelitian selanjutnya, terutama dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan balita. Menambah kepustakaan bagi institusi dan sebagai sarana untuk memperkaya ilmu serta menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa. Bagi Peneliti meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang luas, sehingga diharapkan mampu melakukan pendekatan holistik serta memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat tentang tahapan perkembangan balita yang benar untuk mencegah terjadinya keterlambatan dan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan balita. DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta;2006; h. 134. BKKBN Jawa Tengah. 2011 Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Departemen Kesehatan dan JICA(Japan International Cooperation Agency) 2009; h. 40-45. Depkes RI. UU No. 20 Tahun 2003. Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta. 192; h. 6 – 18. Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2011. 2011; h. 18. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan 2011 Provinsi Jawa Tengah. 2011; h. 24. Dinkes Jateng 2011; h. 24. Dinkes Jateng. Dokumen.Profil. 2007. tabel 24 Hartika Dewi. Hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di desa kumbung. 2007. Hidayat, A. Aziz Alimul. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta 2011; h. 11-12. Ismawati Cahyo. Posyandu dan Desa Siaga Panduan Untuk Bidan Dan Kader. 2010; h. 3-4. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
22
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:Bakti Husada; 2010; h. 27. Kuntjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani 2001; h 80. Kusnandi Rusmil, SpA(K), MM. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta 2010; h. 13-15. Machfoedz, Ircham. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya; 2007. H. 27. 25 Narendra Moersintowarti B. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja IDAI. Jakarta 2002; h. 13. Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010; h. 138; 182. Nursalam. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2008; h. 55. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika; 2008. h. 80; h. 92. Ridwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendekia; 2008. h. 12 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 2000 ; h. 1. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta; 2007;h.3. Suniarti, Rianti. Hubungan pengetahuan orang tua dan minat orang tua dalam memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4-5 tahun di TK Dharma Wanita. 2010 Wawan dan Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia. Yogyakarta Nuha Medika; 2010; h.16-18. Winarti. Pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak usia 12-15 bulan di desa Dempel. 2009
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
23