Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN PUTING SUSU TENGGELAM DI BPM NY. SRI HANDAYANI DESA WELAHAN JEPARA Yayuk Norazizah1, dan Luluk Hidayah2
INTISARI Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%.Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007. Selama menyusui ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh seorang ibu. Masalah ini dapat menganggu keberhasilan dalam menyusui. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarjan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluran ASI. Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan kejadian puting susu tenggelam di BPM Ny Sri Handayani P Desa Welahan Jepara. Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan cros sectional metode pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Sampling atau semua ibu nifas. Hasil penelitian menunjukkan bahwah dari 16 responden (43,2%) yang mengalami puting susu tenggelam mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 10 responden (83,3%). Dari 21 responden (56,8%) mayoritas ibu nifas yang tidak mengalami puting susu tenggelam yang berpengetahuan cukup 11 responden (68,8%).Sedangkan hasil uji Chi-Square didapatkan nilai p value 0.002. yang berarti terdapat hubungan secara signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian puting susu tenggelam dengan nilai koefisien kontingensinya 0,504 yang berarti sedang. Di harapkan petugas kesehatan lebih menigkatkan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara dimulai sejak kehamilan untuk meminimalisir masalah – masalah dalam menyusui. Kaca kunci : Tingkat Pengetahuan tentang perawatan payudara, kejadian puting susu tenggelam PENDAHULUAN Masa nifas (puerperium) adalah dimulai plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu atau 42 hari, kandungan pada keadaan yang normal (Ambrawati dan wulandari, 2009; h, 1). Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain puting datar atau terbenam, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses pada payudara. Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
11
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
dengan dilakukannya perawatan payudara sebelum dan setelah melahirkan. (Anggraini, 2010; h, 27-29). Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1- 2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan payudara yang dilakukan meliputi pengurutan payudara, pengosongan payudara, pengompresan payudara dan perawatan puting susu. Selama menyusui ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh seorang ibu. Masalah ini dapat mengganggu keberhasilan dalam menyusui. Padahal makanan bagi bayi baru lahir sangat tergantung kepada ibunya, karena makanan yang terbaik untuk bayi adalah ASI ( Sulistyawati, 2009; h, 42 ). Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif dapat menyelamatkan lebih dari 30 ribu balita di Indonesia. Dalam pekan ASI yang dimulai 1 Agustus lalu hingga 7 Agustus, Badan PBB Bidang Anak, UNICEF, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Klaten mendukung 1 enam bulan. kampanye pemberian ASI eksklusif selama Dalam siaran pers yang dikirim UNICEF, jumlah bayi di Indonesia yang mendapatkan ASI eksklusif terus menurun. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari 1997 hingga 2002, jumlah bayi usia enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%.Sementara itu, hasil SDKI 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2007. UNICEF menyimpulkan, cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Dengan situasi seperti itu, I Made Sutama, Kepala Kantor UNICEF perwakilan Jawa Tengah, mengimbau pemerintah daerah segera melaksanakan peraturan daerah tentang ASI eksklusif. “Pemerintah daerah juga harus punya kewajiban menyediakan tempat atau bilik menyusui di tempat kerja dan fasilitas kesehatan. Di samping itu, aparat daerah harus bisa memastikan bahwa peraturan itu tidak memberi peluang bagi munculnya pelanggaran, terutama pemasaran susu formula,” tegas Sutama, dalam pekan ASI eksklusif di Klaten, beberapa waktu lalu.Pemberian ASI eksklusif sudah seharusnya menjadi prioritas di Indonesia. Apalagi banyaknya kasus gizi buruk yang terjadi di berbagai daerah, terutama yang menimpa anak-anak di bawah umur dua tahun. Sutama mengharapkan para ibu berhak mendapatkan dukungan dari keluarga, lingkungan, masyarakat, dan legislasi untuk meningkatkan lamanya menyusui secara efektif (Media Indonesia, 2008). Ada beberapa masalah dalam pemberian ASI yang terjadi seperti Puting susu nyeri umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui. Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar bila posisi mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang. Sebaliknya, puting susu nyeri bila tidak di tangani dengan benar akan menjadi lecet. Pada puting susu lecet menyusui akan menyakitkan dan kadang – kadang akan mengeluarkan darah. Payudara sering terasa penuh dan nyeri akibat dari bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai di produksi dalam jumlah banyak yang mengankibatkan payudara bengkak, payudara bengkak sendiri biasanya terjadi hari – hari pertama (sekitar 2 – 4 jam). (Ambarwati, 2009 ; h,45-450). Payudara bengkak yang tidak di susu secara adekuat akhirnya terjadi mastitis. (Soetjiningsih, 1997 ; h, 105) Mastitis merupakan radang pada payudara, payudara menjadi Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
12
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. (Ambarwati, 2009 ; h , 49). Masalah dalam pemberian ASI lainnya misalnya kelainan anatomis pada puting (Putting tenggelam), Pada puting yang mengami kelainan dapat di atasi dengan perawatan payudara dan prasat Hoffaman secara teratur. Jika hanya salah satu puting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di puting yang lain, jika puting masih di atasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat di lakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan sendok/pipet. Hoffaman secara teratur. Jika hanya salah satu puting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di puting yang lain, jika puting masih di atasi maka untuk mengeluarkan ASI dapat di lakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan sendok/pipet. (Anggraini, 2010 ; h, 29). Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 25 maret 2012. Tabel 1.1 jumlah ibu nifas di BPM Ny. S Desa Welahan Jepara. Jumlah ibu nifas Masalah pada ibu nifas Bulan Jumlah Puting Puting Abses Bendungan mastitis ibu nifas susu susu payudara ASI tenggelam lecet Januari 35 10 25 0 0 0 Februari 30 15 10 0 2 3 Maret 35 25 10 0 0 0 Sumber : Data di BPM Ny. S Desa Welahan Jepara Berdasarkan masalah yang terjadi pada ibu nifas dalam memberikan ASI yaitu kejadian puting susu tenggelam pada bulan Januari – maret 2012 sebanyak 50 ibu nifas. studi pendahuluan yang dilakukan di Pukesmas Welahan Jepara di dapatkan ibu nifas yang mengalami Puting Susu Tenggelam pada bulan Januari – Maret 2012 sebanyak 70 ibu nifas. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara dengan Kejadian Puting tenggelam Di BPM Ny. S Desa Welahan Jepara “. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat a. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara Tabel 1 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara di BPM Ny. Sri Handayani Desa Welahan Jepara periode April 2012. Pengetahuan Kurang Cukup Baik Total
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
Frekuensi 12 16 9 37
Prosentase % 32,4 43,2 24,3 100,00
13
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
b. Kejadian puting tenggelam Tabel 2 Distribusi frekuensi kejadian puting tenggelam di BPM Ny. Sri Handayani di Desa Welahan Jepara. periode April 2012. Kejadian Puting Tenggelam Mengalami Tidak Mengalami Total
Frekuensi
Prosentase %
16 21
43.2 56.8
37
100.00
2. Analisa Bivariat Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan payudara dengan kejadian puting tenggelam di BPM Ny. Sri Handayani Desa Welahan Jepara periode April 2012.
No
Pengetahuan
Frekuensi Mengalami
1
Kurang
10 (83,3%)
Tidak mengalami 2 (16,7%)
2
Cukup
5 (31,2%)
11 (68,8%)
3
Baik
1 (11,1%)
8 r( 88,9a%)
Total
16 (43,2%)
21 (56,8%)
Jumlah 12 (100,0%) 16 (100,0%) 9 ( 100,0%) 37 (100,0%)
Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Diuraikan Akan Dilakukan Pembahasan Lebih Lanjut. Penelitian Dengan Judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Niafas Tentang Perawatan Payudara Dengan Kejadian Puting Susu Tenggelam Di Bpm Ny. Sri Handayani Desa Welahan Jepara” Yang Dilakukan Bulan Februari 2013 Dengan Cara Membagikan Kuesioner Langsung Kepada Responden Sejumlah 37 Responden. Analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-square.
BAHASAN 1. Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas ibu pengetahuan cukup sebanyak 16 responden (43,2%). Ini dikarenakan sebagian besar responden kurang mendapatkan informasi mereka hanya mengetahui dari pengalaman – pengalaman yang diperoleh dari budaya setempat. Meskipun demikian masih terdapat responden yang berpengetahuan kurang yaitu 12 responden (32,4%). Untuk itu perlu diupayakan petugas kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang perawatan payudara yang benar agar masalah – masalah dalam menyusui seperti puting susu tenggelam sehingga ibu bisa menyusui dengan efektif. Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
14
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
2. Kejadian tentang puting susu tenggelam Dari hasil penelitian didapatkan yang tidak mengalami puting susu tenggelam sebanyak 21 responden (56.8%) dan yang mengalami puting susu tenggelam sebanyak 16 responden (43.2%). 3. Hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan kejadian puting susu tenggelam. Berdasarkan analisis uji Chi-square (X2). Yang mana uji Chi-Square (χ2) diperoleh ρvalue = 0,002 dengan taraf signifikan 5%, α=0,05 sehingga ρvalue < α maka Ha diterima dan Ho di tolak berarti ada hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan kejadian puting susu tenggelam di BPM Ny. Sri Handayani Desa Welahan Jepara. dengan keeratan hubungan sedang karena koefisien kontingensinya 0,504. KESIMPULAN 1. Mayoritas ibu nifas pengetahuan tentang perawatan payudara yang berpengetahuan cukup sebanyak 16 responden (43,2%). Dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 12 responden (32,4%). Dan yang berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (24,3%). 2. Mayoritas ibu nifas yang mengalami puting susu tenggelam sebanyak 16 responden (43.2%). Dan yang tidak mengalami puting susu tenggelam sebanyak 21 responden (56.8 %). 3. Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi-square (X2). Yang mana uji ChiSquare (χ2) terdapat expected count < 5 pada 1cell (16,7 %) sel. Nilai hasil uji Chi-Square diperoleh ρvalue = 0,002 dengan taraf signifikan 5%, α=0,05 sehingga ρvalue < α maka Ha diterima dan Ho di tolak berarti ada hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan kejadian puting susu tenggelam di BPM Ny. Sri Handayani Desa Welahan Jepara. dengan keeratan hubungan sedang karena koefisien kontingensinya 0,504 SARAN Bagi masyarakat/bagi resonden meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perawatan payudara yang dimulai sejak hamil dan saat nifas sehingga bisa meningkatkan kesehatan ibu nifas serta bayi. Bagi Institusi karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan tolak ukur keefektifan dan keberhasilan suatu penyampaian materi pembelajaran tentang perawatan payudara dengan kejadian putting susu tenggelam dan dapat dimanfaatkan sebagai refeensi penelitian kebidanan berikutnya terutama tentang nifas, dan diharapkan sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa jurusan kebidanan. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat hal-hal yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai puting susu tenggelam dengan jumlah sempel yang lebih banyak bagi peneliti lainnya. Bagi bagi tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan atau penyuluhan mengenai perawatan payudara pada masa nifas agar bisa memberikan ASI secara Eksklusif dengan cara mengkonsumsi makanan yang sehat, perawatan payudara. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati E.R. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : MITRA CENDIKIA Press ; 2009. Ambarwati dan Wulandari. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogjakarta : Nuha Medika ; 2010. Anggraini Yetti, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Yogjakarta ; Pustaka Rihana; 2010,h,29 . Anonimus. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2007 Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
15
Volume 4 No. 2, September 2013
ISSN : 1907-1396
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta. Rineka Cipta. 2010, h, 194. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika; 2004.h.17-18 Depkes RI. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK – KR ; 2008. Dewi V, N, L dan Sunarsih Trri. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas, Jakarta; Salemba Medika; 2011, h, 29-30,38-9, 71- 7. Hidayat, A. Azis Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika; 2009, h, 87, 93–5, 121–2, 104. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta; 2010; h, 110, 145, 182-3 ___________. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2003, h, 121 Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika; 2003. Riwidikdo, Handoko. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia 2010; h, 12. Saryono, Perawatan Payudara. Yogyakarta: Mitra Cendekia. 2009. h.1 Sugiono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta ; 2007; h, 2, 61, 68, 107, 231, 356, 365. Sujiyatini; Nurjanah dan Ana Kurniati, Asuhan Ibu Nifas. Yogyakarta: Cyrillus Publisher. 2010.h.47 Sulistyawati, Ari. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset.2009.h.24-5 Sulistyaningsih. Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif Kualitatif : Graha Ilmu ;2011,h, 123 Wawan dan Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogjakarta ; Nuha Medika. 2011;h, 18 Widiawaty, Nanik. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dengan Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Perawatan Payudara. http;//digilib.uns.ac.id/pengguna.php. (Diakses: tanggal 28 April 2012)
Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH
16