Vol.
1O No.
1
Juni 2Ol4
UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MAS RAKAT SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) GOWA SULAWESI SELATAN
Jurnal Agrisistem
Vol.10
No.
1
Hal. 1 .99
Gowa
Juni 2014
tssN 2089.0036
JURNALAGR'SISTEM SER' SOSEK DAN PENYULUHAN Pelindang Ketua STPP Gowa (Drs. Muh. Arby Hamire, M.Si.) Penanggang lawab Pembantu Ketua I STPP Gowa (Dr. Ir. Syaifuddin, MP.)
Kaj petr
I-oa
Dewon Redaksi Dr. Ismaya NR Parawansa, SP., M.Si
Res PCtr
\tn
Redaktar Peluksana Dr. Muh. Taufik., S.Pt,, M.Si. Eclitor
Pea
Ahli
Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc. Prof. Dr. k. Syamsuddin Hasan, M.Sc. Prof. Dr. Ir.Hj. St. Bulkis, M.S.
(UNHAS) (I-INHAS) (UNHAS)
Editor Pelaksuna P. Tandi Balla, S.P., M.Si. M. Yacob Surung, S.P., M.Pd. Dr. Ir. Kartika Ekasari Z, M.Si.
Peg
Da tml
d€s
An; po?
dir
Sekretariat Ramli, S.P., M.P. Andy, S.Pt.
Per b€rl
Penerbit Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STPP Gosa
Alamat Redoksi Jl. Malino krn 7 Borongloe,
Atrt
w Ru
Kal
Kec.Bontomarannu - Kab. Gog-a Sulawesi Selatan Telp. (Oal l) 821 0l 17. HP: 085 :{: 019 6-i-: E-mail. agrisistemsosek@ sppgnra- r d
JURNAL AGRISLSTLII tedit delm rfon sr n tr Soset dan Pcaltbrlor- drn pertanian dalam arti lrrrs 15s rtil*rrtu Penluluh Permia- Tertm fuH drtr
Tol
1mg ;o San' Holuti dan H&sil penelitian ![f U-{gsr,z-a maupun ffi [L- H. db.bL[Lsember
Per pral
Ma Pel
ker
Per Atrr
Raj
o-7 / ./^ 5b 6 Xtu ;-
,/
c)
ISSN:2089-0036
furnal Agrisistem Seri Sosek dan Penyuluhan Vol. 10 No. 1 Juni 20L4 DAFTAR ISI Kajian penerapan teknologi dan tingkat pendapatan petani pelaksana hasil musyawarah tari "Mattiro Laong Rltma" di Kabupaten Bulukumba
Respon petani dalam demonstrasi teknologi pembuatan dodol nenas
Manfaat ekonomi sistem tanam padi Legowo P
engaruh pemb erian tunj angan menggunakan metode
Abdul
Halim
1- 9
Repelita Kallo dan 10 - 20 Sri Sasmita Achmad Gusasi dan 21 - 27 M. Yacob Surung
Muhtar Anas
Hamid
28 - 33
Token Economy terhadap peningkatan kedisiplinan pegawai di Balai Diklat Industri Makassar Eymal B. Demmallino, 3.4 - 50 A. Nixia T, Tamzil tangkap (studi kasus pada komunitas Pakkaia di dua Ibrahim dan desa pantai, Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan) Muhammad Adhan Syamsuddin 51 - 68 Analisis faktor yang mempengaruhi pengembangan populasi tanaman lontar (Borassus flabillifier Linn) di Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan
Dampak sosial ekonomi modernisasi perikanan
Pengkajian pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL) berbasis website padatanaman padi sawah
Analisis ekonomi pengolahan bonggol pisang (trtlusa
paradisiaca
L)
menjadi keripik
Romanglompoa Kecamatan
di
Arafah Ismail
Tandi
69
-
74
75 - 80
Kelurahan Bontomarannu
Kabupaten Gowa Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan sarana prasarana terhadap kinerja Guru MAN 3 Kota
Rusdiansah
81-86
Makassar
Pengaruh motivasi dan disiplin terhadap prestasi kerja pegawai pada Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP) Makassar Analisis usaha pemanfaatan kulit pisang Kepok dan Raja menjadi abon
Dahlan dan Rusdiansah Mulyati. AM
87 - 92
93-99
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10
\o
rssN 2089-0036
DAMPAK S OSIAL EKON O}II \ I O D E R\I SASI PERIKANAN TANGKAP (Studi kasus pada komunita s Pakkaia di dua Desa Pantai, Kabupaten Takalar Sularvesi Selatan) Socio-economic impact of capture Jisheries ruodernization (A case study in two coastal villages communities Pakkaia, Takalar South Sulawesi) Eymal B. Demmallino, A. Nixia T, Tamzil Ibrahim dan Muhammad Adhan (Jniv er s i t a s H a s anu d din S o s i a I E ko no mi P er t ani an F akult a s P er t ani an Makassar, Sulawesi Selatan * E -mail : demmallino I 9 6 4 @yaho o. com
1ll,lE-1!rr
Ll@u mduma
Flrtm 'iFt&&E(
ABSTRAK
ilF,trfi
Modemisasi perikanan yang terjadi mengakibatkan perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat ,r.luyun yurrg ruut ini proses perubahan tersebut masih berlangsung. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dari perubahan teknologi penangkapan tradisonal ke teknologi penangkapan modern. Penelitian dilaksanakan bulan M"i rampui oktober 2013. penelitian menggunakan metode survey (deskriptif^-kuantitatif), sampel yang dijadikan responden adalah sejumlah nelayan yang menggunakln teknologi p".ru.gtupui, trudiriorral dan teknologi modern di dua desa pantai (Desa Pa'lalakkang dan b.ru tu*alate) Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peralihan penggunaan sarana tangkap dari teknologi jelajah iederhana ke penggunaan teknologi modern berdampak pada dimensi daya (menjadi lebih jauh), waktu melaut lebih lama, jumlah pekerja lebih banyak serta juga pembagian kerja menjadi lebih jelas. Penerapan teknologi penangkapan ikan yang memberikan perubahan dari aspek ekonomi berupa terjadinya perubahan pendapatan cukup signifikan serta pada perubahan struktur sosial masyarakat nelayan' Penggunaan tetcnologi modern menyeba-bkan terjadinya diferensiasi pekerjaan ditandai dengan munculnya unit-unit baru dalam proses penangkapan.
h@ hmin ,krr ffi h{53
Kata kunci: Peralihan teknologi penangkapan, teknologi tradisonal, teknologi modern, dampak sosial ekonomi modernisasi perikanan'
h,-r -p h.r Ql
tu
q
-it ffi -E h
EF tFh [D @
ABSTRACT Fisheries modernization has resulted in socio-economic changes in the fishing communities that are currently ongoing process of change. The research aimed to determine the socio-economic impact of the changes from the traditional fishing technology to modern fishing technology. The experiment was conducted from May to October 2013. The research used a survey method (descriptive-quantitative), where the sample of respondents is the number of fishermen using traditional fishing technology and modern technology in two coastal villages (Village Pa'lalakkang and Tamalate) District Galesong Takalai of South Sulawesi. The results of this study indicated that the use of a means oi catching transition from simple technology to the use modem technology affects the cruising dimensions (being further away), time at sea become longer, increasing number of workers and the division of labor activities becomes clearer. Implementation of 34
@
fr &
,il
LIP
H
th
qt
*
ry h
1011, Vol. 10 No.l
ISSN 2089-0036
- -i'es
the change of the economic aspects such as the occurrence of -r-cLrlre and the change in the social stmcture of fishing '. - : rlodem techrology jobs leads to additional differentiation : r-ji,:er-lce of new units in the process of catching. ..:!,.t1 rrrrrure technology, traditional technology, modern technology, -. t t, n otnic inrpacts o.f modenizatiort. fisheries -:
,
,
.:\D\HLLL-\-,\ - : -:.s \lakassar, --rr
-
=
ada tiga
lerpenghidupan di
:- '. r::_r 1e1as perbedaannya. :: - lllurlttas "Pallawa ' .kni komunitas petani ' -'- -.- :.r-rbak. petani budidaya =:
':l
sau.ah,
dan petani
kedua,
komunitas :-..r.- krrmunitas yang tidak , _ :._-- proses perlumbuhan , _ . ,::lak atau dalam istilah _ reramu, perampok hasil ..au pemburu (hunter) ikan di ,- -:.am istilah sehari-hari disebut - ,: .=r nelayan; ketiga, komunitas . . r akni komunitas yang hanya - _ _ ..::n media laut mengarungi - . -ielawan arus dan gelombang .' -_,_: radai dengan perahu buatannya - -',am mempertukarkan barang. ,-^:alpulau bahkan antarnegara. -,;nta mereka bukan melakukan -,.:t3n ikan seperti komunitas :etapi lebih pada mentransfer . . ;:nperdagangkan barang-barang dalam wilayah republik bahkan - -.,.: :.ira yang sejak Zaman .1 :. mereka kerapkali dikenal "oajak laut" yang -: gagah berani
- - -: (hasil industri) dari negara- :raju dan barang-barang primer pertanian) dari negara-negara : ..3arg. Disamping itu sesungguhnya . zanlan Kolonialisme, aktivitas -:: lebih banyak berperan dalam :;:sarukan wilayah Republik .
=sia (Demmallino, 2012).
Sumberdaya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk mening)
berukuran sangat besar. Selain itu perkembangan alat bantu berupa kapal
dan
mesin-mesin hidraulik
sangat
menunjang pengoperasian alat tangkap dalam skala besar. Pengoperasian alat tangkap ikan yang berskala besar dan lebih modern seperti trawl, pukat cincin, long line dan pole and line sudah sejak lama dilakukan oleh nelayan asing dari negara tetangga terutama Jepang dan Taiwan. Di Indonesia mulai dikembangkan di Sumatera dan Jawa yaitu sekitar pertengahan tahun l97O-an. Pada tahun 1970 pemerintah orde baru mengeluarkan kebijakan "revolusi biru,,, bertujuan untuk meningkatkan produk-
tivitas hasil laut dan
kesejahteraan
nelayan.
Modemisasi perikanan ),ang telah berlangsung selama dua dasau-arsa (tahun 1970-1998) telah berakibat pada perubahan mendasar dalam kehudupan
masyarakat nelayan. Tetapi
proses
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, VoL
l0
ISSN 2089-0036
No.1
perubahan sosial ekonomi tersebut belum rnerata pada semua lapisan masyarakat nelayan atau kebanyakan masyarakat nelayan belum dapat mengaksesnya dengan baik untuk rneningkatkan kesej ahteraan kehidupan mereka (Pur-wati, 200s).
modern (Desa Tamalate). Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei sampai Oktober
Modernisasi perikanan yang dimulai sejak tahun 1970-an itu di pahami sebagai momentum perubahan sosial ekonomi masyarakat nelayan, ketika itu pemerintah mengeluarkan paket kebijakan untuk mengoptimaikan pemanfaatan sumber daya perikanan laut yaitu modemisasi melalui penggunaan motorisasi dan teknologi alat tangkap yang modern. \Ioderr.risasi perikanan yang terjadi telah :,eu1::krbrtkan perubahan dalam struktur : -:-,.- --.ri1-olll1 inasr-arakat nelayan
Sarnpel penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan cara
-:.
irli _- :r.t'.'-rit sf,it .-.''..r-.
proSeS
-- ..L-11
:.,--. .-:-.,,a,-, p:langkapan tnOdem iengan ) ang teknologi penangkapan tradisional dan mengkaji dampak sosial dan ekonomi yang muncul sebagai akibat dari penerapan modernisasi perikanan tangkap pada komunitas Pakkaja.
BAHAN DAN METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua desa pantai: Desa Pa'lalakkang Kecamatan Galesong dan Desa Tamalate Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu daerah dimana sebagian besar masyarakatnya menggeluti pekerjaan sebagai Pakkaja (nelayan) baik yang menggunakan teknologi penangkapan tradisional (Desa Pa'lalakkang) maupun menggunakan teknologi penangkapan 36
2013.
Metode Penelitian dan Sampel Metode yang di gunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.
mengambil subjek didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Sampel yaflg dijadikan responden dalam pengumpulan data adalah sejumlah 60 nelayan, masing-masing 30 nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan tradisional di Desa Pa'lalakkang dan 30 nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan modern di Desa Tamalate. Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner. Wawancara mendalam juga dilakukan pada sejumlah pemilik kapal, (ponggav'a darat), nakhoda Qtonggawa laut). dan anak buah kapal (sawi).
IIASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Alat Tangkap Jaring Insang Hanyut adalah jaring insang yang berbentuk persegi empat panjang. Konstruksi utama jaring insang ini terdiri dari: tubuh jaring (webbing), beberapa pelampung (floats), beberapa pemberat (sinkers) dan tali ris. Lembaran jaring bagian atas diletakkan pelampung dan bagian bawah diletakkan pemberat. B ahan jaring adalah plyamide dengan ukuran mata janng sebesar 1,25 inci. Jaring dirangkai dengan menggunakan tali yang terbuat dari polyethylene yang mencakup
tali ris
atas,
tali ris
bawah, dan tali
pelampung, sehingga panjang keseluruhan jaring I25 m. Kapal yan9 digunakan untuk jaring insang hanyut rata-rata memiliki panjang 5 m, lebar 50 cm dan
tonase 0,2 ton. Adapun mesin yang digunakan untuk menggerakkan kapal berkekuatan 5,5 PK. Alat tangkap jaring
.
-
:. .lgrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.I
-,=:,g hanyut dioperasikan
di
daerah laut atau perairan dengan ikan --.: nrenjadi target pengkapan yaitu ikan :'--r.3.r1g, ikan layang, ikan banyar dan
: ::.:--Jkaan
::- bawal. Dalam penelitian ini
-::=skat jaring insang hanyut ini - ,.=:egorikan sebagai teknologi ',:--,:r ekap an tradisional. :
.:,Iiknya, alat tangkap Pukat
Cincin ..,-re Sqine) adalah alat tangkap yang : :erasikan untuk menangkap gerombol*- tan pelagis. dengan ukuran panjang -:-r00 m pada kedalaman antara 40-50 :
-'-rh
-.:'
sayap dan badan dengan ukuran
jaring (mesh zise) 1,5 inci yang :rr -3t dari bahan sintetis polyamide.
;
=-=:npung utama yang digunakan terbuat
--:-. bola plastik berdiameter 10,5 cm .:.. dipasang pada tali ris atas dengan r-i 15 cm setiap pelampung. Pemberat -_r digunakan bebentuk cincin dari :-:=:r hitam berdiameter 11,5 cm sebagai :=-rat lewatnya tali kolor (purse line) -:'i:l,rtlr penarikan jaring dengan jarak 20 :-:.:rgunakan dalam pengoperasian Pukat :---in adalah tali pelampung, tali
:i::-berat, tali kolor, tali ris atas dan ':','rh, yang terbuat dari polyethylene. *-':al yang dipergunakan untuk ;,::-roperasian alat tangkap Pukat Cincin -'r-jk;.uran panjang 14-11,5 m lebar 3,5-5 : ::n tinggi 1,5-2 mdengan tonase antara -i ton dan kekuatan mesin 20-30 PK. - ''im penelitian ini perangkat jaring : .;at cincin ini dikategorikan sebagai : r:-olo gi penangkapan modern. Penerimaan Usaha : =:-erimaan dari penggunaan jaring insang r-r\-Lrt terbagi 3 dalam tiga musim yaitu; :--:irr timur terjadi selama 6 bulan yaitu --:n Januari-Juni, musim peralihan ,'=,'rna 3 bulan yaifu bulan Juli:
=:tember, dan musim barat selama 3 --:n yaitu bulan Oktober - Desember.
rssN 2089-0036
Untuk lebih jelasnya penerimaan
pada
usaha penangkapan dengan menggunakan
jaring insang hanyut dapat dilihat pada Tebel
1.
Berdasarkan datapada Tabel 1, diketahui bahwa jumlah rata-rata hasil tangkapan pada usaha Jaring Insang Hanyut per trip pada musim tirnur 25,1333 kg atau dengan penerimaan rata-rata Rp 253.044,44,- dan pada musim peralihan jumlah rata-rata tangkapan sebesar 17,36667 kg atau dengan peneriman rata-rata Rp 170.772,dan pada musim barat jumlah rata-rata tangkapan sebesar 14,73333 kg atau
dengan penerimaan Rp 181.711,Sebaliknya pada usaha penangkapan
Pukat Cincin (Tabel 2) ditemukan bahwa jumlah rata-rata hasil tangkapan per trip pada musim timur sebesar 391,8148 kg atau dengan penerimaan rala-rata Rp 3.673.263,- (meningkat sebesar 81,106) dan pada musim peralihan jumlah rataruta tangkapan 317,037 kg atau dengan
peneriman rata-rata sebesar
Rp 2.912.222,- (meningkat 87,7%) serta pada musim barat jumlah rata-rata tangkapan 229,6296 kg ata,u dengan penerimaan sebesar Rp 3.157.407 (meningkat 89,12%). Data pada kedua tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa jumlah hasil tangkapan dan besamya penerimaan pada penggunaan teknologi penangkapan modern (Pukat Cincin) adalahjauh lebih besar dibandingkan penggunaan teknolo gi
penangkapan tradisional (Jaring lnsang Hanyut) atau dengan rata-rata peningkatan penerimaan 87,97yo per trip per musim. Hal ini disebabkan karena pada usaha penangkapan Pukat Cincin skala usahanya lebih besar dan teknologi penangkapan lebih maju dibandingkan dengan usaha penangkapan Jaring lnsang Hanyrt, meskipun jumlah trip atau operasi usaha penangkapan dengan menggunakan Jaring Insang Hanyut frekuensinya lebih besar dalam sebulan.
3l
ISSN 2089-0036
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
Tabel 1. Jumlah penerimaan pada penggunaan Jaring lnsang Hanyut per trip Jaring Insang Hanyut (Tradisional)
Musim Timur (Nilai rata-rata)
Jumlah
(ke)
Musim Peralihan (Nilai rata-rata)
Harga
Total
Jumlah
Harga
satuan
(Rp)
(ke)
satuan
Total (Rp)
Musim Barat (Nilai rata-tata)
Jumlah
Harga
Total
(ke)
satuan
(Rp)
(
25,73333 9.833,333
253.044
9.833.333
17,36667
l',l0.772
14,73333
12.333,33
181.711
Sumber : Data primer telah diolah,zll3.
Tabel 2. Jumlah penerimaan pada penggunaan pukat cincin per trip Jaring Pukat Cincin (modem)
Musim Timur (nilai rata-rata)
Musim Peralihan (nilai rata-rata)
Jurnlah Harga (kg) satuan
Jumlah Harga Total (kg) satuan
Total (RP)
9.375 3.6'73.264
Jumlah
(te)
317,03',7
9.37s
) q1) )))
Harga
Total (Rp)
satuan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
391,8148
(RP)
Musim Barat (nilai tata'rata)
229,6296
13.7s0
3.rs7.407
Sumber : Dalaprimer telah diolah, 2073.
Tabel 3. Rerata nilai penyusutan alat perangkat penangkapan per tahun Jenis Alat
Jenis Nela
Jangkar
Nelayan Jaring Insang Han 109.166,7 273.333,3 24.000,0 8.011,1 16.300,0 1.29r,7
Kapal Lampu
50.000,0
555.555,6 276.388,9 2.774.198,0 45.000,0 25.000,0 2.500,0 1.679.012,0 75.000,0
63 8.102,8
4.810.154,5
Perahr.r/Sekoci
Mesin Alat tangkap Tali jangkar Basket/Keranjang
Total penyusutan Sumber: Data primer telah diolah,2012.
38
Nelayan Purse Saine (RP)
-:,rnal
Agrisistem, Juni 2014, Vol l0 No.1
Bia1,a Tetap
rekartawi (2005) mengemukakan bahwa :-r.\'a merupakan dasar dalam penentuan .-irga, sebab suatu tingkat harga yang >
.;ak dapat menutupi biaya akan
:.enyebabkan kerugian. Sebaliknya ,:abila suatu tingkat harga melebihi
ISSN 2089-0036
mempunyai total nilai rata-rata penyusutan per tahun sebesar Rp 638.102,8 dan pada usaha penangkapan Pukat Cincin mempunyai nlai rata-rata
penyusutan
per tahun sebesar Rp
4.810.154,5.
):nua braya maka dapat dipastikan bahwa
Biaya Variabel
..-.aha tersebut mendapatkan keuntungan.
Biaya variabel adalah biaya yang habis dalam satu kali operasi penangkapan atau biaya yang dikeluarkan selama proses
3rava umumnya terdiri atas dua yaitu 3rava Tetap dan Biaya Variabel. Biaya -:tap merupakan biaya yang tidak dapat ::rubah-ubah (konstan) untuk setiap .-:skatan atau sejumlah hasil yang -.:roduksi. atau dapat pula disebut biaya -:ap adalah biaya yang penggunaannya .-:ak habis dalam satu masa produksi dan ::ap dikeluarkan walaupun tidak .:rproduksi. Sa;ah satu dari biaya yang -:naksud adalah biaya penyusutan alat. ?:nyusutan alat terjadi karena pengaruh -:lur atau karena dipakai. Perhitungan r-lva penyusutan dapat dilakukan dengan -,ra menghitung selisih antara nilai awal :rang dengan nilai akhir barang dibagi 'na pemakaian. Nilai penytsutan rata:.:a peralatan usaha nelayan Jaring insang --:nyut dan Pukat Cincin (Purse Saine) -'pat dilihat pada Tabel 3.
i:rdasarkan hasil pada Tabel 3, :-enunjukkan bahwa unit penangkapan :rng Insang Hanyrt, penyusutan alatnya ,:ng terbesar adalah pada mesin dengan ^',at rata-rata penyusutan per tahun Rp - --r.333,3 dan penyrsutan alat terkecil "
.:alah pada jangkar dengan nilai rata rata
::nl.usutan
per tahun Rp
1.291,7
.:dangkan untuk nelayan Pukat Cincin ::nlusutan alatnya yang terbesar adalah : =da alat penangkapan pukat cincin (yturse ::ne) dengan ntlai rata penyusutan per -un Rp 2.774.198,- dan penyrsutan alat .ng terkecil adalah pada jangkar dengan -'-at rata-rata penyrsutan per tahun Rp - 500,- per tahun. Data pada Tabel 3,
---<etahui bahwa untuk ::nangkapan Jaring Insang
usaha
Hanyut
usaha penangkapan berlangsung, berupa: biaya bahan bakar, rokok dan konsumsi.
Biaya variabel dikeluarkan sepanjang waktu produksi dan selalu berubah-ubah
tergantung kepada besar produksi. Besarnya biaya variabel ini juga tergantung pada jauhnya atat luasnya penangkapan,
daerah
Iamanya
pengoperasian, dan jumlah Anak Buah
Kapal (ABK) yang ikut dalam operasi penangkapan. Semakin jauh daerah penangkapan dan semakin sering melaut, jumlah bahan bakar yang dibutuhkan akan semakin besar. Sehingga biaya yang dikeluarkan juga bertambah banyak. Demikian pula dengan jumlah ABK yang ada, semakin banyak ABK yang ikut dalam operasi penangkapan maka semakin banyak pula braya konsumsi yaflg dikeluarkan. Adapun Jenis biaya variabel yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 dar. Tabel 5.
Tabel
4,
menunjukkan bahwa biaya variabel yang paling tinggi untuk unit penangkapan Jaring lnsang Hanyut adalah pada penangkapan yang berlangsung pada
musim timur, menyrsul pada musim peralihan, dan musim barat. Sedang pada usaha penangkapan dengan Pukat Cincin (Tabel 5), btaya variabel yang paling tinggi justru terjadi pada musim peralihan, menyrsul pada musim timur, dan musim barat. Besamya braya variabel pada musim peralihan pada usaha penangkapan Pukat Cincin terutama disebabkan karena pada musim ini wilayah penangkapannya
39
ISSN
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
diperluas ke arah bagian timur dari Sulawesi Selatan, sedangkan besarnya braya variabel pada musiur timur dari usaha penangkapan Jaring Insang Hanlut adalah terutama disebabkan karena pada musitr tersebut penangkapan berlangsung secara intensif. Jika diperbandingkan anlara biaya variabel pengggunaan teknolo gi penangkapan tradisional dengan biaya variabel teknologi penangkapan
modern, ditemukan
2089-00i6
bahwa
terjadi
peningkatan braya variabel yang cukup drastis. Pada rrusim timur peningkatannya dapat mencapat 4 (empat) kali lipat, pada musim peralihan daPat mencaPai 8 (delapan) kali lipat, dan pada musim barat dapat mencapai 7 (tujuh) kali lipat dari biaya variabel dengan menggunakan teknolo gi penangkapan tradisional'
5
Nelayan Jaring Insang HanYut (RP)
Musim Peralihan
Musim Timur
Musim Barat
Bensin
4.950.000,0
3.600.000,0
2.250.000,0
oli
2.302.666,3
t.674.666,4
t.046.666,5
880.000,0
640.000,0
400.000,0
Konsumsi
1.180.666,6
858.666,6
536.666,6
Rokok
1.283.333,7
933.333,6
583.333,5
Minyak Tanah
",oE!
q.u5lrc
Tabel 4. Jenis danreratabrayavariabel per tahun Nelayan Jaring Insang Hanyut Jenis Biaya variabel
- lutE
4.816.666,6
t0.596.666,6 Sumber : Dataprimer telah diolah, 2013.
.4@
hD:
Eqn -@s
o,
-
hr
h
&
dE Tabel 5. Jenis dan rerata biaya variabel per tahun nelayan pukat cincin
I
Nelayan Pukat Cincin (RP) Jenis Biaya variabel
Musim Peralihan
Musim Timur
Musim Barat
Bensin
774.999,9
1.29t.666,5
6t9.999,92
Minyak Tanah
5.244.444
8.740.740
4.r95.s55,2
.433.333,5
3.568.000,08
13.055.556,0
21.759.260,0
70.444.444,8
4.944.444
8.240.740
3.955.555,2
600.000
1.000.000
480.000
ABI(Sawi
t6.223.694
20.029.015
10.502.844
Total Biaya Variabel
45.303.13
68.494.8r5
33.766.399,2
Solar
Konsumsi Rokok Retribusi
4.460.000,1
Sumber : Dataprimer telah diolah, 2013
8
7
u
n
&
,h l
@
,t
40
ISSN 2089-0036
l.=:.:a biava total usaha penangkapan Jaring Insang Hanyut Nelayan Jaring Insang Hanyut (Rp)
:--:3:eva
Musim Peralihan
Musim Tirnur 212.700,92 t0.596.666,63 10.809.364,55
r::';r' -
Musim Barat
2t2.700,92
2t2.100,92
7.706.666,64
4.876.666,65
7.9t9.361,56
5.029.367 ,57
)ata primer telah diolah, 2013.
R.eratabiayatotal usaha penangkapan Pukat Cincin Nelayan Pukat Cincin (Rp)
.:-s Biaya
i .,, i312p i .-,, \-ariabel - '- Bia)'a rF-
Musim Timur
Musim Barat
.603.3 84,83
1.603.384,83
45.303.138,00
68.494.815,00
33.766.399,20
46.906.522,83
70.098.199,83
35.369.784,03
1.603.384,83
1
r,-r : Data primer telah diolah ,2012.
T r,rel
Biaya
- j- Biaya adalah keseluruhan biaya ,jril ditambah dengan biaya variabel. : ,.: total merupakan biaya yang ;.-,i.,-ilarkan selama setahun untuk r:=.riayai suatu usaha penangkapan. r -run biaya total yang digunakan
::.:\. an Jaring lnsang Hanyut dan nelayan :'-.u,t Cincin (purse saine) dapat dilihat : r-: Tabel 6 dan TabelT.
a total pada usaha penangkapan ---ng lnsang Hanyut (tradisional) pada musim timur (Rp =f,iggr . i09.364,55), per-
:
Musim Peralihan
.=',
menyusul musim
i'r-arl (Rp 10.809.364,55) dan
musim r-at (Rp 5.029.361,57) dan sebaliknya :.la usaha penangkapan dengan Pukat - -rcin (modern) tertinggr pada musim :*alihan (Rp 70.098.199,83) menyrsul :-:srm timur (Rp 46.906.522,83) dan -:sim barat (Rp 35.369.784,03).
.:dngkatan biaya total seiring
dengan
peningkatan biaya variabel meningkat 4-8 kali lipat dari teknologi penangkapan tradisional ke teknologi penangkapan modern.
Analisis Keuntungan Usaha Keuntungan usaha merupakan hasil dari penerimaan dikurangi oleh semua btaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung. Faktor penentu terhadap besarnya keuntungan bergantung pada besamya penerimaan dan besamya braya variabel dari usaha penangkapan. Usaha
penangkapan dengan Jaring Insang Hanyut, keuntungan terbesar diperoleh pada musim timur (Rp 77.025.519,45),
menlusul musim peralihan
(Rp (Rp 4.056.187,43). Sebaliknya usaha penangkapan dengan Pukat Cincin, keuntungan terbesar pada musim peralihan (Rp 78.512.900,17), menyusul musim timur
5.742.408,44), dan musim barat
41
rssN 2089-0036
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
usaha penangkapan tersebut sama-sama mengunrunekan. hal ini disebabkan teknologr 1'ang digunakan lebih modern dibandin-ekan dengan usaha penangkapan dengan Jaring Insang HanYrt.
(Rp 63.291 .397,17), dan musim barat (Rp 40.407.983,97).
Besamya keuntungan Pada
musrm peralihan pada usaha penangkapan dengan Pukat Cincin disebabkan jumlah trip yang dilakukan pada saat musim peralihan berlangsung adalah lebih banYak, sebanyak 50 trip sedangkan untuk musim timur hanya 30 kali trip dari total 104 kali trip yang dilakukan selama satu tahun. Dengan membandingkan keuntungan yang diperoleh pada setiap musimnya,
diketahui bahwa keuntungan
Teknologi penangkapan dengan Pukat Cincin merupakan teknologi Yang memiliki skala usaha dan investasi yang lebih besar, daPat menjangkau area penangkapan yang lebih jauh dan luas,
Pme
dan lebih efisien dalam
S.rinn
melakukan
penangkapan sehingga produktivitasnya lebih tinggi dan lebih banyak memberikan
Yang
diperoleh pada usaha penangkapan dengan Pukat Cincin lebih tinggi walaupun kedua
&IE
-
--t]il[a "W@l[.ro
tulr
i
tu *riirficr
keuntungan
Tabel 8. Rerata keuntungan usaha penangkapan Jaring Insang Hanyut Jaring lnsang Hanyut (RP)
Uraian Penerimaan Total Biaya Keuntu
Musim Timur 21.834.884,00 10.809.364,55
r7.025.519.45
Musim Peralihan 13.661 .176,00
7.919.367,56 5.742.408,44
Musim Barat 9.085.555,00 5.029.367,57 4.056.187,43
m@
Sumber : Data primer telah diolah,2012.
d-'
Tabel 9. Rerata keuntungan usaha penangkapan Pukat Cincin
Hr
Uraian
F
l*p hp
Pukat Cincin (
Musim Timur
Penerimaan
tt}.t97.920,00
148.611.100,00
75.717.768,00
Total Biaya
46.906.522,83
70.098.199,83
35.369.784,03
Keuntungan
63.29t.397,17
78.512.900,77
40.407.983,97
Sumber : Data primer telah diolah,2012.
F I
-p
&
E
t I
42
rssN 2089-0036
Perubahan pola kerja dari penggunaan teknologi penangkapan tradisional ke teknologi penangkapan modem Jenis Teknolo gi Penangkapan
Dimensi
Pukat Cincin
Jaring Insang Hanyut
-
,..
Jelajah
----,h Pekerja
Di sekitar pantai
Jauh dari pantai
| -2
12-15 orang
orang
: ::: : .' Rekruitment
i,i:u :
Semi Bebas
Selektif
<7 jamper hari
Melaut
--:-:er :Dataprimer telah diolah,2013
It'rmpak Sosial Ekonomi \ [ od ernisasi Penangkapan
perubahan pada pola kerja, struktur sosial,
:
nelayan.
dan peningkatan pendapatan masyarakat
=r:andingan penggunaan teknologi r{-ilgkapan tradisional (Jaring Insang
l
>12 jamper hari
- .- iut) dengan teknologi penangkapan
: -:ern (Pukat
Cincin-Purse
Saine)
--=:isqambarkan dampak ekonomi dari
:-.jernisasi penangkapan. Penggunaan :-: - penerapan teknologi penangkapan ---.jern tidak hanya berdampak pada :*:ngkatan biaya dan pendapatan, tetapi =l-n jauh juga ditemukan berdampak :.:a pola kerja, struktur sosial nelayan. .-
.J.a penggunaan teknologi penangkapan
:=Jisional: pola kerja dengan dimensi -'.,a jelajah lebih dekat, waktu melaut =r:h singkat, jumlah pekerja lebih kecil r,-:ia pembagian kerja hampir dapat :*
=
Jika pada
penggunaan teknologi penangkapan tradisional struktur sosial komunitas nelayan masih terdiri atas Ponggawa Darat (pemilik modal), Ponggawa Laut (pemimpin operasional penangkapan), dan Sawi (Bekerja) maka pada penggunaan teknologi penangkapan modern, status sawi mengalami pemekaran, berupa Sawi Palampu, Sawi Jaring, Sawi Mesin, dengan masingmasing sejumlah ,lawl Pembantu pada setiap status Sawi yang dimaksud sesuai dengan kebutuhan. Perubahan seperti ini sesungguhnya lebih dikenal dengan istilah diferensiasi struktural, untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar I dan2.
Dampaknya adalah perbedaan pola kerja penggunaan teknologi yang masih sederhana dengan teknologi baru yang modern, efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi modernisasi menimbulkan diferensiasi yakni munculnya unit-unit sosial baru yang berdampak pada
perubahan struktur sosial
nelayan.
43
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, VoL
l0 No.l
rssN 2089-0036
Gambar 1. Struktur sosial.komunitas nelayan pengguna teknologi penangkapan tradisional (Jaring Insang HanYut)
Gambar 2. Struktur sosial komunitas nelayan pengguna teknologi penangkapan modern (Pukat Cincin)
Y Ponggawa Lompo adalah pemilik yang bertanggung jawab menYediakan peralatan penangkapan, perbekalan, dan konsumsi. Peralatan penangkapan terdiri atas: alat tangkaP fiaring), perahu/kapal beserta mesinnya, dan
lampu merkuri atau Pertomaks. Perbekalan antara lain solar untuk mesin kapal, solar untuk diesel yang digunakan untuk menyalakan lamPu merkuri, jika menggunakan lamPu
petromaks maka harus digunakan minyak tanah, dan oli. Sementara
44
konsumsi merupakan perbekalan untuk ABK, dan rokok.
Y Ponggawa Latt mempunyai tanggung jawab mengatur keseluruhan kegiatan penangkapan, mengendalikan kaPal
dan memelihara alat tang[
Ponggawa laut dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai penanggung jawab operasional, ia memiliki wewenang
penuh untuk merekrut ABK
rssN 2089-0036
;ntal Agrisistem, Juni 2014, Vol. l0 No.l
rrenentukan
lokasi
penangkapan,
rremberi tugas dan memimpin ABK, dan menentukan kapan jaring harus diturunkan dan kapan harus ditarik. Ponggawa Laut bersama dengan sawi iuru jaring juga bertugas mengamati lokasi di mana terdapat banyak ikan. Oleh karena itu ia biasanya berada di cagian paling depan atau kadangkadang di bagian atas (dek) kaPal.
- Sawi Mesin
bertanggung jawab :erhadap operasionalisasi mesin, pengisian bahan bakar dan oli, dan :engontrolan air pendingin, bertugas nengendalikan arah putaran balingtaling sesuai dengan arah Yafig litentukan oleh ponggawa laut.
-
Sarvi Jaring bertugas menata peralatan -aring seperti melempar dan renurunkan pelampung dan Pemberat, :nengambil dan menaikkan pelampung,
nengatur posisi antara
setiaP
relampung dan pemberat jaring mulai penangkapan, sampai selesainya
"s'al
ieeiatan penangkapan.
- ia*'i Palampu bertugas
untuk
:renyalakan dan mematikan lampu :ada perahu lampu yang secara khusus litempatkan beberapa meter dari :er-ahu/kapa1, dimana perahu lampu ini :erfungsi sebagai pemancing agar rkan :erkonsentrasi atau berkumpul pada Tea penangkapan yang telah :itetapkan oleh ponggawa laut.
- Sas'i Biasa adalah pekerja
yang pelaksanaan
-.ernrgas membantu :perasional penangkapan
sesuai
Jengan pembagian kerjanya masing-
-asing (membantu:
penggunaan mesin, dan
-;mpu, menjalankan ::engoperasikan jaring). Termasuk -enyiapkan makanan bila penang-
kapan berlangsung selama beberapa hari di laut.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada penggunaan teknologi yang lebih modern
(khususnya berdampak
Pukat Cincin) telah pada struktur sosial
masyarakat nelayan dan bahkan telah merambah lebih jauh pada stratifikasi sosial. Dengan mengacu pada Gambar 1 dan hasil pengamatan dalam masyarakat nelayan telah tercipta sekurang-kurangnya
4 (empat) sfata dalam kehiduPan masyarakat nelayan. Keempat strata yang
dimaksud adalah: Strata Atas Yang ditempati oleh para pemilik modal atau secara lokal disebtt Ponggawa darat ata,u papalele beserta keluarganya. Strata Menengah yang ditempati para Ponggawa laut dan keluarganya. Strata Bawah Atas ditempat oleh para sawi profesional (Sawl Mesin, Sawi Lampu, dan Sawi Jaring) beserta keluarganya dan Strata Bawah (strata terendah) ditempati oleh pata Sawi biasa dan keluarganya.
rinci dapat dijelaskan bahwa yan1 dimaksudkan dengan PaPalele adalah pemilik modal atau biasanya juga merupakan pemilik kapal yang menjalin Secara lebih
hubungan secara struktural dengan Ponggawa Laut dengan menYePakati sebuah kontrak kerja sama (bagi hasil) mengenai segala hal yang berkaitan
dengan proses penangkaPan ikan. Ponggawa Laut adalah orang Yang memimpin proses penangkapan ikan dan bertanggung jawab penuh terhadap segala sesuatunya selama proses penangkapan ikan ini berlangsung. Sedangkan Sqwi adalah sejumlah orang yang membantu proses penangkapan ikan tetapi hampir tidak memiliki hak dalam pengambilan keputusan selama proses penangkapan ikan atau istilah modern juga disebut awak kapal atau anak buah kapal (ABK)
45
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol.
l0 No.l
rssN 2089-0036
Dasar yang rnewujudkan
Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemarnpuan masing-masing dalam
merupakan unsur-unsur baku dalarn pelapisan sosial dan memiliki arti yang
mengejar serta mencaPai tujuan-
terjadinya pelapisan sosial dalarn komunitas Pakkaja ini adalah adanya kedudukan (status) sefia peranan (role). Kedudukan serta peranan
sangat penting bagi ter-wujudnya pelapisan
sosial. Kedudukan diartikan
sebagai
tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Kedudukan
sosial
diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan individu-individu
1ain,
prestisenya, serta hak-hak dan kewajibannya. Pada pelapisan sosial (nelayan) Pakknja Komunitas menunjukkan bahwa kedudukan Papalele atau Ponggawa Darat dalam Struktur
sosial Ponggawa Sawi berada Pada lapisan teratas sehubungan dengan prestisenya sebagai suatu kedudukan yang memperlihatkan kemampuan ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan anggota komunitas lainnya serta hak-hak dan kewajibannya sebagai P apalele.
Secara umum dalam
masYarakat, berdasarkan perolehannya terdapat dua
macam kedudukan atatt status dalam sruktur sosial, yaitu: a. Ascribed-Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanPa
memperhatikan perbedaan-perbedaan
kemampuan serta
rohaniahnYa.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan. Pada umumnya
Ascribed-status ditemui
Pada
masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya pada masyarakat feodal, atau masyarakat dimana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. adalah kedudukan Achieved-Status b. yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja.
46
tujuannya. Misalnya semua orang dapat menjadi Kepala Desa asalkan memenuhi syarat tertentu, dan orang yang memiliki syarat-syarat tersebut dipandang terbaik dan dapat menjadi kepala desa. Achieved-status menekankan pada usaha-usaha perseorangan atau kelompok dan kemamPuannYa untuk sampai pada kedudukan tertentu.
Komunitas nelayan yang mempergunakan teknologi penangkapan modem (Pukat Cincin) tampaknya yang berlaku adalah Achieved-status, dimana pada komunitas
ini tidak tertutup kemungkinan
fuf,ffi qpi
rm&fo
h
tuT
bagr
siapapun untuk menduduki posisi puncak sebagai Papalele atau Ponggawa Datat. Individu-individu pada komunitas ini yang berstatus sebagai Ponggawa Laut atat Sawi ketika memiliki sikaP atau Achievement yang baik melalui kerja keras serta kesungguhan dapat mencapai posisi puncak. Ciri yang mendasari pola hubungan dalam Achieved status sebagaimana yatg terciPta dalam
komuitas nelayan adalah
E
adanYa
bagi setiaP
anggota keterbukaan komunitas untuk melakukan perubahan posisi terutama secara vertikal dalam pelapisan sosial.
Kedudukan seseorang atau status yang melekat pada dirinya dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu yang dinamakan prestise simboi (status symbol). Ciri-ciri tersebut seolaholah sudah menjadi bagian hidupnya yang telah terinternalisasi dalam dirinya. Ada beberapa ciri-ciri tertentu yang dianggap sebagai status-simbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, tempat tinggal,
cara dan corak menghiasi
rumah
ryL
&ur
:.'::isrem, Juni 2014, Vol.
l0 No.l
-:-. barang-barang mewah dan .-'-, .., t Papalele atau Ponggawa -.
-:,emiliki status simbol
yang
. .-: :ada dirinya dan tidak dimiliki . ..r oritas individu lainnya pada - .,.:s Pakkaja. Rumah dengan
--... bangunan besar, mobil mewah, r:rang-barang mewah lainnya -' :i'. ciri yang tidak dapat dipisahkan yang .- . =:-idup at Papalele. Hal inilah
- :-- salah satu dasar papalele - ." . .-ii prestise yang lebih dalam --,.: : sosial pada komunitas usaha .
-"-
-
-- Japsn modern.
:-r
struktur sosial Ponggawa-Sawi
--
-..,:as Pakkaja yang mempergunakan : -- 31 penangkapan modern, selain ' -:r :-. kedudukan (status) juga sekaligus :- -:r:i peranan (role). Status dan - :-:-,:: merupakan dua hal yang tidak . - :. :3rpisahkan, karena keduanya saling - : -. :kapi. Apabila seseorang men-
---,-:i1 hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya maka dia dapat '-- ==:-
-.
.
ISSN 2089-0036
nya fungsi individu lainnya sebagai perrimpin atau nahkoda dalam usaha penangkapan ikan menempatkan posisi dan perannya sebagai Ponggawa Laut, dan fungsi individu sebagai pelaksana
fungsi-fungsi penangkapan
ikan menempatkannya pada kedudukan dan peran sebagai Sawl (Gambar 3).
Komunitas nelayan, sistem bagi hasil juga mengalami perubahan. Jika sebelunnya perahu hanya mendapatkan satu bagian sekarang dengan kehadiran mesin (motor) juga mendapatkan bagian yang sama dengan perahu dan hal ini jelas mengutungkan para pemilik modal. Sebaliknya jika sebelumnya Sawi hanya mendapatkan masing-masing satu bagian, sekarang dengan adanya perubahan status Sawi (Sawi Lampu Sawi Mesin, dan Sawi Jaring) maka terhadapnya masing-masing mendapatkan bagian lebih dari status Sawi sebelumnya dan hal ini jelas menguntun g)
p ar
a S aw
i
.
, '.:--
':-:r-:r1. Peranan yang melekat pada diri :.:,.
r.rr1g harus dibedakan
dengan
--:-kan sosial dalam
pergaulan :-.ivarakatan. kedudukan seseorang . - :::, masyarakat merupakan unsur statis ---: nenunjukkan tempat individu pada -':--sasi masyarakat, sedangkan peranan , - --- banyak menunjuk pada fungsi, - :- :suaian diri dan sebagai suatu proses. :
,. -
-....-e1
penangkapan modem, keduduk-
rasing-masing individu sebagai . . -;.:le (Ponggawa Darat), Ponggawa
.
maupun Sawi menunjukkan posisi
" : -...i dalam Struktur sosial yang telah - -1+n melalui peranan masing-masing ' -.-, -du. Fungsi individu dalam hal ini :-:=.ele sebagai pemberi modal dalam
.
-.: peoaflgkapan ikan menempatkannya sebagai Papalele dan .-..:Judukan sebagai Papalele. Selanjut-
--:-..irkl peran
Sistem Bagi Hasil
Sebagai konsekuensi dan perubahan struktur sosial Ponggawa Sawi. Sistem bagi hasil dalam usaha penangkapan ikan pada umumnya merupakan suatu sistem pengupahan yang didasarkan dari besarnya hasil penangkapan (jumlah tangkapan). Hal ini berdasarkan asas solidaritas yang masih terpelihara dalam masyarakat, berikut resiko bagi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam penangkapan. Atas perannya sebagai pemberi modal menyebabkan Papaiele mendapatkan bagian yang lebih besar dibandingkan dengan Ponggawa dan para Sawi. Mekanisme pola bagi hasil yang diterapkan usaha penangkapan Pukat Cincin (modern) adalah sebagai berikut; satu bagian untuk perahu, satu bagian untuk alat tangkap, satu bagian untuk
47
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol.
l0
rssN 2089-00s6
No.1
Dasar yang rnewujudkan
Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam
merupakan unsur-unsur baku dalarn pelapisan sosial dan memiliki arti yang
rnengejar serta mencaPai tujuan-
terjadinya pelapisan sosial dalam komunitas Pakkaja ini adalah adanya kedudukan (status) serla peranan (role). Kedudukan sefta peranan
sangat penting bagi terwujudnya pelapisan
sosial. Kedudukan diartikan
sebagai
tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Kedudukan
sosial
diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan individu-individu lain,
prestisenya, serta hak-hak dan kewajibannya. Pada pelapisan sosiai (nelayan) Pakknja Komunitas menunjukkan bahwa kedudukan Papalele atau Ponggawa Darat dalam Struktur
sosial Ponggawa Sawi berada Pada lapisan teratas sehubungan dengan prestisenya sebagai suatu kedudukan yang memperlihatkan kemampuan ekonomi yang iebih baik dibandingkan dengan anggota komunitas lainnya serta hak-hak dan kewajibannya sebagai P apalele.
Secara umum dalam
masYarakat,
berdasarkan perolehannya terdapat dua macam kedudukan atat status dalam sruktur sosial, yaitu: a. Ascribed-Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masYarakat tanPa
memperhatikan perbedaan-perbedaan
kemampuan serta
rohaniahnYa.
Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misainya kedudukan anak seorang bangsawan. Pada umumnya
Ascribed-status ditemui
Pada
masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya pada masyarakat feodal, atau masyarakat dimana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. b. Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan yang disengaja, usaha-usaha
46
tujuannya. Misalnya semua orang dapat menjadi Kepala Desa asalkan memenuhi syarat tertentu, dan orang yang memiliki syarat-syarat tersebut dipandang terbaik dan dapat menjadi kepala desa. Achieved-status menekankan pada usaha-usaha perseorangan atau kelompok dan kemamPuannYa untuk sampai pada kedudukan tertentu.
Komunitas nelayan yang mempergunakan teknologi penangkapan modem (Pukat Cincin) tampaknya yang berlaku adalah Achieved-status, dimana pada komunitas
ini tidak tertutup kemungkinan bagr
siapapun untuk menduduki posisi puncak sebagai Papalele atat Ponggawa Datat. Individu-individu pada komunitas ini yang berstatus sebagai Ponggawa Laut atau Sawi ketika memiliki sikaP atau Achievement yang baik melalui kerja keras serta kesungguhan dapat mencapai posisi puncak. Ciri yang mendasari pola hubungan dalam Achieved status sebagaimana yarlg terciPta dalam
komuitas nelayan adalah
adanYa
bagi setiaP
anggola keterbukaan komunitas untuk melakukan perubahan posisi terutama secara vertikal dalam pelapisan sosial.
Kedudukan seseorang atau status yarrg melekat pada dirinya dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu yang dinamakan prestise simbol (status symbol). Ciri-ciri tersebut seolaholah sudah menjadi bagian hidupnya yang telah terinternalisasi dalam dirinya. Ada beberapa ciri-ciri tertentu yang dianggap sebagai status-simbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, tempat tinggal,
cara dan corak menghiasi
rumah
rnlal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 101'{o.l
,.-'diarlan, barang-barang mewah dan --ierusnya. Papalele atau Ponggau,a
Irrat memiliki status simbol yang :lekat pada dirinya dan tidak dimiliki eh mayoritas individu lainnya pada . rnunitas Pakkaja. Rumah dengan '=lruk bangunan besar, mobil mewah, ::ia barang-barang mewah lainnya :;rjadi ciri yang tidak dapat dipisahkan , r kehidupar. Papalele. Hal inilah yang .
;riadi salah satu dasar papalele .=rriliki prestise yang lebih dalam '. -ktur sosial pada komunitas usaha
'-
angkapan modern.
-.,am struktur sosial Ponggawa-Sawi Pakkaja yang mempergunakan -.- rologi penangkapan rnodern, selain ::pat kedudukan (status) juga sekaligus . runitas
-
-:pat peranan (role). Status dan :i-Ior1 merupakan
':i
dua hal yang tidak
terpisahkan, karena keduanya saling
:ngkapi. Apabila seseorang men.,-rkan hak dan kewajibannya sesuai . ran kedudukannya maka dia dapat .'lakan telah menjalankan suatu , :1311. Peranan yang melekat pada diri .-:rrang harus dibedakan dengan '-
,.iukan sosial dalam
pergaulan
,svarakatan. kedudukan seseorang , --: masyarakat merupakan unsur statis _: menunjukkan tempat individu pada - ::isasi masyarakat, sedangkan peranan
.
banyak menunjuk pada fungsi, :suaian diri dan sebagai suatu proses.
.
*nitas Pakkaj a yang mempergunakan .c'rgi penangkapan modem, keduduk-
:nasing-masing
:le
individu
sebagai
(Ponggawa Darat), Ponggawa maupun Sawi menunjukkan posisi -',:e dalam Struktur sosial yang telah ,r _run melalui peranan masing-masing ..ru. Fungsi individu dalam hal ini , :le sebagai pemberi modal dalam ,',-', enangkapan ikan menempatkannya -kr peran sebagai Papalele dan : : rdukan sebagai Papalele. Selanjut-
ISSN 2089-0036
nya fungsi individu lainlya
sebagai
pernimpin atau nahkoda dalam
usaha
penangkapan ikan menempatkan posisi dan perannya sebagar Ponggawa Laut, dan fungsi individu sebagai pelaksana fungsi-fungsi penangkapan ikan menempatkannya pada kedudukan dan peran sebagai Sawi (Gambar 3). Komunitas nelayan, sistem bagi hasil juga mengalami perubahan. Jika sebelumnya perahu hanya mendapatkan satu bagian sekarang dengan kehadiran mesin (motor) juga mendapatkan bagian yang sama dengan perahu dan hal ini jelas mengutungkan para pemilik modal. Sebaliknya jika sebelumnya Sawi hanya mendapatkan masing-masing satu bagian, sekarang dengan adanya perubahan status Sawi (Sawi Lampu Sawi Mesin, dan Sawi Jaring) maka terhadapnya masing-masing mendapatkan bagian lebih dari status Sawi sebelumnya dan hal ini jelas menguntun gkan p ar a S awi.
Sistem Bagi Hasil
Sebagai konsekuensi dari perubahan struktur sosial Ponggawa Sawi. Sistem bagi hasil dalam usaha penangkapan ikan pada umumnya merupakan suatu sistem pengupahan yang didasarkan dari besamya hasil penangkapan fiumlah tangkapan). Hal ini berdasarkan asas solidaritas yang masih terpelihara dalam masyarakat, berikut resiko bagi kemungkinan terj adinya kegagalan dalam penangkapan. Atas perannya sebagai pemberi modal menyebabkan Papalele mendapatkan bagian yang lebih besar dibandingkan dengan Ponggawa dan para Sawl. Mekanisme pola bagi hasil yang diterapkan usaha penangkapan Pukat Cincin (modern) adalah sebagai berikut; satu bagian untuk perahu, satu bagian untuk alat langkap, satu bagian untuk
47
rssN 2089-0036
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol. 10 No.1
2. Perikanan darat: a. Mengena hasil ikan perneliharaan minimum 40% (ernPat Puluh
mesin, satu bagian untuk Keponggawaan sefta satu bagian Sawi yang dibagi dengan banyaknya anggota Sawi yang ikut dalam kegiatan penangkapan. Pernbagian semua komponen produksi dengan prinsip "alat
yafig diperorangkan" atau
per seratus) dari hasil bersih'
b. Mengenai minimum
dipandang
Sistem bagi hasil yang dijalankan pada
Komunitas Pakkaja
menunjukkan terj adinya ketidakseimbangan pendapatan antara Papalele dengan Ponggawa dan para Sawi. Papalele selaku pemberi modal dan pemilik sarana penangkapan mendapatkan pendapatan jauh lebih banyak dibandingkan dengan Ponggawa
2) Pembagian hasil diantara para nelayan penggarap dari bagian Yang mereka terima menurut ketentuan dalam ayal I pasal ini diatur oleh mereka sendiri, dengan diawasi oleh pemerintah daerah
Tingkat II yang bersangkutan untuk menghindari terjadinya pemerasan,
dengan ketentuan bahwa perbandingan antara bagian yang terbanyak tidak boleh lebih dari 3 (tiga) lawan 1 (satu).
dan Sawi yang melakukan Proses penangkapan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1964 Tentang
Bagi Hasil Perikanan, Pasal 3
Yang
berbunyi: 1) Jika suatu usaha Perikanan diselenggarakan atas dasar perjanjian bagi-hasil, maka dari hasil usaha itu kepada pihak nelayan penggarap paling sedikit harus diberikan bagian: 1. Perikanan laut: a. Jika dipergunakan perahu layar'. minimum 7 5% (tujth puluh lima per seratus) dari hasil bersih. b. Jika dipergunakan kapal motor: minimum 40Yo (empat Puluh Per seratus) dari hasil bersih.
48
liar:
(etam Puluh Per
seratus) dari hasil bersih.
sebagai seolah-olah Sawi masih menjadi dasar pembagian hasil.
hasil ikan
60o/o
Berdasarkan pasal tersebut, sistem bagi hasil yarLg diterapkan pada komunitas Pakkaja tidak sesuai dengan ketentuan
pasal yang dimaksud dan
sekaligus
menunjukkan terjadinya ekspioitasi yang dilakukan oleh Papalele sebagai pemilik modal. Papalele mengambil keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperhatikan aspek legal atau tidaknya sistem bagi hasil tersebut. Seberapa besar eksploitasi
yang dilakukan oleh papalele terhadap Ponggawa laut dan pata Sawinya dari perubahan atau modernisasi teknologi penangkapan masih menunggu peneliti I
ain untuk menyin gkapkannYa.
rssN 2089-0036
Kedudukan (Status)
Peranan (Role)
Penyedia Perangkat Penangkapan
.T
a 1
L
h
Ponggawa Laut
Pemimpin Operasional
Sarll Profesional dan Sarul Biasa
Membantu Operasionalisasi Penangkapan
k 0-
In rL t.
Ig la:<
an Ins
ne.
lik
4
Gambar
3. Status dan peranan dalam struktur
ponggawa sawi komunitas
nelayan (Pakkaja)
ari-
agl tasi
d4 dri log eliu
KESIMPULAN Peralihan penggunaan sarana tangkap :.rri teknologi sederhana (Jaring Insang Hanyut) ke penggunaan teknologi :.iodern (Pukat Cincin) berdampak :--r-&r& ekonomi (khususnya pada :eningkatan biaya variabel, biaya total, :en pendapatan nelayan). Peningkatan riaya variabel serta pendapatan usaha :enangkapan dengan teknologi :e nangkapan modern mencapai 4-8 idi lipat penggunaan teknologi :adisional. Peralihan penggunaan sarana tangkap :ari teknologi sederhana (Jaring Insang Flanyut) ke penggunaan teknologi :nodern (Pukat Cincin) berdampak -ecara sosial, khususnya pada dimensi
daya jelajah (menjadi lebih jauh), waktu melaut (lebih lama), jumlah pekerja (menjadi lebih banyak) serta pada pembagian kerja (menjadi lebih terstruktur). Perubahan teknologi dan
struktur sosial dalam komunitas nelayan (Ponggawa atau Sawi) berakibat pada perubahan sistem bagi hasil.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Rineka Cipta, Jakarta. Demmallino, E.B., 2012. Perselingkuhan
Sufisme, Kapitalisme,
dan
49
Jurnal Agrisistem, Juni 2014, Vol.
l0
Kebijakan Kontinental : Kajian dan Gagasan Transformasi Peradaban Kemaritiman di Negeri Bugis
Nelayan Cilacap Tahun 1978-1988). Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Selatan,
Soekartawi, 2005. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada,
Makassar Sulawesi Makassar.
Purwati.
A.,
2005. Gerakan Nelayan
Cilacap di Tengah
Kebijakan Ekonomi Kemaritiman Orde Baru (Sebuah Tinjauan Historis Kasus
50
rssN 2089-0036
No.1
Jakarta.
Undang-undang
Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun L964 Tentang Bagi Hasil Perikanan, Jakarta