INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
Secara tahunan, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih tumbuh positif, kecuali konsumsi semen, ekspor kayu lapis, produksi minyak mentah dan produksi kondensat.
Secara bulanan, sebagian besar indikator pada November 2010 mengalami penurunan terutama pada ekspor kayu lapis.
Secara kumulatif dalam periode Januari-November 2010, produksi dan penjualan kendaraan niaga tumbuh paling tinggi.
Dengan proporsi konsumsi rumah tangga Indonesia terhadap bahan makanan sebesar 23,12% dari total pengeluaran dan tingginya inflasi bahan makanan, maka kenaikan harga bahan makanan akan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: (% yoy)
November 2009 - November 2010 Tertinggi
150
November 2010 November 2009 - November 2010 Terendah
100 50 0 -50
Tingkat Hunian Hotel - Bali
Kunj. Wisman
Tingkat Hunian Hotel - Jkt
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik u/ Industri
Penjualan Listrik u/ Perdag.
Ekspor Kayu Gergajian
Penjualan Minyak Diesel
Ekspor Besi Baja
Ekspor Kayu Lapis
Konsumsi Semen
Produksi Sepeda Motor
Penjualan Sepeda Motor
Produksi Kendaraan Niaga
Penjualan Kendaraan Niaga
Penjualan Kendaraan Non Niaga
Produksi Kondensat
Produksi Kendaraan Non Niaga
Produksi Minyak Mentah
-100
Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d November 2010 (% mtm)
100
November 2009 - November 2010 Tertinggi
75
November 2010
November 2009 - November 2010 Terendah
50 25 0 -25
Hotel Occupancy Bali
Hotel Occupancy Jkt
Kunj. Wisman
Penjualan Listrik Total
Penjualan Listrik u/ Industri
Penjualan Listrik u/ Perdag.
Ekspor Kayu Gergajian
Penjualan Minyak Diesel
Ekspor Kayu Lapis
Ekspor Besi Baja
Konsumsi Semen
Produksi Sepeda Motor
Penjualan Sepeda Motor
Penjualan Kendaraan Niaga
Produksi Kendaraan Niaga
Penjualan Kendaraan Non Niaga
-50 Produksi Kendaraan Non Niaga
Bulanan Sebagian besar indikator pada November 2010 mengalami penurunan secara bulanan. Penurunan terbesar terjadi pada ekspor kayu lapis sebesar -20,29% (mtm). Sebaliknya, indikator penjualan listrik (penjualan ke industri, bisnis & total) dan indikator penjualan kendaraan niaga tumbuh positif. Selama periode November 2009 November 2010, pertumbuhan bulanan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator yang sama yaitu ekspor besi & baja. Pertumbuhan tertinggi pada bulan Oktober 2010 (94,13%) dan pertumbuhan terendah pada bulan April 2010 (-44,30%) (Grafik. 2).
Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d November 2010
Produksi Minyak Mentah
Tahunan Pada November 2010 sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih non migas secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang positif kecuali konsumsi semen dan ekspor kayu lapis. Peningkatan tertinggi terjadi pada penjualan kendaraan niaga sebesar 72,53% (yoy). Sementara itu, indikator aktivitas ekonomi migas yaitu produksi minyak mentah dan produksi kondensat mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -2,72% dan -3,57%. Selama November 2009 November 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis (131,40%) yang terjadi pada Januari 2010. Sebaliknya, produksi kendaraan niaga mengalami kontraksi terbesar (-34,25%) pada Oktober 2009 (Grafik. 1).
Produksi Kondensat
November 2010
Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai sub sektor tanaman bahan makanan. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero),Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/Departemen terkait lainnya.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
1
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-November 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi dan penjualan kendaraan niaga tumbuh tertinggi diantara indikator lainnya yaitu masing-masing sebesar 86,12% dan 84,62%. Tingginya produksi dan penjualan kendaraan niaga selama Januari-November 2010 merupakan indikasi mulai meningkatnya investasi khususnya untuk pemenuhan kebutuhan alat angkut. Disisi lain, produksi minyak mentah mengalami tumbuh negatif sepanjang Januari-November 2010 yaitu sebesar -0,18% (Tabel 1). Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Indikator
Satuan
2009 Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
2010 Jun
Mei
Pertumbuhan (%) Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
November 2010
yoy
mtm
ytd*
- Produksi Minyak Mentah
ribu barel
24.882
25.944
25.390
23.399
26.005
25.339
26.272
25.185
25.451
26.063
24.800
24.194
24.206
24.570
-2,72
0,05
-0,18
- Produksi Kondensat
ribu barel
3.587
3.740
3.878
3.402
3.795
3.633
3.806
3.625
3.790
3.716
3.574
3.606
3.459
3.678
-3,57
-4,09
0,70
- Produksi Kendaraan Non Niaga
unit
32.722
46.053
36.693
34.428
40.371
41.598
37.813
45.528
46.969
41.997
31.273
47.497
46.987
n/a
43,59
-1,07
47,38
- Penjualan Kendaraan Non Niaga
unit
36.336
35.733
38.856
39.608
46.559
45.507
41.276
50.034
51.598
46.045
34.789
49.601
48.771
n/a
34,22
-1,67
52,22
- Produksi Kendaraan Niaga
unit
9.869
10.295
12.877
14.081
16.851
17.575
17.570
19.770
20.795
18.580
12.802
18.578
16.680
n/a
69,01
-10,22
86,12
- Penjualan Kendaraan Niaga
unit
10.866
11.222
13.074
14.629
17.416
17.970
17.898
18.901
18.867
17.187
12.980
17.908
18.747
n/a
72,53
4,69
84,62
- Produksi Sepeda Motor
unit
556.670
539.594
515.962
528.302
628.967
650.001
636.023
664.767
695.974
733.021
476.354
690.194
662.363
513.461
18,99
-4,03
28,77
- Penjualan Sepeda Motor
unit
547.572
553.033
503.840
540.067
611.142
657.185
641.871
655.363
701.432
734.439
481.615
698.342
656.597
516.751
19,91
-5,98
29,15
- Ekspor Besi dan Baja
ton
114.774
102.281
133.171
125.175
149.053
83.018
102.624
79.845
130.601
142.239
80.631
156.529
150.304
145.014
30,96
-3,98
4,30
3.542
3.825
3.362
2.990
3.386
3.189
3.272
3.397
3.740
3.615
2.556
3.832
3.532
3.907
-0,29
-7,83
6,78
-20,29
24,13
Migas
Non Migas
- Konsumsi Semen
ribu ton
- Ekspor Kayu Lapis
ton
147.061
153.304
165.928
207.430
195.985
162.841
170.098
168.424
159.949
167.561
121.397
176.638
140.792
160.008
-4,26
- Ekspor Kayu Gergajian
ton
32.891
36.203
33.068
31.777
36.847
39.323
36.821
36.393
40.858
40.072
25.790
39.488
38.034
42.889
15,64
-3,68
26,18
kiloliter
12.244
10.678
10.524
14.571
11.857
13.944
11.378
15.737
11.648
14.352
13.143
10.315
12.290
12.769
0,38
19,15
17,48
- Penjualan Listrik ke Sektor Industri
juta KWH
4.205
4.047
4.145
4.263
3.897
4.424
4.317
4.396
4.350
4.472
4.290
3.556
4.575
4.361
8,80
28,63
11,87
- Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan
juta KWH
2.004
1.981
2.061
2.001
1.938
2.086
2.184
2.188
2.170
2.146
2.250
2.155
2.413
2.290
20,43
11,97
13,25
- Penjualan Listrik Total
- Penjualan Minyak Diesel
juta KWH
11.866
11.710
11.987
11.686
11.200
12.167
12.442
12.669
12.575
12.592
12.587
11.722
13.296
12.648
12,05
13,43
11,13
- Kunjungan Wisman
orang
445.892
521.630
511.314
523.135
594.242
555.915
600.031
613.422
658.476
586.530
560.367
594.654
578.152
644.221
29,66
-2,78
31,35
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta
persen
55
55
53
47
54
58
59
58
61
50
48
59
56
56
1,83
-5,66
3,50
- Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali
persen
55
60
53
57
59
59
60
65
66
61
62
65
60
61
8,42
-7,81
2,04
Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia
ribu ton
350
221
305
222
287
296
200
181
290
256
173
263
261
256
-25,43
-0,93
1,81
- Batubara
ribu ton
20.668
27.072
24.318
23.676
26.185
23.231
21.070
24.605
23.115
24.126
21.371
22.946
24.915
26.833
20,55
8,58
26,58
- Biji Tembaga
ribu ton
119
349
102
188
308
143
242
150
262
181
315
92
189
261
59,20
106,56
2,12
- Peralatan Listrik
ribu ton
64
57
62
60
69
65
62
65
67
72
62
74
68
67
5,64
-7,88
19,08
- Makanan Olahan
ribu ton
185
177
139
126
140
135
127
141
189
194
126
197
207
242
11,91
4,97
2,35
- Karet Olahan
ribu ton
182
211
207
214
253
244
246
252
261
248
228
261
243
242
33,25
-6,91
19,28
- Bahan Kertas dan Kertas
ribu ton
529
605
477
520
587
608
552
513
464
609
673
676
603
746
13,99
-10,81
7,00
- Tekstil dan Produk Tekstil
ribu ton
140
169
152
158
173
165
159
163
181
185
140
173
159
176
13,54
-8,06
13,62
- Alat Angkutan dan Bagiannya
ribu ton
71
50
53
48
61
40
38
136
55
75
69
50
58
54
-18,68
15,20
15,12
- Minyak Nabati
ribu ton
1524
2601
980
1339
1490
992
1235
1323
1259
2528
1410
2050
2045
1820
34,24
-0,21
0,81
Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi IAE sejak edisi Mei 2009. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode JanuariDesember 2008. Sampai dengan periode laporan, indikator Ekspor Non Migas belum masuk dalam analisis indikator aktivitas ekonomi secara bulanan, tahunan dan kumulatif. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (mtm), tahunan (yoy) dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2
ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR TANAMAN BAHAN MAKANAN) ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR REAL ESTATE)
Dalam struktur perekonomian nasional, peran sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan yang sempat menjadi tumpuan sejak tahun 1960, telah diambil alih oleh sektor industri pengolahan yang semakin berkembang pesat mulai 1991. Meskipun demikian, pangsa sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan dalam pertumbuhan ekonomi nasional masih cukup tinggi. Pada tahun 2010, pangsa sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan sebesar 15,34%, dimana sebesar 7,53% berasal dari subsektor tanaman bahan pangan. Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi suatu negara. Dengan jumlah penduduk sebanyak 237,5 juta jiwa (2010) dan rata-rata pertumbuhan 1,4% pertahun (2000-2010), mengindikasikan besarnya bahan pangan yang harus tersedia di Indonesia. Pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang semakin melambat dalam 2 tahun terakhir menunjukan ketidakseimbangan dengan pertumbuhan konsumsi nasional, dan apabila tidak ada perubahan signifikan pada produksi bahan pangan nasional akan menyebabkan Indonesia sangat tergantung pada impor bahan pangan dari negara lain dimasa mendatang. Pada tahun 2010 subsektor tanaman bahan makanan hanya tumbuh sebesar 1,81% dan menyumbang 0,12% terhadap perekonomian yang tumbuh 6,10%. Pertumbuhan tersebut semakin melemah dalam dua tahun terakhir seiring dengan melambatnya pertumbuhan produksi padi nasional akibat rendahnya kenaikan produktivitas dan terbatasnya penambahan luas lahan produksi. Sementara itu, kenaikan harga bahan makanan pada tahun 2010 yang mencapai 15,64% (yoy) memberikan kontribusi sebesar 3,34% terhadap inflasi umum (6,96%). Tingginya ketergantungan impor bahan makanan dan trend kenaikan harga pangan dunia diperkirakan akan memperbesar net impor dan meningkatkan tekanan inflasi nasional. Berdasarkan tabel Input Output Indonesia Updating 2008, pertumbuhan komoditi tanaman bahan makanan sangat dipengaruhi oleh benih tanaman bahan makanan dan dukungan industri pupuk dan pestisida. Disisi lain, sektor perbankan juga semakin mendukung pembiayaan pada sektor pertanian, hal tersebut tercermin dari kredit sektor pertanian pada tahun 2010 yang mencapai Rp 91,9 triliun atau naik18,77% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, Pemerintah dan Bank Indonesia juga terus bekerjasama mendukung peningkatan pembiayaan pada sektor pertanian melalui beberapa program atau kebijakan, seperti penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi (KUR, KKP-E, KPEN-RP, KUPS), pembentukan Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD), pembentukan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB), dan penjaminan pemberian kredit kepada UMKMK.
A. Peranan Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam PDB Pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan relatif rendah. Rata-rata pertumbuhan selama tahun 2001 sd. 2010 tercatat sebesar 3,06%, lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan 32 subsektor lainnya dalam PDB (43 subsektor). Pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan tersebut semakin melambat dalam 2 tahun terakhir, yaitu dari 6,06% (2008) menjadi 4,97% pada tahun 2009 dan turun lagi menjadi 1,81% selama tahun 2010. Melambatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan produksi padi nasional akibat rendahnya kenaikan produktivitas dan terbatasnya penambahan luas lahan produksi, baik di Jawa maupun Luar Jawa. Luas panen pada tahun 2010 tercatat hanya mengalami peningkatan sebesar 1,82% menjadi 13,12 juta ha, lebih rendah dibandingkan kenaikan luas panen tahun 2009 (4,51%). Selain itu, produktivitas padi pada tahun 2010 juga hanya meningkat sebesar 0,31%, lebih rendah dari kenaikan produktivitas tahun 2009 (1,05%) terutama akibat tingginya curah hujan yang terjadi sepanjang tahun 2010 dan gangguan hama wereng yang mengakibatkan sedikitnya 100 ribu ha lahan sawah mengalami gagal panen selama tahun 2010 (Deptan).
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
3
Seiring dengan melambatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan pangan, pertumbuhan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan & perikanan juga menunjukkan perlambatan dari 4,83% pada tahun 2008 menjadi 3,98% pada tahun 2009 dan 2,86% pada tahun 2010. Dilihat dari pertumbuhan PDB sektor pertanian di negara-negara ASEAN pada tahun 2010, kontraksi terjadi di negara Thailand sebesar -2,25% dan Philipina sebesar -0,52%, sedangkan ekspansi terjadi di negara Vietnam dan Malaysia masing-masing sebesar 3,14% dan 7,14%.
Kontribusi subsektor tanaman bahan pangan rata-rata sebesar 0,22% terhadap pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya (2001 sd. 2010). Seiring dengan melambatnya pertumbuhan, pada tahun 2010 subsektor tanaman bahan pangan hanya memberikan kontribusi sebesar 0,12% terhadap perekonomian yang tumbuh 6,10%. Meskipun demikian, subsektor tanaman bahan pangan rata-rata memberikan kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan 36 subsektor lainnya. Hal tersebut disebabkan subsektor tanaman bahan pangan rata-rata memiliki pangsa yang cukup besar yaitu 7,25% dalam PDB, atau kedua terbesar setelah subsektor perdagangan besar & eceran (13,77%). Grafik 3. Pertumbuhan Tahunan
Grafik 4. Kontribusi Pertumbuhan Terhadap PDB
(yoy, %)
(%) 0.8
12 10 8
Sektor Pertanian
Subsek. Tanaman bahan makanan
Sektor Pertanian
Subsek. Tanaman bahan makanan
Subsek. Tanaman perkebunan
Subsek. Peternakan
0.7
Subsek. Tanaman perkebunan
Subsek. Peternakan
Subsek. Kehutanan
Subsek. Perikanan
0.6
Subsek. Kehutanan
Subsek. Perikanan
0.5
6 0.4
4
0.3
2
0.2
0
0.1 0.0
-2
-0.1
-4
2001
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2010
Sumber: BPS, diolah
Grafik 5. Pertumbuhan Tahunan Sektor Pertanian di 5 Negara ASEAN (YOY, %) 14 Indonesia 12
Malaysia
10
Thailand Philipina
8
Vietnam 6 4 2 0 -2
-4 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: CEIC Data
Berdasarkan struktur ekonomi, distribusi subsektor tanaman bahan pangan rata-rata sebesar 7,27% dari total ekonomi (2001-2010), atau di posisi ketiga terbesar setelah subsektor perdagangan besar & eceran (12,06%) dan subsektor bangunan (7,55%). Peningkatan distribusi subsektor tanaman bahan pangan dari 6,42% (2006) menjadi 7,53% pada tahun 2010 terutama bersumber dari kenaikan harga pangan, sedangkan kenaikan produksi subsektor tanaman bahan pangan relatif rendah. Hal tersebut ditercermin indeks deflator subsektor tanaman bahan pangan tahun 2010 sebesar 318,63, atau naik sebesar 92,58% dibandingkan tahun 2006.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
4
Grafik 6. Pangsa Subsektor Terhadap PDB Total
Grafik 7. Indek Deflator Subsektor (Indek Deflator)
(pangsa, %) 20
Sektor Pertanian
Subsek. Tanaman bahan makanan
18
Subsek. Tanaman perkebunan
Subsek. Peternakan
16
Subsek. Kehutanan
Subsek. Perikanan
450 Sektor Pertanian
Subsek. Tanaman bahan makanan
400
Subsek. Tanaman perkebunan
Subsek. Peternakan
350
Subsek. Kehutanan
Subsek. Perikanan
92,58%
14
300
12
250
10 200
8 150
6 100
4
50
2
0
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2001
2010
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, diolah
B. Produksi dan Produktivitas Komoditi pada Subsektor Tanaman Bahan Makanan Pertumbuhan produksi subsektor tanaman bahan pangan tumbuh melambat dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2008 produksi subsektor tanaman bahan pangan tumbuh sebesar 8,86%, kemudian melambat menjadi 5,88% pada tahun 2009 dan kembali melambat menjadi 2,63% pada tahun 2010. Dari 6 produk utama pada subsektor tanaman bahan pangan, jenis tanaman padi mempunyai porsi terbesar yakni rata-rata 62,28% (produksi dari 2000 s.d. 2010), kemudian disusul oleh ubi (21,83%), dan jagung (14,16%). Produksi padi pada tahun 2010 mencapai 66,41 juta ton (ARAM I 2011, BPS) atau setara dengan 38,25 juta ton beras. Produksi tahun 2010 tersebut tumbuh sebesar 3,13% dibandingkan tahun 2009, melambat dibandingkan pertumbuhan produksi tahun 2009 yang mencapai 6,75% (yoy). Dengan asumsi konsumsi beras nasional sebesar 33,14 juta ton pada tahun 2010, maka pada tahun 2010 masih terdapat surplus beras sebesar 5,11 juta ton, atau sekitar 13,37%. Berdasarkan proyeksi FAO (The Food and Agricultur Organization), produksi beras dunia pada tahun 2010 yang masih mengalami surplus sebesar 1,24% diperkirakan akan menurun menjadi 0,03% pada tahun 2019. Dengan trend penurunan surplus beras dunia tersebut, negara eksportir beras seperti Thailand dan Vietnam diperkirakan akan semakin memperketat ekspor beras untuk mengamankan pasokan dalam negeri. Pada tahun 2010, produksi beras Thailand mencapai 30,73 juta ton dan mampu mengekspor beras sebanyak 9,1 juta ton, sedangkan produksi Vietnam berkisar 40 juta ton dengan volume ekspor 6,8 juta ton. Peningkatan produktivitas padi melambat dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2008, produktivitas padi mencapai 48,94 ku/ha atau meningkat 1,89% dibandingkan tahun sebelumnya, kemudian pada tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 1,05% dan pada tahun 2010 hanya sebesar 0,31% (50,14 ku/ha). Diantara komoditi bahan makanan, produktivitas tertinggi terjadi pada komoditi ubi yang mencapai 191,94 ku/ha pada tahun 2010, sedangkan produktivitas terendah terjadi pada produksi kacang yang hanya 13,72 ku/ha. Grafik 8. Produksi Komoditi Bahan Makanan (juta ton)
Grafik 9. Produktivitas Komoditi Bahan Makanan
(juta ton)
70
1.2
60
1
(Ku/ha) 250 2000
2001
2002
2003
50
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010 *
191.94
200 0.8
40 0.6
150
30 0.4
20
100 0.2
10 0
0 2000
2001
Jagung
2002
Ubi
2003
2004
Padi
2005
2006
2007
Kacang (sb kanan)
2008
2009
2010 (est)
Kedelai (sb kanan)
50.14
44.32
50
13.72
12.45
0 Jagung
Ubi
Kacang
Kedelai
Padi
Sumber: BPS, diolah (ARAM I 2011)
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
5
Grafik 10. Produksi dan Konsumsi Beras Dunia (miliar ton)
(%)
530
Surplus (sb kanan)
520
Produksi
2.0
Konsumsi
* : Perkiraan 1.6
510 1.24
500
1.2
490 480
0.8
470 0.32
460
0.42
0.35
0.23
0.27
0.4
0.16
450
0.14
0.10
2017*
2018*
0.03
440
0.0 2010*
2011*
2012*
2013*
2014*
2015*
2016*
2019*
Sumber: OECD-FAO Agricultural Outlook 2010-2019
C. Peranan Kelompok Bahan Makanan Terhadap Inflasi Rata-rata inflasi tahunan kelompok bahan makanan sebesar 9,91% (2003 -2010). Selama tahun 2003 sd. 2010, rata-rata inflasi kelompok bahan makanan setiap tahunnya lebih tinggi dari inflasi total (7,83%) maupun 6 kelompok lainnya dalam basket inflasi nasional. Inflasi kelompok bahan makanan pada tahun 2010 mencapai 15,64% (yoy), menguat dibanding tahun 2009 (3,88%) dan hampir mendekati inflasi bahan makanan pada tahun 2008 (16,35%). Kenaikan harga bahan makanan diperkirakan semakin menguat pada tahun 2011 yang tercermin dari trend kenaikan indeks pangan FAO yang cukup signifikan mulai bulan Juli 2010 sd. Januari 2011.
Dengan bobot bahan makanan sebesar 19,57% (SBH 2007), rata -rata kelompok bahan makanan menyumbang inflasi sebesar 2,28% terhadap IHK total. Pada tahun 2010, kontribusi inflasi kelompok bahan makanan sebesar 3,34%, atau mencapai 48,07% inflasi umum (6,96%), jauh lebih tinggi dibandingkan kontribusi kelompok perumahan, listrik, air & bahan bakar (1,02%) meskipun memiliki bobot yang lebih tinggi (25,41%) dari kelompok bahan makanan. Komoditi utama penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok bahan makanan pada tahun 2010 adalah beras yang mencapai 1,25%. Grafik 11. Inflasi Tahunan Kelompok Komoditi
Grafik 12. Kontribusi Inflasi Tahunan (Kontribusi, %)
(YOY, %)
7
50 40 30
IHK Umum
Bahan makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transpor
Bahan makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
5
Kesehatan
Pendidikan
4
Transpor
6
3
20
2
10
1
0
-1
0
-2
-10
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
6
Grafik 13. Indeks Harga Konsumen (IHK) Nasional (IHK, 2002=100) 300 275
IHK Beras
250
IHK Kelompok Bahan makanan
225
IHK Umum
200 175 150 125
100 75 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: BPS, Diolah
D. Perkembangan Neraca Perdagangan Data ekspor impor subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari data ekspor impor cereal & cereal preparations (SITC 3 digit), yaitu komoditi beras, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, gandum, tanaman pangan lainnya, dan hortikultura. Pada tahun 2010, proporsi ekspor cereal & cereal preparations terhadap total ekspor Indonesia hanya 0,24%, sedangkan proporsi impor cereal & cereal preparations terhadap total impor mencapai 2,34%. Neraca perdagangan subsektor tanaman bahan makanan selama tahun 2006-2010 mengalami net impor. Secara rata-rata dalam 5 tahun terakhir subsektor tanaman bahan makanan mengalami net impor sebesar USD1,866 miliar. Pada tahun 2010 impor tanaman bahan makanan mencapai USD 2,500 miliar, atau naik 41,10% dibandingkan tahun 2009, sementara ekspor tercatat hanya sebesar USD 0,315 miliar, naik 58,97% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan demikian pada tahun 2010 mengalami net impor sebesar USD 2,185 miliar, terutama akibat tingginya impor gandum yang mencapai USD 1,417 miliar, dengan proporsi dari Australia (66,22%), Amerika (31,58%), Rusia (1,29%) dan lainnya (0,92%). Selain gandum, impor yang cukup tinggi juga terjadi pada komoditi jagung (USD 369,1 juta), beras (USD 359,8 juta) dan tepung terigu (USD 260,6 juta). Grafik 14. Ekspor Impor Bahan Makanan (Miliar USD)
Grafik 15. Net Impor Komoditi Bahan Makanan (Juta USD)
3.00
500.00
2.00
0.00
1.00
-500.00
0.00
-1.00
-1,000.00 -1.316
-1,500.00
-1.574 -1.911 -2.00
-2.185
-2.347
-2,000.00
Net Impor
Ekspor
Impor
-3.00 2006
2007
2008
Sumber: Data EXIM BI
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2009
2010
-2,500.00
WHEAT AND MESLIN CEREALS CEREAL PREPARATIONS 2006
RICE MEAL AND FLOUR OF WHEAT
2007
2008
MAIZE OTHER CEREAL MEALS
2009
2010
7
E. Keterkaitan dengan Sektor Lain
Keenam kelompok komoditi dalam subsektor tanaman bahan makanan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam Tabel Input Output Indonesia Updating 2008, komoditas dalam subsektor tanaman bahan makanan tercermin dari padi, tanaman kacang-kacangan, jagung, tanaman umbi-umbian, dan tanaman bahan makanan lainnya. Berdasarkan Tabel Input Output Indonesia Updating 2008, komoditi padi memiliki derajat daya penyebaran (power of dispersion) sebesar 1,24, lebih tinggi dibandingkan komoditi lainnya. Sementara itu, komoditas padi dan jagung memiliki derajat kepekaan (degree of sensitivity) tertinggi sebesar 0,81. Hal tersebut mencerminkan bahwa output padi dan jagung memiliki indeks derajat kepekaan yang lebih tinggi dari komoditas lainnya.
Tabel 2. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan Keterangan
Derajat Kepekaan
Derajat Penyebaran
0.81 0.81 0.72 0.77 0.77
1.24 0.93 0.71 0.72 0.63
Padi Jagung Tanaman umbi-umbian Tanaman kacang-kacangan Tanaman bahan makanan lainnya
Sumber: Data I-O Updating 2008 BPS, diolah
Input utama komoditi tanaman bahan makanan adalah benih komoditas tabama kemudian diikuti oleh pupuk dan pestisida. Berdasarkan alokasi outputnya, produksi tabama adalah hasil produksi komoditas tabama dan indutri pengolahan (penggilingan padi, industri makananan lainnya, industri tepung, dan industri minuman dan industri makanan lainnya). Tabel 3. Input Utama dan Alokasi Output Komoditi Subsektor Tanaman Bahan Makanan % 78.8 4.9 3.7 3.0 80.2 4.9 3.1 3.0 88.8 2.1 1.9 1.2 84.7 3.2 2.2 2.0 80.3 8.0 4.2 2.1
Input Utama Padi Industri pupuk dan pestisida Tanaman lainnya Peternakan Jagung Industri pupuk dan pestisida Tanaman lainnya Peternakan Tanaman umbi-umbian Industri pupuk dan pestisida Peternakan Tanaman lainnya Tanaman kacang-kacangan Industri pupuk dan pestisida Tanaman lainnya Perdagangan Tanaman bahan makanan lainnya Industri pupuk dan pestisida Penambangan minyak, gas dan panas bumi Perdagangan
Komoditi
Padi
Jagung
Tanaman umbiumbian
Tanaman kacangkacangan
Tanaman bahan makanan lainnya
% 51.4 36.3 2.1 1.5 69.7 10.0 4.8 4.4 90.4 2.4 1.8 1.3 91.1 3.7 1.4 0.9 97.6 1.5 0.3 0.2
Alokasi Output Padi Industri penggilingan padi Restoran dan hotel Jasa sosial kemasyarakatan Jagung Industri makanan lainnya Unggas dan hasil-hasilnya Industri tepung, segala jenis Tanaman umbi-umbian Industri tepung, segala jenis Industri makanan lainnya Peternakan Tanaman kacang-kacangan Industri makanan lainnya Unggas dan hasil-hasilnya Peternakan Tanaman bahan makanan lainnya Industri minuman Industri tepung, segala jenis Industri makanan lainnya
Sumber: Data I-O Updating 2008 BPS, diolah
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
8
F. Pembiayaan Kredit Sektor Pertanian
Pertumbuhan kredit sektor pertanian rata-rata lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total kredit (2001-2010). Pertumbuhan kredit sektor pertanian pada tahun 2010 mencapai 18,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (14,10%). Peningkatan tersebut sejalan dengan hasil Survei Perbankan triwulan IV-2010 yang menunjukan bahwa prioritas utama penyaluran kredit pada tahun 2010 adalah sektor pertanian, kemudian sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. Sektor pertambangan dan industri pengolahan yang menjadi prioritas kedua dan ketiga pada tahun 2010 masing-masing tumbuh sebesar 45,79% dan 11,63%. Meskipun pertumbuhan kredit sektor pertanian semakin meningkat, namun pangsa penyaluran kredit terhadap sektor pertanian masih relatif kecil dibandingkan total kredit. Nilai kredit sektor pertanian pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp.91.921 miliar, dengan pangsa kredit sebesar 5,18% dari total kredit yang mencapai Rp.1.775.946 miliar. Pangsa tersebut lebih rendah dibandingkan sektor jasajasa (22,19%), sektor perdagangan (19,15%) dan sektor perindustrian (15,47%). Hasil Survei SKDU triwulan IV-2010 menunjukan bahwa 30,49% responden sektor pertanian masih mengalami kesulitan dalam mengakses kredit dari perbankan, terutama akibat persyaratan kredit yang masih cukup rumit, masih tingginya bunga kredit serta akibat tidak adanya jaminan kredit.
Grafik 16. Pangsa Kredit Tahun 2009-2010
Grafik 17. Pembiayaan Kredit
Total dan Sektor Pertanian
(Miliar Rp)
5.18
31.14
40
3.41
15.47
5.35 2.87
34.60
(YOY, %)
2,000,000
17.02
Total
Pertanian
Pertumbuhan Kredit - Total
Pertumbuhan Kredit - Pertanian
1,775,946
1,600,000
32
1,200,000
24
800,000
16
2010
2009
20.87 22.76 19.15
400,000
8
22.19
91,921 -
Pertanian Perdagangan
Pertambangan Jasa-jasa
Perindustrian Lain-lain
Sumber: LBU, Bank Indonesia
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: LBU, Bank Indonesia
Sesuai dengan Rancangan Strategis Kementrian Pertanian 2010-2014, beberapa upaya Pemerintah untuk meningkatkan pembiayaan pada sektor pertanian yang sering terkendala masalah keterbatasan akses (unbankable) akibat tidak dipenuhinya sejumlah persyaratan (Jaminan, NPWP dan SIUP) adalah sebagai berikut.: 1. Penyediaan skim perkreditan dengan kemudahan proses administrasi seperti Kredit Program Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP) dan Kredit Usaha Perbibitan Sapi (KUPS). 2. Memperluas skim baru yang lebih mudah. 3. Menumbuhkan kelembagaan ekonomi mikro di pedesaan. 4. Melakukan koordinasi dengan instansi di pusat dan di daerah untuk mempermudah petani dalam mengakses sumber pembiayaan koperasi termasuk skim pembiayaan yang sudah ada. 5. Menumbuhkan kembali koperasi khusus dibidang pertanian. Selain hal tersebut, implementasi program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bertujuan untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil juga semakin ditingkatkan. Pemerintah menargetkan penyaluran KUR tahun 2011 dapat mencapai Rp 18-20 triliun, lebih tinggi dari realisasi tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp 16 triliun, dimana 18,5% dari total kredit tersebut tersalurkan pada sektor pertanian.
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
9
Di sisi lain, Bank Indonesia juga melakukan beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan kredit pada sektor pertanian, antara lain: 1. Bekerjasama dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Bank Indonesia mulai bulan Januari 2009 membentuk Lembaga Penjamin Kredit Daerah (LPKD) di daerahdaerah untuk mendukung pengembangan kredit bagi UMKM. 2. Memfasilitasi dan mengoordinasikan proses pembentukan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) di setiap propinsi. 3. Bekerjasama dengan PT.Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO) untuk menjamin pemberian kredit atau pembiayaan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi).
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
10
BOKS : Agricultural Outlook 2010-2019
1
Berdasarkan data FAO (The Food and Agricultur Organization of United Nation), tingkat kenaikan harga pangan pada tahun 2010 sampai dengan awal tahun 2011 mendekati pola kenaikan harga pangan yang terjadi sebelum krisis yang terjadi pada akhir tahun 2008. Indeks harga pangan dunia (cereal, oils, dairy, sugar dan meat) mengalami kenaikan berturut-turut sebesar 25,32% pada tahun 2007 dan 25,86% pada tahun 2008, kemudian mengalami penurunan sebesar 21,42% pada tahun 2009. Setelah mengalami pemulihan ekonomi, pada tahun 2010 indeks harga pangan kembali meningkat sebesar18,03% dan pada awal tahun 2011 semakin menguat menjadi 24,66%. Apabila dibandingkan tingginya harga pangan pada tahun 2008, indeks harga pangan dunia pada awal tahun 2011 sudah lebih tinggi 15,61% dibandingkan tahun 2008. Kenaikan harga pangan tertinggi pada tahun 2011 (s.d. Januari 2011) terjadi pada kelompok oils product (43,89%) yang melewati kenaikan harga pada tahun 2008 (33,32%), kemudian kelompok sugar (39,11%) dan kelompok cereal product (beras, gandum dan jagung) sebesar 34,04%. Trend kenaikan harga pangan dunia yang semakin menguat dalam 6 bulan terakhir semakin berpotensi meningkatkan tekanan inflasi, terutama pada negara-negara berkembang karena sebagian besar pengeluarannya digunakan untuk membeli bahan pangan. Tingginya permintaan seiring dengan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan produksi ditengarai menjadi factor utama kenaikan harga pangan. Selain itu, trend kenaikan harga minyak dunia juga semakin memicu kenaikan harga pangan akibat kenaikan biaya produksi. Grafik 18. Indeks Harga Pangan Dunia (Index, 2002-2004=100) 450 Food
Meat
Dairy
Cereals
Oils
Sugar
400 350
34,04% 300
250 200 150
18,03%
100
25,32%
50
25,86%
24,66%
0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 1-10 2-10 3-10 4-10 5-10 6-10 7-10 8-10 9-10 10-10 11-10 12-10 1-11
Sumber: FAO Food Price Index, World Bank Peningkatan produksi pangan yang tidak seimbang dengan permintaan akan berdampak pada kenaikan harga komoditi pangan. Berdasarkan proyeksi FAO, secara umum surplus produksi pangan semakin lama akan semakin menurun. Surplus terendah diperkirakan akan terjadi pada komoditi beras, yang hanya sebesar 0,03% pada tahun 2019. Disisi lain, beras sebagai makanan utama penduduk Indonesia pada tahun 2010 rata-rata dikonsumsi sebanyak 157,14 kg per kapita per tahun, diperkirakan hanya akan menurun menjadi 153,91 kg per kapita per tahun pada tahun 2019. Dengan mempertimbangkan proyeksi FAO tersebut, peningkatan produksi beras nasional dan program diversifikasi produk bahan makanan selain beras perlu segera diimplementasikan.
1
OECD-FAO, Agricultural outlook 2010-2019
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
11
Grafik 19. Surplus Produksi Pangan Dunia (Surplus, %) 5 Wheat
Rice
Oilseed
Sugar
4 3
2 1 0 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
-1 -2
Sumber: Agricultural Outlook 2010-2019, FAO of UN
Tabel 4. Perkiraan Produksi, Konsumsi dan Harga Pangan Tahun 2010-2019 Komoditi Cereals Wheat
Keterangan
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Produksi
676737.14
689647.66
685989.86
692422.85
703325.71
711714.32
723583.88
Konsumsi
660032.82
675498.16
684937.1
691727.97
701511.18
709607.86
716833.62
218.45
200.96
206.23
210.49
214.42
227.38
Produksi
477312.03
480972.74
484631.18
488775.4
496228.12
Konsumsi
Harga (USD/t)
Rice
Tahun 2010
2018
2019
730780.95
738082.2
746189.72
724146.42
731944.26
740122.47
229.04
226.57
227.73
225.36
501528.99
506494.53
511614.51
516845.19
521701.04
471398.62
479421.59
482580.54
487629.68
494477.17
500183.3
505686.26
510903.66
516343.13
521526.39
Harga (USD/t)
452.89
435.97
425.89
426.58
429.67
426.18
425.11
425.78
422.53
422.47
Produksi
419,315
424078.07
435099.76
442914.93
450315.94
460159.68
469709.93
478159.99
486925.14
495298.03
Konsumsi
414,019
419574.58
430686.74
439826.78
447815.24
456939.18
465751.77
474340.69
483171.61
491778.59
Harga (USD/t)
409.86
412.05
405.27
401.37
409.02
416.64
416.04
416.54
415.52
418.79
Produksi
65241.75
65988.44
66664.71
67427.55
68415.16
69636.32
70774.06
72070.95
73275.1
74638.73
Konsumsi
64254.83
64932.63
65636.17
66388.2
67371.66
68552.18
69701.61
71018.11
72185.22
3143,1
3298,8
3403,5
3576,8
3645,7
3674,6
3659,0
3649,5
3624,4
3561,9
Produksi
95027.25
97772.87
100467
102701.29
105270.72
107562.44
110051.06
112852.74
115172.63
117848.81
Konsumsi
94044.91
96731.85
99335.72
101465.23
103937.36
106129.24
108516.34
111219.87
113441.04
116044.49
Harga (USD/t rtc)
1 548.73
1 579.90
1601.94
1613.48
1646.77
1682.43
1665.43
1659.34
1638.23
1638.45
Produksi
10080.99
10354.28
10621.6
10837.08
11078.36
11300.02
11543.38
11797.89
12055.85
12380.71
Konsumsi
10105.95
10349.94
10586.78
10799.06
11038.08
11259.27
11498.44
11736.14
11987.85
12312.12
3042.6
2820.78
2716.43
2709.16
2693.59
2741.65
2765.51
2921.63
2919.21
2958.29
Produksi
19794.51
20143.94
20505.94
20893.51
21253.7
21650.78
22034.43
22401.64
22810.01
23223.78
Konsumsi
Oils Oilseed
Meat Beef and Veal
Harga (USD/t dw)
Poultry Meat Dairy Butter
Harga (USD/t)
Cheese
Skim Milk Powder
19700.35
20021.04
20379.05
20759.54
21114.47
21507.14
21887.07
22250.89
22656.49
23067.26
Harga (USD/t)
3716.44
3272
3126
3139.69
3250.8
3337.89
3427.91
3541.67
3589.69
3640.69
Produksi
3368.33
3467.57
3443.91
3452.8
3477.94
3529.67
3574.96
3635.39
3685.34
3721.95
3345
3417.68
3447.84
3472.29
3514.27
3561.83
3598.31
3605.49
3654.24
3689.68
2530.44
2434.3
2417.2
2493.17
2590.15
2653.22
2759.06
2917.57
2942.87
3000.06
4463.59
4577.43
4712.19
4820.67
4942.62
5083.1
5209.61
5326.87
5453.96
5585.69
4417.01
4530.86
4665.62
4774.12
4896.08
5036.57
5163.1
5280.38
5407.49
5539.17
2808.04
2549.86
2475.57
2588.43
2725.31
2763.11
2832.18
2937.75
2989.34
3042.41
Produksi
174815.1
176629.27
180359.82
180699.07
181984.04
181140.47
186329.55
191977.67
195737.48
200075.51
Konsumsi
166935.78
171016.51
174606.75
178220.9
180872.37
183285.23
186010.25
189929.84
193690.95
197824.18
397.8
331.1
290.7
275.8
310.6
296.3
281
306.8
326.8
371.7
Konsumsi Harga (USD/t)
Whole Milk Produksi Konsumsi Powder Harga (USD/t)
Sugar Sugar
73573.55
Harga (USD/t)
Sumber: Agricultural Outlook 2010-2019, FAO of UN
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
12
GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH Grafik 20. Produksi Minyak Mentah
Grafik 21. Produksi Kondensat
(% yoy)
(% mtm)
(% yoy)
(% mtm )
24.0
16.0
10.0
15.0
20.0
12.0
5.0
10.0
0.0
5.0
-5.0
0.0
-10.0
-5.0
-15.0
-10.0
16.0
8.0
12.0
4.0 8.0 0.0
4.0 -4.0
0.0 -4.0
-8.0
-8.0
-12.0
-20.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2009
-15.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2010
2009
2010 yoy
yoy
mtm
mtm
Grafik 22. Produksi Kendaraan Non Niaga
Grafik 23. Penjualan Kendaraan Non Niaga
(% yoy)
(% mtm)
80.0
60.0 50.0
60.0
(% yoy)
(% mtm)
100.0
50.0
80.0
40.0
40.0
40.0
30.0 20.0
20.0
30.0
60.0
20.0 40.0 10.0
10.0 20.0
0.0
0.0 -10.0
-20.0
-20.0 -40.0
0.0 0.0
-10.0
-20.0
-20.0
-30.0
-60.0
-40.0
-40.0
2008
2009
2008
2010 yoy
-30.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2009
2010 yoy
mtm
mtm
Grafik 24. Produksi Kendaraan Niaga
Grafik 25. Penjualan Kendaraan Niaga
(% yoy)
(% mtm)
120.0
80.0
100.0
60.0
80.0
40.0
60.0 40.0
20.0
(% yoy)
(% mtm)
140.0
50.0
120.0
40.0
100.0
30.0
80.0
20.0
60.0
10.0
40.0
20.0 0.0
0.0 -20.0
-20.0
-40.0 -40.0
-60.0 -80.0
-60.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2009
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
-10.0
0.0
-20.0
-20.0
-40.0
-30.0
-60.0
-40.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2010 yoy
0.0
20.0
mtm
2009
2010 yoy
mtm
13
Grafik 26. Produksi Sepeda Motor
Grafik27. Penjualan Sepeda Motor
(% yoy)
(% mtm)
80.0
60.0
(% yoy)
(% mtm)
80.0
50.0
50.0 60.0
40.0 30.0
40.0
40.0 60.0
30.0 40.0
20.0
20.0 20.0
10.0
10.0 20.0 0.0
0.0 0.0
0.0
-10.0
-10.0 -20.0
-20.0
-20.0
-20.0 -30.0
-30.0 -40.0
-40.0
-40.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2009
-40.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2010
2009
2010 yoy
yoy
mtm
mtm
Grafik 28. Ekspor Besi dan Baja
Grafik 29. Konsumsi Semen
(% yoy)
(% mtm)
80.0
120.0
60.0
100.0
(% yoy)
(% mtm)
80.0
80.0
60.0
60.0
40.0
40.0
20.0
20.0
80.0
40.0
60.0
20.0
40.0 0.0 20.0 -20.0
0.0
-40.0
-20.0
-60.0
0.0
0.0
-20.0
-20.0
-40.0
-80.0
-60.0
-40.0
-40.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008
2008
2009
2010 yoy
2009
2010 yoy
mtm
Grafik 30. Ekspor Kayu Lapis
mtm
Grafik 31. Ekspor Kayu Gergajian
(% yoy)
(% mtm)
150.0
(% yoy)
(% mtm)
100.0
75.0
100.0
75.0
50.0
75.0
50.0
25.0
50.0
25.0
0.0
25.0
0.0
125.0 100.0
50.0
75.0
25.0 -25.0 0.0
0.0 -25.0 -25.0 -50.0
-50.0
-50.0 -25.0
-75.0
-100.0
-75.0
-75.0
-50.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2008
2009
2010 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2009
2010 yoy
mtm
mtm
14
Grafik 32. Penjualan Minyak Diesel
Grafik 33. Penjualan Listrik ke Sektor Industri
(% yoy) 100.0
(% mtm)
100.0
75.0 50.0
75.0
25.0
50.0
(% yoy)
(% mtm )
30.0
35.0
25.0
30.0
20.0
25.0
15.0
20.0 15.0
10.0
10.0
5.0
0.0
25.0 -25.0
5.0
0.0
0.0
-5.0 0.0
-50.0 -75.0
-25.0
-100.0
-50.0
-5.0
-10.0
-10.0
-15.0
-15.0
-20.0
-20.0
1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008 2008
2009
2009
2010
2010 yoy
yoy
mtm
mtm
Grafik 34. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan
Grafik 35. Penjualan Listrik Total
(% yoy)
(% m-t-m )
25.0
20.0
(% yoy)
14.0
18.0
12.0
16.0
10.0
14.0
8.0
(% mtm ) 15.0
10.0
12.0 10.0
15.0
6.0
10.0
5.0
6.0
2.0
4.0
0.0
2.0
-2.0 -4.0
5.0
8.0
4.0
0.0
-5.0
0.0 -2.0 -4.0
0.0
-6.0
-10.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2008
2008
2009
2009
2010
2010 yoy
yoy
mtm
mtm
Grafik 36. Kunjungan Wisman
Grafik 37. Tingkat Hunian Hotel - Jakarta
(% yoy)
(% mtm )
50.0
40.0
(% yoy)
(% mtm )
30.0
40.0
25.0
40.0
30.0
30.0
20.0
30.0
20.0 20.0
15.0 10.0
20.0
10.0
10.0
0.0
10.0
5.0 0.0
0.0 -5.0
0.0
-10.0
-10.0
-20.0
-20.0
-30.0
-10.0
-10.0 -20.0
-15.0 -20.0
-30.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2008
2009
yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
2009
2010 yoy
2010
mtm
mtm
15
Grafik 38. Tingkat Hunian Hotel - Bali (% yoy)
(% mtm )
15.0
40.0
10.0
30.0
5.0
20.0
0.0 10.0 -5.0 0.0 -10.0 -10.0
-15.0
-20.0
-20.0 -25.0
-30.0
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008
2009
2010 yoy
Perkembangan Indikator Sektor Riil terpilih
mtm
16