I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Gigi yang rusak, tidak teratur susunannya, ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan. Kesehatan gigi merupakan salah satu cermin kesehatan manusia, oleh karena merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan (Silviana dkk., 2013). Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang alveolar, berdampak pada estetik, fonetik, dan fungsi mastikasi dan juga dapat berpengaruh pada ketidaknyamanan pada sebagian orang (Margo, 2008). Gigi tiruan adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menggantikan sebagian atau seluruh gigi yang sudah hilang beserta jaringan pendukung di sekitarnya (Anusavice, 2004). Penggunaan gigi tiruan sangat penting bagi individu yang mengalami kehilangan gigi (Anusavice, 2004). Gigi tiruan dapat membantu dalam faktor estetik, mengembalikan fungsi pengunyahan, memulihkan fungsi bicara, mempertahankan jaringan gusi serta relasi rahang atas dan bawah, serta menambah kepercayaan diri (McCabe, 2008). Tujuan dari penggunaan gigi tiruan adalah untuk merehabilitasi gigi yang hilang beserta jaringan pendukung di sekitarnya, sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut dan untuk memperbaiki kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan yang tak bergigi (Anusavice, 2004). Gigi tiruan harus
1
2
dibuat mirip dengan gigi asli yang masih ada, sehingga tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan wajah dan senyum pasien (Margo, 2008). Dalam bidang kedokteran, khususnya cabang ilmu Prostodonsia, terdapat beberapa jenis gigi tiruan. Salah satunya adalah gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dengan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya serta dapat dilepas dan dipasang kembali ke dalam mulut pasien (Henderson, 1985). Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan fungsi estetis, fungsi mastikasi, fungsi bicara serta melindungi jaringan pendukung dibawahnya (Barnes dan Walls, 2006). Pemakaian gigi tiruan dalam waktu yang lama akan menutupi jaringan lunak di bawahnya sehingga akan mengalami kesulitan dalam pembersihan mukosa maupun gigi tiruannya oleh saliva dan lidah sehingga akan memudahkan terbentuknya plak (Margo, 2008). Akumulasi biofilm pada gigi tiruan adalah masalah yang umum dikalangan pemakai gigi tiruan, oleh karena itu diperlukan kontrol biofilm yang efektif dengan metode pemeliharaan gigi tiruan yang memadai (Nikawa dkk., 1999). Pemeliharaan gigi tiruan yang tepat dapat menjaga kebersihan rongga mulut dan mencegah timbulnya perubahan-perubahan patologis dalam rongga mulut akibat penggunaan gigi tiruan (Barnes dan Walls, 2006). Pemeliharaan yang tepat dari gigi tiruan penting untuk menjaga mukosa mulut yang sehat. Biofilm mikroba pada jaringan dan permukaan gigi tiruan adalah faktor penting dalam patogenesis stomatitis pada gigi tiruan (Felipucci, 2011). Akumulasi dari plak tidak saja pada gigi-gigi disekitar gigi tiruan namun
3
bisa pada gigi-gigi antagonisnya sehingga diperlukan instruksi pemeliharaan gigi tiruan dengan benar (Gunadi dkk., 1995). Faktor-faktor yang dapat menjadi pertimbangan bagi pasien dalam melakukan pemeliharaan gigi tiruan, antara lain adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi (Gunadi dkk., 1995). Jenis kelamin adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara pria dan wanita. Pria dan wanita berbeda secara fisik maupun karakteristik (Pahlawaningsih dan Ghondhoyoewono, 2004). Jenis kelamin berpengaruh terhadap penentuan motivasi yang menyangkut pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Wanita biasanya cenderung lebih memperhatikan segi estetis seperti keindahan, kebersihan dan penampilan diri sehingga mereka lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, sedangkan pria sebaliknya kurang memperhatikan keindahan, kebersihan dan penampilan diri (Pahlawaningsih dan Ghondhoyoewono, 2004). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Al-Ansari dkk. (2007), menunjukkan bahwa persentase wanita yang menyikat gigi dengan benar lebih tinggi dari pada pria. Hasil penelitian Jubhari (2007) menyatakan bahwa wanita lebih sering mengunjungi dokter gigi dibandingkan dengan pria sehingga jenis kelamin cukup berpengaruh terhadap motivasi dari pasien. Kesuksesan penggunaan gigi tiruan dalam jangka panjang tidak hanya bergantung pada pembuatan gigi tiruan yang mempunyai desain dan konstruksi yang baik, tetapi juga pada kemauan pasien untuk menerima gigi tiruan dan kesediaannya untuk belajar bagaimana memeliharanya (Barnes dan Walls, 2006).
4
Pelaksanaan dan perawatan maupun hasil dalam jangka panjang dari penggunaan gigi tiruan sangat bergantung pada kerjasama pasien dalam memelihara gigi tiruannya. Karena itu perlu memberi motivasi kepada pasien sehingga dapat meningkatkan kerjasama secara maksimal (Kayser dkk., 1984). Dokter gigi maupun perawat gigi dapat mencapai hasil yang maksimal dengan meningkatkan sikap pasien. Hasil akhir yang lebih baik akan terwujud ketika pasien dididik sesuai apa yang diharapkan. Keberhasilan akan terlihat ketika kebiasaan kebersihan mulut pasien yang baik dan ketika instruksi kebersihan mulut untuk gigi tiruan diberikan saat pemakaian pertama gigi tiruan (Swenson dan Terkla, 1955).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diperoleh suatu permasalahan yaitu: Apakah faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap pemeliharaan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik?
C. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini dilakukan oleh Al-Ansari dkk. (2007), yang berjudul “Gender Differences in Oral Health Knowledge and Behaviour of the Health Science College Students in Kuwait” menunjukkan bahwa persentase wanita yang menyikat gigi dengan benar lebih tinggi dari pada pria, sedangkan penelitian Pahlawaningsih dan Gondhoyoewono (2004) menyatakan bahwa wanita cenderung lebih memperhatikan segi estetis
5
seperti keindahan, kebersihan dan penampilan diri sehingga mereka lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulutnya, sedangkan pria sebaliknya kurang memperhatikan keindahan, kebersihan dan penampilan diri. Sepengetahuan penulis, belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh faktor jenis kelamin terhadap pemeliharaan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah jenis kelamin dan pemeliharaan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik.
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh faktor jenis kelamin terhadap pemeliharaan gigi tiruan resin akrilik.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat diharapkan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan motivasi kepada pengguna gigi tiruan sebagian lepasan untuk menjaga kebersihan gigi tiruannya dengan mengenal adanya perbedaan dalam edukasi yang berkaitan dengan jenis kelamin. 2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang Prostodonsia mengenai pengaruh faktor jenis kelamin terhadap pemeliharaan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik.