1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi persaingan dari produk-produk impor ditentukan oleh suatu kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masing-masing perusahaan atas pesaing-pesaingnya. Suatu negara memiliki keunggulan, baik secara alamiah ataupun keunggulan yang dikembangkan. Keunggulan alamiah yang dimiliki Indonesia adalah tenaga kerja, khususnya dari golongan yang berpendidikan rendah dan bahan baku yang berlimpah. Kondisi ini menyebabkan upah tenaga kerja dan harga bahan baku relatif lebih murah bila dibandingkan dengan negara lain dengan jumlah penduduk sedikit dan sumber daya alam yang sedikit. Sedangkan keunggulan yang dikembangkan misalnya tenaga kerja walaupun sedikit, akan tetapi memiliki ketrampilan yang tinggi dan penguasaan teknologi, sehingga dapat membuat bahan baku sintesis yang mutunya lebih baik dari bahan baku aslinya (Tambunan, 2002). UKM sudah tidak dapat dipungkiri lagi merupakan sektor ekonomi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam situasi Indonesia masih mengalami krisis ekonomi. Dihadapkan dengan karakteristik dan kendala operasional UKM, serta tantangan yang dihadapi dalam era perekonomian yang semakin terbuka, maka UKM dituntut untuk meningkatkan usahanya agar dapat bertahan dan berkembang (Machfud, 2004). Dalam menjalankan aktivitas usahanya UKM dapat mengajukan kredit atau pembiayaan melalui pihak perbankan. Pada lembaga perbankan yang berlandaskan syariah pemberian pembiayaan sangat erat hubungannya dengan pemberdayaan umat artinya dalam suatu kasus pembiayaan dalam skim murabahah (jual beli) tidak memberikan dalam bentuk uang yang selama ini dilakukan pada bank konvensional, tetapi dalam bentuk barang atau aktiva lainnya sesuai yang diinginkan mudharib atau debitur. Sebagai ilustrasi, CV. ABC adalah IKM yang bergerak pada industri perdagangan kue dan roti
2
bermaksud untuk membeli mesin pengaduk adonan kue (mixer) dengan harga Rp. 28 juta. Kemudian CV. ABC mengajukan permohonan pembiayaan murabahah ke Bank Syariah DEF untuk pembelian mesin tersebut. Sesuai dengan akad pembiayaan murabahah Bank Syariah DEF akan membeli mesin yang dimaksud dan CV. ABC akan berhutang sebesar harga perolehan obyek jual beli ditambah dengan keuntungan yang disepakati kedua belah pihak. Pembayaran dapat dilakukan oleh CV. ABC (mudharib) kepada Bank Syariah DEF (shahibul maal) secara sekaligus ataupun angsuran sesuai kesepakatan bersama. Perbankan
syariah
didirikan
dengan
visi
dan
misi
untuk
memberdayakan umat. Bentuk pemberdayaan itu melalui keberpihakan kepada (UKM) melalui tiga aspek (Ayatullah, 2002) yaitu : 1. Aspek produk-produk pembiayaan yang mampu mendekatkan pihak nasabah dengan Bank Syariah yang saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. 2. Aspek keadilan dalam memperlakukan risiko, yaitu Bank Syariah dalam melakukan transaksi bisnis memperhitungkan return dan risk relationship yang akan terjadi, atas positive return, no return dan negative return. 3. Aspek bagi hasil (share cropping). Bank Syariah tidak terpaku pada suatu yang pasti, tetapi juga pada sesuatu yang tidak pasti. Hal ini terlihat dari keuntungan yang ditentukan oleh setiap transaksinya, serta frekuensi transaksinya dan dalam keuntungan yang tidak pasti dimana, discount rate hanya digunakan untuk menentukan nisbah bagi hasil antara shahibul maal dengan mudahrib. Pengembangan perbankan syariah nasional pada dasarnya diarahkan untuk menciptakan perbankan syariah yang sehat dan menjalankan prinsip syariah secara konsisten. Pengembangan perbankan syariah pada suatu sisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan jasa perbankan yang sejalan dengan prinsip syariah dan sisi lainnya, ditujukan untuk menciptakan sistem perbankan alternatif dengan keragaman jenis produk dan jasa yang dapat memiliki kelebihan. Hal ini dimungkinkan, karena perbankan syariah dapat diklasifikasikan sebagai universal banking
3
dengan berbagai keleluasaan inovasi yang dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang ada. Beberapa tahun terakhir ini, perkembangan Bank Syariah di Indonesia sangat pesat. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap cerahnya prospek perkembangan perbankan syariah (Hilman, 2003) adalah sebagai berikut : 1. Meningkatnya kesadaran umat Islam untuk berbisnis secara syariah. 2. Meningkatnya ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal di bidang perbankan syariah dengan dibukanya beberapa sekolah tinggi atau fakultas yang berkonsentrasi pada pengembangan ekonomi syariah. 3. Meningkatnya minat para pemilik perbankan konvensional untuk membuka divisi atau unit syariah. 4. Adanya payung hukum yang jelas mengatur perbankan syariah dengan dikeluarkannya Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan. 5. Mulai membaiknya iklim perekonomian di Indonesia. Program pengembangan perbankan syariah selalu mempertimbangkan kondisi-kondisi dan lingkungan yang menyertainya. Oleh karena itu, dalam pengembangan perbankan syariah pada saat ini diterapkan sejumlah prinsipprinsip pokok kebijakan pengembangan (Biro Perbankan Syariah BI, 2002), antara lain : 1. Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar (market driven), yaitu interaksi antara masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan dengan investor atau lembaga perbankan yang menyediakan pelayanan jasa perbankan syariah. 2. Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah dilaksanakan dengan tidak menerapkan infant industry argument atau memberikan perlakuanperlakuan khusus. Perlakuan sama (equal treatment) antar Bank Syariah dan bank umum lainnya. Perbedaan pengaturan dan ketentuan diterapkan pada perbankan syariah dilaksanakan dalam rangka memenuhi prinsip syariah atau karena perbedaan bentuk bisnisnya. 3. Pengembangan
perbankan
syariah
di
sisi
kelembagaan
maupun
pengaturan, dilaksanakan bertahap dan berkelanjutan (gradual and sustainable approach).
4
4. Pengaturan dan pengembangan perbankan syariah menerapkan prinsip universalitas yang sesuai dengan nilai dasar Islam yaitu rahmat bagi sekalian alam. Sejalan dengan hal itu, pengembangan perbankan syariah diarahkan kepada jasa yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh semua lapisan masyarakat (tidak hanya kelompok Islam). Namun, penyedia dan pengguna jasa perbankan syariah tersebut harus taat terhadap prinsip-prinsip syariah dalam pelaksanaan kegiatan dan akad perbankan. 5. Mengingat bahwa perbankan syariah adalah sistem perbankan yang mengedepankan moralitas dan etika, maka nilai-nilai yang menjadi dasar dalam pengaturan dan pengembangan, serta nilai-nilai yang harus diterapkan dalam pengembangan SDM dan operasional perbankan adalah penerapan nilai-nilai kerja sama, pengelolaan yang profesional, tanggung jawab dan upaya bersama-sama dalam melakukan perbaikan. Berdasarkan
data
statistik
Bank
Indonesia
(Karim,
2004)
perkembangan Bank Syariah sebelum tahun 1998 sangat lambat. Di Indonesia, hanya
ada
satu
Bank
Syariah,
yaitu
Bank
Muamalat.
Walaupun
perkembangan-nya agak terhambat bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perbankan syariah terus berkembang. Dipicu dengan UU No. 10 tahun 1998 yang memungkinkan perbankan menjalankan dual banking system, bank-bank konvensional yang menguasai pasar mulai melirik dan membuka unit usaha syariah. Jaringan kantor Bank Syariah mengalami peningkatan yang nyata, baik dalam jumlah bank maupun kantor cabang. Bila pada akhir tahun 1999 kantor Bank Syariah hanya memusat di Pulau Jawa, pada tahun 2002 penyebarannya telah menjangkau 29 kota di pulau-pulau besar di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan dengan jumlah kantor cabang (tidak termasuk BPR Syariah) tercatat 123 kantor. Pada akhir tahun 2003 di Bank Indonesia tercatat 15 kantor Bank Syariah, 137 kantor cabang syariah, 44 kantor cabang pembantu dan 120 kantor kas. Sejalan dengan pertumbuhan jaringan kantor cabang, Bank Syariah tetap terus berupaya meningkatkan penyaluran pembiayaan dengan sistem bagi hasil, khususnya bagi UKM agar dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Kinerja pembiayaan bagi UKM pada Bank Syariah dapat
5
dijadikan dasar penilaian keberhasilan dalam memperoleh laba/keuntungan. Kinerja usaha dapat dihitung dengan ukuran-ukuran finansial standar (Hubeis, 2004a) seperti keuntungan bersih (Net Profit), Return on Assets (ROA) dan cash flow. Salah satu Bank Syariah di Jakarta merupakan Bank Pemerintah yang memiliki Kantor Cabang yang menyalurkan pembiayaan syariah kepada UKM dimana aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (Musyarakah), pembiayaan berdasarkan jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah). Sebagai mesin keuntungan Bank Syariah tentunya akan mendapatkan pendapatan dari hasil usahanya, yaitu pembiayaan UKM berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan kajian berjudul: “Evaluasi dan Pengembangan Strategi Pembiayaan UKM Dalam Meningkatkan Profitabilitas Bank Syariah di Jakarta.”
B. Perumusan Masalah Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dinilai cukup baik dan nampaknya memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Daya tahan perbankan syariah terhadap krisis, ditambah lagi dengan jumlah penduduk muslim di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 80%, merupakan modal potensial bagi perkembangan perbankan syariah di masa depan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
dapat dirumuskan masalah
kajian sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pengembangan pembiayaan UKM yang telah diterapkan di Bank Syariah ? 2. Bagaimana kinerja kantor-kantor cabang Bank Syariah berdasarkan pertumbuhan pembiayaan UKM dan profitabilitas dari tahun 2003-2007 ? 3. Strategi pengembangan yang bagaimana yang dapat meningkatkan profitabilitas Bank Syariah ?
6
C. Tujuan Kajian 1. Menganalisis pengembangan pembiayaan UKM di Bank Syariah. 2. Melakukan analisis atas kinerja kantor-kantor cabang Bank Syariah berdasarkan perkembangan pembiayaan UKM dan profitabilitas dari tahun 2003-2007. 3. Menyusun strategi pengembangan dalam pembiayaan UKM untuk meningkatkan profitabilitas Bank Syariah.