EFEKTIFITAS BIMBINGAN PRA NIKAH CALON PENGANTIN SEBAGAI UPAYA DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Ilmu Dakwah Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Oleh :
EVIN FATMAWATI NIM: 061111007
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS DAKWAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus III) Ngaliyan Telp./Fax. (024) 760405 Semarang NOTA PEMBIMBING
Lamp.
: 5 (lima) eksempelar
Hal.
: Persetujuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo semarang Di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudara: Nama
: Evin Fatmawati
NIM
: 61111007
Fakultas/Jurusan : Dakwah/Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Judul Skripsi
: Efektifitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin Sebagai Upaya Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di BP4 Kota Pekalongan.
Dengan ini, telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu,alaikum Wr. Wb. Semarang, Desember 2010
Pembimbing,
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS DAKWAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus III) Ngaliyan Telp./Fax. (024) 760405 Semarang
PENGESAHAN Skripsi saudari
:
Evin Fatmawati
NIM
:
61111007
Fak/ Jurusan
:
DAKWAH/BPI
Dengan Judul
:
EFEKTIFITAS BIMBINGAN PRA NIKAH CALON PENGANTIN
SEBAGAI
UPAYA
DALAM
MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN Telah dimunaqosah oleh dewan penguji Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang pada Tanggal 30 Desember 2010 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi program sarjana strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam dalam Ilmu Dakwah Semarang, Januari 2011 Dewan Penguji
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di perguruan lainnya. Pengetahuan yang di peroleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang,
Januari 2010
Deklarator,
Evin Fatmawati NIM: 061111007
iv
MOTTO
Ÿω $£ϑÏΒuρ óΟÎγÅ¡àΡr& ô⎯ÏΒuρ ÞÚö‘F{$# àMÎ7/Ψè? $£ϑÏΒ $yγ¯=à2 yl≡uρø—F{$# t,n=y{ “Ï%©!$# z⎯≈ysö6ß™ ∩⊂∉∪ tβθßϑn=ôètƒ Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” (Q.S yasin : 36). (Depag RI, 1974 : )
v
PERSEMBAHAN
Dalam perjuangan mengarungi samudera illahi tanpa batas, dengan keringat dan air mata ku persembahkan karya tulis ini teruntuk orang-orang yang selalu ikhlas membimbingku dengan kasih sayang dan ketulusannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan bagi mereka yang tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususkan buat : 1. Ayahanda tercinta Muldiono dan Ibunda Waenah yang dengan perjuangan dan keikhlasan hatimu membimbing ananda, serta air mata kebahagiaan yang tercurah bersama kasih sayang yang tulus dari hatimu menjadi semangat dalam hidupku, Ridhomu ringankan langkah kakiku. 2. Adik-adikku tersayang Moh. Priyanto dan Moh. Agus Fatkhulloh yang telah memberikan semangat sehingga penulis dapat menuntaskan studi dan menyelesaikan skripsi ini. pesan mba rajinlah belajar dan lanjutkan perjuangan kalian dalam mencari ilmu dunia dan akhirat. 3. Teman-teman kost mbah dongkrak beserta ibu Tri sekeluarga yang selalu baik padaku dan teman-teman senasib seperjuangan BPI angkatan 2006 serta tementemen IMT . 4. Dikau yang selalu dihatiku, kesabaran dan kasih sayangmu menjadi motivasi tersendiri buatku, semoga apa yang kita cita-citakan di masa depan dapat terwujud amin…. 5. Keluarga besar ayah dan keluarga besar ibu yang telah membantu dan mendukung ananda dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini trims atas do’anya selama ini.
Penulis
vi
ABSTRAKSI
EVIN FATMAWATI (NIM: 061111007), “Efektifitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin Sebagai Upaya Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di BP4 Kota Pekalongan”. Skripsi Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Tahun 2010. Perkawinan merupakan suatu perhubungan antara dua jenis makhluk tuhan, yaitu manusia laki-laki dan wanita untuk membentuk suatu satuan sosial kecil, yaitu keluarga, guna kelangsungan hidup manusia itu sendiri yaitu dengan lahirnya anak-anak mereka sebagai hasil atau buah perkawinan, yang menjadi perumusan masalah adalah. Bagaimana Efektifitas pelaksanaan Bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan? Dan Bagaimana Dampak Bimbingan Pra Nikah dalam memantapkan calon pengantin Mewujudkan Keluarga Sakinah di BP4 Kota Pekalongan ? Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan dakwah yaitu suatu disiplin ilmu yang berusaha menyeru dan mengajak manusia untuk menuju jalan kebaikan agar manusia dapat hidup bahagia baik didunia dan akhirat, serta mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariat islam yang telah ditetapkan allah SWT. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Data primer adalah responden (orang yang dapat merespon) tentang data penelitian yang disebut dengan konselor dan wawancara langsung dengan subjek penelitian yang disebut konseli. Data sekunder adalah literature yang menunjang data primer. Dalam menganalisis data, yakni data yang diperoleh melalui satu atau lebih dari pihak yang bukan peneliti sendiri. (seperti dokumentasi dan sejumlah informan). Hasil pembahasan menunjukan bahwa proses Bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan, telah aktif dilaksanakan setiap hari selasa. yang dilakukan secara berkelompok, jumlah pasangan yang mendapatkan Bimbingan pra nikah menyesuaikan dengan catin yang terlebih dahulu telah mendaftarkan diri ke KUA setempat, Bimbingan pra nikah (penasehatan perkawinan) adalah suatu proses pelayanan social (social service) berupa suatu bimbingan penasehatan, pertolongan yang diberikan kepada calon atau suami istri, sebelum dan sesudah kawin, agar mereka memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kehidupan kekeluargaan. Bimbingan diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan calon pengantin, baik dari segi phisik atau psikis. Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kekuatan keluarga, diperlukan ilmu pengetahuan tentang berbagai aspek yang menyangkut kehidupan keluarga, baik interaksi pola antarindividu dalam keluarga maupun pola interaksi antarkeluarga dalam sistem sosial yang lebih besar. Dalam hubungannnya dengan kesetaran dan kemantapan calon pengantin dalam mewujudkan keluarga sakinah, bahwa tidak adanya keseimbangan akan berakibat buruk dikemudian hari. Antar calon suami dan calon istri harus ada keseimbangan, yang mencakup banyak aspek, di antaranya keseimbangan dalam agamanya, usianya dan pendidikannya.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Segala puji bagi allah yang maha pengasih dan maha penyayang yang senantiasa menganugerahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis dalam rangka menyelesaikan karya skripsi dengan judul “ Efektifitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin Sebagai Upaya Dalam Membentuk Keluarga Sakinah di BP4 Kota Pekalongan”. Alhamdulillah shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah dan para pengikutnya, karena dengan semua itu penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis merasa bersyukur atas bantuan dan dorongan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi penulis ini dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1. Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag yang telah memberi izin penulisan skripsi ini beserta staf-staf yang telah memperlancar proses perkuliahan selama penulis menuntut ilmu. 2. Dra. Djauharotul Farida, M.Ag dan Safrodin Halimi M.Ag yang telah berkenan membimbing dengan keikhlasan dan kebijaksanaanya meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan pengarahan-pengarahan sehingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Ibu Djauharotul Farida, M.Ag, selaku dosen wali terima kasih segalanya 4. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Dakwah yang telah mengamalkan ilmunya dan membimbing penulis hingga akhir perkuliahan 5. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang serta pengelola perpustakaan Fakultas Dakwah yang telah memberikan pelayanan kepustakaan dengan baik. 6. Ayahanda Muldiono dan Ibunda Waenah yang tercinta yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun materiil kepada penulis. Dan Adikadikq Priyanto dan Agus yang selalu memberikan semangat 7. Untuk Dikau yang selalu mengisi hari-hariku dengan kesabaran dan kasih sayangmu
viii
8. Teman-temanq BPI angkatan 2006, sedulur IMT yang tercinta temen-temen kost mbah dongkrak, dan semua teman-teman yang tak mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Semarang, Januari 2010 Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING..................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR....................................................................................
viii
DAFTAR ISI...................................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.........................................................
1
1.2. Perumusan Masalah................................................................
5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
6
1.4. Tinjauan Pustaka ...................................................................
7
1.5. Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................
10
1.6. Teknik Pengumpulan Data .....................................................
13
1.7. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................
15
BAB II : KERANGKA TEORITIK 2.1. Keluarga Sakinah ...................................................................
18
2.1.1 Pengertian Keluarga......................................................
18
2.1.2 Pengertian Sakinah........................................................
19
2.1.3 Fungsi Keluarga ............................................................
23
2.1.4 Bentuk-Bentuk Keluarga...............................................
29
2.1.5 Keluarga Sakinah Perspektif Al-Qur’an dan Hadist .....
31
2.2. Bimbingan dan Konseling Islami...........................................
40
2.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami..............
40
2.2.2 Azas-Azas Bimbingan dan Konseling Islami..............
45
x
2.3. Bimbingan Pra Nikah .............................................................
48
2.3.1 Pengertian Bimbingan Pra Nikah................................
48
2.3.2 Latar Belakang Bimbingan Pra Nikah ........................
49
2.3.3 Tujuan Bimbingan Pra Nikah......................................
53
2.3.4 Objek Bimbingan Pra Nikah .......................................
53
2.3.5 Komponen-Komponen Bimbingan Pra Nikah ...........
54
2.3.6 Umur yang Ideal dalam Perkawinan ...........................
56
2.4. Membina Keserasian Hubungan Suami Istri..........................
58
BAB III : GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum ..................................................................
61
3.1.1 Sejarah Singkat BP4 Kota Pekalongan ......................
61
3.1.2 Letak Geografis BP4 Kota Pekalongan.......................
63
3.1.3 Visi, Misi dan Status Lembaga ...................................
69
3.1.4 Struktur dan Fasilitas BP4 Kota Pekalongan ..............
71
3.2. Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin di BP4 Kota Pekalongan ..........................................................
3.3
3.4
3.2.1 Pra Proses Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah..........
75
3.2.2 Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah ...........................
77
Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin di BP4 Kota Pekalongan ......................................
80
Eksistensi BP4 Kota Pekalongan ..........................................
84
BAB IV : ANALISIS EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN PRA
NIKAH
DALAM
MEWUJUDKAN
KELUARGA
SAKINAH 5.1. Analisis Efektifitas pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 kota Pekalongan ...... 5.2. Analisis
Dampak
Memantapkan
Bimbingan
Calon
Pengantin
Pra Dalam
Nikah
87
dalam
Mewujudkan
Keluarga Sakinah di BP4 kota Pekalongan............................
109
BAB V : PENUTUP 5.1 Kesimpulan.............................................................................
xi
118
5.2 Saran-saran .............................................................................
120
5.3 Penutup...................................................................................
121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa sakral dalam kehidupan manusia sejak manusia diciptakan Tuhan di dunia. Perkawinan merupakan suatu hubungan antara dua jenis makhluk Tuhan, yaitu laki-laki dan wanita untuk membentuk suatu satuan sosial kecil, yaitu keluarga (rumah tangga). Perkawinan bertujuan untuk melangsungkan kehidupan manusia itu sendiri karena dengan lahirnya anak-anak mereka sebagai hasil atau buah perkawinan. Proses seseorang dalam menuju ke jenjang perkawinan beraneka ragam, ada yang sangat mudah, tetapi ada pula yang penuh dengan liku-liku dan bahkan mengalami kesulitan-kesulitan. Setiap muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat merasakan ketenteraman dan kedamaian. Akan tetapi ketenteraman dan kedamaian itu tidak akan terwujud kecuali, apabila setiap muslim sadar bahwa di atas pundaknya ada amanah yang berat berupa tugas dakwah secara universal, yang tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaan. Lebih lanjut, tidak ada sistem yang mengurusi tekhnis perawatan dan perhatian terhadap keluarga sebagaimana Islam. Agama Islam telah melingkupinya sedemikian rupa dengan arahan yang mendidik sambil merumuskan prinsip legislasi hukum keluarga yang menjamin keberadaannya di atas landasan yang sehat, mengangkat harkat,
1
2
mengeratkan tali hubungan antar anggota keluarga, menyokong eksistensi, dan mengamankan kelangsungan hidupnya. Dalam kehidupan rumah tangga ketidakbahagiaan keluarga merupakan masalah dakwah yang apabila tidak diselesaikan sebaik-baiknya, akan menimbulkan masalah baru yang lebih berat dan luas. Misalnya: timbulnya penyelewengan suami atau istri, pelacuran atau perzinahan, kenakalan anak-anak, anak terlantar dan lain-lain. Karena, tujuan dakwah secara global adalah agar manusia yang di dakwahi itu bisa mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. (Halimi, 2008: 36). Agar individu-individu memiliki persiapan mental dan phisik atau materiil dalam menaiki jenjang perkawinan dan agar keluarga (rumah tangga) memiliki persiapan daya tahan yang kuat dalam menghadapi goncangangoncangan dari pengaruh internal maupun eksternal. Maka perlulah adanya suatu usaha untuk memberikan pelayanan, bantuan atau pertolongan. adapun tujuan akhirnya yakni agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga. Usaha tersebut dilakukan baik oleh perseorangan maupun dalam bentuk suatu badan (Syubandono, 1981 : 2). Mempunyai keluarga sakinah adalah idaman setiap orang. Kenyataan ini menunjukan banyak orang yang merindukan dalam rumahtangganya menjadi sesuatu yang teramat indah, bahagia, penuh dengan berkah yakni keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Dalam kehidupan rumah tangga tidak sedikit dari keluarga yang hari demi harinya hanyalah perpindahan dari kecemasan kegelisahan, dan penderitaan. Bahkan tidak jarang diakhiri dengan
3
kenistaan, perceraian, dan juga derita (Mochamad bugi/articles/baitul muslim, diakses 17 februari 2007). Banyak problema yang biasa dihadapi dalam sebuah keluarga. Tidak sedikit keluarga yang menyerah atas “derita” yang sebetulnya diciptakannya sendiri. Di antaranya memilih perceraian sebagai penyelesaian. Kasus-kasus faktual tentang itu semuanya ada di masyarakat kita. Dan, masih banyak lagi kegelisahan yang melilit dalam keluarga di masyarakat. Namun, umumnya kegelisahan
itu
diakibatkan
oleh
menurunnya
kemampuan
mereka
menemukan alternatif ketika menghadapi masalah yang tidak dikehendaki. Oelh karena itu, sangat penting bagi kita untuk berusaha mencari solusi yang bisa mengokohkan bangunan keluarga kita dari hempasan arus zaman yang serba menggelisahkan. Dan, kata kunci itu adalah sakinah. Konsep keluarga bahagia yang Islami, biasanya disebut dengan istilah keluarga sakinah. Sudah menjadi sunatullah dalam kehidupan, segala sesuatu mengandung unsur positif dan negatif (Mubarok, 2005 : 151). Membangun sakinah dalam keluarga, memang tidak mudah. Ia merupakan bentangan proses yang sering menemui badai. Untuk menemukan formulanya pun bukan hal yang sederhana. Kasus-kasus keluarga yang terjadi di sekitar kita dapat menjadi pelajaran penting dan menjadi motif bagi kita untuk berusaha keras mewujudkan indahnya keluarga sakinah di rumah kita. Pasangan suami istri yang sadar akan tanggung jawabnya, senantiasa berupaya dapat menjalankan perannya masing-masing dalam keluarga dan dapat membina rasa saling mencintai serta pengertian antar pasangan. Secara
4
psikologis kesejahteraan atau kebahagiaan keluarga akan berkembang bila kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Dalam kehidupan keluarga, suami istri umumnya masing-masing memegang peranan penting dalam pembinaan kesejahteraan bersama, baik secara fisik, material, maupun spiritual dalam meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat (Salman, 2005 : 2). Akan tetapi ketidakharmonisan keluarga tak dapat dihindari, apabila terputusnya struktur peran sosial suatu unit keluarga satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban atau peran masing-masing dalam sebuah keluarga (William, 1991 : 184). Allah memberikan banyak petunjuk dalam Firman-Nya mengenai prinsip-prinsip pernikahan yang bahagia. Orang yang bijaksana akan mempelajari prinsip-prinsip tersebut agar kehidupan pernikahannya dibangun di atas dasar yang kuat. Ada istilah “cinta itu buta”. Pasangan muda mudi berpikir karena mereka saling mencintai maka dapat mengatasi setiap masalah. Akan tetapi, jauh lebih baik membahas sekarang masalah-masalah yang mungkin muncul dalam pernikahan, dari pada mengabaikan masalahmasalah tersebut dan berpikir mencoba menyelesaikannya sesudah menikah. BP4 Kota Pekalongan merupakan lembaga yang telah aktif melaksanakan program bimbingan pra nikah di Pekalongan, Bimbingan yang dikhususkan untuk calon pengantin ini dilaksanakan setiap hari selasa. Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan menempati satu gedung khusus yakni di BP4 Kota Pekalongan beralamatkan di Jl. Tondano Kec. Pekalongan Timur Kota Pekalongan. Pasangan yang mendapatkan Bimbingan Pra-Nikah
5
jumlahnya
menyesuaikkan
calon
pengantin
yang
sebelumnya
telah
mendaftarkan diri ke KUA setempat. Bagaimanakah poses pelaksanaan bimbingan nikah bagi calon pengantin dalam rangka membentuk keluarga sakinah serta apa yang telah dilakukan layak untuk menjadi bahan kajian. Keberhasilan yang telah dicapai dari program ini adalah adanya kesadaran dari pasangan, akan hak dan tanggung jawab sebagai seorang suami dan istri. Sehingga dalam kehidupan berumah tangga terbentuk sikap saling pengertian, serta saling menghargai. Karena dari kebanyakan kasus perceraian yang terjadi sekarang ini, disebabkan oleh faktor kurangnya rasa pengertian antara suami istri dan komunikasi yang kurang lancar atau tidak adanya keterbukaaan antara pasangan suami istri. Dengan adanya program bimbingan pra nikah inilah pemerintah daerah, khususnya Kota Pekalongan ingin menekan angka perceraian yang telah banyak terjadi. baik di Kota Pekalongan sendiri atau di Kota-Kota lainnya. Kesadaran yang dimiliki oleh pasangan suami istri dalam memahami hak dan tanggung jawabnya menjadi tolok ukur keberhasilan program ini. Menyadari akan kenyataan inilah, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Efektifitas Bimbingan Pra Nikah Calon Pengantin dalam membentuk keluarga sakinah di BP-4 Kota Pekalongan”. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan ?
6
1.2.2 Bagaimana Dampak Bimbingan Pra Nikah dalam memantapkan calon pengantin mewujudkan keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Pra-Nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan dan Bagaimana hasil akhir dari proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Pra Nikah dalam membentuk keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan hasil penelitian bisa memberikan sumbangan pemikiran berupa wawasan mengenai bimbingan konseling pranikah bagi Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Khususnya Jurusan BPI. 2. Praksis Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pemahaman tentang bimbingan konseling pra nikah bagi calon pengantin dengan berbagai bentuk alternatif, yang bisa diterapkan dalam membentuk keluarga sakinah, serta merangsang kepekaan antar pasangan mengenai pentingnya kebersamaan dan kesetaraan (equality) dalam berbagai peran untuk membina keluarga yang
7
Sakinah. Sehingga, tidak terjadi ketimpangan antar pasangan pada kelangsungan hidup berkeluarga. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai masalah bimbingan konseling pra nikah telah di bahas oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya, Eka Ita Ussa’adah (2008) dengan judul skripsinya “Membentuk keluarga sakinah menurut M.Quraish Shihab (Analisis Pendekatan Konseling Keluarga Islami)”. Dalam skripsi ini dijelaskan tentang bagaimana membentuk keluarga sakina, M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa keluarga sakinah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Ia harus diperjuangkan, dan yang pertama lagi utama, adalah menyiapkan kalbu, lalu terpancar ke luar dalam bentuk aktivitas. Memang, Al-Qur’an menegaskan bahwa tujuan disyariatkannya pernikahan adalah untuk menggapai sakinah. Namun, itu bukan berarti bahwa setiap pernikahan otomatis melahirkan sakinah, mawadah, wa rahmah. Muhamad Fahrudin (2007) dengan judul skripsinya “Keseimbangan Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Pemikiran Imam Al-Nawawi Dalam Membentuk Keluarga Sakinah (Perspektif Bimbingan Konseling Keluarga Islami)”. Menurut al- Nawawi gambaran tentang hubungan dari pemenuhan hak dan kewajiban yang timbal balik antara suami dan istri adalah seimbang, sepadan dan menjadi peran tanggung jawab berdua, hak dan kewajiban suami istri tidak di bentuk atas pola subordinasi. Suami istri berhak untuk melakukan aktifitas baik dalam ruang domestik maupun ruang publik. Keseimbangan hak dan kewajiban suami dan istri dalam konteks rumah tangga mempunyai
8
pandangan bahwa suami merupakan pemimpin bagi rumah tangga. Sedangkan istri di posisikan secara subordinatif di bawah suami. Hal ini, disebabkan karena pemahaman ayat secara normative, dan kurang melalui ferivikasi ayatayat secara jeli dan lebih terperinci. Sementara itu kitab’uqud al-lujayyn’, juga merupakan produk yang dijiwai oleh zaman yang boleh dikatakan konservatif-normatif tersebut, dan tidak dipungkiri juga bahwa istri tidak diberi tempat dalam hal kepemimpinan dalam rumah tangga. Namun demikian, ternyata secara eksplisit Imam al-Nawawi juga memberikan penekanan terhadap perlunya keseimbangan walaupun tidak dijelaskan secara rinci bentuk perimbangan itu sendiri. Riasari “Bimbingan
Maskuri’ah
(2008)
Penyuluhan Agama
dalam
skripsinya
Islam dan
yang
berjudul
Pengaruhnya Terhadap
Keharmonisan Keluarga (Studi Kasus Jama’ah Pengajian Ahad Pagi “Keluarga Sakinah” di desa Sapen Kec.Boja Kab. Kendal)”. Dalam skripsi ini dibahas tentang Islam yang tidak hanya menetapkan peraturan untuk melindungi
keluarga
dalam arti
untuk
menjamin
keselamatan
dan
kelestariannnya saja, tetapi Islam juga menetapkan peraturan-peraturan lainnya yang berfungsi untuk menyelesaikan secara tuntas dan sukses segala persoalan hidup atau sengketa yang timbul dalam keluarga. Problematika pernikahan dan keluarga amat banyak, dari yang kecil sampai yang besar, dari pertengkaran kecil sampai ke perceraian dan keruntuhan kehidupan rumah tangga yang menyebabkan timbulnya broken home.
9
Hapsari Budi Astrie (2008), dalam skripsinya yang berjudul “Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam Kepada Pasangan Pra Nikah Dalam Membangun Keluarga Sakinah di KUA Kecamatan Banyumanik Kota Semarang” skripsi ini membahas metode bimbingan dan penyuluhan Islam kepada pasangan pra nikah di KUA Kec. Banyumanik Kota Semarang hanya dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode individual (percakapan pribadi), metode kelompok (ceramah) dan memberikan majalah. Metode yang diterapkan oleh petugas KUA tersebut sudah tepat untuk ditujukan kepada pasangan pra nikah, akan tetapi penulis melihat metodenya tersebut tidak dilakukan secara konsisten, yakni pertama, metode bimbingan dan penyuluhan Islam yang di lakukan oleh petugas KUA hanya dilakukan sebisanya, tanpa mengetahui ilmu Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Kedua, metode kelompok (ceramah) yang sudah diterapkan satu bulan satu kali, tidak dilaksanakan secara efektif, karena tidak ada persiapan dari pembimbing dan petugas KUA dan ketiga adalah pembimbing di KUA tidak melakukan tugas memberi bimbingan dengan baik, maksudnya pembimbing menyerahkan tugasnya kepada petugas lain. Adapun penelitian yang di lakukan penulis ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif yang tentunya cara pengumpulan data menggunakan tekhnik wawancara dan dokumentasi yang penulis lengkapi dengan tekhnik observasi. Berbeda dengan pembahasan penelitian di atas, disini peneliti lebih khusus lagi tentang upaya mewujudkan keluarga sakinah melalui Bimbingan Konseling pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan. Membangun
10
sakinah dalam keluarga, memang tidak mudah. Ia merupakan bentangan proses yang sering menemui badai. Untuk menemukan formulanya pun bukan hal yang sederhana. Maka bimbingan pra nikah diperlukan agar individu (calon pengantin) mempunyai persiapan-persiapan yang lebih matang dalam menghadapi tahap kehidupan barunya, yaitu kehidupan rumah tangga. 1.5 Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah sistematis dan logis mengenai pencarian data yang berkenaan masalah tertentu yang kemudian diolah, dianalisis dan diambil dengan kesimpulan hingga dicarikan satu pemecahan atas suatu masalah sehingga metode penelitian merupakan cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan dalam mengkaji topik dalam penelitian hingga mencari jawabannya. 1.5.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan untuk menghasilkan data deskriptif (Arikunto, 2002 : 4). Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam buku Metode Penelitian Kualitatif, Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati (Moeleong, 2005 : 4).
11
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa dasarnya menyatakan dalam keadaan sebenarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. (Hadani Nawawi dan Mini Martini, 1996: 174). Maka penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis data deskriptif yang bermaksud untuk memahami fenomena yang diteliti secara terinci, mendalam dan menyeluruh dari hasil lapangan. Berkaitan dengan judul skripsi yang diangkat maka perlu pendekatan yang diharapkan mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan komprehensi. Adapun pendekatan yang digunakan yakni pendekatan fenomenologis yakni pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Istilah “fenomenologis” sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektik dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang. 1.5.2 Subyek Penelitian Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah peserta bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan, bimbingan ini dilaksanakan sebagai upaya membentuk keluarga sakinah sesuai tuntunan agama Islam.
12
1.5.3 Jenis dan Sumber Data Yang dimaksud sumber data diatas adalah subject dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Adapun sumber data primer
dalam
penelitian ini adalah responden (orang yang dapat merespon) tentang data penelitian yang disebut dengan konselor dan wawancara langsung dengan subjek penelitian yang disebut konseli. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas sumber data primer baik berupa data kepustakaan yang berkorelasi dengan pembahasan objek penelitian termasuk dokumentasi, maupun sumber-sumber relevan yang mendukung obyek penelitian ini kaitannya dengan keefektifan bimbingan pra nikah. Adapun informan dalam penelitian ini adalah kepala BP4 Kota Pekalongan, petugas bimbingan pra nikah), informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian dalam hal ini adalah orang yang dekat dan sering berhubungan dengan proses pelaksanaan bimbingan pra nikah (Marzuki, 1995 : 55-56). 1.5.4 Tahap-Tahap Penelitian Dalam penelitian ini peneiti menggunakan 3 tahapan dalam penelitian. Sebagaimana yang ditulis oleh Lexy. J. Moleong dalam bukunya metode penelitian kualitatif. 3 tahapan tersebut antara lain.
13
a. Tahap Pra Lapangan Tahap ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan,
menyiapkan
perlengkapan
dan
persoalan
ketika
dilapangan. Semua itu digunakan oleh peneliti untuk memperoleh diskripsi secara global tentang objek penelitian yang akhirnya menghasilkan rencana penelitian bagi peneliti selanjutnya. b. Tahap persiapan Lapangan Pada tahap ini peneliti memahami penelitian dengan persiapan diri memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. Disini peneliti menindaklanjuti serta memperdalam pokok permasalahan yang dapat
diteliti
dengan
cara
mengumpulkan
data-data
hasil
wawancara dan observasi yang telah dilakukan. c. Tahap Pengerjaan. Dalam tahap ini, peneliti menganalisa data yang telah didapatkan dari lapangan yakni menguraikan masalah yang sesuai dengan kenyataan (Moeleong, 2005 : 127-148). 1.6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variable yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah:
14
1.6.1 Wawancara (interview) Wawancara (interview) adalah merupakan teknik pengumpulan dengan berkomunikasi langsung dengan sumber data, dengan cara bertanya langsung dengan responden (data primer) dan sejumlah informan dan dokumentasi tentang konseli (data sekunder) dengan tujuan memperoleh informasi tentang konseli (Nasution, 1996 : 113). Dalam penelitian ini untuk menggali data dan memperoleh data tentang
pelaksanaan
bimbingan
konseling
pra
nikah,
peneliti
melakukan wawancara sejumlah informan diantaranya calon pengantin, perseorangan/badan yang memberikan bimbingan konseling pra nikah. mengenai tujuan diadakannya program tersebut serta tentang deskripsi lokasi penelitian. Dari pengumpulan data melalui teknik wawancara tersebut, dapat digunakan peneliti untuk menganalisa dan menginterprestasi data sesuai dengan data yang diperoleh dilapangan. Oleh karena itu wawancara harus dilaksanakan secara efektif, dalam kurun waktu yang sesingkat-singkatnya sehingga dapat diperoleh informasi data yang sebanyak-banyaknya. Disamping itu, bahasa yang digunakan harus jelas, terarah dan suasana harus rileks agar data yang diperoleh objektif dan dapat dipercaya. 1.6.2 Pengamatan (observasi) Observasi merupakan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti secara terus menerus, dan
15
sistematis terhadap fenomena yang diteliti pada waktu, tempat kejadian atau kegiatan yang sedang berlangsung (Nasution, 1996 : 113). Observasi yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data mengenai latar belakang konseli dan masalah konseli serta perilaku dan kondisi psikologis konseli. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik observasi dalam penelitian ini adalah karena teknik observasi di bangun atas pengamatan langsung (Direct Experience). Teknik ini digunakan untuk mengungkap data tentang kehidupan sehari-hari konseli, melalui cara berkomunikasi (berbicara) bertingkah laku (bersikap), serta hubungan dengan keluarga dan masyarakat. 1.6.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah mengacu pada material (bahan) yang digunakan sebagai bahan informasi suplemen tentang data–data yang berhubungan dengan konseli seperti foto, rekaman. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data dengan dokumentasi untuk memperoleh gambaran umum deskipsi lokasi penelitian. 1.7. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk sampai pada pembahasan yang menyeluruh dan memudahkan penjabaran skripsi, penulis menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut, Sistematika pembahasan dalam skipsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang terdiri dari :
16
BAB I : PENDAHULUAN Pendahuluan adalah bab pertama dari skripsi yang mengantarkan pembaca untuk menjawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian ini dilakukan. Oleh karena itu dalam bab ini membahas tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan. BAB II : KERANGKA TEORITIK Membahas tentang perspektif teoritis yakni kajian teori dan kajian kepustakaan yang meliputi, pengertian keluarga, fungsi keluarga, bentuk-bentuk keluarga, pengertian keluarga sakinah, keluarga sakinah perspektif Al-Qur’an dan Hadist, pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, asas-asas bimbingan konseling Islam, pengertian bimbingan konseling pra
nikah,
latar belakang
bimbingan konseling pra nikah, tujuan konseling pra nikah, objek bimbingan konseling pra nikah, komponen-komponen bimbingan konseling pra nikah, umur yang ideal dalam perkawinan, Membina keserasian hubungan suami istri BAB III : GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN Berisi tentang gambaran umum objek penelitian di BP4 Kota Pekalongan, Bab ini di bagi menjadi dua sub Bab. Sub Bab pertama berisi tentang gambaran umum BP4 Kota Pekalongan: sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, status lembaga, struktur
17
lembaga, dan fasilitas di BP4 Kota Pekalongan. Sub Bab kedua berisi tentang pelaksanaan bimbingan konseling pra nikah bagi calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan. Dan Bagaimana hasil akhir dari proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Pra Nikah dalam membentuk keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan. BAB IV : ANALISIS Berisi analisis terhadap proses pelaksananaan bimbingan konseling pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan dan hasil akhir dari proses pelaksanaan bimbingan konseling pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan BAB V : PENUTUP Membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini, saran-saran dan juga penutup.
BAB II KERANGKA TEORITIK
2.1 Keluarga Sakinah 2.1.1 Pengertian Keluarga Pengertian ”keluarga” menurut siti partini , keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak (bila ada) yang terikat atau didahului dengan perkawinan (Partini, 1997 : 11). Menurut St. Vembriarto, keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi. Sedang fan fay Tjhian (jiwa baru No. 17 Th. Ke XV : 11 ) menulis bahwa keluarga adalah kesatuan sosial yang meliputi dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin serta ada anak-anak mereka. Dari beberapa pengertian keluarga menurut para ahli diatas maka dapat dikemukakan bahwa pengertiaan keluarga adalah sebagai berikut : Keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau adopsi, dan
tanpa anak-anak, baik anaknya sendiri atau
tinggal dalam
1994:17).
18
sebuah
rumah tangga (Pujosuwarno,
19
Keluarga adalah tempat pengasuhan alami yang melindungi anak yang baru tumbuh dan merawatnya, serta mengembangkan fisik, akal, dan spiritualitasnya. Dalam naungan keluarga, perasaan cinta, empati dan solidaritas berpadu dan menyatu. Anak-anak pun akan bertabiat dengan tabiat yang biasa dilekati sepanjang hidupnya. Lalu dengan petunjuk dan arahan keluarga, anak itu akan dapat menyongsong hidup, memahami makna hidup dan tujuan-tujuannya, serta mengetahui bagaimana berinteraksi dengan makhluk hidup (AlJauhari dan Khayal, 2005:6) 2.1.2 Pengertian Sakinah Istilah “sakinah” digunakan Al-Qur‟an untuk menggambarkan kenyamanan keluarga. Istilah ini memiliki akar kata yang sama dengan “sakanun” yang berarti tempat tinggal. Jadi, mudah dipahami memang jika istilah itu digunakan Al-Qur‟an untuk menyebut tempat berlabuhnya setiap anggota keluarga dalam suasana yang nyaman dan tenang, sehingga menjadi lahan subur untuk tumbuhnya cinta kasih (mawaddah wa rahmah) di antara sesama anggotanya. Di Al-Qur‟an ada ayat yang memuat kata “sakinah”. Pertama, surah Al-Baqarah ayat 248: ِب ِب ِمَّن َوُّيَورَوك َو ُها ُه َو ى َو َو ُها َوه ُهر َو َوْمَتمُهيُه
ٌ ت ِب ِبي َو ِب يَو ٌ ِب ْم َوراِّب ُه ْم َو اَوِب َّن الَّن اُه ُه ُه ْمؤِب ِبِن
ِب ِب ِب ِب ِب َو َو َوا َوُه ْم َو ُّي ُه ْم َّن َو َو َو ُه ْم ي َو ْم َوْم َو ُه ُه ِب ِب اْم َوم َوَلئِب َو ُه ِب َّن ِبِف ذَوا َو ك َوَلَوَو ً اَو ُه ْم ْم ُهكْميلُه ْم
“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat.(QS. Al-Baqarah: 248).
20
Tabut adalah peti tempat menyimpan Taurat yang membawa ketenangan bagi mereka. Ayat di atas menyebut, di dalam peti tersebut terdapat ketenangan yang dalam bahasa Al-Qur‟an disebut sakinah. Jadi, menurut ayat itu sakinah adalah tempat yang tenang, nyaman, aman, kondusif bagi penyimpanan sesuatu, termasuk tempat tinggal yang tenang bagi manusia. Kedua, Al-Sakinah disebut dalam Surah Al-Fath ayat 4.
اس ِب يَو َو ِبِف ُّيُه ُه ِب ِب ِب ني اِبَوُّي ْمزَود ُهد ِبميَو ً َو َوع ِبميَو ِبِنِب ْم َو اِبَّن ِبي ُهجيُه ُهد ُهه َو اَّن ِبذي َوْمُّيَوزَوا َّن ب اْم ُهم ْمؤ ي َو اسم ِب ت َو ْمْل ْمَور ِب ض َو َوك َو اَّنيُه َوعِب ًم َّن َو َو “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orangorang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(Q.S Al-Fath: 4)
Di ayat itu, kata sakinah diterjemahkan sebagai ketenangan yang sengaja Allah turunkan ke dalam hati orang-orang mukmin. Ketenangan ini merupakan suasana psikologis yang melekat pada setiap individu yang mampu melakukannya. Ketenangan adalah suasana batin yang hanya bisa diciptakan sendiri. Tidak ada jaminan seseorang dapat menciptakan suasana tenang bagi orang lain. Jadi, kata “sakinah” yang digunakan untuk menyifati kata “keluarga” merupakan tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak dalam membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat. Rumah tangga seharusnya menjadi tempat yang tenang bagi setiap
21
anggota keluarga. Keluarga menjadi tempat kembali ke mana pun anggotanya pergi. Mereka merasa nyaman di dalamnya, dan penuh percaya diri ketika berinteraksi dengan keluarga yang lainnya dalam masyarakat. Menurut M.Quraish Shihab (2006:141) kaluarga sakinah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat bagi kehadirannya. Jadi, keluarga sakinah adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama dan tinggal dalam sebuah rumah tanggga dengan dalam
kekuatan penggerak
membangun tatanan keluarga yang dapat memberikan
kenyamanan dunia sekaligus memberikan jaminan keselamatan akhirat (Shihab, 2006:141). Dengan cara pandang itu, kita bisa pastikan bahwa akar kasuskasus yang banyak melilit kehidupan keluarga di masyarakat kita adalah karena rumah sudah tidak lagi nyaman untuk dijadikan tempat kembali. Suami tidak lagi menemukan suasana nyaman di dalam rumah, demikian pula istri. Bahkan, anak-anak lebih mudah menemukan suasana nyaman di luar rumah. Maka, sakinah menjadi hajat kita semua. Sebab, sakinah adalah konsep keluarga yang dapat memberikan kenyamanan psikologis meski kadang secara fisik tampak jauh di bawah standar nyaman. Manusia sebagai khalifah Allah adalah manusia yang mendapat mandat dan amanat dari tuhan untuk mengatur, memelihara, mengelola atau melakukan manajemen yang baik dan
22
benar bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat, lingkungan alam demi untuk memperoleh rahmat atau kebaikan untuk semuanya (Sholeh dan Musbikin, 2005: 83) Membangun sakinah dalam keluarga, memang tidak mudah. Ia merupakan bentangan proses yang sering menemui badai. Untuk menemukan formulanya pun bukan hal yang sederhana. Kasus-kasus keluarga yang terjadi di sekitar kita dapat menjadi pelajaran penting dan menjadi motif bagi kita untuk berusaha keras mewujudkan indahnya keluarga sakinah di rumah kita. Antara suami dan istri dalam membina rumah tangganya agar terjalin cinta yang lestari, maka antara keduanya itu perlu menerapkan sistem keseimbangan peranan, maksudnya disamping peranannya sebagai suami dan peranan sebagai istri juga menjalankan
peranan
lain
seperti
tugas
hidup
sehari-hari
(Rasyid,1989:75). Perkawinan merupakan sunatullah yang dengan sengaja di ciptakan oleh Allah yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya. Dalam Al-Qur‟an Allah berfirman dalam Surah Adz-Dzariyat Ayat 49 : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.(Q.S. adz-Dzariyat ayat:49)
Allah sengaja menumbuhkan rasa kasih dan sayang ke dalam hati
masing-masing pasangan,
agar
terjadi
keharmonisan dan
23
ketentraman dalam membina suatu rumah tangga. Allah menciptakan makhluk-Nya bukan tanpa tujuan, tetapi di dalamnya terkandung rahasia yang amat dalam, supaya hidup hamba-hamba-Nya di dunia ini menjadi tentram, (Hasan, 2006:1-3). Sebagaimana firman-Nya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 2.1.3 Fungsi Keluarga a. Fungsi Pengaturan Seksual Kebutuhan seks merupakan salah satu kebutuhan biologis setiap manusia. Dorongan seksual ini apabila tidak tersalurkan sebagaimana
mestinya
atau
tersalurkan
tetapi
tidak
dapat
dibenarkan oleh norma agama dan masyarakat, maka akan berakibat negatif bagi mereka yang melakukan. Misalnya saja kebutuhan pemuasan seks seseorang begitu memuncak padahal dia tidak mempunyai wadah yang sah (belum kawin) maka seseorang cenderung melakukan kegiatan yang sifatnya dapat memuaskan kebutuhan seksualnya. Oleh karena kepuasan seks di dalam keluarga itu besar sekali pengaruhnya dan penting dalam membina keluarga yang
24
sehat, harmonis, dan bahagia, maka dalam hal pengaturan seksual ini keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Horton and Hunt dalam bukunya sociology (1968, hal 220) mengatakan bahwa keluarga merupakan lembaga pokok yang mengorganisasi dan mengatur pemuasan keinginan-keinginan seksual. Jelaslah disini bahwa keluarga merupakan wadah yang sah baik di tinjau dari segi agama maupun masyarakat dalam hal pengaturan dan pemuasan keinginan-keinginan seksual. b. Fungsi Reproduksi Untuk melangsungkan kehidupan suatu masyarakat atau bangsa demi kesinambungan suatu generasi manusia, maka setiap masyarakat mempercayakan kepada keluarga dalam hal penghasil keturunan. Dalam hal ini keluarga berfungsi sebagai penerus bagi kehidupan manusia yang turun temurun. Seperti apa yang telah dianjurkan oleh keluarga berencana sebagai program pemerintah, keluarga yang ideal adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dengan dua orang puterannya. Dengan demikian norma agama maupun norma masyarakat tidak dapat membenarkan adanya generasi baru yang lahir di luar keluarga sebagai penghasil generasi baru atau anak yang sah. Keinginan untuk melanjutkan keturunan merupakan naluri atau garizah umat manusia bahkan juga garizah bagi makhluk hidup yang diciptakan allah. Untuk maksud itu allah menciptakan
25
bagi manusia nafsu syahwat yang dapat mendorongnya untuk mencari pasangan hidupnya untuk menyalurkan nafsu syahwat tersebut. Untuk memberi saluran yang sah dan legal bagi penyaluran nafsu syahwat tersebut adalah melalui lembaga perkawinan (Syarifudin,2006: 47) c. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan Keluarga
juga
berfungsi
sebagai
perlindungan
dan
pemeliharaan terhadap semua anggota keluarga, terutama kepada anak yang masih bayi, karena kehidupan bayi pada saat itu masih sangat bergantung pada kedua orang tuanya, misalnya masih harus menyusu kepada ibunya, kencing dan buang kotoran masih menjadi kewajiban orang tuanya dan kebutuhan-kebutuhan fisik maupun psikis yang lain masih sangat bergantung kepada orang tuanya. Perlindungan keluarga terhadap anggota-anggotanya meliputi perlindungan dan pemeliharaann terhadap kebutuhan jasmani dan rohani. d. Fungsi Pendidikan Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena anak mengenal pendidikan yang pertama kali adalah di dalam lingkungan keluarga, bahkan pendidikan tersebut dapat berlangsung pada saat anak masih berada di dalam kandungan ibunya. Pendidikan di dalam keluarga ini merupakan dasar bagi perkembangan dan pendidikannya pada saat berikutnya. Adapun
26
pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga ada yang disengaja dan ada yang tidak disengaja, misalnya pendidikan yang disengaja antara lain mengajarkan berkelakuan baik, memberikan pendidikan agama dan sebagainya. Sedang pendidikan yang disengaja misalnya tingkah laku orang tua, hubungan keduanya baik atau tiidak, suasana keluarga baik atau tidak, ini semua tanpa disadari lebih berpengaruh kepada
jiwa anak dari pada pendidikan yang
disengaja. e. Fungsi Sosialisasi Proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi yang mana individu manahan, mengubah impul-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari sikap, kebiasaan, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu di susun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya. Interaksi sosial ini menjadi lebih harmonis jika manusia saling mengenal karakteristik pihak lain. Dengan pemahaman ini manusia dapat meramalkan bagaimana orang lain berfikir, merasakan
dan
berperilaku.
Kemampuan
untuk
memahami
karakteristik sosial ini dikenal dengan kognisi sosial, yang
27
mencakup cara berfikir seseorang tentang diri sendiri dan orang lain (Purwakania Hasan, 2006: 197) f. Fungsi Afeksi dan Rekreasi Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kebutuhan yang fundamental akan kasih sayang. Kebutuhan ini dapat dipenuhi bagi kebanyakan orang di dalam keluarga mereka. Hubungan cinta kasih yang dibina oleh seseorang akan menjadai dasar perkawinan yang dapat menumbuhkan hubungan afeksi bagi semua anggota keluarga yang dibinanya. Dengan adanya hubungan cinta kasih dan hubungan
afeksi
ini
merupakan
faktor
penting
bagi
perkembangann pribadi anak. Maka setiap keluarga harus dapat atau mampu memberikan dan membuat suasana keluarga yang aman terteram dan damai sehingga terjalin hubungan persaudaraan dan persahabatan yang akrab atas dasar cinta kasih sayang. Dengan demikian keluarga merupakan medan rekreasi bagi anggotaanggotanya. (Pujosuwarno, 1994 :13). g. Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi keluarga dewasa ini telah
mengalaami
perubahan yang sangat besar. Dahulu keluarga merupakan suatu unit produksi ekonomi dengan membagi unit kerja mereka diladang, etapii sekarang telah berubah, sehingga keluarga merupakan an unit of economic comsumption, kerena tidak semua anggota keluarga
berfungsi
sebagai
pruduksi
ekonomi.
Dengan
28
perkembangan tekhnologi dan tuntutan pendidikan yang lebih tinggi bagi semua orang maka berakibat timbulnya perubahan fungsi keluarga sebagi unit produksi ekonomi menjadi unit konsumen ekonomi semata. Dlam perkawinan yang perlu diperhatikan tidak hanya dari segi kematangan fisiologis saja, tetapi juga dari segi sosial, khusunya sosial-ekonomi. Kematangan sosial-ekonomi pad umumnya juga berkaitan erat dengan umur individu. Makin bertambah umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam bidang sosial-ekonomi juga akan makin nyata (Walgito, 2004: 30) h. Fungsi Status Sosial Keluarga berfungsi sebagai suatu dasar yaang menunjukan kedudukan atau status bagi anggota-anggotanya. Keluarga akan mewariskan keduduknnya kepada anak-anaknya, karena kelahiran anggota keluarga biasanya dihubungkan dengan sistem status ini, misalnya seperti zaman dahulu kedudukan sebagai lurah atau rajaraja selalu diturunkan atau digantikan kepada putranya. Status seseorang individu dapat berubah melalui perkawinan, dan usahausaha
seseorang.
Disamping itu
status
seseorang didalam
masyarakat juga dapat diusahakan misalnya melalui pendidikan, seseorang dapat menduduki status yang lebih tinggi dibandingkan dengan status sebelumnya sebagai warisan dari orang tuanya. Keluarga sebagai lembaga sosial artinya ia terdiri atas sekumpulan manusia yang hidup di bawah satu atap, sekalipun diantara mereka
29
terdapat perbedaan dan tingkatan. Akan tetapi mereka semua berkewajiban untuk mengembangkan lembaga sosial ini dalam semua seginya, karena berkembangnya lembaga ini akan membawa kebaikan bagi semua individunya, dan sebaliknya kemerosotan lembaga ini juga akan membawa kecelakaan dan kesengsaraan bagi semua individunya (Abud, 1987: 42). 2.1.4 Bentuk-Bentuk Keluarga a. Keluarga Batih (Nuclear Family) Keluarga batih ialah kelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum memisahkan diri dan membentuk keluarga tersendiri. Keluarga ini bisa juga disebut sebagai keluarga konjugal (conjugal family), yaitu keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri berasama anak-anaknya. Keluarga batih (kaluarga inti) terdapat pada masyarakat praindustri. Pola keluarganya berupa rumah tangga kecil dengan sedikit anak. Tekanan yang diberikan pada keluarga inti ialah tempat tingga yang sama dengan jumlah anggota terbatas. Menurut Hutter, keluarga inti (Nuclear Family) di bedakan dengan keluarga konjugal (Conjugal Family). Keluarga konjugal terlihat lebih otonom, dalam arti tidak memiliki keterikatan secara ketat dengan keluarga luas, sedangkan keluarga inti tidak memiliki otonomi karenaa memiliki ikatan garis keturunan, baik patrilineal maupun matrilineal (Suhendi, 2001:54)
30
b. Keluarga Luas (Extended Family) Keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri dari semua yang berketurunan dari kakek dan nenek yang sama termasuk keturunan masing-masing istri dan suami. Dengan kata lain, keluarga luas ialah keluarga batih ditambah kerabat lain yang memiliki hubungan erat dan senantiasa dipertahankan. Istilah keluarga luas seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut keluarga lain yang memiliki hubungan baik dengannya dan tetap memelihara dan mempertahankan hubungan tersebut. c. Keluarga Pangkal (Stem Family) Keluarga pangkal yaitu sejenis keluarga yang menggunakan sistem pewarisan kekayaan pada satu anak yang paling tua. Keluarga pangkal ini banyak terdapat di eropa zaman foedal. Pada masa tersebut seorang anak yang paling tua bertanggungjawab terhadap adik-adiknya yang perempuan sampai ia menikah, begitu pula terhadap saudara laki-lakinya yang lain. Dengan demikian, pada jenis keluarga ini, pemusatan kekayaan hanya pada satu orang. d. Keluarga Gabungan (Joint Family) Keluarga gabungan, yaitu keluarga yang terdiri atas orangorang yang berhak atas hasil milik keluarga, antara lain saudara laki-laki pada setiap generasi. disini, tekanannya hanya pada saudara laki-laki karena menurut adat hindu, anak laki-laki sejak
31
kelahirannya mempunyai hak atas kekayaan keluarga. Disini terlihat bahwa keluarga gabungan didasarkan atas hubungan antar laki-laki yang telah dewasa, dan bukan pada hubungan suami istri. e. Keluarga Prokreasi dan Keluarga Orientasi Keluarga
prokreasi
adalah
sebuah
keluarga
yang
individunya merupakan orang tua. Adapun orientasi adalah keluarga yang individunya merupakan salah satu keturunan. Ikatan perkawinan merupkan dasar bagi terbentuknya suatu keluarga baru (keluarga prokreasi) sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Namun demikian, perkawinan ini tidak dengan sendirinya menjadi sarana bagi penerimaan anggota dalam keluarga asal (orientasi). Hubungan suami istri dengan keluarga orientasinya sangat erat dan kuat (Suhendi dan Wahyu, 2001 : 59). 2.1.5 Keluarga Sakinah Perspektif Al-Qur’an dan Hadist Demi membentuk manusia menjadi pribadi rabbani, Al-Quran pun mencurahkan upaya panjang dalam membangun keluarga dengan fondasi yang kokoh. Dari benteng pertahanan inilah diharapkan muncul pribadi muslim yang mampu memainkan peran besar untuk menerangi dan membimbing alam semesta. kehendak allah telah menentukan keluarga dan istri yang demikian bijaksana bagi Rasulullah SAW, sehingga beliau tampil menjadi manusia sempurna dan panutan yang wajib diikuti. Semua ini dilakukan allah agar kita semakin yakin akan peran yang dimainkan keluarga dalam sistem Islam dan prestasi yang
32
telah dicapainya dalam merealisasikan tujuan dan tuntutan-tuntutan personal serta sosial dalam proses pembangunan mental, akal dan fisik umat (Al-Jauhari, 2005:20) Yunasril ali (2002: 200) menyatakan keluarga sakinah dalam perspektif Al-Qur‟an dan Hadist adalah keluarga yang memiliki mahabbah, mawaddah, rahmah dan amanah. Menurut M. Quraish Shihab (2006: 136) kata sakinah terambil dari bahasa Arab yang terdiri dari huruf-huruf sin, kaf, dan nun yang mengandung makna ”ketenangan” atau antonim dari kegoncangan dan pergerakan. Berbagai bentuk kata yang terdiri dari ketiga huruf tersebut kesemuanya bermuara pada makna sebagaimana telah diterangkan sebelumnya. Mislanya rumah dinamai maskan karena ia adalah tempat untuk meraih ketenangan setelah penghuninya bergerak bahkan boleh jadi mengalami kegoncangan di luar rumah (Shihab, 2006:136). Berkenaan dengan bimbingan pra nikah ini, lelaki muslim hedaklah memperhatikan wasiat rasulullah SAW berikut ini:
ظفر اذت اد
اد ي
جلم
حلس
مل: ي ح ملرة الراع ر ات د ك
“ Wanita dikawini karena harta bendanya, karena status sosialnya, karena keindahan wajahnya, dan karena ketaatannya kepada agama. Pilihlah wanita yang taat kepada agama, maka kamu akan bahagia (H.R Bukhari). Menurut sabda rasulullah SAW yang diterima sahabat abu hurairah r.a tersebut diatas menyebutkan, bahwa dalam kenyataan yang sesungguhya seorang wanita dinikahi oleh seorang lelaki karena status
33
sosial yang disandangnya, karena kecantikan wajahnya dan karena akhlak perilakunya yang bersumber dari ketaatannya pada agama. Lelaki yang di dalam dadanya dipenuhi takwa serta iman seutuhnya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tentu akan menyempurnakan agama yang telah menyelusup ke setiap sendi-sendi jiwa dan raganya untuk membina kehidupan berumah tangga dengan wanita muslimah yang mempunyai akhlak terpuji yang bersumber dari ketaatannya pada Allah SWT dan Rasul-Nya. Agar pernikahan itu langgeng serta diwarnai oleh sakinah, agama menekankan sekian banyak hal, Faktor-faktor yang diperlukan dalam membentuk keluarga sakinah menurut M. Quraish shihab antara lain: a. Kesetaraan Kesetaraan ini mencakup banyak aspek, seperti kesetaraan dalam kemanusiaan. Tidak ada perbedaan dari segi asal kejadian antara lelaki dan perempuan. Sekian kali kitab suci al-qur‟an menegaskan bahwa ba‟dhukum min ba‟dh (sebagian kamu dari sebagian yang lain). Ini adalah satu istilah yang digunakanuntuk menunjukan kesetaraan atau kebersamaan dan kemitraan sekaligus menunjukan bahwa lelaki sendiri atau suami sendiri, belumlah sempurna ia baru sebagian demikian jug perempuan, sebelum menyatu dengan pasangannya juga baru sebagian. Mereka baru sempurna bila menyatu dan bekerja sama.
34
Seperti firman allah dalam surat an-nisa ayat 21 : ”Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, Padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu Perjanjian yang kuat. ”percampuran”
yang direstui allah terjadi berkat kerjasama dan
kerelaan masing-masing untuk membuka rahasia yang terdalam, dan ini tidak mungkin terjadi tanpa adnya kemitraan antara keduanya (Shihab, 2006: 147-149). Dahulu,
ulama-ulama
menekankan
kaffah
dari
segi
keturunan dan agama. Namun, kini kafaah dan kesetaraan lebih ditekankan di samping pada pandangan hidup atau agam, juga pada budaya, tingkat pendidikan serta usia. Ayat lain yang menggunakan istilah di atas adalah dalam koteks kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Surat At-Taubah ayat 71 berbunyi: ....dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu
35
akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. b. Musyawarah Jika islam bertujuan membangun masyarakat yang kuat dan rekat, disini keluarga memiliki peran besar dalam mewujudkan tujuan ini karena secara tekhnis keluarga membentuk dan mengembangkan hubungan sosial baru melalui garis nasab pernikahan. Manusia hidup dalam
masyarakat ia akan terikat
kepada norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan hal ini maka perkawinan merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan hal-hal tersebut diatas dengan perkawinan, hubungan suami istri diharapkan akan dapat dipenuhi secara optimal (Walgito, 2004: 22) Pernikahan meraih sukses jika kedua pasangan memiliki kesadaran bahwa hidup bersama adalah take and give, kakia harus silih berganti di depan, dan bahwa hiudp berumah tangga walaupun disertai dengan aneka maslah dan kesulitan jauh lebih biak daripada hidup sendiri-sendiri. Aneka keinginan atau problem yang dihadapi, harus diselesaikan dengan musyawarah atas dasar kesetraan kedua belah pihak. Musyawarah tidak dapat dilaksanakan dalam situasi ketika seseorang merasa lebih unggul daripada yang lain. Demikian, perintah agama agar dalam kehidupan rumah tangga suami istri selalu bermusyawarah, menunjukan bahwa agama mengakui adanya perbedaan tetapi dlam kesetaraan.
36
Memang, kesetaraan tidak berarti persamaan dalam segala segi. Ada perbedaan antara lelaki dan perempuan. Perbedaan itu, bukan saja pada alat reproduksinya saja, tetapi juga struktur fisik dancara berfikirnya. Perbdedaan-perbedaan ini tidak menjadikan salah satu jenis kelamin unggul atau istimewa daripada yang lain, tetapi justru dengan menggabungkan keduanya terjadi kesempurnaan kedua pihak. Dengan pernikahan atau berpasangan itu terlahir kerjasama, dan dengan kerjasama hidup dapat berkesinambungan dan harmonis (Shihab, 2006: 150-151). Pada saat bermusyawarah atau berkomunikasi, banyak sekali tuntunan dan tata cara yang diajarkan agama, mulai dari sikap batin dan kesediaan memberi mamaf, kelemahlembutan dan kehalusan kata-kata, sampai pada ketekunan mendengarkan mitra musyawarah atau diskusi. Seperti dalam firman allah surat ali imran ayat 159
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
37
Masing-masing juga harus mampu mengetahui kebutuhan dan pandangannya serta memiliki ketrampilan mengungkapkannya, disamping mampu pula mendengar secara aktif pandangaan mitranya, sehingga tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Dlam hal musyawwarah tidak mepertemukan pandangan, salah seorang harus mampu menyatakan bahwa, „ boleh jadi engkau yang benar”. Kalimat ini tidak kurang mesranya dari kalimat, “ aku cinta atau aku bangga padamu”. Kalimat itulah yang otomatis lagi penuh kesadaran akan tercetus selama mawaddah dan rahmat menghisai jiwa mereka (Shihab, 2006: 153). c. Kesadaran akan kebutuhan pasangan Di tengah kelapangan iklim
keluarga, masing-masing
pasangan suami istri bisa menemukan rasa kasih, cinta, sayang dan simpati yang tidak akan bisa mereka cicipi di tempat lain. Ketenangan jiwa dan kasih sayang yang dirasakan
manusia
terhadap pasangannya merupakan salah satu tuntutan psikologis yang tidak pernah lepas dari setiap diri manusia dan tidak ditemukan selain dalam institusi pernikahan. Ini merupakan jenis ketenangan yang berbeda dengan ketenangan lain. Ketenangan ini adalah ketenangan ruh pasangannya, sehingga seolah-olah ruh keduanya menyatu dan hati mereka pun berpadu menjadi satu ruh dan satu hati.
38
Kitab suci al-qur‟an menggarisbawahi baha suami maupun istri adalah pakaian untuk pasangannya. Seperti firman allah dalam surat Al-Baqarah ayat 187 berbunyi:
....mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Ayat ini menggarisbawahi sekian banyak hal yang harus disadari oleh suami istri guna terciptanya keluarga sakinah. Kalau dalam kehidupan normal sehari-hari seorang tidak dapat hidup tanpa pakaian, demikian juga keberpasangan tidak dapat dihindari dalam kehidupan normal manusiadewasa. Kalau pakaian berfungsi menutupa aurat dan kekurangan jasmani manusia, demikian pula pasanagn suami istri harus saling melengkapi menutupi kekuranga masing-masing. Kalau pakaian merupakan hiasan bagi pemakainya, suami adalah hiasan bagi istrinya, demikian pula sebaliknya. Kalu pakaian mampu melindungi manusia dari sengatan panas dan dingin, suami terhadap aistrinya dan istri terhadp suaminya harus pula mampu melindungi pasangannya dari krisisi dan kesulitan yang mereka hadapi. Walhasil, suami istri slaing membutuhkan. Kebutuhan tersebut banyak dan beraneka ragam tidak hanya dalm bidang jasmani atau seks, tetapi juga ruhani sedemikian banyak hingga dia tidak putus-putusnya. Begitu kebutuhan tersebut tidak dirasakan lagi, ketika itu pula cinta memudar dan pernikahan goyah (Shihab, 2006: 154).
39
Tanpa kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan tanpa memfungsikan pernikahan seperti makna-makna tersebut, kehidupan rumah tangga tidak akan menggapai sakinah, dan juga berarti bahwa agama belum berfungsi dengan baik dalam kehidupan rumah tangga. Akhirnya dapat dikatakan bahwa ada indikatorindikator untuk mengukur kebahagiaan pernikahan, antara lain adalah : (Shihab, 2006: 156) 1. Bila keikhlasan dan kesetiaan merupakan inti yang melekat hubungan suami istri 2. Bila satu-satunya tujuan ynag tretinggi adalah hidup langgeng bersamanya di bawah naungan ridha illahi 3. Bila seseorang ingin keikutsertaannya bersamanya dalam segala kesengangan dan ingin pula memikul segala kepedihan yang dideritanya. 4. Bila seseorang ingin memberinya serta mnerima darinya segala perhatian dan pemeliharaan 5. Bila dari hari ke hari kenangan-kenangan indah dalam hidup orang itu, jauh lebih banyak dan besar daripada kenangan buruk. 6. Bial pada saat seseorang tidur sepembaringan dengannya, orang merasakan ketenangan sebelum kegembiraan, damai sebelum kesenangan dan kebahagiaan sebelum kelezatan. 7. Bila isi hati seseorang terdalam berucap: “ aku ingin hidup dengan manusia ini sampai akhir hidupku, bahkan setelah
40
kematiankua”. Ini karena orang itu merasa bahwa dirinya tidak mampu, bahkan tidak ingin mengenal manusia lain sebagai teman kecuali dia semata, tanpa diganti dengan apa dan siapa pun demikianlah, wa allahu a’lam. Keluarga adalah lahan istimewa untuk menanamkan cinta kepada Allah dan Rasul, juga perasaan cinta, kasih dan gotong royong. Dari keluarga yang shaleh inilah kelak terbangun sebuah masyarakat muslim yang bersolidaritas dan berlandaskan cinta serta altruisme yang melenyapkan segala faktor pemicu konflik dan ketegangan.. Agama islam mendorong agar kita mencari ilmu dan menjadikannya sebagai bekal serta sebagai pelindung dari azab (Washfi, 2005: 153). 2.2 Bimbingan dan Konseling Islami Bimbingan dan konseling Islami merupakan cakupan teoritis dari bimbingan Pra Nikah. Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengetahui persamaan dan perbedaan antara bimbingan dan konseling Islami, maka penulis membedakan antara bimbingan dan konseling islami. 2.2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami Istilah bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari kata“guidance” dan“ counseling” dalam bahasa Inggris. Bimbingan dan Konseling Islam merupakan dua rangkaian kata yang berbeda, namun pada hakekatnya mempunyai interpretasi yang sama dimana tujuan akhirnya yaitu berusaha membantu individu atau konseli agar
41
mampu mengatasi masalahnya sendiri dan dapat mengembangkan potensi dan kemampuannya secara optimal. Konseling dalam pelaksanaannya merupakan inti daripada bimbingan. Oleh karena itu untuk dapat membedakan kedua kata tersebut, maka di bawah ini akan dikemukakan tentang pengertian bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman, 1991: 15). Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai bimbingan, berikut ini penulis mengutip dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain sebagai berikut: Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya “Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah” mendefinisikan bimbingan sebagai berikut: Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri, dalam mengatasi persoalan-persoalan sehingga menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. (Sukardi, 1983 : 6). Menurut Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani yang di kutip dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Sekolah” mengemukakan pengertian bimbingan adalah: Bimbingan adalah suatu proses yang terus -menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat. (Ahmadi, 1991 : 2). Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakam suatu upaya pemberian bantuan yang dilakukan secara
terus-menerus
dan
sistematis
kepada
individu
dalam
42
memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampunan untuk memahami, menerima, dan mengarahkan dirinya secara optimal dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Secara etimologis, kata konseling berasal dari kata “counsel” yang diambil dari bahasa latin yaitu “ conselium“, artinya “bersama” atau “bicara bersama“. Pengertian “bicara bersama -sama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang atau beberapa klien (counselee). (latipun, 2003 : 4). Dalam kamus bahasa Inggris Konseling dikaitkan dengan kata “counsel“ yang diartikan sebagai nasehat (to obtain counsel) ; anjuran (to give counsel); pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian, konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran (Winkel, 1991 : 70). Pengertian konseling juga dikemukakan oleh para ahli dengan berbagai batasan konseling yang berbeda-beda, tetapi inti dan tujuannya sama. Menurut James F. Adams, yang dikutip oleh I. Djumhur dan Moh. Surya dalam bukunya “Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah“ mendefinisikan, konseling ialah: “Konseling adalah suatu pengertian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (konselor membantu yang lain konseli ) supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya agar ia mampu memecahkan persoalannya dengan usahanya sendiri” (Djumhur, 1975 : 34).
43
Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya “Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah” memberikan batasan pengertian konseling sebagai berikut: Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada klien (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah secara face to face dengan cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteran hidup. (Sukardi, 1983 : 105). Dari uraian diatas dapat disimpulkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara secara face to face oleh seorang ahli ( konselor) kepada individu (konseli) yang membutuhkannya, untuk memecahkan persoalan dengan usahanya sendiri. Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang integral, dimana antara keduanya tidak dapat di pisahkan, karena konseling merupakan salah satu jenis teknik pelayanan bimbingan di antara pelayanan-pelayanan lainnya, dan merupakan inti dari keseluruhan pelayanan dalam bimbingan (Prayitno dan Erman, 1991: 14). Setelah menguraikan beberapa definisi bimbingan dan konseling menurut para ahli, maka penulis menggabungkan kedua kata tersebut yaitu antara bimbingan dan konseling di tinjau dari segi Islam atau yang di sebut bimbingan dan konseling Islam. Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bimbingan konseling Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seorang individu (conselee) yang mengalami kesulitan baik yang bersifat lahiriyah maupun batiniah dengan melakukan Pendekatan
44
religius spiritual dengan dorongan iman dan taqwa agar tercapai kemampuan
untuk
memahami
dirinya,
kemampuan
untuk
mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam. Bimbingan
dan
konseling
merupakan
istilah
yang
mempunyai maksud dan tujuan yang sama, perbedaannya adalah bimbingan
lebih
bersifat
pencegahan
(preventif)
sedangkan
konseling lebih bersifat perbaikan (korektif) sedangkan Bimbingan konseling agama
merupakan bantuan
yang bersifat
mental
spiritualitas dengan harapan melalui kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa seseorang mampu mengatasi sendiri problema yang sedang dihadapinya. Menurut Aunur Rahim Faqih dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling dalam Islam”, mendefinisikan pengertian bimbingan dan konseling dalam Islam adalah: Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akherat. (Faqih, 2010 : 12). Sedangkan menurut M. Arifin yang di kutip dalam bukunya “Pokok- pokok Bahasan Tentang Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah” mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah: “Segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar supaya
45
orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan
masa yang akan datang”
(Farid, 1997 :10). 2.2.2
Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islami Dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses pelayanan seharusnya ada suatu asas yang melandasi kegiatan tersebut. Adapun asas-asas konseling adalah sebagai berikut: a. Asas Kebahagiaan dunia dan akherat Maksudnya tujuan akhir dari bimbingan konseling Islam adalah membantu konseli mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa didambakan oleh setiap muslim. Dalam hal ini kebahagiaan di dunia harus dijadikan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat, seperti difirmankan Allah dalam Surat AlBaqarah Ayat 201 sebagai berikut: “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka" (Q.S. AlBaqarah, 201). b. Asas Fitrah Bimbingan dan konseling Islam merupakan bantuan kepada konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati
46
fitrahnya, sehingga segala gerak dan tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya. Allah menjelaskan fitrah manusia dalam penciptaan dan pembentukanny untuk mencari dan mengamati semua ciptaan-Nya hingga akhirnya manusia bisa mengenal
dan
mengetahui
keberadaan-Nya.
Allah
juga
menjelaskan bahwa dalam tabiat penciptaan manusia, allah telah memberikn manusia fitrah dasar agar dapat mengenal allah dan mengesakan-Nya (Az-Zahrani, 2005: 121). c. Asas Lillahi ta’ ala Bimbingan dan konseling Islam diselenggarakan semata mata karena Allah. d. Asas Seumur hidup Bimbingan dan konseling Islam diperlukan selama hayat karena manusia hidup tidak ada yang sempurna dan tidak selalu bahagia. Dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari berbagai problema. e. Asas Kesatuan Jasmaniah - rohaniah. Bimbingan dan konseling Islam membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah-dan rohaniah. f. Asas Keseimbangan rohaniah Bimbingan dan konseling Islam membantu individu dalam menyadari keadaan kodrati manusia.
47
g. Asas Kemaujudan individu Bimbingan dan konseling Islam memandang bahwa seorang
individu mempunyai hak, mempunyai perbedaan
dengan individu lainnya dan mempunyai kebebasan untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. h. Asas Sosialitas manusia. Memandang
bahwasannya
manusia
merupakan
makhluk social dan saling membutuhkan satu sama lain (Faqih, 2002:20) i.
Asas Kekholifahan Manusia.
j.
Asas keselarasan dan Keadilan.
k. Asas Pembinaan Akhlaqul-karimah Bimbingan dan konseling Islam membantu konseli atau yang dibimbing memelihara, mengembangkan dan senantiasa menyempurnakan sifat-sifat baik. l.
Asas Kasih Sayang. Bimbingan dan konseling Islam dilakukan berlandaskan kasih sayang, sebab dengan kasih sayang yang terjalin antara konselor dan konseli maka bimbingan dan knseling akan berhasil.
m. Asas Musyawarah. Artinya antara konselor dan konseli terjadi komunikasi yang baik dalam memutuskan suatu permasalahan.
48
n.
Asas Saling Menghormati.
o.
Asas Keahlian. Bimbingan dan konseling Islam di lakukan oleh orang yang memiliki kemampuan di bidang tersebut (Musnamar, 1992: 20-33).
2.3.
Bimbingan Pra Nikah 2.2.1 Pengertian Bimbingan Pra Nikah Bimbingan pra nikah (penasehatan perkawinan) adalah suatau proses pelayanan social (social service) berupa suatu bimbingan penasehatann, pertolongan yang diberikan kepada calon/ suami istri, sebelum dan/sesudah kawin, agar mereka memperoleh kesejahteraan dan
kebahagiaan
dalam
perkawinan
dan
kehidupan
kekeluargaan.(Syubandono, 1981: 3) Di dalam menghadapi masalah, bagaimana cara individu mencari pemecahannya, masing-masing individu juga mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang memecahkan masalah dengan cepat, tetapi yang lain dengan lambat, sedangkan yang lain lagi mungkin tidak dapat memcahkan masalah tersebut. Bagi individu yang tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, maka ia membutuhkan bantuan orang lain untuk ikut memikirkan dan memecahkan masalah tersebut. Dengan kata lain bagi individu yang tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, perlu bantuan orang lain atau bimbingan konseling (Walgito, 2004:7)
49
Dari pengertian tersebut, maka dapat dimaklumi bahwa penasehatan perkawinan merupakan suatu proses, ini berarti bahwa, bimbingan pra
nikah (Penasehatan perkawinan) ini merupakan
kegiatan yang bertahap, yaitu tahap awal atau permulaan, tahap berlangsung dan tahap berakhirnya suatu kegiatan penasehatan perkawinan. Bentuk kegiatan yang bertahap dan memakan waktu yang relatif lama tersebut berupa : a. Bimbingan, yaitu suatu tuntunan, pengarahan. b. Penasehatan, yaitu suatu pemberian pengertian tentang hakekat perkawinan, pengertian apa yang baik untuk di lakukan dan apa yang harus dhindari atau ditinggalkan. c. Pertolongan, yaitu suatu usaha untuk menolong, mengentaskan, menghindarkan,
seseorang
dari
kesulitan-kesulitan
atau
penderitaan dalam usaha untuk memperoleh kebahagiaan dalam menempuh kehidupan berumahtangga. d. Penasehatan perkawinan itu memerlukan waktu, dimana kadangkadang relatif lama, tidak hanya sekali jadi. Lamanya penasehatan yang di butuhkan tergantung kepada kondisi klien dan berat ringannya
masalah
atau
problema
yang
di
hadapai
(Syubandono,1981: 4) 2.2.2
Latar belakang Bimbingan pra nikah Ada beberapa hal yang melatarbelakangi mengapa diperlukan bimingan konseling perkawinan, yaitu :
50
a. Masalah Perbedaan Individu Seperti telah diketahui bahwa Masing-masing individu berbeda satu dengan lainnya. Akan sulit didapatkan dua individu yang benar-benar sama. Sekalipun mereka merupakan saudara kembar. Masing-masing individu mempunyai sifat-sifat yang berbeda satu dengan yang lain, baik dalam segi fisiologik maupun dalam segi psikologik. Masing-masing individu mempunyai perasaan, tetapi perasaan satu dengan yang lainnya akan berbeda. Demikian pula masing-masing individu mempunyai kemampuan untuk berfikir, namun bagaimana kualitas berfikirnya satu dengan yang lain akan berbeda-beda. Mempertimbangkan fakta bahwa kehendak allah bervariasi dalam penciptaan masing-masing individu, perbedaan individu telah mulai ditentukan sebelum munculnya keberadaan manusia. Perbedaan individual merupakn kehendak allah dan ditentukan
melalui
pembawaan
hereditas
dan
pengaruh
lingkungan (Puwakania Hasan, 2006: 42) b. Masalah Kebutuhan Individu Manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan pendorong timbulnya tingkah laku. Tingkah laku individu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan yang akan dikaitkan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan.
51
Dalam hal perkawinan kadang-kadang justru sering individu tidak tahu harus bertindak bagaimana. Dalam hal seperti ini maka individu yang bersangkutan
membutuhkan bantuan
orang lain, atau membutuhkan bimbingan dan konseling yang berperan
membantu
mengarahkan
ataupun
memberikan
pandangan individu yang bersangkutan. Manusia mempunyai banyak kebutuhan. Diantaranya, kebutuuhan dasar yang harus dipenuhinya. Karena dengan adanya pemenuhan akan kebutuhan dasar inilah, ia dapat bertahan hidup dan melestarikan jenisnya di muka bumi. Selain itu, ia mempunyai
kebutuhan
paling
urgen
dan
penting
dalam
mewujudkan keamanan dan kebahagiaan dirinya (Az-Zahrani, 2005: 96). c. Masalah Perkembangan Individu Individu merupakan makhluk yang berkembang dari masa ke masa. Akibat perkembangan yang ada pada individu maka individu akan mengalami perubahan-perubahan. Dengan adanya perubahan-perubahan itu, ini menunjukan
adanya unsur-unsur
dinamika dalam diri individu itu. Dalam mengarungi perkembangan ini, kadang-kadang individu mengalami hal-hal yang tidak dapat dimengerti oleh individu yang bersangkutan khususnya dalam hubungan antara pria dan wanita. Akibat dari keadaan ini dapat menimbulkan
52
berbagi macam kesulitan yang menimpa diri individu yang bersangkutan. Karena itu untuk menghindari diri dari hal-hal yang tidak diinginkan itu diperlukan banttuan orang lain untuk pengarahannya, atau dengan kata lain dibutuhkan bimbingan dan konseling. Masa
perkembangan
manusia,
merupakan
masa
pertumbuhan yang diikuti perubahan yang terus menerus dari masa ke masa didalam kandungan atau prenatal sebelum bayi lahir, masa bayi atau natal kelahiran, kanak-kanak, anak sekolah, masa remaja (andolesen) dan sampailah pada masa dewasa mengalami proses perkembangan (Rofiq, 2005: 28). d. Masalah Latar Belakang Sosio-Kultural Perkembangan keadaan menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, seperti perubahan dalam aspek social, politik, ekonomi, industry, sikap, nilai dan sebagainya. Keadaan ini akan mempengaruhi pula kehidupan seseorang baik sebagi individu maupun sebagai anggota masyarakat. Keadaan yang demikian menuntut individu untuk dapat lebih mampu untuk menghadapi berbagai macam keadaan yang ditimbulkan oleh keadaan jaman ini. Misalnya : dengan masuknya budaya dari luar, membutuhkan kemampun individu untuk dapat menyaringnya. Berkaitan dengan ini maka pada individu tertentu membutuhkan bantuan orang lain dalam usaha mengatasi
53
tantangan atau tuntutan yang ditimbulkan oleh perkembangan bimbingan dan konseling (Walgito : 2004, 7-8). 2.2.3
Tujuan Bimbingan Pra Nikah a.
Agar supaya individu (pemuda/pemudi) mempunyai persiapanpersiapan yang lebih matang dalam menghadapi tahap kehidupan barunya yakni kehidupan rumah tangga.
b. Agar supaya keluarga beserta anggotanya dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya, sehingga memperoleh kepuasan, ketenangan, kebahagiaan lahir batin. c. Agar supaya dapat menciptakan sendiri kodisi-kondisi yang baik, menyenangkan (comfortable) bagi penyesuaian individuindividu/keluarga-keluarga, sehingga memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan (Syubandono, 1981 : 6). 2.2.4
Objek Bimbingan pra nikah Bimbingan pra nikah (penasehatan perkawinan) mempunyai objek atau sasaran, yaitu : a. Calon
suami
istri,
yaitu
pemuda/pemudi
yang
dalam
perkembangan hidupnya baik phisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan bersama dalam suatu rumah tangga b. Suami istri, yaitu laki-laki dan wanita dewasa yang telah secara resmi mengikat diri dalam kehidupan rumah tangga.
54
c. Angggota keluarga, yaitu individu-individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari pihak suami maupun istri yang merupakan factor extern yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan rumah tangga suami istri tersebut. d. Masyarakat, yaitu sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu lingkungan tertentu dengan segala macam bentuk dan isi yang berupa susunan tata kehidupan, adat istiadat dan kebudayaan. Aspek sosial menyangkut masyarakat, yang berarti mengacu pada orang-orangnya, sedangkn aspek budaya menyangkut kebudayaannya, yang berarti mengacu pada system nilai, sitem ide, kepercayaan, teknologi, pencaharian dan sebagainya yang terdapat dalam masyarakat yang bersangkutan (Subagyo, 2006: 121) 2.2.5
Komponen-Komponen Bimbingan pra nikah Dari beberapa hal yang dikemukakan diatas tentang pengertian, objek dan tujuan Bimbingan Konseling pra nikah tersebut di atas dapatlah kiranya kita ambil kesimpulan bahwa dalam bimbingan konseling pra nikah ada komponen-komponen atau unsur-unsur yaitu : a. Klien, yaitu seorang individu (laki-laki/wanita) yang akan melangsungkan perkawinan atau yang telah melangsungkan perkawinann dan berumah tangga.
55
b. Problem atau masalah, yaitu masalah-masalah yang berupa kesulitan-kesulitan atau hambatan-hambatan yang dihadapi oleh individu atau keluarga tersebut. Misalnya: salah faham antara suami istri, munculnya masalalu yang mengganggu rumah tangga, cekcok dan berbeda pendapat. c. Counselor
(penasehat,
perseorangan
atau
mempunyai
kegiatan
pertolongan
kepada
pembimbing),
badan
(agency,
kantor,
memberikan individu
membutuhkan. Counselor
dan
baik
berwujud biro)
bimbingan, atau
yang
nasehat,
keluarga
yang
yang berupa perseorangan harus
mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : 1) Memiliki kemampuan/ketrampilan memberikan nasehat dalam arti ilmiah 2) Memiliki kematangan kepribadian baik sosial pendidikan, pengalaman maupun kematangan kedewasaan jiwa 3) Memiliki pengertian bagaimana masalah yang sedang di pecahkan. Sedang counselor yang berupa badan/biro, harus memenuhi
syarat-syarat
sebagaimana
ditetapkan
oleh
pemerintah, misalnya: memiliki ijin sebagi badan, tenaga khusus. d. Bimbingan, nasehat, pertolongan : yaitu suatu bentuk usaha atau kegiatan yang diberikan kepada klien.
56
2.2.6
Umur yang Ideal dalam Perkawinan Dalam hal umur dikaitkan dengan perkawinan, memang tidak adanya ukuran yang pasti, artinya bahwa umur sekian itu yang paling baik. Kalau sekiranya itu ada, hanyalah merupakan patokan yang bersifat tidak mutlak, karena hal tersebut bersifat subyektif, masing-masing iindividu mungkin mempunyai ukuran sendiri-sendiri. Namun demikian, untk memberikan jawaban persoalan umur berapakah merupakan umur yang ideal, dapat dikemukakan beberapa hal sebagai bahan pertimbangan, yaitu : a. Kematangan Fisiologi atau Kejasmanian Hal tersebut telah diuraikan dimuka, dan diakitkan dengan undang-undang perkawinan tersebut. Bahwa untuk melakukan tugas sebagai akibat perkawinan dibutuhkan keadaan kejasmanian yang cukup matang, cukup sehat. Pada umur 16 tahun pada wanita dan umur 19 tahun pada pria kematangan ini telah tercapai. b. Kematangan Psikologis Seperti telah dipaparkan di muka, maka dalam perkawinan itu dibutuhkan kematangan psikologis. Seperti diketahui bahwa banyak hal yang timbul dalam perkawinan yang membutuhkan pemecahan dari segi kematangan psikologis ini. Kematangan ini pada umumnya dicapai setelah umur 21 tahun. (walgito : 2004, 29).
57
c. Kematangan sosial, khususnya sosial-ekonomi Kematangan
sosial,
khususnya
sosial-ekonomi
diperlukan dalam perkawinan, karena hal ini merupakan penyangga dalam memutarkan roda keluarga sebagai akibat perkawinan. Pada umur yang masih muda, pada umumnya belum mempunyai pegangan dalam hal sosial-ekonomi. Padahal kalau seseorang telah memasuki perkawinan, maka keluarga tersebut harus dapat berdiri sendiri untuk kelangsungan keluarga itu, tidak menggantungkan kepada pihak lain termasuk orang tua. d. Tinjauan masa depan atau jangkauan ke depan Pada
umumnya
keluarga
menghendaki
adanya
keturunan, yang dapat melangsungkan keturuna keluarga itu. Disamping itu umur manusia terbatas, yang pada suatu waktu manusia akan mengalami kematian.sudah berang tentu orang tua tidak akan sampai hati bila anaknya atau keturunannya akan mengahadapi kesengsaraan pada waktu orang tua telah cukup usia.
Oleh
karena
itu
pandangan
ke
depan
perlu
dipertimbangkan dalam perkawinan. e. Perbedaan perkembangan antara pria dan wanita Diantara perkembangan
aspek-aspek fisik,
intelegensi,
perkembangan emosi,
bahasa,
meliputi sosial,
kepribadian, moral dan kesadaran beragama (Rofiq,2005:17).
58
Seperti diketahui bahwa perkembangan antara wanita dan pria tidaklah sama, artinya kematangan waniata tidak akan sama jatuh waktunya dengan pria. Seorang wanita yang umurnya sama dengan seorang pria, tidak berarti bahwa kematangan segi psikologis juga sama. Sesuai dengan segi perkembangan, pada umumnya wanita lebih dahulu mencapai kematangan daripada pria. (Walgito : 2004, 31). 2.3 Membina Keserasian Hubungan Suami Istri Menjalin keserasian hubungan suami istri memang tidak mudah. Setidaknya hal itu didasari oleh pemikiran bahwa perkawina di sebut sesuatu yang aneh karena menyatukan dua orang dengan latar
belakang yang
berbeda. Jika kemudian dlam bahtera perkawinan terdapat perbedaan, hal itu sangattlah wajar sebagai perkawinan merupakan media yang berupaya memperkecil perbedaan untuk menggapai kebersamaan. Perkawinan bukan media untuk mencari-cari persamaan. Jika hal itu terjadi, yang terjadi, yang muncul ke permukaan adalah perbedaan dan konflik. Oleh karena itu, perlu starategi dan langkah konkret agar hubungan suami istri dapat berjalan lancer. Langkah berikut ini merupakan salah satualternatif dalam membina keserasian hubungan suami istri. a. Melalui dari diri sendiri. Dalam pergaulan antara suami istri akan ditemukan suatu perbedaan. Agar perbedaan ini tidak mengganggu keserasian
hubungan
antara
keduanya,
ada
cara
lain
untuk
menyelesaikannya, yaitu memulainya dari diri sendiri. Kemampuan unyk
59
memahami diri sendiri, atau konsep diri, berkembang sejalan dengan usia seseorang. Menurut teori cermin diri (Looking Glass Self), pemahaman seseorang terhadap dirinya merupakan refleksi bagiman orang lain bereaksi terhadapnya (Puwakania Hasan, 2006: 187) b. Saling mengerti. Dalam pergaulan suami istri, pertengkaran merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Untuk meminimalisasikannya, dianjurkan untuk menyelesaikan masalah
tanpa harus menyalahkan
pasangan dan menggunakan senjata yang mematikan. Perbedaan emosi laki-laki dan perempuan adalah, seorang laki-laki akan menggunakn akalnya untuk mengatasi emosinya, tidak larut dan berusaha mengendalikan serta mengarahkan emosinya ke arah sesuatu yang positif, yang akan mengantarannya kepada kesuksesan, membantunya untuk mengendalikan perilaku-perilaku yang buruk dan mengatasi kesulitan-kesulitan hidup (Washfi, 2005: 53) c. Saling mendengarkan. Belajarlah mendengarkan, lalu memberikan tanggapan yang diperlukan. Sebagian kita belum mampu jadi pendengar yang baik. Ini karena kita begitu rapuh. Kita tidak ingin mendengar sehingga menjadi sumber yang menyebabkan pasangan menderita. d. Saling percaya. Kesulitan yang muncul dalam hubungan suami istri akan sulit diubahh karena alasan yang spesifik. Perkawinan mempunyai kekuatan buruk yang dapat menjebak masalah emosi yang berasal dari masa lalu. Masa lalu biasanya menyatakan diri dalam bentuk
60
terselubung dan asumsi-asumsi. Perkawinan diharapakan sebagai jembatan terakhir untuk mengahapus kekecewaan di masa lalu. e. Jangan menunda. Jika dalam perkawinan ditemukan suatu hal yang telah keluar dari relnya, segeralah bicarakan. Penelitian membukikan, pasangan yang perkawinannnya berakhir dengan kebahagiaan tidak membiarkan suatu masalah menjadi berkarut-larut. Mereka segera berbicara dan mencari solusi. f. Jangan
menyalahkan.
Dalam
berdiskusi,
jangan
menyalahkan
pasangan. Berilah pendapat mengenai hal yang bisa dilakukan. Emosi terkait dengan akal pikiran terdalam, yang jika tidak menemukan halhal yang bisa meringankannya, dan segala perasaan hati yang mengiringinya meledak, amka akan mengakibatkan kepribadian menjadi tidak stabil. Orang yang sangat mencemburui istrinya dan tidak mampu meringankan beban dirinya, maka emosi akan memperdayai. Karena itulah islam sangat memperhatikan persoalan emosi dan mengajarkan
metode-metode
untuk
mengendalikannya
dan
mengarahkannya kea rah positif. Semua demi kebahagiaan dan kedamaian keluarga (washfi, 2005: 204) g. Bersikap fleksibel. Pasangan yang cerdik akan mencari jalan untuk meredakan ketegangan sebelum ketegangan itu berubah menjadi tak terkendali. Satu perbuatan kecil bisa mendatangkan perubahan besar (Suhendi dan Wahyu , 2001:150).
BAB III GAMBARAN UMUM BP4 KOTA PEKALONGAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN PRA NIKAH KHUSUS CALON PENGANTIN
3. 1. Gambaran Umum Objek Penelitian BP4 Kota Pekalongan 3.1.1
Sejarah Singkat BP4 Kota Pekalongan Badan penasehatan perkawinan, perselisihan dan perceraian (BP4) bahwa menurut sejarah tumbuhnya organisasi tersebut dimulai tahun 1954 di Bandung, berikutnya panitia penasehat perkawinan dan penyelesaian perceraian (P5) di Jakarta, BP4 di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan Badan Konperensi Departemen Agama di Tertes Jawa Timur tanggal 25-31 Juni 1955, maka disatukanlah melalui keputusan Menteri Agama RI No. 85 tahun 1961, kemudian berdasarkan keputusan Menteri Agama RI No. 30 tahun 1977 tentang penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama bidang penasehatan perkawinan, perselisihan rumah tangga dan perceraian. Maka, kepanjangan BP4 adalah Badan Penasehatan Perkawinan Perselisihan Dan Perceraian. Hasil munas BP4 XII dan pemilihan keluarga sakinah teladan tingkat nasional, di Jakarta pada tanggal 14-17 agustus 2004, kepanjangan BP4 di ubah menjadi Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Kelahiran BP4 dalam bidang konsultasi perkawinan dan keluarga adalah perwujudan dari rasa tanggung jawab umat Islam untuk mengatasi konflik dan perceraian dalam upaya mewujudkan sebuah
61
62
keluarga bahagia dan sejahtera. Juga sebagai tuntutan sejarah dan masyarakat juga menyadari akan rendahnya suatu mutu perkawinn di Indonesia sekitar tahun 1950 dan sebelumya, dimana setiap perkawinan terjadi perceraian lebih besar dibandingkan dengan angka perkawinan. Berangkat dari keperihatinan yang timbul dari tingginya perceraian tersebut, maka pada tanggal 4 April 1954 oleh almarhum H. S. M Nasrudin Latif yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Jakarta untuk membentuk sebuah organisasi penasehatan perkawinan yang dianggap sebagai dokter perkawinan bagi suami istri yang sedang di timpa sebuah krisis (penyakit). Sedikitnya ada tiga hal yang melatarbelakangi dan mendorong berdirinya BP4, yaitu: a. Tingginya Angka Perceraian b. Banyaknya perkawinan di bawah umur c. Serta praktek poligami yang tidak sehat Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya angka perceraian pada tahun lima puluhan. Dalam perceraian ini, anak-anaklah yang menjadi korban serta banyaknya istri-istri yang tidak menentu nasibnya karena tidak dicerai dan juga tidak diberikan nafkah, karena suaminya meninggalkan keluarganya tanpa meninggalkan sebuah pesan. Seiring dengan perjalanan tersebut didirikanlah BP4 disetiap tingkatan yakni mulai dari tingkat Propinsi, Kabupaten sampai tingkat Kecamatan. Karena pemerintah sendiri menganggap betapa pentingnya lembaga BP4 tersebut untuk didirikan, apalagi dizaman yang serba
63
modern sekarang ini tidak menutup kemungkinan terjadi perceraian di masyarakat. BP4 di Kota Pekalongan didirikan pada tahun 1981, yang mana sebagai pihak penasehat adalah kepala KUA. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa tugas dari BP4
adalah memberikan bantuan
penasehatan terhadap permasalahan-permasalahan kerumahtanggaan, begitupun dengan BP4 yang berada di Kota Pekalongan sendiri. Karena begitu pentingnya keberadaan BP4 khusunya di wilayah Kota Pekalongan maka badan tesebut diharapkan dapat memberikan konstribusi yang besar sehingga dengan begitu terwujud suatu keutuhan dan keharmonisan di dalam rumah tangga. (Wawancara dengan Kepala BP4 Kota Pekalongan 6 November 2010). 3.1.2
Letak Geografis BP4 Kota Pekalongan 1. Letak geografis dan Demografis BP4 adalah suatu lembaga bimbingan yang berada di Jl. Tondano dalam wilayah Pekalongan bagian timur, Jawa Tengah. Kecamatan ini memiliki 13 desa. Adapun nama 13 desa tersebut adalah: a. Klego
h. Sokorejo
b. Gamer
i. Poncol
c. Dekoro
j. Landing sari
d. Karang malang
k. Noyontaan
e. Baros
l. Keputran
f. Sugihwaras
m. Kauman
g. Sampangan
64
Letak Kota Pekalongan dibatasi oleh beberapa wilayah yang batas-batasnya sebagai berikut:
Bujur Timur/East Longitudinal : Kecamatan Pekalongan Timur
Lintang Selatan/South Latitude : Laut Jawa Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Utara/Nort Side
: Kecamatan Kradenan
Timur/East Side
: Kecamatan Tulis
Selatan/South Side
: Kecamatan Bojong
Barat/West Side
: Kabupaten Pemalang
(Sumber Data, Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010)
Sedangkan luas Kota Pekalongan Seluruhnya adalah 42,10 Km2. b. Kondisi sosial Budaya a. Penduduk Kota Pekalongan mempunyai jumlah penduduk kurang lebih 47.429 orang, terdiri dari laki-laki 23.589
orang, dan
perempuan 23.840 orang. Untuk lebih jelasnya tertera dalam tabel berikut: Tabel .3.1 Jumlah Penduduk Kota Pekalongan Tahun 2009/ 2010
No
Penduduk Menurut Usia
Jumlah
1
0 – 12
bulan
948
2
1 -4
tahun
1.992
3
5 -6
tahun
1.733
65
4
7 - 12
tahun
3.782
5
13 - 15 tahun
3.011
6
16 - 18 tahun
4.918
7
19 - 25 tahun
7.503
8
26 - 35 tahun
6.019
9
36 - 45 tahun
4.075
10
46 - 50 tahun
3.646
11
51 - 60 tahun
3.102
12
61 - 75 tahun
3.175
13
76
3.525
ke atas Jumlah
47.429
(Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010). b. Mata Pencaharian Penduduk Mata pencaharian penduduk Kota Pekalongan sebagian besar adalah petani. Untuk lebih jelasnya tertera dalam tabel : Tabel . 3.2 Mata Pencaharian Masyarakat Kota Pekalongan Tahun 2009/ 2010
NO
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah
1
Petani
12.197
2
Nelayan
1.991
3
Buruh Tani
4.283
4
Pengrajin/Indutri
40
5
Pedagang
316
6
Pegawai Nengri Sipil
143
66
7
Peternak
615
8
Montir
33
9
Pengusaha
-
10
ABRI
5
11
Pensiunan (PNS/ ABRI)
7
12
Buruh Bangunan
13
Lain-Lain
491 -
Jumlah
20.121
(Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010). c. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan Penduduk Pekalongan mayoritas berpendidikan Rendah Yaitu Tamatan SD, dan untuk lebih Jelasnya tertera dalam tabel: Tabel .3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Pekalongan Tahun 2009/2010
NO
Pendidikan
Jumlah
1
Belum Sekolah
3.052
2
Tidak Pernah Sekolah
3.601
3
Tidak Tamat SD
5.134
4
Tamat SD
10.591
5
SLTP
8.697
6
SLTA
6.179
7
D1
73
8
D2
124
67
9
D3
54
10
S1
652
11
S2
33
12
S3
-
13
Buta Huruf
Jumlah
38.190
(Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010).
d. Sarana Kesehatan Kota Pekalongan memiliki 7 buah sarana kesehatan, terdiri dari 2 poliklinik 5 buah Puskesmas. Lebih jelasnya tertera dalam tabel: Tabel .3.4 Sarana Kesehatan Masyarakat Kota Pekalongan Tahun 2009/2010
NO
Sarana Kesehatan
Jumlah
1
Rumah Sakit
-
2
Klinik
2
3
Puskesmas
5
4
Posyandu
48 Jumlah
55
(Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010). e. Sarana Pendidikan Kota Pekalongan memiliki 86 sarana pendidikan, terdiri dari 75 pendidikan formal dan 11 pendidikan non formal. Lebih jelasnya tertera dalam tabel:
68
Tabel .3.5 Sarana Pendidikan Masyarakat Kota Pekalongan Tahun 2009/2010 NO
Sarana Pendidikan
Jumlah
1
SD
42
2
Madrasah Diniyah
6
3
SMP
2
4
MTs
13
5
SMA
1
6
MA
10
7
SMK
1
8
Pondok Pesantren
11
Jumlah
86
(Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010). f. Sarana Ibadah Kota Pekalongan memiliki sarana ibadah yang terdiri dari 38 Masjid, 149 Langgar dan 1 Gereja. Untuk lebih jelasnya tertera dalam tabel: Tabel .3.6 Sarana Ibadah Masyarakat Kota Pekalongan Tahun 2009/2010 NO
Tempat Ibadah
Jumlah
1
Masjid
38
2
Langgar/ Musholah
149
3
Kuil
-
4
Gereja
1
69
5
Lain-lain
-
Jumlah 188 (Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010). c. Kondisi Keagamaan Masyarakat Kota Pekalongan mayoritas memeluk agama Islam. Disamping itu ada juga yang memeluk agama Kristen Protestan. Dan untuk jelasnya tertera dalam tabel: Tabel .3.7 Pemeluk Agama Masyarakat Kota Pekalongan Tahun 2009/2010 Golongan Agama
NO
Jumlah
1
Islam
47.417
2
Kristen Protestan
3
Katolik
-
4
Hindu
-
5
Budha
-
6
Lain-lain
Jumlah
12
47.429
(Dokumentasi Data Statistik Kota Pekalongan, Tahun 2010).
3.1.3 Visi dan Misi, Status Lembaga Visi Untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera baik materiil dan spiritual.
70
Misi 1. Memberikan bimbingan, penasehatan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok. 2. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keluarga 3. Memberikan
bantuan
advokasi
dalam
mengatasi
masalah
perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga. 4. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur dan pernikahan yang tidak tercatat. 5. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri. 6. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga. 7. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran atau pelatihan, diskusi, seminar, dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga. 8. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan dan akhlakul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah. 9. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah. 10. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga.
71
Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. (Sumber Data, Data Statistik Kantor Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan, Tahun 2010).
Status BP4 Kota Pekalongan merupakan lembaga bimbingan semi independent dibawah Kementerian Agama Kota Pekalongan dan Kantor Urusan Agama Kota Pekalongan. 3.1.4 Struktur Lembaga dan Fasilitas di BP4 Kota Pekalongan. Struktur Lembaga Untuk memudahkan pengaturan dalam menjalankan kinerja kementerian agama Kota Pekalongan, maka disusunlah struktur organisasi sebagai berikut: Ketua
: Drs. H. Irwan abas
Wakil ketua I
: Drs. H. Masruri
Wakil ketua II
: Hj. Farchana Abu Al Mafachir
Sekretaris
: Rusmini
Wakil sekretaris I
: Drs. Faqihudin
Wakil Sekretaris II
: Drs. Ilham Samsul
Bendahara
: Dra. Nur Aini
Wakil Bendahara
: Mundakir, S.H
Bidang pendidikan keluarga sakinah dan pengembangan SDM melipti personalia: 1. Staff urais, Muhammad Khaidar, S.Ag
72
2. Dinas kesehatan, Puji Winarti, SKM 3. Bapermas dan KB, Dra. Sri kartini 4. TP, PKK, Hj. Ullufie Bidang konsultasi hukum perkawinan BP4 Kota Pekalongan yaitu: 1. Penyuluh agama, Drs. H. Abdul Wahid 2. Pengadilan agama, Drs. Chaerudin 3. Ka. KUA/ Penghulu, Masrur, S.Ag 4. Ka. KUA/Penghulu, Drs. Chumaidi Bidang komunikasi dan informasi meliputi: 1. Kasi Pendamas, Drs. H. Nadhief 2. TP PKK, Siti Fatikhah 3. Muslimat, Dra. Nur Khasanah 4. Aisyiah, Hj. Tho’atun Sugiarto Bidang penasehatan perkawinan keluarga sakinah BP4 Kota Pekalongan yaitu: 1. TP PKK, Hj. Muhibah Nachrowi 2. Ka. KUA/ penghulu, Drs. H.M Akrom 3. Ka. KUA/penghulu, H. Irfandi Dainuri, BA Bidang pemuda dan remaja di wakili dari beberapa dinas yaitu: 1. Bapermas dan KB, Dra. Wa’adah 2. Dinas kesehatan, Sri Kestriowati, SKM 3. Fatayat, Mudhakiroh 4. Penyuluh agama, Saifudin Sakib Arsala, S. Th.I
73
Struktur Kepengurusan Kementerian Agama Kota Pekalongan Tahun 2010 Pimpinan Wali Kota Pekalongan
Ketua Drs. H. Irwan Abas Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Drs. H. Masruri
Hj. Farchana Abu Al Mafachir Sekretaris
Rusmini Sekretaris I
Sekretaris II
Drs. Faqihudin
Drs. Ilham Samsul Bendahara
Dra. Nur Aini Wakil Bendahara
Mundakir, S.H
Bidang Pendidikan K.S, SDM
Bidang Konsultasi Hukum P.
M. Khaidar, S.Ag
Drs. H. Abdul Wahib
Bidang Komunikasi Informasi
Bidang Penasehat K.S
Drs. H. Nadhief
Hj. Muhibbah Nachrowi
Fasilitas
Bidang Pemuda & Remaja
Dra. Wa’adah
74
Fasilitas di BP4 Kota Pekalongan, yang dimaksud fasilitas disini adalah segala bentuk sarana yang pengadaannya ditujukan untuk menunjang kebersihan, sistem pelayanan di BP4 Kota Pekalongan ini. 1. Fasilitas gedung yang terdiri dari: a. 1 Ruang kantor atau administrasi b. 1 Ruang pembimbing atau tutor c. I Ruang bimbingan d. 1 Kamar mandi dan WC 2. Fasilitas perlengkapan kantor a. 3 set meja kursi b. 2 lemari brangkas c. 1 mesin ketik d. 1 kipas angin e. 40 kursi plastik f. 1 papan tulis 3. Sarana penerangan a. 1 tape recorder b. 1 microfon
75
3.2.
Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Bagi Calon Pengantin di BP4 Kota Pekalongan. 3.2.1 Pra Proses pelaksanaan Bimbingan pra nikah Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Pekalongan sebelum penyelenggaraan bimbingan konseling pra nikah. Calon pengantin diwajibkan memenuhi prosedur
bimbingan
konseling pra nikah. Calon pengantin yang akan mengikuti bimbingan konseling pra nikah harus melalui beberapa tahapan yakni: 1. Calon pengantin mendaftarkan diri ke KUA setempat 10 hari sebelum hari H pernikahan 2. Calon pengantin melengkapi semua syarat administrasi 3. Mengikuti bimbingan konseling pra nikah khusus calon pengantin yang berpusat di BP4 Kota Pekalongan Timur 4. Calon pengantin yang akan mengikuti kegiatan bimbingan konseling pra nikah diwajibkan memenuhi syarat-syarat yaitu: a. Melampirkan Pas foto 4 lembar yakni 2 lembar calon istri dan 2 lembar calon suami untuk arsip dan piagam b. Pasangan calon pengantin mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia di BP4 Kota Pekalongan 5. Kemudian secara bersamaan seluruh calon pengantin yang telah mengisi formulir pendaftaran wajib mengikuti bimbingan konseling pra nikah di tempat yang telah disediakan.
76
6. Pasangan
calon
pengantin
mendapatkan
materi-materi
yang
disampaikan oleh pemateri dari masing-masing lembaga. Bimbingan di BP4 Kota Pekalongan, merupakan suatu upaya pemberian bantuan yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah, informasi seputar perkawinan, yang dihadapi oleh calon pengantin. Diharapkan agar tercapai kemapanan untuk memahami, menerima, dan mengarahkan calon pengantin secara optimal dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan secara umum maupun lingkungan keluarga, untuk membentuk keluarga sakinah. (wawancara dengan Kepala BP4 Kota Pekalongan). BP4 Kota Pekalongan berusaha agar dalam pernikahan atau rumah tangga yang nantinya dibangun bisa utuh dan kokoh menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah.
Dari dasar inilah BP4 Kota
Pekalongan menyelenggarakan Bimbingan konseling pra nikah. Yakni ingin membentuk dan mewujudkan masyarakat dan keluarga sakinah serta sebagai bentuk minimalisasi perceraian. Sesuai dengan visi dari BP4 Kota Pekalongan yaitu untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam dalam mencapai masyarakat dan bangsa indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera baik materiil dan spiritual. Bimbingan konseling di BP4 Kota Pekalongan merupakan bimbingan konseling yang bersifat kelompok atau termasuk dalam couples group counseling. Kegiatan ini di laksanakan secara rutin yakni
77
setiap hari selasa mulai pukul 09.00 WIB – 12.30 WIB bertempat di gedung BP4 Kota Pekalongan yang beralamat di Jl. Tondano kec. Pekalongan Timur Kota Pekalongan. Kegiatan bimbingan konseling yang dikhususkan untuk para calon pengantin ini telah lama dilakukan oleh BP4 Kota Pekalongan, bahkan sempat terjadi beberapa kali perpindahan lokasi bimbingan. Tetapi proses pelaksanan bimbingan konseling bagi para calon pengantin (catin) ini tetap berlangsung (wawancara ibu Rusmini 05 oktober 2010). BP4 Kota Pekalongan
dalam proses pelaksanaan bimbingan
konseling pra nikah calon pengantin bekerjasama dengan pemerintah Daerah Pekalongan. Materi yang disampaikan berbeda-beda, sesuai dinas instansi terkait, seperti dinas kesehatan, PKK, KUA.(wawancara ibu Atik 05 oktober 2010). 3.2.2 Proses Pelaksanaan Bimbingan pra Nikah Bimbingan pra nikah calon pengantin dalam rangka mewujudkan keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan secara rutin dilaksanakan setiap hari selasa. Subjek dari pelaksanaan bimbingan tersebut, yakni Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat), Kementerian agama, Dinas kesehatan, KUA, dan PKK Kota Pekalongan. Objek bimbingan konseling pra nikah yakni calon pengantin dari berbagai daerah di Kota Pekalongan. Dalam pelaksanaanya materi Bimbingan yang di sampaikan oleh para tutor atau petugas bimbingan kepada para calon pengantin pada dasarnya merupakan materi-materi dasar yang berkaitan dengan
78
kehidupan rumah tangga. Dengan harapan agar materi yang disampaikan itu benar-benar di ketahui, dipahami dan dihayati serta di praktekan kelak dalam kehidupan berumah tangga bagi para calon pengantin. adapun materi-materi yang disampaikan yaitu materi-materi yang berkaitan tentang arti penting berumah tangga, bagaimana membentuk keluarga sakinah serta bagaimana menjaga keutuhan rumah tangga (wawancara Bapak Khaidar tgl 25 Oktober 2010). Materi-materi yang disampaikan dalam bimbingan konseling pra nikah dapat di klasifikasikan dalm 5 kelompok: 1. Penyuluhan KB dan imunisasi TT, disampaikan oleh petugas dari PKK Kota Pekalongan. 2. UU
perkawinan
dan
munakahat,
disampaikan
dari
pihak
Kementerian Agama Kota Pekalongan. 3. Keluarga sakinah, materi membentuk keluarga sakinah disampaikan oleh petugas dari KUA. 4. Kesehatan reproduksi dan kesehatan ibu hamil, disampaikan petugas dari dinas Kesehatan Kota Pekalongan. 5. Keluarga sejahtera disampaikan petugas dari PKK Kota Pekalongan. Dalam memudahkan proses bimbingan, diperlukan unsurunsur yang mendukung terlaksananya pelaksanan bimbingan pra nikah tersebut. diantara unsur yang mendukung yakni subjek bimbingan pra nikah, Objek bimbingan pra nikah, materi bimbingan pra nikah, metode bimbingan pra nikah dan media Bimbingan Pra Nikah.
79
a. Subjek Bimbingan Pra Nikah Subjek atau pembina bimbingan di BP4 Kota Pekalongan, dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah antara lain: 1. Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Kota Pekalongan 2. Kemendag Kota Pekalongan 3. Dinas kesehatan Kota Pekalongan 4. KUA (Kantor Urusan Agama ) Kota Pekalongan 5. PKK Kota Pekalongan b. Objek Bimbingan Pra Nikah Objek atau penerima bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan adalah seluruh calon pengantin (catin) yang akan menikah baik calon pengantin pria maupun calon pengantin wanita, yang berasal dari kec. Pekalongan Barat, Kec. Pekalongan Timur, Kec. Pekalongan Utara dan Kec. Pekalongan Selatan. c. Materi bimbingan pra nikah khusus calon pengantin
Materi Penyuluhan KB dan Imunisasi TT
Materi UU Perkawinan dan Munakahat
Materi Keluarga Sakinah
Materi Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu Hamil
Materi Keluarga sejahtera
d. Media bimbingan pra nikah calon pengantin Media yang digunakan dalam bimbingan pra nikah di BP4 kota pekalongan adalah media lisan yakni suatu cara penyampaian oleh pembimbing melalui suara. Media ini bentuk realisasi berupa
80
ceramah oleh para pembimbing, nasehat-nasehat oleh para pembimbing bagi pasangan calon pengantin (catin). e. Metode bimbingan pra nikah calon pengantin Metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah adalah metode ceramah dan tanya jawab, dalam metode ceramah ini disampaikan pengetahuan yang dapat di tangkap, dipahami atau dimengerti oleh akal pikiran dan perasaan calon pengantin (catin). 3.3. Efektifitas pelaksanaan bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota Pekalongan Dalam rangka mempersiapkan calon pengantin mengarungi kehidupan barunya yakni kehidupan rumah tangga baik dari segi fisik maupun psikis, yakni agar terbentuk keluarga yang sakinah sesuai tuntunan agama islam. maka BP4 kota pekalongan telah berusaha mewujudkan keluarga sakinah melalui proses bimbingan pra nikah khusus calon pengantin yang diselenggarakan atas kerjasama BP4 kota Pekalongan dengan pemerintah daerah setempat. Adapun kegiatan yang diselenggarakan oleh BP4 kota Pekalongan ini telah efektif, berbagai materi disampaikan dalam bimbingan pra nikah khusus calon pengantin ini sebagai bekal awal calon pengantin memasuki kehidupan barunya. terkait dengan persiapan calon pengantin dalam menghadapi babak baru dalam kehidupannya, maka bimbingan pra nikah khusus calon pengantin ini masih sangat diperlukan kini ataupun nanti untuk membekali diri calon pengantin dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan rumah tangganya.
81
Setiap manusia pasti mengharapkan kehidupannya tenang, tentram dan damai. Begitu pula dalam kehidupan rumah tangga, adanya cekcok antara suami istri pasti pernah terjadi tapi bagaimana kedua pasangan bisa menyelesaikannya dengan akal sehat dan dalam kondisi yang stabil dengan cara musyawarah sehingga menemukan jalan keluar atas masalahnya. Sehingga tidak terjadi perceraian. Bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota Pekalongan dalam pelaksanaanya sudah cukup efektif, terbukti dari banyak peserta yang mengaku bahwa bimbingan pra nikah ini penting bagi mereka, pengetahuan baru mereka dapatkan dari proses bimbingan pra nikah ini. Hal ini sangat bermanfaat dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Dalam bimbingan pra nikah ini apa yang disampaikan belumlah sempurna, maka calon pengantin sebagai peserta telah siap untuk menggali informasi lebih lanjut tentang materimateri yang disampaikan. Sehingga nantinya dalam kehidupan rumah tangga dapat terwujud ketenangan dan ketentraman. Bimbingan pra nikah khusus calon pengantin ini juga memberikan kesadaran kepada calon pengantin tentang arti pentingnya tanggung jawab, serta hak dan kewajiban masing-masing pasangan. Karena, manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya, serta mempunyai kebutuhan yang berbeda pula kemudian dalam hubungan sosio-kultural antara suami istri juga mempunya perbedaan dalam penyesuaian dengan masyarakat, juga karena faktor perkembangan yang berbeda pula antara lelaki dan perempuan, maka adanya prinsip kesetaraan yakni keduannya dapat saling bekerjasama dalam segala hal dan bagaimana yang satu bisa menjadi pakaian bagi yang lain artinya dalam kehidupan rumah tangga antara suami dan istri
82
harus bisa saling menutupi apabila terdapat kekurangan dari pasangannya, adanya musyawarah juga diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan rumah tangga, serta kesadaraan akan kebutuhan masingmasing dari individu yang berbeda. Dengan demikian faktor-faktor yang senantiasa dapat mewujudkan keluarga sakinah perlu dibiasakan, karena sakinah tidak terwujud dengan sendirinya tetapi dengan adanya usaha dari keduanya. Untuk mengetahui keaktifan dan responden dari pasangan calon pengantin dalam mengikuti bimbingan yang diadakan oleh BP4, maka penulis mengambil sampel 30 pasang (60 responden). Keaktifan calon pengantin dalam mengikuti bimbingan.
Tabel .3.8 Proses Bimbingan Pra nikah di BP4 Kota Pekalongan No.
Alternatif Jawaban
1.
Aktif sekali
6
20%
2.
Aktif
11
37%
3.
Kadang-kadang
13
43%
4.
Tidak aktif
-
-
30
100%
Jumlah
Frekuensi
Prosentase
Berdasarkan tabel di atas, keaktifan calon pengantin dalam mengikuti bimbingan secara umum masih biasa. Hal ini dilihat dari 13 pasang responden (43 %) menyatakan kadang-kadang, 11 pasang responden (37%) menyatakan aktif, 6 pasang responden (20%) menyatakan aktif sekali dan tidak\ada sama sekali yang menyatakan tidak aktif.
83
Tabel 3.9 Tanggapan calon pengantin Dalam Menerima Materi Yang Disampaikan No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Prosentase
1.
Baik/paham sekali
11
37%
2.
Baik/paham
13
43%
3.
Cukup baik/paham
6
11%
4.
Kurang baik/paham
-
-
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas, remaja putra dan putri di dalam menerima materi /didialam menanggapi materi yang disampaikan oleh pembimbing sudah sangat baik / paham sekali, artinya sudah tepat dan bisa diterima dengan baik. Hal ini berdasarkan pengakuan 13 pasang responden (43%) yang menyatakan baik, 11 pasang responden (37%) yang menyatakan baik sekali dan 6 pasang responden yang menyatakan cukup baik.
Tabel 3.10 Tanggapan calon pengantin dengan Metode Yang Digunakan di BP-4 di Dalam Menyampaikan Materi No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Prosentase
1.
Baik sekali
10
33%
2.
Baik
11
37%
3.
Cukup baik
8
27%
4.
Kurang baik
1
3%
Jumlah
30
100%
Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa sebagian besar responden dapat menerima materi dengan metode yang sudah digunakan. Hal ini dapat dilihat dari 10 responden (33%) menyatakan baik sekali, 11 responden (37%)
84
menyatakan baik serta 8 responden (27%) menyatakan cukup baik dan 1 responden (3%) menyatakan kurang baik. Tabel 3.11 Tanggapan calon pengantin tentang Memilih Pasangan untuk Dijadikan Pendamping Hidup No.
Alternatif jawaban
Frekuensi
Prosentase
1.
Ya
26
87%
2.
Tidak
4
13%
30
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan hampir semua remaja lebih suka memilih pendampingnya sendiri-sendiri. Hal ini dapat dilihat 26 pasang responden (87%) menyatakan ya (memilih sendiri) dan 4 yang menyatakan tidak (13%). 3.4. Eksistensi BP4 Kota Pekalongan Sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa dampak dari suatu kemajuan sebagai hasil dari pembangunan baik dari bidang ekonomi maupun pendidikan dalam satu sisi akan mendukung kearah perbaikan taraf hidup dan kehidupan masyarakat. Sedangkan dari sisi lain telah terjadi perubahan nilai dalam masyarakat khususnya dalam sebuah keluarga atau rumah tannga sehingga terjadi ketimpangan dan perubahan tersebut tidak berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga. Di samping itu dengan adanya perbedaan status dalam perkawinan, perbedaan adat dan budaya, perbedaan tingkat ekonomi maupun tingkat pendidikan merupakan sumber terjadinya sebuah konflik dalam perkawinaan manakala sebuah perbedaan tersebut tidak dapat diatasi secara bersama.
85
Perbedaan-perbedan tersebut acapkali timbul di berbagai tempat dan keadaan, dalam hal ini di daerah Kota Pekalongan yang merupakan fokus dari penelitian penulis adalah salah satu daerah pemukiman, tidak mustahil serta menutup kemungkinan akan terjadi perubahan dalam tata kehidupan masyarakat yang berada pada wilayah tersebut, khususnya dalam kehidupan berkeluarga ataupun dalam perkawinan. Menanggapi dari kondisi seperti ini, maka kehadiran dan keberadaan BP4 khususnya di KUA Kota Pekalongan sebagai sebuah lembaga yang melayani konsultasi perkawinan dan keluarga sangatlah penting sekali guna memecahkan dan membantu untuk memberikan jalan keluarnya bagi segala persoalan yang dihadapi oleh keluarga. Keberadaan BP4 di wilayah Pekalongan Timur Kota Pekalongan sebagai sebuah lembaga penasehatan perkawinan dan keluarga pada dasarnya telah cukup diketahui oleh masyarakat sekitar. Hal ini dengan telah banyaknya masyarakat yang telah datang untuk berkonsultasi dan meminta bantuan kepada BP4 di Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan dalam mengatasi konflik-konflik yang terjadi seputar masalah perkawinan dan keluarga. Akan tetapi umumnya masyarakat yang datang untuk meminta pertolongan dari BP4 pada awalnya masalah dalam perkawinan mereka baru terjadi. Hal ini dikarnakan ada sebagian masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur. Kota Pekalongan yang kurang mengetahui peranan dan fungsi dari BP4. Mengenai keberadaan dan kehadiran BP4 di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan telah cukup dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
86
setempat walaupun dalam prakteknya belum dikatakan semaksimal mungkin. Namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat banyak kekurangan dan kendala yang perlu dicarikan jalan keluarnya. BP4 Kota Pekalongan dalam memberikan penasehatan dan penerangan tidak terbatas pada klien yang sudah bersuami istri akan tetapi juga memberikan penerangan pendidikan kepada calon pengantin yang berada diwilayah tersebut, yaitu bagaimana membina rumah tangga yang baik, bagaimana memupuk rasa tanggung jawab sehingga perkawinan diwilayah tersebut mempunyai kwalitas yang cukup tinggi karena penasehatan pra-nikah kepada calon pengantin pada hakikatnya adalah dalam rangka mempersiapkan diri dan memberi pengertian kepada calon suami istri terutama dalam hubungan antara manusia dalam perkawinan dan keluarga. (Data dari hasil wawancara dengan Petugas KUA Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan Pada tanggal 19 Oktober 2010). Dari beberapa uraian yang telah penulis bahas dapatlah diambil sebuah kesimpulan yakni bahwasanya keberadaan BP4 di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan sebagai lembaga penasehatan perkawinan dan konsultasi keluarga sangatlah mempunyai andil yang besar dan sangat berarti di dalamnya, karena dengan kehadiran BP4 di tengah-tengah masyarakat akan dapat memberikan jalan keluar dan pemecahan terhadap segala problemproblem yang dialami oleh segenap masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan walaupun pada dasarnya eksistensi BP4 di wilayah Kota Pekalongan belumlah diketahui dengan secara mutlak dan di kenal oleh sebagian masyarakat terbukti dengan banyaknya jumlah perceraian di wilayah Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan.
87
BAB IV EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN PRA NIKAH DAN DAMPAKNYA DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN
4.1 Analisis Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di BP4 Kota Pekalongan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui tentang keefektifan pelaksanaan bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode wawancara, observasi, angket dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini, maka dapat di deskripsikan bahwa calon pengantin adalah laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan hidupnya baik phisik maupun psikis sudah siap dan sepakat untuk menjalin hubungan bersama dalam suatu rumah tangga. Tujuan daripada bimbingan konseling pra nikah adalah dalam rangka membantu mempersiapkan para calon pengantin dalam mengarungi kehidupannya yang baru yakni kehidupan berumah tangga. BP4 Kota Pekalongan merupakan salah satu lembaga yang telah aktif melaksanakan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin. Bimbingan tersebut dapat di deskripsikan bahwa dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan ini di berikan secara berkelompok. Bimbingan ini dilaksanakan setiap hari selasa di mulai pukul 09.00-12.30 WIB bertempat di
87
88
gedung BP4 Kota Pekalongan di Jl. Tondano
kec. Pekalongan timur
(wawancara ibu Rusmini 05 oktober 2010). Dari hasil penelitian tentang bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan ini, sangat dirasakan manfaatnya oleh para calon pengantin. Sebelumnya belum banyak yang mengetahui tentang materi-materi yang disampaikan, tetapi setelah mengikuti bimbingan pra nikah yakni melalui ceramah oleh pembimbing dengan menyampaikan materi-materi berkaitan dengan persiapan mental dan fisik calon pengantin. Hal ini di alami oleh salah satu pasangan yang mengikutinya, bahwa dengan adanya bimbingan konseling pra nikah ini, mereka menjadi mengerti tentang kesehatan reproduksi, bagaimana cara KB yang aman, ban bagaimana mewujudkan keluarga sakinah (wawancara Muslikhun dan Netty Widjayanti 05 oktober 2010). Hal ini juga dirasakan oleh salah satu pasangan calon pengantin yang mendapat bimbingan pra nikah, dengan adanya bimbingan pra nikah ini mereka juga mengaku banyak sekali bekal pengetahuan yang mereka dapatkan. Dengan bekal inilah mereka lebih siap untuk mengarungi kehidupan barunya yakni kehidupan berumah tangga. bahkan pasangan ini juga menyampaikan akan mempraktekan dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Bekal pengetahuan yang telah di dapatkan dalam bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan ini. (wawancara pasangan calon pengantin Heri Nugroho dan Tri Handayani 10 oktober 2010). Sedangkan yang dialami pasangan Hadi Purwanto dan Fadhilah mengaku kurang menyimak materi yang diberikan oleh pambimbing, karena
89
alasan terlalu lama mereka mengantuk sehingga tidak sepenuhnya menyimak seluruh materi yang disampaikan. Tetapi mereka mengaku dari sedikit pengetahuan yang mereka dapatkan menjadi pengetahuan baru dan bisa menjadi bekal mereka dalam mengarungi bahtera rumah tangga. (wawancara Hadi Purwanto dan Fadhilah 15 oktober 2010). Menikah adalah sunatullah yang harus dilaksanakan, sebagaimana perintah dalam Islam, serta merupakan satu pilar dari beberapa pilar agama sebagaimana shalat, puasa dan zakat. Ini adalah perintah dari Allah azza wa jalla yang mewajibkan seorang muslim untuk menikah, Allah sengaja menumbuhkan rasa kasih dan sayang ke dalam hati masing-masing pasangan, agar terjadi keharmonisan dan ketenteraman dalam membina suatu rumah tangga. Setelah dipaparkan pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan dalam Bab III. Ternyata peran BP4 sangat terkait sekali dalam mewujudkan keluarga sakinah. Hal ini sesuai dengan tujuan BP4 yaitu sebagai sebuah lembaga yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada pembinaan keluarga dengan cara memberikan nasehat kepada suami istri yang sedang bersengketa atau berselisih dalam hal-hal tertentu, agar tidak sampai terjadi perceraian. Dengan demikian apabila keluarga betul-betul memperhatikan dan melaksanakan saran dari BP4, maka sebuah keluarga akan terbentuk keluarga sejahtera (keluarga sakinah mawaddah wa rahmah).
90
Sedikitnya ada empat macam yang menjadi tujuan perkawinan. Keempat tujuan perkawinan itu hendaknya benar-benar dapat di pahami oleh calon suami istri, supaya terhindar dari keretakan dalam rumah tangga yang biasanya berakhir dengan perceraian yang sangat di benci oleh allah. Diantara tujuan perkawinan tersebut adalah sebagai berikut : Menentramkan Jiwa, Mewujudkan (melestarikan) keturunan, Memenuhi Kebutuhan Biologis, dan Latihan memikul tanggung jawab. Dengan demikian bimbingan pra nikah bagi calon pengantin haruslah dilakukan sedemikian rupa, sehingga bimbingan pra nikah dapat menunjang tercapainya tujuan dari pelaksanaan bimbingan tersebut. yakni kesadaran akan tanggung jawab dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga, sehingga dapat membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Penyelenggaraan dan pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan ini pelaksanaannya menyesuaikan jumlah pasangan calon pengantin yang hadir. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, pelaksanaan bimbingan pra nikah dapat di analisis menjadi beberapa tahapan yaitu: 4.1 1 Pra Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah BP4 Kota Pekalongan selalu berusaha mewujudkan terciptanya pernikahan yang bahagia serta membentuk rumahtangga yang telah dibangun bisa utuh dan kokoh menjadi keluarga yang sakinah mawadah wa
rahmah.
Dari
dasar
inilah
BP4
Kota
Pekalongan
menyelenggarakan Bimbingan pra nikah. Yakni ingin membentuk dan
91
mewujudkan keluarga sakinah serta sebagai bentuk minimalisasi perceraian. Sesuai dengan visi dari BP4 Kota Pekalongan yaitu untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam dalam mencapai masyarakat dan bangsa indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera baik materiil dan spiritual. Bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan merupakan bimbingan yang bersifat kelompok atau termasuk dalam couples group counseling. Kegiatan ini di laksanakan secara rutin yakni setiap hari selasa mulai pukul 09.00 WIB – 12.30 WIB bertempat di gedung BP4 Kota Pekalongan yang beralamat di Jl. Tondano kec. Pekalongan timur Kota Pekalongan. Pra pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan, dapat dianalisis, yaitu masing-masing calon pengantin yang akan mengikuti bimbingan pra nikah harus melalui beberapa prosedur sebagai berikut: 1. Seluruh calon pengantin mendaftarkan diri ke KUA di kecamatan masing-masing dan 10 hari sebelum hari pelaksanaan pernikahan di selenggarakan 2. Masing-masing calon pengantin diwajibkan melengkapi semua syarat administrasi, yang berkenaan dengan administrasi pernikahan di KUA kecamatan masing-masing.
92
3. Selanjutnya seruruh calon pengantin diwajibkan untuk mengikuti bimbingan pra nikah khusus calon pengantin yang berpusat dan diselenggarakan oleh BP4 Kota Pekalongan. 4. Sebelum pelaksanaan bimbingan di BP4 Kota Pekalongan, calon pengantin yang akan mengikuti kegiatan bimbingan pra nikah diwajibkan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Cheking peserta bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan. b. Melampirkan Pas foto 4 lembar, masing-masing 2 lembar calon istri dan 2 lembar calon suami untuk arsip dan piagam c. Pasangan calon pengantin mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia di BP4 Kota Pekalongan 5. Selanjutnya seluruh calon pengantin yang telah mendaftar dan mengisi formulir pendaftaran, wajib mengikuti bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di tempat yang telah disediakan, sebagai syarat pembekalan pernikahan. 6. Pasangan calon pengantin mendapatkan materi-materi yang disampaikan oleh pemateri dari masing-masing lembaga maupun dinas terkait. Bimbingan pra nikah
yang diselenggarakan BP4 Kota
Pekalongan, merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada calon pengantin yang dilakukan secara terus-menerus dan sistematis kepada individu
dalam
memecahkan
masalah,
perkawinan, yang dihadapi oleh pasangan.
dan
informasi
seputar
93
Tujuan
terselenggaranya
bimbingan
ini,
agar
tercapai
kemapanan untuk memahami, menerima, dan mengarahkan calon pengantin secara optimal dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik lingkungan secara umum maupun lingkungan keluarga, untuk membentuk keluarga sakinah. (wawancara dengan Kepala BP4 Kota Pekalongan). 4.1.2 Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah 1. Subjek/Pelaksana Bimbingan Pra Nikah Dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah, salah satu unsur yang paling pokok adalah subjek (pembimbing atau tutor). Pembimbing atau tutor harus mampu membaca situasi dan kondisi calon pengantin yang dihadapi dan menguasai bahan atau materi serta dapat memberi contoh atau teladan yang baik. Rumah tangga merupakan kehidupan baru bagi Calon pengantin. Untuk itu sebelum mengarunginya pasangan mempunyai persiapan-persiapan. Sehingga ketika nantinya dalam sebuah rumah tangga terjadi permasalahan, baik suami maupun istri telah siap dengan segala resiko yang akan di tempuhnya. Karena pemahaman terhadap pentingnya persiapan baik mental maupun fisik bagi calon pengantin menjadi faktor yang sangat penting bagi terciptanya keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Tenaga pembimbing sendiri melibatkan banyak pihak baik lembaga maupun dinas instansi pemerintah. Para penyaji materi,
94
diambilkan atau diwakilkan dari masing-masing petugas yaitu: Bapermas (Badan Pemberdayaan Masyarakat) Kota Pekalongan, Kemendag Kota Pekalongan, Dinas kesehatan Kota Pekalongan, KUA (Kantor Urusan Agama) Kota Pekalongan, dan PKK Kota Pekalongan. Pelaksanaan bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan ini, tentulah sangat baik, dibandingkan dengan BP4 di Kota-kota lain, karena menurut kepala BP4 Kota Pekalongan seluruh Jawa Tengah yang telah melaksankan Bimbingan pra nikah ini masih
sangat
sedikit
sekali.
Dan
salah
satu
yang
aktif
menyelenggarakan bimbingan ini adalah BP4 Kota Pekalongan. Dengan penyampaian materi cukup baik dan mengena kepada calon pengantin serta penggunaan alat peraga yang membantu calon pengantin untuk memahami materi yang disampaikan pembimbing. 2. Objek/Penerima Bimbingan Pra Nikah Objek bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan ini adalah para calon pengantin yang telah mendaftarkan diri ke KUA masingmasing. Setiap calon pengantin (catin) yang akan menikah diwajibkan untuk mengikuti bimbingan ini, baik calon pengantin pria maupun calon pengantin wanita, yang berasal dari Kec. Pekalongan Barat,
Kec.
Pekalongan Timur, Kec. Pekalongan Utara dan Kec. Pekalongan Selatan. Karena, untuk menikah haruslah sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh agama dan negara. Menurut Bimo walgito dalam buku “Bimbingan dan konseling perkawinan” dalam UU RI Nomor 1
95
tahun 1974 tentang perkawinan yakni terdapat di pasal 7 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Menurut Siti rahayu dalam bukunya “psikologi perkembangan” bahwa anak selesai pertumbuhannya antara kurang lebih umur 16 tahun (wanita) dan 18 tahun (laki-laki) tetapi tidak dikatakan sebagai sudah dewasa, Di indonesia batas kedewasaan adalah pada usia 21 tahun, batas tadi sebetulnya timbul secara historis dan tidak mutlak, dapat juga ditentukan pada umur 25 atau 18 tahun. usia ini adalah usia seseorang mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara dengan begitu ia dapat melakukan kewajiban-kewajibannya tertentu tidak tergantung pada orang tua Berdasarkan data peserta bimbingan khusus calon pengantin di BP4 dengan persentase pendidikan SD 40%, SMP 25%, SMA 20% sedangkan D3 10% dan S1 5%, serta usia pendidikan di bawah 20 tahun sebesar 5% usia 20-25 tahun sekitar 40% sedangkan usia 26-30 tahun 45% dan usia di atas 30 tahun sebanyak 5%. Hal ini menunjukan bahwa kondisi calon pengantin dengan umur yang cukup ideal serta tingkat pendidikan yang rata-rata SD, tetapi baik dari calon pengantin wanita ataupun pria telah mempunyai pekerjaan tetap yakni dengan persentase pekerjaan 85% swasta dan 15% PNS.
96
BP4 Kota Pekalongan bertindak sebagai fasilitator yang turut andil
untuk persiapan para calon pengantin dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga. Dengan tujuan bimbingan pra nikah ini, calon pengantin memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawabnya sebagai suami dan istri yang pada akhirnya dapat tercipta kehidupan rumah tangga yang bahagia dan tentram, dan menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Pelaksanaan bimbinga pra nikah calon pengantin dalam rangka mewujudkan keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan secara rutin dilaksanakan setiap hari selasa. Subjek dari pelaksanaan bimbingan tersebut,
yakni
Bapermas
(Badan
Pemberdayaan
Masyarakat),
Kementerian agama, Dinas kesehatan, KUA, dan PKK Kota Pekalongan. Sedangkan objek bimbingan pra nikah sendiri adalah calon pengantin dari berbagai daerah di Kota Pekalongan. Materi yaitu bahan yang digunakan oleh pembimbing dalam melakukan proses bimbingan pra nikah.
Langkah selanjutnya
pembimbing atau penyaji materi menanamkan rasa kepercayaan atau keyakinan terhadap apa yang telah disampaikan. Materi-materi yang disampaikan dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan, yaitu materi-materi yang berkaitan tentang arti penting berumah tangga, bagaimana membentuk keluarga sakinah serta bagaimana menjaga keutuhan rumah tangga.
97
3. Materi Bimbingan Pra Nikah khusus calon pengantin Adapun secara khusus materi-materi yang disampaikan dalam bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan, dapat di klasifikasikan menjadi 5 kelompok: a. Materi Penyuluhan KB dan Imunisasi TT Penyuluhan KB ini dimaksudkan agar calon pengantin dapat
mempersiapkan
dan
merencanakan
sedini
mungkin,
mengatur keinginan untuk mempunyai keturunan. Penyuluhan ini untuk membekali calon pengantin memilih alat KB yang sesuai. Gerakan keluarga berencana nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai keluarga sejahtera diarahkan untuk mengendalikan
laju
pertumbuhan
penduduk
dengan
cara
penurunan angka kelahiran untuk mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan keluarga. Gerakan keluarga berencana diupayakan agar makin membudaya
dan
makin
mandiri
melalui
penyelenggaraan
penyuluhan keluarga berencana, disertai dengan peningkatan kualitas dan kemudahan pelayanan dengan tetap memperhatikan kesehatan peserta keluarga berencana dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, moral, etik, dan sosial budaya masyarakat, sehingga norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat dengan penuh kesadaran dan bertanggung jawab.
98
Disampaikan juga tentang Imunisai TT yakni imunisasi yang
wajib
diberikan
kepada
calon
pengantin
sebelum
melangsungkan pernikahan, sehingga baik calon suami atau istri dapat terhindar dari berbagi macam penyakit Tetanus dapat dicegah dengan melakukan imunisasi Tetanus-Toxoid (TT). Tetanus neonatal bisa dicegah dengan mengimunisasi wanita usia subur (WUS), baik saat hamil maupun di luar kehamilan. Hal ini akan memproteksi ibu dan bayi melalui transfer antibodi tetanus ke bayi. Juga tak kalah pentingnya, proses pertolongan persalinan yang bersih (steril) bisa mencegah tetanus neonatal dan ibu. Sedangkan program imunisasi TT pada wanita hamil di Indonesia, biasanya diberikan 2 kali, karena dianggap belum terimunisasi secara sempurna (6 kali). WUS yang sekarang ada adalah generasi yang belum menjalani imunisasi lengkap Tetanus. TT pertama dapat diberikan sejak di ketahui positif hamil dan TT yang kedua minimal 4 minggu setelah TT yang pertama. Sedangkan batas terakhir pemberian TT yang kedua adalah minimal 2 minggu sebelum melahirkan. Materi penyuluhan KB dan Imunisasi TT pra nikah, ini disampaikan oleh Badan Pemeberdayaan Masyarakat Kota Pekalongan yang bekerjasama melalui bimbingan konseling pra nikah khusus calon pengantin dengan BP4 Kota Pekalongan. (wawancara ibu Yuniar dari Bapermas Kota Pekalongan).
99
b. Materi UU Perkawinan dan Munakahat Dalam bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan disampaikan materi tentang munakahat. Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan perkawinan. Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki–laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewjiban antara kedua insan. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1947 menyatakan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa”. Rumusan perkawinan yang disebutkan dalam undang-undang perkawinan ini, sekaligus memberi arahan, hendaknya perkawinan menghasilkan rumah tangga yang bahagia dan kekal. Pembekalan dalam materi ini bertujuan untuk menjelaskan kepada calon pengantin mengenai hukum perkawinan baik itu hukum agama maupun hukum dan peraturan dari pemerintah. Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam–macam, maka hukum nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam.
100
a. Sunnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan – keperluan lain yang mesti dipenuhi. b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan terjerumus dalam perzinaan. c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak mampu memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat. d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia – nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi belanja kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak. e. Mubah, bagi orang – orang yang tidak terdesak oleh hal – hal yang mengharuskan segera nikah atau yang mengharamkannya. Materi ini disampaikan oleh Kantor Urusan Agama Kota Pekalongan yang bekerjasama dalam pelaksanaanya dengan BP4 Kota
Pekalongan.
Diharapkan
materi
ini
dapat
memberi
pemahaman kepada calon pengantin tentang undang-undang pernikahan di Indonesia. Materi
munakahat
juga
disampaikan
kepada
calon
pengantin yakni tentang hukum perkawinan dalam Islam, mengetahui rukun wajibnya nikah. Karena dalam Islam sendiri calon pengantin itu diwajibkan untuk mengetahui syarat dan rukun
101
perkawinan, yakni harus ada calon suami, calon istri, wali dari pihak perempuan dan dua orang saksi. jika salah satu dari calon pengantin ada yang tidak mengetahui syarat dan rukun perkawinan, maka dalam Islam perkawinan itu tidak sah. Materi munakahat itu juga untuk menjadi pelatihan bagi calon suami mengucapkan ijab dan qabul dalam perkawinan (wawancara bapak Khaidar kemenag Kota Pekalongan) c. Materi Keluarga Sakinah Keluarga sakinah tidak terbentuk begitu saja, banyak hal yang perlu diperjuangkan untuk kehadirannya. Pernikahan adalah awal mula kehidupan seseorang berumah tangga adalah yang dimulai dengan ijab Kabul, saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan bagi orang yang telah menikah dia telah menguasai separuh agamanya. Membentuk
keluarga
sakinah
haruslah
diperlukan
kesetaraan, musyawarah dan kesadaran akan kebutuhan pasangan suami isti dalam suatu rumah tangga. Untuk mewujudkan kesetaran dan kemantapan calon pengantin mewujudkan keluarga sakinah, tentu calon pengantin harus mengetahui tuntunan membentuk keluarga sakinah, menurut agama Islam, yang dicontohkah oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai penuntun rahamatan lil alamin. Tidak adanya keseimbangan antar pasangan akan berakibat buruk dikemudian hari, jika tidak ada penyelesaiannya. Memang
102
setiap manusia pasti berbeda, akan tetapi perbedaan itu akan menjadi indah jikalau dalam suatu hubungan atau perkawinan saling
kasih
mengasihi,
mencintai,
menghargai
dan
lain
sebagainya. Calon suami dan calon istri harus ada keseimbangan, yang mencakup banyak aspek, di antaranya seimbang dalam agamanya, seimbang dalam usianya, seimbang dalam pendidikannya. Materi keluarga sakinah ini disampaikan oleh Kemenag Kota Pekalongan yang diambilkan dari petugas KUA Kota Pekalongan. (wawancara bapak Subakir KUA Pekalongan Timur). d. Materi Kesehatan Reproduksi dan Kesehatan Ibu Hamil Pada saat wanita ketahuan hamil maka ia harus lebih memperhatikan keseimbangan gizi dari makanan yang di konsumsi setiap hari, banyak hal yang harus diperhatikan perempuan sebagai calon ibu ketika sedang hamil diantaranya yakni terkait dengan makanan yang dimakan ibu hamil memerlukan tambahan kalsium, zat
besi,
asam
folat
lebih
banyak.
Dengan
melakukan
olahraga/senam hamil yakni tujuannya untuk memperlancar peredaran darah yang menuju kerahim, menghilangkan ketegangan mental sebagai persiapan persalinan dan melatih otot rahim agar bergerak bebas. Calon pengantin juga di bekali tentang kesehatan reproduksi yakni bagaimana cara berhubungan batin secara sehat,
103
mengenal organ-organ reproduksi dalam melakukan hubungan intim dengan pasangan. Kesehatan reproduksi dan kesehatan ibu hamil, materi ini disampaikan dengan tujuan sebagai bekal kepada calon pengantin yang nantinya ingin mempunyai keturunan agar mengetahui dan memahami kondisi ibu hamil. Karena kesehatan ibu sangat rentan sekali,
untuk
itu
masing-masing
pasangan
mempunyai
tanggungjawab yang harus dilaksanakan. Pembekalan kesehatan ibu hamil itu sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana menjaga kondisi ibu hamil dan anak yang ada di kandungannya. Dalam materi ini juga disampaikan bahwa bukan hanya calon ibu yang harus mejaga kesehatan ketika sedang hamil tetapi juga perhatian dari suami diperlukan dengan menerapkan prinsip SIAGA (siap, antar, jaga). (wawancara Puji Lestari dari Dinas Kesehatan Kota Pekalongan). e. Materi Keluarga sejahtera Pembangunan
keluarga
sejahtera
diarahkan
kepada
terwujudnya kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilainilai
agama
dan
nilai-nilai
luhur
budaya
bangsa
guna
meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Perlu ditumbuh-kembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang dilandasi oleh
104
rasa tanggung jawab, kesukarelaan, nilai-nilai agama, dan nilainilai luhur budaya bangsa. Dalam rangka mewujudkan Keluarga yang sejahtera, PKK Kota Pekalongan memberikan bimbingan tentang pentingnya keluarga yang sejahtera dengan memperhatikan berbagai aspekaspek dalam pembentukannya. Keluarga yang sejahtera tidak muncul begitu saja tetapi harus ada upaya untuk mewujudkannya salah satunya yakni menjadikan rumah sebagai tempat tinggal yang menyenangkan, menjalin komunikasi yang baik antar anggota keluarga serta sering meluangkan waktu berkumpul bersama keluarga. Kebersamaan
yang
terjalin
menjadikan
suasana
rumahtangga yang hangat serta antar anggota bisa saling mengerti satu sama lain, keluarga bahagia dan sejahtera pun dapat terwujud. Materi-materi
yang
di
sampaikan
oleh
tutor
atau
pembimbing sifatnya permanen, tetapi tergantung dari pembimbing yang hadir dan peserta yang mengikuti bimbingan konseling pra nikah ini. karena jumlah pasangan calon pengantin tidak menentu, Jadi materi yang disampaikan pun kadangkala bersifat fleksibel tetapi tetap pada intinya yakni persiapan mental dan fisik untuk para calon pengantin. (wawancara ibu Kholifah PKK Kota Pekalongan)
105
Dalam Pelaksanaan bimbingan pra nikah, petugas BP4 lebih menitik beratkan pada penyampaian materi dan metodenya, hal ini di tekankan agar calon pengantin (peserta bimbingan) lebih mudah memahami dan menguasai dari apa yang di sampaikan, serta mampu mengamalkan di dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan angket yang di sebar oleh peneliti menunjukkan bahwa peserta bimbingan telah paham materi yang di sampaikan, hal ini di lihat dari 37 % menyatakan paham sekali dan 43 % menyatakan paham dan hanya 11 % yang menyatakan cukup paham. Ini menunjukkan bahwa materi yang di berikan oleh petugas BP4 sudah tepat dan sesuai dengan kebutuhan para calon pengantin. Sedangkan metode yang di gunakan oleh petugas BP4 berdasarkan angket yang di sebar oleh peneliti menunjukkan bahwa 33% menyatakan baik sekali, 37 % menyatakan baik, 27 % menyatakan cukup baik dan hanya 3 % menyatakan kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang di gunakan sudah tepat dan dapat di terima dengan baik. Sementara itu tingkat keaktifan peserta di simpulkan hanya biasa-biasa saja, hal ini di lihat dari 20 % menyatakan aktif sekali, 37 % menyatakan aktif dan 43 % menyatakan cukup aktif / kadang-kadang. Hal ini terjadi karena sebagian peserta lebih mementingkan kepentingan pribadi mereka masing-masing. Dan mereka lebih suka mencari pasangan hidupnya sendiri-sendiri, hal ini dapat di lihat dari hasil angket 87 % menyatakan ya (mencari pasangan hidup sendiri) dan 13 % menyatakan tidak (menerima dan pasrah untuk
106
di jodohkan). Melihat fenomena semacam ini penulis memberikan himbauan kepada para orang tua untuk hati-hati dengan puteraputerinya, kita boleh saja membiarkan putra-putri kita untuk bergaul dan memilih pasangan hidupnya dengan siapa saja tetapi sebagai orang tua, kita harus membantu dan mengarahkan sebisa mungkin kepada putera-puteri kita supaya tidak terjerumus dan terbawa 4. Metode Bimbingan Pra Nikah Metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah adalah metode ceramah dan tanya jawab, dalam metode ceramah ini disampaikan pengetahuan yang dapat di tangkap, dipahami atau dimengerti oleh akal pikiran dan perasaan calon pengantin (catin). Dalam pelaksanaanya, pembimbing ikut serta dalam menanamkan rasa kepercayaan atau keyakinan terhadap apa yang telah disampaikan. Sedangkan metode tanya jawab dimaksudkan agar apa yang disampaikan oleh pembimbing yaitu berisi materi-materi yang berkaitan dengan persiapan bagi calon pengantin lebih mengena, dengan membuka tanya jawab tentang materi yang disampaikan pembimbing ataupun tentang materi yang belum di pahaminya (wawancara ibu atik 02 November 2010). Dari semua uraian tentang proses pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa pelaksanaan bimbingan konseling pra nikah sudah berjalan
107
cukup baik, walaupun dari beberapa segi perlu peningkatan, akan tetapi semuanya bisa berjalan dengan baik. 5. Media Bimbingan Pra Nikah khusus calon pengantin Media yang digunakan dalam bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan adalah media lisan yakni suatu cara penyampaian oleh pembimbing melalui suara. Media ini bentuk realisasi berupa ceramah
oleh
para
pembimbing,
nasehat-nasehat
oleh
para
pembimbing bagi pasangan calon pengantin (catin). Berdasarkan penelitian, media yang digunakan sudah cukup efektif. tetapi peneliti melihat kekurangan pada proses konseling yang hanya mengandalkan kesadaran dari klien saja. 6. Analisa Peserta Bimbingan Pra Nikah Objek atau penerima bimbingan konseling pra nikah di BP4 Kota Pekalongan adalah calon pengantin (catin) yang berasal dari kec. pekalongan barat, kec. Pekalongan timur, kec. Pekalongan utara dan kec. Pekalongan selatan. Pada minggu pertama bulan oktober 2010, kegiatan bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan berjalan lancar, para calon pengantin pun mengikuti kegitan ini dengan antusias dan fokus ketika mendengarkan materi yang disampaikan oleh pembimbing/tutor, tetapi hanya dua tutor yang hadir pada saat itu. Sehingga pelaksaan selesai lebih awal. Pada minggu kedua bulan oktober 2010, kegiatan bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan dihadiri
108
oleh 25 pasang calon pengantin, kegiatan kali ini berjalan lancar, tidak seperti biasanya. semua pembicara/tutor menghadiri dalam bimbingan konseling pra nikah kali ini, suasana kantor BP4 yang berada di Kota Pekalongan timur menjadi penuh sesak oleh calon pengantin yang akan di beri bimbingan. kursi yang tersedia pun tidak cukup menampung para calon penagntin, sehingga ada sebagian yang terpaksa harus mengikuti bimbingan konseling pra nikah dengan berdiri. kegiatan ini tetap berjalan dengan baik serta antuasiasme dari para calon pengantin dalam mengikuti kegiatan ini menjadi hal yang patut mendapat penghargaan. Pada minggu ketiga bulan oktober 2010, kegiatan bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan diikuti oleh 30 pasang calon pengantin, keadaan lebih ramai dari minggu sebelumnya. Ada juga sebagian yang masih harus berdiri mengikuti kegiatan bimbingan konseling pra nikah bagi calon pengantin di BP4 Kota Pekalongan ini, tetapi banyak juga dari para calon pengantin yang justru kurang fokus dan tidak memperhatikan ketika pembicara/tutor penyampaikan materinya. Karena, kondisi saat itu yang juga kurang mendukung. Semua pembicara/tutor hadir dalam bimbingan konseling pra nikah kali ini (wawancara bu rusmini 19 Oktober 2010).
109
4.2 Analisis Dampak Bimbingan Pra Nikah Dalam Memantapkan Calon
Pengantin Mewujudkan Keluarga Sakinah di BP4 Kota Pekalongan Bimbingan konseling diselenggarakan dalam rangka mempersiapkan calon pengantin, baik dari segi phisik atau psikis. Sebagaimana dikatakan suhendi yakni untuk meningkatkan kesejahteraan dan kekuatan keluarga, maka diperlukan ilmu pengetahuan tentang berbagai aspek yang menyangkut kehidupan keluarga, baik interaksi pola antarindividu dalam keluarga maupun pola interaksi antarkeluarga dalam sistem sosial yang lebih besar. Dampak bimbingan pra nikah dalam memantapkan calon pengantin dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 Kota Pekalongan yakni adanya persiapan dari calon pengantin terutama segi fisik terkait dengan materi yang disampaikan, pasangan calon pengantin sebelum mengikuti bimbingan banyak hal yang tidak mereka ketahui tetapi berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan bahwa para calon pengantin mengaku bimbingan pra nikah ini sangat bermanfaat untuk mereka. Karena banyak pengetahuan yang sebelumnya mereka tidak ketahui setelah mengikuti bimbingan menjadi mengerti, serta mereka ingin senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas perkawinan serta mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, kekal menurut tuntunan Islam. Keberhasilan yang telah dicapai dari program ini adalah adanya kesadaran dari pasangan, akan hak dan tanggung jawab sebagai seorang suami dan istri. sehingga dalam kehidupan berumah tangga terbentuk sikap saling pengertian, serta saling menghargai. karena dari kebanyakan kasus perceraian yang terjadi sekarang ini, salah satunya
110
disebabkan oleh faktor kurangnya rasa pengertian antara suami istri dan komunikasi yang kurang lancar atau tidak adanya keterbukaaan antara pasangan suami istri. Kesadaran yang dimiliki oleh pasangan suami istri dalam memahami hak dan tanggung jawabnya menjadi tolok ukur keberhasilan program ini. Berdasarkan data peserta Bimbingan pra nikah khusus calon pengantin dengan persentase pekerjaan, umur serta pendidikan yang rata-rata hanya lulusan SD sebanyak 40% dan untuk lulusan S1 hanya 5%, tetapi hal ini memungkinkan untuk sebuah keluarga mewujudkan keluarga sakinah karena calon pengantin yang mengikuti proses bimbingan pra nikah di BP4 kota pekalongan ini telah mempunyai pekerjaan walaupun persentase terbesar yakni dari swasta sebanyak 75% dan PNS hanya 25%. Keluarga tidak datang begitu saja tetapi harus diperjuangkan untuk kehadirannya maka melalui bimbingan pra nikah inilah BP4 kota pekalongan ingin mewujudkan keluarga yang tentran dan damai kelurga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Namun apabila seseorang akan melakukan perceraian sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku maka harus melalui prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam pasal 39 sampai dengan pasal 41 dan peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 pasal 14 sampai dengan pasal 36. Dari ketentuan tersebut maka ada 2 macam perceraian yaitu : cerai talak dan cerai gugat. Menurut pasal 41 ayat 3 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Pengadilan dapat mewajibkan pada bekas suami untuk
111
memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri. Indonesia berada diperingkat tertinggi memiliki angka perceraian paling banyak dalam setiap tahunnya, dibandingkan negara Islam didunia lainnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Dirjen Bimas Islam Departemen Agama Nazaruddin Umar "Setiap tahun ada 2 juta perkawinan, tetapi yang memilukan perceraian bertambah menjadi dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya bercerai, dan umumnya mereka yang baru berumah tangga, "jelasnya. Nazaruddin mengatakan, Islam tegas menyatakan dalam Al-Quran bahwa perceraian itu adalah suatu perbuatan yang halal, tetapi paling dibenci Allah, namun perceraian itu menjadi fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia. "Pada tahun 2000-an hanya 30 persen perceraian talak, di mana suami menceraikan isteri, sedangkan tahun 2005 ada 68,5% perceraian melalui cerai gugat, di mana isteri menggugat cerai suaminya. Apabila angka perceraian di masyarakat terus mengalami peningkatan Karena itu, BP4 diminta dapat lebih mengoptimalkan tugasnya, mak pelaksanaan bimbingan pra nikah untuk calon pengantin juga harus senantiasa Faktor Penghambat Dan Pendukung Dalam Pelaksanaan Bimbingan 1. Faktor Pendukung a. BP4 sudah memiliki sarana dan prasarana yang telah mencukupi. b. Penyampaian materi yang di sesuaikan dengan kebutuhan calon pengantin sehingga membuat antusias yang sangat tinggi bagi para calon pengantin tersebut.
112
c. Terjalinnya kerja sama dengan instansi–instansi yang terkait dengan baik, sehingga akan memperlancar dan membantu BP4 itu sendiri. d. Adanya lembaga pendidikan nonformal yang banyak tersebar di kalangan
masyarakat,
ini
akan
membantu
dan
mendukung
terbentuknya mental agama masyarakat yang sehat. e. Peran serta dari tokoh–tokoh agama yang ada di masyarakat, yang secara tidak langsung telah membantu petugas BP4 dalam menyebarkan ajaran– ajaran Islam. 2. Faktor Penghambat a. Masih minimnya tenaga pembimbing yang ada di BP4 . b. Masih banyaknya para calon pengantin yang hanya tamatan SD– SMP, hal ini menjadi kendala bagi petugas BP4 dalam memberikan bimbingan. c. Banyaknya masyarakat yang enggan datang ke BP4 ketika mereka menghadapi persoalan keluarganya. d. Semakin melemahnya minat peserta, sehingga kedatangan peserta tidak tepat waktu dan semaunya sendiri. Melihat fenomena hambatan yang dihadapi maka penulis menyarankan agar : 1. Pola kerja BP 4 bisa lebih ditingkatkan lagi, dimana BP 4 yang masih aktif harus berbuat lebih aktif, selain itu BP 4 tidak boleh berhenti tugasnya setelah memberikan nasehat atau konsultasi saja, untuk itu
113
bisa dibentuk tenaga sukarelawan yang mempunyai kemampuan untuk membimbing. 2.
Pembinaan kepada calon pengantin harus dimulai sejak dini, kita tidak boleh mengandalkan waktu yang hanya 15 hari tersebut, sebab masa itu sangat pendek sekali. Pernikahan sebagai perbuatan hukum antara suami istri, bukan saja
bermakna untuk merealisasikan ibadah kepada-Nya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat hukum keperdataan diantara keduanya. Sebagaimana dikutip dari Rofiq namun demikian karena tujuan perkawinan yang begitu mulia, yaitu membina keluarga bahagia, kekal, abadi berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa maka perlu diatur hak dan kewajiban suami istri masingmasing. Apabila hak dan kewajiban suami dan istri terpenuhi, maka dambaan suami istri dalam bahtera rumah tangganya akan dapat terwujud, di dasari rasa cinta dan kasih sayang. BP4 sebagai badan atau lembaga yang bergerak dalam bidang penasehatan perkawinan telah banyak melakukan upaya-upaya yang dapat membantu dan merealisasikan tujuannya. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk kita ketahui bersama apa-apa saja yang telah dilakukan oleh BP4 secara nyata dalam mewujudkan tujuannya. Selain usaha BP4 ditegaskan dalam Anggaran Dasar Pasal 5 (mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Agama Islam untuk mencapai sebuah masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera materiil dan spiritual). Serta masih
114
banyak upaya-upaya lain yang dapat dan telah dilakukan oleh BP4 dalam merealisasikan tujuan tersebut yang dipandang bermanfaat bagi terciptanya keluarga sejahtera. BP4 sebagai badan semi resmi yang bergerak dalam bidang penasehatan perkawinan melakukan terobosan-terobosan baru yang dianggap mendukung segala kegiatan-kegiatannya, dalam hal ini Zubaidah Muchtar berpendapat bahwa : “Dalam mencapai tujuannya BP4 dituntut agar selalu meningkatkan pelayanan dalam masyarakat baik yang bersifat tidak langsung maupun yang langsung pada sasarannya, yaitu penasehatan yang diberikan pada pasangan yang akan segera menikah, pasangan yang berselisih pada pasangan yang akan bercerai. Kepada pasangan yang akan menikah diberikan nasehat agar mereka mempunyai kesiapan fisik, mental spiritual dan sosial sehingga mereka mampu dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan berkeluarga, sedangkan bagi pasangan suami isteri yang berselisih isi panasehatannya diarahkan agar mereka dapat hidup rukun kembali dan apabila ternyata mereka telah memperoleh penasehatan namun tetap tidak mau damai, jika terpaksa harus cerai hendaklah dilakukan dengan cara yang baik sesuai dengan peratuaran yang berlaku serta musyawarah di antara mereka . sehingga anak-anak tetap terpelihara dan tidak terlantar”. (Muchtar, 2004: 32)
Dengan melihat realita dan kenyataan yang terjadi di Kota Pekalongan sebagaimana yang penulis paparkan di bab III di sinilah pembinaan dan penasehatan perkawinan mutlak diperlukan karena pada prinsipnya agama sendiri menganjurkan perkawinan dan tidak menghendaki perceraian. Disamping itu di dalam masyarakat religius seperti masyarakat Kota Pekalongan, penasehatan perkawinan adalah cara yang paling tepat untuk mengantisipasi terjadinya kawin cerai serta agar terwujudnya keluarga sakinah..
115
Pada dasarnya BP4 Kota Pekalongan sudah cukup baik dalam merealisasikan peranan dan fungsinya sebagai bukti dengan banyaknya jumlah keluarga yang berhasil dinasehati dan tidak jadi bercerai, meskipun tidak begitu maksimal seperti yang diharapkan. Adapun konstribusi yang diberikan oleh BP4 di wilayah Kota Pekalongan adalah mengadakan pembinaan dan penasehatan kepada setiap keluarga yang membutuhkan penasehatan perkawinan, juga mencari jalan keluar terhadap segala masalah yang dihadapi. Adapun bentuk dari usaha yang telah dilakukan oleh BP4 Kota Pekalongan adalah sama dengan semua BP4 disetiap tingkatan, hanya perbedaannya adalah terletak pada operasionalnya dan juga sasarannya, yaitu hanya lebih difokuskan pada masyarakat yang berada di wilayah tersebut. Berikut ini antara lain usaha-usaha yang telah dilakukan BP4 Kota Pekalongan dalam rangka melaksanakan tujuan-tujuannya: 1.
Memberikan penasehatan kepada pasangan suami istri yang sedang mengalami krisis dalam perkawinan.
2.
Memberikan penataran pra nikah bagi calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.
3.
Dan membuka konsultasi tentang hukum, agama dan keluarga. Pada prinsipnya upaya yang telah dilakukan oleh BP4 Kota
Pekalongan sebagaimana yang telah disebutkan di atas adalah tak lain bertujuan untuk membendung derasnya arus globalisasi yang berat tantangan dan rintangannya yang dimungkinkan akan dapat mengancam keutuhan
116
sebuah rumah tangga. Akan tetapi penulis tidak cenderung dan mengatakan bahwa era globalisasi akan senantiasa berdampak negatif, namun tentunya ada juga dampak positifnya yang diantaranya dapat memperkaya khasanah budaya kita dan kita dituntut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang pasti memerlukan sumberdaya manusia yang unggul, handal dan hal itu dapat diperoleh serta diwujudkan dari keluarga yang mempunyai ketahanan yang baik. Berdasarkan
rumusan
pengertian
bimbingan
dan
konseling
pernikahan dan keluarga Islami, menurut Musnamar dapat diketahui bahwa tujuan bimbingan dan konseling Islam untuk calon pengantin ini adalah untuk membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan pernikahan antara lain dengan jalan: 1.
Membantu individu memahami hakikat pernikahan menurut Islam
2.
Membantu individu memahami tujuan pernikahan Islami
3.
Membantu individu memahami persyaratan-persyartan pernikahan menurut Islam
4.
Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan pernikahan
5.
Membantu individu melaksanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan (syariat) Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kehadiran BP4 Kota
Pekalongan yang bergerak dalam bidang penasehatan perkawinan dan keluarga mempunyai peranan dan andil yang cukup besar dalam kehidupan
117
berumah tangga dan berbagai upayanya BP4 Kota Pekalongan mencoba dan berusaha memantapkan pengabdiannya dalam melayani masyarakat, dalam hal mempersiapkan calon pengantin sehingga akan tercipta keluarga yang sakinah. Ketahanan keluarga yang mantap adalah merupakan penopang utama terciptanya ketahanan nasional yang tangguh, sedangkan ketahanan keluarga yang kokoh merupakan landasan yang kuat bagi tetap terpeliharanya kesatuan dan persatuan nasional. Demikian uraian tentang upaya-upaya yang dilakukan BP4 secara umum dalam merealisasikan tujuan-tujuannya yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas perkawinan serta mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, kekal menurut tuntunan Islam. Dan nampaknya upaya-upaya yang telah dilakukan oleh BP4 tersebut telah membuahkan hasil yang cukup baik dan signifikan, dengan upaya-upaya tersebut BP4 telah memberikan kontribusi yang besar kepada masyarakat dalam bidang perkawinan.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas pelaksanaan bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan dan dampak pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam
memantapkan calon pengantin
mewujudkan keluarga sakinah di BP4 kota pekalongan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: a. Efektifitas Pelaksanaan bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 kota
pekalongan dalam mewujudkan keluarga sakinah, merupakan langkah awal untuk mempersiapkan pasangan calon pengantin dalam mengarungi kehidupan
barunya
yakni
kehidupan
berumah
tangga.
Dengan
penyampaian materi-materi yang berkenaan dengan persiapan calon pengantin sebagai suami istri baik secara fisik maupun psikis, diantaranya penyampaian materi tentang kesehatan reproduksi dan masalah yang berkaitan dengan kehidupan berumah tangga lainnya. Serta dengan menggunakan metode ceramah memungkinkan peserta melakukan Tanya jawab dengan pembimbing atau tutor dan di dukung juga dengan alat peraga sebagai media dalam penyampaian materi bimbingan konseling pra nikah bagi calon pengantin. Bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota Pekalongan dalam pelaksanaanya sudah cukup efektif, terbukti dari banyak peserta
118
119
yang mengaku bahwa bimbingan pra nikah ini penting bagi mereka, pengetahuan baru mereka dapatkan dari proses bimbingan pra nikah ini. Hal ini sangat bermanfaat dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Dalam bimbingan pra nikah ini apa yang disampaikan belumlah sempurna, maka calon pengantin sebagai peserta telah siap untuk menggali informasi lebih lanjut tentang materi-materi yang disampaikan. Sehingga nantinya dalam kehidupan rumah tangga dapat terwujud ketenangan dan ketentraman. Bimbingan pra nikah khusus calon pengantin ini juga memberikan kesadaran kepada calon pengantin tentang arti pentingnya tanggung jawab, serta hak dan kewajiban masing-masing pasangan. b. Dampak bimbingan pra nikah dalam memantapkan calon pengantin dalam
mewujudkan keluarga sakinah di BP4 kota pekalongan yakni adanya persiapan dari calon pengantin terutama segi fisik terkait dengan materi yang disampaikan, pasangan calon pengantin sebelum mengikuti bimbingan banyak hal yang tidak mereka ketahui. Tetapi berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan bahwa para calon pengantin mengaku bimbingan konseling pra nikah ini sangat bermanfaat untuk mereka. Karena banyak pengetahuan yang sebelumnya mereka tidak ketahui setelah mengikuti bimbingan menjadi mengerti, serta mereka ingin senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas perkawinan serta mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera, kekal menurut tuntunan Islam. Keberhasilan yang telah dicapai dari program ini adalah adanya kesadaran dari pasangan, akan hak dan tanggung jawab
120
sebagai seorang suami dan istri. sehingga dalam kehidupan berumah tangga terbentuk sikap saling pengertian, serta saling menghargai. karena dari kebanyakan kasus perceraian yang terjadi sekarang ini, salah satunya disebabkan oleh faktor kurangnya rasa pengertian antara suami istri dan komunikasi yang kurang lancar atau tidak adanya keterbukaaan antara pasangan suami istri. Dengan adanya program bimbingan pra nikah inilah pemerintah daerah, khususnya kota pekalongan ingin menekan angka perceraian yang telah banyak terjadi baik di kota pekalongan sendiri atau di kota-kota lainnya. Kesadaran yang dimiliki oleh pasangan suami istri dalam memahami hak dan tanggung jawabnya menjadi tolok ukur keberhasilan program ini. 5.2. Saran-saran Setelah pembahasan tema skripsi ini, sesuai harapan penulis agar pikiran-pikiran dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, maka penulis akan menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada lembaga-lembaga atau institusi-institusi dan organisasi-organisasi khususnya kepada Kemenag dalam hal ini BP4 kota pekalongan hendaknya: a. BP4 sebagai lembaga konsultasi yang menangani masalah perkawinan, harus lebih giat lagi dalam menjalankan tugasnya dan perlu ditingkatkan sumber daya manusia yang bekerja didalamnya, karena pelaksanaan bimbingan konseling pra nikah untuk calon pengantin harus terus di laksanakan untuk mempersiapkan calon pengantindalam
121
mengarungi kehidupan barunya yakni kehidupan rumah tangga. Agar kedepannya para calon pengantin lebih siap dalam menghadapi babak baru dalam hidupnya. b. Kemenag kota pekalongan dalam hal ini BP4 perlu menjalin kerja sama yang lebih harmonis dan lebih baik lagi dengan tokoh-tokoh masyarakat terutama tokoh-tokoh ulama dan para kyai dalam melaksanakan
pembinaan
keagamaan.
semakin
meningkatkan
kerjasama 2. Kepada masyarakat Kota Pekalongan hendaknya bukan hanya merespon secara positif langkah-langkah dan upaya yang dilakuan oleh BP4, dengan mengadakan pendekatan-pendekatan baik yang bersifat individual maupun komunal, karena hal ini merupakan tanggung jawap seluruh komponen masyarakat diwilayah Kota pekalongan. Tindakan riil yang dilakukan masyarakat pekalongan baik secara individual maupun kolektif akan bisa memperlancar proses pelaksanaan bimbingan konseling pra nikah dlam mempersiapkan diri menuju rumah tangga yang sakinah mawadah wa rahmah. 5.3. Penutup Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT. Atas rahmat taufiq dan hidayah Allah SWT., penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini tanpa memenuhi hambatan yang berarti. Penulis penyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan penulis menerima saran-saran penyempurnaan atau kritik yang bersifat konstruktif
122
yang senantiasa penulis harapkan dari beberapa pihak demi untuk perbaikan. Dan akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat ridho Allah SWT. Sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang berbudiman pada umumnya Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abud, Abdul Ghani, Keluarga Muslim Dan Berbagai Masalahnya (Bandung: PUSTAKA, 1987) Ali kuhaili, Majdi Fathi, Fatwa-Fatwa Pernikahan Dan Hubungan Suami Istri (Jakarta: Kalam Pustaka, 2006) Ali, yusril, Tasawuf Sebagai Terapi Penderita Manusia (Jakarta: Serambi, 2002) Al-Jauhari, Mahmud Muhammad dan hakim khayal,Muhammad abdul, Membangun Keluarga Qur’ani (panduan untuk wanita muslmah) (Jakarta: AMZAH, 2005) Arikunto, Suharsimi, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; PT. Rineka cipta, 2002) At-Thahir, Fathi Muhammad, Petunjuk Mencapai Pernikahan, (Jakarta: AMZAH, 2008)
Kebahagiaan
Dalam
Az-Zahrani, Musfir bin Said, Konseling Teraphy (Jakarta: GEMA INSANI, 2005) Chaplin, C.P penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1991) Danuri, Pertambahan Penduduk Dan Kehidupan Keluarga (Yogyakarta : LPPK IKIP, 1976) Depag RI, Alquran dan Terjemahan ( Jakarta: yayasan penterjemah dan pentafsir al-Quran, 1971) Ghozali, Abdul Rahman, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Utama Group, 2008) Goode J. William, Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Bumi Aksara,cet. 1,1991) Hasan , Ali, Pedoman Hidup Berumah Tangga, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) Hasan, Aliah B. Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami (Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia Dari Prakelahiran Hingga Pascakematian) (Jakarta: PT RAJA GRAFINDO PERSADA, 2006) Kartono Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandiri maju, 1990)
1
2
Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2006) Marzuki, Metode Riset, (Yogyakata: BFE-UII, 1995) Mochamad, Bugi, Keluraga Sakinah Dalam Masalah (http://www. Berita terpopuler. Com/articles/baitul muslim, diakses 17 februari 2007). Moeleong J. Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT Remaja Rosda Karya, 2005) Mubarok, Achmad, Psikologi Keluarga Dari Keluarga Sakinah Sampai Keluarga Besar (Jakarta : Bina Rena Pariwara, 2005) Musnamar, Thohari, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UUI Press, 1992) Partini, Siti, Pertambahan Penduduk Dan Kehidupan Keluarga, (Yogyakarta : LPPK IKIP, 1977) Pujosuwarno, Sayekti, Bimbingan Dan Konseling Keluarga (Yogyakarta :Menara mas Offset, 1994) Rahim Faqih, Aunur, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogjakrta: UII Press,2004) Rasyid, Ibnu M., Mahligai Perkawinan (Batang Pekalongan: CV.Bahagia, 1989) Rofiq, Arif Ainur, Sistematika Psikologi Perkembangan (Surabaya: ARLOKA, 2005) S. Nasution, Metode Research, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 1996) Saeful, Asep Muhtadi, metode Penelitian Dakwah, (Bandung: Pusaka, 2003) Salman Ismah, Keluarga Sakinah Dalam Aisyiyah: Diskursus Jender di Organisasi Perempuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pusat Studi Agama Dan Peradapan (PSAP) Muhammadiyah. Cet 5, 2005) Sayuti Farid, Imam, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah, (Surabaya: IAIN Press, 1992) Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Islami (Jakarta: Lentera, 2006) Sholeh, Moh.,Musbikin, Imam, Agama Sebagai Teraphy (Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik) (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2005) Subagyo, Suprayogi, Sunarto Dkk.,Pendidikan Kewarganegaraaan (Semarang: UPT UNNES Press, 2006)
1
3
Suhendi hendi,dan Wahyu Ramdani, Pengantar Studi Sosiologi,( Bandung: CV Pustaka Setia, 2001) Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia (antara fiqh munakahat dan undang-undang perkawinan) (Jakarta: Prenada Media Group, 2006) Syubandono, Ahmad Hamdany, Pokok-Pokok Pengertian Penasehatan Perkawinan “Marriage Counseling”, 1981
Dan
Metode
Umar, Nasaruddin Dkk, Pemahaman Islam dan Tantangan Keadilan Gender, (Yogjakarta: Gama media, cet, II, 2002) Walgito Bimo, Bimbingan Dan Konseling Perkawinan, (yogyakarta: Andi Offse 2004) Washfi, Muhammad, Mencapai Keluarga Barokah (Yogyakarta: MITRA PUSTAKA, 2005)
1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Evin Fatmawati
Tempat/Tanggal Lahir
: Tegal, 10 Desember 1988
Alamat Rumah
: Karang anyar RT 02 RW VI Kec.Bumijawa Kab. Tegal
Agama
: Islam
Pendidikan formal: -
SD N III Bumijawa Tegal
Lulus: 1998
-
SLTP N 1 Bumijawa Tegal
Lulus: 2003
-
SMU N Bojong Tegal
Lulus: 2006
-
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Lulus: 2010
Pendidikan non formal: -
Madrasah Diniyah Awaliyah Mubtadi’in
Lulus: 1991
-
Madrasah Diniyah Wustho Mubtadi’in
Lulus: 1997
-
Kursus Komputer Multicomp Tegal
Lulus: 2004
-
Kursus Komputer El-Rahma Semarang
Lulus: 2008
Pengalaman organisasi: -
Ketua HMJ BPI Fakultas Dakwah 2009
-
DPO Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) IAIN Walisongo Semarang
-
PMII Komisariat Walisongo Semarang
INSTRUMEN PENELITIAN EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN
A. Pedoman Observasi Dalam melaksanakan observasi atau pengamatan, penulis mengamati baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap Pelaksanaan Bimbingan Pra Nikah Di BP4 Kota Pekalongan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang valid dan lengkap sehingga keabsahannya dapat dipertanggung jawabkan. Adapun pelaksanaan obsevasi sebagai berikut : 1. Mengamati letak geografis dan kondisi umum BP4 Kota Pekalongan 2. Mengamati ruang bimbingan yang digunakan dalam proses pelaksanaan bimbingan konseling pra nikah di BP4 kota pekalongan 3. Mengamati sarana dan prasarana yang tersedia dan pemanfaatanya dalam proses pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 kota pekalongan 4. Mengamati media yang digunakan dalam proses pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 kota pekalongan 5. Mengamati interaksi-edukatif antara pembimbing dan peserta bimbingan dalam proses pelaksanaan bimbingan pra nikah di BP4 kota pekalongan B. Pedoman Wawancara. Dalam melaksanakan wawancara penulis menggunakan pertanyaanpertanyaan yang telah disusun secara terarah dan sistematis sebagai upaya memperoleh informasi dan data yang obyektif. Penulis melakukan wawancara kepada Pimpinan BP4 Kota Pekalongan, Pembimbing, Staff dan peserta bimbingan tentang permasalahan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan bimbingan pra nikah calon pengantin dalam mewujudkan keluarga sakinah di BP4 kota pekalongan. Adapun Pertanyaan-pertanyaan yang penulis ajukan dalam wawancara sebagai berikut: A. Badan/Petugas bimbingan pra nikah: 1. Apakah tujuan di adakannya bimbingan pra nikah ini? 2. Apakah kegiatan ini wajib di ikuti para calon pengantin (catin)?
3. Dimanakah kegiatan ini di laksanakan? 4. Kapan pelaksanaan bimbingan pra nikah? 5. Berasal dari mana sajakah calon pengantin yang mengikuti kegiatan ini? 6. Adakah dampak/hasil yang nyata dari kegiatan bimbingan pra nikah di BP4 kota pekalongan ini? 7. Materi apa sajakah yang di sampaikan dalam proses bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 kota pekalongan? 8. Berasal dari manakah Tutor/petugas bimbingan pra nikah? 9. Metode apakah yang digunakan dalam penyampain materi bimbingan pra nikah? 10. Efektifkah bimbingan pra nikah ini dilakukan? 11. Apasaja hambatan dan kendala dari bimbingan pra nikah ini? 12. Apa solusi hambatan dan kendala dalam bimbingan pra nikah? 13. Apakah bimbingan ini bisa menekan angka perceraian? 14. Berapa kira-kira angka perceraian di Kota pekalongan? 15. Apakah ada tindak lanjut dalam pelaksanaan bimbingan ini? B. Calon pengantin (catin) sebagai peserta bimbingan pra nikah di BP4 Kota Pekalongan : 1. Apakah anda mengerti tujuan di adakannya bimbingan pra nikah calon pengantin di BP4 kota pekalongan ini? 2. Adakah ilmu baru yang anda dapatkan setelah mengikuti bimbingan pra nikah ini? 3. Apakah anda telah siap berumah tangga? 4. Bagaimana sikap anda jika nanti ketika sudah berumah tangga anda menghadapi masalah? 5. Persiapan seperti apa yang telah di lakukan untuk memasuki kehidupan baru anda? 6. Dimana anda mengadu seandainya terjadi permasalahan dalam rumah tangga?
7. Apakah anda berfikir akan bercerai dengan pasangan setelah menikah jika sudah tidak solusi untuk mendamaikan? C. edoman Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa dokumenter. Bentuk data tersebut dapat berupa; surat-surat, buku harian, naskah, atau dokument lainya. Dalam prosedur pengumpulan data ini memanfaatkan tiga tahap: 1. Tahap orientasi atau penjajagan yang bersifat menyeluruh. Pada tahap ini diperoleh informasi secara umum mengenai seting-seting penelitian yang ditentukan peneliti mengenai keadaan lokasi penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menggali informasi umum mengenai masalah penelitian. 2. Tahap pencarian data secara terfokus pada permasalahan penelitian. Pada tahap ini diperoleh sejumlah informasi secara lebih rinci sesuai dengan fokus yang ditetapkan peneliti. 3. Tahap pengecekan keabsahan data dan mengkonfirmasi hasil temuan dari penelitian di lapangan dengan subyek yang berhasil diwawancarai. D. Dokumen-dokumen yang dibutuhkan: 1. Sejarah dan letak geografis BP4 Kota Pekalongan 2. Struktur Organisasi Kementerian Agama Kota Pekalongan 3. Keadaan pembimbingn dan peserta bimbingan 4. Materi bimbingan konseling pra nikah
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PESERTA BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN TGL 19 OKTOBER 2010 No. Nama 1. Herlambang dwi anggara Ikey istizara 2. Mutaqim Khusnul khotimah 3. Yuli dwiyanto Churun’in 4. Kirno Usmiati 5. Ahmad subehan Lilik lubena 6. Muhammad ismail Maemunah 7. Muclisin Apriliana 8. Rudi sutrisno Suwandiyah 9. Hamam failasup Shofiah 10. Budi siswoyo Khikmah widiastuti 11. Amat taufik Slamet priyati 12. Afrizal deny S.F Lina setiani
Umur 25 25 22 20 33 25 27 21 26 27 27 26 29 23 22 26 25 21 28 28 33 30 27 25
Pekerjaan PNS PNS Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta PNS Swasta Swasta Swasta Perawat Perawat
Pendidikan D3 S1 SD Mts SMA SMA SMA SD SMP SMP SD SMP SD SMK SMP SD SD SD S1 D3 SMA SMA S1 D3
Alamat Tanjung tirto Tirto Bumirejo Jenggot Kramatsari Poncol bougenvile Duwet Soko Setono Sugih waras Krapyak lor Bendan Tirto Tirto Boyolali Noyontaan Wonoyoso Medono Delegtukang Kergon Panjang baru Sapuro Podosugih Medono
DAFTAR PESERTA BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN TGL 26 OKTOBER 2010 No. Nama 1. Muhammad afiyanto Yenny kusumawati 2. A. Mustofa Lestari larasati 3. Slamet Sutarmi 4. Murtadlo Khusnul khotimah
Umur 27 23 23 18 30 38 34 27
Pekerjaan PNS PNS Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
Pendidikan D3 S1 SD Mts SMA SMA SMA SD
Alamat Tanjung tirto Tirto Bumirejo Jenggot Kramatsari Poncol bougenvile Duwet Soko
5. 6. 7. 8. 9.
Zamroni Rizki amalia Alfatah Qomariyah M. Miftah Ittaqillah Surono Dina riani Murtadho makmur Yuniarti
30 22 27 19 33 24 32 28 34 23
Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
SMP SMP SD SMP SD SMK SMP SD SD SD
Setono Sugih waras Krapyak lor Bendan Tirto Tirto Boyolali Noyontaan Wonoyoso Medono
DAFTAR PESERTA BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN TGL 2 NOPEMBER 2010 No. Nama 1. Eko lestari Solechan 2. Warwai Nur khasanah 3. Agus triyanto Deny arisman 4. Dwi ari firmansyah Susilowati 5. Fahrul rozi Muniroh 6. supriyadi Duriyah 7. Abdul malik Sulis setiyo rini 8. Khamidin Eni kurniasih 9. Wahid umar Dumilah 10. m.izul fachir Nur khamidah 11. Gading prastyo Fadjriatin nadjah 12. Lukman bahrul muminin Sri pujiati 13. tri mulyo tirtoyogo Khotimah 14. Budi wibowo Kiky ade stevanie 15. Burhanudin
Umur 30 37 40 23 29 22 19 19 28 26 26 22 26 20 24 22 31 26 25 26 23 23 25 19 28 25 30 28 28
Pekerjaan Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
Pendidikan SD SD SD SMP SMP SMA SD SD SD SMA SD SMA SMP SMP SD SMP SMP SD SMK SMK SMA S1 SMP SMP SMK SMP SMP SMP SMA
Alamat Panjang wetan Poncol Curuk tirto Bageng Poncol Poncol Tegalrejo Tegalrejo Medono Kraton lor Poncol Kuripan lor Dadirejo Tirto batang Bendan tirto Duwet Duwet Pasirsari Pasirsari Medono Kauman Baros Sokorejo Bendan Kraton kidul Kepatihan Kandang panjang Krapyak lor Setono
16. 17. 18.
Rofi’ah Impron setiawan Mufad techan Muhamad nasir Umi salamah Teguh purnama Dwi putri abiyanti
21 29 26 33 26 26 21
Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
SMP SD SMP SMA SMA SMA SMA
Jenggot Kergon Batang Sokorejo Pasirsari Pasinden
DAFTAR PESERTA BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN TGL 9 NOPEMBER 2010 No. Nama 1. Moh. Ali dzikron Khofifah 2. Sumedi Istiana 3. Yoko mujiono Diah nur hanifah 4. Nur yasin Nur halimah 5. Amat taufik Khusnul khotimah 6. Ahmad kholil Kunaeroh 7. Kusmanto Dian aristyanti 8. Muslimin Poli ampere indriana 9. Eko setiyo Ajeng sumiati 10. Boy iclary oktorio, S.H Ratih indriani, Skm 11. Surono Nasihatun 12. Ahmad rubai Fadilah 13. Tasromin Mundiroh 14. Supriyono Nida’ul maslahah 15. Saifudin Zuhrotunisah 16. Abdus salam Zubaidah sulaiman nahdi
Umur 33 29 23 33 24 21 22 25 26 22 25 22 27 25 30 31 26 25 25 25 34 26 21 24 22 19 27 19 26 24 28 33
Pekerjaan Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta PNS PNS Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta POLRI Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta swasta
Pendidikan S1 SMP SMP SD SMK SMP SMP SMA SMA SMA SMP SMA SD SMA SMK D2 SMA SMK S1 S1 SD SMA SD SD SD SD SMP SMP Mts MI SMP SMA
Alamat Kuripan kidul Banyurip ageng Serang Sokorejo Bandengan Kratonkidul Paninggaran Karang malang Landungsari Kedung panjang Wonopringgo Baros Dekoro Baros Bener wiradesa Tegalrejo Kendal Kedung panjang Rembang Sepuro Tirto Setono Tirto Tegalrejo Gamer Gamer Semarang Sokorejo Bageng Bageng Pemalang Klego
17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Taufik arochman Indah mardiana Sudi Zubaidah Dhikroni Mifrotun Ari eko prasetyo Anita wardani M. chairul Rondiyah Nur sapnan Karimah Machmudin Popi hapsari
21 23 31 29 25 20 30 27 20 23 25 21 26 26
Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta swasta Swasta
SD SMP SD SMA SMP SD S1 SMP SD SMK SLTP SMK SMP SD
Poncola asparagus Poncol Kebumen Landing sari Wonopringgo Kergon Doro Sapuro Bendan Keputran Batang Keputran Kuripan lor Kergon
DAFTAR PESERTA BIMBINGAN PRA NIKAH DI BP4 KOTA PEKALONGAN TGL 16 NOPEMBER 2010 No. Nama 1. Imam Faizin Diyah Yuliantini 2. Dian Catur Budi Wibowo Rotiatul Andawiah 3. Jumadi Anih Sutriami 4. Hartono Rizqi Triandini 5. Mohamad Zuhudi Yumaida 6. Johan Andriyanto Eri Erviana 7. Nor hadi Lilhayati 8. M.Syarifudin syuhri Rishiyah 9. Andi Purwanto Vivi Yulistina Nurba 10. Dewanto Nur afifah 11. Eko hadiyanto Deisyi Arbiyah,A.MD. 12. Nurul Khamdan Siti Maesaroh 13. Wahyu widayanti
Umur 22 23 26 25 29 20 33 27 25 22 27 19 22 20 28 25 28 28 38 32 26 24 28 23 29
Pekerjaan Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta PNS PNS
Pendidikan SD SD SD SMP SMP SMA SD SD SD SMA SD SMA SMP SMP SD SMP SMP SD SMK SMK SMA D3 SMP SMP SMK
Alamat Ambakembang Medono Tirto Kebulen Batang Duwet Wonopringgo Noyontaan Sepacar tirto Kradenan Yosorejo Yosorejo Pabean Pasirsari Simbangkulon Kertoharjo Medono Kradenan Wonongasem Bageng alit Denasi batang Kandang panjang Kr. anyar batang Kuripan lor Kesesi
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Anik suryani Sofan amin maizun Asti yuliyati Abdul bashor Uswatun khasanah Sutaji Afiatul khikmah Syuhri ghozali Eni Ali mukhtarom Nur sehati Khilodin Indriyanti Amal faza Khusnul khotimah Wijanarko Yulaekha Laode abu khubais Dewi aminah Sigit budianto Fitriya yulianti
29 28 22 26 25 24 26 23 21 30 32 25 27 23 20 23 20 23 25 31 27
Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta PNS Swasta
SMP SMP SMP SMA S1 SD SMA MA SMP SMP SD SMA D2 SD SMA SD SD SD SMA S1 S1
Kuripan lor Kuripan lor Kuripan lor Duwet Yosorejo Bageng Kradenan Sokorejo Sokorejo Setono Kuripan lor Baros Pringlangu Tegalrejo Duwet Tegalrejo Tegalrejo Karang dadap Kradenan Semarang Kandang panjang