Tatap muka ke 2 – 3 POKOK BAHASAN
:
FAKTOR-FAKTOR DALAM PENGGEMUKAN SAPI POTONG Tujuan Instruksional Umum :
Mengetahui faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penggemukan sapi
potong
dan
cara
memanipulasi
faktor-faktor
tersebut
untuk
peningkatan produktivitas ternak potong. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam penggemukan sapi potong baik faktor internal maupun eksternal. Mengetahui cara pemilihan lokasi dan pemilihan bakalan untuk usaha penggemukan ternak potong (sapi). Uraian Materi Produktivitas
ternak
adalah
kemampuan
dari
seekor
ternak
dalam
menghasilkan suatu produk, dalam hal ini ternak potong menghasilkan produk berupa daging, anak, maupun produk yang lain. Pada penggemukan sapi potong, peningkatan produksi baik secara kualitas maupun kuantitas dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pangan hewani masyarakat yang semakin meningkat dalam upaya meningkatkan kualitas pangan dan perbaikan gisi masyarakat. Pada dasarnya produk utama dari ternak potong adalah berupa daging, disamping hasil ikutannya yaitu kulit, tulang dan kotoran yang masih dimanfaatkan. Kemampuan seekor ternak untuk menghasilkan produksi yang optimal dapat dilihat dari dua aspek, yaitu : A. Produksi Ternak Ditinjau dari Aspek Kualitas
24
Dalam menentukan produktivitas ternak potong secara kualitas terdapat tiga faktor yang perlu mendapat perhatian, adalah : a. Produksi daging dari ternak potong untuk setiap ekor atau unitnya
banyak
ditentukan komposisi daging dari daging-dagingnya. Ternak potong yang baik haruslah memiliki komposisi atau persentase yang tinggi.
Hal ini berarti
bahwa persentasi berat karkas dan nisbah antara daging dengan tulang (Meat Bone Ratio) harus tinggi. Menurut hasil penelitian persentase daging adalah 75% dari karkas. Karkas merupakan hasil pemotongan ternak setelah dikurangi dengan : - kaki, mulai dari tarsus/metatarsus; carpus/metacarpus. - Organ dalam, kecuali ginjal. - Kepala, kulit, ekor dan darah, kecuali pada ternak babi kulit termasuk karkas. Berat karkas yang dihasilkan dari ternak banyak dipengaruhi antara lain oleh : 1. Jenis Ternak Pada berat hidup yang sama, maka berat karkas dari ternak babi akan lebih tinggi dibandingkan dengan berat karkas ternak sapi, sedangkan persentase berat karkas dari ternak sapi akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan ternak kambing. 2. Jenis Kelamin Pada umur dan berat hidup yang sama, karkas ternak betina mempunyai berat yang lebih besar daripada ternbak jantan, karena pada ternak betina jaringan lemaknya tumbuh lebih cepat. 3. Berat Hidup Semakin tinggi berat hidupnya (gemuk), maka akan didapat berat karkas yang lebih tinggi pula.
25
b. Produksi daging dari ternak potong untuk setiap ekor atau setiap unitnya ditentukan oleh berat hidupnya. Pengertian secara umum apabila semakin tinggi berat hidupnya, maka akan besar pula produksi dagingnya. c. Produksi daging yang optimal dari seekor ternak atau setiap unit ternak sebaiknya agar dapat dicapai dalam periode waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, bibit/bakalan ternak potong yang dipelihara haruslah mempunyai potensi genetik baik sehingga memiliki laju pertumbuhan yang cepat pula. Indikator yang pada umumnya digunakan untuk mengetahui dan mengukur adanya laju pertumbuhan dari ternak potong, antara lain : 1. Pertambahan berat badan (Gain) Seekor ternak dapat dikatakan mengalami pertumbuhan apabila terjadi suatu kenaikan dari berat badannya. Hal ini dapat diketahui andaikata dilakukan penimbangan berat badan dalam periode tertentu. Penambahan berat badan tersebut dikenal dengan istilah Gain, sedangkan apabila kenaikan berat badan diukur untuk setiap hari maka disebut dengan istilah Average Daily Gain ( ADG = Pertambahan berat badan harian). 2. Persentase Growth Rate. Presentase growth rate merupakan indikasi untuk kemampuan tumbuh dari seekor ternak, dan dapat diartikan sebagai perbandingan antara gain dengan berat hidup ternak itu sendiri yang dinyatakan dalam persen. 3. Feed Conversion Ratio ( FCR ) Feed Conversion Ratio merupakan pengertian sebagai banyaknya (jumlah) makanan yang dihabiskan oleh seekor ternak (Feed Intake) untuk membentuk satu unit hasil/produksi, yaitu untuk ternak potong berupa daging. Dengan kata lain, FCR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara Intake dengan Gain. 4. Kecepatan Pertumbuhan Relatif 26
Kecepatan pertumbuhan relatif merupakan kecepatan pertumbuhan dari komponen syaraf, tulang, musculus, dan lemak. B. Produktivitas ternak yang ditinjau dari aspek kuantitas. Produktivitas yang ditinjau dari aspek kuantitas dapat diartikan sebagai produktivitas ternak yang ditunjukkan dengan adanya perkembangan populasi. Perkembangan populasi ternak dalam suatu usaha peternakan banyak ditentukan oleh kemampuan peternak dalam melaksanakan dan mengetrapkan manajemen reproduksi dan breeding, sehingga mutu genetik ternak sangat perlu diperhatikan. Dengan demikian penguasaan dan pemahaman terhadap sifat-sifat dasar dari reproduksi dan breeding sangat diperlukan dalam rangka pelaksanaan manajemen reproduksi dan breeding tersebut. Parameter reproduksi yang diperlukan sebagai dasar dalam pelaksanaan manajemen reproduksi dan breeding, adalah : 1. Dewasa kelamin (Pubertas), yang mempunyai pengertian bahwa saat pertama kali seekor ternak telah menunjukkan adanya tanda-tanda mulai berfungsinya organ kelamin primer yaitu telah diproduksinya sperma bagi ternak jantan dan ovum bagi ternak betina. 2. Service Per Conseption (S/C), yaitu yang mempunyai arti banyaknya suatu perkawinan
yang
dilakukan
sampai
dengan
diperoleh
(terjadi)
suatu
kebuntingan. 3. Masa bunting (Gestation Periode), yaitu masa yang dimulai sejak terjadinya conseption sampai dengan anak yang ada didalam kandungan dilahirkan (Partus). 4. Service Periode, yaitu jarak waktu dari saat kelahiran sampai dengan terjadinya kebuntingan kembali. 5. Interval kelahiran, yaitu merupakan jarak waktu antara kelahiran sampai dengan kelahiran berikutnya. 27
6. Fertilitas, yang dinyatakan sebagai persentase induk yang mengalami kebuntingan. 7. Animal Crop, yaitu jumlah anak yang dilahirkan dan diukur dalam periode waktu tertentu. 8. Mortalitas, yaitu tingkat kematian yang terjadi, baik pada waktu sebelum dan maupun sesudah disapih. Pada umumnya produktivitas ternak potong yang ditinjau dari aspek kuantitas dihitung berdasarkan pada Animal Crop. Berdasarkan Animal Crop yang diukur dalam periode waktu tertentu dipengaruhi oleh : 1. Besarnya jumlah anak yang dilahirkan oleh induk dan tingkat kematian baik sebelum maupun sesudah disapih. Faktor ini biasanya banyak ditentukan oleh mutu genetik dari kedua tetuanya (pejantan dan induknya). 2. Frekuensi atau banyak kelahiran yang terjadi dalam periode wartu yang telah ditentukan tersebut. Faktor ini banyak ditentukan oleh panjang atau pendeknya interval kelahiran dengan titik berat pada service per conseption (S/C) dan service periode. Hal ini dapat dipahami oleh karena apabila Service per Conseption besar dan berarti akan semakin panjang masa Service Periodenya. Akibat lebih jauh akan mempengaruhi inetrval kelahiran yang menjadi lebih panjang sehingga frekuensi kelahirannya sedikit, dan apabila selama masa produktifnnya hanya sedikit frekuensi kelahirannya, maka jumlah anak yang didapat juga sedikit. Hal ini menjadikan perkembang populasinya rendah. Ternak sapi potong sebagai salah satu sumber pangan berupa daging, sampai saat produktivitasnya masih sangat memprihatinkan karena produksi daging yang dihasilkan masih rendah. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya produksi daging nasional antara lain :
28
Peternak sapi potong hampir semuanya adalah peternakan rakyat / keluarga yang merupakan usaha sambilan dan cabang usaha, masih belum bisa memenuhi
permintaan
daging
berkualitas.
Hal
ini
terjadi
karena
pengelolaannya yang masih tradisional dan kebanyakan ternak sapi juga dipergunakan sebagai sumber tenaga kerja. Standar selera konsumen masih rendah terhadap kualitas daging yang dikonsumsi (terhadap marbling, warna dan keempukan) Tingkat konsumsi daging sapi nasional masih relative rendah dibandingkan dengan negara lain. Penyediaan bakalan : Kondisi beragam terutama bakalan ex-lokal Jumlah bakalan terbatas dan sulit diperoleh dalam jumlah besar pada waktu yang bersamaan Terjadinya
pengurasan
sapi,
bahkan
masih
bersaing
dengan
penyediaan ternak antar pulau Jenis sapi local belum dikembangkan secara khusus untuk penghasil daging, masih ke arah dwi guna (daging dan tenaga kerja). Program IB belum memberi hasil yang menggembirakan, sehingga bibit masih tergantung pada impor. Potensi penyediaan pakan hijauan berbeda untuk daerah padat dan jarang penduduk. Untuk menunjang keberhasilan dalam penggemukan sapi potong, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain aspek teknis, aspek pemasaran, aspek organisasi & manajemen, aspek keuangan dan aspek lingkungan. Aspek teknis digunakan untuk menilai sejauh mana usaha yang direncanakan layak untuk dikembangkan. Aspek ini meliputi penilaian lokasi usaha, proses produksi, 29
rencana produksi, kebutuhan bahan baku, tenaga kerja, jadwal waktu pembangunan, pemilihan jenis dan teknologi yang digunakan. Aspek pemasaran digunakan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran produk yang dihasilkan dapat mendukung perkembangan usaha yang akan dilaksanakan. Aspek ini meliputi daya serap pasar terhadap produk yang dihasilkan, prospek dimasa yang akan datang, kondisi pemasaran dan program pemasaran. Aspek
organisasi
dan
manjemen
meliputi
struktur
organisasi, jumlah
karyawan, skill yang diperlukan, jumlah upah / gaji karyawan. Aspek keuangan meliputi biaya investasi, modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, perhitungan pendapatan yang mungkin diterima dan analisis laba rugi. Aspek lingkungan digunakan untuk mengetahui dampak usaha terhadap pencemaran lingkungan, factor yuridis dan sosio politik yang berlaku di daerah setempat. Selain aspek-aspek tersebut di atas, harus diperhatikan juga mengenai tujuan usaha (produksi dan pasar), bangsa sapi, jumlah sapi, keseragaman sapi, system penggemukan dan lama penggemukan. Ada 3 hal pokok yang secara teknis harus diperhatikan dalam proses penggemukan sapi, yaitu : A. Bakalan : bangsa, jenis kelamin, bobot badan.
B. Pakan Pakan yang diberikan pada ternak sapi penggemukan diarahkan untuk mencapai pertambahan bobot badan yang setinggi-tingginya dalam waktu relatif singkat. Untuk itu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantitas maupun nilai gizinya. Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12 % dan pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak.
30
Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari, sedangkan pakan konsentrat diberikan pagi hari sebelum pemberian hijauan. Ketersediaan air minum untuk ternak sapi adalah hal yang tidak kalah penting diperhatikan. Kebutuhan air minum bagi sapi sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari, namun sebaiknya diberikan secara ad libitum (tidak terbatas). Cara penyajian pakan hijauan pada ternak sebaiknya dicincang pendek-pendek agar lebih mudah dikonsumsi. Kemudian hasil cincangan rumput dibagi menjadi 6 bagian (untuk pagi 1 bagian, siang 2 bagian, dan sore sebanyak 3 bagian). Dari berbagai hasil penelitian beberapa formulasi pakan konsentrat yang dapat diberikan pada penggemukan sapi potong diantaranya adalah : 1. Campuran 70 % dedak padi dan 30 % bungkil kelapa, kemudian ditambahkan dengan 0,5 % tepung tulang dan 1 % garam dapur. 2. Campuran 2 bagian dedak + 1 bagian bungkil kelapa + 1 bagian jagung. Selanjutnya ditambahkan tepung tulang dan garam dapur sebanyak 1 – 2 % kedalam campuran pakan tersebut. 3. Campuran 70 % dedak padi + 25 % bungkil kelapa + 5 % jagung giling, kemudian ditambahkan 1 % tepung tulang dan garam dapur. C. Tatalaksana : adaptasi, kandang, kesehatan.
Memilih lokasi feedlot Banyak pertimbangan dalam penentuan lokasi untuk feedlot. Karena lokasi sukar diubah, maka perlu dipilih lokasi yang baik untuk pertumbuhan ternak, kemungkinan pengembangan usaha dan tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Pengaruh yang paling kuat adalah lingkungan local dan kemungkinan
31
pengembangan ke depan. Sebagai tambahan yang harus diperhatikan adalah ketersediaan modal, tenaga kerja dan manajemen expert (ahli). Banyak feedlot yang tutup karena ketidakcukupan pakan dan sumber ternak. Dalam waktu yang sama kita tetap harus memperhatikan pengaruh iklim terhadap konstruksi kandang pada area yang surplus pakan dan ternak. Beberapa aspek untuk perencanaan lokasi feedlot : Factor geografi Lokasi feedlot lebih sering ditentukan oleh ketersediaan sapi, sumber pakan dan pasar. Namun demikian, iklim secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap sapi. Di daerah dingin konstruksi kandang dibuat tertutup sedangkan di daerah panas kandang terbuka. Masing-masing bangsa sapi mempunyai kecocokan terhadap iklim / lingkungan tertentu. Iklim yang terlalu panas akan menurunkan produksi ternak. Temperature naik dari 21oC 35oC akan mnurunkan produksi ternak sebesar 33%. Tiap peningkatan temperature 2,04oC berakibat penurunan BB 0,07 kg. Temperature kritis untuk feeder catlle dengan ADG 1,5 kg adalah -31oC pada bulan Nopember menjadi -48oC pada bulan Januari. Pada betina bunting dan growing calves, lebih tinggi daripada feeder catlle. Temperature kritis adalah temperature lingkungan dimana seekor ternak harus meningkatkan laju metabolisme tubuh dengan menggigil untuk memelihara temperature tubuh normal. Topografi Topografi tanah yang akan digunakan untuk feedlot harus dipertimbangkan sungguh-sungguh.
Di daerah
dengan
curah
hujan
tinggi
akan
lebih
menguntungkan mendirikan kandang di lereng bukit untuk menaikkan drainase dan ini akan mengurangi problem lumpur. Air 32
Dibutuhkan sumber air yang cukup besar untuk operasional feedlot. Sapi membutuhkan air 40 – 50 l/ekor/hari, sedangkan kebutuhan air untuk steer dengan BB 700 - 1.000 lb adalah 10 – 20 galon per hari. Selain untuk air minum, air juga dibutuhkan untuk kebersihan kandang dan perlengkapannya. Sumber pakan Lokasi
feedlot harus dekat dengan sumber pakan (HMT) dan limbah PN.
Sumber
pakan
baik
dari
HMT,
limbah
pertanian
dan
konsentrat,
ketersediaannya harus kontinyu dan mudah didapat serta mempunyai kualitas yang tinggi. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sumber pakan bervariasi, sehingga untuk pemberiannya harus disortir dan diformulasi satu dengan yang lain. Sumber ternak Lokasi feedlot tidak harus merupakan sumber ternak yang besar, karena sapi bisa dengan mudah didatangkan dari luar daerah / lokasi. Yang penting di sini adalah kompetisi harga antara pembeli dengan sumber-sumber bibit. Transportasi Lokasi feedlot harus mudah dilalui sarana transportasi (harus strategis). Sarana transportasi yang bisa digunakan antara lain adalah truk, kereta api, pesawat terbang dan kapal laut. Market Hasil penggemukan dapat dipasarkan di pasar domestic maupun luar negeri. Pemilihan bakalan Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bibit dan kecermatan selama pemeliharaan. Penggemukan sapi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan sapi yang dipelihara, yang dapat dilihat 33
dari adanya pertambahan bobot badan. Pertumbuhan sapi dan lama penggemukan sangat ditentukan oleh factor individu, bangsa, jenis kelamin dan umur bakalan. Bakalan yang akan digemukkan dapat berasal dari sapi local maupun impor. Bakalan yang dipilih harus mempunyai potensi pertumbuhan optimal. Tipe bakalan yang dipilih tergantung pada harga bakalan (feeder cattle), pakan yang digunakan dan perkiraan harga akhir. Adapun ciri-cirinya adalah : Tubuh dalam, lebar, besar, berbentuk segi empat atau balok Kualitas daging maksimal dan mudah dipasarkan Laju pertumbuhan cepat Cepat mencapai dewasa Efisiensi pakan tinggi. Masalah utama pada penggemukan sapi potong adalah tidak tersedianya bakalan yang memenuhi criteria dan ketersediaannya belum kontinyu. Sapi bakalan banyak diperoleh dari peternakan rakyat yang dipelihara secara tradisional, sehingga apabila sapi tersebut langsung dipotong, persentase karkasnya masih rendah (belum mencapai 50%). Sedangkan apabila digemukkan selama 70 – 90 hari dengan bobot awal 250 – 350 kg, persentase karkas dapat mencapai 56% dengan bobot potong 400 kg.
Menentukan sapi bakalan : Bangsa : Bangsa yang dipilih sebagai bakalan biasanya bangsa yang populer, mempunyai daya adaptasi yang baik dan mempunyai persentase karkas tinggi. Sapi Shorthorn, Santa gertrudis, Simmental dan Limousin merupakan contoh sapi yang mempunyai produksi daging dan laju pertumbuhan yang tinggi, tetapi daya adaptasi di daerah tropis kurang baik. Sebaliknya sapi Brahman mempunyai daya adaptasi
34
yang baik di daerah tropis, tahan ekto parasit dan caplak, tetapi laju pertumbuhannya tidak setinggi sapi di atas. Sapi ini juga sering digunakan sebagai sapi kerja. Persilangan sapi Brahman, Shorthorn, Santa gertrudis dari Australia yang dikenal dengan Brahman cross (Bx) mampu beradaptasi di daerah tropis dengan baik dan mempunyai laju pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan sapi PO dan sapi Bali. Sapi PFH jantan juga dapat digunakan sebagai bakalan karena mempunyai pertumbuhan yang tinggi. Saat ini di masyarakat banyak digemukkan sapi keturunan Simmental dengan sapi PO yang mempunyai nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan sapi PO. Jenis kelamin : Sapi sebaiknya berjenis kelamin jantan. Hal ini disebabkan sapi jantan pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi betina. Disamping itu juga untuk mencegah pemotongan ternak betina produktif. Sapi kebiri juga baik untuk digemukkan, karena cepat pertumbuhannya. Pada pola pemeliharaan yang sama, sapi jantan lebih cepat tumbuh dari pada sapi betina pada bangsa yang sama. Sapi jantan lebih efisien dalam menggunakan pakan dibandingkan dengan sapi betina. Steer
Heifer
Bull
Lebih mudah dipasarkan, growth rate lebih tinggi daripada heifer, harga jual lebih tinggi, kandungan lemak lebih rendah dari pada heifer
Sering digunakan untuk replacement stock, membutuhkan pakan per unit gain lebih banyak daripada steer, harga lebih murah, gain lebih lambat. Heifer harus dipotong pada umur lebih muda dan berat yang lebih rendah daripada steer, sebelum growth ratenya menurun karena pada umur yang lebih tua kandungan lemak pada heifer tinggi.
Biasanya produsen cow-calf tidak mengijinkan operator feedlot memilih bull karena feeder steer mempunyai harga yang lebih tinggi dari pada pedet bull untuk BB yang sama. Kualitas daging berbeda antara bull dengan steer. Keuntungan dari bull dibandingkan dengan steer adalah bahwa bull lebih efisien dalam rate & efisiensi gain pada waktu digemukkan.
35
Umur : Sapi sebaiknya dipilih yang masih muda, karena pertumbuhannya lebih cepat dibanding sapi berumur tua. Ternak sapi bakalan yang lebih muda (umur 1 – 2,5 tahun) mempunyai tekstur daging yang lebih halus, kandungan lemak yang lebih rendah, dan warna lemak daging yang lebih muda sehingga menghasilkan daging dengan keempukan yang lebih baik dibandingkan sapi tua (umur diatas 2,5 tahun). Umur sapi yang baik/ideal untuk digemukkan berkisar antara 1 – 2,5 tahun, hal ini juga tergantung dari kondisi ternak sapi. Namun menurut pengalaman beberapa peternak di lapangan untuk penggemukan sapi Bali sebaiknya digunakan sapi yang berumur 1,5 – 2,5 tahun. Sapi pada umur muda mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sapi yang tua serta efisien dalam penggunaan pakan, sehingga untuk mendapatkan keuntungan yang besar, pada penggemukan sapi dipilih sapi yang masih muda. Kondisi fisik : Bentuk luar / fisik sapi berkorelasi positif terhadap factor genetic seperti laju pertumbuhan mutu dan produksi daging. Bakalan yang dipilih sebaiknya mempunyai bentuk badan persegi empat, dada lebar dan dalam, temperamen tenang. Sapi bakalan boleh kurus, tetapi harus sehat. Sapi seperti ini diharapkan akan mengalami pertumbuhan kompensasi apabila digemukkan. Sebaiknya memilih sapi jantan yang keadaan phisiknya tidak terlalu kurus, tetapi kondisi tubuh secara umum harus sehat. Semakin berat bobot badan awal sapi (pada umur yang sama), semakin cepat pertumbuhannya. Bentuk kepala, tanduk dan kaki kelihatan lebih besar (khusus sapi Bali) tidak seperti kepala rusa. Kesehatan : Peternak harus memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan sapi. Sapi bakalan yang 36
sehat mempunyai tanda-tanda kulit lentur dan bersih, mata bersinar dengan pandangan mata cerah dan tajam, nafsu makan baik / rakus. Selaput lendir mulut dan gusi berwarna merah muda. Ujung hidung bersih, basah dan dingin. Suhu seluruh permukaan tubuh sama. Suhu tubuh yang normal untuk anak sapi 39,5 – 400C, sedangkan sapi dewasa 38 – 39,50C. Sapi yang sehat kelihatan tegap, keempat kaki memperoleh titik berat yang sama. Pernapasan sapi yang sehat tenang dan teratur, jumlah pernapasan anak sapi 30 kali/menit sedangkan sapi dewasa 10 – 30 kali/menit. Untuk menjamin mutu genetiknya, sapi bakalan harus dihasilkan melalui seleksi dan memenuhi standar ukuran statistic vital tertentu. Pada sapi potong criteria yang dipakai antara lain : Bobot badan pada umur tertentu (BB sapih, yearling dan 18 bulan) Kecepatan pertumbuhan (ADG pra & post sapih, ADG pada waktu tertentu) Ukuran tubuh pada umur tertentu (tinggi gumba, lingkar dada, panjang badan). Latihan soal : 1. Jelaskan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi feedlot! 2. Masalah yang dihadapi dalam pemilihan bakalan sapi potong adalah
tidak
tersedianya bakalan yang memenuhi criteria dan kurang kontinyu. Jelaskan tentang kondisi ini! 3. Jelaskan mengapa dalam memilih bakalan sapi potong dipilih sapi yang masih muda dengan jenis kelamin jantan!
37
RANGKUMAN SINGKAT Untuk menunjang keberhasilan dalam penggemukan sapi potong, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain aspek teknis, aspek pemasaran, aspek organisasi & manajemen, aspek keuangan dan aspek lingkungan. Banyak pertimbangan dalam penentuan lokasi untuk feedlot. Karena lokasi sukar diubah, maka perlu dipilih lokasi yang baik untuk pertumbuhan ternak, kemungkinan pengembangan usaha dan tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Pengaruh yang paling kuat adalah lingkungan local dan kemungkinan pengembangan ke depan. Sebagai tambahan yang harus diperhatikan adalah ketersediaan modal, tenaga kerja dan manajemen expert (ahli). Bakalan yang akan digemukkan dapat berasal dari sapi local maupun impor. Bakalan yang dipilih harus mempunyai potensi pertumbuhan optimal. Tipe bakalan yang dipilih tergantung pada harga bakalan (feeder cattle), pakan yang digunakan dan perkiraan harga akhir. Masalah utama pada penggemukan sapi potong adalah tidak tersedianya bakalan yang memenuhi criteria dan ketersediaannya belum kontinyu. Sapi bakalan banyak diperoleh dari peternakan rakyat yang dipelihara secara tradisional, sehingga apabila sapi tersebut langsung dipotong, persentase karkasnya masih rendah (belum mencapai 50%).
38