Tatap muka ke 6 POKOK BAHASAN
: PENGGEMUKAN SAPI DI INDONESIA
Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program penggemukan dan cara penggemukan sapi potong di Indonesia. Tujuan Instruksional Khusus : Mengetahui langkah-langkah awal dalam penggemukan sapi potong. Mengetahui seleksi bibit sapi potong bakalan. Mengetahui berbagai sistem dan program penggemukan pada sapi potong. Mengetahui lama penggemukan sapi potong. Uraian Materi Peternakan sapi di Indonesia masih didominasi oleh peternakan yang bersifat tradisional, dibandingkan dengan yang komersial. Sampai saat ini telah dikenal berbagai macam atau sistem penggemukan. Di Indonesia penggemukan sapi pada umumnya masih bersifat tradisional seperti sistem kereman di Boyolali, Wonosobo, Pacitan, Lamongan dan beberapa daerah lainnya. Di luar negeri peternakan sapi secara komersial dapat dilakukan dengan sistem ranch (pada padang rumput/pasture
fattening), sistem feedlot (dry lot fattening/ dikandangkan) maupun gabungan antara kedua sistem tersebut. Pada prinsipnya sistem penggemukan sapi tergantung dari sistem pemberian pakan dan grade daging yang diinginkan. Sebagai langkah awal dalam usaha penggemukan adalah memperhatikan : Keseragaman sapi baik tipe, umur dan besar tubuh. Keseragaman sapi yang digemukkan akan memudahkan tatalaksana dan akan mendapatkan harga sapi yang lebih baik dalam pemasaran. Jumlah sapi, jumlah sapi yang dipelihara sangat tergantung pada peternak dan fasilitas yang ada baik lahan untuk HMT, kandang dan skill peternak.
85
Penggunaan bangsa sapi, bangsa sapi yang akan digemukkan harus mempunyai daya adaptasi yang tinggi dan populer di lingkungan peternak. Sapi yang akan digemukkan harus dapat beradaptasi dengan lingkungan setempat dengan spesifikasi kandungan darah Bos indicus 60%, di daerah beriklim panas, dibutuhkan sapi berdarah Bos indicus, karena mudah beradaptasi dengan lingkungan tropis. Berat badan sapi import sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Dirjen Peternakan adalah 350 kg. jenis kelamin sebaiknya pilih yang jantan, karena mempunyai persentase daging yang lebih baik daripada sapi betina., umur sapi bakalan 18 – 30 bulan, dalam kondisi sehat, berperingai baik dan sebaiknya tidak bertanduk. Pada penggemukan sapi potong ada dua periode / fase yang biasa dilakukan oleh peternak, yaitu periode pembesaran (mulai lahir sampai dengan penyapihan) dan periode penggemukan (mulai dari lepas sapih sampai dengan mencapai bobot jual). Ada 3 (tiga) hal pokok yang harus diperhatikan dalam penggemukan sapi yaitu bangsa, pakan dan tatalaksana (termasuk kesehatan ternak). Tujuan penggemukan sapi potong : Diperoleh gain yang tinggi Kualitas produk yang baik dari daging (keempukan, flavour, bau, rasa dll). Prinsip usaha penggemukan : Kualitas dan kuantitas pakan memenuhi, dengan harga ransum semurah mungkin (feed cost per gain efisien, perlu manipulasi bahan pakan yang murah!). Pakan pada program feedlot : Sasaran : o Feed cost per gain seekonomis mungkin o Gain maksimal o Kualitas daging baik Strategi : 86
o Ransum disusun dari bahan-bahan yang murah dan tidak kompetitif dengan manusia. o Ternak pada posisi compensatory growth. o Konsentrat ditolerir sampai dengan 85%; hijauan 15%. o Kontinyuitas pakan tersedia. o Memanfaatkan teknologi pengawetan bahan pakan. Sistem penggemukan
Sistem ranch (Pasture fattening) Metode penggemukan ini sangat ideal dilaksanakan di lokasi yang jarang penduduknya. Sapi dilepaskan di padang penggembalaan. Dalam metode ini, sapi tidak mendapatkan pakan konsentrat. Pakan yang dikonsumsi hanya rumput dan leguminosa yang tumbuh pada padangan tersebut. Untuk menjaga agar produktivitas sapi yang digemukkan dapat dipertahankan, padang pengembalaan harus ditanami leguminosa agar kualitas pakan yang adamenjadi lebih tinggi. Leguminosa mempunyai kemampuan menangkap nitrogen sehingga tanah di bawahnya menjadi lebih subur. Akibatnya rumput juga tumbuh lebih cepat. Selain itu, leguminosa juga memiliki kaandungan protein yang tinggi, sehingga akan meningkatkan kualitas pakan yang dikonsumsi oleh ternak. Sistem pasture fattening lebih murah dibandingkan dengan dry lot fattening karena biaya tenaga kerja dan pakan yang dibutuhkan pada pasture fattening tidak terlalu banyak. Namun demikian waktu yang dibutuhkan sapi untuk mencapai bobot potong yang diinginkan lebih lama. Lama penggemukan tidak didasarkan pada waktu tertentu, tetapi lebih pada penampilan secara fisik. Apabila secara fisik sekelompok sapi sudah waktunya dijual, sapi tersebut akan dibawa ke pasar untuk dijual. Sisanya tetap dipelihara sampai saatnya siap jual. Padang penggembalaan harus selalu terpelihara dari kerusakan dan erosi. Untuk itu, tata laksana penggembalaan harus dilakukan dengan baik. Sebelum digunakan, kapasitas tampung setiap areal padang penggembalaan harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi tekanan penggembalaan 87
yang berlebihan atau over grazing. Pada tempat-tertentu tertentu di areal padang penggembalaan disediakan air minum yang bersih. Untuk menjaga agar sapi tidak kekurangan mineral maka pada tempat-tempat tertentu perlu pula disediakan lempengan-lempengan
garam
dapur
atau
mineral
blok.
Selain
itu,
areal
penggembalaan sebaiknya ditanami pohon-pohon peneduh untuk berteduh sapi, terutama pada waktu hari sedang panas. Pohon peneduh dapat berupa lamtoro atau gamal. Kandang pada sistem penggemukan sapi pasture fattening hanya berfungsi sebagai tempat berteduh sapi-sapi pada waktu malam hari atau pada waktu hari sedang sangat panas. Penggemukan dengan sistem pasture fettening memerlukan padang penggembalaan yang relatif luas. Dari segi biaya produksi, penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening lebih murah dibandingkan dengan sistem lainnya. Hal ini disebabkan oleh biaya hijauan dan upah tenaga kerja yang yang relatif lebih murah sebab tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak. Namun, karena pakan atau pakan yang diberikan berupa hijauan dan meskipun dicampur dengan leguminosa, misalnya, pertambahan bobot badan yang dicapai pada sistem lainnya yang
menggunakan
hijauan
dan
konsentrat
lebih
tinggi.
Oleh
karena
itu
penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening memerlukan waktu yang relatif lama, yakni sekitar 8-10 bulan. Sapi yang digunakan pada penggemukan sistem pasture fattening adalah sapi jantan atau betina yang minimal telah berumur 2,5 tahun. Sapi jantan memiliki pertumbuhan
yang
lebih
cepat
daripada
sapi
betina
sehingga
waktu
penggemukannya relatif singkat. Untuk menanggulangi kesulitan mendapatkan hijauan pada musim kemarau, disarankan menanam leguminosa pohon seperti lamtoro atau petai cina dan gamal. Pohon-pohon tersebut di tanam di pinggir-pinggir padang penggembalaan atau pada tempat-tempat tertentu di areal padang penggembalaan yang dapat berfungsi pula sebagai tempat berteduh sapi pada hari panas. Dengan demikian, apabila terjadi kekurangan hijauan pada musim kemarau, setidaknya dapat dibantu denagn 88
pemberian daun lamtaro atau daun gamal dari leguminosa pohon yang ditanam. Pemberian hijaun dari leguminosa pohon sebaiknya dilakukan pada saat sapi telah selesai merumput dan beristirahat di kandang atau di tempat-tempat berteduh. Pemberian daun gamal pada sapi memerlukan waktu penyesuaian agar sapi itu mau memakannya. Pemberian daun gamal pada sapi dapat pula dilakukan dengan cara melayukannya terlebih dahulu selama semalam sebelum diberikan pada sapi. Satu
hal
lagi
yang
perlu
diperhatikan
dalam
pengolahan
padang
penggembalaan yang digunakan untuk penggemukan sapi dengan sistem pasture fattening adalah rotasi penggunaan padang penggembalaan. Suatu areal padang penggembalaan dapat dibagi atas beberapa petak dan diisi dengan beberapa ekor sapi yang digemukkan. Setiap petak harus diamati terus agar dapat ditentukan saat yang tepat melakukan rotasi. Masalah pokok pada sistem ranch : Jumlah sapi banyak (ribuan) Tenaga kerja terbatas Areal lahan luas (umumnya subur) Jauh dari pemukiman. Dalam kondisi sederhana, metode penggemukan ranch sudah dipakai di daerah Nusa Tenggara dan beberapa wilayah di Kalimantan. Sapi diberi tanda khusus sehingga tidak tertukar. Di pulau Jawa terutama yang berdekatan dengan TPA (tempat pembuangan akhir) seringkali terdapat sapi yang dilepas oleh pemiliknya untuk mencari pakan. Ketika siap jual, sapi tersebut akan dibawa ke pasar. Keuntungan penggemukan sistem ranch : Tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Tidak membutuhkan modal besar untuk membeli pakan baik hijauan maupun konsentrat.
89
Tidak membutuhkan dana untuk kandang, peternak cukup membangun shelter untuk peneduh. Biaya produksi bisa ditekan serendah mungkin. Kelemahan sistem ranch : Kualitas sapi yang digemukkan tidak seragam Membutuhkan lahan yang luas untuk menjamin ketersediaan pakan hijauan sepanjang tahun. Rawan pencurian kalau tidak dijaga dan diawasi. Biasanya berlokasi di kaki gunung atau jauh dari sarana transportasi, sehingga butuh biaya untuk sampai ke pasar. Tingkat produktivitas ternak tidak dapat diperkirakan.
Sistem feedlot Pada sistem ini sapi dipelihara dalam kandang khusus dan tidak pernah digembalakan. Sistem ini juga dikenal dengan nama dry lot fattening. Penggemukan sapi potong merupakan mata rantai agribisnis, yaitu usaha yang dilakukan saling kait mengkait mulai dari pengadaan sarana produksi, proses produksi dan penyampaian hasil produksi ke konsumen. System dry lot fattening merupakan sistem penggemukan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian seperti jagung, sorgum, atau kacang-kacangan. Pemberian jagung yang telah digiling dan ditambah dengan pemberian hijauan yang berkualitas sedang pada penggemukkan sapi sudah memberikan pertambahan bobot badan yang lumayan. Namun, belakangan ini penggemukkan sapi dengan sistem dry lot fattening bukan hanya memberikan satu jenis biji-bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat. Sapi yang digemukkan dengan sistem dry lot fattening berada terus-menerus dalam kandang dan tidak digembalakan ataupun dipekerjakan. Sapi bakalan yang 90
digemukkan pada sistem dry lot fattening pada umumnya adalah sapi-sapi jantan yang telah berumur lebih dari satu tahun dengan lama penggemukkan berkisar antara 4 – 6 bulan. Untuk penggemukkan sapi atau ternak ruminansia lainnya, kebutuhan minimal hijauan berkisar antara 0,5-0,8% bahan kering dari bobot badan sapi yang digemukkan. System dry lot fattening pada ternak sapi dilakukan pertama kali di Amerika Serikat. Pada suatu waktu di Amerika Serikat mengalami masalah, yaitu melimpahnya produksi jagung ke titik paling rendah. Beberapa peternak kemudian mencoba memanfaatkan kondisi ini. Sapi yang biasanya diberi makan rumput, diganti dengan jagung. Perubahan jenis pakan ini mengharuskan peternak untuk mengubah juga pola pemeliharaannya. Yang tadinya digembalakan di padang penggembalaan, akhirnya harus dikandangkan, termasuk lagi tidak lagi menggunakan tenaganya untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian. Sejak saat itulah ternak sapi dipaksa untuk mngkonsumsi jagung yang sudah digiling dengan tambahan pakan hijauan sebagai serat kasarnya. Ternyata pertambahan bobot ternak sapi yang digemukkan dengan cara ini justru lebih tinggi daripada digembalakan di padang penggembalaan. Sehingga di Amerika Serikat, penggemukan sapi dengan sistem dry lot fattening dilakukan pada daerah pusat produksi jagung yang dikenal dengan corn belt. Hingga saat ini, pakan yang diberikan tidak hanya satu jenis biji-bijian saja, tetapi telah ditambahkan berbagai bahan pakan lain dengan kadar protein tinggi. Bahan-bahan yang biasa digunakan terdiri dari jagung giling, bungkil kelapa, dedak padi, polard, bungkil kelapa sawit dan ampas tahu, serta penambahan mineral dan garam dapur. Bahan-bahan tersebut kemudian diformulasi dalam bentuk pakan siap saji yang disebut konsentrat. Untuk memperlancar dan mengoptimalkan proses pencernaannya, tetap diberikan pakan hijauan dalam ukuran tertentu sebesar 0,50,8% bahan kering dari total bobot sapi. Dalam beberapa hal, sistem ini sesungguhnya memiliki persamaan dengan sistem kereman tradisiona di Indonesia, dimana sapi digemukkan di dalam kandang 91
sederhana selama periode tertentu dan pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Akan tetapi konsentrat dalam sistem kereman di Indonesia hanya berupa satu jenis bahan pakan seperti dedak padi atau ampas tahu saja. Perkembangan dari ternak sapi yang dikembangkan dengan cara ini sesungguhnya sangat bergantung pada kualitas dan pola pemberian pakan. Pola pemberian pakan yang umum dilakukan pada ternak sapi adalah : Pagi hari, jam 07.00 ternak sapi diberi pakan berupa hijauan, Pada siang hari, jam 12.00, ternak sapi diberi pakan konsentrat. Setelah habis, ditambahkan pakan hijauan, dan Pada sore hari, jam 16.00, ternak sapi diberi pakan konsentrat dan setelah habis diberikan pakan hijauan. Pola tersebut di atas sudah cukup baik, namun berdasarkan penelitian ada beberapa teknik yang terbukti dapat meningkatkan efisiensi pemberian pakan yaitu : Menambah frekuensi pemberian pakan dari satu kali menjadi empat kali dapat meningkatkan kecernaan bahan kering dari 63,9% menjadi 67,1%. Selain itu, penyediaan protein rumen meingkat dari 2,2 gr menjadi 3,19 gr dan Memperpanjang jarak pemberian pakan antara hijauan dengan konsentrat. Jika terlalu pendek, dapat menyebabkan menurunnya tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organic pakan. Cara member pakan hijauan pada ternak sapi yang paling tepat adalah 2 jam setelah pemberian konsentrat. Fungsi konsentrat yang diberikan terlebih dahulu adalah untuk member pakan mikroba rumen, sehingga ketika pakan hijauan pakan masuk rumen, mikroba rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan. Sapi diberi pakan konsentrat dan hijauan dengan porsi konsentrat lebih besar daripada hijauan. Perbandingan hijauan : konsentrat berkisar antara 40 : 60 sampai dengan 20 : 80 (Riyanto dan Purbowati, 2010). Saat ini, sistem dry lot fattening tidak hanya memberikan jagung seperti pada awal penerapannya, tetapi sudah merupakan campuran konsentrat berbagai bahan pakan berprotein tinggi. Pada penggemukan sapi potong, mata rantai tersebut antara lain : Pengelolaan breeding stock sampai sapi bakalan. 92
Impor sapi bakalan ke Indonesia. Proses penggemukan di plasma dan inti (pada pola PIR). Pemotongan daging sampai konsumen. Penggemukan sapi potong dengan sistem feedlot di Indonesia mengikuti kebijakan pemerintah, yang dilakukan dengan pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat) Penggemukan, yaitu inti (perusahaan peternakan) dan plasma (peternak). Pada pola PIR ini yang diperhitungkan oleh inti adalah Gain yang dihasilkan selama proses penggemukan. Model PIR sapi potong di Indonesia : PIR Penggemukan o Perusahaan inti menjamin sarana produksi, pengolahan dan pemasaran, sedangkan
peternak
sebagai
plasma
melaksanakan
budidaya
penggemukan untuk mencapai pertambahan berat badan (gain) yang optimal dan menghasilkan daging yang berkualitas. PIR Pakan o Suatu pola kerjasama dimana plasma menyediakan pakan ternak bagi usaha penggemukan sapi yang dilaksanakan oleh inti. PIR Sapi Bakalan o Pola kerja sama perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma, dimana plasma mendapat pelayanan dan bimbingan dari inti untuk memproduksi sapi bakalan. PIR Saham o Baru pertama kali dikembangkan oleh PT. Tippindo dimana inti memberi kesempatan kepada plasma PIR Pakan untuk ikut memiliki usaha penggemukan sapi dari perusahaan intinya. Penggemukan sistem feedlot biasanya diberlakukan pada sapi muda berumur 8 – 12 bulan, yang dipelihara selama 120 – 150 hari agar dapat tumbuh secara optimal. Dalam sistem ini berlaku sistem all in all out, artinya sapi yang dipelihara masuk dan keluar bersama-sama. pemeliharaan yang singkat selain untuk menekan 93
penambahan lemak di beberapa bagia tubuh, juga berkaitan dengan efisiensi penggunaan pakan. Pakan konsentrat yang diberikan berupa bekatul, jagung, bungkil dll. Sedangkan pakan hijauan dalam jumlah terbatas dengan perbandingan konsentrat 80% dan hijauan 20%.
Kereman / tradisional Penggemukan sapi sistem kereman adalah metode penggemukan yang banyak dilakukan oleh peternak di Indonesia yang merupakan hasil modifikasi dari metode
dry lot fattening. Modifikasi yang dilakukan adalah penyesuaian
dengan kondisi
lingkungan, misalnya konsentrat yang diberikan hanya satu atau dua jenis bahan seperti dedak padi atau ampas tahu sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah. Pada sistem kereman sapi dipelihara dalam kandang sederhana dengan umur sapi yang digemukkan berkisar antara 1 – 2 tahun, sapi biasanya dalam
kondisi
kurus, digemukkan selama waktu tidak lebih dari 6 bulan (biasanya 3 – 4 bulan). Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Sapi tidak pernah dikeluarkan dari kandang. ADG yang dihasilkan + 0,35 kg. Produksi kotoran sangat banyak dan dijual sebagai pupuk kandang. Penggemukkan
sapi
dengan
sistem
kereman
dilakukan
dengan
cara
menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukkan sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana selama berlangsungnya proses penggemukkan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandingan yang tergantung pada ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat. Apabila hijauan tersedia banyak maka hijauanlah yang lebih banyak diberikan. Sebaliknya, apabila pakan konsentrat mudah diperoleh, tersedia banyak, dan harganya relatif murah maka pemberian konsentratlah yang diperbanyak. Namun, ada pula peternak yang hanya memberikan hijauan saja tanpa adanya pemberian konsentrat ataupun pakan lainnya. Sudah barang tentu hal ini dapat dilakukan pada daerah-daerah yang masih potensial menyediakan hijauan. 94
Pengertian konsentrat dalam penggemukkan sapi sistem kereman adalah sederhana, yakni hanya terdiri dari satu jenis dan paling banyak dua jenis bahan pakan saja. Misalnya, konsentrat itu hanya berupa dedak padi saja atau ampas tahu, ataupun hasil ikutan industri pertanian lainnya. Ada pula yang membuat konsetrasi itu berupa campuran dedak padi dengan ubi kayu yang dilumatkan dan kemukemudian direndam dalam air panas selama beberapa saat. Beberapa faktor yang mendukung berkembangnya usaha penggemukkan dengan sistem kereman di beberapa daerah, yaitu a. Ketersediaan hijauan, termasuk limbah pertanian, cukup potensial dan tersedia
sepanjang tahun, b. Ketersediaan hasil ikutan industri pertanian seperti ampas tahu, ampas brem,
ampas nenas, dan sebagainya cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun, c. Kotoran sapi berupa pupuk kandang sangat diperlukan untuk memupuk
tanaman pertanian penduduk. Pada umumnya sapi bakalan yang digunakan untuk penggemukkan dengan sistem kereman adalah sapi-sapi jantan yang telah berumur sekitar 1–2 tahun dalam kondisi kurus. Lama penggemukkan berkisar antara 3 – 6 bulan. Pertambahan bobot badan yang dicapai pada penggemukkan sapi sistem kereman sangat bervariasi dan terutama tergantung pada pakan atau pakan yang diberikan. Dengan pemberian pakan berupa hijauan, konsentrat jadi, dan ditambah dengan ampas brem akan mendapat pertambahan bobot badan rata-rata 0,8 kg/hari. Pada sapi peranakan ongole dan jantan sapi perah juga diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan masing-masing adalah 0,52 kg/hari dan 0,4 kg/hari dengan hanya memberikan hijauan saja tanpa ada penambahan konsentrat. Apabila pakan yang diberikan hanya hijauan saja maka pertambahan bobot badan yang dicapai tidak akan setinggi pertambahan bobot badan yang mendapat pakan berupa hijauan dan konsentrat.
95
Sistem kombinasi Penggemukan sistem ini merupakan kombinasi antara sistem ranch dan feedlot. Dalam metode ini sapi dipelihara dalam kandang tertentu dan pada periode tertentu sapi tersebut digembalakan di padang penggembalaan. Penggembalaan terutama dilakukan saat musim penghujan dimana hijauan tumbuh dengan subur. Metode ini sudah jarang digunakan karena membutuhkan biaya yang mahal. Penggemukkan sapi dengan kombinasi pasture dan dry lot fattening banyak dilakukan di daerah-daerah subtropis maupun tropis dengan pertimbangan musim dan ketersediaan pakan. Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukkan sapi dilakukan dengan pasture. Pada musim terrtentu pada musim kemarau, sewaktu produksi hijauan sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem dry lot. Penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening dapat pula diartikan dengan mengembalakan sapi-sapi pada padang-padang pengembalaan di siang hari selama beberapa jam, sedangkan pada sore dan malam hari sapi-sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya. Sistem demikian ini umumnya terdapat pada daerah yang luas padang pengembalaannya sudah sangat terbatas. Dibandingkan dengan sistem penggemukkan sapi pasture fattening, lama penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih singkat, tetapi lebih lama dibandingkan dengan sistem pasture fattening. Lama penggemukkan sapi pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor dan terutama adalah umur, kelamin, kondisi, bobot, dan kuantitas maupun kualitas pakan yang diberikan. Dapat ditambahkan, bahwa sapi yang lebih muda memerlukan waktu penggemukkan yang lebih lama dibandingkan dengan sapi yang telah berumur tua. Akan tetapi ada perbedaan alasan dalam penerapannya, tergantung kepada kondisi wilayahnya yaitu : a. Wilayah subtropics : Pada wilayah subtropics penggemukan ternak sapi dengan
sistem
kombinasi
dilakukan 96
karena
kondisi
iklimnya
tidak
memungkinkan untuk dapat menyediakan pakan hijauan sepanjang waktu. Pada musim panas, dimana ketersediaan pakan hijauan melimpah, ternak sapi diberi makan berupa rumput dengan cara digembalakan, kemudian diberi pakan tambahan berupa konsentrat dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan. Jika musim dingin tiba, terlebih pada saat turun salju, ternak sapi akan dikandangkan secara individu dan digemukkan dengan sistem dry lot fattening. b. Wilayah tropis : Di wilayah tropis, ketersediaan pakan hijauan di padang penggembalaan berlaku sepanjang waktu, namun terkendala oleh luas lahan padang penggembalaan yang terbatas. Oleh sebab itu dilakukan sistem kombinasi dengan cara digembalakan di padang rumput selama beberapa jam. Kemudian pada sore harinya, ternak sapi akan digiring untuk masuk ke dalam kandang. Setelah itu ternak sapi akan diberi pakan berupa konsentrat secukupnya. Penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening dapat
pula
diartikan
dengan mengembalakan
sapi-sapi pada padang-padang
pengembalaan di siang hari selama beberapa jam, sedangkan pada sore dan malam hari sapi-sapi dikandangkan dan diberi pakan konsentrat secukupnya. Sistem demikian ini umumnya terdapat pada daerah yang luas padang pengembalaannya sudah sangat terbatas. Dibandingkan dengan sistem penggemukkan sapi pasture fattening, lama penggemukkan sapi dengan sistem kombinasi pasture dan dry lot fattening lebih singkat, tetapi lebih lama dibandingkan dengan sistem pasture fattening. Lama penggemukkan sapi pada umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor dan terutama adalah umur, kelamin, kondisi, bobot, dan kuantitas maupun kualitas pakan yang diberikan. Dapat ditambahkan, bahwa sapi yang lebih muda memerlukan waktu penggemukkan yang lebih lama dibandingkan dengan sapi yang telah berumur tua. Macam program penggemukan 97
Penggemukan pedhet muda Mulai lepas kolostrum (7 – 10 hari) sampai dengan umur + 2,5 bulan (dilakukan penyapihan dini). Anak sapi diberi milk replacer, tanpa diberi hijauan / konsentrat. Lama penggemukan + 8 minggu. Kualitas produk yang dihasilkan : daging veal (+ 100 kg), dengan ciri-ciri daging : serat daging sangat halus, konsistensi relatif lembek, lemak relatif tidak ada, warna daging merah pucat. Kalau penggemukan diperpanjang lebih dari 8 minggu, pakan secara berangsur-angsur diganti konsentrat dengan kadar protein 18 – 20% dan sapi dipotong umur 8 – 9 bulan, kualitas produk disebut vealer (+ 250 kg) dengan karakteristik daging warna lebih merah, serat daging / miofibril halus, daging empuk. Penggemukan pedhet dewasa o Pedhet sampai dengan umur 6 bulan tetap menyusu induk. o Setelah sapih diberi pakan biji-bijian / konsentrat. o Lama penggemukan 6 – 12 bulan. o Kualitas daging : warna lebih merah dari pada vealer, lebih kenyal tetapi tetap empuk, serat agak kasar, lemak sangat sedikit. o Cara pemberian pakan : dry lot fattening. Penggemukan sapi muda o Mulai sapi umur 1 tahun, dengan 2 cara yaitu pasture fattening atau dry
lot fattening. o Lama penggemukan 6 – 8 bulan o Kualitas produk daging : warna daging kemerah-merahan, daging empuk, lemak mulai tampak meskipun sedikit, serat daging lebih kasar, flavour mulai terasa. o Pada pasture fattening daging yang dihasilkan lebih kenyal dan lemak lebih sedikit. 98
Penggemukan sapi dewasa o Sistem penggemukan : pola PIR o Digemukkan mulai umur 1,5 – 2,5 tahun (BB 300 –350 kg). o Lama penggemukan 4 – 6 bulan o Cara : pasture fattening atau dry lot fattening. o Kualitas
daging
yang
dihasilkan
:
pertumbuhan
lemak
mulai
mendominasi, serat daging sudah mulai diselimuti marbling, daging lebih merah, serat daging kasar, lebih gurih dan flavour terasa. Catatan : Pada penggemukan sapi dengan umur yang lebih tua akan mengakibatkan kualitas daging menurun (keras), lemak tubuh banyak dan kadar kolesterol tinggi. Latihan soal : 1. Jelaskan tujuan penggemukan sapi potong ! 2. Jelaskan strategi yang dapat dilakukan dalam penggemukan sapi potong! 3. Jelaskan macam-macam program penggemukan pada sapi potong ! RANGKUMAN SINGKAT Tujuan penggemukan sapi potong adalah : Diperoleh gain yang tinggi Kualitas produk yang baik dari daging (keempukan, flavour, bau, rasa dll). Prinsip usaha penggemukan : Kualitas dan kuantitas pakan memenuhi, dengan harga ransum semurah mungkin (feed cost per gain efisien, perlu manipulasi bahan pakan yang murah!). Sistem penggemukan dan macam program penggemukan Penggemukan pedhet muda Penggemukan pedhet dewasa : dry lot fattening Penggemukan sapi muda : pasture atau dry lot fattening Penggemukan sapi dewasa : pasture atau dry lot fattening 99