2
AgroinovasI
Inovasi Anyar Penggemukan Sapi Pemeliharaan sapi potong khususnya untuk penggemukan saat ini berkembang pesat karena memberikan keuntungan dalam waktu relatif singkat (4-6 bulan) dan dapat dilaksanakan secara perorangan atau berkelompok. Tetapi umumnya usaha tersebut dilakukan secara tradisional dan metode pengelolaannya masih menggunakan teknologi seadanya dan hanya bersifat sambilan, karena itu hasil yang didapatkan tidak maksimal. Penggemukan sapi merupakan suatu rangkaian proses kegiatan pemeliharaan dengan menggunakan input terutama pakan guna menghasilkan pertambahan berat badan secara cepat dalam waktu singkat. Untuk itu perlu peningkatan teknologi dan pengetahuan serta keterampilan peternak dalam penggemukan sapi khususnya teknologi pakan dan pemberiannya dengan tidak mengabaikan faktor lainnya seperti cara memilih bakalan, sistem pemeliharaan dan pengawasan terhadap kesehatan ternak. Secara umum diskripsi pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan dapat dilihat pada tabel-1. berikut : Diskripsi Budidaya Penggemukan Sapi Bangsa sapi
Lokal dan impor
Kondisi bakalan
Jenis kelamin jantan, umur 2–2,5 tahun
Lama penggemukan
5-6 bulan
Manajemen pemeliharaan
Dikandangkan
Pakan
Rumput, konsentrat dan teknik pemberian.
Perkandangan
Lokasi, tipe, konstruksi dan ukuran kandang.
Kesehatan
Sanitasi, pencegahan dan pengobatan penyakit.
PEMILIHAN SAPI BAKALAN UNTUK PENGGEMUKAN Sapi jantan maupun sapi betina dapat digunakan sebagai bakalan dalam usaha penggemukan sapi tapi pemilihan sapi betina tidak dianjurkan bahkan dilarang untuk betina produktif. Selain itu, karena pertambahan bobot sapi jantan lebih cepat dibandingkan betina. Sapi yang akan digemukkan dapat dipilih dari beberapa jenis sapi yang telah ada di Indonesia, antara lain: sapi lokal, sapi impor dan sapi hasil persilangan.
Edisi 14-20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
3
A. Jenis Sapi Bakalan Sapi bakalan untuk penggemukan yang terdapat di Indonesia antara lain : Sapi Bali Berat lahir (kg)
13-16
Pubertas (bln)
18-24
Pertambahan berat badan harian (kg/ hr)
0,35-0,66
Efisiensi pakan
9,8
% Karkas (%)
56-57
Berat betina (kg)
275-300
Berat jantan (kg)
375-400
Sapi Madura Berat lahir (kg) Pubertas (bln) Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg) Beda dengan sapi Bali
12-18 20-24 0.25-0.60 13 48-63 180-250 275-300 Punya Punuk
Sapi Peranakan Ongole Berat lahir (kg)
20-25
Pubertas (bln)
24-30
Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg)
Badan Litbang Pertanian
0,40-0,85 13 45-58 300-400 400-450
Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
4
AgroinovasI Sapi Simental
Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg)
1-1.35 13 >58 600-800 1000-1350
Sapi Brahman Pertambahan berat badan harian (kg/hr) Efisiensi pakan % Karkas (%) Berat betina (kg) Berat jantan (kg)
0.85-1.5 13 >58 550 800
B. Pemilihan Bakalan Pemilihan bakalan merupakan faktor penting karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Untuk sapi bakalan sebaiknya dipilih yang sehat, yang ditandai dengan ciri-ciri seperti berikut: 1. Berumur di atas 2,5 tahun. 2. Jenis kelaminnya jantan. 3. Bulu licin dan mengkilap. 4. Selaput lendir pada gusi dan mulut berwarna merah muda cerah dan lidahnya mudah digerakkan. 5. Kulit mudah dilipat dan jika dilepaskan segera kembali ke bentuk semula. 6. Hidungnya tidak kotor, basah dan tidak panas. 7. Suhu tubuhnya berkisar antara 39o-40oC. 8. Sapi tampak bergairah, aktifitas makannya cukup baik dan cepat bereaksi terhadap gangguan. 9. Apabila sedang istirahat kemudian diganggu, ia akan cepat bangkit sebagai reaksi atas gangguan tersebut. 10. Kotorannya normal. Pilih sapi yang kurus tetapi sehat, karena kalau sudah gemuk pemberian pakan berkualitas tinggipun akan sulit menaikkan berat badannya. Bila dipilih sapi yang kurus, diharapkan akan terjadi pertumbuhan kompensasi, artinya bila bakalan yang kurus dipelihara dengan kondisi yang baik dengan diberi pakan berkualitas baik, pertumbuhan kompensasi akan melebihi pertambahan bobot badan normal. Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
5
C. Pemberian Pakan. Sebelum menyusun ransum untuk seekor ternak sapi perlu diketahui terlebih dahulu: 1. Umur ternak. 2. Bobot badan ternak. 3. Tujuan pemeliharaan.
1. Penentuan Umur Ternak Sapi Untuk menentukan umur ternak sapi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Menentukan umur sapi dengan mengetahui tanggal kelahiran. 2. Menentukan umur sapi dengan memperhatikan perubahan gigi geligi. 3. Menentukan umur sapi dengan memperhatikan pembentukan cincin tanduk. Menentukan umur dengan mengetahui tanggal kelahiran merupakan cara yang paling tepat, tetapi pada umumnya peternak jarang sekali membuat catatan kelahiran hewan ternaknya. Menentukan umur berdasarkan perubahan gigi geligi. Merupakan cara yang lebih akurat jika dibandingkan dengan pengamatan lingkar tanduk. Tetapi cara ini relatif sulit dilakukan. Jumlah gigi sapi sebanyak 32 buah yang tersusun seperti gambar di bawah ini: 3 3 0 0 0 0 3 3 rahang atas 3 3 0 4 4 0 3 3 rahang bawah Keadaan ini dicapai ternak sapi yang telah dewasa. Sapi mempunyai 8 gigi seri susu yang tumbuh hanya pada rahang bawah. Gigi seri susu ini akan ditukar dengan gigi seri permanen sesuai dengan pertambahan usia ternak sapi. Selanjutnya gigi seri permanen akan mengalami pergesekan sesuai dengan peningkatan umur. Pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri permanen akan selesai setelah sapi berumur 4-5 tahun. Secara umum bila ternak sapi sudah berumur 1 bulan semua gigi susu telah tumbuh. Pertukaran gigi seri susu dengan gigi seri permanen dimulai dari depan artinya mulai dari S1 sampai dengan S4. Cara pertukaran gigi tersebut adalah sebagai berikut: 1. S1 susu bertukar dengan S1 permanen, umur sapi 1,5-2 tahun. 2. S2 susu bertukar dengan S2 permanen, umur sapi 2,5-3 tahun. 3. S3 susu bertukar dengan S3 permanen, umur sapi 3,5-4 tahun. 4. S4 susu bertukar dengan S4 permanen, umur sapi 4,5-5 tahun. 5. Dasar gigi sama tinggi, umur sapi 5-6 tahun. Menentukan umur sapi dengan memperhatikan pembentukan cincin tanduk khusus dilakukan untuk betina induk dan sangat dipengaruhi oleh umur pertama kali dikawinkan dan selang kelahiran anaknya. Apabila sapi betina dikawinkan pada umur 2 tahun maka pada umur 3 tahun induknya telah beranak 1 kali dan pada tanduk akan terbentuk 1 buah cincin tanduk demikian seterusnya. Badan Litbang Pertanian
Edisi 14 - 20 Juli 2013 No.3519 Tahun XLIII
6
AgroinovasI
2. Penentuan Bobot Badan Sapi Cara terbaik dan paling akurat untuk menentukan bobot badan sapi adalah dengan menimbangnya. Sayangnya cara ini tergolong tidak praktis karena jarang sekali ditemui peternak mempunyai alat timbangan ternak, karena harganya mahal. Untuk mengatasi hal ini para peneliti di bidang peternakan telah berhasil membuat rumus pendekatan dalam peramalan bobot badan sapi seperti berikut : (LD+22)2 Bobot badan = 100 LD = Lingkar dada Pendugaan berat badan dengan metode di atas memiliki angka bias 5-10% 3. Tujuan Pemeliharaan Tujuan pemeliharaan erat hubungannya dengan umur ternak, apakah ternak masih dalam periode pertumbuhan atau dewasa tubuh sudah tercapai. Pada umumnya ternak sapi mencapai dewasa tubuh pada umur sekitar 4-6 tahun. Pertumbuhan yang terbesar pada ternak sapi terjadi pada umur 1,5-4 tahun, setelah umur ini pertambahan bobot badannya sudah sedikit. Setelah ketiga poin di atas diketahui, maka kebutuhan pakan ternak sapi dihitung sesuai dengan bobot badannya. Sebagai patokan di lapangan, untuk pakan hijauan diberikan 10-12% dari bobot badan. Sedangkan pakan konsentrat 1-2% dari bobot badannya. Patokan pemberian hijauan 10% dilakukan bila hijauan yang diberikan terdiri dari rumput unggul dan leguminosa. Sedangkan kalau hijauan yang diberikan rumput lapangan berkualitas rendah maka patokan yang digunakan 12% dari bobot badan. Contoh formula pakan untuk sapi kereman yang merupakan hasil pengkajian BPTP Sumbar tahun 1998 adalah, pakan hijauan diberikan sebanyak 10% dari bobot badan, terdiri dari campuran rumput dan daun gamal. Di mana hijauan tersebut terdiri dari 80% rumput dan 20% gamal. Sedangkan pakan konsentrat diberikan 1% dari bobot badan yang terdiri dari dedak, jagung dan bungkil kelapa dengan perbandingan 2 bagian dedak, 2 bagian jagung dan 1 bagian bungkil kelapa serta ditambahkan ultra mix 1 kg pada setiap 100 kg konsentrat. Formula pakan tersebut memberikan pertambahan bobot badan 1,01 kg per ekor per hari pada sapi PO. D. Teknik Pemberian Pakan Sapi yang akan digemukkan dan memperoleh pakan yang terdiri dari hijauan dan konsentrat, harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang diinginkan. Pemberian konsentrat dan hijauan diatur dalam suatu cara pemberian pakan agar memberikan tingkat kecernaan yang lebih tinggi, karena pemberian konsentrat dan
Edisi 14-20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
7
hijauan secara bersamaan akan mengurangi kecernaan hijauan dalam rumen. Hal ini terjadi karena mikroorganisme rumen akan mencerna konsentrat lebih dahulu daripada hijauan, karena konsentrat lebih mudah dicerna daripada hijauan. Pemberian hijauan dua jam setelah pemberian konsentrat akan meningkatkan kecernaan dari hijauan karena konsentrat yang banyak mengandung pati sudah dicerna oleh mikro organisme rumen pada saat hijauan masuk ke rumen. Cara pemberian hijauan pada penggemukan sapi potong sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dalam jumlah yang banyak. Karena pemberian yang demikian akan menyebabkan banyaknya hijauan yang terbuang dan tidak dimakan sapi. Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak pemberian antara konsentrat dan hijauan. Di mana konsentrat dapat diberikan 2 atau 3 kali sehari. Sedangkan hijauan diberikan pertama kali 2 jam setelah pemberian konsentrat. Untuk lebih jelasnya waktu pemberian konsentrat dan hijauan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Teknik pemberian pakan penggemukan sapi potong yang menggunakan konsentrat dan hijauan. Badan Litbang Pertanian
Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
8
AgroinovasI
Beberapa Inovasi Tekologi Pakan Sapi Penggemukan Sesuai dengan Tupoksinya melaksanakan pengkajian pakan sapi dengan memanfaatkan bahan pakan potensi lokal beberapa di antaranya terlihat pada tabel berikut : Inovasi Teknologi 1. Pemanfaatan daun gamal
2. Pemanfaatan limbah keripik sanjai
3. Formulasi pakan tambahan sapi penggemukan
4. Pemanfaatan kulit singkong
5. Penggunaan onggok (limbah tapioka)
Komponen Teknologi
xHijauan : 20% daun gamal
Hasil
xPemberian pada sapi
+ 80% rumput lapangan PO yang dikandangkan diberikan 10% dari berat memberikan badan pertambahan berat badan 1,01 kg/hari xKonsentrat : 40% dedak + 40% jagung+20% bungkil kelapa + 1 kg ultra mix per 100 kg konsentrat diberikan 1% dari berat badan xHijauan : 20% daun xPemberian pada diberikan 10% dari berat sapi simental yang badan dikandangkan memberikan xKonsentrat : 20% limbah pertambahan berat badan sanjai + 40% dedak + 20% 1,3 kg/hari jagung + 20% bungkil kelapa + 1 kg ultra mix per 100 kg konsentrat diberikan 1% dari berat badan xPemberian pakan tambahan xMemberikan 3 kg /ekor/hari pertambahan berat badan 1,07 kg/hari xMengganti/mengurangi pemakaian tepung ikan komposisi 45% dedak halus + 25% jagung + 22% bungkil kelapa + 2% mineral + 1% ultra mix xDedak halus 40% + xPemberian pada sapi konsentrat 511 5% + persilangan Simental bungkil kelapa 12% + berumur 1,5-2 mineral 2% dan garam 1% tahun memberikan pertambahan berat badan 1,67 kg/ekor xPemberian Onggok (0%, xOnggok dapat 15% dan 20%) pengganti digunakan sampai 20% jagung dengan kandungan menggantikan jagung protein sama
Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 6. Pemanfaatan ampas x2 kg ampas tahu + 2,5 kg tahu sebagai pakan konsentrat (50% dedak tambahan + 22% jagung halus + 20% bungkil kelapa + 5% mineral + 1% garam) 7. Pemanfaatan x50% dedak + 20% tepung tepung kulit kakao kulit kakao fermentasi fermentasi + 15% bungkil kelapa + jagung 5% + tepung ikan 5% + mineral 5%
8. Pemanfaatan kulit kakao fermetasi
x10 kg jerami fermentasi + 5 kg kulit kakao fermentasi + 5 kg ampas tahu + 0,1 kg mineral x 10 kg jerami segar + 5 kg kulit kakao fermentasi + 7 kg ampas tahu + 0,1 kg mineral
9
xPemberian pada sapi Simental berumur 2,53,5 tahun memberikan pertambahan berat badan rata-rata 0,8 kg/hari xPemberian pada sapi Bali selama 5 bulan memberikan pertambahan berat badan rata-rata 0,43 kg hari dibandingkan pemberian petani xPemberian pada sapi jantan Simental berumur 1,5-2 tahun memberikan pertambahan berat badan 1,3 kg/ekor/hari dan 0,8 kg/ekor/hari
Pakan hijauan diberikan 2 jam setelah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberiannya 10% dari berat badan. Badan Litbang Pertanian
Edisi 14 - 20 Juli 2013 No.3519 Tahun XLIII
10 AgroinovasI III. PENCEGAHAN DAN MENGATASI PENYAKIT A. Pencegahan Penyakit Dalam pengendalian penyakit yang utama dilakukan adalah pencegahan penyakit dari pada pengobatan. Karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah: 1. Menggunakan Kandang Karantina Sapi bakalan yang baru datang hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat pembelian. Di samping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Waktu sapi dikarantina sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia mengalami cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan bobot badan, ketika digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah 1 minggu untuk sapi yang sehat, sedangkan untuk sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sehat. Kandang karantina juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat. 2. Menjaga Kebersihan Sapi dan Kandang Sapi yang digemukkan dengan sistem dry lot fattening dan sistem kereman akan menghasilkan kotoran yang banyak, karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat guna mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.
Selain dari hijauan sapi potong juga diberi pakan konsentrat dengan jumlah pemberian 1% dari berat badan. Edisi 14-20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
11
Vaksinasi untuk Bakalan Baru Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Penyakit pada Sapi dan Cara Pencegahannya Berbagai penyakit yang menyerang sapi umumnya disebabkan oleh mikroorganisme yang sulit dilihat oleh mata telanjang. Seringkali penyakit masih muncul meskipun upaya pencegahan sudah dilaksanakan. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai jenis penyakit yang biasa menjangkiti ternak sapi, beserta beberapa tanda yang spesifik dan cara mengatasinya. Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak sapi adalah sebagai berikut: Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Penyebab Virus Gejala Adanya gelembung pada lidah, bibir, kuku, ambing, dan puting susu. Bila gelembung ini pecah menimbulkan luka di tempat tersebut. Bibir bengkak disertai lendir yang lengket, air liur ke luar terus menerus. Bagi sapi potong menyebabkan terjadinya penurunan berat badan yang menonjol. Bagi sapi perah terjadi penurunan produksi susu dan bagi sapi yang sedang bunting dapat menimbulkan keguguran. Pencegahan Vaksinasi, sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah. Peyakit Ngorok (Septicaemia epizooticae =SE) Penyebab Bakteri Pasturella multocida. Gejala Kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan. Leher, anus dan vulva membengkak, paru-paru meradang. Demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Pencegahan Vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan serta diberi antibiotik. Penyakit Antrax Penyebab Gejala
Badan Litbang Pertanian
Basil Antrax Sulit terlihat sebab berlangsung cepat. Ada kematian mendadak, dan dari lubang tubuh keluar darah merah kehitaman.
Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
12
AgroinovasI
Penanggulangan
-
Bangkai dikubur dengan diberi kapur atau dibakar. Tempat hewan yang sakit didesinfektan (dihapus hamakan). Daerah dinyatakan tertutup untuk lalu lintas ternak dan hasil ternak. Vaksinasi hewan yang sehat.
Penyakit Radang Kuku Penyebab Mikroba Fusiformis nectophorus Gejala - Di sekitar celah kuku dan tumit membengkak, mengeluarkan cairan putih keruh dan berbau tidak sedap. - Kulit kuku mengelupas. - Tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit. - Sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh. Penanggulangan
Penyakit Scabies Penyebab Gejala Penanggulangan
Menjaga kebersihan kandang, membuang benda-benda yang bisa menimbulkan luka seperti paku, pecahan kaca dan pecahan batu. Tidak membiarkan adanya genangan air dalam kandang. Bila sapi sudah terlanjur terserang penyakit ini, pisahkan dari kelompoknya. Selanjutnya kuku dibersihkan dengan merendamnya dalam larutan formalin 5-10%. Pengobatan dapat dilakukan dengan penyuntikan antibiotik.
-
Tungau Menimbulkan rasa gatal yang mengganggu aktifitas sapi. Turunnya nafsu makan. Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya. Jika ada sapi yang terindikasi scabies segera pisahkan dari kelompoknya. Sapi disemprot dengan insektisida, secara tradisional dapat juga dilakukan dengan mengoleskan oli bekas pada bagian yang terserang.
IV. PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN SAPI HASIL PENGGEMUKAN Pengelolaan kotoran sapi pada penggemukan sapi potong perlu diperhatikan, terlebih lagi jika pemeliharaannya dilakukan dalam skala besar. Apabila kotoran itu tidak dikelola dengan baik maka kotoran itu akan menyebabkan polusi air, tanah dan udara. Oleh karena itu kotoran tersebut harus diproses menjadi bentuk lain, sehingga tidak menumpuk begitu saja di sekitar kandang Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI 13 Pengelolaan yang dapat dilakukan di antaranya adalah: A. Membuat Pupuk Organik Padat Pupuk organik padat dari limbah kotoran sapi dalam bentuk kompos dapat dibuat dengan cara sebagai berikut: 1. Buat lubang di tanah dengan panjang 2 m lebar 1 m dan dalam 1-1,5 m, lapisi lubang tersebut dengan plastik hingga melebihi permukaan tanah agar nantinya dapat dilipatkan untuk menutupi tumpukan kompos. 2. Pencampuran limbah kotoran sapi dilakukan dengan cara menyusun limbah dengan sisa pakan dan jerami secara berlapis-lapis. Lapisan paling bawah berupa limbah kotoran sapi setinggi 25 cm kemudian dilapisi sisa-sisa pakan atau jerami setinggi 25 cm, demikian seterusnya hingga lubang penuh. 3. Tumpukan campuran tersebut ditutup rapat dengan plastik, lalu di atasnya ditimbun dengan tanah. Maksud dari perlakuan ini adalah agar tumpukan terbebas dari udara sehingga kompos terbentuk secara fermentasi. 4. Biarkan selama 1 bulan dan siap untuk digunakan. B. Membuat Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair dapat dibuat dengan cara sebagai berikut: 1. Masukkan 1 liter EM 4, 50 kg kotoran sapi, 4 kg gula permolasses, 10 kg dedak padi dan 170 liter air ke dalam tong ukuran 250 liter, aduk rata hingga larut. 2. Tutup tong dengan rapat hingga udara tidak bisa masuk. Buat pipa pengeluaran gas yang ujungnya dimasukkan ke dalam botol yang berisi air. Biarkan tong selama 15 hari. 3. Buka tutup tong, saring pupuk cair hingga didapat larutan yang bersih bebas padatan. 4. Setelah disaring pupuk cair dikemas dalam botol atau digunakan langsung untuk penyemprotan tanaman. 5. Bagian yang padat dikering anginkan dan dikemas dalam kantong plastik. V. ANALISA USAHA TANI Dalam pemeliharaan skala usaha tani sederhana dan merupakan usaha sambilan dengan jumlah ternak 4 ekor maka analisa usaha taninya dibuat dengan asumsi sebagai berikut 1. Lahan yang digunakan merupakan tanah pekarangan yang tidak digunakan dan tidak disewa. 2. Sapi yang dipelihara jenis PO sebanyak 4 ekor, beratnya rata-rata 200 kg dengan harga Rp 18.000,- per kg berat badan sapi hidup. 3. Sapi dipelihara selama 4 bulan dengan pertambahan bobot badan 0,8 kg per ekor per hari. 4. Kandang yang dibutuhkan 20 m² dengan biaya pembuatan kandang Rp 200.000,per m². Badan Litbang Pertanian
Edisi 14 - 20 Juli 2013 No.3519 Tahun XLIII
14 AgroinovasI
Untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit, kebersihan sapi dan kandang harus dijaga.
5. Penyusutan kandang dihitung 20% per tahun sehingga untuk satu periode penggemukan (4 bulan) penyusutannya 6,67%. 6. Pakan yang diperlukan selama pemeliharaan adalah - Pakan hijauan sebanyak 9.600 kg dicari atau ditanam sendiri. - Konsentrat 240 kg dengan harga Rp 1.500,- per kg. - Ampas tahu 480 kg dengan harga Rp 400,- per kg. 7. Obat-obatan untuk sapi seharga Rp 30.000,-per ekor per 4 bulan. 8. Tenaga kerja 1 orang dengan gaji Rp 500.000,-per bulan. 9. Dibutuhkan peralatan kandang yang terdiri dari sapu, sekop, arit, tambang dan selang seharga Rp 600.000,- selama 3 periode pemeliharaan sehingga untuk 1 periode biayanya menjadi Rp 200.000. 10. Selama pemeliharaan, sapi menghasilkan kotoran sebanyak 5 ton yang harganya Rp 100,- per kg.
Edisi 14-20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
Badan Litbang Pertanian
AgroinovasI
15
A. Modal Usaha a. Biaya investasi - Pembuatan kandang 20 x Rp 200.000 - Pembelian peralatan kandang seperti sapu cangkul, sekop, selang, tambang dll
Rp
4.000.000,-
Rp
600.000,-
Rp Rp Rp Rp Rp
14.400.000,360.000,192.000,120.000,15.072.000,-
c. Biaya tetap - Tenaga kerja 1 x 4 x Rp 500.000,- Penyusutan kandang 6,67% x Rp 4.000.000,- (dibulatkan) - Penyusutan peralatan Total Biaya Tetap
Rp Rp Rp Rp
2.000.000,260.000,200.000,2.460.000,-
d.Total Biaya produksi = Biaya tidak tetap + biaya tetap
Rp
17.532.000,-
B. Penerimaan a. Penjualan sapi Pertambahan bobot badan 0,8 kg x 30 hr x 4 bln = 96 kg Setelah dipelihara 4 bulan bobotnya jadi 96 kg + 200 kg = 296 kg Hasil penjualan sapi = 4 ekor x 296 kg x Rp 18.000,- per kg Rp
21.312.000,-
b. Penjualan kotoran ternak Hasil penjualan kotoran ternak= 5000 kg x Rp 100,- per kg Rp
500,000,-
Rp
21.812.000,-
b. Biaya tidak tetap - Sapi 4 ekor x 200 kg x Rp 18.000,- Pakan hijauan dicari atau ditanam sendiri - Konsentrat 240 kg x Rp 1.500 - Ampas tahu 480 kg x Rp 400,- Obat-obatan Total Biaya tidak tetap
c. Total penerimaan
Badan Litbang Pertanian
Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
16
AgroinovasI
Keuntungan Keuntungan = Penerimaan – total biaya produksi = Rp 21.812.000,- - Rp 17.532.00,= Rp 4.280.00,B/C Ratio = Penerimaan : Total Biaya Produksi = Rp 21.812.000,- : Rp 17.532.000,= 1,224 Artinya dalam satu periode produksi (4 bulan) dari setiap modal Rp 100,- yang dikeluarkan diperoleh pendapatan sebanyak Rp 122,4,Disusun oleh : Ir.Harmaini (Penyuluh BPTP Sumatera Barat) Diolah dari berbagai sumber
Petunjuk Cara Melipat: Cover
Cover Cover
1. Ambil dua Lembar halaman 13,14, 19 dan 20 2. Lipat sehingga cover buku (halaman warna) ada di depan.
Edisi 14 - 20 Agustus 2013 No.3519 Tahun XLIII
3. Lipat lagi sehingga dua melintang ke dalam kembali
Cover
Cover
5. Potong bagian bawah 4. Lipat dua membujur ke dalam buku sehingga sehingga cover buku ada menjadi sebuah buku di depan
Badan Litbang Pertanian