Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi
PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI ENI SITI ROHAENI, AKHMAD HAMDAN dan AHMAD SUBHAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. RO Ulin Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan ternak sapi potong terutama pada musim kemarau adalah kesulitan untuk mendapatkan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas dan ketersediaannya. Masalah kelangkaan pakan ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, dan umumnya peternak menjual ternak dengan harga yang relatif lebih murah. Pemanfaatan limbah tanaman merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pakan. Salah satu limbah yang cukup berpotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak sapi potong adalah limbah sawit baik dari perkebunan maupun pengolahan sawit. Limbah sawit yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak yaitu pelepah, lumpur sawit, bungkil inti sawit, daun, serat perasan, dan tandan kosong. Kelemahan dari limbah sawit yaitu kandungan serat kasar yang tinggi, memerlukan perlakuan untuk meningkatkan kualitas gizi sehingga memberikan pengaruh yang positif dan optimal terhadap pertumbuhan ternak. Perlakuan yang dapat dilakukan yaitu secara fisik, kimia dan biologi. Perlakuan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemotongan, pencincangan, penjemuran, atau penyusunan bahan pakan menjadi konsentrat dan atau pakan lengkap. Pakan lengkap merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan pakan non konvensional yaitu dengan cara mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak. Teknologi pakan lengkap merupakan salah satu cara yang dapat untuk meningkatkan pemanfaatan limbah sawit dalam usaha penggemukan ternak sapi secara intensif. Kata Kunci: Sawit, Sapi, Pakan
PENDAHULUAN Populasi ternak sapi di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 mencapai 173.648 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,31% (ANONIMUS, 2005a). Pengembangan ternak sapi menghadapi masalah ketersediaan hijauan terutama pada musim kemarau. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan yang relatif rendah dan umumnya petani menjual sapinya dengan harga yang murah (ROHAENI et al., 2004). HARDIANTO (2004) mengutarakan bahwa yang sering dianggap sebagai limbah (wasteproduct) dari kegiatan agroindustri sawit dapat dijadikan pakan ternak dan diharapkan mendorong perkembangan usaha bisnis ternak berpola terpadu (integrative) melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau yang dikenal “minimum waste production system”. Salah satu limbah yang berpotensi adalah limbah sawit yang berasal dari perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit. Potensi ini didukung kebijakan pemerintah daerah Kalimantan Selatan yang memprioritaskan kelapa sawit sebagai salah
satu komoditas unggulan perkebunan. Luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan sampai tahun 2004 mencapai 160.753 ha dengan produksi utama berupa CPO (crude palm oil) mencapai 248.329 ton/tahun (ANONIMUS, 2005). Pembangunan peternakan di Kalimantan Selatan menuju swasembada produksi sapi potong melalui perbaikan bibit, sistem pengelolaan dan pengembangan industri pakan bersumberdaya bahan baku lokal (ANONIMUS, 2005b) untuk penyediaan pakan cukup, berkualitas dan ekonomis melalui teknologi penyajian pakan lengkap atau Complete Feed. Pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah perkebunan dengan mencampur bahan-bahan tersebut untuk pakan memenuhi kebutuhan nutrisi ternak (HARDIANTO, 2004). Pakan lengkap diharapkan merupakan ransum cukup gizi untuk hewan pada tingkat fisiologi tertentu dan mampu berproduksi disamping mempertahankan hidup pokok (atau keduanya) tanpa tambahan pakan/substansi lain (HARTADI et al., 1997) kecuali air. Perlu dipertegas bahwa pakan lengkap campuran ransum harus
101
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi
diberikan dalam jumlah yang cukup. Peluang pemanfaatan limbah sawit dengan teknologi pakan lengkap cukup besar untuk penggemukan ternak sapi. Peran dan permasalahan usaha ternak sapi Sapi berperan sebagai penghasil daging dan pupuk organik merupakan sumber pendapatan, disamping sumber tenaga kerja dan usaha pendapatan tambahan serta pemanfaat limbah (NAJIB et al., 1997). Produk sapi sebagai sumber protein hewani adalah daging yang sementara ini terpenuhi hanya 28% dari total permintaan daging Kalimantan Selatan. Kotoran sapi yang dihasilkan sapi dewasa sekitar 4-6 kg kering/hari dapat diolah menjadi pupuk dan dengan populasi sapi sebanyak 173.648 sapi dapat diasumsikan menghasilkan pupuk 253.526 ton/tahun yang bernilai ekonomi cukup bila dikelola secara optimal untuk usaha pertanian. Permasalahan yang dihadapi usaha sapi berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan pakan ternak terutama pada musim kemarau Keadaan ini menyebabkan peternak umumnya menjual ternaknya karena tidak mampu menyediakan pakan dan pertumbuhan menurun. Mengatasi masalah ini, peternak yang ingin mempertahankan ternaknya harus mencari pakan hijauan jauh di desa/kecamatan bahkan sampai ke wilayah sekabupaten dengan cara sendiri-sendiri atau kolektif, sementara potensi limbah perkebunan dan industri
perkebunan melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar limbah tersebut dijual keluar daerah, dijadikan bahan bakar, sumber pupuk dan bahan baku industri dan sebagian terbuang serta dianggap mengganggu lingkungan (HARDIANTO, 2004). Potensi limbah sawit Areal kebun kelapa sawit di Kalimantan Selatan tahun 2004 mencapai 160.753 ha yang tersebar di 6 kabupaten terdiri atas Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan produksi CPO mencapai 248.329 ton/tahun dengan rataan perhitungan produktivitas 1.545 kg/ha tetapi rataan nyatanya mencapai 2.123 kg CPO/ha dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Pada tahun 2004 tercatat 7 buah dengan kapasitas terpakai 15-60 ton/jam (ANONIMUS, 2005c). Berdasarkan luas tanam kelapa sawit di Kalimantan Selatan, potensi limbah yang dihasilkan cukup besar karena setiap ton tandan buah sawit (TBS) yang diolah menghasilkan 0,6-0,8 m3 limbah cair, 23% tandan kosong sawit, 13% serat dan 6,0% cangkang (ERNINGPRAJA dan DARNOKO, 2005). Limbah ini jika tidak dikelola dengan optimal dapat berdampak negatip terhadap lingkungan. Kandungan gizi limbah sawit (Tabel 1) menunjukkan BIS mengandung protein 15% dan cukup baik untuk pakan.
Tabel 1. Kandungan gizi limbah kelapa sawit Susunan gizi Bahan kering (%) Protein kasar (%) Serat kasar (%) Lemak (%) BETN (%) Abu (%) Kalsium (%) Fosfor (%) TDN (%) Energi (MJ/kg)
Pelepah sawit
Lumpur sawit
Bungkil inti sawit
Limbah sawit Daun sawit (tanpa lidi)
Serat perasan
Tandan kosong
Batang sawit
86,2 5,8 48,6 5,8 36,5 3,3 0,32 0,27 29,8 4,02
91,1 11,1 17,0 12,0 50,,4 9,0 0,7 0,5 45,0 6,52
91,8 15,3 15,0 8,9 55,8 5,0 0,2 0,52 65,4 9,8
46,18 14,12 21,52 4,37 46,59 13,4 0,84 0,17 4,46
93,11 6,2 48,1 3,22 5,9 4,68
92,1 3,7 47,93 4,7 7,89 -
88-92 1,6-3,2 36-39 0,6-1,0 51-54 2,8-3,2 4,3-4,6
Sumber: IDRIS et al. (1998) dalam ELISABETH dan GINTING (2003); MATHIUS et al. (2003); GINTING dan ELISABETH (2003)
102
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi
Dengan menggunakan perkiraan produksi CPO sebanyak 248.329 ton/tahun maka produksi tandan buah segar (TBS) diperkirakan sebesar 1.241.645,6 ton/tahun. Kelemahan limbah sawit (pelepah, tandan buah segar kosong dan batang sawit) untuk pakan ternak adalah kandungan serat kasar yang tinggi (MATHIUS et al., 2003) dan mungkin perlu diatasi masalah itu. SUDARYANTO (1999) menunjukkan cara IBRAHIM (1981) untuk perlakuan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas limbah sawit yaitu perlakuan fisik, kimia, fisik dan kimia, serta biologi. Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat pelet atau penjemuran/pengeringan. Perlakuan fisik yang dilakukan pada pelepah sawit yaitu pencacahan agar menjadi ukuran yang lebih kecil agar dapat layak dikonsumsi ternak. Perlakuan kimia yaitu menggunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca(OH)2, amonium hidroksida, urea, sodium karbonat, sodium klorida dan lain-lain; perlakuan campuran fisik dan kimia menggabungkan keduanya, sedangkan perlakuan biologi dilakukan dengan menambah mikroba enzim, jamur, bakteri atau lainnya secara aerob. Pakan utama sapi adalah hijauan berupa rumput atau limbah tanaman pangan, kacangkacangan atau hijauan lainnya. Produktivitas sapi peka terhadap pemberian pakan, karenanya pemberian pakan harus memperhatikan mutu, jumlah, ketersediaan dan kesinambungan serta harga (ANONIMUS, 2001). Mutu pakan sapi (Tabel 2) berdasarkan rekomendasi kebutuhan gizi pakan untuk ruminansia (Tabel 3) menuntut ketersediaan yang berkesinambungan. Penggunaan pakan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi yang sangat tergantung dari kondisi psikologis sapi serta berat badan karena makin berat maka makin tinggi jumlah kebutuhan pakannya. Kebutuhan gizi untuk produksi sangat tergantung dari pertambahan berat badan yang ingin dicapai sebatas kemampuan genetik yang dikandungnya. Makin tinggi pertambahan bobot hidup yang ingin dicapai, makin tinggi pula kebutuhan pakannya. Disamping memenuhi
kebutuhan pakan sapi berdasarkan pertambahan bobot hidup (Tabel 3) selain mutu pakan, beberapa faktor penting lainnya perlu diperhatikan dalam usaha penggemukan sapi (ANONIMUS, 2001a), yaitu: 1. Kondisi sapi bakalan harus seragam berdasarkan bangsa sapi, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan kesesuaian ekosistem 2. Jumlah sapi yang digemukan paling sedikit 4 sapi 3. Lama penggemukan antara 4-5 bulan 4. Tatalaksana pemeliharaan meliputi perkandangan, pemberian pakan, pencegahan penyakit, dan sanitasi lingkungan 5. Pemasaran Tabel 2. Rekomendasi mutu pakan sapi dewasa Uraian
Kisaran nilai (%)
Bahan kering (%)
80-90
Protein kasar (%)
12-15
Lemak kasar (%)
2-3
Serat kasar (%)
15-21
TDN
58-65
Sumber: WAHYONO (2001)
Pakan lengkap (Complete feed) Pakan lengkap merupakan pakan dalam bentuk campuran lengkap bahan baku pakan untuk memenuhi kebutuhan sapi dan tidak memerlukan tambahan hijauan. Dalam pembuatan pakan lengkap perlu diperhatikan ketersediaan bahan lokal untuk menekan harga, kandungan gizi dan disukai ternak. Teknologi pengolahan limbah menjadi pakan lengkap akan meningkatkan nilai (bila efisien) dapat dilakukan pencacahan atau penggilingan akan merubah ukuran pakan dan melunakan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien. Pengeringan dengan panas matahari atau alat pengering menurunkan kadar air untuk ketahanan mutu, pencampuran dengan mesin pencampur (mixer) dan pengemasan (packing)
103
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi
Tabel 3. Kebutuhan gizi pakan sapi jantan BH (kg) 200
250
300
350
PBHH (kg)
BK (kg)
TDN (kg)
PK (g)
Ca (g)
P (g)
0,00
3,7
1,8
285
6
6
0,25
4,5
2,2
470
11
9
0,50
5,2
2,8
554
16
12
0,75
5,4
3,2
622
21
15
1,00
5,6
3,7
690
27
17
1,10
5,6
3,9
714
30
18
0,00
4,4
2,0
337
9
9
0,25
5,3
2,6
534
12
10
0,50
6,2
3,2
623
16
14
0,75
6,4
3,8
693
21
17
1,00
6,6
4,3
760
28
19
1,10
6,6
4,6
782
30
20
0,00
5,0
2,4
385
10
10
0,25
6,0
3,0
588
15
11
0,50
7,0
3,7
679
19
14
0,75
7,4
4,3
753
23
18
1,00
7,5
5,0
819
28
21
1,10
7,6
5,3
847
30
22
0,00
5,7
2,6
432
12
12
0,25
6,8
3,3
635
16
14
0,50
7,9
4,1
731
20
16
0,75
8,3
4,8
806
25
18
1,00
8,5
5,6
874
30
21
1,10
8,5
5,9
899
31
23
1,20
8,5
6,2
943
32
24
Sumber: KEARL (1982)
Limbah sawit praktis untuk digunakan menyusun pakan lengkap (SUHARTO, 2003) karena tersedia, mudah diperoleh untuk diberikan pada sapi, efisiensi pengangkutan, penyimpanan, disamping fungsi pengawetan. Penyediaan pakan lengkap akan membantu memecahkan masalah nasional yaitu penyediaan daging sapi. SUWIGNYO (2003) menyebutkan bahwa pakan lengkap dapat bersaing di pasaran dengan harga tertentu dan pengaruh terhadap pertumbuhan cukup tinggi sehingga populasi dan produktivitas ternak meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. ELISABETH dan GINTING (2003) menunjukkan bahwa limbah sawit berupa campuran pelepah (60%), lumpur sawit (18%),
104
bungkil inti sawit (18%), dedak (4%), urea (0,4%) dan garam (0,1%) dengan kandungan protein hanya 7,8% memberikan pertambahan bobot hidup sapi jantan sebesar 0,58 kg/hari dan lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan lain. BATUBARA et al. (2003) juga menunjukkan bahwa pemberian pakan menggunakan daun sawit, lumpur, bungkil inti sawit (diolah atau tanpa diolah) memberikan pertambahan bobot hidup kambing sangat nyata lebih tinggi (53-77 g/hari; kandungan PK 12-14,5%) dibandingkan dengan pakan kontrol. Pengaruh pemberian pakan yang dibentuk blok pada domba jantan dilaporkan oleh WIDJAJA dan UTOMO (2001) memberikan PBHH antara 64-83 g/hari menunjukkan
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi
potensi dan peluang pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan lengkap untuk penggemukan sapi. Selain itu WIDJAJA dan UTOMO (2004) juga memanfaatkan solid sawit untuk pakan tambahan ternak dengan dikeringkan KESIMPULAN Sistem integrasi sawit-sapi berpeluang cukup tinggi dengan tersedianya pakan dari limbah kebun sawit berupa pelepah, daun dan limbah olahan CPO sebagai pakan secara optimal. Alternatif penyusunan pakan lengkap bersumberkan limbah perkebunan dan pengolahan minyak sawit akan mengatasi masalah sulitnya ketersediaan hijauan terutama di musim kemarau dalam pengembangan usaha peternakan sapi. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2001. Inovasi Teknologi Pertanian. Kantor Pengelola Kekayaan Intelektual dan Alih Teknologi (KP-KIAT), Badan Litbang Pertanian Jakarta. ANONIMUS. 2001a. Teknologi Usaha Penggemukan Sapi Potong. BPTP Jawa Tengah. Ungaran. ANONIMUS. 2005a. Laporan Tahunan 2004. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. ANONIMUS. 2005b. Kebijaksanaan Pembangunan Peternakan Kalimantan Selatan Tahun 2006. Makalah Temu Informasi Pembangunan Pertanian Banjarbaru tanggal 26-28 Juli 2005. BPTP Kalimantan Selatan. ANONIMUS. 2005c Buku Saku Perkebunan Tahun 2005. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. BATUBARA, L.P., S.P. GINTING, K. SIMANIHURUK, J. SIANIPAR dan A. TARIGAN. 2003. Pemanfaatan limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum kambing potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29-30 September 2003. hlm. 106-109. ELISABETH, J. dan S.P. GINTING. 2003. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Pros. Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 110-119.
ERNINGPRAJA, L. dan DARNOKO. 2005. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. GINTING, S.P. dan J. ELISABETH. 2003. Teknologi pakan berbahan dasar hasil sampingan perkebunan kelapa sawit. Pros. Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 129136. HARDIANTO, R. 2004. Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Agroindustri Sebagai Bahan Baku untuk Pengembangan Industri Pakan Ternak Complete Feed. Program Magang dan Transfer Teknologi Pakan. BPTP Jawa Timur. Malang. HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A.D. TILLMAN. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke-4. Gadjah Mada Presss. Yogyakarta. KEARL, L.C. 1982. Nutrients Requirement of Ruminants in Developing Countries. Utah Agricultural Experiment Station. Utah State University. Logan. Utah. MATHIUS, I. W., D. SITOMPUL, B.P. MANURUNG dan ASMI. 2003. Produk samping tanaman dan pengolahan buah kelapa sawit sebagai bahan dasar pakan komplit untuk: Suatu tinjauan. Pros. Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 120-128. NAJIB, M., E.S. ROHAENI dan TARMUDJI. 1997. Peranan ternak sapi dalam sistem usahatani tanaman pangan di lahan kering. Pros. Seminar nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid II. Bogor, 17-19 Nopember 1997. hlm. 759-766. ROHAENI, E.S., N. AMALI, A. DARMAWAN, SUMANTO dan A. SUBHAN. 2004. Pemanfaatan Limbah Jagung Sebagai Pakan Lengkap dalam Sistem Usahatani Ternak dan Jagung di Lahan Kering. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Kalimantan Selatan. Banjarbaru. SUDARYANTO, B. 1999. Peluang penggunaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998. hlm. 428-433. SUHARTO. 2003. Pengalaman pengembangan usaha sistem integrasi sapi kelapa sawit di Riau. Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 57-63.
105
Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Sawit-Sapi
SUWIGNYO, B. 2003. Penggunaan Complete Feed Berbasis Jerami Padi Fermentasi pada Sapi Australian Commercial Cross terhadap Konsumsi Nutrien, Pertambahan Bobot Badan dan Kualitas Karkas. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universityas Gadjah Mada. Yogyakarta. WAHYONO, D.E. 2001. Pengkajian Teknologi Complete Feed pada Usaha Penggemukan Domba. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang.
106
WIDJAJA, E. dan B.N. UTOMO. 2001. Pemanfaatan limbah kelapa sawit solid sebagai pakan tambahan ternak ruminansia di Kalimantan Tengah. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 17-18 September 2001. hlm. 262-268.