PERILAKU KOMUNIKASI WANITA TANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Kasus di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT) Onike T. Lailogo dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Peran penting komunikasi dalam pengambilan keputusan mengenai suatu inovasi baru terlebih inovasi yang berkaitan langsung kehidupan masyarakat sangat diperlukan. Dan keikutsertaan kaum wanita terutama yang tergabung dalam kelompok wanita tani dalam pengambilan keputusan akan mencerminkan sikap dan perilakunya terhadap suatu inovasi baru. Penelitian ini telah dilaksanakan di di Desa Oenoni dan Ponain, kecamatan Amarasi. Tujuan penelitian antara lain untuk (1) mengetahui perilaku komunikasi wanita tani dalam pengambilan keputusan inovasi penggemukan sapi potong, dan (2) menjelaskan hubungan perilaku komunikasi wanita tani dalam pengambilan keputusan inovasi penggemukan sapi potong. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pada umumnya wanita tani di Desa Oenoni dan ponain mempunyai aktifitas komunikasi yang sedang. Hal ini dapat diartikan bahwa kaum wanita tani kadang-kadang melakukan aktivitas komunikasi dengan lingkunganya, cukup kosmopolit dan cukup berpartisipasi dalam forum-forum komunikasi yang ada meskipun kurang terdedah media massa. Kontribusi wanita tani pada pengambilan keputusan inovasi penggemukan sapi potong cukup tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa kaum wanita tani umumnya cukup berperan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi dan mengimplementasikannya meskipun kontribusinya sangat rendah seiring dengan menurunnya aktivitas petani pada tahap konfirmasi. Oleh karena itu disarankan agar penyampaian informasi baik melalui media massa (cetak maupun elektronik) dan juga saat melakukan pembinaan kiranya dapat menyentuh pada aspek keberlanjutan suatu inovasi. Kata kunci : Perilaku, wanita tani, inovasi. PENDAHULUAN Latar belakang Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) didominasi oleh tipe lahan kering beriklim kering sehingga mengakibatkan usahtani di bidang sub sektor tanaman pangan (jagung dan padi) hanya diusahakan selama musim hujan saja dan usaha peternakan merupakan usahatani yang diandalkan. Sebanyak 85% dari total populasi ternak di NTT terdiri dari jenis sapi Bali di pulau Timor. Sistem pemeliharaan sapi masih bersifat ekstensif tradisional, yaitu hanya mengandalkan pakan dari padang penggembalaan yang tersedia secara alamiah. Ketersediaan pakan dari rumput alam sangat berfluktuasi menurut musim, sehingga terjadi penurunan produktivitas ternak di musim kemaru, karena pada periode tersebut kualitas dan kuantitas rumput alam menurun. Pada musim hujan produksi hijauan rumput leguminosa alam cukup banyak, namun perimbangan ketersediaan rumput dan leguminosa masih sangat rendah hanya sekitar 93:7 yang seharusya imbangan rumput dan leguminosa yang optimal adalah 60:40 (Wirdahayati dkk., 1999). Sistem pemeliharaan sapi secara semi intensif telah lama diperkenalkan melalu ‘paron’/penggemukan, namun pola ini belum memperlihatkan tentang perbaikan pakan, baik jumlah maupun kualitasnya, perkandangan, dan kesehatan ternak itu sendiri. Ternak sapi hanya diikat di bawah pohon atau hanya dikandangkan pada malam hari saja, dengan lama pemeliharaan biasanya memakan waktu 1-2 tahun sebelum dijual dengan pertambahan berat badan hanya 0,3-0,5 kg/ekor/hari (Wirdahayati dkk., 1999). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT sebagai institusi yang mempunyai mandat menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi dan menyebarkan teknologi-teknologi tersebut ke tingkat pengguna, khususnya petani, berupaya agar potensi peternakan yang ada di daerah tersebut dapat dikelola dengan seoptimal mungkin. Oleh karena itu melalu kegiatan pengkajian, penyuluhan dan penyebaran informasi yang dilakukan, maka institusi tersebut melakukan suatu kegiatan difusi inovasi teknologi penggemukan ternak sapi potong di Kecamatan Amarasi Kabupaten Kupang yang telah dilaksanakan sejak tahun 1997 hingga tahun 2002.
Adopsi inovasi teknologi penggemukan sapi potong dapat memberikan dampak yang cukup berarti dimana ternak sapi memperoleh pertambahan berat badan antara 0,54-0,90 kg/ekor/hari dengan masa pemeliharaan yang cukup singkat yaitu 3-6 bulan sebelum dijual, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peranan kaum wanita tani. Selain pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ternak sapi itu sendiri, para wanita tani tersebut berperan dalam pemanfaatan limbah ternak (kotoran) dalam bentuk pupuk (kompos dan bokasi) yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha pertanian lainnya seperti padi gogo, tanaman sayur-sayuran dan hortikultura. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa perlakuan pemanfaatan pupuk kandang sebagai bokasi memberikan pendapatan kotor Rp. 3,1 juta awtau pendapatn bersih Rp. 2,1 juta (Masniah, dkk, 2000). Menurut Wariso (1999) peran wanita dalam pertanian tidak akan terlepas dari sistem kekerabatan yang berlaku dalam masyarakatnya. Hampir di semua kabupaten di NTT, sistem kekerabaan didasarkan atas garis keturunan laki-laki (partrileneal). Dalam masyarrakat demikian hak atas tanah diwariskan kepada anak laki-laki, anak perempuan tidak memperoleh warisan. Kuatnya hak lakilaki terhadap lahan pertanian yang merupakan sumber daya rumah tangga dan masyarakat sangat berpengaruh pada posisi sosialnya, pada proses pengambilan keputusan (dalam rumah tangga dan masyarakat) dari pada kekuasaan. Hasil penelitian Ratnawati dkk, (2001) menunjukkan sumbangan tenaga kerja wanita pada kegiatan penggemukan sapi potong di desa Oenoni dan Tesbatan masing-masing sebesar 3,57-4,08 jam/ hari, yiatu untuk kegiatan memotong rumput, memberi makan, mengambil air, memberi minum dan membersihkan kandang, sedangkan untuk kegiatan rumah tangga 2,05-2,075 jam/hari, yaitu untuk memasak, membersihkan rumah, mengambil air, mengasuh anak, sosial dan posyandu. Hsil penelitian tersebut menunjukkan kontribusi wanita dalam usahatani cukup besar. Selain kontribusi wanita tani melalui sumbalngan tenaga kerja dalam penerapan inovasi teknologi penggemukan ternak sapi potong tersebut diatas, diduga bahwa hal ini dipenaruhi oleh perilaku komunikasinya dalam proses pengambilan keputusan adopsi inovasi. Hal ini karena perilaku komunikasi masyarakat berhubungan erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program (Sastropoetro, 1988). Menurut Rogers (1983) perilaku komunikasi menggambarkan tingkatan petani dalam mengadopsi inovasi yang digambarkan oleh peubah perilaku komunikasi, meliputi : a) partisipasi social, b) berhubungan dengan orang di luar system social, c) hubungan dengan agen pembaharu, d) penguasaan informasi, e) tingkat kepemimpinan, f) system norma yang dianut, g) aktivitas komunikasi interpersonal, dan h) keterdedehan pada media massa. Berdasarkan uraian tersebut maka telah dilakukan suatu penelitian tentang Perilaku Komunikasi Wanita Tani Dalam Pengambilan Keputusan Inovasi Penggemukan Sapi Potong. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku komunikasi wanita tani dalam pengambilan keputusan inovasi penggemukan sapi potong. MATERI DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni tahun 2003 di desa Oenoni dan desa Ponain, kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Populasi dan Sampel Populasi pengamtan adalah seluruh wanita tani yang adalah istri dari kepala keluarga/petani peternak sapi potong yang tergabung dalam empat kelompok pelaksana kegiatan penggemkan di desa Oenoni dan dua Kelompok di Desa Ponain dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sentra pengembangan ternak sapi potong dengan pola Sistem Usaha Pertanian Sapi Potong. Penentuan Responden dilaksanakan secara Acak Sederhana, dimana dari setiap kelompok diambil 10 orang, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Desain Penelitian dan Data
Penelian didesain sebagai suatu survey yang bersifat deskriptif korelasional. Penelitian dengan rancangan ini ingin memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gembaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Data yag dikumpulkan terdiri dari dua tipe, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperolah langsung dari obyek penelitian di lapangan, mencakup : Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan formal dan no formal, pengalaman berusahatani dan besarnya pendapatan rumah tanggal, tingkat pengetahuan wanita tani tentang inovasi, dan sikap terhadap inovasi). Perilaku komunikasi (partisipasi komunikasi, kekosmopolitan, pemanfaatan media massa) dan Pembinaan (Kesesuaian materi binaan, arah komunikasi, kredibilitas sumber dan pendekatan komunikasi). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rujukan hasil-hasil penelitian terdahulu dan mempunyai keterkaitan dengan matari penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Kupang Wilayah Kabupaten Kupang secara geografis terletak di antara 9 o19’-10o57’ Lintang Selatan dan o 121 30’-124o11’. Secara administratif Kabupaten Kupang meliputi ujung pulau Timor Bagian Barat (10 kecamatan), pulau Sawu (3 kecamatan) dan beberapa pulau kecil lainnya seperti pulau Semau dengan total luas wilayah sebesar 5.898,18 km2. Permukaan tanah wilayah Kabupaten Kupang umumnya berbukit-bukit, bergunung-gunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah dengan tingkat kemiringan rata-rata mencapai 45o. Tingkat kemiringan dan luas areal sebagai berikut : 0o – 2o seluas 34.462 Ha (10,15%); 3o-15o seluas 197.145 Ha (26,86%); 15o – 40o seluas 324.771 Ha (44,26%) dan >41o seluas 137.494 Ha (18,73%). Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, sebagian besar dari wilayah Kabupaten Kupang berada pada ketinggian dari 0-500 meter, dengan perincian sebagai berikut : 0-50 meter seluas 47.144 Ha (20,50%), 50-100 meter seluas 112.126 Ha (15,28%); 100-150 meter seluas 98.1323 Ha (13,37%); 150-500 meter seluas 301.960 Ha (41,55%) dan 500 meter selyuas 74.509 Ha (10,15%). Musim hujan berlangsung dari bulan Nopember – April dan musim kemarau dari bulan Mei sampai dengan Oktober. Curah hujan tertinggi pada bula Februari. Musim kemaru yang penjang dengan curah hujan yang rendahg merupakan gambaran umum yang telihat di wilayah NTT. Rata-rata curah hujan (tahun 1991 – 2001) di Kabupaten Kupang yaitu sebesar 1.611,39 mm dengan rata-rata hari hujan sebesar 90,20 hari (berkisar 73-115 hari). (Gambar 1).
Gambar 1. Rata-rata curah hujan 10 (sepuluh) tahun terakhir (1992-2002). Berbeda dengan tipe iklim di sebagian besar wilayah Indonesia, fluktuasi curah hujan bulanan di Kabupaten Kupang sangat besar. Dari Gambar 1, terlihat adanya masa-masa dengan curah hujan < 100
mm, sekitar 4-6 bulan, di samping itu ada bulan-bulan dengan intensitas curah hujan yang sangat tinggi yaitu > 400 mm per bulan walaupun berlangsung 1-2 bulan saja, tetapi dapat menyebabkan rusaknya tanah akibat erosi. Hal ini berlanjut dengan menurunnya kesuburan tanah dan tidak meratanya pertumbuhan rumput yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pakan bagi ternak. Kecamatan Amarasi merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Kupang yang terpilih sebagai lokasi penelitian dengan luas wilayah 737,47 km2 atau 10,27% dari luas Kabupaten Kupang. Walaupun Kabupaten Kupang merupakan wilayah yang berada di ibukota Propinsi NTT, namun potensi padang penggembalaan di Kabupaten Kupang masih cukup tersedia yaitu seluas 115.465 ha dan di Kecamatan Amarasi seluas 300 ha. Padang penggembalaan ini akan lebih luas kalau diperhitungkan lahan kering lain yang belum dimanfaatkan untuk tanaman pangan yang juga berpotensi dalam penyediaan hijauan makanan ternak sebagai sumber pakan. Kondisi Peternakan Sapi Potong Potensi sumberdaya pertanian di Kabupaten Kupang terutama ternak sapi merupakan aset penting yang perlu dikembangkan secara lebih terarah dan terpadu, dan diharapkan dapat menunjag kelanjutan pembangunan baik dalam kapasitasnya sebagai sumber pangan dan gizi maupun sebagai sumber pendapatan. Populasi sapi potong di Kabupaten Kupang yang didominasi sap Bali, diperkirakan sebesar 261.601 ekor dan Kecamatan Amarasi 29.912 ekor. Sapi Bali merupakan sumberdaya yang perlu dikembangkan secara maksimal, dan diharapkan dapat memberi manfaat bagi perbaikan taraf hidup petani peternak maupun perekonomian daerah. Sistem pemeliharaan ternak sapi masih bersifat ekstensif tradisional. Namun untuk meningkatkan produktivitas ternak, maka sistem tradisional ini telah diupayakan perbaikan sistem pemerliharaan semi intensif yang dikenal dengan sistem paron/penggemukan. Dalam sistem tersebut, belum semua aspek diperhatikan oleh peternak, misalnya dalam hal pemberian pakan yang belum berimbang antara legum dan rumput, demikian juga dalam hal kesehatan dan kandangnya, karena hanya dipelihara secara ikat pindah di bawah pohon. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT berupaya agar sistem paron ini diperbaiki dengan mendifusikan inovasi penggemukan sapi potong melalui kegiatan Sistem Usahatani Pertanian (SUP) Sapi Potong sejak tahun 1997-2002. Pada kegiatan tesebut semua modal yang diperlukan baik ternak sapi, lahan sebagai tempat kandang kelompok dibuat adalah berasal dari petani peternak sendiri. Demikian juga halnya dengan bahan-bahan untuk pembuatan kandang dan tempat pakan berasal dari bahan lokal yang diperoleh dari kebun petani peternak di desanya. Tenaga kerja yang diperlukan dalam seluruh tahapan teknologi juga tenaga keluarga petani sendiri. Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi merupakan suatu kebiasaan dari individu atau kelompok di dalam menerima dan menyampaikan pesan. Seperti yang diungkapkan oleh Rogers (1983), bahwa perilaku komunikasi pada individu atau kelompok dapat diindikasikan dengan adanya partisipasi, hubungan dengan sistem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan agen perubahan, keterdedahan dengan media massa, keaktifan dalam mencari informasi dan pengetahuan mengenai hal-hal yang baru (inovasi). Ada tiga aspek yang diamati yang berkaitan dengan perilaku komunikasi wanita tani, yaitu : i) partisipasi komunikasi, ii) kekosmopolitan, iii) pemanfaatan media massa. Partisipasi komunikasi merupakan keikutsertaan wanita tani dalam setiap kegiatan komunikasi di dalam lingkungannya yag bersifat aktif maupun pasif. Bersifat aktif, apabila petani dalam berinteraksi dapat berkomunikasi secara dua arah, yaitu saling memberikan informasi pertanian dan berdiskusi, serta bersifat pasif apabila cenderung untuk berkomunikasi secara satu arah atau lebih banyak menerima informasi saja. Dalam kehidupan sehari-hari, para wanita tani memiliki aktivitas dan berinterkasi dengan lingkungannya, yaitu keluarganya (suami/anak), sesama wanita tani, petugas penyuluh pertanian, aparat desa/kecamatan. Penilaian partisipasi komunikasi didasarkan kepada intensitas dalam berkomunikasi, yaitu berupa : selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah dalam berbagai aktivitas komunikasinya sehari-hari. Aktivitas komunikasi yang dilakukan berupa penyampaian informasi, berdiskusi mengenai usahatani dan menerima informasi/saran. Kekosmopolitan adalah tingkat keinginan dan kemampuan petani dalam mencari informasi dan berkomunikasi dengan pihak luar. Sedangkan pemanfaatan media massa adalah tingkat kemampuan
petani dalam mendapatkan informasi melalui pemanfaatan media massa baik cetak maupun elektronik, khususnya yang menyangkut bidang pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perilaku komunikasi wanita tani di Kecamatan Amarasi mempunyai aktivitas komunikasi yag sedang. Mereka cukup kosmopolit dan cukup berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan meskipun kurang terdedah media massa. Pengambilan Keputusan Inovasi Penggemukan Sapi Potong Tahap-tahapan yang biasanya dilalui dalam proses pengambilan keputusan inovasi, yaitu : pengenalan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi. Sehubungan dengan telah berlangsungnya kegiatan penggemukan sapi potong, maka dalam pembahasan ini dititikberatkan pada tiga tahap terakir yaitu keputusan, implementasi dan konfirmasi. Hasil penelitian menunjukkan banwa kontribusi responden dalam proses pengambilan keputusan inovasi penggemukan sapi potong di Desa Oenoni dan Ponain cukup tinggi. Mereka umumnya cukup berperan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi dan mengimplementasikannya, meskipun kontribusinya sangat rendah seiring dengan menurunnya aktivitas pada tahap konfirmasi. Kontribusi responden pada tahap keputusan cukup tinggi yang dapat dilihat dari keaktifan mencari informasi dan meminta pertimbangan ke berbagai pihak yang disertai dengan tingkat pemahamam terhadap informasi yang diterima sehingga memperkuat sikap untuk menerima suatu inovasi. Selain itu, hal ini menunjukkan pula bahwa responden berminat melaksanakan inovasi penggemukan sapi potong karena merasakan bahwa inovasi tersebut sesuai dengan potensi dan kebutuhan mereka sebagai peternak sapi potong Pada tahap implementasi, kontribusi wanita tani cukup tinggi. Hal ini karena selain keaktifan mencari informasi dan meminta pertimbangan dari berbagai pihak, juga keterlibatannya dalam palaksanaan penggemukan sapi potong cukup tinggi. Kontribusi wanita tani pada tahap konfirmasi ada hubungan dengan keaktifan mereka mencari informasi dan meminta pertimbangan dari berbagai pihak serta keaktifan dalam melaksanakan kegiatan penggemukan, baik untuk kegiatan memotong rumput, memberi makan, memberi minum dan membersihkan kandang bahkan sampai pada pemanfaatan limbah menjadi pupuk. Menurunnya kontribusi wanita tani tersebut seiring dengan menurunya aktivitas kaum lelaki dalam melaksanakan kegiatan penggemukan. Jumlah petani dari masing-masing kelompok semakin berkurang, pakan tidak diberikan lagi sesuai anjuran, perhatian terhadap kesehatan ternak menjadi berkurang, dan kandang kelompok tidak dimanfaatkan sehingga jumlah hasil kotoran tidak lagi seperti yang dihasilkan saat kegiatan penggemukan dilakukan dengan baik. Dengan demikian aktivitas wanita dalam pemanfaatan limbahpun menjadi menurun bahkan ada yang sama sekali tidak melaksanakan lagi KESIMPULAN 1. Perilaku komunikasi wanita tani di desa Oenoni dan Ponain menunjukkan bahwa mereka mempunyai aktivitas komunikasi yang sedang, yaitu cukup kosmopolit dan cukup berpartisipasi dalam kegiatankegiatan penyuluhan meskipun kurang terdesah media massa. 2. Kontribusi wanita tani pada pengambilan keputusan inovasi penggemukan sapi potong di desa Oenoni dan Ponain cukup tinggi. Mereka umumnya cukup berperan dalam pengambilan keputusan untuk menerima inovasi penggemukan sapi potong dan mengimplementasikannya, meskipun kontribusinya sangat rendah seiring dengan menurunnya aktivitas pemeliharaan pada tahap konfirmasi.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2002. Kabupaten Kupang Dalam Angka. Biro Pusat Statistik Kabupaten Kupang. Astrid S. Sutanto, 1982. Komunikasi Massa. Jilid 2. Penerbit Bina Cipta, Bandung Devito, JA. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Kuliah Dasar. Edisi Kelima. Profesional Books. Ila A, Onike TL, Wirdahayati R.B, 2000. Teknologi Penggemukan Sapi Potong Model Amarasi. Brosur. Departemen Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat, NTT. Lailogo Onike T., 2003. Hubungan Perilaku Komunikasi Wanita Tani dengan Pengambilan Keputusan Inovasi Penggemukan Sapi Potong (Kasus di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT). Thesis Program Pasca Sarjana Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan. Institut pertanian Bogor. Masniah, Wirdahayati R.B, Debora K, 2001. Pemanfaatan Pupuk Kandang Pada Tanaman Sayuran Kacang Panjang dan Tomat di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang. Laporan Hasil Penelitian/Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat, NTT. Ratnawati S, Asnah, Onike TL, Debora K, Wirdahayati RB, 2001. Sumbangan Tenaga Kerja Wanita Tani Dalam Usaha Penggemukan Sapi Potong. (Kasus Amarasi). Laporan Hasil Penelitian/Pengkajian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat, NTT. Rogers. EM, 1983. Diffusion of Innovation. New York Free Press. Wariso RAM, 1999. Memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Untuk Mempercepat Proses Adopsi Difusi Teknologi Sistem Usahatani. Prosiding Lokakarya Regional. Penerapan Teknologi Indigenous dan Teknologi Maju Menunjang Pembangunan Pertanian di Nusa Tenggara, tanggal 1-2 Maret 1999. Kerjasama Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi NTT dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat, NTT dengan Department of Primary Industry and Fisheries, Darwin. Northern Territory Australia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Wirdahayati R.B, HH Marawali, A. Ila, A. Bamualim, 1999. Pengkajian Sistem usaha Pertanian Sapi Potong Menunjang Usahatani Terpadu di Pulau Timor. Prosiding Lokakarya Regional. Penerapan Teknologi Indigenous dan Teknologi Maju Menunjang Pembangunan Pertanian di Nusa Tenggara, tanggal 1-2 Maret 1999. Kerjasama Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi NTT dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Naibonat, NTT dengan Department of Primary Industry and Fisheries, Darwin. Northern Territory Australia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.