PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH YANG RAWAT INAP (Studi Experimental di Ruang Nusa Indah Rumah Sakit Umum Daerah Pare Tahun 2010) 1
Emi Agustina 1, Artie Puspita 2 Dosen Akademi Keperawatan Pamenang 2 Perawat RSUD Pare
ABSTRAK Anxiety is one of the reactions of children having inpatient treatment in a hospital. If unrelieved, it can make them uncooperative during the treatment process. The objectives of this study was to know the effect of Playing therapy by colouring picture on alleviating anxieties of preschool-age children undergoing inpatient treatment in Nusa Indah Ward of Kediri Public Hospital, Pare. Research method used in the research was pre-experimental research, by pre and post treatment. The research employs 8 of all preschool-age children undergoing inpatient treatment in Nusa Indah Ward of Pare Regional Public Hospital from March 19, 2010 to April 19, 2010 as a sample. These data were processed by comparing the anxiety scale before the treatment with it after the treatment by Hamilton Anxiety Rating Scale, and analyzing data by Cross Tabulating and Wilcoxon's test. The research concludes that before the treatment 62,5% of all respondents (5 respondents) are on small anxiety scale and 37,5% of them (3 respondents) are on moderate anxiety scale; meanwhile, after the treatment 87,5% of all respondents (7 respondents) do not feel anxieties and 12,5% of them (1 respondent) are on small anxiety scale. This means that the playing therapy by colouring a picture is proper to be an alternative therapy method to use in the hospital to ease preschool-age children's anxieties when receiving inpatient treatment. Key Words: Playing Therapy, Preschool-Age Children, Inpatient Treatment. stroom dan Elander (1997), Brewis,E (1995), Brennan,A (1994) mengemukakan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang dapat menimbulkan reaksi tertentu yang berdampak pada kerjasama anak dalam perawatan anak selama di RS. Reaksi tersebut dalam bentuk kecemasan dari fase ringan sampai berat yang tentunya akan mempengaruhi proses penyembuhan anak selama di RS (Supartini, 2004). Anak prasekolah yang dirawat di RS menunjukkan reaksi berupa perilaku seperti protes, putus asa, dan regresi (Wong, 2003). Sikap regresi bisa dalam bentuk menangis, bersandar pada ibu, serta menolak makan maupun pengobatan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di ruang Nusa Indah RSUD
LATAR BELAKANG Anak adalah individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup makan, minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman (Supartini, 2004). Kondisi anak yang kurang baik/sakit yang mengharuskan seorang anak rawat inap di Rumah Sakit (RS) akan membuat anak dan orang tua tidak hanya dihadapkan pada masalah kesehatan fisik anak saja tetapi juga psikologis karena baik anak maupun orang tua harus beradaptasi dengan lingkungan yang asing. Hasil
JURNAL AKP
36
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
Pare tanggal 10 Oktober 2009 didapatkan 4 dari 6 anak prasekolah yang rawat inap mengalami kecemasan selama perawatan. Dua orang anak mengalami susah tidur, terus menangis di malam hari. Satu orang anak melepas infus dengan paksa, dan satunya lagi merengek ingin segera pulang. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mereka sehingga perlu dilakukan usaha guna mengurangi tingkat kecemasan anak tersebut. Hasl stroom (dalam Supartini, 2004) mengemukakan reaksi yang ditunjukkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi/ rawat inap umumnya tidak koopertif saat dilakukan perawatan. Hal tersebut dapat terjadi karena anak menghadapi sesuatu yang baru yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Umumnya tenaga kesehatan melakukan komunikasi terapeutik, melibatkan orang tua dalam perawatan, memodifikasi ruang perawatan untuk memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak (Supartini, 2004). Namun tidak hanya itu yang diperlukan oleh anak prasekolah yang kurang kooperatif karena cemas, mereka memerlukan terapi yang dapat membuat mereka nyaman sehingga manfaat hospitalisasi bisa lebih maksimal. Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Menurut Champbell dan Glasser (dalam Supartini, 2004) Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara paling efektif untuk menurunkan stres pada anak dan penting utnuk kesejahteraan mental dan emosional anak. Permainan pada anak yang rawat inap di RS tidak hanya memberikan rasa senang pada anak tetapi juga membantu anak mengekspresikan perasaan, pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri. Tentu saja permainan tersebut harus sesuai dengan prinsip bermain anak selama di RS yaitu tidak membutuhkan banyak energi, waktunya singkat, mudah dilakukan, aman, sesuai kelompok umur, melibatkan orang tua, dan tentunya tidak bertentangan dengan terapi. Pada anak-anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka misalnya pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) permainan menggambar, mewarnai atau melukis merupakan permainan yang sesuai dengan prinsip bermain di RS dan dapat mambantu mengekspresikan perasaan pikiran cemas, takut, sedih, tegang, dan nyeri (Supartini, 2004).
JURNAL AKP
Mewarnai memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat therapeutic (sebagai permainan penyembuh/ therapeutic play) yang membuat anak mengekspresikan perasaannya, sebagai cara berkomunikasi tanpa menggunakan kata. (Suparto, 2003). Warna juga merupakan media terapi untuk membaca emosi seseorang dan dapat meringankan stress pada anak (Farida, 2009). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak prasekolah yang rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimental jenis one group pre and post test design. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 19 maret sampai 19 april 2010 di Ruang Nusa Indah yang merupakan ruang perawatan anak RSUD Pare. Variabel penelitian ini meliputi variabel independent yaitu terapi gambar dan variabel ini sekaligus merupakan variabel yang dikontrol oleh peneliti. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan. Populasi penelitian adalah seluruh anak pra sekolah yang dirawat di rumah sakit selama periode penelitian. Sampel adalah sebagian anak pra sekolah yang dirawat yang ditetapkan dengan criteria tertentu. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposif sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala Hamilton Anxiety Rating Scale dan dilakukan sebelum dan setelah perlakuan (pemberian terapi gambar) pada anak. Analisis data dilakukan dengan pendekatan analisis deskriptif yang dilanjutkan dengan Uji Wilcoxon. Penelitian ini menggunakan pendekatan etik penelitian meliputi persetujuan (inform concent), ketanpanamaan (anonymity) serta kerahasiaan (convidentiality).
37
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
Diagram diatas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang diteliti ada lebih dari setengah responden yaitu 62,5 % atau 5 responden yang belum bersekolah, dan 37,5% atau 3 responden yang bersekolah Taman Kanak-Kanak tingkat Nol Kecil.
HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia 0%
25%
25%
4. Karakteristik Responden berdasarkan Riwayat MRS Sebelumnya
12,5% 37,5 % 3 tahun 4 tahun 6 tahun
3.5 tahun 5 tahun
12,5%
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang diteliti 37,5% atau 3 responden berusia 4 tahun , 25% atau 2 responden yang berusia 5 tahun, 25% atau 2 responden berusia 3 tahun, 12,5% atau 1 responden berusia 3,5 tahun, , dan 0% atau tidak ada sama sekali responden yang berusia 6 tahun. 2. Karakteristik Kelamin
Responden
berdasarkan
87,5 %
Belum Pernah MRS
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang diteliti responden yaitu 87,5% atau 7 orang responden belum pernah Masuk Rumah Sakit (MRS) sebelumnya, dan hanya 12,5 % responden atau 1 orang responden saja yang sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit (pernah MRS).
Jenis
37,5%
5. Karakteristik Responden berdasarkan Permainan yang disukai
62,5% Laki-laki
Pernah MRS
25%
Perempuan
12,5%
12,5%
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang diteliti lebih dari setengah responden yaitu 62,5% atau 5 responden yang berjenis kelamin laki-laki dan sisanya yaitu 37,5% atau 3 responden berjenis kelamin perempuan.
50% mobil-mobilan boneka
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang diteliti, ada 50% atau 4 responden yang menyukai mewarnai, 25 % atau 2 responden yang suka menyanyi, 12,5% atau 1 responden yang menyukai bermain boneka, dan 12,5% atau 1 responden yang menyukai permainan mobil- mobilan.
3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan 37,5%
Belum Bersekolah
JURNAL AKP
mewarnai menyanyi
62,5%
Nol Kecil
38
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
6. Karakteristik Responden Penyakit yang diderita 12,5%
25%
berdasarkan
yang tidak mengalami kecemasan maupun yang mengalami kecemasan berat.
Jenis
8. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Tingkat Kecemasan Post Test
50%
12,5 % 0% 87,5 %
0%
12,5%
Observasi Febris Observasi Febris dan diare Observasi Febris dan Vomiting Dengue Syok Sindrome
Diagram di atas menunjukkan bahwa dari 8 responden yang diteliti, ada 50% atau 4 responden yang MRS dengan observasi febris, dengan rincian sebagai berikut: 1 responden dengan observasi febris hari ke-2, 1 orang responden dengan observasi febris hari ke-3, dan 2 orang responden observasi febris hari ke4, ada 25 % atau 2 responden yang MRS dengan observasi febris dan vomiting, dengan masingmasing responden observasi febris hari ke-7 dan lainnya hari ke-10, dan ada 12,5% atau 1 responden yang MRS dengan observasi febris dan diare, serta 12,5% atau 1 responden MRS dengan DSS (Dengue Syok Sindrom) hari ke-4.
Tidak ada kecemasan
Cemas ringan
Cemas sedang
Cemas berat
Diagram diatas menunjukkan hasil penelitian frekuensi responden yang mengalami kecemasan dengan menggunakan skala HARS yang dimodifikasi di ruang Nusa Indah RSUD Pare setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar (post test). Hasil post test dari 8 responden menunjukkan 87,5% atau 7 responden tidak mengalami kecemasan, dan 12,5% atau 1 responden yang mengalami kecemasan ringan.
7. Distribusi Frekuensi Hasil Pengukuran Tingkat Kecemasan Pre Test 37,5%
0% 62,5%
Tidak ada kecemasan
Cemas ringan
Cemas sedang
Cemas berat
Diagram di atas menunjukkan frekuensi responden yang mengalami kecemasan dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale yang dimodifikasi (pre test) di ruang Nusa Indah RSUD Pare sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar. Hasil pre test dari 8 responden menunjukkan 62,5% atau 5 responden mengalami kecemasan ringan, 37,5% atau 3 responden yang mengalami kecemasan sedang dan 0 % atau tidak terdapat responden
JURNAL AKP
39
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
9. Tabulasi Silang Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Tingkat Kecemasan Menggunakan HARS (Hamilton Anxietas Rating Scale) Pre dan Post Test. Tingkat Kecemasan NO Terapi Bermain 1
Mengerjakan
2
Tidak Mengerjakan Total
Pre Test
Post Test
Tidak Ringan Sedang Berat ada 0 0 0 0% 0% 0% 0 5 3 0 % 62,5% 37,5 % 0 5 3 0 % 62,5 % 37,5 %
0 0% 0 0% 0 0%
Tidak Ringan Sedang Berat ada
0 7 1 0% 87,5% 12,5% 8 0 0 100 % 0% 0% 8 7 1 100% 87,5% 12,5%
0 0% 0 0% 0 0%
0 0% 0 0% 0 0%
Total
8 100% 0 0% 8 100%
responden yang mengalami kecemasan sedang. Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990). Reaksi anak dan keluarganya terhadap sakit dan rumah sakit adalah dalam bentuk kecemasan, stres, dan perubahan perilaku. Reaksi anak prasekolah ketika mengalami perawatan di rumah sakit adalah dengan menunjukkan reaksi perilaku seperti protes, putus asa, dan regresi (Wong, 2003). Hasl stroom dan Elander (1997), Brewis,E (1995), Brennan,A (1994) mengemukakan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang dapat menimbulkan reaksi tertentu yang berdampak pada kerjasama anak dalam perawatan anak selama di RS. Reaksi tersebut dalam bentuk kecemasan dari fase ringan sampai berat yang tentunya akan mempengaruhi proses penyembuhan anak selama di RS. Hasil tingkat kecemasan anak prasekolah yang rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare dengan menggunakan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) yang di modifikasi adalah 62,5% atau 5 responden mengalami kecemasan ringan, 37,5% atau 3 responden yang mengalami kecemasan sedang, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak prasekolah yang menjalani rawat inap di rumah sakit memang mengalami kecemasan. Maka, hal
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa tingkat kecemasan anak sebelum pemberian terapi (Pre test) adalah 62,5% atau 5 responden mengalami kecemasan ringan, 37,5% atau 3 responden yang mengalami kecemasan sedang dan 0% atau tidak terdapat responden yang tidak mengalami kecemasan maupun mengalami kecemasan berat. Sedangkan tingkat kecemasan anak setelah pemberian terapi (Post test) adalah 87,5% atau 7 responden mengalami tidak mengalami kecemasan, dan 12,5% atau 1 responden yang mengalami kecemasan ringan, dan 0% atau tidak terdapat responden yang mengalami kecemasan sedang maupun berat. Dari hasil uji statistik Wilcoxon menggunakan SPSS 14 didapatkan hasil dengan tingkat signifikansi 0,011 yang masih di bawah tingkat kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima yang dapat diartikan bahwa ada pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah yang Rawat Inap di Ruang Nusa Indah RSUD Pare. PEMBAHASAN 1. Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah yang Rawat Inap di Ruang Nusa Indah RSUD Pare a. Tingkat kecemasan anak prasekolah yang rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 62,5% atau 5 responden mengalami kecemasan ringan, 37,5% atau 3
JURNAL AKP
Total
40
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
ini seiring dengan teori dari Wong, Hasl stroom dan Elander yang menyatakan bahwa reaksi anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit salah satunya dalam bentuk kecemasan.
rasa tegang pada anak dan juga sesuai dengan teori dari Aswi yang menyatakan bahwa aktivitas mewarnai dapat mengalihkan perhatian dari stres karena terbukti anak yang diberikan terapi bermain mewarnai gambar tingkat kecemasannya berkurang. Sehingga terapi bermain mewarnai gambar ini layak dijadikan alternatif untuk mengurangi kecemasan anak khususnya anak prasekolah yang rawat inap dirumah sakit.
b. Tingkat kecemasan anak prasekolah yang rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yaitu 87,5% atau 7 responden tidak mengalami kecemasan,dan 12,5% atau 1 responden yang mengalami kecemasan ringan. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan (Supartini, 2004). Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi pada anak adalah dengan memberikan terapi bermain. Terapi bermain dapat dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan anak. (Indra, 2008). Melalui permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Supartini, 2004). Aktivitas mewarnai merupakan suatu bentuk distraksi (pengalihan perhatian) dari stres. Karena stres dapat membuat pikiran buntu, maka mewarnai gambar yang lucu dapat merangsang kreativitas sekaligus memancing kegembiraan. (Aswi, 2008) Hasil tingkat kecemasan yang mengalami penurunan yaitu sebelum diberikan terapi (pre test) terdapat 37,5% responden yang mengalami kecemasanan sedang setalah diberikan terapi (post test) menjadi 0% atau tidak ada responden yang mengalami kecemasan sedang, dan tingkat kecemasan ringan yang semula sebelum pemberian terapi 62,5% menjadi 12,5%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kecemasan anak sesudah pemberian terapi bermain mewarnai gambar mengalami penurunan. Maka hal ini sesuai dengan teori dari Supartini dan Indra yang menyatakan bahwa terapi bermain dapat mengurangi
JURNAL AKP
2. Pelaksanaan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terapi bermain mewarnai gambar diberikan pada 8 responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan peneliti dari populasi sejumlah 30 anak prasekolah yang rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare mulai tanggal 19 Maret 2010 – 19 April 2010. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan (Supartini, 2004). Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara paling efektif untuk menurunkan stres pada anak dan penting utnuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glasser, 1995). Aktivitas mewarnai merupakan suatu bentuk distraksi (pengalihan perhatian) dari stres. Mewarnai memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ therapeutic play) yang membuat anak mengekspresikan perasaannya, sebagai cara berkomunikasi tanpa menggunakan kata. (Suparto, 2003). Dalam pemberian terapi ini, seluruh responden yaitu sejumlah 8 responden bersedia mengerjakan terapi ini tanpa paksaan dan hampir seluruh responden selama pelaksanaan terapi maupun sesudahnya tampak ceria dan tampak lebih bersemangat dari sebelumnya. Hampir seluruh responden yang semula lesu dan acuh setelah diberikan terapi mau berbicara, dan bercerita dengan keluarga maupun peneliti. Selain itu sesudah pemberian terapi ini terdapat pula perubahan perilaku setengah responden ( 4 orang responden) yang semula terdapat gangguan dalam hal makan yaitu makan sedikit, setelah pemberian terapi bermain mewarnai gambar responden menjadi bersedia makan atau tidak ada gangguan lagi. Apabila terapi ini diterapkan untuk anak prasekolah yang mengalami kecemasan maka 41
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
dapat menurunkan tingkat kecemasan karena selama pemberian terapi maupun sesudahnya responden ceria, lebih bersemangat, dan mengalami perubahan perilaku.
sedang kemudian setelah diberikan terapi (post test) menjadi 0% atau tidak ada responden yang mengalami kecemasan sedang, dan tingkat kecemasan ringan yang semula 62,5% setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar menjadi 12,5%. Hal ini menunjukkan bahwa terapi bermain mewarnai gambar memiliki pengaruh dalam penurunan tingkat kecemasan anak sehingga terapi ini dapat diterapkan di rumah sakit khususnya pada anak usia prasekolah yang mengalami kecemasan.
3. Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah yang Rawat Inap di Ruang Nusa Indah RSUD Pare. Berdasarkan diagram hasil penelitian menunjukkan 62,5% atau 5 responden mengalami kecemasan ringan, 37,5% atau 3 responden yang mengalami kecemasan sedang. Kemudian diberikan terapi bermain mewarnai gambar adapun hasil evaluasinya adalah 8 orang responden bersedia mengerjakan dan setelah diberikan terapi 87,5% atau 7 responden tidak mengalami kecemasan,dan 12,5% atau 1 responden yang mengalami kecemasan ringan. Dari hasil uji statistis Wilcoxon didapatkan hasil dengan tingkat signifikansi 0,011 yang masih di bawah tingkat kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima yang dapat diartikan bahwa ada pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah yang Rawat Inap di Ruang Nusa Indah RSUD Pare. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Supartini, 2004). Salah satu permainan yang dapat diberikan pada anak prasekolah yang mengalami kecemasan adalah terapi bermain mewarnai gambar. Karena pada usia ini anak menyukai warna-warna, pensil berwarna sangat menarik bagi anak-anak usia 3 dan 4 tahun (Syaiffudin, 2008). Hasil penelitian yang didapatkan, menunjukkan bahwa tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi (pre test) terdapat 37,5% responden yang mengalami kecemasanan
JURNAL AKP
SIMPULAN 1. Anak prasekolah yang menjalani rawat inap di ruang Nusa Indah RSUD Pare sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar mengalami kecemasan yaitu 62,5% atau 5 responden mengalami kecemasan ringan, 37,5% atau 3 responden yang mengalami kecemasan sedang dan setelah diberikan terapi tingkat kecemasan menurun yaitu 87,5% atau 7 responden tidak mengalami kecemasan, dan 12,5% atau 1 responden yang mengalami kecemasan ringan. 2. Dalam pemberian terapi ini, seluruh responden yaitu sejumlah 8 responden bersedia mengerjakan terapi ini tanpa paksaan dan hampir seluruh responden selama pelaksanaan terapi maupun sesudahnya tampak ceria, lebih bersemangat, mau berbicara, dan bercerita serta terdapat pula perubahan perilaku dalam hal makan. 3. Dari hasil analisis menggunakan uji statistik Wilcoxon menggunakan didapatkan hasil dengan tingkat signifikansi 0,011 yang masih di bawah tingkat kesalahan yang ditetapkan yaitu 0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima yang dapat diartikan bahwa ada pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan anak prasekolah yang rawat inap di ruang nusa indah RSUD Pare.
42
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aswi. (2008).50 Cara Ampuh Mengatasi Stress. Jakarta: Hi Fest Publishing Hartono, Avi. (2009). Lahirnya Gambar dan Mengapa Manusia Menciptakannya. www.netsains.com (download: 23 November 2009) Ita. (2009). Manfaat Mewarnai bagi Si Kecil.
[email protected]. (download: 12 Agustus 2009) Notoatmodjo, Sukidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ________________________(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Tuti. (2009). Rawat Inap. http://www.wikipedia.com. (download: 10 November 2009) Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika __________ (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Pri. (2009). Teori Kecemasan. http://www.artikelkesehatan.com. (download: 05 Agustus 2009) Suliswati, et. al. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC Supriyadi. (2009). Hospitalisasi pada Anak http://akperppnisolojateng. blogspot.com. (download: 29 September 2009) Wasis. (2008) Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC --. (2009) . Definisi warna. http://www.wikipedia.com. (download: 10 November 2009)
JURNAL AKP
43
No. 2, 1 Juli – 31 Desember 2010