Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
THE CORRELATION BETWEEN COMPASSION FATIGUE AND WORKING PERIOD WITH THE NURSE’S CARING BEHAVIOR TO CARE THE PATIENT AT EMERGENCY UNIT BANJARMASIN ULIN HOSPITAL Dwi Martha Agustina1, Hamzah2
ABSTRACT Background: The Patient’s condition who comes to the emergency unit can not be predicted his/her condition. He/she comes with different condition, and needs treatment quickly and correctly. The nurse is demanded to be efficient and quick to handle the patient, and in the fact, all of the treatment is possible to get success or not to handle the patient. In this case, it can appear stress for the nurse and it can cause compassion fatigue that will give impact to the treatment which is based on caring to the patient. Objective: To know the correlation between compassion fatigue and working period with the nurse’s caring behavior to care the patient at emergency unit. Methods: This research uses analitic descriptive planning by using cross sectional approach. The research population is the executor nurse at emergency unit Ulin General Hospital, Banjarmasin. The sample is taken by using purposive sample method and there are 28 respondents. The data is collected by using questioner. Bivariate data analysis uses spearmanrank and multivariate uses logistic regression test (p)= 0,05
Result: In bivariate analysis, there is correlation between compassion fatigue. Compassion satisfaction and burnout with the nurse’s caring behavior in handling the patient at emergency unit Ulin General Hospital, Banjarmasin. In other hand, there is no correlation between working period with the nurse,s caring behavior value is 0,863. The multivariate analysis result shows that the independent variable which is the most correlated to the nurse’s caring behavior is compassion satisfaction with p value is 0,026, a=0,05
Key Words: Compassion fatigue, Compassion satisfaction, Burnout, Working Period and Caring
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
88
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
HUBUNGAN ANTARA COMPASSION FATIGUE DAN MASA KERJA DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD ULIN BANJARMASIN Dwi Martha Agustina1, Hamzah2
INTISARI Latar Belakang: Keadaan pasien yang datang ke Instalasi Gawat darurat tidak dapat diprediksi keadaannya, datang dengan kondisi yang berbeda-beda, membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Perawat di tuntut sigap dan cepat dalam menangani pasien, dan dalam kenyataannya segala tindakan ada kemungkinan berhasil atau tidak dalam menangani pasien. Hal ini dapat menimbulkan suatu stress tersendiri bagi perawat yang dapat menimbulkan compassion fatigue yang akan berdampak dalam memberikan penanganan yang didasari caring terhadap pasien Tujuan: Mengetahui hubungan antara compassin Fatigue dan Masa Kerja dengan perilaku caring perawat dalam menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan deskriftif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana di IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling dan bejumlah 28 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner. Analisa data bivariate dengan spearman rank dan multivariate menggunakan uji regresi logistic (p)=0,05 Hasil: Dalam analisis bivariate terdapat hubungan antara compassion fatigue, compassion satisfaction dan burnout dengan perilaku caring perawat dalam menangani pasien di instalasi gawat darurat RSUD Ulin Banjaramasin, sedangkan masa kerja tidak ada hubungan dengan perilaku caring perawat dengan nilai p value 0,863. Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa variabel independent yang paling berhubungan dengan perilaku caring perawat adalah compassion satisfaction dengan nilai p value 0,026, a=0,05
Kata Kunci: Compassion fatigue, Compassion satisfaction, Burnout, Masa kerja dan Caring
1 2
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Rumah Sakit dr. Sutomo Surabaya
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
89
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
PENDAHULUAN Instalasi Gawat darurat (IGD) merupakan “Show Window” atau pintu gerbang pasien yang datang ke rumah sakit terutama pasien yang mengalami kegawatdaruratan. Instalasi Gawat Darurat memiliki karakteristik ruangan yang unik dimana beban kerja cukup tinggi dan memerlukan tindakan penanganan yang cepat, tepat dan terampil. Sedangkan, perawat yang memiliki sifat dan kepribadian dasar sangat peduli dengan pasien, Perawat yang bekerja di berbagai bidang keperawatan antara lain keperawatan kegawatdaruratan, perawat dipaliative, keperawatan jiwa, public health dan Bekerja di lingkungan yang tidak mendukung merupakan kontribusi terbesar terjadinya compassion fatigue. Hal ini, apabila tidak segera diatasi maka akan menguras stamina dan emosi perawat (Novita, 2012), serta menimbulkan tekanan yang dapat mempengaruhi perilaku Caring perawat dalam menangani pasien di Instalasi Gawat darurat. Mengingat bahwa Caring dianggap oleh banyak perawat sebagai aspek penting dalam keperawatan. Watson dalam Kozier & Erb (2010) meyakini praktik caring, sebagai pusat keperawatan, yang menggambarkan caring sebagai dasar sebuah kesatuan yang universal (kebaikan, kepedulian, dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain). Caring digambarkan sebagai moral ideal keperawatan; hal tersebut meliputi keinginan untuk merawat, dan tindakan merawat (caring). Menangani pasien yang didasari caring akan meningkatkan kepuasan pasien di IGD, dan sebaliknya apabila perawat tidak mampu memberikan pelayanan yang didasari caring pasien dan keluarga pun tidak puas akan pelayanan IGD dan akan berimbas kepada image suatu Rumah Sakit, mengingat bahwa IGD merupakan Show window suatu Rumah Sakit.
Sehingga perlunya perawat memberikan pelayanan yang didasari oleh caring. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional, Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di IGD RSUD Ulin Banjarmasin yang masuk dalam kriteria inklusi, yaitu: Perawat merupakan perawat pelaksana,karena perawat pelaksana yang memberikan perawatan dan pelayanan secara langsung pada pasien selama 24 jam (shift) , tidak dalam kondisi sakit, tidak dalam kondisi cuti lebih dari satu bulan, bersedia menjadi responden. Selama penelitian sampel yang didapatkan yaitu berjulam 28 perawat pelaksana. Pada penelitian ini menggunakan 2 Instrumen, dimana untuk menilai Compassion Fatigue diukur menggunakan Professional Quality of Life Scale, Versi lima (ProQOL5) yang dikembangkan oleh Stamm (2010). Professional Quality of Life Scale, Versi lima (ProQOL5) memiliki 30 item dan peserta di berikan pilihan dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 poin yaitu (1: pernah, 2: Jarang, 3: kadang-kadang 4: sering, dan 5:sangat sering). Professional Quality of Life Scale, Versi lima (ProQOL5) dibagi menjadi tiga subskala terpisah masing-masing memiliki 10 item: compassion satisfaction, Burnout, secondary traumatic Stress, setiap subskala mengukur konstruk yang berbeda. Tiga sub skala yang dinilai secara terpisah, burnout dan secondary traumatic stress mewakili dua komponen dari compassion fatigue. Dari hasil ketiga komponen dilaporkan dengan hasil rendah, sedang, dan tinggi untuk ketiga sub skala tersebut. Sedangkan perilaku Caring menggunakan CBI (Caring Behaviour Inventory) Instrument ini hasil terjemahan dari dari instrumen milik Wolf (Chrisnawati cit Watson,2011) yang diberi nama Caring Behavior Inventory berdasarkan teori
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
90
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
caringtranspersonal Watson. Caring Behavior Inventory menggunakan skala Likert dengan 4 point penilaian.
Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat, analisa bivariate, analisa multivariate.
Kuesioner tersebut akan diberikan bersamaan oleh peneliti kepada respondent dan memberikan kesempatan pada responden untuk membaca dengan tenang serta dipersilahkan apabila ada pertanyaan terkait dari isi kuesioner tersebut. Peneliti memberikan kuesioner tersebut dalam 3 shif dinas perawat yaitu pada dinas pagi, siang dan malam hal ini agar menghindari responden yang sama nantinya, peneliti juga memiliki catatan kecil untuk menandai perawat yang sudah mendapatkan kuesioner pada satu hari itu, karena tidak menutup kemungkinan di hari berikutnya adalah perawat yang sama yang berdinas di IGD RSUD Ulin Banjarmasin.
Responden sebagai sampel penelitian memiliki pertimbangan etik dengan menyakini bahwa responden harus dilindungi dengan memperhatikan obtain consent, informed consent, protect from harm, ensure privacy, anonymity.
HASIL a. Karakteristik Responden Berikut karakteristik responden penelitian meliputi, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, suku,dan masa kerja dilihat pada table.
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir, Suku, dan Masa kerja di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November-18 Desember 2015 (N=28) Karakteristik Responden Jenis Kelamin Pria Wanita
Jumlah
%
10 18
35,7 64,3
Usia Young adult (22-30 th) Adult (31-40 th) Old Adult (diatas41 tahun)
10 17 1
35,7 60,7 3,6
Pendidikan terakhir D 3 Keperawatan D 4 Keperawatan S1 Kep.Ners
21 2 5
75 7,1 17,9
25
89,3
7 18 3
25,0 64,3 10,7
Suku Banjar Masa Kerja Establishment Stage (0-2 th) Advancement Stage (3-10 th) Maintanance Stage (>10 th)
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
91
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
b. Gambaran responden berdasarkan Compassion fatigue dilihat dari Burnout, Compassion fatigue dilihat dari Secondary Traumatic Stress dan
Compassion satisfaction dan Perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan compassion fatigue dilihat dari secondary traumatic stress yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin 24 November-18 Desember 2015 (N=28) Kategori Compassion fatigue (secondary Traumatic Stress) Compassion fatigue/STS rendah Compassion fatigue/STS sedang Compassion fatigue/STS tinggi
Jumlah
Persentase (%)
5 15 8
17,9 53,6 28,6
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan compassion satisfaction yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin 24 November-18 Desember 2015 (N=28) Kategori Compassion satisfaction Compassion Satisfaction rendah Compassion Satisfaction sedang Compassion Satisfaction tinggi
Jumlah
Persentase (%)
4 14 10
14,3 50,0 35,7
Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan compassion fatigue dilihat dari Burnout yang dialami perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin 24 November-18 Desember 2015 (N=28) Kategori Burnout Burnout rendah Burnout sedang Burnout tinggi
Jumlah
Persentase (%)
7 20 1
25,0 71,4 3,60
Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan Perilaku Caring yang dimiliki perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin 24 November-18 Desember 2015 (N=28) Kategori Perilaku Caring perawat dalam menangani pasien Kehadiran Caring
Jumlah
25
Persentase (%)
89,3
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
92
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Kurang Caring
3
10,7
Rasa Hormat Caring Kurang Caring
24 4
85,7 14,3
Memiliki Hubungan Yang Positif Caring Kurang Caring
23 5
82,1 17,9
Memiliki pengetahuan dan keterampilan Profesional Caring Kurang Caring
25 3
89,3 10,7
Menghargai pengalaman orang lain Caring Kurang Caring
24 4
85,7 14,3
Perilaku Caring Secara Umum Caring Kurang Caring
23 5
82,1 17,9
c. Hubungan antara compassion fatigue dilihat dari burnout, compassion fatigue dilihat dari Secondary Traumatic Stress, compassion satisfaction, Masa Kerja, dan
Karakteristik responden (Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan terakhir) dengan perilaku caring perawat dalam menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Ulin Banjarmasin
Tabel 6 Hubungan antara compassion fatigue dilihat dari Secondary Traumatic Stress dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Compassion fatigue/STS Rendah Sedang Tinggi
Perilaku Caring caring Kurang caring N % N %
Total
P Value
n
%
5 14 4
5 15 8
17,9 53,6 28,6
0,008 100 93,3 50,0
0 1 4
0,00 6,7 50,0
Tabel 7 Hubungan antara Compassion fatigue dilihat dari Burnout dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Burnout Rendah Sedang Tinggi
Perilaku Caring Caring Kurang caring N % N %
Total
P Value
n
%
7 16 0
7 20 1
25,0 71,4 3,60
0,050 100 80,0 0,00
0 4 1
0,00 20,0 100
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
93
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Tabel 8 Hubungan antara compassion satisfaction dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Compassion satisfaction Rendah Sedang Tinggi
Perilaku Caring caring Kurang caring N % N %
Total
P Value
n
%
1 12 10
4 14 10
14,3 50,0 35,7
0,003 25,0 85,7 100
3 2 0
75,0 14,3 0,00
Tabel 9 Hubungan antara Masa Kerja dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Masa Kerja Establishmen tStage(0-2 th) Advancement Stage (3-10 th) Maintanance Stage (>10 th)
Perilaku Caring caring Kurang caring N % N %
Total
P Value
N
%
6 14 3
7 18 3
25,0 64,3 10,7
0,863 85,7 77,8 100
1 4 0
14,3 22,2 0,00
Tabel 10 Hubungan antara Usia dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Usia 22-30 tahun 31-40 tahun Diatas 40 tahun
Perilaku Caring caring Kurang caring N % N %
Total N
%
8 14 1
10 17 1
35,7 60,7 3,60
P Value
0,759 80,0 82,4 100
2 3 0
20,0 17,6 0,00
Tabel 11 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Jenis Kelamin Pria Wanita
Perilaku Caring caring Kurang caring N % N %
Total N
%
9 14
10 18
35,7 64,3
P Value
0,437 90,0 77,8
1 4
10,0 22,2
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
94
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Tabel 12 Hubungan antara Pendidikan dengan perilaku caring perawat di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 Variabel Independent
Pendidikan Terakhir D3 Keperawatan D4 Keperawatan Ners
Perilaku Caring Caring Kurang caring N % N %
Total
N
%
19 2 2
21 2 5
75,0 7,1 17,9
P Value
0,026 90,5 100 40,0
2 0 3
d. Variabel Independent yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku caring dalam menangani
9,5 0,00 60,0
pasien di Instalasi gawat darurat RSUD Ulin Banjarmasin
Tabel 5.14 Hasil Analisis Multivariat Compassion fatigue dan Masa Kerja dengan perilaku caring perawat dalam menangani pasien di IGD RSUD Ulin Banjarmasin 24 November 2015-18 Desember 2015 (N=28) Variabel Compassion fatigue/secondary traumatic stress Tinggi Sedang Rendah
B -20.090
Wald 0,000
p-Value 0,997
3.347
4.966
0,026
Burnout Tinggi Sedang Rendah
-38.274
0,000
0,997
0,00 (0,00-0,00)
Pendidikan D3 Keperawatan D4 Keperawatan Ners
-1.921
3.094
0,079
0,146 (0,017-1.246)
Compassion satisfaction Tinggi Sedang Rendah
OR (CI 95%) 0,00 (0,006-0,721)
28.414 (1.497-539.38)
PEMBAHASAN Compassion satisfaction merupakan fenomena positif hasil dari membantu pasien, hal ini ditandai dengan perasaan kesenangan dari mampu melakukan
pekerjaannya dengan baik. Dan dapat disebut sebagai kebalikan dari compassion fatigue. Compassion fatigue dan compassion satisfaction diukur dalam waktu yang bersamaan agar dapat melihat
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
95
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
perbedaan hasilnya. Compassion satisfaction muncul ketika perawat memiliki rasa terhubung dengan pasienpasiennya dan merasa senang dan menerima pekerjaannya sebagai seorang perawat (stamm et al.,2010). Dalam analisa multivariate juga menunjukkan bahwa variabel independent yang paling berhubungan dengan perilaku caring yaitu compassion satisfaction. Hasil penelitian diatas konsisten dengan penelitian sebelumnya yang membahas tentang lingkungan positif kerja dan pengalaman kerja yang lebih dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat (Friedrich, Prasun, Henderson, & Taft, 2011;Hoar,2011;Li, Early,Mahrer, Klaristenfeld, & Gold,2014; Hunsaker, &Heaston,2014). Compassion satisfaction dapat timbul didukung dengan situasi kerja yang sehat, menyenangkan, tim kerja yang solid dan saling mendukung, kepala ruangan atau manager yang mensupport. Compassion satisfaction muncul dari kesenangan dan rasa syukur yang berkembang dari merawat pasien, serta melalui kegiatan yang membantu menghidupkan semangat meraka untuk merawat pasien (Perry,2008). Dalam hal ini kembali perawat untuk melihat tujuan awal mereka atau niat, menyediakan energy yang nantinya dapat membantu mencegah timbulnya kemarahan, caring yang kurang dalam menangani pasien serta dapat lebih meningkatkan compassion satisfaction. Perilaku caring merupakan sesuatu yang essensial bagi manusia, sedangkan perawat sebagai salah satu profesi yang sangat memperhatikan caring dalam setiap pelayanan kesehatan yang di berikan kepada pasien. (Rafli, F.2007). Watson mengungkapakan seorang perawat harus bersikap empati, caring terhadap pasien.itu merupakan inti dari keparawatan (Watson, 2010). Empati dan tanggung
jawab, sabar, mendengarkan pasien dapat mengendalikan perasaan ketika bersikap kasar kepada pasien dan mampu serta berempati dalam melakukan penanganan dengan cepat dan melakukan triage dengan tepat merupakan perilaku caring yang dimiliki perawat (Watson, 2010). Berdasarkan teori Lawrence Green (1980) perilaku manusia dipengaruhi oleh dua factor pokok, yaitu factor perilaku (behavior causes) dan factor luar perilaku (non behavior causes). Perilaku terbentuk dari tiga factor dimana salah satu factornya adalah factor predisposisi (predisposing factors) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, norma social, budaya dan sebagainya. Sedangkan nilai burnout tidak berhubungan dominan dalam analisa multivariate dengan nilai p value 0,997, hal ini didukung dengan Dari penelitian menurut Maslach (dalam Ema, 2004, h. 37) mengungkapkan burnout berdampak bagi individu, orang lain, dan organisasi. Dampak pada individu terlihat adanya gangguan fisik seperti sulit tidur, rentan terhadap penyakit, munculnya gangguan psikosomatik, maupun gangguan psikologis yang meliputi penilaian yang buruk terhadap diri sendiri yang dapat mengarah pada terjadinya depresi. Dampak burnout yang dialami individu terhadap orang lain dirasakan oleh penerima pelayanan dan keluarga. Selanjutnya dampak burnout bagi organisasi adalah meningkatnya frekuensi tidak masuk kerja, berhenti dari pekerjaan atau job turnover, sehingga kemudian berpengaruh pada efektivitas dan efisiensi kerja dalam organisasi (Cherniss, dalam Ema, 2004, h. 38). Baron dan Greenberg (1995, h.260) menjelaskan bahwa burnout yang dialami seorang pekerja selain dipengaruhi oleh faktor internal juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor internal meliputi jenis kelamin, usia, dan harga diri, sedangkan faktor eksternal meliputi salah satunya
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
96
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
lingkungan kerja. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pekerja sewaktu menjalankan tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja adalah keadaan di sekitar tempat kerja pada waktu karyawan melakukan pekerjaannya. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan karyawan sehingga karyawan akan berusaha untuk menghasilkan sesuatu. Lingkungan kerja yang baik akan membawa pengaruh yang baik kepada para karyawan, pimpinan, dan hasil pekerjaannya (Anorogo & Widiyanti, 1990). Seberapa jauh akibat yang akan ditimbulkan oleh kondisi kerja tergantung pada bagaimana cara individu mempersepsikannya. Setiap individu mempunyai persepsi yang berbeda terhadap suatu hal walaupun berada didalam situasi yang sama. Apabila karyawan memiliki persepsi yang positif terhadap lingkungan kerja, maka karyawan akan menerima hal tersebut sebagai hal yang menyenangkan. Sebaliknya, bila karyawan memiliki persepsi yang negatif terhadap lingkungan kerja, maka karyawan akan menerima hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (Andriani, 2004). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku caring seseorang belum tentu di tentukan oleh satu jenis penyebab, tapi apabila burnout ini dapat dikurangi bahkan dihilangkan dengan situasi kerja, rekan kerja dan lingkungan kerja yang menyenangkan dan mendukung. Selain itu perilaku caring yang dikembangkan oleh Watson J, 2007 menyatakan bahwa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang perawat adalah kemampuan perilaku caring, yang juga merupakan sifat essensial seorang perawat. Pasien di IGD yang baru datang dengan penuh kecemasan akan menjadi lebih tenang apabila seorang perawat menangani pasien dengan caring yang baik.
KESIMPULAN Karakteristik responden, ditinjau dari usia kelompok umur yang paling banyak 31-40 tahun, ditinjau dari jenis kelamin diketahui responden palingnyak berjenis kelamin perempuan (64,3%), ditinjau dari pendidikan didapat Diploma 3 keperawatan lebih banyak (75%) dari pada S1 Keperawatan Ners (17,9%), Sedangkan masa kerja responden paling banyak antara 3-10 tahun (64,3%) Hasil penelitian didapatkan responden paling banyak mengalami compassion fatigue tingkat sedang 15 responden (53,6%), Burnout tingkat sedang sebanyak 20 responden (71,4%), sedangkan compassion satisfaction tingkat sedang sebanyak 14 responden (50,0%) Responden memiliki perilaku caring dalam menangani pasien di IGD RSUD Ulin Banjarmasin sebanyak 23 responden (82,1%) Hasil Analisa bivariate menunjukkan bahwa ada hubungan antara compassion fatigue dengan perilaku caring , dimana semakin tinggi compassion Fatigue maka akan menurunkan perilaku caring perawat. Hasil analisa bivariate juga menunjukkan bahwa nilai compassion satisfaction akan memingkatkan pula perilaku caring perawat dalam menagani pasien di IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Analisa bivariate juga menunjukkan nilai bahwa burnout yang tinggi akan menurunkan perilaku caring perawat, sednagkan masa kerja tidak memiliki hubungan dengan perilaku caring perawat. Secara bersama-sama pada analisis multivariate variabel independent yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana di IGD RSUD Ulin Banjarmasin adalam compassion satisfaction.
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
97
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA Baron & Greenberg.2003. Behavior in organization understanding & managing the human side of work. 5th. Editon.USA: Prenhee hall Chrisnawati. 2011. A Relantional Analysis On The Caring Efficacy and the caring Behsviors of Nurses in Suaka Insan Banjarmasin Hospital In Indonesia.Tesis.Tidak dipublikasikan Christensen, P.J. Dan Janet W. Kenney. 2009. Proses Keperawatan Aplikasi Model Konseptual Edisi IV.Jakarta:EGC Coetzee, S.K.,& Kloppen.H.C.2010. compassion fatigue within nursing practice: A Concept analysis nursing & Health Sciences. 12:235-243 Kotula, KR. 2015. Compassion Fatigue in Critical care Nursing and Development of An Educational Modul. Journal of critical nursing. Diakses dari www.pubmed.com
Hubungan antara Compassion Fatigue dan Masa Kerja dengan Perilaku Caring Perawat dalam Menangani Pasien di Instalasi Gawat Darurat di RSUD Ulin Banjarmasin
98