1
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF 6 BULAN PADA WANITA PRIMIPARA DI INDONESIA TAHUN 2012 (ANALISIS LANJUT SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2012) Ria Resti Agustina1, Sudijanto Kamso2
1.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424 2.Departemen Biostatistika, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424
E-mail:
[email protected]/
[email protected]
Abstrak
Walaupun manfaat pemberian ASI eksklusif sangat banyak terutama untuk ibu dan bayinya, prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih jauh dibawah target Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (80%). Permasalahan yang kerap di alami oleh wanita primipara adalah kegagalan proses let down yang menyebabkan tidak keluarnya ASI. Inisisasi menyusu dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang memproduksi ASI. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dengan desain penelitian crossectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara di Indonesia. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 604 responden dengan kriteria inklusi adalah ibu primipara yang memiliki bayi berusia 6 sampai 12 bulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394). Sementara itu, ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja setelah dikontrol oleh variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir bayi (95% CI: 0,986 sampai dengan 3,026). Pada variabel kuintil kekayaan semakin kaya cenderung memiliki peluang yang semakin kecil untuk melakukan pemberian ASI eksklusif dan pada variabel berat badan lahir (BBL) bayi bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memiliki peluang yang lebih banyak untuk memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, disarankan intervensi pemberian ASI eksklusif 6 bulan melalui inisiasi menyusu dini (IMD) pada wanita primipara oleh tenaga kesehatan perlu dilakukan di fasilitas kesehatan. Kata kunci: ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini (IMD), pekerjaan ibu
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
2
Abstract
Although benefit exclusive breastfeeding is so many especially for mother and his child, prevalence of exclusive breasfeeding in Indonesia is still far from target of Ministry Health of Republic Indonesia (80%). The problem in women population of primiparas is failed let down process that is less of breastfeeding production. Breast carwl is stimulate excretion oksitosin hormone. This study is a secondary data from data Indonesia Demographic Health Survey 2012 with crosssectional study design. The study was conducted to determine the relationship of breast crawl and exclusive breastfeeding sixth month in women population of primiparas in Indonesia. The number of sample was obtain 604 with inclusion criteria which is mother of primiparas who have infant ages among 6 to 12 month. Result showed there is a relationship of breast crawl and exclusive breastfeeding sixth month in women population of primiparas who have infant ages among 6 to 12 month. Mother of primiparas who are breast crawl can increase 21,868 times higher for exclusive breastfeeding sixth month compared with mother of primiparas who aren’t breast crawl after maternal employment, wealth quintile, and birth weight infant variable controlled. Mother of primiparas who work can increase 1,717 times higher for exclusive breastfeeding sixth month compared with mother of primiparas who does not work after breast crawl, wealth quintile, and birth weight infant variable controlled. Wealth quintile variable richer sloping to more be given exclusive breastfeeding sixth month and birth weight infant variable, an infant with low weight have more many changes to be given exclusive breastfeeding sixth month. Therefore, it’s suggestion to intervention exclusive breastfeeding sixth month through breast crawl in women population of primiparas from health labour in health facility. Keywords: exclusive breastfeeding; breast crawl; maternal employment
Pendahuluan Di negara berkembang termasuk di Indonesia, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan dengan menyusui (Agam, Syam, dan Citra, -). Di Dunia, prevalensi pemberian ASI secara eksklusif masih rendah. Hasil penelitian di Uganda pada bulan Agustus 2008 menunjukkan bahwa 49,8% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan (Petit, 2008; Ida, 2012). Suatu hasil studi di Beirut menemukan rate dari pemberian ASI selama sebulan sebesar 56% dan rate dari pemberian ASI selama 4 bulan sebesar 24% (Hamade, Chaaya, Saiba, Chaaban, dan Osman, 2013). Presentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara–negara berkembang lainnya. Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2007-2008, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia nol hingga enam bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% pada 2007 menjadi 56,2% pada 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai enam bulan turun dari 28,6% pada 2007 menjadi 24,3% pada 2008. Sementara jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada 2002 menjadi 27,9% pada 2003 (Rahmad, 2010). Selain itu menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 di Indonesia bayi
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
3
yang mendapat ASI hanya sebesar 15,3%. Namun, pada tahun 2012, terjadi penaikkan cakupan pemberian ASI eksklusif yaitu menjadi 33,6% (SUSENAS, 2012). Menurut Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan RI, ”Angka tersebut tidak banyak perbedaannya dengan capaian di negara lain di Asia Tenggara”. Pencapaian ASI Eksklusif 6 bulan bergantung pada keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif 6 bulan memiliki pengaruh yang positif pada kesehatan bayi (Blaine, 1998). Dengan melakukan Inisiasi menyusu dini (IMD), ibu mempunyai peluang 8 kali lebih berhasil untuk memberikan ASI eksklusif sampai 4 atau 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan IMD (Fikawati dan Syafiq, 2008; Yusnita, 2012). Penelitian yang mengkaitkan antara IMD dengan kesuksesan ASI eksklusif, antara lain pada penelitian Fikawati dan Syafiq (2008), yang menyatakan bahwa bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi sampai terjadi kontak kulit ke kulit ibu setidaknya selama 1 jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini hasilnya 59% dan 38%, sedangkan bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini pada umur yang sama sebesar 29% dan 8% yang masih disusui (Fikawati dan Syafiq, 2008). Jilatan dan hisapan bayi pada puting susu ibu pada saat pertama kali setelah kelahiran, dapat merangsang pengeluaran hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon prolaktin berfungsi merangsang produksi ASI dan hormon oksitosin membuat ibu lebih tenang, rileks, mencintai dan bahagia. Rangsangan awal terhadap pengeluaran hormon oksitosin sangat mempengaruhi keberhasilan menyusui selanjutnya (Soetjiningsih, 1997). Salah satu kegagalan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara ini yaitu tidak keluarnya ASI dari payudara ibu karena kegagalan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Sementara itu, kelompok wanita primipara merupakan kelompok wanita dengan pengetahuan menyusui yang rendah bila dibandingkan dengan wanita multipara (Musiskah, 2013). Pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dan posisi menyusui yang tepat menjadi salah satu penyebab lecetnya payudara karena kesalahan dalam cara dan posisi menyusui. Lecetnya payudara tersebut merupakan salah satu penyebab kegagalan proses let down (Soetjiningsih, 1997). Inisiasi menyusu dini (IMD) juga menurunkan presentase kegagalan proses let down yang berakibat gagalnya pemberian ASI (Soetjiningsih, 1997). Terkait dengan data di atas, peneliti ingin meneliti hubungan antara pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara di Indonesia tahun 2012.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
4
Tinjauan Teoritis Upaya pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak (Utami, 2012). Hal tersebut sesuai pada rekomendasi WHO dan UNICEF untuk mengendalikan angka kematian bayi. Dalam Global Strategi on Infant and Young Child Feeding (2002), WHO dan UNICEF merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 tahun adalah: a.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada sejam setelah kelahiran.
b.
Memberikan ASI eksklusif kepada bayi lahir sampai usia 6 bulan.
c.
Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berumur lebih dari 6 bulan.
d.
Meneruskan pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun atau lebih.
Pola pemberian makan terbaik untuk bayi tersebut juga termuat dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012. Pada proses pembentukan air susu terjadi 2 refleks yaitu refleks prolaktin dan refleks let down (Lawrence RA, 1988 dan 1995 dalam Soetjiningsih, 1997). - Refleks Prolaktin Pada masa akhir kehamilan, hormon prolaktin akan memproduksi kolostrum. Namun, jumlah produksi kolostrum masih terbatas karena terhambat oleh hormon estrogen dan progesteron. Setelah terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dan fungsi korpus luteum akan berkurang sehingga menyebabkan jumlah hormon estrogen dan progesteron berkurang. Rangsangan isapan putting susu dan kalang payudara oleh bayi juga akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berlanjut ke hipotalamus melalui medulla spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus tersebut akan memacu sekresi prolaktin dan menekan faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin. Hormon tersebut merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin tersebut normal setelah 3 bulan melahirkan walaupun terdapat isapan bayi. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada keadaan stress/pengaruh psikis, anastesi, operasi, rangsangan putting susu, hubungan kelamin, obat-obatan tranquelizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin, fenotiazid. Sementara sekresi prolaktin akan terhambat jika gizi ibu burukdan obat-obatan seperti ergot, Idopa. - Refleks Let Down Rangsangan isapan bayi tidak hanya pada pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, namun juga dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang memberi rangsangan pada sekresi oksitosin. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel tersebut akan memeras air susu dan mengalir melalui duktus laktiferus sehingga dapat masuk ke
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
5
mulut bayi. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stress (keadaan bingung, pikiran kacau, takut, cemas, merasa sakit atau malu ketika menyusui, dan cemas (Soetjiningsih, 1997).
Sakit
Puting susu lecet
Puting susu luka
Bayi yang haus dan tidak puas Cemas, ketidakpasti an, kurang menarik
Sakit
Invasi bakteri Refleks let down yang tidak sempurna
Payudara yang membengkak
Abses payudara
Kegagalan menyusui Gambar 2.1 Skema Akibat Kegagalan Refleks Let Down Sumber: Jellife DB, 1978; Soetjiningsih, 1997
ketika refleks let down tidak sempurna, kebutuhan bayi yang haus tidak terpenuhi dan merasa tidak puas sehingga bayi tersebut menambah kuat isapannya sehingga menyebabkan puting susu ibu menjadi lecet. Lecetnya putting susu tersebut menimbulkan rasa sakit. Selain itu, jika tidak dijaga kebersihannya akan menimbulkan invasi bakteri yang menyebabkan abses payudara sehingga payudara mengalami pembengkakan. Hal tersebut menimbulkan stress pada ibu. Tangisan bayi juga membuat ibu cemas dan kurang percaya diri sehingga menambah stress yang dapat menyebabkan kegagalan menyusui. Kegagalan refleks let down tersebut membentuk lingkaran tertutup (circulus vitiosus) yang dapat dilihat pada skema 2.1 di atas. Pembentukan hormon prolaktin di adenohipofise dipengaruhi oleh rangsangan hipotalamus yang dipengaruhi oleh sekresi estrogen, progesteron, rangsangan isapan bayi, faktor penghambat
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
6
lainnya dan faktor pemicu lainnya. apabila rangsangan isapan bayi atau frekuensi isapan berkurang maka pelepasan prolaktin dari hipofise juga akan berkurang sehingga air susu pun akan berkurang. Selain itu, sekresi hormon prolaktin juga dipengaruhi beberapa bahan seperti dopamine, serotonin, katekolamin, dan TSH. Isapan bayi tidak hanya mempengaruhi sekresi hormon prolaktin tetapi juga mempengaruhi sekresi hormon oksitosin. Selain isapan bayi, yang mempengaruhi sekresi hormon oksitosin adalah reseptor pada sistem duktus. Bila duktus melebar atau melunak maka hormon oksitosin akan disekresikan untuk memeras keluar air susu dari alveoli. Interaksi antar hormon selama menyusui dapat dilihat pada skema 2.2 di atas (Soetjiningsih, 1997). Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan kegiatan menyusui di awal kelahiran (memberikan kolostrum) dengan adanya kontak kulit antar ibu dan bayinya yaitu dengan cara meletakan bayi pada dada ibunya dan membiarkannya merangkak mencari puting ibunya sesudah kelahiran hingga satu jam setelah kelahiran (www.aliveandthrive.org). Inisiasi menyusu dini (IMD) ini seringkali dinamakan merangkak mencari payudara atau breastcrawl. Hal tersebut senada dengan pengertian inisiasi menyusu dini (IMD) menurut UNICEF, inisiasi menyusu dini (IMD) adalah kondisi ketika bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir, yaitu ketika bayi memiliki kemampuan untuk dapat menyusu sendiri, dengan kriteria terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi setidaknya dalam waktu 60 menit pertama setelah bayi lahir (http://www.indonesian-publichealth.com, 2013). Isapan pertama bayi ini menimbulkan rangsangan stimulus terhadap pembentukan ASI sehingga berkemungkinan besar untuk melanjutkannya hingga ASI eksklusif 6 bulan. Menurut Aprillia (2010) beberapa hal yang menyebabkan bayi mampu menemukan sendiri puting ibunya dan mulai menyusu adalah sebagai berikut: a. Sensory Input Sensory input terdiri dari 5 panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra penciuman, indra pendengaran, indra peraba, dan indra pengecap. Bayi yang baru lahir baru dapat mengenal pola hitam dan putih sehingga bayi mudah mengenali puting ibunya karena berwana gelap pada bagian aerola payudaranya. Pada indra penciuman, bayi sensitif terhadap bau khas ibunya setelah melahirkan. Cairan amnion memiliki bau yang sama dengan cairan kolostrum yang disekresi ibu melalui puting setelah melahirkan sehingga merangsang bayi untuk merangkak menuju puting ibu tersebut (Radhakrishnan, 2012; Aprillia, 2010). Pada indra pendengaran yang bekerja, bayi mampu mengenali suara ibunya sejak dalam kandungan. Pada indra peraba, kontak kulit antara bayi dan ibu akan memberikan kehangatan. Pada indra pengecap, bayi mampu merasakan cairan amniotik yang ada pada jari-jari tangannya sehingga ia suka menjilati jari-jari tangannya.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
7
b. Central Component Bayi yang baru lahir memiliki kemampuan otak yang dapat digunakan untuk mengenali lingkungan barunya dan lingkungan yang paling dikenalinya adalah tubuh ibunya sehingga rangsangan tersebut harus segera dilakukan. c. Motor Outputs Motor outputs dalam inisiasi menyusu dini (IMD) ini terdiri dari kontak kulit antara bayi dengan ibunya (skin to skin) dan upaya menyusu (sucking). Menurut Yuliarti (2010) manfaat inisiasi menyusu dini meliputi: a. Pada saat melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), bayi berada di atas rahim ibunya. Hal tersebut dapat mengurangi pendarahan dan mendorong pelepasan plasenta serta mengecilkan rahim ibu. b. Kontak kulit langsung antara bayi dan ibu akan meningkatkan jalinan kasih sayang. c. Bayi yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) ambang nyerinya akan meningkat sehingga tidak mudah sakit. d. Kemampuan bergeraknya bayi baru lahir menuju puting ibunya hingga berhasil menghisapnya akan merangsang oksitosin keluar melalui kelenjar pituitari dan membantu sekresi prolaktin.
Metode Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain penelitian crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan pada kelahiran pertama. Populasi studi adalah ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan dengan kriteria sebagai berikut: - Kriteria inklusi - Wanita primipara - Ibu yang memiliki bayi pada usia 6 sampai 12 bulan - Ibu yang melahirkan secara normal atau sesar - Ibu yang tinggal di Indonesia tahun 2012 - Kriteria Eksklusi - Ibu yang memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan IMD (HIV, sifilis, HTLV I-II, gangguan hemodinamik)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
8
- Tidak bersedia menjadi responden - Kriteria drop out - Ibu yang melahirkan bayi saat masa kehamilannya lebih dari 42 minggu - Ibu yang bayinya mengalami lahir mati - Ibu yang bayinya kembar Sampel penelitian ini adalah semua sampel yang tercakup pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi, dan drop out. Sampel dalam penelitian ini adalah 604. Kemudian, dengan menggunakan software “sample size 2.0”, P1= 0,457 dan P2=0,048 dan jumlah maka didapatkan bahwa kekuatan uji pada penelitian ini adalah 91,35%.Data dalam SDKI tersebut dikumpulkan melalui kuesioner dengan metode wawancara terarah. Variabel yang diambil hanya beberapa variabel yang terkait dengan hubungan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara. Variabel tersebut meliputi variabel dependen ASI eksklusif, variabel independen inisiasi menyusu dini (IMD), dan variabel konfounding yang terdiri dari karakteristik ibu (Umur Ibu, pendidikan Ibu, pekerjaan Ibu, kuintil kekayaan), karakteristik bayi (berat badan lahir (BBL) bayi dan jenis kelamin bayi), jenis penggunaan KB, kunjungan ANC, tempat persalinan, daerah tempat tinggal, dan metode persalinan. Analisis data pada penelitian ini meliputi kompleks sampel analisis univariat, bivariat, dan multiariat model faktor resiko.
Hasil
Diagram Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi yang Berusia 0 sampai 6 Bulan dan Bayi yang Berusia 6 Bulan di Indonesia pada Tahun 2004 - 2008 ASI Eksklusif pada bayi usia 0 sampai 6 bulan ASI eksklusif pada bayi usia 6 bulan 64,1
59,7
58,9
19,5
2004
26,3
2005
62,2
25,5
2006
56,2 28,6
2007
24,3
2008
Gambar 5.1 Diagram Presentase Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Yang Berumur 0 sampai 6 Bulan dan Bayi Yang Berumur 6 Bulan di Indonesia Tahun 2004-2008 Sumber: Susenas 2004–2009 dalam http://www.gizikia.depkes.go.id
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
9
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 sampai 6 bulan dan bayi yang berumur 6 bulan di Indonesia tahun 2004 sampai tahun 2008 mengalami kenaikan dan penurunan. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 sampai 6 bulan dari tahun 2004 sampai tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu berturut-turut adalah 58,9%, 59,7%, dan 64,1%. Sementara Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 0 sampai 6 bulan pada tahun 2007 dan 2008 mengalami penurunan yaitu berturut-turut adalah 62,2% dan 56,2%. Pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur 6 bulan pada tahun 2004 sebanyak 19,5%, kemudian mengalami kenaikan menjadi 26,3% di tahun 2005, kemudian mengalami penurunan menjadi 25,5% pada tahun 2006, kemudian mengalami kenaikan menjadi 28,6% pada tahun 2007, kemudian mengalami penurunan menjadi 24,3% pada tahun 2008.
Proporsi Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Memberikan ASI eksklusif Tidak memberikan ASI eksklusif
29% 71%
Gambar 5.2 Diagram Distribusi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif 6 bulan yaitu 71%. Sementara itu, proporsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan hanya sebesar 29%.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
10
Proporsi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) IMD
Tidak IMD
41% 59%
Gambar 5.3 Diagram Distribusi Responden Menurut Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu 59%. Sementara itu, proporsi responden yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) sebanyak 41%. Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Variabel Umur Ibu 20 sampai 35 tahun Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Total
Frekuensi (n) 525 79
Persentase (%) 86,8 13,2
604
100
Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 24 tahun. Umur responden pada penelitian ini yang paling muda adalah 16 tahun sedangkan umur yang paling tua adalah 40 tahun. Sebagian besar responden berumur 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 525 orang (86,8%). Sementara responden yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun sebanyak 79 orang (13,2%). Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Variabel Pendidikan Ibu Menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) Rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP) Total
Frekuensi (n) 280 324 604
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
Persentase (%) 46,4 53,6 100
11
Pada penelitian ini sebagian besar responden adalah yang berpendidikan rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP) sebanyak 324 orang (53,6%). Sementara responden yang berpendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) yaitu sebanyak 280 orang (46,4%). Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Variabel Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak bekerja Total
Frekuensi (n) 361 243 604
Persentase (%) 59,8 40,2 100
Berdasarkan pekerjaan ibu diperoleh bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini adalah yang bekerja yaitu sebanyak 361 orang (59,8%). Sementara responden yang tidak bekerja sebanyak 243 orang (40,2%). Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Kuintil Kekayaan Variabel Kuintil Kekayaan Paling Kaya Lebih Kaya Menengah Lebih Miskin Paling Miskin Total
Frekuensi (n) 128 124 136 139 77 604
Persentase (%) 21,2 20,6 22,6 22,9 12,8 100
Pada penelitian ini, responden yang paling banyak pada kuintil kekayaan lebih miskin yaitu sebanyak 139 orang (22,9%). Sementara itu, pada kuintil kekayaaan pada paling kaya sebanyak 128 orang (21,2%), lebih kaya sebanyak 124 orang (20,6%), menengah sebanyak 136 orang (22,6%), dan paling miskin sebanyak 77 orang (12,8%). Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir (BBL) Bayi Variabel Berat Badan Lahir Bayi Normal BBLR Total
Frekuensi (n) 579 25 604
Persentase (%) 95,8 4,2 100
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
12
Pada penelitian ini sebagian besar responden dengan berat badan lahir bayi normal yaitu sebanyak 579 orang (95,8%). Sementara responden dengan berat badan lahir rendah (BBLR) pada bayi sebanyak 25 orang (4,2%). Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi Variabel Jenis Kelamin Bayi Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi (n) 277 327 604
Persentase (%) 45,8 54,2 100
Berdasarkan jenis kelamin bayi, sebagian besar responden pada penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 327 orang (54,2%). Sementara responden dengan jenis kelamin bayi laki-laki sebanyak 277 orang (45,8%). Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Jenis Penggunaan KB Variabel Jenis Penggunaan KB Bukan Hormon Hormon Tidak menggunakan Total
Frekuensi (n) 40 437 127 604
Persentase (%) 6,6 72,3 21,1 100
Pada penelitian ini sebagian besar responden menggunakan jenis KB hormon yaitu sebanyak 437 orang (72,3%). Sementara responden yang menggunakan KB berjenis bukan hormon sebanyak 40 orang (6,6%) dan responden yang tidak menggunakan KB jenis apapun sebanyak 127 orang (21,1%). Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Kunjungan ANC Variabel Kunjungan ANC 4 kali atau lebih 0 sampai 3 kali Total
Frekuensi (n) 564 40 604
Persentase (%) 93,5 6,5 100
Pada penelitian ini sebagian besar responden melakukan kunjungan ANC 4 kali atau lebih yaitu sebanyak 564 orang (93,5%). Sementara responden yang melakukan kunjungan ANC 0 sampai 3 kali sebanyak 40 orang (6,5%).
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
13
Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan Variabel Tempat Persalinan Fasilitas Kesehatan Rumah Total
Frekuensi (n) 464 140 604
Persentase (%) 76,8 23,2 100
Pada penelitian ini sebagian besar responden melakukan persalinannya di fasilitas kesehatan yaitu sebanyak 464 orang (76,8%). Sementara responden yang melakukan persalinannya di rumah sebanyak 140 orang (23,2%). Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Tipe Daerah Tempat Tinggal Variabel Tipe Daerah Tempat Tinggal Urban Rural Total
Frekuensi (n) 329 275 604
Persentase (%) 54,4 45,6 100
Pada penelitian ini, sebagian besar responden bertempat tinggal di daerah urban yaitu sebanyak 329 orang (54,4). Responden yang bertempat tinggal di daerah rural sebanyak 275 orang (45,6%). Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Metode Persalinan Variabel Tipe Daerah Tempat Tinggal Normal Sesar Total
Frekuensi (n) 525 79 604
Persentase (%) 87 13 100
Pada penelitian ini, sebagian besar responden bersalin secara normal yaitu sebanyak 525 orang (87%). Sementara itu, responden yang bersalin secara sesar sebanyak 79 orang (13%).
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
14
Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Inisiasi Menyusu Dini IMD Tidak IMD Total
163 (45,7) 12 (4,8) 175 (28,9)
193 (54,3) 236 (95,2) 429 (71,1)
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,0005
16,793 (7,486–37,671)
356 (100) 248 (100) 604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,0005 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Diperoleh pula nilai OR=16,793 artinya ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 16,793 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%)
Total N (%)
Umur Ibu 20 sampai 35 tahun Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Total
134 (25,5)
390 (74,5)
525 (100)
41 (15,6)
39 (84,4)
80(100)
175 (28,9)
429 (71,1)
604 (100)
P Value
OR (95% CI)
0,001
0,328 (0,164-0,653)
Dari hasil uji statistik p=0,001 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara responden pada kelompok umur 20 sampai 35 tahun dengan responden pada kelonpok umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun memiliki peluang 0,328 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
15
Tabel 5.14 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Tidak Memberikan Memberikan n (%) n (%)
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,043
0,609 (0,376-0,986)
Pendidikan Ibu Menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) Rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP Total
66 (23,5)
214 (76,5)
280 (100)
109 (33,6)
215 (66,4)
324 (100)
175 (28,9)
429 (71,1)
604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,043 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok pendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) dengan tidak tamat SD atau tamat SMP). Ibu yang berpendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT) memiliki peluang 0,609 untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah (tidak tamat SD atau tamat SMP). Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Tidak Memberikan Memberikan n (%) n (%)
Total N (%)
Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja bekerja Total
117 (32,4) 58 (23,7) 175 (28,9)
244 (67,6) 185 (76,3) 429 (71,1)
P Value
OR (95% CI)
0,075
1,544 ( 0,956–2,494)
361 (100) 243 (100) 604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,075 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok ibu yang bekerja dengan kelompok ibu yang tidak bekerja.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
16
Tabel 5.16 Distribusi Responden Menurut Kuintil Kekayaan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Kuintil kekayaan Paling kaya 34 (26,2) 94 (73,8) Lebih kaya Menengah Lebih miskin Paling miskin Total
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,042 0,375 (0,18 – 0,78) 0,402 (0,186 – 0,866) 0,311 (0,154-0,627) 0,407 (0,204-0,811) 1
128 (100)
34 (27,5)
90 (72,5)
124 (100)
31 (22,7)
105 (77,3)
136 (100)
39 (27,8)
100 (72,2)
139 (100)
37 (48,6) 175 (28,9)
40 (51,4) 429 (71,1)
77 (100) 604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,042 jadi ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok dengan kuintil kekayaan paling kaya, lebih kaya, menengah, lebih miskin, dan paling miskin. Semakin miskin seseorang cenderung untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir (BBL) Bayi dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Berat Badan Lahir Normal BBLR Total
164 (28,3) 11 (42,3) 175 (28,9)
415 (71,7) 14 (70,9) 429 (71,1)
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,231
0,538 (0,192-1,506)
579 (100) 25 (100) 604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,231 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok bayi yang lahir dengan berat badan lahir (BBL) normal dengan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
17
Tabel 5.18 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Bayi dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Tidak Memberikan Memberikan n (%) n (%) Jenis kelamin bayi Laki-laki Perempuan Total
74 (26,7) 101 (30,7) 175 (28,9)
203 (73,3) 226 (69,3) 429 (71,1)
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,419
0,821 (0,508-1,327)
277 (100) 327(100) 604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,419 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara bayi yang berjenis kelamin laki-laki dengan yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 5.19 Distribusi Responden Menurut Jenis Penggunaan KB dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Tidak Memberikan Memberikan n (%) n (%) Jenis Penggunaan KB Bukan Hormon 13 (31,8) 27 (68,2) Hormon Tidak Menggunakan Total
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,834 40 (100)
128 (29,4)
308 (70,6)
436 (100)
34 (26,4)
94 (73,6)
128 (100)
175 (28,9)
429 (71,1)
604 (100)
1,303 (0,476-3,572) 1,161 (0,656-2,054) 1
Dari hasil uji statistik p=0,834 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara kelompok yang menggunakan jenis KB bukan hormon, hormon, dan tidak menggunakan KB.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
18
Tabel 5.20 Distribusi Responden Menurut Kunjungan ANC dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Kunjungan ANC 4 kali atau lebih 0 sampai 3 kali Total
Total N (%)
161 (28,6)
403 (71,4)
564 (100)
14 (33,5)
26 (66,5)
40 (100)
175 (28,9)
429 (71,1)
604 (100)
P Value
OR (95% CI)
0,52
0,795 (0,393-1,606)
Dari hasil uji statistik p=0,52 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara ibu yang kunjungan ANC-nya 4 kali atau lebih dengan yang kunjungan ANC-nya 0 sampai 3 kali. Tabel 5.21 Distribusi Responden Menurut Tempat Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Tempat Persalinan Fasilitas Kesehatan Rumah Total
Total N (%)
124 (26,7)
340 (73,3)
464 (100)
51 (36,2) 175 (28,9)
89 (63,8) 429 (71,1)
140 (100) 604 (100)
P Value
OR (95% CI)
0,105
0,641 (0,374-1,101)
Dari hasil uji statistik p=0,105 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan dengan ibu yang bersalin di rumah. Tabel 5.22 Distribusi Responden Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Daerah Tempat Tinggal Urban Rural Total
82 (25) 93 (33,6) 175 (28,9)
247 (75) 182 (66,4) 429 (71,1)
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,096
0,657 (0,4-1,08)
329 (100) 275 (100) 604 (100)
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
19
Dari hasil uji statistik p=0,096 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang bertempat tinggal di daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan). Tabel 5.23 Distribusi Responden Menurut Metode Persalinan dan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Variabel
Pemberian ASI eksklusif 6 bulan Memberikan Tidak Memberikan n (%) n (%) Metode Persalinan Normal Sesar Total
161 (30,6) 14 (17,7) 175 (28,9)
365 (69,4) 64 (82,3) 429 (71,1)
Total N (%)
P Value
OR (95% CI)
0,087
2,042 (0,888-4,693)
526 (100) 78 (100) 604 (100)
Dari hasil uji statistik p=0,087 jadi tidak ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif 6 bulan antara responden yang bersalin secara normal dengan responden yang bersalin secara sesar. Tabel 5.24 Tabel Pemodelan Akhir Multivariat Variabel IMD Pekerjaan ibu Kuintil Kekayaan(1) Kuintil Kekayaan(2) Kuintil Kekayaan(3) Kuintil Kekayaan(4) Berat badan lahir (BBL) bayi
B 3,085 0,547 -1,015 -1,159 -1,699 -1,218 -1,07
SE 0,454 0,285 0,464 0,403 0,389 0,367 0,525
Sig 0,0005 0,05 0,029 0,004 0,0005 0,001 0,042
OR 21,868 1,717 0,363 0,314 0,183 0,296 0,343
95% CI OR 8,956-53,394 0,986-3,026 0,146-0,902 0,142-0,693 0,085-0,393 0,144-0,609 0,122-0,962
Variabel yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara di Indonesia adalah IMD, pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394).
Pembahasan Pada penelitian ini proporsi pemberian ASI eksklusif pada wanita primipara sebanyak 29%. Angka tersebut menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif pada populasi ini di Indonesia lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Penelitian di Lebanon menunjukan bahwa Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
20
27,4% wanita primipara di Lebanon menyusui secara eksklusif (Hamade, Chaaya, Saiba, Chaaban, dan Osman, 2013). Sementara itu, di Indonesia belum ada penelitian tentang ASI eksklusif pada wanita primipara. Walaupun demikian, proporsi pemberian ASI eksklusif tersebut masih jauh dari target Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 80%. Proporsi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) pada wanita primipara sebesar 45,7%. Pada penelitian ini menunjukan bahwa ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 16,793 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD). Sementara uji multivariat menunjukan bahwa ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD) setelah dikontrol variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Hasil tersebut sejalan dengan Irwan (2008), Ida (2012), Oktaria (2012), Apriana (2012), dan Hauck, Fenwick, Dhaliwal, dan Butt (2011). Pemberian inisiasi menyusu dini (IMD) ini membangun refleks menghisap (Sucking Reflex) pertama kali oleh bayi. Isapan bayi tersebut akan merangsang pembuatan dan pengeluaran oksitosin pada ibu sehingga akan keluar air susu dari alveoli. Rangsangan isapan bayi tersebut juga mencegah terjadinya kegagalan refleks let down yang nantinya akan mengakibatkan kegagalan menyusui. Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan adalah pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi. Ibu yang tidak bekerja memiliki peluang 1,717 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang bekerja setelah dikontrol oleh variabel inisiasi menyusu dini (IMD), kuintil kekayaan, dan berat badan lahir bayi (95% CI: 0,986 sampai dengan 3,026). Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian pada populasi umum yang dilakukan oleh Alemayehu, Haidar, dan Habte (2009), Utami (2012), dan Martini (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Padahal, ibu yang tidak bekerja memiliki waktu luang yang lebih banyak daripada ibu yang bekerja sehingga lebih memungkinkan untuk menyusui secara eksklusif bila dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kuintil kekayaan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara. Jika dilihat menurut presentasenya, presentase terbesar yang memberikan ASI eksklusif 6 bulan yaitu pada kuintil kekayaan lebih miskin. Sama halnya dengan hasil penelitian Alemayehu, Haidar, dan Habte (2009) pada populasi umum yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kuintil kekayaan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Pada penelitian ini ibu yang memiliki kuintil kekayaan yang semakin kaya cenderung memiliki peluang yang kecil untuk melakukan ASI eksklusif 6 bulan. Hasil uji statistik menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat badan lahir (BBL) bayi dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Enok
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
21
Nurliawati (2010) yang menunjukan bahwa berat badan lahir dan status kesehatan bayi tidak berhubungan dengan produksi ASI. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dapat meningkatkan status gizi.
Kesimpulan Prevalensi inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada wanita primipara yaitu hanya 29% dan 59%. Ibu yang menyusui secara eksklusif 45,7% melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), 25,5% pada ibu yang berumur 20 sampai 35 tahun, 23,5% ibu berpendidikan menengah atau tinggi (tamat SMA atau PT), 32,4% ibu tidak bekerja, 26,2% ibu yang kuintil kekayaannya paling kaya, 28,3% bayi dengan berat badan lahir normal, 26,7% bayi yang berjenis kelamin lakilaki, 31,8% ibu dengan metode KB bukan hormon, 28,6% ibu yang kunjungan ANC-nya 4 kali atau lebih, 26,7% yang melahirkan di fasilitas kesehatan, 25% yang tinggal di urban (perkotaan), dan 30,6% melakukan persalinan secara normal. Ada hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara. Ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) memiliki peluang 21,868 kali lebih tinggi untuk memberikan ASI eksklusif 6 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini setelah dikontrol oleh variabel pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi (95% CI: 8,956 sampai dengan 53,394). Selain dari inisiasi menyusu dini (IMD), faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif 6 bulan pada wanita primipara adalah pekerjaan ibu, kuintil kekayaan, dan berat badan lahir (BBL) bayi.
Saran Melakukan pembuatan undang-undang dan pengawasan tentang kebijakan kewajiban inisiasi menyusu dini (IMD) setelah persalinan pada setiap instansi rumah sakit. Melakukan pembuatan undang-undang dan pengawasan tentang kebijakan kewajiban melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali pada ibu hamil dan meningkatkan kualitas ANC di setiap layanan kesehatan. Mengeluarkan undang-undang dan kebijakan tentang penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan di setiap fasilitas umum lainnya.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
22
Melakukan pengawasan menyusui terkait kebijakan rumah sakit sayang ibu dan anak serta kebijakan 10 langkah keberhasilan menyusui baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kelurahan. Mengadakan pelatihan cara inisisiasi menyusu dini (IMD) secara rutin pada tenaga penolong persalinan baik kepada tenaga kesehatan maupun dukun beranak.
Referensi
Agam, isnaini, Aminudin Syam, dan Citrakesumasari. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif di kelurahan tamamaung kecamatan panakkukang kota makassar. Journal, . Januari 1, 2014. Universitas Hassanudin. http://repository.unhas.ac.id. Alemayehu,
tewodros
et
al.
2009.
Determinants
of
exclusive
breastfeeding
practices
in
Ethiopia.http://ejhd.uib.no/ejhd%20v23n1/12%20%20Determinants%20of%20exclusive%20breastfeeding%20practices%20in%20Eth.pdf Maret 13, 2014. (Proquest) database. Aprillia, yesie. 2010. Hipnostetri: Rileks, nyaman, dan aman saat hamil &melahirkan. Jakarta: Gagas Media. Apriyana, neni. 2012. Faktor-faktor yng berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Pasar Angin Kabupaten Bogor, Jawa Barat tahun 2012. [Skripsi]. FKM UI. Depok Blaine, Rebecca. 1998. Diet, health practices, and variables associated with breastfeeding in Caucasian and asian participants in the special supplemental food program for women, infants, and children: A comparative study. [Tesis]. Master of science in Nutrition and food science. Utah state university. Fikawati, Sandra dan Syafiq, Ahmad. 2010. Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu dengan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Mei 24, 2014. http://journal.ui.ac.id Hamade, Haya et al. 2013. Determinants of exclusive breastfeeding in an urban population of primiparas in Lebanon: a cross-sectional study. 13-702. Maret 23, 2014. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/702 Hamade, Haya et al. 2013. Determinants of exclusive breastfeeding in an urban population of primiparas in Lebanon: a cross-sectional study. 13-702. Maret 23, 2014. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/13/702 Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kemiri muka kota Depok tahun 2011. [Tesis]. FKM UI. Depok. Ida. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kemiri muka kota Depok tahun 2011. [Tesis]. FKM UI. Depok. Martini. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan di RS Esnawan Antariksa tahun 2013. [Tesis]. URINDO Musiskah. 2014. Pengalaman bu primipara dalam memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas kelurahan kembangan utara Jakarta Barat. [Skripsi].Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014
23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 33 tentang pemberian air susu ibu eksklusif. Maret 13, 2014. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/01/BUKU-PP-NO-33-2012_ASI__.pdf Rahmad, 2010. Maret 13, 2014. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-22680-1309030051-Chapter1.pdf Soetjiningsih. 1997. ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soetjiningsih. 1997. ASI: petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Utami, Hajijah Septia. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam praktek pemberian ASI ekskusif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah tahun 2012. [Skripsi]. FKM UI. Depok WHO.
2001. The
World
Health
Organization's infant feeding
recommendation.
1
Januari 1,
2014.
http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding_recommendation/en/ Yuliarti, nurheti. 2010. Keajaiban ASI- Makanan terbaik untuk kesehatan, kecerdasan, dan kelincahan si kecil. Yogyakarta: Andi Offset. Yusnita, vera. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) oleh bidan di 12 puskesmas Agam Timur wilayah kerja dinas kesehatan agam provinsi sumatera barat tahun 2012. [Skripsi]. FKM UI. Depok. Yusnita, vera. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) oleh bidan di 12 puskesmas Agam Timur wilayah kerja dinas kesehatan agam provinsi sumatera barat tahun 2012. [Skripsi]. FKM UI. Depok.
Hubungan antara..., Ria Resti Agustina, FKM UI, 2014