STIMULASI REFLEKS OKSITOSIN TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA POST PARTUM PRIMIPARA DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON, CEPER, KABUPATEN KLATEN Nuraini Rahmawati, Resti Agustina Setyaningrum Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Klaten email:
[email protected]. ABSTRACT: Rangkaian dari perawatan payudara, daram penelitian ini adalah stimulasi refleks oksitosin yaitu berupa pemijatan atau penekanan pada daerah punggung yang bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI, meningkatkan volume ASI, mencegah bendungan pada payudara. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh stimulasi refleks oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI pada post partum primipara. Jenis penelitian yang digunakan adahh deskriptid dan analitik dengan pendekatan eksperimental jenis rancangan quasy eksperimen. Populasi penelitian ini adalah semua Post Partum Primipara di BPS Benis Jayanto sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh Iangsung dari lembar observasi yang diisi oleh peneliti, dan data dianalisa dengan menggunalan uji chi - square dengan α 0,05. Hasil penelitian stimulasi refleks oksitosin dengan frekuensi 1 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Ringan sebanyak 4 orang (26,7%) dan yang betpengaruh terhadap bendungan ASI Sedang sebanyak 11 orang (73,3%), stimulasi refleks oksitosin dengan frekuensi 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Ringan sebanyak 12 orang (80%) dan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Sedang sebanyak 3 orang (20%). Kesimpulan menunjukkan bahwa ada pengaruh antara stimulasi refleks oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI pada post partum primipara dengan X2 hitung 8,571 sedangkan harga X2 tabel adalah 3,481 dan p = 0,003 (p < 0,05). 0,05). Jadi semakin sering dilakukan tindakan stimulasi refleks oksitosin maka kejadian bendungan ASI semakin berkurang. Kata Kunci : Stimulasi refleks oksitosin, Kejadian bendungan ASI, post partum primipara.
A. PENDAHULUAN Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati, 2008). ASI juga mangandung asam dekosa heksanoid (DHA) yang dapat meningkatkan IQ bayi (Roesli, 2000). Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai masa menyusui, karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. Inilah karunia Allah yang sangat besar kepada kaum wanita dimana ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi, komposisinya paling lengkap, dan tidak bisa ditandingi susu formula buatan manusia (Anwar, 2003). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, di lndonesia hanya terdapat 3,7% dari 14,474 bayi baru lahir hidup yang mendapat ASl (kolostrum) satu jam sejak lahir, sedangkan pernberian susu botol mengalami kenaikan dari 12% pada tahun 1997 menjadi 18% pada tahun 2003. Lebih dari 80% kegagalan ibu menyusui dalam memberikan Asl ekslusif adalah faktor psikologis (Hendro, 2009). Bendungan payudara tercatat 0,5% dihitung pada rata-rata angka kelahiran tahunan pada daerah yang dilayani oleh satu rumah sakit, bendungan payudara terjadi karena adanya peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mernpersiapkan diri untuk laktasi (Saifudin, 2002), pada mastitis dan peradangan dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita mennyusui, tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003). Pola menyusui yang tidak rasional dan tidak bertanggungjawab, misalnya menghentikan penyusuan karena rekayasa sendiri untuk menjaga eksistensi diri dan sebagainya dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar payudara dan pembentukan air susu ibu atau yang lebih akrab disebut ASl, sehingga mengakibatkan peradangan payudara (Rina M, 2008). Berdasarkan survei pendahuluan di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto, Ngentak, Kujon, Ceper, Kabupaten Klaten, data yang berhasil dihimpun pada bulan Januari 2008 sampai Januari 2009 terdapat angka kejadian bendungan ASI 0,6% dari 498 post partum terutama pada primipara. Pelaksanaan perawatan payudara di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Kabupaten Klaten selalu dilakukan pada semua post partum baik primipara maupun multipara dengan metode breastcare dimana bidan memberikan penjelasan dan mencontohkan cara perawatan payudara yang benar pada pasien, apabila pasien belum jelas, pasien boleh bertanya pada bidan. Disini juga terdapat ibu post partum terutama primipara yang belum dapat segera menyusui bayinya dikarenakan ASI belum keluar, bahkan mereka beranggapan jika ASI mereka tidak keluar itu artinya mereka tidak
dapat memberikan ASI kepada anaknya, dan akan memberikan susu formula saja. Emosi ibu dapat berpengaruh pada fisiologi pelepasan ASI. Rasa takut, lelah, malu, pendek kata stress pada ibu dapat menghambat pelepasan ASI keluar payudara (Suherni dkk, 2008). Rangkaian dari perawatan payudara, dalam hal ini peneliti ingin menerapkan stimulasi refleks oksitosin yaitu berupa pemijatan/penekanan pada daerah punggung bermanfaatn, melancarkan refleks pengeluaran ASI, selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara (Parents Guide, 2005). Bedasarkan data tersebut diatas menjadi motivasi bagi peneliti untuk melakukan penelitian apakah ada "Pengaruh Stimulasi Refelks Oksitosin Terhadap Kejadian Bendungan ASI pada Postpartum Primipara di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Kabupaten Klaten. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan analitik dengan pendekatan eksperimental jenis rancangan quasy experiment. Penelitian deskriptif dan analitik yaitu merakukan penelitian terhadap variabel penelitian kemudian mencari hublmgan antara variabel dan menguji hipotesa yang telah dirumuskan (Sastroasmoro, 2002). Pendekatan eksperimental bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu (Notoatmodjo, 2002). Rancangan quasy experiment yaitu rancangan yang sampelya sebelum dilakukan penelitian dilakukan observasi beberapa kali dan sesudah perlakuan juga dilakukan beberapa kali observasi (Aziz A, 2007). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini peneliti mengambil seluruh post partum primipara yang berjumlah 30 responden di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto pada bulan April- Mei tahun 2009. Dalam penelitian ini tehnik sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil semua jumlah populasi (Notoadmodjo, 2002). Responden yang diambil berjumlah 30 post partum primipara di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto pada bulan April - Mei tahun 2009. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur tindakan yang disusun untuk panduan dan mengamati keadaan payudara. Stimulasi refleks oksitosin yang berisi item-item tentang langkah-langkah stimulasi refleks oksitosin, serta lembar observasi untuk menilai keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan stimulasi refleks oksitosin. Prosedur tindakan stimulasi refleks oksitosin berisi : a. Identitas responden: nama, alamat, umur, riwayat persalinan, pekerjaan.
b. Sikap dan perilaku. c. Isi atau content yang berisi langkah - langkah stimulasi refleks oksitosin. d. Tehnik prosedur tindakan stimulasi refleks oksitosin. Prosedur tindakan stimulasi refleks oksitosin berpedoman pada buku Perawatan Masa Nifas karangan Suherni dkk, 2008 dan masih perlu di uji validitas dan reabilitasnya. Metode yang digunakan yaitu dengan mempraktekkan secara langsung kepada responden yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Sedangkan lembar observasi berisi : a. Identitas responden: nama, umur, alamat, pekerjaan, riwayat persalinan. b. Petunjukporgisianlembarobservasi. c. Lembar observasi. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Analisis Univariat Analisa univariat adalah analisis yang berfungsi untuk meringkas, mengklasifikasikan, dan menyajikan data yarg merupakan langkah awal dari analisis lebih lanjut dalan penggunaan distribusi frekuensi (Arikunto, 2002). Dalam penelitian ini analisa univariat digunakan untuk mencari karakteristik responden berdasarkan umur, pekerjaan, riwayat persalinan, frekwensi tindakan stimulasi reflek oksitosin dan kejadian bendungan ASI. b. Karakteristik Responden Data yang dikumpulkan dalam penelitian untuk mengetahui pengamh stimulasi Refleks Oksitosin Terhadap Kejadian Bendungan ASI pada post partum primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Kabupaten Klaten, merupakan data primer yang diperoleh dari primipara yang melahirkan di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto pada bulan April sampai Mei tahun 2009 dengan jumlah 30 orang responden. Dibawah ini akan disajikan hasil penelitian yang meliputi karakteristik responden dan hasil analisa data. 1) Umur Responden Dibawah ini berdasarkan umur
akan
disajikan
karakteristik
responden
Tabel 1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. No. Umur Responden Frekuensi % 1. < 20 tahun 5 16,7 2. 20-35 tahun 25 83,3 Jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 25 orang (83,3%) dan yang berada pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak 5 orang (16,7%). 2) Pekerjaan Responden Dibawah ini akan disajikan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan. Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan pada Ibu Primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten No. Pekerjaan Frekuensi % 1. IRT 11 36,7 2. Swasta 6 20 3. PNS 1 3,3 4. Buruh 12 40 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pekerjaan responden sebagian besar adalah buruh sebanyak 12 orang (40%), dan pekerjaan sebagian kecil adalah PNS sebanyak 1 orang (3,3%). 3) Riwayat Persalinan Dibawah ini merupakan karakteristik responden berdasarkan riwayat persalinan spontan normal. Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Persalinan Pada Primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten No. Pekerjaan Frekuensi % 1. Spontan, Normal 30 100 Jumlah 30 100
Berdasar tabel 4.3 dapat diketahui bahwa riwayat persalinan pada primipara adalah persalinan dengan spontan dan normal sebanyak 30 orang (100%). c. Frekuensi Tindakan Frekwensi tindakan stimulasi reflek oksitosin berdasarkan frekwensi 1 kali tindakan dan 2 kali tindakan. Tabel 4 Frekwensi rindakan Stimulasi Refleks oksitosin pada primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. No. Pekerjaan Frekuensi % 1. 1 kali tindakan 15 50 2. 2 kali tindakan 15 50 Jumlah 30 100 Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa frekwensi tindakan stimulasi refleks oksitosin yang dilakukan dengan 1 kali tindakan stimulasi sebanyak 15 orang (50%) dan yang dilakukan stimulasi dengan 2 kali tindakan sebanyak l5 orang (50%). d. Kejadian Bendungan ASI Dibawah ini akan disajikan kejadian bendungan ASl berdasarkan kejadian bendungan ASl ringan, sedang dan berat. Tabel 5 Kejadian Bendungan ASI pada primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. No. Pekerjaan Frekuensi % 1. Ringan 16 53,3 2. Sedang 14 46,7 3. Berat 0 0 Jumlah 30 100 Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa kejadian bendungan ASI pada primipara paling banyak dalam kategori ringan sebanyak 16 orang (53,3%) dalam kategori sedang sebanyak 14 orang (46,7%) dan dalam kategori berat tidak ada (0%) e. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang berfungsi untuk mengetahui hubungan antar variabel di populasi, menentukan batas kemaknaan
(Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini menganalisis tentang pengaruh stimulasi reflek oksitosin terhadap kejadian bendunganASl. f. Analisis Data pengaruh Stimulasi Refleks Oksitosin Terhadap Kejadian Bendungan ASI Dibawah ini akan disajikan analisis data pengaruh stimulasi reflek oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI. Tabel 6 Pengaruh Stimulasi Refleks Oksitosin Terhadap Kejadian Bendungan ASI pada primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. Bendungan ASI No. Ringan Sedang Berat F % F % F % 1 1 kali tindakan 4 26,7 11 73,3 0 0 12 80 3 20 2 2 kali tindakan 0 0 Jumlah 16 53,3 14 46,7 0 0 Frekwensi Tindakan
Total F 15 15 30
% 100 100 100
X2
%
8,57 1
0,00 3
N = 30, p = 0,05 Berdasarkan tabel 6 dari 30 responden primipara yang dilakukan stimulasi refleks oksitosin dengan frekuensi 1 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Ringan seanyak 4 orang (26,7%) dan stimulasi refleks oksitosin dengan 1 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Sedang sebanyak 11 orang (73,3%). Responden primipara yang dilakukan stimulasi refleks oksitosin dengan frekuensi 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Ringan sebanyak 12 orang (80%) dan stimulasi refleks oksitosin dengan 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Sedang sebanyak 3 orang (20%). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan analisa Chi Square dengan X2 hitung 8,571 sedangkan harga chi square (X2) tabel pada db = 2-1:1 adalah 3,481 dan p = 0,003 (p < 0,05) maka ada pengaruh stimulasi refleks oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu primipara. Jadi semakin sering dilakukan tindakan stimulasi refleks oksitosin maka kejadian bendungan ASI semakin berkurang. 2. Pembahasan a. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil olah data primer menunjukkan bahwa dari 30 responden paling banyak pada kelompok umur 20-35 tahun (83,3%), hal ini sesuai dengan penelitian Kusumawati (2008), menyatakan
bahwa sebagian besar responden berada dalam kurun waktu reproduksi sehat (80%). Hal ini diperkuat oleh Prawirohardjo (2002) menunjukkan bahwa pada umur tersebut merupakan usia reproduksi sehat dikarenakan organ-organ reproduksi sudah siap untuk mengalami kehamilan, persalinan, dan laktasi. Pada kelompok umur < 20 tahun sebanyak (16,7%), hal ini disebabkan karena kematangan alat-alat reproduksinya belum sempurna sehingga mempunyai resiko dalam kehamilan, persalinan, dan post partum (Prawirohardjo, 2002). Pekerjaan responden paling banyak adalah buruh (40%) dan paling sedikit adalah PNS (3,3 %), seringkali alasan pekerjaan membuat ibu berhenti menyusui, sehingga sering terjadi masalah-masalah dalam menyusui. Hal ini sesuai dangan penelitian Kusmawati (2008) yang menunjukkan bahwa pekerjaan merupakan halangan untuk mernberikan ASI secara eksklusif sebanyak 75 %. Aktifitas atau pekerjaan diluar rumah membuat bayi sering tidak mendapatkan ASI secara rutin, produksi ASl yang berlangsung secara terus menerus dan ASI yang tidak dikeluarkan akan menyebabkan terjadinya penyumbatan ASI sehingga payudara menjadi bengkak (Ambarwati, 2008). Riwarat persalinan dari 30 responden (100%) merupakan persalinan spontan normal di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto, hal ini sesuai dengan kewenangan bidan dimana bidan hanya mempunyai kualifikasi untuk mengerjakan semua asuhan kehamilan yang normal, mengawasi persalinan serta melangsungkan proses persalinan yang normal dan merawat ibu post partum serta bayi baru lahir normal (Farrer H, 2003). b. Frekuensi Tindakan Stimulasi Refleks Oksitosin Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa frekwensi tindakan stimulasi refleks oksitosin yang dilakukan dengan 1 kali tindakan sebanyak 15 orang (50%) dan 2 kali tindakan sebanyak 15 orang (50%). Stimulasi refleks oksitosin merupakan cara merawat payudara pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. Hal ini sesuai dengan penelitian Safitri (2008) sebanyak 65 o/o yang menunjukkan bahwa sikap ibu primipara tentang perawatan payudara dalam katagori baik, hendaknya sedini mungkin melakukan perawatan payudara yaitu 1 -2 hari setelah bayi dan dilakukan 2 kali sehari (Ambarwati, 2008).
c. Kejadian Bendungan ASI Dari hasil penelitian rnenunjukkan bahwa paling banyak terdapat kejadian bendungan ASI ringan sebanyak (53,3%). Hal ini sesuai dengan data WHO (2003) bahwa pada mastitis dan peradangan terjadi pada wanita menyusui 10% - 33%, hal ini diperkuat oleh Rina M 2008 bahwa pola menyusui yang tidak rasional dan tidak bertanggungiawab, misalnya menghentikan penyusuan karena rekayasa sendiri unfuk menjaga eksistensi diri dan sebagainya dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar payudara dan pembentukan air susu ibu atau yang lebih akrab disebut ASI, sehingga mengakibatkan peradangan payudara. d. Pengaruh Stimulasi Refleks Oksitosin Terhadap Kejadian Bendungan ASI Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden primipara yang dilakukan stimulasi refleks oksitosin dengan frekwensi 1 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASl Ringan sebanyak 4 orang (26,7%) dan stimulasi refleks oksitosin dengan 1 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASl Sedang sebanyak 11 orang (73,3%). Responden primipara yang dilakukan stimulasi refleks oksitosin dengan frekwensi 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Ringan sebanyak 12 orang (80%)dan stimulasi refleks oksitosin dengan 2 kali tindakan yang berpengaruh terhadap bendungan ASI Sedang sebanyak 3 orang (20%). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan analisa Chi Square maka ada pengaruh stimulasi refleks oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI pada primipara dengan X2 hitung 8,571 sedangkan harga chi square (X2) tabel pada db = 2-l:l adalah 3,481 dan p=0,003 (p < 0,05). Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin sering dilakukan tindakan stirnulasi refleks oksitosin maka kejadian bendungan ASI semakin berkurang. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Werna yang berjudul "Pengaruh Metode Demonstrasi Cara Merawat Payudara Terhadap Kelancaran Pengeluaran ASl pada Ibu Postpartum di Ruang Perawatan Nifas RSIA Siti Khadijah I Muhammadiyah Cabang Makasar". Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ada pengaruh metode demonstrasi cara perawatan payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI bahwa 15 responden yang diberikan penjelasan dan demonstrasi, 13 orang (86,7%) yang ASl-nya keluar dengan lancar, sedangkan 15 responden
yang hanya diberikan penjelasan tanpa demonstrasi hanya 6 orang (40%) yang ASI-nya keluar dengan lancar dan pada 15 responden tidak diberikan penjelasan maupun demonstrasi hanya 3 orang (20,0%) yang ASI-nya keluar dan lancar. Hal ini sesuai dengan Suherni, 2008 bahwa Stimulasi refleks oksitosin merupakan salah satu cara dalam perawatan payudara dalam masa post partum, oksitosin ini bisa dirangsang dengan menggunakan tekanan dari belakang, dalam hal ini peneliti melakukan stimulasi pada daerah punggung. Gerakan-gerakan dari stimulasi di daerah punggung bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASl. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASl Terakhir tidak kalah penting, mencegah bendungan ASl (Suherni dkk, 2008). Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran air susu ibu ialah dengan mengusahakan agar setiap kali menyusui payudara betul-betul menjadi kosong, karena pengosongan payudara dengan waktu tertentu itu merangsang payudara untuk membuat ASI lebih banyak. Agar proses menyusui berlangsung tanpa kesulitan, salah satu faktor penting harus dipenuhi ialah kelancaran produksi ASI (Suherni dkk, 2008). Perawatan payudara yang dilakukan secara benar dan teratur akan melancarkan refleks pengeluaran oksitosin, selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Emosi ibu dapat berpengaruh pada fisiologi pelepasanASI. Rasa takut, lelah, malu, pendek kata stress pada ibu dapat menghambat pelepasan ASI keluar payudara, disamping itu kejadian bendungan ASI dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, penundaan permulaan manyusui, posisi perlekatan yang tidak benar, frekwensi menyusui yang kurang dan kebersihan payudara (Suherni dkk, 2008). D. SIMPULAN Berdasaran hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh Stimulasi Refleks oksitosin Terhadap Kejadian Bendungan ASI pada Post Partum Primipara di BPS Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Kabupaten Klaten, dapat disimpulkan: 1. Stimulasi refleks oksitosin diterapkan pada 30 post partum primipara yang bersalin di BPS Benis Jayanto sesuai prosedur tindakan stimulasi refleks oksitosin yang telah dibuat oleh peneliti, dimana sebelum dan sesudahnya dilakukan pengamatan terhadap keadaan payudara ibu pada masa post partum dengan frekwensi tindakan 1 kali dan 2 kali, sehingga diperoleh hasil frekwensi tindakan stimulasi refleks oksitosin yang dilakukan dengan
1 kali tindakan stimulasi sebanyak 15 orang (50%) dan yang dilakukan stimulasi dengan 2 kali tindakan sebanyak 15 orang (50%). 2. Kejadian bendungan ASI yang diperoleh dari 30 responden dapat diketahui bahwa kejadian bendungan ASI pada post partum primipara dalam kategori Ringan sebanyak 16 orang (53,3%) dan dalam kategori sedang sebanyak 14 orang (46,7%) dan kategori berat tidak ada (0%). 3. Pargaruh stimulasi reflek oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI pada Post Partum Primipara di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto berdasarkan uji statistik chi square diperoreh X2 hitung 8,571 sedangkan harga chi square X2 tabel adalah 3,481 dan p=0,003 (p<0,05) artinya ada pengaruh stimulasi refleks oksitosin terhadap kejadian bendungan ASI pada post partum primipara. Jadi semakin sering dilakukan tindakan stimulasi refleks oksitosin maka kejadian bendungan ASl semakin berkurang. DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat A, 2001. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika. Jakarta. Ambarwati Retna, E, Wulandari. D. 2003. Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendikia, Jogjakarta Anwar, S. Perawatan Payudara Selama Hamil. www.AsySyariah.com/prinphp? IDonline.Tanggal 2 Februari 2009 Jam 10.00 WIB. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Asdi Mahasatya. Jakarta. Dorland. 2002. Kamus Kedokteran, Edisi 20. EGC. Jakarta. Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas (Maternity Care). Edisi Kedua, EGC. Jakarta. Hendro. 2009. Keluarga Sehat. http://situs.kesepro.info/klg_sehat/index.htm.3 Februari 2009 Jam 11.00 WIB. Kusumawati, RN. 2008. Hubungan lbu Bekerja dengan Pemberian ASI Eksklusif di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. Jurusan Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten.
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta. Mochtar, R. 2002. Sinopsis Obstetri, Edisi kedua. EGC. Jakarta. Notoatnodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Rina, M. 2009. Kilas Balik Fenomena Kematian Ibu. http://kune-kune.co.id. 3 Februari 2009 Jam 10.00 WIB. Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Trubus Agriwidya. Jakarta. _______. 2007. Inisiasi Dini. Trubus Agriwidya. Jakarta. Saifuddin, A, B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta Sastroasmoro, 2002, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta. Sloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. Suherni, Widyasih. H, Rahmawati. A. 2008. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya. Jakarta. Suradi R, Tobing PKH. 2004. Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan Kedua. PMLPPI. Jakarta. Syafihi. 2008. Karya Tulis Ilmiah Tingkat Pengetahuan dan Sikap lbu Primipara tentang Perawatan Payudara di Bidan Praktek Swasta Benis Jayanto, Ngentak, Kujon, Ceper, Klaten. Syariyanti. 2008. Karya Tulis Ilmiah; Hubungan Perawatan Payudara Selama Hamil Trimester III dengan Waktu Pengeluaran Air Susu Ibu Post Partum Primipara dan Multipara di Bidan Praktek Swasta Indarwati Mranggen, Jatinom, Klaten.
Tutik, E. 2009. Kesehatan lbu dan Anak. http://situs.kesepro.info/kia/index.htm. 3 Februari 2009 Jarn 10.30 WIB. Veralls, S. 2003. Anatomi dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan, Edisi Ketiga, EGC. Jakarta. Werna. 2005. Karya Tulis Ilmiah; Pengaruh Metode Demonstrasi Cara Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum di Ruang Perawatan Nifas RSIA Sitti Khadijah I Muhammadiyah. Makasar. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi Ke Tiga.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.