HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA PRUNGGAHAN KULON WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMANDINGKECAMATAN SEMANDING KABUPATEN TUBAN (The Correlation Between
Employment Status of Mothers with Exclusive Breastfeeding in Prunggahan Kulon Village Working Area Puskesmas SemandingSubdistrict Semanding Tuban) Sulistyah Prodi DIII Kebidanan STIKES NU Tuban
ABSTRAK ASI merupakan makanan pertama yang paling baik bagi kehidupan bayi. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan dengan jumlah kandungan yang tepat dan menyediakan zat kekebalan tubuh. Oleh karena itu ASI harus diberikan secara eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan. Namun kesadaran masyarakat dalam memberikan ASI eksklusif masih relatif rendah. Terutama ibu bekerja dengan alasan untuk menambah penghasilan rumah tangganya sering mengabaikan pemberian ASI dengan alasan kesibukan kerja yang menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara dini menggeser atau menggantikan kedudukan ASI. Sehingga dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Prunggahan Kulon Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Metode penelitian menggunakan desain penelitian Analitik korelasi dengan pendekatan waktu Cross sectional. Populasinya yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan sebanyak 110 responden, dengan teknik Cluster Sampling sehingga sampel didapatkan 86 responden. Variabel independen Status Pekerjaan Ibu dan variabel dependen Pemberian ASI Eksklusif.Data diambil dengan menggunakan lembar kuesioneruntuk mengetahui status pekerjaan ibu dan pemeberian ASI Eksklusif. Data dianalisis dengan menggunakan uji koefisien phidengan tingkat signifikan α ≤ 0,05. Hasil Penelitian menunjukan bahwa H0 ditolak H1 diterima, sehingga terdapat hubungan antara status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif (nilai sig (2 tailed) p = 0,000. Dapat disimpulkan bahwa Status Pekerjaan Ibu dapat mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif. Untuk itu petugas kesehatan sebaiknya lebih mampu mensosialisasikan pemberian ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan agar para ibu dapat mengetahui pentingnya, manfaat dan keuntungan pemberian ASI Eksklusif. Kata Kunci : Status Pekerjaan, ASI Eksklusif ABSTRACT Breast milk is the best first food for a baby's life. Breast milk contains all the nutrients needed with the right amount of content and provide immune substances. Therefore, breast milk should be given exclusively in infants up to age 6 months. However, public awareness in exclusive breastfeeding is still relatively low. Especially working mom with a reason to increase the income of the household often ignore breastfeeding by reason of busy work that led to the use of a bottle of milk or formula early shift position or replace breast milk. So this research is to determine the Relationship Between Employment Status Exclusive Breastfeeding Mothers with Prunggahan Kulon village Puskesmas Semanding Semanding District of Tuban. Research methods research design Analytical correlation with time cross sectional approach. Population ie all mothers with infants aged 6-12 months were 110 respondents, with a cluster sampling technique so that the sample obtained 86 respondents. Employment Status of Mothers independent variables and the dependent variable Exclusive breastfeeding. Data taken using a questionnaire sheet to determine job status and pemeberian Exclusive breastfeeding mothers. Data were analyzed using the phi coefficient test with a significant level of α ≤ 0.05. Research results show that H0 H1 is accepted, so that there is a relationship between maternal employment status with exclusive breastfeeding (sig (2-tailed) p = 0.000. It can be concluded that the mother can affect the job status Exclusive breastfeeding. For that health workers should be able to socialize exclusive breastfeeding until the age of 6 months so that the mother can know the importance, benefits and advantages of exclusive breastfeeding. Keyword : Employment Status, Exclusive Breastfeeding
327
Semanding sepanjang tahun 2012 diperoleh data sekitar 496 (71,2%) orang dari 696 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan penuh,dan 200 (28,8%) orang dari 696 ibu memberikan ASI eksklusif tuntas sampai dengan umur 6 bulan. Kesadaran masyarakat dalam memberikan ASI eksklusif masih relatif rendah.Terutama ibu bekerja dengan alasan untuk menambah penghasilan rumah tangganya sering mengabaikan pemberian ASI dengan alasan kesibukan kerja, padahal tidak ada yang menandingi kualitas ASI bahkan susu formula sekalipun. Kendala dalam pemberian ASI eksklusif antara lain air susu tidak keluar, ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang menyebabkan penggunaan susu botol atau susu formula secara dini menggeser atau menggantikan kedudukan ASI. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0-6 bulan dapat membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti: diare, ISPA, demam, alergi dan susah buang air besar. Departemen Kesehatan RI (2002) menyatakan bahwa tanpa ASI eksklusif akan menyebabkan berkurangnya sel-sel otak bayi sebanyak 15-20% sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Selain itu bayi yang tidak cukup banyak ASI maka akan mengalami kurang kesempatan untuk melindungi dirinya dari sumber penyakit, sedangkan bayi dengan ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang lebih bagus. Karena ASI mengandung komposisi gizi yang
PENDAHULUAN Saat ini banyak ibu-ibu muda yang mempunyai bayi dan bekerja diluar rumah untuk menambah penghasilan rumah tangganya, sehingga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya sering didampingi dengan pemberian susu formula yang kebanyakan diberikan sebelum usia 7 bulan. ASI merupakan makanan pertama yang paling baik bagi kehidupan bayi. ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan dengan jumlah kandungan yang tepat dan menyediakan zat kekebalan tubuh (Lewis, Sara. 2004). ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin (Depkes RI, 2005). ASI eksklusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah kematian anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian ASI eksklusif telah menurun selama dekade terakhir). Praktek pemberian ASI eksklusif, prevalensinya terbilang masih rendah di Indonesia. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan hanya 27,9% ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Di Kabupaten Tuban dari data Dinkes Tuban tiga tahun terakhir pada tahun 2010 hanya 43,9% (sekitar 9391 balita dari 18867 balita yang ada), tahun 2011 diperoleh 38,6% (sekitar 7278 dari 18867 balita yang ada), 2012 diperoleh 42,9% (sekitar 8427 balita dari 19635 balita yang ada) yang hanya diberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan sisanya tidak diberikan ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan.Dari survey yang dilakukan di Puskesmas 328
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi antara lain: kolostrom, ASI peralihan, ASI matang, lemak, karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan zat besi. Selain pada anak pemberian ASI juga bermanfaat bagi ibu, beberapa diantaranya adalah dapat menurunkan resiko terjadinya perdarahan dan anemia pada ibu, menjarangkan kehamilan, dan mengurangi kemungkinan menderita kanker rahim (Soetjiningsih, 2012:78). Dengan adanya pekan ASI sedunia tahun 2002 mencoba untuk meningkatkan, melindungi dan mendukung kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi melalui pemberian ASI eksklusif yang dilaksanakan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan melalui KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) kepada masyarakat, ormas dan organisasi kesehatan agar turut dalam kampanye ini (Depkes RI, 2012).Selama ini di Puskesmas Semanding sudah ada upaya promosi untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif sampai umur 6 bulan melalui suatu penyuluhan yang telah dilaksanakan melalui posyanduposyandu dan masih terus dilaksanakan sampai sekarang.Untuk meningkatkan pencapaian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja sebaiknya dengan cara memerah ASI, menampung dan menyimpan ASI sebelum bekerja (Sanyoto, 2012:25). Agar kekebalan tubuh anak bagus tidak mudah terserang penyakit maka ASI harus diberikan secara eksklusif pada bayi sampai umur 6 bulan mengingat ASI sangat banyak manfaat dan keuntungannya bagi bayi. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik mengambil judul “ Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif, khususnya diwilayah kerja Puskesmas
Semanding, Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Sehingga hasil penelitian ini bisa dipergunakan petugas kesehatan dalam upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif. METODE PENELITIAN Dalampenelitianinipenelitimeng unakandesainpenelitianstudikorelasi (hubungan/asosiasi) yaitumengkajihubunganantaravariabel. Penelitiandapatmencari, menjelaskansuatuhubungan, memperkirakan, mengujiberdasarkanteori yang ada. Sampelperlumewakiliseluruhrentangni lai yang ada. Penelitiankorelasibertujuanmengungka pkanhubungankorelatifantarvariabel. Hubungankorelasimengacukecenderun ganbahwavariasisuatuvariabeldiikutiol ehvariasivariabel yang lain. Pendekatan yang digunakandalampenelitianiniadalahpe ndekatanCross Sectionalyaitusuatujenispenelitian yang menekankanpadawaktupengukuranat auobservasi data variabelindependendengandependenh anyasatu kali padasatusaat. Padajenisinivariabelindependendeng andependendinilaisecarasimultanpad asatusaat, jaditidakadafollow up. Sampel yang digunakandalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan di Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban sebanyak 86 orang yang terdapat pada 12 pos posyandu. HASIL PENELITIAN 1. KarakteristikRespondenBerdasarka nUmur Tabel 1 DistribusiFrekuensiRes pondenBerdasarkanUmurdi DesaPrunggahanKulon 329
Wilayah KerjaPuskesmasSemanding KecamatanSemandingKabu patenTubanBulanJuli 2014
Tabel
Umur Frekue Prosenta (Tahu nsi se (%) n) 1 15-25 32 37,2% 2 Tahun 40 46,5% 3 26-35 14 16,3% Tahun 36-45 Tahun Jumlah 86 100% Dari tabel 5.1 di atas dapat diketahui bahwa hampir setengahnya yaitu 40 responden (46,5%) berusia 26-35 tahun. N o
3 DistribusiFrekuensiRes pondenBerdasarkanStatus PekerjaanIbu di DesaPrunggahanKulonKec amatanSemandingKabupat enTubanBulanJuli 2014
No Status Frekuen Prosenta . Pekerjaan si se (%) 1 Bekerja 65 (75,6% ) 2 TidakBeke 21 (24,4% rja ) Jumlah 86 (100%) Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 65 responden (44,2%) berstatus bekerja.
2. KarakteristikRespondenBerdasarka nPendidikan Tabel 2 DistribusiFrekuensiR espondenBerdasarkanPen didikandi DesaPrunggahanKulon Wilayah KerjaPuskesmasSemandin gKecamatanSemandingKa bupatenTubanBulanJuli 2014
4. DistribusiPemberian ASI Eksklusif di DesaPrunggahanKulonKecamatanS emandingKabupatenTuban. Tabel 4 DistribusiFrekuensiRes pondenBerdasarkanPembe rian ASI Eksklusif di DesaPrunggahanKulonKec amatanSemandingKabupat enTubanBulanJuli 2014
N Pendidika Frekuens Prosentas o n i e (%) 1 SD 9 10,5% 2 SMP 28 32,6% 3 SMA 34 39,5% 4 PT 15 17,4% Jumlah 86 100% Dari tabel 5.2 di atasdapatdiketahuibahwahampirsete ngahnyayaitu 34 responden(39,5%) berpendidikan SMA. 3. Distribusi Status PekerjaanIbu di DesaPrunggahanKulonKecamatanS emandingKabupatenTuban.
ASI Frekuen Prosenta Eksklus si se (%) if 1 Ya 26 (30,2%) 2 Tidak 60 (69,8%) Jumlah 86 (100%) Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 60 responden (69,8%) pemberian ASI tidak eksklusif. N o
5. Distribusi Status PekerjaanIbudenganPemberian ASI Eksklusif di 330
DesaPrunggahanKulonKecamatanS emandingKabupatenTuban. Tabel 5 DistribusiFrekuensiRes pondenBerdasarkan Status PekerjaandenganPemberia n ASI Eksklusif di DesaPrunggahanKulonKec amatanSemandingKabupat enTubanBulanJuli 2014
Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. PEMBAHASAN 1. IdentifikasiStatus PekerjaanIbu di DesaPrunggahanKulonKecamata nSemandingKabupatenTuban Berdasarkan hasil penelitian tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 86 (100%) responden, sebagian besar responden dengan status bekerja 65 (75,6%) dan sebagian kecil responden dengan status tidak bekerja 21 (24,4%). Alasan ibu bekerja antara lain karena tuntutan ekonomi yang mengharuskan ibu membantu mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Status pekerjaan merupakan keadaan atau kedudukan yang dimiliki seseorang dan dilaksanakan secara rutin yang mendatangkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (Depkes RI, 2011). Sebagian ibu ada yang hanya sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja. Adapun ibu yang tidak bekerja adalah ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya hanya melaksanakan tugas-tugas rutin sebagai ibu rumah tangga (Depkes RI, 2000). Ibu yang bekerja dengan jam kerja yang sulit untuk diatur sehingga memiliki dampak bagi ibu yang memiliki bayi antara lain waktu untuk menyusui bayi, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bayi harus diberikan makanan atau minuman selain ASI sebelum usia 6 bulan. Dalam penelitian ini sebagian besar ibu yang bekerja tidak dapat memenuhi pemberian ASI eksklusif dan sebagian besar ibu tidak bekerja dapat memenuhi pemberian ASI eksklusif.
Pemberian ASI Jumla Eksklusif h Ya Tidak 11 54 65 (16,9 (83,1 (100% Tidak %) %) ) Bekerja 15 6 21 (71,4% (28,6% (100% ) ) ) Jumlah 26 60 86 (30,2% (69,8% (100% ) ) ) Koef Phi = 0,510 p = 0,000 α = 0,05 Status Pekerja an Bekerja
Berdasarkantabel 5.5 dapatdiketahuibahwaresponden yang tidakbekerjalebihbanyak 15 (71,4%) yang memberikan ASI eksklusifdibandingkandenganresponde n yang tidakmemberikan ASI eksklusifsebanyak 6 (28,6%) sedangkanresponden yang bekerjalebihbanyak 54 (83,1%) yang tidak ASI eksklusifdibandingkandenganresponde n yang memberikan ASI eksklusifsebanyak 11 (16,9%). ANALISIS DATA PENELITIAN Berdasarkan hasil uji Koefisien Phi dengan menggunakan SPPS versi 11,5 tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan nilai koefisien korelasi r = 0,510 dan sig (2 tailed) p = 0,000. Sehingga nilai p <ɑ, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya Ada Hubungan Antara Status 331
ASI Eksklusif di DesaPrunggahanKulonKecamata nSemandingKabupatenTuban Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yang tidak bekerja lebih banyak 15 (71,4%) yang memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 6 (28,6%), sedangkan responden yang bekerja lebih banyak 54 (83,1%) yang tidak ASI eksklusif dibandingkan dengan responden yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 (16,9%). Banyak ibu bekerja yang tahu manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi akan tetapi banyak juga ibu bekerja yang merasa repot untuk memerah dan menyimpan ASI untuk bayinya selama ditinggal bekerja sehingga pemberian susu formula adalah pilihannya. Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa dari hasil Uji Koefisien Phi terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen dengan p = 0.000 dimana p < 0.05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya Ada Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Berdasarkan hasil uji Koefisien Phi dengan menggunakan SPPS versi 11,5 tingkat kemaknaan α = 0,05 didapatkan nilai koefisien korelasi r = 0,510 dan sig (2 tailed) p = 0,000. Sehingga nilai p <ɑ, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya Ada Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban. Menurut Dien Sanyoto Besar (2009), bahwa kesibukan seorang ibu seringkali berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Selain itu
2. IdentifikasiPemberian ASI Eksklusif di DesaPrunggahanKulonKecamata nSemandingKabupatenTuban Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui dari 86 responden, sebagian besar pemberian ASI tidak eksklusif 60 (69,8%) dan sebagian kecil pemberian ASI eksklusif 26 (30,2%). Banyak ibu bekerja yang tidak tahu cara memerah dan menyimpan ASI serta tidak ada waktu istirahat untuk menyusui bagi ibu bekerja yang membuat para ibu lebih memilih susu formula untuk memenuhi kebutuhan bayinya. ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan kecuali vitamin dan imunisasi (Depkes RI, 2005). Mengingat kandungan ASI sangat banyak antara lain: kolostrum, lemak, karbohidrat, protein, antibodi, imunoglobulin, vitamin, mineral dan zat besi ASI. Manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah ASI sebagai nutrisi yang baik bagi bayi, ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi, ASI meningkatkan kecerdasan bayi, menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. Rata-rata bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak ASI eksklusif. Dalam penelitian ini pemberian ASI eksklusif sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu ibu perlu mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif. 3. IdentifikasiHubunganAntara Status PekerjaanIbudenganPemberian 332
pemberian ASI eksklusif bagi ibu yang bekerja juga disebabkan berakhirnya masa cuti ibu. Sebagaimana menurut Depdagri (2010), ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin yang menyebabkan penggunaan susu botol atau formula secara dini sehingga menggeser kedudukan ASI. Hal ini menunjukkan bahwa status pekerjaan sangat berpengaruh dalam pemberian ASI eksklusif. Karena para ibu bekerja diluar rumah sehingga menyebabkan para ibu harus memberikan susu formula sebagai pengganti ASI. Padahal seharusnya ibu yang bekerja tahu dan sadar akan pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi, maka semestinya ibu yang bekerja tersebut sebisa mungkin memberikan ASI eksklusif yaitu dengan memerah ASI sebelum berangkat kerja dan menyusui diselasela istirahatnya.
cara memerah ASI sebelum berangkat kerja dan menyusui disela-sela istirahatnya. Saran bagi penelitian selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut dengan responden yang lebih banyak dan dalam konteks yang berbeda. Bagi petugas kesehatan diharapkan lebih mampu mensosialisasikan cara pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dan dapat memberikan penyuluhan tentang manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi. Serta pemenuhan gizi bagi ibuibu menyusui agar tercapai kualitas ASI yng maksimal. Sedangkan bagi masyarakat diharapkan masyarakat sadar akan pentingnya pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan penuh dan tentang manfaatnya bagi ibu dan bayi. DAFTAR PUSTAKA 1. Alkatiri, Saleh (2009). KajianImonoglobinDalam ASI.Surabaya : AUP 2. Arikunto, S (1997). Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta 3. Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi V, Jakarta : Rineka Cipta 4. Arisman (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta : EGC 5. Azrul Azwar (2002). Manajemen Laktasi.Jakarta : Bina Kesehatan Masyarakat 6. Depdagri & Depkes (2002). Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI.Jakarta : Depkes RI 7. Depkes RI (2002). Panduan Pekan ASI Sedunia 8. Depkes RI (2005). Ibu Bekerja Tetap Memberikan ASI 9. Dien Sanyoto (2001). Pedoman Teknis Tempat Kerja Sayang Bayi. Jakarta : Yayasan ASI Indonesia
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas peneliti dapat mengambil simpulan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Sebagianbesaribu di DesaPrunggahanKulonKecamatanS emandingKabupatenTubanbekerja. 2. Sebagianbesaribu di DesaPrunggahanKulonKecamatanS emandingKabupatenTubantidakme mberikan ASI eksklusif. 3. Ada hubunganantara status pekerjaanibudenganpemberian ASI eksklusif di DesaPrunggahanKulonKecamatanS emandingKabupatenTuban. SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diberikan oleh peneliti adalah untuk ibu bekerja diharapkan ibu bekerja bisa memberikan ASI eksklusif dengan 333
10. Notoatmodjo, S (2003). Prosedur Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 11. Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 12. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 13. Soepardi (2004). ASI adalah Makanan Terbaik.(online), http//:www.yahoo.com /BKKBN.Rubrik, diakses tanggal, 17 September 2006) 14. Soetjiningsih (2004). ASI, Jakarta : EGC 15. Sugiyono (2005). Statistik Untuk Penelitian.Bandung : CV. Alfabeta 16. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka 17. UUD RI No.13 (2003). Ketenagakerjaan
334