Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Tambahan Dengan Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. Miftahul Munir STIKES NU Tuban
ABSTRAK Program makanan tambahan atau makanan pendamping ASI sudah dilaksanakan di Indonesia dengan harapan tercapai 80%, tetapi dalam hal ini memenuhi banyak kendala. Menurut data nasional Depkes RI tahun 2008, terdapat 28.5% atau 6 juta balita kurang gizi dengan rincian 19,7% atau 3,6 juta balita dengan tingkatan gizi kuranng dan 8,8% atau 1,6 juta balita menderita gizi buruk, disebabkan karena masih banyaknya masyarakat yang kurang memiliki pengetahuan tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak masa bayi. Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional, populasinya adalah semua ibu yang mempunyai anak usia 6 – 12 bulan di desa Margosoko. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling pada bulan juni 2010. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan cheklist, kemudian diolah dengan membuat tabel silang antara variabel independent dan variabel dependen Hasil penelitian dari 20 responden menunjukkan hampir seluruh responden 16 orang (80%) mempunyai pengetahuan baik dan sebagian besar pula responden 17 orang tepat dalam pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 -12 bulan. Uji statistik yang digunakan adalah chi square dengan angka signifikan α = 0,05 maka didapatkan X2 hitung (7,66) > X2 tabel (5,991) sehingga Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan di Dasa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. Oleh karena itu perlunya kesadaran ibu untuk lebih meningkatkan pengetahuan ibu dalam pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi meliputi jadwal pemberian, jenis makanan dan jumlah makanan tambahan pada bayi agar kebutuhan gizi dapat terpanuhi.
Kata Kunci : Pengetahuan, Makanan Tambahan
PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya, namun ternyata masih banyak masyarakat yang belum bisa memenuhi kebutuhan akan bahan pangan. Kemiskinan telah membuat banyak penduduk Indonesia memiliki akses yang sangat terbatas terhadap produk pangan yang berkualitas. Tetapi, kemiskinan bukanlah satu-satunya akar masalah gizi buruk. Tidak sedikit kasus gizi buruk menimpa keluarga yang sebenarnya mapan secara ekonomi. Penyebabnya adalah keluarga tersebut tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang masalah gizi dan kesehatan. Sebenarnya pemerintah memiliki banyak program untuk mengatasi masalah gizi terutama bagi bayi dan balita. Seperti program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk bayi dan balita, penyuluhan kesehatan melalui posyandu dan lain sebagainya. Namun efektivitas pelaksanaanya masih jauh dari harapan. Matinya ribuan posyandu atau tidak terdistribusikannya makanan tambahan menjadi potret buram pelaksanaan program penanggulangan kasus gizi buruk.
Program makanan tambahan atau makanan pendamping ASI sudah dilaksanakan di Indonesia dengan harapan tercapai 80%, tetapi hal ini menemuhi banyak kendala. Menurut data nasional Depkes RI tahun 2008, terdapat 28.5% atau 6 juta balita kurang gizi dengan rincian 19.7% atau 3.6 juta balita dalam tingkaat gizi kurang dan 8.8% atau 1.6 juta balita menderita gizi buruk. Pemerintah Jawa Timur menyebutkan prevalensi penderita gizi buruk di Jawa Timur sebesar 1,2% (Tabloid Nova 19/03/08). Menurut data dari Dinkes Kabupaten Tuban tahun 2009, didapatkan balita dengan gizi buruk sebanyak 882 balita dari 8.465 balita. Dan berdasarkan hasil pemantauan survey gizi kabupaten Tuban tahun 2009 didapatkan 1.375 balita dengan gizi kurang. Masih tingginya angka status gizi kurang diwilayah kerja puskesmas Bancar yaitu terdapat 112 balita dengan gizi kurang dan 23 balita dengan gizi buruk. Ratarata penduduk di Desa Margosoko mempunyai status sosial yang baik, dan pendidikan penduduk di desa tersebut rata-rata berpendidikan SMA. Dan Puskesmas berjarak kurang lebih 2 Km dari desa tersebut, Desa Margosoko mempunyai 2 Posyandu yang dilaksanakan setiap sebulan sekali dan
memberikan penyuluhan tentang kesehatan, namun dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Menurut Zubar, dalam hal ini kaum ibu sangat berperan, karena dalam budaya dan sosial Indonesia, kaum ibulah yang mengelolah rumah tangga, mulai dari manajemen belanja, mengasuh dan mendidik anak hingga menentukan menu makanan. Tentu jika kaum ibu memiliki kesadaran dan pengetahuan yang cukup tentang upaya-upaya pencegahan terjadinya gizi buruk, maka kasus gizi buruk kemungkinan basar bisa ditekan keangka minimal. Namun faktanya masih banyak kaum ibu yang mengabaikan masalah ini bisa jadi karena ketidaktahuan atau faktor lain. Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) 20002006 menunjukkan kenyataan yang mencengangkan, hanya 14% ibu di tanah air yang memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sampai usia enam bulan. Rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan (Safawi, 2009). Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dapat menimbulkan berbagai risiko yang membahayakan. Risiko jangka pendek adalah produksi ASI berkurang, karena pemberian makanan selain ASI akan mengurangi frekwensi dan kekuatan bayi untuk menetek. Sedangkan untuk resiko jangka panjang menimbulkan obesitas, alergi makanan dan 20-26% diabetes militus yang tergantung dari insulin, pada anak yang disebabkan oleh pemberian susu formula yang terlalu dini. (Lubis dalam majalah ayah bunda, 2007). Salah satu penyebab kurang tepatnya pemberian atau pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6-12 bulan adalah pengetahuan ibu dalam pemberian nutrisi pada bayi masih sering tidak tepat, misalnya pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini atau terlambat, larangan makan ikan, telur dan buah-buahan. Pengetahuan yang salah dalam pemberian nutrisi dapat berakibat buruk bagi bayi yaitu terganggu tumbuh kembangnya. Kurang pengetahun orang tua tentang nutrisi ini dapat disebabkan oleh keterbatasan informasi yang benar, terutama dengan tenaga kesehatan (Safawi, 2009). Berdasarkan uraian diatas maka penting bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi bagi bayi usia 6-12 bulan, sehingga dapat benarbenar dipahami untuk ibu akan pentingnya pemberian atau pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6-12 bulan tersebut yang akhirnya dapat memberi manfaat keluarga.
Konsep Pengetahuan Pengertian Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki oleh manusia tentang dunia dan segala tentang isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf, 2009) Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaannya panca indra, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belief), tahayul (superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (Soekamto Soejono, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2008). Macam-macam Pengetahuan Menurut Polanya Menurut (Keraf, 2009), macam-macam pengetahuan menurut polanya adalah : Tahu Bahwa Pengetahuan bahwa adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang tidak begitu mendalam. Pengetahuan ini berkaitan dengan keberhasilan mengumpulkan informasi atau data tertentu. Maka, kekuatan pengetahuan ini adalah informasi atau data yang dimilikinya. Seseorang yang mempunyai jenis pengetahuan ini berarti ia memang mempunyai data atau informasi akurat melebihi orang lain, atau ketika orang lain tidak memiliki informasi seperti yang dimilikinya. Tahu Bagaimana Pengetahuan jenis ini menyangkut bagaimana melakukan sesuatu. Ini yang dikenal sebagai knowhow. Pengetahuan ini berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan jenis ini tidak lain berarti ia tahu bagaimana melakukan sesuatu. Dengan kata lain pengetahuan jenis ini berkatan dengan praktik, maka disebut juga pengetahuan praktis.
Tahu Akan / Mengenai Yang dimaksud dalan pengetahuan ini adalah sesuatu yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Unsur yang paling penting dalam pengetahuan jenis ini adalah pengenalan dan pengalaman pribadi secara langsung dengan obyeknya. Oleh karena itu sering juga disebut sebagai pengetahuan berdasarkan pengalaman. Dalam bahasa Indonesia knowking disini lebih tepat diterjemahkan sebagai kenal, yaitu tahu secara pribadi, dan dalam arti itu, dapat juga disebut sebagai pengetahuan langsung yang bersifat personal. Tahu Mengapa Tahu mengapa berkaitan dengan penjelasan. Penjelasan ini tidak hanya berhenti pada informasi yang ada sebagaimana pada ”tahu bahwa”, melainkan menerobos masuk ke balik data atau informasi yang ada. Dengan demikian ”Tahu mengapa” tidak hanya puas dan berhenti dengan informasi yang ada. Si subyek justru melangkah lebih jauh untuk mengetahui mengapa sesuatu terjadi sebagaimana adanya. Pengetahuan model terakhir ini merupakan pengetahuan paling tinggi dan mendalam dan sekaligus juga merupakan pengetahuan ilmiah. Pada dasarnya, manusia, apalagi ilmuan, tidak hanya berhenti pada ”pengetahuan bahwa”, melainkan akan melangkah lebih jauh ke ”pengetahuan mengapa” karena manusia selalu digerakkan oleh kecenderungan dasar dalam dirinya yang selalu ingin mengetahui lebih dan lebih lagi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan Menurut (Notoatmojo, 2007) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar.makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,baik dari orang lain maupun dari media masa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tarsebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dipendidikan
formal. Akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Mass Media atau Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact), sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media masa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adapun informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetehuan terhadap hal tersebut. Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orangorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga setatus sosial ekonomi ini akan menpengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun yang tidak akan direspon sebagai pengetahuan oleh individu. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya. Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.Pada usia madya, individu akan berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup: 1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan. 2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik ataupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dangan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain separti misalnya kosa kata atau pengetahuan umum.Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dangan memberikan seperangkat alat tes atau kuisoner tentang obyek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase dengan rumus: N=
Sp x 100% Sm
Keterangan : N = Nilai pengetahuan Sp = Skor yang didapat Sm = Skor tertinggi maksimum Selanjutnya prosentase jawaban diinterpretasikan dalan kalimat kualitatif dangan acuan sebagai berikut: Baik : Nilai = 76-100% Cukup : Nilai = 56-75% Kurag : Nilai = 40-55% Tidak baik : Nilai = <40%
Konsep Makanan Tambahan Pengertian Makanan Tambahan Makanan Tambahan atau MP-ASI adalah makanan bergizi yang diberikan disamping Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi usia 6-12 bulan. (Dinkes Jatim, 2005). Makanan tambahan adalah makanan pendamping ASI yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sampai bayi berumur 24 bulan. Makanan tambahan merupakan makanan pelengkapdan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan tambahan berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI. (Krisnantuti, 2007) Tujuan Pemberian Makanan Tambahan Pemberian MP-ASI bertujuan agar tubuh bayi selalu mendapatkan semua jenis zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Hal ini terutama mengingat proses tumbuh kembang fisik bayi serta perkembangan psikomotoriknya kini semakin meningkat. Bayi bertambah aktif, sehingga tentu saja ia membutuhkan jumlah energy yang lebih banyak.Energi yang dihasilkan oleh ASI saja sudah tidak tercukupi kebutuhan tubuh bayi untuk menjalankan berbagai aktivitas yang kian hari kian bertambah. Prinsip Gizi Pada Bayi Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa, bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yaitu dengan kadar 4-5% dari total kadar kalori dalam ASI. Lemak yang diperlukan 58% dari kalori total dalam susu matur. Mineral yang diperlukan pada masa ini terdiri dari kalsium, fosfor, klor, kalium dan natrium yang manunjang pertumbuhan dan perkembangan si bayi. Sedangkan untuk vitamin bervariasi. Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang serina disebut dangan Makanan Pendamping ASI. Kebutuhan akan kalori yang diperlukan oleh bayi adalah 4-5% dari susu matur. Mayoritas proteinnya yaitu whey yang mudah dicerna. Lemak yang diperlukan kira-kira 58% dari kalori total dalam susu matur. Kadar kolesterol diyakini membantu bayi mangembangkan sistem enzim yang dapat mengontrol kadar kolesterol setelah dewasa. Karbohidrat berasal dari ASI yang mengandung amilase yang dapat meningkatkan pencernaan zat pati pada masa bayi awal ketika amilase pangkreas rendah. (Proverawati, 2009)
Zat Gizi Untuk Tumbuh Kembang Otak Bayi Usia 6 – 12 Bulan (Indriana, 2007) Semua zat gizi secara umum diperlukan pada proses pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak bayi. Numun ada beberapa zat gizi yang secara lebih khusus memang mempengaruhi kerja otak bayi. Usia 6 – 9 Bulan Sumber Karbohidrat, misalnya beras, beras merah, atau kentang Jenis bahan makanan ini dapat diberikan sebagai makanan pokok. Sebaiknya tidak memberikan ubi jalar kepada bayi usia ini mengingat proses penguraian ubi di dalam saluran pencernaan akan menghasilkan gas. Sumber protein, misalnya daging, ikan, ayam, telur, tempe, atau kacangkacangan Untuk bayi pilihlah daging ternak yang sedikit mengandung lemak dan tidak liat (alot), daging ikan tanpa duri, serta daging ayam tanpa tulang dan kulit (untuk mengurangi lemaknya). Aneka jenis daging ini dapat diberikan dalam bentuk cincang atau giling yang dicampur ke dalam pure, bubur, atau nasi tim. Namun jika dianggap perlu anda bisa, anda bisa menghaluskan lagi bahan-bahan makanan ini sebelum diberikan pada bayi. Anda boleh mencoba untuk mulai memberikan telur sejak bayi berusia 6 bulan. Mula-mula berikanlah kuning telurnya dulu. Selang beberapa waktu kemudian baru diberikan putih telurnya. Perhatikan ada tidaknya reaksinya alergi yang timbul pada bayi. Selain dari hewan, kebutuhan protein bayi anda juga dapat dipenuhi dari tumbuhtumbuhan,atau yang dikenal sebagai protein nabati. Contoh protein nabati yang cukup dikenal adalah tahu dan tempe, yakni produk olahan dari kacang kedelai. Ini sebaiknya dimasak sampai benar-benar matang lalu disaring sebelum diberikan kepada bayi. Sumber lemak, misalnya minyak sayur, santan, margarine atau mentega. Sejak bayi usia 6 bulan, anda dapat menambahkan bahan pangan sumber lemak sedikit demi sedikit kedalam bubur atau nasi tim. Pilihlah jenis lemak atau minyak yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh (polyunsaturated fatty acid), misalnya minyak jagung, minyak wijen, dan minyak bunga matahari. Selain dapat memberikan rasa gurih dan menambah asupan energy. Bahan-bahan makanan seperti itu ikut berperan penting bagi proses tumbuh kembang otak bayi. Sumber Vitamin dan Mineral, Misalnya Sayur dan Buah. Sayuran yang bisa anda berikan kepada bayi pada rentang usia 6-9 bulan, antara lain bayam,
daun kangkung, labu kuning, buncis muda, jagung muda, jamur merang, kacang kapri dan wortel. Sementara untuk buah-buahan,anda dapat memberikan jenis buah seperti pisang, papaya, jeruk. avokat, tomat, melon, pir dan apel. Aneka jenis buah-buahan tersebut dapat diberikan dalam keadaan segar maupun diolah terlebih dahulu. Apabila dianggap perlu, anda dapat menghaluskan dengan menggunakan belender, atau cukup dicincang halus sebelum diberikan kapada bayi. Usia 9-12 Bulan 1. Sumber Karbohidrat Berilah bubur sereal khusus untuk bayi sampai bayi mencapai usia satu tahun. Tetapi bila dia menolak, cobalah untuk mencampurnya dengan jenis makanan lain dalam posri kecil. Berbagai sumber karbohidrat dapat yang diberikan misalnya nasi,kentang, biscuit krekes, aneka kismis bubur sereal khusus untuk bayi, aneka jenis roti gandum atau aneka olahan mie dan makroni. 2. Sumber Protein Anda dapat memberikan pure yang diolah dari aneka jenis bahan makanan sumber protein tersebut dalam tekstur yang lebih kasar. Berbagai sumber protein tersebut misalnya daging sapi merah tanpa lemak, daging ayam, telur, tahu, tempe atau kacang-kacangan, seperti kacang hijau, kacang tolo dan kacang merah. Bagi bayi yang alergi telur, setelah memasuki rentang usia ini, Anda dapat mencoba kembali untuk memberikan telur kepadanya. Belum saatnya anda memberikan makanan yang diberi bumbu, termasuk merica, dan bumbu penyedap lainnya. Juga, sebaiknya hindari penggunaan daging olahan, misalnya sosis, daging olahan untuk hamburger, hot dog, atau daging asap. Sebab aneka jenis daging olahan seperti itu pada umumnya banyak mengandung lemak dan garam yang tidak baik bagi kesehatan bayi. 3. Sumber Vitamin dan Mineral Untuk bayi, berilah sayuran dan buah-buahan seperti brokoli,wortel, buncis, kembang kol, mentimun, apel, tomat, melon atau semangka dengan rasa asli, tanpa tambahan gula atau bahan pemanis lainnya. Hal itu akan membantu memperkaya “kamus rasa” yang sedang dikembangkan bayi saat ini, sejalan dengan perkembangan indera pengeca dan perasanya. Anda juga tak perlu menambahkan aneka bahan penambah cita rasa maupun aroma kedalam makanan untuk bayi. Misalnya garam, sirup maupun bumbu penyedap. Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali atau
pada satu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dipenden dinilai secara simultan pada satu saat (Nursalam, 2003). Dengan demikian penelitian ini mencari hubungan pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di desa Margosoko kecamatan Bancar sebanyak 20 orang. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. Sampling penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu suatu teknik penelitian sampel dengan cara seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Penelitian ini variabel independennya adalah pengetahuan ibu tentang makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. variabel dependennya adalah pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6-12 bulan. Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali atau pada satu saat. Pada jenis ini variabel independen dan dipenden dinilai secara simultan pada satu saat (Nursalam, 2003). Dengan demikian penelitian ini mencari hubungan pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Populasinya adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan di desa Margosoko kecamatan Bancar sebanyak 20 orang. Sampel penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. Sampling penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah total sampling yaitu suatu teknik penelitian sampel dengan cara seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian. Penelitian ini variabel independennya adalah pengetahuan ibu tentang makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. variabel dependennya adalah pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6-12 bulan. Instrumen yang digunakan untuk variabel pengetahuan ibu adalah kuesioner dengan jumlah soal 10 dan menggunakan pertanyaan tertutup, sedangkan untuk variabel pola pemberian makanan tambahan bagi usia 6 – 12 bulan menggunakan chek list. Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. pada bulan April 2010. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah data primer yang menggunakan lembar kuesioner yang
dibagikan kepada responden, setelah responden menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. HASIL DAN ANALISA DATA Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data, penyutingan data. Teknik pemberian skor pada variabel pengetahuan ibu: bila jawaban benar diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0, kemudian dianalisa dan presentase dengan rumus :
Σp x100% n
p=
Keterangan P : Proporsi Σ p : Jumlah skor perolehan n : Jumlah skor maksimal Kemudian dikelompokkan sesuai dengan kategori: a. Pengetahuan kurang : < 55%, kode 1 b. Pengetahuan sedang : 56-75%, kode 2 c. Pengetahuan baik : 76-100%, kode 3 Sedangkan untuk variabel pola pemberian makanan tambahan bayi usia 6-12 bulan data diukur menggunakan chek list, untuk masingmasing usia yaitu : 6-8 bulan dan 9-12 bulan, dimana setiap soal disediakan 2 pilihan jawaban yang terdiri dari : ”Ya” nilai 1, ”Tidak” nilai 0, kemudian dipresentasikan dengan perhitungan :
Jumlah jawaban benar x100% 5 Kemudian dikelompokkan sesuai kategori menjadi: 1. Pola pemberian makanan tidak tepat : < 55% di beri kode 1 2. Pola pemberian makanan tepat : 56-100% diberi kode 2 Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakn uji chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 artinya apabila P < 0,05 maka Ho ditolak berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Sebaliknya bila nilai P > 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pola pemberian makanan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Data akan dihitung secara manual dengan rumus :
( fo − fh) 2 i =1 fh k
χ2 = Σ Keterangan :
χ 2 = Chi kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2005)
4.
PNS/TNI/POLRI
0
0
Jumlah
20
100
Data Umum Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 No 1. 2. 3.
Usia < 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun Jumlah
n
(%)
1 16 3 20
5 80 15 100
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya responden berusia 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 16 responden ( 80 % ), dan sebagian kecil berusia < 20 tahun yaitu 1 responden ( 5 % ). Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 No 1. 2. 3. 4.
Pendidikan SD SMP SMA Akademi/PT Jumlah
n
(%)
3 2 12 3 20
15 10 60 15 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA yaitu 12 responden (60 %), dan hanya sebagian kecil yang berpendidikan SMP yaitu 2 responden (10 %). Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 No 1. 2. 3.
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh Tani/Petani Swasta/Wiraswasta
n
(%)
14 1 5
70 5 25
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 14 responden (70 %), dan tidak satupun yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah anak Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 No 1. 2. 3.
Jumlah Anak
n
(%)
1 orang 2 – 3 orang > 3 0rang
11 8 1
55 40 5
Jumlah
20
100
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai 1 orang anak yaitu 11 responden (55 %), dan sebagian kecil responden mempunyai > 3 orang anak yaitu 1 responden (5 %). Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayi Tabel
No 1. 2.
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Bayi di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 n
(%)
6 – 8 bulan 9 – 12 bulan
Usia Bayi
7 13
35 65
Jumlah
20
100
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai bayi usia 9 – 12 bulan yaitu sebanyak 13 responden (65 %) Data Khusus Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Tambahan
Tabel
No 1. 2. 3.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Tambahan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah
n 16 3 1 20
(%) 80 15 5 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang makanan tambahan yaitu sebanyak 16 responden ( 80% ), dan hanya sebagian kecil responden yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang yaitu 1 responden ( 5% ). Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban Bulan Juni 2010 No 1. 2.
Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Tepat Tidak Tepat
n
(%)
17 3
85 15
Jumlah
20
100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden tepat dalam pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan yaitu sebanyak 17 responden ( 85%). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pola Pemenuhan makanan Tambahan Pada bayi Usia 6 – 12 Bulan Tabel Distribusi Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Tambahan dengan Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban
N o
Tingkat Pengeta huan
1 2 3
Baik Cukup Kurang
Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Tepat Tidak Tepat n % n % 15 93,7 1 6,25 2 5 1 33,34 0 66,6 1 100
Total n 16 3 1
% 100 100 100
6 0 Jumlah
17
3
20
Berdasarkan tabel diatas tingkat pengetahuan baik hampir seluruhnya pola pemenuhan makanan tambahan tepat, yaitu sebanyak 15 responden ( 93,75 5% ), dan responden yang berpengetahuan kurang cenderung tidak tepat dalam pola pemenuhan makanan tambahan yaitu sebanyak 1 responden ( 100% ). Dari penelitian yang dilakukan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban dan setelah dianalisis dengan menggunakan rumus chi square dengan α = 0,05 maka didapatkan hasil χ2 hitung 7,4 dan χ2 tabel besar 5,991 Dan setelah dilakukan Uji Exact Fisher didapatkan ρ = 0,041 sehingga ρ < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian maka sesuai dengan tujuan penelitian yang ditetapkan maka akan dibahas tentang : Identifikasi Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Tambahan Hasil Penelitian di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban dari 20 Responden didapatkan hasil hampir seluruhnya responden mempunyai pengetahuan baik tentang makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden berpendidikan SMA, sehingga bisa berpengaruh terhadap pengetahuan responden tentang pemenuhan makanan tambahan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Hasil penelitian diatas sesuai dengan pendapat dari Notoadmojo (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai – nilai yang baru diperkenalkan. Disamping itu bahwa pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi. Untuk pengetahuan dan sikap berperan serta dalam pengetahuan kesehatan, karena pendidikan merupakan proses belajar pada individu, kelompok, masyarakat dari tidak tahu nilai – nilai kesehatan menjadi tahu.
Seringkali masyarakat beranggapan bahwa bayinya diberikan makanan tambahan pada usia kurang dari 6 bulan maka berat badannya akan naik dan itu berarti sehat. Biasanya ibu dan anggota keluarga yang lain memberikan makanan tambahan dengan alasan jika bayi diberi ASI saja tidak kenyang dan akan menyebabkan bayi menangis dan terus rewel. Padahal pemberian makanan selain ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan tidak diperlukan dan bahkan mengandung risiko terutama penyakit diare dan infeksi saluran pencernaan, akan tetapi mulai usia 6 bulan bayi perlu mendapat makanan tambahan, karena kebutuhan bayi akan zat gizi semakin bertambah dan produksi ASI berkurang, ( Lubis, 2006 ) Dengan demikian diharapkan seorang ibu mempunyai pengetahuan yang baik atau mendapatkan informasi yang adekuat tentang pemberian makanan tambahan, sehingga seorang ibu akan tepat dalam pola pemenuhan makanan tambahan pada bayinya. Identifikasi Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruhnya ibu yang mempunyai bayi usia 6 – 12 bulan tepat dalam pola pemenuhan makanan tambahan dan hanya sebagian kecil saja yang tidak tepat dalam pola pemenuhan makan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan. Hal ini terjadi karena sebagian besar ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan mempunyai pengetahuan baik tentang pola pemenuhan makanan tambahan. Menurut Muchtadi (2005), makanan yang diberikan pada bayi dan anak akan digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan, namun kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa, bayi memerlukan karbohidrat dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan makanan yang berasal dari zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yaitu dengan kadar 4 – 5 % dari total kadar kalori dalam ASI. Setelah berusia 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang sering disebut dengan Makanan Pendamping ASI. Semua zat gizi secara umum diperlukan pada proses pertumbuhan dan perkembangan sel – sel otak bayi. Dengan demikian diharapkan semua bayi mendapatkan makanan tambahan yang tepat sesuai dengan usia dan tepat waktu, sehingga dengan asupan makanan tambahan yang diberikan akan membantu memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat berjalan optimal.
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Tambahan dengan Pola Pemenuhan Makanan Tambahan Pada Bayi Usia 6 – 12 Bulan Dari hasil penelitian tabel 5.8 dapat diketahui ada hubungan antara tingkat pengetahun ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan, hal ini dapat dibuktikan dengan uji chi squaere yang dihasilkan χ2 hitung > χ2 tabel yaitu 7,4 > 5,991 yang berarti Ho ditolak, yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. Hasil penelitian ini juga menguatkan asumsi bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Pengetahuan juga menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2008 ). Maka sudah seharusnya jika orang tua memiliki pengetahuan yang baik tentang pemberian makanan tambahan, maka ibu akan berusaha untuk memenuhi makanan tambahan pada bayinya yang sesuai dengan pengetahuan tersebut sehingga anak akan tumbuh dengan sehat tanpa kekurangan gizi. Hal ini juga senada dengan Azwar (2008) bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga hal yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Komponen kognitif atau pengetahuan merupakan representasi apa yang dipercayai seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar. Sehingga hal tersebut akan membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Dengan kesimpulan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan, maka dapat dijelaskan bahwa pengetahuan yang baik akan mempengaruhi ibu dalam pola pemenuhan makanan tambahan yang tepat waktu atau tepat usia yaitu pada bayi usia 6 bulan sehingga dengan asupan makanan tambahan yang diberikan akan membantu memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga pertumbuhan dan perkembangan bayinya dapat berjalan optimal, dan sebaliknya jika pengetahuan ibu kurang maka akan mempengaruhi ibu dalam pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi yang kurang atau tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan usia bayi, hal tersebut memungkinkan kurang optimalnya pemenuhan gizi dan dapat menimbulkan risiko karena fungsi pencernaan bayi belum optimal jika diberikan makanan tambahan
sebelum bayi berusia 6 bulan. Namun dari hasil penelitian ini juga ditemukan ada 2 responden yang berpengetahuan sedang, dan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayinya dalam kategori tepat. Di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban terdapat 2 posyandu yang terjadwal sebulan sekali dan ibu – ibu aktif untuk membawa anaknya ke posyandu, di posyandu ibu sering mendapatkan penyuluhan tentang makanan tambahan dan kebutuhan gizi pada bayi, sehingga dapat menambah informasi dan pengetahuan ibu tentanmg makanan tanbahan pada bayi. Dengan demikian maka diharapkan peran bidan atau petugas kesehatan yang lain untuk lebih ditingkatkan lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan tentang pemberian nutrisi pada bayi sehingga ibu dan keluarga mempunyai pengetahuan yang adekuat tentang kebutuhan gizi pada bayi, yang berguna untuk pemeliharaan kesehatan bayi, pemulihan bila sakit, melaksanakan aktifitas, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan, menyukai dan menentukan makanan yang diperlukan bayi serta untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1 Hampir seluruhnya pengetahuan ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan tentang makanan tambahan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban mempunyai pengetahuan baik. 2 Hampir seluruhnya pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan adalah tepat di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban.
3
Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pola pemenuhan makanan tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan di Desa Margosoko Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta. Azwar, S. (2008). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2009) Depkes RI. Indriana, I. (2007). Makanan untuk Tumbuh Kembang Otak. Majalah Ayah Bunda Edisi Pertama Tahun 2007 : Jakarta. Keraf, Soni (2009). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofi. Konisius : Yogyakarta. Krisnantuti, (2008). Makanan Buah Hati Anda. Majalah Ayah Bunda Edisi KeduaTahun 2008 : Jakarta. Muchtadi, (2005). Gizi Pada Balita. Salemba Medika : Jakarta Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo, S.(2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsipprinsip Dasar. Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo, S.(2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsipprinsip Dasar. Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) (2005). Dinkes Jatim. Proverawati, Atikah. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Nuha Medika: Yogyakarta. Sugiyono, (2009). Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta : bandung. Utami, F. (2009). Menu Sehat untuk Balita Anda. Genius Printika : Yogyakarta. Zuber, Safawi (2009). Memutus Rantai Gizi Buruk. Selasa 12 Januari 2010. http://www.zubersafawi.blogspot.com.