HUBUNGAN JENIS PENYAKIT, SKILL PERAWAT DAN FASILITAS DENGAN PENYEBAB KEMATIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUANG PERAWATAN DI RSUP. DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Sri Darmawan STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia, namun kematian juga merupakan salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan yang penting. Tingginya angka kematian di rumah sakit merupakan pertanda kemungkinan adanya masalah mutu pelayanan yang memerlukan tindakan perbaikan. Untuk mengevaluasi kematian yang terjadi, ada dua hal yang perlu diketahui yaitu tingkat keparahan dan kompleksitas kondisi atau penyakit pasien serta kemungkinan terdapatnya masalah mutu pelayanan yang terkait dengan sistem. Penelitian ini bertujuan: Untuk mengetahui hubungan jenis penyakit, Skil perawat dan Fasilitas dengan penyebab kematian pasien rawat inap di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Desain penelitian yang digunakan perawatan yaitu Survey analitik dengan menggunakan rancangan Retrospektif. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 19 orang. Kemudian hasilnya diuji dengan Chi Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara jenis penyakit dengan penyebab kematian pasien rawat inap di Ruang Perawatan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (p=0,02), ada hubungan Skil perawat dengan penyebab kematian pasien rawat inap di Ruang Perawatan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (p=0,01), ada hubungan fasilitas dengan penyebab kematian pasien rawat inap di Ruang Perawatan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (p=0,033). Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara jenis penyakit, Skil perawat, dan fasilitas dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang perawatan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kata kunci : Kematian, Jenis penyakit, Skil dan Fasilitas PENDAHULUAN Rumah sakit adalah suatu tempat yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Selain itu, rumah sakit juga dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan. Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik, dan nonmedik menggunakan teknologi yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya (Adisasmito, 2009). Bangsal atau ruang rawat inap pasien adalah bagian penting yang tidak terpisahkan dari suatu tatanan rumah sakit. Dapat dikatakan , bangsal sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit dan ikut menentukan baik- buruknya rumah sakit atau mutu pelayanan yang diberikan kepada konsumen rumah sakit. Di bangsal ini
bergabung perawat pelaksana asuhan keperawatan yang memonopoli waktu pasien secara terus menerus selama 24 jam , bahkan tengah malam pun perawat masih harus mendampingi pasien untuk memenuhi kebutuhannya. Kematian adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh manusia, namun demikian kematian juga merupakan salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan yang penting. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari tahun 2005-2010 diperkirakan terdapat 850 kematian per 100.000 penduduk yang terjadi setiap tahunnya. (WHO, 2010). Di Inggris dan Wales pada tahun 2005 lebih kurang 73% dari total kematian terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit (RS). Tingginya angka kematian di RS merupakan pertanda akan kemungkinan adanya masalah mutu pelayanan yang memerlukan tindakan perbaikan, hal ini ditunjukkan antara lain dalam buku “to err is human” dari IOM maupun dari penelitian yang dilakukan oleh Hayward yang mengungkapkan bahwa kurang lebih 22,7% dari kematian yang terjadi diRS
521 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
sebenarnya dapat dihindarkan dengan perawatan optimal. Dalam upaya meningkatkan perawatan yang optimal, audit kematian sering digunakan sebagai alat untuk mengembangkan strategi penurunan angka kematian, bahkan audit kematian sudah digunakan oleh Florence Nightingale pada abad 19 (Wright, et al., 2006). Dengan audit kematian dapat ditemukan variasi yang luas dari penyebab mortalitas di rumah sakit, beberapa sebagai akibat dari komplikasi yang diderita oleh pasien, namun beberapa kasus lain tidak dapat dijelaskan penyebab kematian dan menjadi cerminan dari kualitas pelayanan (Jarman et al., 2005). Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 didapatkan kasus kematian satu tahun yang terkumpul dari 33 provinsi dalam kurun waktu tersebut sebanyak 4.552 kejadian kematian dari 258.488 rumah tangga responden. Penyebab kematian utama untuk semua umur adalah penyakit stroke (15,4%), yang disusul TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera (6,5%). Bila dibandingkan dengan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 dan SKRT 2001 menurut empat kelompok penyebab kematian tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dengan meningkatnya proporsi penyakit tidak menular yang diikuti transisi demografi. Menurut Ditjen Bina Upaya Kesehatan (2010/2011), Angka kematian pasien rawat inap berdasarkan 10 penyakit tertinggi antara lain Penyakit Pneumonia (7,60%), ISPA (3,29%), Cedera Intrakranial (5,29%), Hipertensi Esensial Primer (4,8%) dan cedera (2,78%). Sedangkan menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Angka kematian kasar (AKK) pada tahun 2007 sebesar 6,9 per 1000 penduduk. Dari data medical record yang diperoleh dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar secara umum, Data kematian menurut jenis penyakit penderita rawat inap pada tahun 2009 ada 494 kasus, pada tahun 2010 ada 472 kasus dan pada tahun 2011 ada 573 kasus kematian di seluruh ruang rawat inap. Sedangkan untuk data selama 1 tahun terakhir yaitu tahun 2012-2013, Banyaknya kematian pasien rawat inap di ruang interna teratai ada 45 orang yaitu 23 orang laki-laki (51%) dan 22 orang perempuan (49%). Adapun penyebab utama kematian terbanyak menurut jenis penyakitnya adalah Penyakit Non-infeksi yaitu Diabetes Mellitus dan penyakit infeksi yaitu TB Paru (Bagian Rekam Medik di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Jenis Penyakit, Skil Perawat dan Fasilitas dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang Perawatan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah desain Survey analitik dengan rancangan Retrospektif. Penelitian ini telah dilaksanakan di Ruang Perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang dilaksanakan dari Tanggal 18 Januari 2014 sampai tanggal 18 Februari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang meninggal di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 19 orang. Sampel adalah bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Oleh karena jumlah populasi yang diteliti pada penelitian ini hanya 19 orang, maka keseluruhan populasi dijadikan sampel (Total sampling). Pengolahan data Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut: Pertama editing data yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Kedua, coding data yaitu untuk memudahkan pengolahan data, semua data atau jawaban disederhanakan dengan memberikan simbol untuk setiap jawaban. Ketiga, tabulasi data, adalah proses memasukan data ke dalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki, kemudian data dianalisa secara statistik. (Notoatmodjo, 2010). Analisis Data Analisa statistik yang digunakan adalah Pertama, analisis univariat yaitu untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Kedua, analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk menghubungkan variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji stastistik pada analisis bivariat menggunakan chi square dengan p<0,05, dan data diolah dengan menggunakan program komputerisasi. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi sampel (Pasien) berdasarkan umur Di Ruang
522 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
perawatan RSUP Dr. Sudirohusodo Makassar. Frekuensi Umur (n) 14 - 43 Tahun 7 44 - 73 Tahun 11 > 74 tahun 1 Total 19
Wahidin % 36,8 57,9 5,3 100,0
Tabel 2. Distribusi Frekuensi sampel (Pasien) berdasarkan jenis kelamin Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jenis Frekuensi % Kelamin (n) Laki-laki 13 68,4 Perempuan 6 31,6 Total 19 100,0 Tabel 3. Distribusi Frekuensi sampel (Pasien) berdasarkan klasifikasi penyakit Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Frekuen Klasifikasi penyakit % si (n) Penyakit sistem 9 47,4 pernafasan Penyakit sistem 5 26,3 pencernaan Penyakit endokrin, nutrisi dan 2 10,5 gangguan imunitas Gangguan sistem 1 5,3 saraf Penyakit sistem 1 5,3 peredaran darah Penyakit sistem 1 5,3 perkemihan,kelamin Total 19 100,0 Tabel 4. Distribusi Frekuensi sampel (Pasien) berdasarkan lama hari rawat Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Lama hari Frekuensi Persentase rawat (n) (%) 1 – 7 Hari 14 73,7 1 Minggu – 1 5 26,3 Bulan Total 19 100,0 Tabel 5. Distribusi Frekuensi responden (Perawat) berdasarkan umur Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Umur 20 – 40 Tahun 41 – 65 Tahun Total
Frekuensi (n)
Persentase (%)
17
89,5
2
10,5
19
100,0
Tabel 6. Distribusi Frekuensi responden (Perawat) berdasarkan jenis kelamin Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jenis Frekuensi Persentase Kelamin (n) (%) Laki-laki 1 5,3 Perempuan 18 94,7 Total 19 100,0 Tabel 7. Distribusi Frekuensi responden (Perawat) berdasarkan pendidikan Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Frekuensi Persentase Pendidikan (n) (%) DIII 9 47,4 Keperawatan S1 7 36,8 Keperawatan S1 Keperawatan 3 15,8 + Ners Total 19 100,0 Tabel 8. Distribusi Frekuensi responden (Perawat) berdasarkan Pengalaman Kerja Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengalaman Frekuensi Persentase Kerja (n) (%) < 1 Tahun 1 5,3 1 – 5 Tahun >5 tahun Total
11
57,9
7
36,8
19
100,0
Tabel 9. Distribusi Frekuensi responden (Perawat) berdasarkan Pelatihan Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Frekuensi Persentase Pelatihan (n) (%) Tidak pernah 10 52,6 BTCLS, 5 26,3 PPGD Luka DM 3 15,8 MPKP 1 5,3 Total 19 100,0
523 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Tabel 10. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Jenis Penyakit Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jenis Frekuensi Persentase Penyakit (n) (%) Akut 9 47,4 Kronik 10 52,6 Total 19 100,0 Tabel 11. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan Skill Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Frekuensi Persentase Keterampilan (n) (%) Baik 13 68,4 Kurang 6 31,6 Total 19 100,0 Tabel 12. Distribusi Frekuensi responden (perawat) berdasarkan fasilitas Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Frekuensi Persentase Fasilitas (n) (%) Tidak 5 26,3 tersedia Tersedia 14 73,7 Total 19 100,0 Tabel 13. Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kematian pasien Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kematian Frekuensi Persentase pasien (n) (%) Kematian ≤ 7 36,8 48 jam Kematian > 12 63,2 48 jam Total 19 100,0 2. Analisis Bivariat Tabel 14. Hubungan jenis penyakit dengan penyebab kematian pasien rawat inap Di Ruang perawatan RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kematian Pasien Total Jenis penyakit ≤ 48 jam > 48 jam n % n % n % Akut 6 31,6 3 15,8 9 47,4 Kronik 1 5,3 9 47,4 10 52,6 Total 7 36,8 12 63,2 19 100 p = 0,02 α = 0,05
diantaranya mengalami kematian ≤ 48 jam dan 3 orang (15,8%) kematian > 48 jam. Sedangkan 10 pasien meninggal yang memiliki jenis penyakit kronik, 1 orang (5,3%) diantaranya mengalami kematian ≤ 48 jam dan 9 orang (47,4%) kematian > 48 jam. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, Nilai yang dipakai adalah nilai fisher’s Exact Test . Nilai yang diperoleh adalah p = 0,02 hal ini berarti nilai p < α (0,02 < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis penyakit dengan penyebab kematian pasien ruang rawat inap di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tabel 15. Hubungan keterampilan perawat dengan penyebab kematian pasien rawat inap Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Kematian Pasien Keterampilan ≤ 48 jam > 48 jam n
%
n
%
Total n
%
Baik
2
10,5 11 57,9 13 68,4
Kurang
5
26,3
Total
7
36,8 12 63,2 19 100
p = 0,01
1
5,3
6
31,6
α = 0,05
Berdasarkan tabel 15 diketahui 13 responden (perawat) (68,4%) yang memiliki keterampilan yang baik dengan kematian pasiennya ≤ 48 jam sebanyak 2 orang (10,5%) dan kematian pasiennya > 48 jam sebanyak 11 orang (57,9%). Sedangkan 6 responden (31,6%) yang memiliki keterampilan yang kurang dengan kematian pasiennya ≤ 48 jam sebanyak 5 orang (26,3%) dan kematian pasiennya > 48 jam sebanyak 1 orang (5,3%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, Nilai yang dipakai adalah nilai fisher’s Exact Test . Nilai yang diperoleh adalah p = 0,01 hal ini berarti nilai p < α (0,01 < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara keterampilan perawat dengan penyebab kematian pasien ruang rawat inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tabel 17. Hubungan fasilitas dengan penyebab kematian pasien rawat inap Di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Berdasarkan tabel 14 diketahui 9 pasien meninggal (47,4%) yang memiliki jenis penyakit akut, 6 orang (31,6%)
524 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Fasilitas
Kematian Pasien Kematian Kematian ≤ 48 jam > 48 jam n % n %
Tidak tersedia 4 Tersedia Total
21,1
1
5,3
Total n
%
5
26,3
3
15,8 11 57,9 14 73,7
7
36,8 12 63,2 19
p = 0,033
100
α = 0,05
Berdasarkan Tabel 5.17 diketahui 5 responden (26,3%) yang menyatakan fasilitas tidak tersedia dengan kematian pasiennya ≤ 48 jam sebanyak 4 orang (21,1%) dan kematian pasiennya > 48 jam sebanyak 1 orang (5,3%). Sedangkan 14 responden (perawat) (73,7%) yang menyatakan fasilitas tersedia dengan kematian pasiennya ≤ 48 jam sebanyak 3 orang (15,8%) dan kematian pasiennya > 48 jam sebanyak 11 orang (57,9%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square, Nilai yang dipakai adalah nilai fisher’s Exact Test . Nilai yang diperoleh adalah p = 0,033 hal ini berarti nilai p < α (0,033 < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara fasilitas dengan penyebab kematian pasien ruang rawat inap di Ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. PEMBAHASAN 1. Jenis Penyakit Penyakit dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam individu yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berubah di luar batas normal. Tolak ukur biologis yang paling berguna dari batas normal ini berkaitan dengan kemampuan individu untuk memenuhi tuntutan yang terdapat pada tubuhnya, guna menyesuaikan tuntutan atau perubahan ini dalam lingkungan internal yang tetap (Wuri Tri Wijayanto, 2012). Menurut Gold Medical Dictionary, Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur dari organisasi atau sistem tubuh. Adapun beberapa jenis penyakit yang ada di ruang rawat inap khususnya bagian penyakit dalam atau interna yaitu jenis penyakit akut dan kronik. Berdasarkan hasil distribusi jenis penyakit terhadap kematian pasien yang diperoleh, mayoritas pasien meninggal itu memiliki jenis penyakit kronik dengan kematiannya diatas 48 jam yaitu 9 orang
(47,4%) dengan pasien meninggal yang memiliki jenis penyakit akut dengan kematiannya ≤ 48 jam yaitu 6 orang (31,6%). Dibandingkan pasien meninggal yang memiliki jenis penyakit akut dan kematiannya diatas 48 jam yaitu 3 orang (15,8%) dengan jenis penyakit kronik dan kematiannya ≤ 48 jam yaitu 1 orang (5,3%). Dimana angka signifikan 0,02 yang berarti bahwa ada hubungan antara jenis penyakit dengan kematian pasien. Maka dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa jenis penyakit baik akut maupun kronik sangat berhubungan terhadap kematian pasien rawat inap mengingat keadaan atau perjalanan penyakit pasien pada waktu masuk rumah sakit sudah sedemikian lanjut yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab kematian pasien. Hal ini terlihat dengan banyaknya pasien meninggal yang memiliki jenis penyakit akut dikategorikan dalam kematian dibawah 48 jam sesuai dengan penelitian dari Joni Rasmanto (2012) yang menyatakan bahwa kematian yang terjadi ≤ 48 jam diindikasikan adalah semata karena faktor tingkat keparahan yang berpihak atau berada pada pasien, artinya kondisi penyakit pasien lebih menentukan kematiannya, dan banyaknya pasien meninggal memiliki jenis penyakit kronik dikategorikan dalam kematian diatas 48 jam diindikasikan terjadi di unit pelayanan kesehatan dimana proses pelayanan keperawatan sudah diberikan dengan kondisi standarisasi dari berbagai unsur manajemennya. Adapun jenis penyakit kronik yang paling banyak menyebabkan kematian pasien rawat inap adalah penyakit sistem pernafasan yaitu 9 orang (47,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian Dwi Setyaningsih.T (2013) yang menyatakan bahwa di Indonesia, penyakit sistem pernafasan dalam hal ini diungguli oleh TB Paru kemudian bronchopneumonia merupakan penyebab kematian ke tiga setelah penyakit kardiovaskuler dengan resiko penularannya dianggap cukup tinggi. 2. Skill Skill adalah suatu kemampuan seseorang untuk bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu dengan menggunakan anggota badan dan peralatan yang tersedia. Keterampilan merupakan kelanjutan dari
525 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan afektif (perbuatan atau perilaku) (Notoatmojo, 1997). Perawat yang sering mendapat pengalaman melakukan tindakan dengan baik akan menjadi sangat terampil dan tentunya akan lebih professional, dibanding yang tidak pernah melakukan tindakan tersebut. Karena lamanya bekerja disuatu bidang akan memberikan suatu keterampilan yang semakin lama akan semakin baik, semakin terampil dan menjadi kebiasaan. Apalagi jika ditunjang dengan tingkat intelegensi, maka orang tersebut akan lebih mudah dalam mengembangkan tingkat keterampilannya. Berdasarkan hasil distribusi skill terhadap kematian pasien yang diperoleh, mayoritas perawat yang memiliki Skill yang baik itu kematian pasiennya lebih banyak mengalami kematian diatas 48 jam yaitu 11 orang (57,9%) dibandingkan dengan yang mengalami kematian ≤ 48 jam yaitu 2 orang (10,5%) sedangkan perawat yang memiliki skill yang kurang, kematian pasiennya itu lebih banyak dikategorikan ≤ 48 jam yaitu 5 orang (26,3%) dibandingkan kematian pasiennya diatas 48 jam hanya 1 orang (5,3%). Dimana angka signifikan 0,01 yang berarti bahwa ada hubungan antara skill perawat dengan kematian pasien. Maka dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa skill yang meliputi pengetahuan, pengalaman kerja dan keaktifan mengikuti pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab kematian pasien. Hal ini terlihat pada perawat yang memiliki keterampilan baik , pasien meninggal yang dikategorikan dalam kematian diatas 48 jam lebih banyak dibandingkan dengan pasien meninggal yang dikategorikan dalam kematian ≤ 48 jam. Hal ini berarti perawat mampu memberikan tindakan secara cermat sehingga pasien yang masuk ruang rawat inap dapat bertahan lebih lama sampai akhirnya pasien tersebut meninggal. Sedangkan pada perawat yang memiliki keterampilan kurang, mayoritas pasien meninggal yang dikategorikan dalam kematian ≤ 48 jam lebih banyak dibandingkan dengan pasien meninggal yang dikategorikan dalam kematian diatas 48 jam. Hal ini diindikasikan terjadi akibat kurangnya ketangkasan perawat dalam hal menangani pasien sehingga pasien-pasien dengan penyakit ringan
yang masih mungkin dapat diselamatkan akhirnya harus meninggal. Hal ini dapat dihubungkan dengan teori Bertnus (2009) yang menyatakan bahwa berdasarkan data demografi, usia seorang perawat berpengaruh terhadap tingkat kematangan perawat, dalam hal ini kematangan mendapatkan pengetahuan dan skill. Selain itu, pendidikan dan pelatihan yang diikuti perawat juga berpengaruh. Karena dengan mengikuti pelatihan terkait dengan penanganan pasien dan metode pelayanan rawat inap maka kejadian kematian pasien di ruang rawat inap tidak terjadi, dimana kematian pasien ini tidak lain adalah salah satu indikator dari baik buruknya mutu pelayanan keperawatan. 3. Fasilitas Fasilitas kerja adalah sarana dan prasarana untuk membantu perawat menyelesaikan pekerjaannya dan membuat perawat bekerja lebih produktif. Kendala yang sering ditemukan dalam institusi rumah sakit adalah kendala fasilitas kerja yang kurang memadai yang mengakibatkan kinerja perawat juga menurun sehingga pelayanan atau tindakan yang dibutuhkan pasien juga menjadi terhambat dan bisa menyebabkan pasien menjadi tidak terselamatkan. Berdasarkan hasil distribusi fasilitas terhadap kematian pasien yang diperoleh, mayoritas perawat yang menyatakan fasilitas tersedia, kematian pasiennya lebih banyak mengalami kematian diatas 48 jam yaitu 11 orang (57,9%) dibandingkan dengan yang mengalami kematian ≤ 48 jam yaitu 3 orang (15,8%) sedangkan perawat yang menyatakan fasilitas tidak tersedia, kematian pasiennya itu lebih banyak dikategorikan ≤ 48 jam yaitu 4 orang (21,1%) dibandingkan kematian pasiennya diatas 48 jam hanya 1 orang (5,3%). Dimana angka signifikan 0,033 yang berarti bahwa ada hubungan antara fasilitas dengan kematian pasien. Maka dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang perawat dalam melakukan tindakan kepada pasien serta membantu kesembuhan pasien. Hal ini terlihat pada perawat yang menyatakan fasilitas tersedia, pasien meninggal yang dikategorikan dalam kematian diatas 48 jam lebih banyak dibandingkan dengan pasien meninggal yang dikategorikan
526 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
dalam kematian ≤ 48 jam. Hal ini berarti perawat mampu memberikan tindakan dan mampu menggunakan fasilitas yang ada untuk mendukung tindakannya sehingga pasien yang masuk ruang rawat inap dapat bertahan lebih lama sampai akhirnya pasien tersebut meninggal. Sedangkan pada perawat yang menyatakan fasilitas tidak tersedia, mayoritas pasien yang meninggal dikategorikan dalam kematian ≤ 48 jam lebih banyak dibandingkan dengan pasien meninggal yang dikategorikan dalam kematian diatas 48 jam. Hal ini diindikasikan terjadi akibat kurangnya kesadaran dan pemahaman perawat dalam hal penggunaan fasilitas yang tersedia sehingga pasien-pasien dengan penyakit ringan yang masih mungkin dapat diselamatkan akhirnya harus meninggal. Hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Andi Afinda (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara fasilitas dengan kinerja perawat dalam hal mutu pelayanan keperawatan dimana kematian pasien ini tidak lain adalah salah satu indikatornya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. yang dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2014 sampai tanggal 18 Februari 2014 dengan jumlah sampel sebanyak 19 orang maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara Jenis Penyakit dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.. 2. Ada hubungan antara Skill perawat dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang perawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.Tidak ada hubungan antara Kedisiplinan perawat
dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang perawatan interna teratai Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Kota Parepare. 3. Ada hubungan antara Fasilitas dengan penyebab kematian pasien rawat inap di ruang perawatan interna teratai Rumah Sakit Umum Andi Makkasau Kota Parepare. SARAN Setelah dilakukan penelitian dan diperoleh suatu kesimpulan, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan agar lebih memperhatikan Skill perawat dengan melaksanakan beberapa pelatihan dan pendidikan berkelanjutan serta penyediaan fasilitas atau sarana dan prasarana yang menunjang sesuai standar pelayanan keperawatan sehingga kematian pasien yang menjadi salah satu indikator penting dari cerminan mutu pelayanan keperawatan dapat berkurang atau bahkan tidak terjadi. 2. Bagi Perawat Diharapkan untuk dapat terus menerus meningkatkan Skill dan pengetahuan dengan mengikuti pelatihan-pelatihan kasus-kasus terminal, seminar-seminar, membaca buku-buku keperawatan yang menunjang dan senantiasa mengikuti pendidikan yang berkelanjutan. Dan juga sebisa mungkin menerapkan evaluasi minimal dua bulan sekali untuk membahas penyakit dan penyebab kematian pasien. Dengan ini akan mampu meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan yang optimal. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan agar melakukan eksplorasi yang lebih terkait yang berhubungan lain dengan penyebab kematian pasien rawat inap di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA Afinda,Andi. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah A.Makkasau Parepare Makassar : Fakultas Kedokteran-Unhas. (http : // ryu-know. blogspot. com /2011 /03/pelaksanaan-kinerja-perwat-di-rumah.html). Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013. Arwani, Heru, Supriyatno. 2006. Manajemen Bangsal Keperawatan. Cetakan 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Bagian Komite Rekam Medik RSU A. Makkasau Kota Parepare. 2013.
527 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Dahlan, Sopiyuddin. 2013. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan Deskriptif, Bivariat, Multivariat, dilengkapi aplikasi menggunakan SPSS. Edisi 5. PT. Salemba Medika : Jakarta. Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis Sarana Prasarana Bangunan-bangunan Instalasi Rawat (Umum).Depkes RI : Jakarta
Inap
________. 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2009. Depkes RI : Jakarta. Dwi Setyaningsih. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan berobat pasien TB Paru di wilayah kerja puskesmas sudiang raya. Skripsi tidak diterbitkan.Makassar : Stikes Nani Hasanuddin Febrina,Ina Viernisa. 2013. Epidemiologi – Konsep Penyebab Penyakit dan Pengertian Sehat Sakit. (http : // inaviernisa. blogspot. com/2013_03_01_archive.html) . Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013. Hidayat, A.Aziz Alimul.2011.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.Edisi I. PT.Salemba Medika : Jakarta. Iing Yuliastuti. 2007. Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Terhadap Kinerja Perawat dalam Penatalaksanaan Kasus Flu Burung di RSUP H.Adam Malik tahun 2007. Thesis tidak diterbitkan. Sekolah Pascasarjana : USU Medan. Irianto, Joko,dkk. 2009. Angka Kematian di Berbagai Propinsi di Indonesia (Data Riskesdas 2007). Jurnal Ekologi Kesehatan. Volume 8. Nomor 3: 1047-1056. Kemenkes RI. 2010. Seri Perencanaan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Kemenkes RI : Jakarta. ___________. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kemenkes RI : Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. 2005. Jakarta. Mbuy, Ningz. 2011. Konsep kematian. Jakarta : UIN syarif hidayatullah. ( http: // buymbuy. blogspot. com /2011 /11/konsep-kematian.html) diakses pada tanggal 30 oktober 2013. Muninjaya,Gde,A.A. 2012. Manajemen Kesehatan .Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Notoatmodjo,S.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta
PT.
________. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. Edisi 3. PT. Salemba Medika : Jakarta. Nurul Azizatunnisa, Suhartini. 2012. Pengetahuan dan Keterampilan Perawat dalam Pelayanan Keperawatan Holistik di Indonesian Holistic Tourist Hospital. Jurnal Nursing Studies,Volume 1 Nomor 1 : 140-148. Nydia Andriani. 2012. Gambaran Manajemen Pelayanan Administrasi Pasien Rawat Inap di Instalasi Administrasi Pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta tahun 2011 . Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat : UI Depok. Parimeng, Adri Mus. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan denganMutu Pelayanan Kesehatan yang Dirasakan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Haji Makassar.Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : Stikes Nani Hasanuddin. Rasmanto, Joni. 2012. Angka Kematian di Rumah Sakit, Ada Apa dengannya,,. Yogyakarta : Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM. (http://www.slideshare.net/UJANGKETUL/angka-kematian-di-rumahsakit-11723050) diakses pada tanggal 28 Oktober 2013. ____________. 2012. Evaluasi Mutu Pelayanan Rawat Inap Melalui Audit Kematian Di RSD Kol. Abundjani Bangko Provinsi Jambi Tahun 2005. Skripsi Tidak diterbitkan. Semarang : Undip Riyanto, Agus.2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan.Nuha Medika : Yogyakarta.
528 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Sudarianto, Dkk. 2009. Data Dasar Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008. Sekretariat Data dan Informasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan : Makassar. Sumarni.2013. Hubungan antara Persepsi Pasien terhadap Sikap Perawat dengan Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten gowa. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : Stikes Nani Hasanuddin Triwibowo,Cecep. 2012. Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit. Cetakan 1. Nuha Medika : Yogyakarta. Umar Ali.2013.Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Mutu Pelayanan di Ruang IGD RSUP Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar.Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : Stikes Nani Hasanuddin. Vivi, Intan, H.2012.Klasifikasi Penyakit. Surabaya : Stikes Insan Unggul.( http : // upikblogs. blogspot. com /2012 /05 /klasifikasi-penyakit-kelompok-3.html). Diakses pada tanggal 16 November 2013. VMIA.2010.Learning from Death A Guide to In-Hospital Mortality Review and Patient Safety Improvement. (http://www.vmia.vic.gov.au/~/media/Content-Documents/Risk-Management/General-RiskServices/Risk-Partnership-Program/A-Z-List/Enhanced-Mortality-Review-Project/learning-from-deathguide-2010.ashx.) diakses pada tanggal 28 oktober 2013. Wijayanto, Wuri Try. 2012. Konsep Penyakit. Jawa barat : Akper Pasar Rebo.( http : // perawatjakarta. blogspot. com / 2012/03/konsep-penyakit.html) Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013. Zulkifli,Andi.2012. Epidemiologi : Teori dan Aplikasi. Masagena Press : Makassar
529 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 4 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721