GAMBARAN PELAKSANAAN MOBILIASI PRE OPERASI SEBELUM DIBERIIAKAN PENYULUHAN DAN PELAKSANAAN MOBILISASI POST OPERASI SETELAH DIBERIKAN PENYULUHAN PADA PASIEN LAPARATOMI DI RSUP. DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR Hasnatang1, Erna Kadrianti2, Yusran Haskas3 1STIKES
Nani Hasanuddin Makassar Nani Hasanuddin Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES
ABSTRAK Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian, sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Barbara Kozier, 2009).Penelitian in ibertujuan untuk mengetahui gambaran pre operasi dan pelaksanaan mobilisasi post operasi setelah diberikan penyuluhan pada pasien laparatomi di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini mengunakan desain penelitian Deskriptif dengan rancangan penelitian Survey. Jumlah sampel sebanyak 14 responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara Accidental. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesiner dan dianalisa dengan menggunakan analisa univariat dimana analisa ini akan menggambarkan melalui tabel biasa maupun distribusi frekuensi yang di ikuti narasi. Hasil analisa menunjukkan Sebagian besar kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi Pre Operasi sebelum diberikan penyuluhan berkategori kurang, kemudian setelah diberikan penyuluhan Sebagianbesar kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi post Operasi setelah diberikan penyuluhan berkategori baik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan lebih banyak responden dan alat ukur yang lebih baik untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian Kata Kunci : Pre Operasi, pelaksanaan mobilisasi post operasi setelah diberikan penyuluhan, pasien laparatomi.
PENDAHULUAN Tindakan pembedahan merupakan pengalaman menegangkan bagi sebagian pasien, hal ini dikarenakan kurang pengetahuan mengenai tindakan perawatan maupun tindakan medis yang akan dilakukan terhadapnya, perawat bertanggung jawab dalam memberikan informasi dan atau penyuluhan terkait dengan tindakan pembedahan yang akan di terimanya (Carpenito, 2008). Pre operasi sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan pasien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku penyuluhan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan diberikan dangan tujuan meningkatkan kemampuan adaptasi pasien
dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi (Donna Ignativicius, 2007). Di Amerika Serikat, dari 27 juta orang yang menjalani operasi di setiap pelayanan kesehatan, pasien dengan infeksi pada daerah operasi abdomen akan menjalani perawatan dua kali lebih lama di rumah sakit dari pada yang tidak mengalami infeksi. Kurangnya mobilisasi dini dapat menimbulkan lamanya hari perawatan pada pasien post operasi laparatomi dapat menimbulkan adanya infeksi (Primariawan, 2010). Tindakan pembedahan laparatomi merupakan tindakan yang semakin dipercaya dalam mengatasi berbagai penyakit yang berhubungan dengan organ dalam abdomen dimana laporan dari Departement Kesehatan Indonesia (DEPKES RI) mengenai kejadian laparatomi meningkat dari 162 pada tahun
112 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
2005 menjadi 983 kasus pada tahun 2006 dan 1.281 kasus pada tahun 2007. Berdasarkan Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009, tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan presentase 12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedah laparatomi. Di Sulawesi Selatan, berdasarkan data yang didapat dari data Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar merupakan Rumah Sakit Pusat rujukan untuk Wilayah Indonesia bagian timur angka tindakan operasi laparatomi setiap tahunnya semakin meningkat dimana pada tahun 2010 pelaksanaan operasi laparatomi yakni 143 kasus, 2011 sebanyak 163 kasus, sedangkan pada bulan Januari sampai Oktober 2012 sebanyak 231 bulan dengan rata-rata tiap bulan sebanyak 30 kasus. Pada paragraf ini penulis mendiskripsikan probabilitas ataupun incidence baik secara global, nasional, maupun statistik pada RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar bahwa incidencelaparatomi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan secara global maupun nasional, penulis menyimpulkan sebagai suatu permasalahan dikarenakan masih tingginya kejadian sehingga berimplikasi pada jumlah pasien dengan laparatomi. Keberhasilan mobilisasi dini dalam mempercepat pemulihan pasca pembedahan telah dibuktikan oleh Wiyono (2006) dalam penelitiannya terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan. Dimana hasil penelitiannya megatakan bahwa mobilisasi diperlukan bagi pasien pasca pembedahan untuk membantu mempercepat pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan pasien. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Okwerita (2008) tentang pengaruh penyuluhan terhadap mobilisasi dini pasca bedah sesar menunjukkan lebih dari setengah (60%) responden yang mendapat penyuluhan melaksanakan mobilisasi dini dengan kategori baik, dan sebagian besar (73,3%) responden yang tidak mendapatkan penyuluhan melaksanak mobilisasi dini dengan kategori sedang. Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Yassir Arifin (2009) yang melakukan penelitian tentang pengaruh mobilisasi dini terhadap terjadinya peristaltik usus pada pasien post operasi anastesi umum, menyimpulkan bahwatidak ada pengaruh mobilisasi dini terhadap terjadinya peristaltik usus pada pasien post operasi anastesi umum. Dan menurut Mark Ebell (2005) dalam American Family Phisician mobilisasi dini lebih
baik untuk anggota tubuh yang mengalami luka akut. Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations telah menetapkan standar pendidikan kesehatan pada pasien. Hal ini penting karena mengingat tidak selamanya pasien dirawat dirumah sakit sehingga diharapkan dengan adanya pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan dirumah. Menurut hasil penelitian Health Service Medical Corporation, Inc., 2007, diperkirakan bahwa sekitar 80 % dari semua kebutuhan dan masalah kesehatan dapat diatasi dirumah, maka kebutuhan untuk mendidik masyarakat mengenai cara merawat diri mereka sendiri memang ada. Selain itu, dari berbagai studi mencatat fakta bahwa pasien yang dibekali informasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mematuhi rencana pengobatan medis dan mendapatkan cara inovatif untuk mengatasi penyakit, menjadi lebih mampu mengatasi gejala penyakit, kemungkinannya mengalami komplikasi lebih kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan yang optimal. Dari uraian masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitiandengan judul “Gambaran pelaksanaan mobilisasi pre operasi sebelum diberikan penyuluhan dan pelaksanaan mobilisasi post operasi setelah diberikan penyuluhan pada pasien laparatomi di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Berdasarkan ruang lingkup permasalahan dan tujuan penelitian maka penelitian ini menggunakan desain penelitian desain penelitian Deskriptif dengan rancangan penelitian Survey.Penelitian ini dilaksanakan di Lontara II Bedah Digestif RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tgl 01 Februari 2013 samapai dengan 28Februari 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan menjalani operasi laparatomi di ruang lontara II bedah digestif RSUP. DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 14 responden sesuai dengan criteria inklusi. a. Kriteria inklusi 1) Pasien yang bersedia diteliti 2) Pasien dalam keadaan sadar, mampu menerima penjelasan mengenai informed consent, dapat membaca, dan menandatangani informed consent. 3) Pasien yang akan menjalani pembedahan laparatomi terencana
113 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
tanpa komplikasi infeksi, kelemahan fisik dan pemberat lainnya. b. KriteriEksklusi 1) Pasien yang menolak berpartisipasi dalam penelitian. 2) Pasien bukan termasuk criteria inklusi di atas. Pengumpulan data 1. Data primer Alat untuk mengumpulkan data terdiri dari 2 kuesioner yang diberikan kepada pasien. Kuesioner pertama meliputi data umum (data demografi) pasien, kuesioner kedua tentang pelaksanaan mobilisasi post operasi. 2. Data sekunder Data yang diperoleh dari rekam medis RSUP.DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Pengolahan data 1. Selecting (seleksi) Seleksi merupakan pemilihan untuk mengklarifikasi data menurut kategori. 2. Editing (mengedit) Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. 3. Koding (kode) Koding merupakan tahap selanjutnya dengan memberi kode pada jawaban dari responden tersebut. 4. Tabulasi Data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokan data ke dalam suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian. Analisa data Setelah dilakukan tabulasi data, analisa univariat dimana analisa ini akan menggambarkan melalui tabel biasa maupun distribusi frekuensi yang di ikuti narasi HASIL PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur n (%) 20-30 thn 8 57.1 31-40 thn 4 28.6 >41 thn 2 14.3 Total 14 100.0 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden dengan kelompok umur antara 20-30 tahun berjumlah 8 orang (57.1%), umur antara 31-40 tahun berjumlah 4 orang
(28.6%), sedangkan umur >41 tahun berjumlah 2 orang (14.3%). Tabel 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin n (%) Laki-Laki 9 64.3 Perempuan 5 35.7 Total 14 100.0 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa responden dengan jenis kelamin lakilaki berjumlah 9 orang (64.3%), sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 5 orang (35.7%). Tabel 3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatpendidikan Pendidikan n (%) SD 2 14.3 SMP 3 21.4 SMA 5 35.7 PT 4 28.6 Total 14 100.0 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan SD berjumlah 2 orang (14.3%), SMP berjumlah 3 orang (21.4%), SMA berjumlah 5 orang (35.7%), sedangkan PT berjumlah 4 orang (26.8%). Tabel 4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan n (%) PNS 4 28.6 Karyawan 4 28.6 Wiraswasta 3 21.4 Petani 3 21.4 Total 14 100.0 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai PNS dan karyawan berjumlah sama masing-masing sebanyak 4 orang (28.6%), sedangkan yang bekerja sebagai wiraswasta dan petani juga berjumlah sama masing-masing sebanyak 3 orang (21.4%). Tabel 5 : Karakteristik kemampuan Mobilisasi Responden Sebelum Melakukan Penyuluhan Mobilisasai Pre n (%) penyuluhan Baik 6 42.9 Kurang 8 57.1 Total 14 100.0 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa kemampuanmobilisasiresponden
114 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
sebelumdilakukanpenyuluhansebagianbesarb erkategorikurangberjumlah8 orang (57,1%), dansisanyakategoribaik berjumlah 6 orang (42,9%). Tabel 6 :Karakteristik kemampuan Mobilisasi Responden Sebelum Melakuka Penyuluhan Mobilisasai Pre n (%) penyuluhan Baik 12 85.7 Kurang 2 14.3 Total 14 100.0 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa kemampuanmobilisasiresponden sesudahdilakukanpenyuluhansebagianbesarb erkategoribaikberjumlah12 orang (8,7%), dansisanyakategorikurang berjumlah 2 orang (14,3%). PEMBAHASAN Distribusi Frekuensi menunjukkan bahwa sebagian besarresponden Pre Operasi sebelum diberikan penyuluhan pelaksanakan mobilisasi responden tergolong kurang berjumlah 8 orang atau (57,1%) dan pelaksana mobilisasi tergolong baik berjumlah 6 orang (42,9%). Kemudian setelah diberikan penyuluhan sebagian besar responden Post Operasi melaksanakan mobilisasi dengan kategori baik sebenyak 12 orang atau (85,7%), dan sisanya masih tergolong kurang sebanyak 2 orang (14,3%). Responden yang masih tergolong kurang, ini disebabkan karena tingkat pendidikannya yang masih rendah sehingga dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan respon den tidak mampu untuk memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh akibatnya responden tidak bisa melaksanankan mobilisasi Post Operasi. Hal ini secara teoritik dapat diterangkan bahwa pre operasi sebagai tindakan suportif dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien bedah dalam meningkatkan kesehatan sendiri sebelum dan sesudah pembedahan. Tuntutan pasien akan bantuan keperawatan terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku penyuluhan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan diberikan dangan tujuan meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi (Donna Ignativicius dalam Ratna, 2011). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Okwerita (2010), tentang pengaruh penyuluhan terhadap pelaksanaan
mobilisasi dini pasien pasca bedah caesar di ruang kebidanan RSUD Sungai Dareh Padang. Yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien paska bedah caesar yang mendapatkan penyuluhan pre operatif dengan pasien yang tidak mendapatkan penyuluhan pre operatif. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Lepczyk et al,(2000) yang dikutip dari buku Keperawatan Medikal Bedah mengatakan bahwa ada perbedaan pengetahuan antarapasien yang mendapat penyuluhan sebelum operasi dengan pasien yang tidak mendapat penyuluhan. Menurut Poterdan Perry (2006), menyatakan bahwa Intervensi keperawatan yang optimal serta partisipasi aktif dari pasien dapat mencegah timbulnya komplikasipaska operatif, sehingga klien dapat kembali tingkat fungsi yang setinggi mungkin. Mark Ebell (2005) dalam American Family Physician jugamenyatakan bahwa mobilisasi dini lebihbaik untuk anggota tubuh yang mengalami luka akut. Jadi penyuluhan mobilisasi dini baik di lakukan pada pasien pre operasi. Sedangkan menurut Donna Ignativicius dalam Ratna (2011), menyatakan bahwa penyuluhan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan diberikan dangan tujuan meningkatkan kemampuan adaptasi pasien dalam menjalani rangkaian prosedur pembedahan sehingga klien diharapkan lebih kooperatif, berpartisipasi dalam perawatan post operasi, dan mengurangi resiko komplikasi post operasi. Berdasarkanhasilpenelitiandanpenelitian sebelumnyamakadapatdisimpulkanbahwapeny uluhan pre operasi berpengaruh terhadap pelaksanaan mobilisasi post operasi laparatomi. Hal ini dikarenakan pemberian penyuluhandapat memberikan pemahaman dan pengetahuan pada pasien yang dapat melaksanakan mobilisasi post operasila paratomi. KESIMPULAN 1. Sebagian besar kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi pre penyuluhan berkategori kurang 2. Sebagian besar kemampuan pasien dalam melakukan mobilisasi postpenyuluhan berkategori baik SARAN 1. Bagi profesi keperawatan khususnya perawat yang bekerja diruangan bedah agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang pelaksanaan mobilisasi pada pasien Post operasi laparatomi. 2. Bagi pasien, kiranya dapat melakukan mobilisasi secara teratur karena dengan
115 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721
bergerak otot–otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perut menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien akan merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. 3. Bagi institusi RumahSakit, kiranya dapat menyediakan media penyuluhan seperti leaflet, poster ataulembarbalik yang akan
bermanfaat bagi pasien dalam melaksanakan mobilisasi post operasilaparatomi. 4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menemukan atau mengembangkan suatu metode penyuluhan yang lebih efektif untuk berbagai jenis operasi lainnya, dan memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam instrumen penelitian sehingga reliabilitas dan validitas tidak diragukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu Ratna. 2001. Skripsi: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Penyuluhan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pre Operasi di Irna B Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran UNAND Padang. Azis H. 2008.Pengantar Pendidikan Keperawatan.: Sagung Seto. Jakarta Bastabie, Susan B. 2008. Perawat Sebagai Pendidik EGC. Jakarta Beyer, Dudas, 2009. The Clinical Practice of Medical Surgical Nursing 2nd Brown Co. Biston Brunner & Suddarth. 2009. Bedah Buku Ajar Medikal Vol 1 Ed 8 Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2011. Kamus Dasar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Ebell Mark, (2005). Early Mobilization Better for Acute Limb Injuries. Online : http://proquest.umi.com Diakses pada tanggal 18 Februari 2013 Ester, Monica. 2009. KeperawatanMedikalBedah :PendekatanSistem Gastro intestinal EGC. Jakarta Herawani, I. at al. 2010. Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC. Kozier. 2010. Fundamental of Nursing;Concepts,Process, and Practice Redwood City. California Luckmann and Sorensen's. 2007. Medical Surgical Nursing; A Psychophysiologic Approach W.B. Saunders Philadelphia Notoatmojo. S. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Jakarta Rineka Cipta Okwerita, 2010. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Mobilisasi Dini Pasca Bedah Sesar Di Ruangan Kebidanan RSUD Sungai Dareh. Padang : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNAND. Potter & Perry, 2006. Fundamental Keperawatan (Edisi 4). Jakarta : EGC Suharsini, A. 2007.ProsedurPenelitian. BinarupaAksara Jakarta. Program studi Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar.
116 Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 9 Nomor 1 Tahun 2016 ● ISSN : 2302-1721