PENGARUH KONSUMSI JUS BUAH SIRSAK TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PENDERITA GOUT ARTRITIS PRIA USIA 46-50 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETERONGAN JOMBANG (The Effect of Sour Sop Fruit Juice Consumption to the Reduction of Uric Acid Level in the Blood on the Male Patients with Gouty Arthritis as old as 46-50 years in the work area of public ‘s Health Center, Peterongan sub District, in Jombang District) Andreas Syabrullah1, Heni Maryati2 Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang 2 Program Studi DIII Keperawatan STIKES Pemkab Jombang 1
ABSTRAK Pendahuluan : Obat-obatan farmakologi lebih diandalkan dibandingkan non-farmakologi. padahal pengobatan non-farmakologi juga tidak kalah penting. Misalnya mengunakan “buah sirsak untuk menurunkan kadar asam urat”. Di Jombang penderita penyakit sendi yang salah satunya diakibatkan oleh tinginya kadar asam urat mencapai 15.143 orang pada Januari - Oktober 2013. Metode : Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment dengan menggunakan metode pre test and post test nonequivalent control group. Populasi seluruh penderita gout artritis pria usia 46-50 tahun sebanyak 152 orang di wilayah kerja puskesmas Peterongan. Pemilihan sampel dilakukan secara Proportional cluster random Sampling yaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi dengan menggunakan rumus sebanyak 30 orang terdiri 16 kelompok perlakuan dan 16 kelompok kontrol. Analisa mengunakan uji wilcoxon sign rank test dan uji mann whitney dengan nilai signifikan α= 0,05. Hasil : Hasil analisa pengaruh pada kelompok perlakuan didapatkan nilai Z = -3,486 dan ρ = 0,000 < 0,05 artinya ada pengaruh jus sirsak terhadap penurunan kadar asam urat, Sedangkan hasil analisa perbedaan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol didapatkan nilai Z = -3,1 dan ρ = 0,02 < 0,05, jadi kelompok perlakuan mengalami penurunan 93%, kelompok kontrol mengalami penurunan 28,6%. Dapat disimpulkan Ho ditolak dan Hi diterima yang artinya ada perbedaan penurunan kadar asam urat pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pembahasan : Diharapkan keluarga untuk selalu memberikan terapi alternatif agar penderita tidak selalu tergantung pada obat-obat farmakologi yang jangka panjang banyak menimbulkan efek samping yang cukup berat. Kata Kunci : Konsumsi Jus Buah Sirsak, Penurunan Kadar Asam urat, Gout Artritis ABSTRACT Introduction : Pharmacological drugs have been more reliable to be compared with nonpharmacological. In terms of pharmacological treatment isn’t more important. For instance using "Sour sop fruit for lowering uric acid levels”. In Jombang, patients with joint disease, one of them which is caused by high uric acid reached 15.143 people in January - October 2013. Method : The design which is used in this research is quasy experiment with using the method of pre test and post test nonequivalent group. Population is all male patients of gouty arthritis as old as 45 – 50 years, the total of them is 152 people in the work area of public’s healt center, Peterongan sub district. The selection of samples is done by Proportional Cluster Random Sampling, namely collecting samples based on the area or location of population with using the formulation of 30 people consists of 16 treatment groups and 16 control groups Analysis uses the test of Wilcoxon sign rank test and the test of Mann Whitney with significant value α = 0,05. Result : The analysis result , effect on treatment groups which is obtained that the value of Z = -3,486 and ρ = 0,000 < 0,05 means that there is the effect of sour sop juice on the reduction uric acid level, whereas analysis result, the difference on the treatment group and control group is the value of Z = -3.1 and ρ = 0,02 < 0,05, So that treatment group decreases 93%, control group decreases 28,6%, it can be concluded Ho is refused and Hi is received , it means that there is the difference of uric acid level on the treatment group and control group. Discussion ; Family is always expected to give alternative therapy in order that patients don’t depend on pharmacological drugs which finally have gotten some serious side effects . Key words : Sour sop juice consumption, the reduction of uric acid level , gouty arthritis.
PENDAHULUAN Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak, berulang, dan disertai dengan artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan monosodium urat atau asam urat yang terkumpul didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah/hiperurisemia (Iskandar Junaidi, 2013). Asam urat muncul dari pemecahan purin atau metabolisme yang dikeluarkan melalui tubuh. Penumpukan asam urat yang tinggi ini akan terpusat di persendian yang dapat mengakibatkan nyeri sendi atau bengkak (Hermawan Setiabudi,2012) Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 335 juta orang di dunia mengidap penyakit gout artritis. Jumlah ini sesuai dengan pertambahan manusia usia lanjut dan beragam faktor kesehatan lainnya yang akan terus mengalami peningkatan di masa depan. Diperkirakan sekitar 75% penderita gout artritis akan mengalami kecacatan akibat kerusakan pada tulang dan gangguan pada persendian (Iskandar Junaidi,2013). Penderita gout artritis usia 15 tahun keatas di Indonesia mencapai 677.888 orang (Olwin Nainggolan, 2009). Sedangkan kunjungan penderita gout artritis di RS. Dr. Soetomo pada tahun 2009 mencapai 1.584 orang (Pipit Festi dkk, 2010). Pada tahun 2012 jumlah penderita penyakit sendi mencapai 15.143 dan pada Januari Oktober 2013 data jumlah penderita penyakit sendi meliputi gout artritis, artritis rematoid, dan osteoartritis di Jombang terdapat 16.225 orang dan jumlah penderita yang terbanyak dari puskesmas Peterongan sebanyak 2.685 orang (Dinas Kesehatan, 2013). Data penderita penyakit sendi pada bulan November 2013 sebanyak 418 orang, yang terdiri dari penderita gout artritis 244 orang dan penyakit sendi lain. Untuk penderita gout artritis usia 46-50 tahun pada pria 152 orang (Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang, 2013). Umumnya yang terserang gout artritis adalah pria, sedangkan perempuan persentasenya kecil dan baru muncul setelah menopause. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Pada wanita, peningkatan itu di mulai sejak masa menopause. Gout artritis lebih umum terjadi pada laki-laki,
terutama yang berusia 40-50 tahun (Teguh Sutanto, 2013). Pemeriksaan darah yang menunjukkan tingginya kadar asam urat akan memperkuat diagnosis gout artritis (Junaidi, 2013). Gout artritis dipengaruhi oleh makanan tinggi purin, alkohol, usia, gender, genetis, obesitas, aktivitas tubuh yang berat, perokok, gaya hidup yang salah dan kekurangan enzim hipoksantine guanine phosphoribosyl ransferase (HGPRT) (Mia Siti Aminah,2012). Sedangkan gejala khas dari gout artritis adalah serangan akut, biasanya bersifat ‘monoartikular’ (menyerang satu sendi saja) dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas, dan gangguan gerak dari sendi2. Beberapa kelompok obat untuk terapi penyakit gout artritis adalah Obat Urikosurik, Inhibitor Xanthine Oxsidase, anti inflamasi nonsteroid yang dapat menimbulkan efek samping yang sering terjadi seperti gangguan ginjal dan gangguan saluran cerna (Hawkins & Rahn, 2005). Dengan demikian diperlukan alternatif selain obat yang memiliki efektivitas dan keamanan yang lebih tinggi. Asam urat tinggi dapat dicegah dengan gaya hidup sehat seperti : menghindari makanan dengan kandungan purin tinggi (diet purin), berolahraga secara teratur, minum air putih yang cukup, kurangi makanan berlemak (Teguh Sutanto, 2013) . Sedangkan buah sirsak juga dapat dimanfaatkan sebagai solusi selain obat untuk menurunkan asam urat berlebih pada tubuh dikarenakan kandungan vitamin, protein, mineral dan karbohidrat (Parjana E Prihatmo, 2011). Vitamin yang paling dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20mg/100gr daging buah (Zerlina Lalage,2013). Kandungan vitamin C dalam jus sirsak berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk menghambat produksi enzim xantin oksidase. Oleh karena itu, jus sirsak dapat menghambat proses pembentukan asam urat dalam tubuh dan vitamin C juga dapat membantu meningkatkan ekskresi (pembuangan) asam urat melalui urin. Dengan kemampuan ini, kadar asam urat dalam tubuh dapat berkurang (Teguh Sutanto, 2013). Sampai saat ini penderita gout artritis masih meningkat setiap tahunnya dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksa kesehatannya ke pusat pelayanan kesehatan terdekat. Obat-
obatan farmakologi pada umumnya lebih diandalkan dibandingkan dengan nonfarmakologi. Padahal pengobatan nonfarmakologi juga tidak kalah penting. Masyarakat juga sudah mulai melirik kembali bahan-bahan alami, misalnya tumbuhtumbuhan atau buah-buahan banyak dicari orang untuk pengobatan. Misalnya menggunakan “buah sirsak” untuk menurunkan kadar asam urat (Zerlina Lalage,2013) . METODE Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk penelitian dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai suatu tujuan untuk menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini mengunakan desain quasy eksperiment, dengan metode pre test and post test nonequivalent control group. quasy eksperiment yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok ekperimental (Nursalam, 2013). Pre test and post test nonequivalent control group yaitu sebelum perlakuan pada semua kelompok dilakukan pengukuran awal (pre test) untuk menentukan nilai awal responden sebelum perlakuan. Selanjutnya pada kelompok perlakuan dilakukan perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan perlakuan. Setelah perlakuan dilakukan pengukuran akhir (post test) pada semua kelompok untuk menentukan efek perlakuan pada responden3. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita gout artritis pria umur 46-50 tahun di wilayah kerja Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang sebanyak 152 orang dan jumlah sampel 32 orang. Penelitian ini menggunakan jenis sampling probability
sampling dengan propotional cluster random sampling. Penelitian dilakukan di Desa Mancar dan Desa Keplaksari Wilayah Kerja Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang dan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret – 02 April 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi kadar asam urat responden sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk menganalisa data penelitian di dalam penelitian ini, peneliti menguunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dan Uji Mann Whitney. HASIL PENELITIAN Penyajian data yang ditampilkan meliputi data umum dan data khusus. Data umum berisi tentang gambaran tempat penelitian, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kebiasaan merokok. Data khusus berisi kadar asam urat sebelum dan sudah perlakuan kelompok perlakuan dan kadar asam urat sebelum dan sesudah tanpa perlakuan kelompok kontrol. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya kadar asam urat dalam darah responden kelompok perlakuan mengalami penurunan sebanyak 15 responden (93,8%). Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar kadar asam urat dalam darah responden kelompok kontrol mengalami peningkatan sebanyak 12 responden (75%).Berdasarkan tabel 3 Dapat diketahui bahwa seluruhnya kadar asam urat responden mengalami penurunan (100%) pada usia 46-49 tahun. Berdasarkan tabel 4 Dapat diketahui bahwa seluruhnya kadar asam urat responden mengalami penurunan sebanyak 2 responden (100%) pada kebiasaan yang tidak merokok. Berdasarkan tabel 5 Dapat diketahui bahwa seluruhnya kadar asam urat responden mengalami penurunan (100%) pada kategori IMT normal dan overweight.
Tabel 1 Distribusi frekuensi kadar asam urat sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perakuan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Min Max Mean Standart Deviasi
Kadar asam urat Sebelum Sesudah 9.7 8.2 8.6 7.1 8.9 7.4 10.7 8.4 9.5 9.2 9.5 8.7 9.6 8.1 7.8 8 8.4 7.9 8.8 7.3 12.3 10.8 9.2 7.9 8.3 7.6 8.3 6.4 9.3 7.8 11.8 10.2 7.8 6.4 12.3 10.8 9.4 8.2 1.24 1.10
Keterangan Turun Turun Turun Turun Turun Turun Turun Naik Turun Turun Turun Turun Turun Turun Turun Turun
Tabel 2 Distribusi frekuensi kadar asam urat sebelum dan sesudah tanpa perlakuan pada kelompok kontrol. No 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Min Max Mean Standart Deviasi
Kadar asam urat Sebelum Sesudah 8,9 9,3 8,6 8,1 9,7 9,9 8,1 8,4 9,3 9,7 9,7 9,1 8,1 7,8 9,9 11,7 9,3 10,4 12,4 11,8 9,8 10,2 10,7 11 11,8 12,6 7,8 8,4 8,2 8,6 7,7 8,2 7,7 7,8 12,4 12,6 9,3 9,7 1,37 1,47
Keterangan Naik Turun Naik Naik Naik Turun Turun Naik Naik Turun Naik Naik Naik Naik Naik Naik
Tabel 3 Tabulasi silang antara kadar asam urat dengan usia pada kelompok perlakuan sesudah perlakuan.
No
Usia
1 2 3 4 5
46 tahun 47 tahun 48 tahun 49 tahun 50 tahun
Menurun F % 3 100 5 100 2 100 1 100 4 80
Kadar asam urat Tetap F % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total
Naik F 0 0 0 0 1
% 0 0 0 0 20
F 3 5 2 1 5
% 100 100 100 100 100
Tabel 4 Tabulasi silang antara kadar asam urat dengan kebiasaan merokok pada kelompok perlakuan sesudah perlakuan.
No 1 2
Kebiasaan merokok Tidak merokok Merokok
Menurun F % 2 100 13 92,9
Kadar asam urat Tetap F % 0 0 0 0
Total
Naik F 0 1
% 0 7,1
F 2 14
% 100 100
Tabel 5 Tabulasi silang antara kadar asam urat dengan indeks masa tubuh pada kelompok perlakuan sesudah perlakuan.
No
IMT
1 2 3 4 5
Under-weight Normal Over-weight Obes I Obes II
Menurun F % 0 0 8 100 1 100 6 85,7 0 80
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa bahwa pada 16 responden kelompok perlakuan sebelum perlakuan rata-rata kadar asam urat dalam darah sebesar 9.4mg/dl dalam batas di atas normal, kadar asam urat normal pria adalah 3,5-7mg/dl. Menurut ilmuan kesehatan, usia 0-25 tahun adalah masa berkembang dan meningkatnya daya tahan tubuh manusia. Akan tetapi, setelah melewati usia 25 tahun kebugaran manusia akan menurun setiap tahunnya sebanyak 1%. Ini terjadi pada mereka yang tidak ada masalah dengan kondisi kesehatan. Sementara itu, seseorang yang bermasalah dengan kondisi kesehatan tentu saja akan mengalami degradasi ketahanan tubuh atau kebugaran lebih besar lagi (Sutanto, 2013).
Kadar asam urat Tetap F % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total
Naik F 0 0 0 1 0
% 0 0 0 14,3 0
F 0 8 1 7 0
% 0 100 100 100 0
Penyebab lain tingginya kadar asam urat bisa dipengaruhi kebiasaan merokok. Dalam kandungan rokok terdapat bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Hal tersebut mengakibatkan peredaran darah terganggu, seperti : oksigen dan nutrisi (salah satunya asam urat) yang akan disuplai asam urat menjadi urin terhambat. Ini yang menyebabkan terjadinya hiperurisemia (Aminah, 2012). Akibat kelebihan lemak trigliserida inilah maka banyak terjadi penumpukan lemak pada organ-organ tubuh, seperti jantung, hati, pembuluh darah, dsb. Hal ini mengganggu jalannya metabolisme dalam tubuh. Termasuk dalam menangani metabolisme purin dan asam urat (Aminah, 2012). Tingginya kadar asam urat tersebut dapat disebabkan oleh pola makan responden
yang tinggi purin, seperti jeroan, alkohol, sarden, burung dara, unggas, dan emping. Kenaikan kadar asam urat dalam darah pada responden juga dipengaruhi antara lain usia, pola makan yang tidak terkontrol, kebiasaan merokok, alkohol, genetis, obesitas, aktivitas tubuh yang berat, dan gaya hidup yang salah. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada 16 responden kelompok perlakuan sesudah perlakuan rata-rata kadar asam urat dalam darah sebesar 8.2mg/dl. Sifat antioksidan sirsak dapat menguragi terbentuknya asam urat melalui penghambatan produksi enzim xantin oksidase (Holistic health solution, 2012). Antioksidan memiliki kemampuan untuk menghambat produksi enzim xantin oksidase, yang dapat menghambat proses pembentukan asam urat dalam tubuh (Noormindhawati, 2013). Antioksidan dapat membantu melancarkan peredaran darah serta meluruhkan asam urat yang ada dalam darah. Dengan begitu, kadar zat purin dalam darah pun dapat berkurang sehingga penderita dapar beraktifitas seperti sediakala (Safitri, 2012). Kadar asam urat dapat turun dikarenakan responden mampu mengontrol makanan tinggi purin dan pengaruh buah sirsak yang mengandung vitamin C serta tinggi akan antioksidan yang berfungsi menghambat pembentukan asam urat sehingga mampu menurunkan kadar asam urat. Berbeda pada 1 responden yang mengalami kenaikan kadar asam urat dipengaruhi kebiasaan merokok dan memiliki kategori IMT obes I. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa seluruhnya kadar asam urat responden mengalami penurunan (100%) pada usia 4649 tahun, dan pada usia 50 tahun (80%) mengalami penurunan, sedangankan (20%) mengalami kenaikan kadar asam urat. Menurut ilmuan kesehatan, usia 0-25 tahun adalah masa berkembang dan meningkatnya daya tahan tubuh manusia. Akan tetapi, setelah melewati usia 25 tahun kebugaran manusia akan menurun setiap tahunnya sebanyak 1%. Ini terjadi pada mereka yang tidak ada masalah dengan kondisi kesehatan. Sementara itu, seseorang yang bermasalah dengan kondisi kesehatan tentu saja akan mengalami degradasi ketahanan tubuh atau kebugaran lebih besar lagi (Sutanto, 2013).
Semakin bertambahnya usia diatas 25 tahun kondisi kesehatan akan mengalami penurunan, sehingga tubuh rentan akan penyakit. Dapat diketahui pada penelitian pengaruh konsumsi jus buah sirsak terhadap penurunan kadar asam urat bahwa responden usia 46-49 tahun kadar asam urat dapat turun 100%, sedangkan kadar asam urat pada usia 50 tahun 80% dapat turun dan 20% mengalami kenaikan. Jadi terdapat perbedaan penurunan kadar asam urat pada usia 46-49 tahun dengan 50 tahun dalam pemberian konsumsi jus buah sirsak dalam menurunkan kadar asam urat. Sehingga dapat membuktikan atau sesuai dengan teori bahwa semakin bertambah usia maka semakin rentan terhadap penyakit atau dalam menurunkan kadar asam urat. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa seluruhnya kadar asam urat responden mengalami penurunan sebanyak 2 responden (100%) pada kebiasaan yang tidak merokok, dan pada responden yang kebiasaan merokok 13 responden (92,9%) mengalami penurunan, sedangkan 1 responden (7,1%) mengalami kenaikan. Penyebab lain tingginya kadar asam urat bisa dipengaruhi kebiasaan merokok. Dalam kandungan rokok terdapat bahan-bahan kimia yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Hal tersebut mengakibatkan peredaran darah terganggu, seperti : oksigen dan nutrisi (salah satunya asam urat) yang akan disuplai asam urat menjadi urin terhambat. Ini yang menyebabkan terjadinya hiperurisemia (Aminah, 2012). Bahan kimia dalam kandungan rokok merupakan salah satu penyebab tingginya kadar asam urat dalam darah. bahan kimia rokok ini melalui sirkulasi darah menjadi faktor penyumbatan pembuluh darah, sehingga kadar asam urat dalam darah tersumbat dan mengalami penumpukan. Dapat diketahui pada penelitian bahwa orang yang berkebiasaan tidak merokok kadar asam urat mengalami penurunan 100%, sedangkan orang yang berkebiasaan merokok kadar asam urat mengalami kenaikan 7,1%. Jadi terdapat perbedaan penurunan kadar asam urat pada orang yang biasa merokok dengan yang tidak merokok dalam pemberian konsumsi jus buah sirsak dalam menurunkan kadar asam urat. Sehingga dapat membuktikan atau sesuai dengan teori bahwa bahan kimia rokok dapat menghambat asam
urat dalam sirkulasi peredaran darah. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa seluruhnya kadar asam urat responden mengalami penurunan (100%) pada kategori IMT normal dan overweight, dan pada responden dalam kategori IMT Obes I mengalami kenaikan kadar asam urat sebesar 14,3%. Akibat kelebihan lemak trigliserida inilah maka banyak terjadi penumpukan lemak pada organ-organ tubuh, seperti jantung, hati, pembuluh darah, dsb. Hal ini mengganggu jalannya metabolisme dalam tubuh. Termasuk dalam menangani metabolisme purin dan asam urat (Aminah, 2012). Kelebihan lemak dapat menggangu proses metabolisme purin, sehingga asam urat tertahan di dalam darah. Dapat diketahui pada penelitian pengaruh konsumsi jus buah sirsak terhadap penurunan kadar asam urat bahwa responden dengan kategori IMT normal dan beresiko mengalami penurunan kadar asam urat sebesar 100%, sedangkan pada kategori IMT obes I mengalami kenaikan kadar asam urat sebesar 14,3%. Sehingga dapat membuktikan atau sesuai dengan teori bahwa bahan semakin berlebih lemak trigliserida dapat menghambat metabolisme purin, sehinga asam urat berlebih dalam peredaran darah. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada 16 responden kelompok kontrol sebelum tanpa perlakuan rata-rata kadar asam urat dalam darah adalah 9.3mg/dl. Gout artritis dipengaruhi oleh makanan tinggi purin, alkohol, usia, gender, genetis, obesitas, aktivitas tubuh yang berat, perokok, gaya hidup yang salah dan kekurangan enzim hipoksantine guanine phosphoribosyl ransferase (HGPRT) (Aminah, 2012). Tingginya kadar asam urat responden kelompok kontrol dapat disebabkan oleh pola makan responden yang tinggi purin, seperti jeroan, alkohol, sarden, burung dara, unggas, dan emping. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada 16 responden kelompok kontrol sesudah tanpa perlakuan rata-rata kadar asam urat dalam darah adalah 9.7mg/dl. Makanan dapat mengakibatkan over produksi atau konsumsi sumber purin dalam jumlah besar dan berlebihan. Makanan yang memiliki kadar purin tinggi berikut ini : daging-dagingan, jeroan (limpa, ginjal, otak,
usus, hati, ampela), kerang, ikan, udang, cumi-cumi, sotong, kepiting, melinjo, kacang-kacangan, jamur, daging awetan. Makanan tersebut menghambat kerja enzim yang mengubah purin menjadi nukleotida purin sehingga purin yang seharusnya bisa menjadi sumber protein bagi tubuh menimbulkan sisa dan menghasilkan asam urat berlebih (Aminah, 2012). Hal tersebut dapat disebabkan oleh pola makan responden yang tinggi purin, seperti jeroan, alkohol, sarden, burung dara, unggas, dan emping. Pemberian informasi diat makanan tinggi purin yang diberikan dan dievaluasi pada hari akhir saja tanpa melakukan kontrol setiap hari, hasilnya 10 responden mengalami kenaikan kadar asam urat dan 4 diantaranya mengalami penurunan kadar asam urat. Berdasarkan tabel 1 hasil rata-rata kadar asam urat dalam darah pada 16 responden kelompok perlakuan sebelum perlakuan sebesar 9.4mg/dl dan sesudah perlakuan sebesar 8.2md/dl. Didapatkan hasil analisa dengan rumus maupun aplikasi dengan uji wilcoxon signed ranks test. Uji dengan rumus didapatkan Zhitung -3,48 > Ztabel -1,96. Sedangkan dari hasil perhitungan menggunakan aplikasi didapatkan Zhitung -3,486 > Ztabel -1,96 dan nilai asymp sig.(2-tailed) atau nilai probabilitas ρ=(0,000) lebih rendah standart signifikan α= 0,05 atau (<). Maka dapat disimpulkan H0 ditolak, yang artinya ada pengaruh konsumsi jus buah sirsak terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah pada penderita gout artritis pria usia 46-50 tahun di wilayah kerja Puskesmas Peterongan Jombang. Kandungan vitamin C dalam jus sirsak berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki kemampuan untuk menghambat produksi enzim xantin oksidase. Oleh karena itu, jus sirsak dapat menghambat proses pembentukan asam urat dalam tubuh. Vitamin C dapat membantu meningkatkan ekskresi (pembuangan) asam urat melalui urin. Dengan kemampuan ini, kadar asam urat dalam tubuh dapat berkurang (Sutanto, 2013). Penurunan kadar asam urat pada penderita gout artritis setelah mengkonsumsi jus buah sirsak pada kelompok perlakuan selama 14 hari. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan buah sirsak yang kaya akan
antioksidan dan vitamin C. Karena tingginya antioksidan dan vitamin C sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah. Bila mengkonsumsi jus buah sirsak secara berturut-turut pada pagi hari sebelum makan dapat menurunkan kadar asam urat sehingga penderita mampu untuk memilih pengobatan non farmakologi yang mempunyai banyak manfaat dibandingkan pengobatan farmakologi yang mempunyai dampak atau efek samping jika dikonsumsi secara terus menerus. Berdasarkan tabel 1 bahwa rata-rata kadar asam urat dalam darah pada 16 responden kelompok perlakuan sesudah perlakuan sebesar 8.2md/dl dan berdasarkan tabel 2 bahwa rata-rata kadar asam urat dalam darah pada 16 responden kelompok kontrol sesudah tanpa perlakuan sebesar 9.7md/dl. Didapatkan hasil analisa dengan rumus maupun aplikasi dengan uji mann-whitney. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus didapatkan Zhitung -3,1> Ztabel -1,96. Sedangkan dari hasil perhitungan menggunakan aplikasi didapatkan Zhitung 3,100 > Ztabel -1,96 dan Nilai asymp sig.(2tailed) atau nilai probabilitas ρ=( 0,002) lebih rendah standart signifikan α= 0,05 atau (<). Maka dapat disimpulkan H0 ditolak, yang artinya ada perbedaan penurunan kadar asam urat dalam darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol penderita gout artritis pria usia 46-50 tahun di wilayah kerja Puskesmas Peterongan Jombang. Setelah buah sirsak yang kaya vitamin C dikonsumsi, maka vitamin C yang ada pada sirsak akan diserap oleh usus halus dan dari usus halus akan diteruskan di arteri abdominalis. Di sini vitamin C mengikat asam urat, setelah mengikat asam urat di arteri renalis dan mengikat asam urat berlebih pula di arteri renalis. Setelah mengikat asam urat di arteri renalis akan diteruskan ke arteri interlobaris sehingga mengikat asam urat di sana. Setelah di arteri interlobaris maka akan diteruskan di arteri arkuarta sehingga vitamin C juga mengikat asam urat yang berada pada arteri arkuarta, dan diteruskan pada arteri interlobularis sehingga vitamin C juga mengikat asam urat yang ada di sana dan dari arteri interlobularis akan diteruskan ke arteri eferen sehingga asam urat yang ada di arteri eferen akan di teruskan di glomerolus. Asam
urat yang terkumpul di glomerolus yang tidak di proses akan diteruskan ke kapsula bowmen, dari kapsula bowmen akan diteruskan ke ureter, dari ureter akan diteruskan ke vesika urinaria. Di vesika urinaria asam urat yang tidak terpakai akan dikeluarkan bersama urin melalui uretra (Almatsier, 2003). Penurunan kadar asam urat pada penderita gout artritis setelah mengkonsumsi jus buah sirsak pada kelompok perlakuan selama 14 hari. Hal ini dipengaruhi oleh kandungan buah sirsak yang kaya akan antioksidan dan vitamin C. Karena tingginya antioksidan dan vitamin C sehingga mampu menurunkan kadar asam urat dalam darah. Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan kontrol makanan tinggi putin tetapi tidak dilakukan observasi setiap hari sehingga mengalami kenaikan kadar asam urat. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penurunan kadar asam urat dalam darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol penderita gout artritis pria usia 46-50 tahun di wilayah kerja Puskesmas Peterongan Jombang tahun 2014. SARAN Diharapkan keluarga untuk selalu memberikan terapi alternatif agar penderita tidak selalu tergantung pada obat-obat farmakologi yang jangka panjang banyak menimbulkan efek samping yang cukup berat.
DAFTAR PUSTAKA Aminah, Mia Siti. 2012. Tumpas penyakit asam urat lebih aman. Jakarta : Dunia Sehat. Damayanti, Deni. 2012. Panduan lengkap mencegah dan mengobati asam urat. Yogyakarta : Araska. Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta : Trans Info Medika.
Dinas Kesehatan. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Jombang. Tidak Dipublikasikan. Festi, pipit dkk. 2010. Hubungan pola makan dengan kadar asam urat. Jurnal kesehatan UM Surabaya Hawkins & Rahn. 2005. Gout and hyperuricemia: pharmacotherapy a pathophysiological approach. Mc Graw-Hill. Junaidi, Iskandar. 2013. Rematik dan asam urat. Jakarta : Buana Ilmu. Lalage, Zerlina. 2013. Libas bermacam penyakit dengan sirsak, manggis dan binahong. Klaten : Cable Book. Nainggolan, Olwin. 2009. Prevalensi dan determinan penyakit rematik di Indonesia. Majalah kedokteran indonesia vol. 59. Hal. 588-594. Noormindhawati, Lely. 2013. Jus sakti tumpas penyakit asam urat. Jakarta : Pustaka Makmur. Nursalam. 2013. Metodologi penelitian ilmu keperawatan edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Prihatmo, Parjana E. 2011. Khasiat sehat sirsak. Yogyakarta : Selingkar Rumah Idea Pustaka. Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang. 2013. Data Penyakit Gout Artritis. Tidak Dipublikasikan. Setiabudi, Hermawan. 2012. Deteksi dini penceghan dan pengobatan asam urat. Yogyakarta : Medpress. Sutanto, Teguh. 2013. Deteksi, pencegahan, dan pengobatan asam urat. Yogyakarta : Buku Pintar.