Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba medika. Stuart dan Sundeen. (1998). Buku Suku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Achir Yani S. Hamid. Ed. 3. Jakarta : EGC. Sugiyono. (2003). Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Jurnal AKP
Tjiptojoewono, S, dkk. (1996). Pengantar Pendidikan Bagian I. Surabaya : University Press IKIP Surabaya. Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Alih Bahasa: Wiwie N. Ed. 6. Jakarta : EGC. Tri Wahyuni. (2007). Endrolin, Terapi Hormonal. http://www.suarakarya-online.com/news (download : 03 Oktober 2007) Willis, Sofyan S. (2001). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung : Angkasa
11
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
PENGARUH TEKNIK BATUK EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SEKRET PADA PASIEN TB PARU (STUDI EKSPERIMENTAL DI POLI PARU RSUD UNIT SWADANA PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2008) Susilowati*, Dwi Kristiani** *) Dosen Akper Pamenang Pare – Kediri **) Perawat RSUD Pare Kediri
Effective cough technique is an action to clearance the airway from secretion and mucus Effective cough technique especially conducted to the patient with Tuberculosis who had problem on expenditure of airway secretion. Various means have been conducted to lessen to heaping of secretion by deep breathing technique and effective cough technique/ maneuver. Intention of this research is to know is there any influence the effective cough technique to expenditure of airway secretion at patient with lung tuberculosis in Pulmonology clinic of Pare Public Hospital (RSUD Pare) Kediri in 2008. Design of this study was pre experimental design with post test only design. Object of the study was all patient with lung tuberculosis who experienced problems in airway secretion expenditure at pulmonology clinic of RSUD Pare. Total population of the study was 38 patients. Sampling technique used was consecutive sampling and the sample size was 34 patients. Data had been collected by using observation sheet before and after conducted by effective cough technique from March,10th to March,18th 2008. Then data analyzed descriptively . Result of research indicate that there is influence of effective cough technique to expenditure of airway secretion at patient with pulmonal tuberculosis in Pulmonolical clinic of Pare Public Hospital. It Showed that result of before technique cough effective equal to 38,2% and after technique cough effective equal to 70,6% its meaning of H1 accepted there is influence of effective cough technique to expenditure of airway secretion at patient with Pulmonal tuberculosis. Based on the result of the research, it is suggested to nurse to improve in effective cough teaching to the patient with pulmonal tuberculosis to lessen the presence of airway secretion of lung tissue. Keyword : Effective Cough Technique, Expendicture of secret, Tuberculosis kenyataannya banyak penderita Tuberculosis paru batuk dengan cara yang inefisien dan membahayakan. Batuk degnan cara ini akan menimbulkan reaksi rangsang batuk yang terusmenerus. Tekanan di paru-paru meninggi sekali, sehingga dapat menimbulkan cedera pada struktur paru-paru yang halus, tenggorokan dan pita suara. Pita suara bengkak, suaranya menjadi serak, gatal serta muka menjadi merah. (2001, www.Indomedia.com ). Menurut WHO terdapat 22 Negara yang berprevalensi penderita Tuberculosis paru yang tinggi, 10 negara berada di Asia dengan prevalensi yang tertinggi ialah India, Cina dan Indonesia. (2007, www.TB indonesia.or.id ). Dari hasil survey WHO di Indonesia tahun 2005 terdapat sekitar 9 juta kasus baru Tuberculosis paru. Sebagian besar penderita
Latar Belakang Di Indonesia penyakit Tuberculosis Paru merupakan suatu masalah utama kesehatan masyarakat yang sejak dahulu sudah ada dan tersebar diseluruh Nusantara. (2007, www.TbcIndonesia.or.id ). Tuberculosis Paru itu sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai orgam tubuh lainnya serta mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi. (H. Tobrani, 1996). Pada penderita Tuberculosis paru sekret yang dikeluarkan terus-menerus menyebabkan batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang maupun malam hari. (Alsagaff, 2002). Sekret ini dapat dikeluarkan dengan maksimal melalui cara batuk efektif. Namun
Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret...
12
Tuberculosis paru termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu antara 45-64 tahun. (Suyudi, 1994). Keadaan ini dikarenakan pada usia tersebut dulunya pecandu alkohol atau narkotik, penghuni rumah beramai-ramai dalam tempat yang sempit, imunosupresi, hubungan intim dengan pasien yang mempunyai sputum positif, kemiskinan dan malnutrisi. (H. Tabrani, 1996). Di Indonesia, Tuberculosis paru merupakan penyakit menular nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung (Assegaff, 2002). Dri hasil studi pendahuluan yangn dilakukan di RSUD Pare pada tanggal 10 Oktober 2007 didapatkan data dari Rekam Medik terdapat 18 penderita pada bulan Maret, 19 penderita pada bulan April dengan BTA positif dan keluhan penderita yang sering muncul adalah batuk dengan disertai penumpukan sekret disaluran pernafasan bawah. Pada penderita Tuberculosis paru dalam hal ini yang menjadi gejala dini dan sering dikeluhkan ialah batuk yang terus-menerus dengan disertai penumpukan sekret disaluran pernafasan bawah. (Alsogaff, 2002). Batuk yang dilakukan pada penderita Tuberculosis paru merupakan batuk yang inefisien dan membahayakan. Penderita Tuberculosis melakukan batuk tersebut karena mereka menganggap dengan batuk dapat mengeluarkan sekret yang mengganggu jalannya nafas. Bahkan penderita Tuberculosis paru yang menderita batuk kronik cenderung untuk menyangkal dan meremehkan batuk mereka. Hal ini sering dilakukan karena penderita Tuberculosis paru sudah sangat terbiasa dengan hal tersebut, sehingga mereka tidak menyadari berapa sering hal itu terjadi. (Perry dan Potter, 2005). Akibat yang ditimbulkan dari batuk yang inefisien ialah adanya cedera pada struktur paru-paru yang halus dan batukpun akan semakin parah. Walaupun semua ini demi mengeluarkan sekret, hasil pengeluaran sekretnya tidak berarti. (www.Indonesia.com ). Apabila hal tersebut dilakukan terus-menerus penyakitnya bertambah parah serta mengakibatkan sarang penyakitnya pecah dan keluar darah. (Hendrawan. N, 1996). Tertimbunnya sekret disaluran pernafasan bawah dapat menambah batuk semakin keras karena sekret menyumbat saluran nafas, sehingga perlu cara untuk mengeluarkan sekret yang tertimbun tersebut dengan upaya batuk efektif. Diharapkan setelah dilakukan batuk efektif tersebut dapat meningkatkan ekspansi
Jurnal AKP
paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. (Hudak dan Gollo, 1997). Sebelum batuk efektif terlebih dahulu penderita Tuberculosis paru dianjurkan untuk minum air hangat untuk mengencerkan sekret agar mudah untuk dikeluarkan melalui cara batuk efektif. (Lynda Juall, C, 1999). Cara mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan bawah salah satunya ialah dengan batuk efektif. Memperhatikan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien TB Paru RSUD unit Swadana Pare kab. Kediri Tahun 2007”. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah ”Adakah Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien Tuberculosis Paru Di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008?” Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis adakah pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret Pada Pasien Tuberculosis Paru Di Poli Paru Rsud Pare tahun 2008. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengeluaran sekret pada pasien TB paru sebelum dilakukan teknik batuk efektif di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008 b. Mengidentifikasi pengeluaran sekret pada pasien TB paru sesudah dilakukan tekhnik batuk efektif. di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008 c. Menganalisis ada tidaknya pengaruh teknik Batuk Efektif terhadap pengeluaran sekret pada pada pasien TB paru sebelum dan sesudah dilakukan teknik batuk efektif di Poli Paru RSUD Pare tahun 2008. Desain Penelitian Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah “Pre-post Eksperimental Desain” yaitu desain untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi,
13
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
kemudian diobservasi lagi setelah diintervensi. Variabel dalam penelitian meliputi variable independent yaitu batuk efektif; dan variabel dependen yaitu pengeluaran sekret. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10-18 Maret 2008 bertempat di Poli Penyakit Paru RSUD Pare Kediri. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien tuberculosis paru yang berkunjung ke Poliklinik Penyakit Paru RSUD Pare selama masa penelitian yaitu 38 orang, sample dibatasi hanya pada pasien yang mengalami gangguan pengeluaran sekret sebanyak 34 orang. Teknik pemilihan sampling adalah consecutive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah responden yang diperlukan terpenuhi. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui teknik editing, coding, dan scoring. Hasil Penelitian Data Umum a. Karakteristik kelamin.
responden
berdasarkan
Dari diagram pie diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 45 – 64 tahun dengan jumlah (35,3%) dan sebagian kecil responden berumur 15 – 24 tahun dengan jumlah (14,7%). c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. 8,8
17,6
29,4
44,1
TIDAK SEKOLAH
SD
SMP
SMA
Dari diagram pie diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikannya SD dengan jumlah (44,1%) dan sebagian kecil responden tingkat pendidikannya SMA dengan jumlah (8,8%).
jenis
d. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan. 35,3
14,7 32,4 64,7
LAKI-LAKI
PEREMPUAN 52,9
Dari diagram pie diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki dengan jumlah (64,7%) dan sebagian kecil berjenis kelamin perempuan dengan jumlah (35,3%).
TIDAK BEKERJA
PETANI
WIRASWASTA
Dari diagram pie diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden pekerjaannya petani dengan jumlah (52,9%) dan sebagian kecil responden tidak bekerja dengan jumlah (14,7%).
b. Karakteristik Responden berdasarkan Umur. 14,7 29,4
Data Khusus Data khusus dalam penelitian ini meliputi pengeluaran sekret sebelum dilakukan teknik batuk efektif dan sesudah dilakukan teknik batuk efektif.
20,6 35,3 15-24TH
25-44TH
Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret...
45-64TH
>65
14
a. Hasil Observasi Pengeluaran Sekret sebelum dilakukan Teknik Batuk Efektif.
c. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret pada pasien TB paru Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Batuk Efektif. 30
70 60 50 40 30 20 10 0
61,8
24
25 21
20
38,2
15
13 10
10 5
TIDAK EFEKTIF
EFEKTIF
0 efektif
tidak efektif sebelum
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif mengeluarkan sekret sejumlah 38,2% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 61,8%.
80 60 40 20 0
sesudah
Pembahasan 1. Pengeluaran Sekret pada pasien TB paru sebelum dilakukan Tenik Batuk Efektif Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebelum dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif sejumlah 13 responden (38,2%) dan yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara tidak efektif sejumlah 21 responden (61,8%). Sekret adalah campuran sekresi selaput lendir dari rongga mulut, rongga hidung, tenggorokan dan alveoli dengan bakteri, virus, debu dan bermacam – macam sel (pusdiklat Daftar RI “JICA”, 1992). Pada penderita TB paru produksi sekret, semakin lama semakin bertambah. Sekret awalnya bersifat mukoid dan
EFEKTIF
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sesudah dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif mengeluarkan sekret sejumlah 70,6% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 29,4%.
Jurnal AKP
tidak efektif
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebelum dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif megeluarkan sekret sejumlah 38,2% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 61,8%. Sedangkan sesudah dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif mengeluarkan sekret megalami penigkatan menjadi 70,6% dan tidak efektif mengeluarkan sekret mengalami penurunan menjadi 29,4%. Artinya H1 diterima ada pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB paru di poli Paru RSUD Unit Swadana Pare – Kediri tanggal 10 Maret s/d 18 Maret 2008.
b. Hasil Observasi pengeluaran Sekret Sesudah dilakukan teknik Batuk efektif.
TIDAK EFEKTIF
efektif
15
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011
keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan (Alsagaff, 2002). Tertimbunnya benda sekret menyebabkan inflamasi, bila terdapat inflamasi akan terjadi infeksi yang dapat menambah batuk menjadi keras, maka penting sekali untuk mengeluarkan sekret tersebut dengan meggunakan Teknik Batuk Efektif (2001, www. Indomedia.com). Keberhasilan dalam pengeluaran sekret ditunjang oleh beberapa hal diantaranya produksi sekret, keadaan pasiel dan adanya obstruksi jalan nafas oleh benda asing. Apabila ada salah satu dari ketiga hal tersebut terdapat pada Pasien TB paru, maka sekret yang dikeluarkan akan sedikit. Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian yang ada bahwa dari seluruh responden yang ada, penumpukkan sekret yang mereka alami ini disebabkan karena mereka memiliki penyakit TB paru. Sebelum dilakukan teknik Batuk Efektif responden dapat mengeluarkan sekret walaupun tidak maksimal dalam pengeluaran sekretnya.
3. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran sekret pada pasien TB paru sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Batuk Efektif Dari tabulasi diagram batang distribusi pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB Paru diperoleh bahwa hampir setengahnya responden dapat mengeluarkan sekret secara efektif, yang semula sebelum dilakukan teknik batuk efektif jumlah responden yang dapat mengeluarkan sekret sebesar (38,2%) setelah dilakukan teknik batuk efektif jumlah responden yang dapat mengeluarkan sekret sebesar (70,6%). Menurut H. Tabrani (1996) Tuberculosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau diberbagai organ tubuh lainnya, serta mempunyai tekanan parsia yang tinggi yang menjadi gejala dini dan sering dikeluhkan pada pasien TB Paru ialah baik yang terus – menerus dengan adanya penumpukkan sekret disaluran pernafasan bawah. Untuk mengeluarkan sekret ini dapat dilakukan teknik batuk efektif. Adapun tujuan dari dilakukan teknik batuk efektif yang dapat dirasakan pada tubuh yaitu untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Dari tujuan teknik batuk efektif tersebut sangatlah berpengaruh terhadap pengeluaran sekret. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa sesudah dilakukan teknik batuk efektif hampir setengahnya responden dapat mengeluarkan sekret secara efektif.
2. Pengeluaran sekret pada pasien TB paru sesudah dilakukan Teknik Batuk Efektif Dari hasil penelitian didapatkan bahwa setelah dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif sejumlah 24 responden (70,6%) dan yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara tidak efektif sejumlah 10 responden (29,4%) Menurut Hudak dan Gallo (1997). Batuk efektif adalah merupakan tindakan yang diperlukan untuk membersihkan sekresi. Tujuan dari batuk efektif yaitu untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi. Salah satu tindakan non farmakologi untuk mengeluarkan sekret dengan maksimal dengan cara batuk efektif. Pendapat ini sesuai dengan hasil teknik batuk efektif terhadap responden pasien TB paru, hampir setengahnya responden pasien TB paru dapat mengeluarkan sekret secara efektif. Berbeda pada responden pasien TB paru sebelum dilakukan pemberian teknik batuk efektif pengeluaran sekretnya tidak maksimal, hal ini disebabkan karena sebelumnya tidak diajarkan teknik batuk efektif.
Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sekret...
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB paru di Poli Paru RSUD Unit Swadana Pare – kediri 2008, maka dapat disimpulkan : 1. Sebelum dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif sebesar 38,2%. 2. Sesudah dilakukan teknik batuk efektif pada pasien TB paru yang dapat mengeluarkan sekret secara efektif mengalami peningkatan sebesar 70,6%.
16
3. Menganalisis dari hasil tabulasi sebelum dan sesudah dilakukan Teknik Batuk efektif pada pasien TB Paru, bahwa adanya peningkatan jumlah responden dalam pengeluaran sekret. Maka dapat disimpulkan berarti ada pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB Paru di Poli Paru RSUD Pare Kediri Tahun 2008
Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Rineka cipta. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Carpenito, L. (1999). Rencana asuhan dan dokumentasi keperawatan,Ed. 2. Jakarta: EGC Hardjoeno. (2007). Pengobatan Sendiri Batuk. www.pharmacy.gov.my. (download: 4 Oktober 2007) Hudak dan Gallo. (2007). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC Nadesul, H. (1996). Penyebab, pencegahan dan pengobatan TBC. Jakarta : Puspa swara Nikmawati, A. (2007). Resistensi Mycobacterium Tuberculosis. www.TbcIndonesia.or.id. (download : 30 September 2007) Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. Nursalam dan Pariani, S. (2001). Penerapan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:Salemba Media Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursing Education Project OTA. (1992). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus penyakit Dalam. Jakarta: Pusdiklat Departemen Kesehatan Republik Indonesia Perry dan Potter. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, proses, dan praktik, Ed. 4. Jakarta: EGC Priyanti, dr. ZS. (2006). Patofisiologi Batuk dan Oksidan-Antioksidan. www.Kalbe.co.id. (download: 4 Oktober 2007) Stevens, P.J.M. (1999). Ilmu Keperawatan. Ed. 2. Jakarta: EGC Tabrani, Rab dr. H. (1996). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates Windarwati. (2001). Seni Batuk yang Benar. www.Indomedia.com. (download : 2 Oktober 2007) _____. (2002). Pedoman Penanggulangan TBC. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I _____. (2002). Materi Lokakarya Penanggulangan TBC. Kediri: Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Kediri ______. (2007). Lembar Fakta Tuberkulosis. www.Depkes.go.id. (download: 30 September 2007
Saran 1. Bagi Profesi Keperawatan Peran perawat sebagai perawat independent agar lebih menigkatkan ketrampilannya dalam melatih teknik batuk efektif untuk mengeluarkan sekret pada pasien TB paru. 2. Bagi Institusi Penelitian RSUD unit Swadana Pare – kediri. Peneliti menyarankan agar pihak rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan dan penyuluhan mengenai penyakit TB paru dalam hal tindakan teknik batuk efektif dapat melakukan latihan sendiri untuk mengurangi masalah pengeluaran sekret. 3. Bagi Institusi Pendidikan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat di masukkan kedalam uji kompetensi yang ada, sehingga mahasiswa Akper Pamenang dapat memiliki pengetahuannya dan ketrampilan tentang tindakan teknik batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret pada pasien TB paru. 4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dalam penelitian berikutnya.
5. Bagi Pasien TB Paru Diharapkan pasien dapat melakukan teknik batuk efektif untuk membantu pengeluaran sekret dan tidak tergantung pada obat – obatan. 6. Bagi Masyarakat Diharapkan masyarakat juga ikut berperan serta dalam penanggulangan penyakit TB Paru bila membuang dahak jangan disembarang tempat dan menutup mulut bila batuk dan bersin. DAFTAR PUSTAKA Alsagaff, H. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press
Jurnal AKP
17
No. 3, 1 Januari – 30 Juni 2011